• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Kurikulum dan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi dalam Rangka Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah SMA NEGERI 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pelaksanaan Kurikulum dan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi dalam Rangka Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah SMA NEGERI 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN

MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

SMA NEGERI 1 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi

Oleh:

SRI LESTARI

K 7406144

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN

MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

SMA NEGERI 1 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh:

SRI LESTARI

K 7406144

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(3)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 13 April 2010

Pembimbing I

Drs. Sudiyanto, M. Pd. NIP. 19570217 198109 1 001

Pembimbing II

Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si. NIP. 1976090 200501 1 001

(4)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Senin

Tanggal : 26 April 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M. Pd. ………....

Sekretaris : Drs. Sukirman, M. M. .………

Anggota I : Drs. Sudiyanto, M. Pd. ………....

Anggota II : Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si. ..………....

Disahkan oleh

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

(5)

commit to user REVISI

Skripsi ini telah direvisi sesuai arahan dan anjuran Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M. Pd. (…………...)

Sekretaris : Drs. Sukirman, M. M. (…………...)

Anggota I : Drs. Sudiyanto, M. Pd. (…………...)

Anggota II : Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si. (…………...)

(6)

commit to user ABSTRAK

Sri Lestari, NIM K7406144, EFEKTIVITAS PELAKSANAAN

KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010,

Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.

Tujuan penelitian adalah: (1) Mengetahui pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. (2) Mengetahui efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. (3) Mengetahui hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yaitu (1) informan, yaitu Wakil kepala sekolah bagian kurikulum, para guru ekonomi, dan para siswa SMA Negeri 1 Surakarta yang memperoleh pelajaran ekonomi; (2) dokumen, arsip-arip yang berhubungan dengan pelaksanaan KTSP dan program pengajaran pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta; (3) peristiwa dan aktivitas, yaitu aktivitas siswa yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Teknik sampling menggunakan

sampel bertujuan (Purposive Sampling). Teknik pengunpulan data menggunakan

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui keabsahan data menggunakan trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaksi.

Hasil penelitian ini antara lain: (1) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain: (a) Realita menunjukkan bahwa sejauh ini KTSP sudah dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Pelaksanaannya (b) Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota yang telah ditetapkan, yang meliputi: Prinsip Ilmiah, Prinsip Relevan, Prinsip Sistematis, Prinsip Konsisten, Prinsip Memadai, Prinsip Aktual dan Kontekstual, Prinsip Fleksibel, Prinsip Menyeluruh. (c) Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik, hal ini disebabkan sekolah berpartisipasi dalam memberikan sosialisasi KTSP kepada para guru, (d) Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran kurang mengandung unsur Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM). Hal tersebut disebabkan metode pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang konvensional, kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran ekonomi, para guru ekonomi sebagian besar tidak memanfaatkan fasilitas modern yang disediakan oleh sekolah, dan para guru tidak membuat RPP berdasarkan

(7)

commit to user

karakteristik peserta didik (e) Pendekatan psikologis dan sosio-kultur dilakukan para guru ekonomi. (f) Penilaian belajar sesuai dengan materi yang diajarkan sebelumnya, berkelanjutan, bentuk dan jenis tagihan bervariasi (g) Terdapat program perbaikan dan program pengayaan mata pelajaran ekonomi. (2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain: (a) pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran yang sudah efektif: KTSP disusun berdasarkan SNP, pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota, pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik, keadaan dan potensi sekolah yang memadai, pendekatan pikologis dan sosio-culture yang baik, penilain belajar yang baik, terdapat program perbaikan dan program pengayaan; (b) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi yang belum efektif: RPP tidak dibuat secara maksimal, metode pembelajaran yang konvensional, kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas, dan pengawasan yang belum maksimal dalam memantau kualitas dan kuantitas pembuatan RPP dan pelaksanaannya di dalam kelas; (3) Hambatan dan pemecahan masalah pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain (a) Hambatan: bertambahnya beban guru dari segi administrasi, media pembelajaran yang kurang memadai, keterbatasan dalam penguasaan teknologi pembelajaran bagi sebagian besar guru ekonomi, metode guru dalam mengajar kurang bervariasi dan bersifat konvensional, kegiatan belajar yang kurang kondusif di dalam kelas, kurangnya percontohan dalam soal dan analisis masalah ekonomi; (b) Pemecahan masalah: guru berpartisipasi dalam pengadaan media pembelajaran secara mandiri, siswa yang berperan dalam penggunaan teknologi, guru bekerjasama dalam memenuhi kewajiban administrasi, siswa bertanya kepada teman yang lebih paham, mengikuti program bimbingan belajar dan les privat, mencari referensi buku lain di perpustakaan.

Kata kunci: efektivitas, kurikulum, program pengajaran, manajemen berbasis sekolah

(8)

commit to user ABSTRACT

Sri Lestari. NIM K7406144. THE EFECTIVENESS OF CURRICULUM IMPLEMENTATION AND TEACHING LEARNING PROCESS OF ECONOMICS IN THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT SENIOR HIGH SCHOOL 1 SURAKARTA YEAR 2009/2010, Thesis. Surakarta: Teacher Training and Educational Faculty, Sebelas

Maret University, April 2010.

This research is aimed to: (1) Know the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta. (2) Know the efectiveness of the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta. (3) Know the problems faced and the solutions taken in the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta.

This research uses descriptive qualitative method with single strategy fixed. The data resources are: (1) Informant, that is vice headmaster of curriculum, economic teacher , and the students of senior high school 1 Surakarta who are now having economic lesson. (2) Documents, archives related to the implementation of KTSP and the teaching learning process of economics senior high school 1 Surakarta. (3) The evidences and the activities, those are the students activities related to the teaching learning process. The technique of sampling uses purposive sampling. Data collection techniques used are observation, interview, and documentation. To know the validity of the data, the researches uses data triangulation (sources) and method triangulation. The technique of analyzing data uses interaction analysis model.

The results of this research are: (1) The curriculum implementation and teaching learning process of economics are: (a) The fact shows that so far KTSP is

implemented based on Peraturan Menteri number 22, 23, and 24 year 2006 about

standard contents (SI), standard graduate competence (SKL) and the implementation. (b) The syllabus development is based on syllabus development

principle of Dinas Pendidikan Kab/Kota, including: scientific principle, relevant

principle, systematic principle, consistent principle, completeness principle, actual and contextual principle, flexible principle, principle comprehensive. (c) The implementation of KTSP has been developed, because the school take a part in giving the socialization of KTSP to the teachers. (d) The teaching and learning process contains less elements of fun effective creative innovative mobile study element (PAIKEM). That is caused of the economics teaching learning method that is still conventional, insufficient media used in economics lesson, the economics teachers who do not use the modern facilities provided by the school, and do not make lesson plans based the students characteristics. (e) Psychological and social-culture approach is done the economic teachers. (f) The evaluation is based on the materials given, continuously, the forms and kinds of evaluation can

(9)

commit to user

varies. (g) There are remedial program and developing program of economic lesson. (2) The effectiveness of curriculum implementation and teaching learning process are: (a) The curriculum implementation and teaching learning process that are effective are: KTSP is arranged based on SNP, syllabus development is based syllabus development principles under Dinas pendidikan Kab/Kota, the implementation of KTSP has been developed, the school’s condition and potential are sufficient, psychological and social-culture is good, the evaluation is good, and there are remedial and developing program. (b) The curriculum implementation and teaching learning process that are not effective are: lesson plans are not made maximally, the teaching method is still conventional, the learning process that is less conducive, and un maximal control of the quality and quantity of lesson plans and the implementation. (3) The problems and the solutions in curriculum implementation and teaching learning process are: (a) problems: the increasing of the teacher’s responsibilities in the administration aspect, insufficient teaching media, limited knowledge of technology of the teachers, the teaching methods which are still conventional, unconducive activities, less of examples and exercises, and analysis of economic cases. (b) Solutions: the teachers take a part in providing teaching media, the students take a part in using technology, the teachers cooperate in completing the administrative duties, the students ask to their friends, join the study course programs, and private course, find some referent books in the library.

The key word: the effectiveness, curriculum, teaching learning process, school based management

(10)

commit to user MOTTO

“Jangan pernah berhenti pada satu titik. Cobalah untuk menggapai titik

yang lain agar bertambah ilmu dan pengalaman kita”

(Penulis)

“Jadilah Sang Pemimpi untuk mengukir masa depanmu. Terdiam tanpa

mimpi bagaikan hamparan lahan yang tandus dan gersang, maka ukirlah

mimpimu seindah mega, gapai dan wujudkan mimpimu selagi kau masih

bisa”

(Penulis)

“Ketulusan, Kesabaran, Kegigihan serta Keuletan dalam berusaha tidak

akan sempurna tanpa Kepasrahan dalam doa kepada Allah SWT”

(Penulis)

(11)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

1.

Bunda dan Bapak yang selalu menyayangiku,

terima kasih atas doa yang selama ini

menyertaiku dalam setiap langkah dan

aktivitasku.

2.

Kakakku Suyono dan kakak iparku Mba Uli,

serta dua keponkanku Lintang & Fandi yang

sangat usil dan selalu membuatku tertawa.

3.

Para guru yang telah memberiku ilmu, terima

kasih atas jasamu.

4.

Sahabat terbaikku, ViNaTa_Ni,

ViNaTa_San, Ririn, Yosie, Tasnim. Terima

kasih untuk persahabatan selama ini.

5.

Almamater tercinta

(12)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga skipsi ini dapat

diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan

penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

4. Drs. Sudiyanto, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak

sekali motivasi, ilmu dan arahan dalam penyususnan skripsi.

5. Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan bimbingan dengan baik.

6. Drs. Sukirman, M. M., selaku pembimbing akademis penulis yang telah

memberikan semangat untuk menyusun skripsi.

7. Bapak/Ibu dosen Program pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi yang penuh

ketulusan dalam memberikan pengetahuannya kepada penulis selama penulis

menjadi mahasiswa.

8. Drs. H. M. Thoyibun, S. H., M. M., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1

Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan

penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta dengan sabar dan ramah dalam

kerjasamanya dengan penulis.

(13)

commit to user

9. Drs. Suryadi, M. Pd., selaku Wakil kepala sekolah bagian Kurikulum SMA

Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan informasi degan sabar dan ramah

dalam penelitian ini.

10. Para guru ekonomi dan siswa-siswi SMA Negeri 1 Surakarta yang telah

bersedia memberikan informasi yang diperlukan penulis dalam penelitian ini.

11. Sahabat-sahabat terbaikku: ViNaTa_Ni, ViNata_San, Ririn, Tasnim, dan

Yosie terima kasih untuk persahabatan yang telah kita jalani selama ini.

12.Teman-temanku Bank Mini, FICOS, BEM, terima kasih untuk ilmu,

pengalaman dan pertemanan yang kita jalin selama ini.

13.Teman-temanku: Tia PTN, Ita PTN, Ridwan PTN, Sari B. Inggris, Ika Sosant

Tofan, Umam, Burhan, Khoir, Yarsi, Arum, Titin, dan semua teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah memberikan kesan yang begitu mendalam

selamanya.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, 14 April 2010

Penulis

(14)

commit to user

4.Tinjauan Efektivitas Kurikulum Dan Program Pengajaran….….

(15)

commit to user

C. Sumber Data………..………

D. Teknik Sampling………

E. Teknik Pengumpulan Data………....

F. Validitas Data………

G. Analisis Data……..………

H. Prosedur Penelitian………...

BAB IV HASIL PENELITIAN………...

A. Deskriptif Lokasi Penelitian………...

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian……….

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori…………

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……….…………..

A. Simpulan………...

B.Implikasi………..

C. Saran………...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

39

39

43

44

46

48

48

57

70

78

78

81

82

(16)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Rencana Penelitian……….…..…………

Tabel 2. Tabel Tenaga Pengajar SMA Negeri 1 Surakarta…..…………

Tabel 3. Tabel Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Surakarta………. 35

53

53

(17)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Sistem Kurikulum………...……….

Gambar 2. Matrik RPP Format Silabus……….………

Gambar 3. Matrik RPP Format Satpel……….………..

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran……….………

Gambar 5. Analisis Model Interaksi………..………

Gambar 6. Prosedur Penelitian………..……….

Gambar 7. Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional…………... 15

26

28

34

46

46

51

(18)

commit to user

Pedoman Wawancara Untuk Guru SMA Negeri 1 Surakarta…...

Pedoman Wawancara Untuk Siswa-Siswi SMA Negeri 1

Surakarta……...……….………

Pedoman Wawancara Untuk Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1

Surakarta………..……….………...

Field Note………..………...

Lembar Observasi………..………..

Foto Penelitian………..………...

Surat Ijin Menyususn Skripsi Kepada PD I…..…..……….

Surat Keputusan Dekan Tentang Ijin Penyusunan Skripsi…….….

Surat Permohonan Research Kepada Rektor UNS…………...….

Surat Rekomendasi Research Dari PD III………...…...….

(19)
(20)

commit to user BAB I

PENDAHUALUAN

A. Latar Balakang Masalah

Generasi Muda merupakan bagian terpenting dalam suatu negara,

mereka merupakan generasi penerus sebagai agen of change yang akan

meneruskan tonggak kemajuan dalam suatu negara. Generasi muda sebagai

penerus masa depan diharapkan mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu

untuk diandalkan dan dibanggakan. Apabila generasi muda yang diciptakan

dengan kualitas yang kurang memadai maka semakin terbelakang masa depan

negara kita, tetapi apabila generasi yang diciptakan memiliki kualitas yang baik,

memiliki skill yang tinggi dan mampu bersaing dengan negara lain, maka tidak

menutup kemungkinan bangsa kita akan menjadi negara yang lebih baik lagi.

Terkait dengan peningkatan kualitas generasi muda maka faktor

pendidikan merupakan faktor terpenting dibandingkan dengan faktor yang

lainnya. Kerangka pendidikan dibutuhkan dan dipandang sebagai kebutuhan yang

mendasar bagi masyarakat yang ingin maju. Dengan pendidikan yang memadai

diharapkan dan dituntut generasi muda memiliki academic knowledge

(pengetahuan akademik), skill of thinking (kemampuan dalam berpikir),

manajement skill (kemampuan dalam manjemen), dan communication skill

(kemampuan dalam berkomunikasi). Dalam kerangka inilah pendidikan

merupakan faktor terpenting bagi masyarakat yang ingin maju, demikian halnya

bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas.

Luasnya Negara kesatuan republik Indonesia dan sangat bervariasinya

kondisi daerah beserta masalah-masalah yang dihadapi telah mendorong

pemerintah untuk memperhatikan potensi daerah. Salah satunya melalui otonomi

daerah dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola pendidikan

di daerahnya. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi yang

ditempuh pemerintah, maka tanggungjawab pemerintah daerah semakin

meningkat, termasuk dalam manajemen pendidian. Pemerintah daerah diharapkan

mampu meningkatkan dan memajukan kemampuannya dalam berbagai tahap

(21)

commit to user

pembangunan pendidikan, sejak tahap perumusan kebijakan daerah, perencanaan,

pelaksanaan, sampai pemantauan di daerah masing-masing sejalan dengan

kebijakan pendidikan nasional yang digariskan pemerintah.

Berkaitan dengan hal tersebut, gagasan kearah pengelolaan pendidikan

yang memberikan keleluasan sekolah untuk menetapkan kebijakan secara luas

menjadi salah satu alternatif pilihan. Dalam kerangka inilah menciptakan konsep

manajemen berbasis sekolah (MBS) atau “school bassed manajement” (SBM)

sebagai paradigma baru pengembangan pendidikan yang berorientasi pada

kebutuhan sekolah dan kebutuhan daerah masing-masing. MBS merupakan suatu

konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan

sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan

agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin

kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. MBS merupakan

kebijakan yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kemampuan sekolah

dan daerah dalam bottom-up planning policy, yaitu kebijakan pendidikan yang

diprakarsai oleh setiap sekolah dan daerah serta ditindaklanjuti oleh setiap

tingkatan manajemen di atasnya sampai tingkat pusat.

Mengingat bahwa MBS, merupakan paradigma pendidikan yang

diterapkan di Indonesia pada saat ini, diperlukan berbagai sumber yang dapat

membantu para pelaksana (kepala sekolah dan guru) di lapangan. Para pelaksna

tersebut diharapkan dapat melaksanakan komponen-komponen dalam MBS

dengan baik, dimana komponen-komponen tersebut meliputi:

1. Manajemen kurikulum dan program pengajaran

2. Manajemen tenaga kependidikan

3. Manajemen kesiswaan

4. Manajemen keuangan dan pembiayaan

5. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan

6. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat

7. Manajemen layanan khusus (E. Mulyasa, 2007: 40-52)

Berdasarkan ketujuh komponen tersebut, manajeman kurikulum dan

program pengajaran merupakan komponen terpenting tanpa mengabaikan keenam

komponen yang lain. Hal tersebut senada dengan M. Zainuddin (2008: 205) yang

(22)

commit to user

sarana dan prasarana, maupun sistem dengan penyempurnaan secara

terus-menerus. Pengembangan pendidikan nasional secara terus-menerus ini lebih

banyak menggunakan instrument kurikulum ketimbang komponen lain… “.

Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum

nasional maupun muatan lokal.

Perencanaa dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah

dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Sekolah

dapat mengembangkan kurikulum, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum

yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Di

tingkat sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan

menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu,

sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan

lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Sekolah

dapat menjabarkan dan menambah mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan

lingkungan dan ciri khas sekolah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi

kurikulum yang berlaku secara nasional.

Pengembangan kurikulum muatan lokal selama ini tidak diimbangi

dengan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Selama ini

keberadaan masyarakat kurang atau bahkan tidak pernah diperhatikan dan

diikusertakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Kalaupun ada partisipasi

masyarakat selama ini lebih banyak bersifat dukungan input (dana), bukan proses

pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas).

Dalam kegiatan kurikulum terdapat kesulitan dalam membuat perangkat mengajar

utamanya pada rencana pelaksanaan pembelajaran, urutan dari komponen yang

berbeda-beda tiap guru dan format nilai, sehingga menghambat penyusunan

perangkat pembelajaran bagi guru. Pada awal tahun 2007/2008 Indonesia

menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dengan harapan KTSP

merupakan sebuah kurikulum yang benar-benar dibuat oleh sekolah yang

melibatkan unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, konselor, komite

sekolah dan nara sumber, sehingga dengan sinerginya unsur -unsur tersebut akan

(23)

commit to user

mempunyai kedudukan sentral dalam sebuah proses penyelenggaraan pendidikan.

Tujuan-tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan tidak akan pernah

tercapai tanpa didasarkan dan diarahkan oleh kurikulum, karena kurikulum inilah

yang akan mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan.

Aktivitas pendidikan formal dilaksanakan di sekolah, sedangkan sekolah

merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, yang diwujudkan melalui

proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional,

kurikuler, dan instruksional. Agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan

kegiatan manajemen program pengajaran. Dalam pelaksanaan program

pengajaran, guru dituntut untuk kreatif dalam mengemas pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Sehubungan dengan hal

tersebut tentu saja kurikulum sangat berperan besar, baik kurikulum tingkat

sekolah maupun kurikulum tingkat kelas. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah

merupakan tanggungjawab dari kepala sekolah sedangkan kurikulum tingkat kelas

yang bertanggung jawab adalah guru. Salah satu pelaksanaan kurikulum tingkat

kelas adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.

Guru harus benar-benar paham tentang kurikulum untuk menjalankan

tugasnya dengan baik, tanpa adanya pemahaman yang jelas maka hasilnya tidak

akan maksimal, sebagian guru masih bingung dalam pelaksanaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, hal ini ditunjukkan melalui keadaan tingkat nasional

maupun lokal. Berdasarkan Kompas (31 Juli 2006) diberitakan, Setelah dalam

rentang waktu yang sangat panjang guru ditempatkan tak lebih sebagai “mesin

pelaksana” dari paket kurikulum, kini diberi otonomi untuk mengembangkan

kurikulum sendiri. Dengan pemberian otonomi ini, mulai terbayang: sebagian

besar guru akan bekerja dengan penuh gairah karena dapat mengekspresikan

kreativitasnya sendiri; kelas akan lebih hidup, karena guru lebih dekat dengan

realitas siswa dan dunia sekitar; dan komunikasi dua arah antara guru dan siswa

akan lebih cair, karena guru mempunyai kesempatan luas untuk “menjadi dirinya

sendiri”. Namun, pada sisi lain muncul pula kecemasan oleh beberapa pertanyaan

(24)

commit to user

Mungkinkah para guru mengembangkan kurikulum sendiri, seperti yang

diharapkan ?

Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 1 Surakarta, dapat dikatakan

SMA Negeri 1 Surakarta adalah salah satu SMA di wilayah Surakarta yang

melaksanakan sistem manajemen berbasis sekolah. Kondisi sekolah yang strategis

dan kondusif sebagai tempat belajar merupakan pilihan masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya, sehingga SMA Negeri 1 Surakarta merupakan sekolah

yang memiliki input siswa yang bagus. Input yang berkualitas tidak menjamin

output yang berkualitas, apabila tidak didukung oleh proses yang berkualitas pula.

Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat ketidakpuasan siswa

dalam pelaksanaan kurikulum tingkat kelas dalam hal kegiatan belajar mengajar

mata pelajaran ekonomi. Dalam pembelajaran di kelas guru jarang menggunakan

metode pembelajaran siswa aktif, sehinggga siswa merasa bosan dalam mengikuti

pelajaran selain itu siswa cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dan

mengemukakan pendapat di dalam kegiatan pembelajaran. Peranan kurikulum dan

program pengajaran di dalam proses ini sangatlah besar. Dari pengamatan yang

dilakukan dapat dikatakan terjadi ketidakpuasan siswa terhadap guru yang

mengajar, hal tersebut ditunjukkan dari siswa yang kurang memperhatikan ketika

guru mengajar di dalam kelas. Guru seharusnya menjadi fasilitator apabila

terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan berusaha untuk

membantu siswa dalam memecahkan masalah tersebut, namun dalam

kenyataannya terdapat beberapa siswa cenderung menutup diri dengan

permasalahan yang dihadapinya dan tidak berusaha untuk menanyakannya dengan

pihak guru. Mereka menganggap metode yang dilaksanakan guru dalam

pembelajaran kurang memberikan motivasi untuk belajar, tetapi malah

menimbulkaan dampak membosankan, mengantuk di dalam kelas, dan suasana

yang kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diketahui bahwa

kurikulum tingkat kelas merupakan salah satu komponen terpenting dalam

peningkatan mutu peserta didik. Oleh sebaab itu peneliti tertarik untuk meneliti

(25)

commit to user

pelaksanaan pendidikan berbasis otonomi daerah, yang dikemas dalam

manajemen berbasis sekolah. Untuk itu peneliti memilih judul:

“EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM

PENGAJARAN MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SMA NEGERI 1

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah (probelamatika) diperlukan sebagai arah atau

pedoman dalam melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah

peneliti kemukakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran

ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran

2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta ?

2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata

pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah

tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta ?

3. Apa hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam

pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan

manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1

Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi

dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010

SMA Negeri 1 Surakarta.

2. Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran

ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran

(26)

commit to user

3. Hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam

pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan

manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan kurikulum dan program

pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.

b. Memberikan wawasan tentang efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program

pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.

c. Bahan referensi peneliti yang lain yang akan meneliti permasalahan yang

berhubungan dengan efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program

pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi SMA Negeri 1 Surakarta:

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi rekomendasi dan bahan

pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran

dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.

b. Bagi FKIP pendidikan Akuntansi

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan tentang

efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka

penerapan manajemen berbasis sekolah.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan peneliti agar

mengetahui lebih mendalam tentang efektivitas pelaksanaan kurikulum dan

(27)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Snelbecker (Lexy J. Moleong, 2009: 57) berpendapat bahwa “Teori

sebagai seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi (yaitu yang

mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan

lainnya dengan data atas dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagi wahana

untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati”. Mengkaji teori

yang relevan dengan masalah yang dirumuskan merupakan langkah awal untuk

mencari jawaban atas masalah tersebut. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan

teori yang relevan dan mendukung dengan permasalahannya.

Teori yang peneliti gunakan untuk mendukung rencana penelitian ini

adalah:

1. Tinjauan Manajemen Berbasis Sekolah

a. Manajemen Sekolah

G.R. Terry (Nunung Chozanah, 1994: 22) definisi manajemen adalah,

“Manajemen sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

melalui usaha orang lain atau ada usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan lebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain”.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu tujuan yang

ingin dicapai dan untuk mencapai tujuan tersebut dengan memberdayakan

kemampuan orang lain.

Mary Parker Follet yang dikutip dalam Wikipedia.com, menyatakan

bahwa “who wrote on the topic in the early twentieth century, defined

management as the art of getting things done through people", yang artinya

manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui

orang lain. Definisi tersebut mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para

manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang

lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan

dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.

(28)

commit to user

Pengaturan manajemen sangatlah berperan penting dalam pencapaian

tujuan dalam suatu organisasi, tanpa manejemen tujuan organisasi sukar untuk

dicapai. Begitu pula dalam pelaksanaan kebijakan sekolah, manajemen

berperan dalam pengaturan dan upaya peningkatan kualitas sekolah. Gaffar

(1989) yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 19-20) mengemukakan bahwa

Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sismetik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang.

Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa manajemen

sangat berperan penting dalam proses pendidikan untuk mengatur segala proses

pendidikan yang saling terkait, karena terdapat komponen-komponen yang

berhubungan secara sistematis. Tanpa manajemen pendidikan tujuan

pendidikan nasional tidak akan terwujud secara optimal, efektif dan efisien.

Manajemen pendidikan dalam pelaksanaannya dikenal dengan

desentralisasi pendidikan, yakni otonomi daerah dengan pelimpahan

wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah untuk membuat keputusan

manejemen dan menyusun perencanaan sendiri dalam mengatasi masalah

pendidikan, dengan mengacu kepada sistem pendidikan nasional.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa praktek

desentralisasi manejemen pendidikan dapat diterapkan di dalam beberapa

tingkat dan struktur organisasi penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tingkat

nasional sampai tingkat satuan pendidikan yakni sekolah.

b. Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari school-based

management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika

masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan

(29)

commit to user

disosialisasikan bersamaan dengan pewacanaan kurikulum 1994 pada tenaga

pendidik dan kependidikan.

E. Mulyasa (2007: 24) menyatakan bahwa “MBS memberikan otonomi

luas pada tingkat sekolah dalam rangka kebijakan nasional”. Dengan

pemberian otonomi tersebut sekolah memiliki kewenangan dalam mengelola

sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan

prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Donoseputro (1997: 3-6) menyatakan:

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa diperlukan

kerjasama dari berbagai pihak baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,

masyarakat, kepala sekolah, guru,dan pihak-pihak terkait lainnya untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional.

1) Tujuan MBS

Dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan MBS memiliki

tujuan sebagai berikut:

a) Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui keleluasaan

mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan

birokrasi.

b)Peningkatan mutu, antara lain melalui partisipasi orang tua

terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas,

peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya

sistem insentif dan disinsentif.

c) Peningkatan pemerataan, antara lain diperoleh melalui peningkatan

partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih

(30)

commit to user

karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang

tinggi terhadap sekolah.

2) Manfaat MBS

MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya dengan

kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru

sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya, keleluasaan dalam

mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat untuk

berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah dalam

peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah, guru

didorong untuk berinovasi, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan

setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan

tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.

3) Komponen-komponen MBS

Hal yang paling penting dalam implementasi MBS adalah

manajemen terhadap komponen-komponen itu sendiri, dimana

komponen-komponen tersebut meliputi:

a) Manajemen kurikulum dan program pengajaran

b) Manajemen tenaga kependidikan

c) Manajemen kesiswaan

d) Manajemen keuangan dan pembiayaan

e) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan

f) Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat

g) Manajemen layanan khusus (E. Mulyasa, 2007: 40-52)

Dari ketujuh komponen tersebut manajemen kurikulum dan program

pengajaran merupakan komponen terpenting diantara keenam

komponen yang lain, namun keenam komponen yang lain tidak boleh

(31)

commit to user

2. Tinjauan Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya

jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian

kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang

bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum,

siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakekatnya

merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa

rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu

jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.

(Oemar Hamalik 2003: 16).

Definisi kurikulum dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional

sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 Butir 19 menyatakan bahwa “Kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan

demikian setiap satuan pendidikan akan memiliki acuan dalam kegiatan

pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

masing-masing sekolah, dimana tujuan masing-masing-masing-masing sekolah bermuara pada tujuan

nasional pendidikan.

Kurikulum ditinjau dari berbagai aspek memiliki pengertian yang

berbeda-beda sesuai dengan substansi yang terkandung di dalamnya. Ditinjau

dari isi dan materi pelajaran, kurikulum di bentuk agar memberi kemudahan

bagi guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa sehingga siswa

memperoleh pengetahuan karena isi dan materi telah tersusun dalam

kurikulum. Hal ini ditegaskan oleh Hamalik dalam Muhammad Joko Susilo

(2007: 78) bahwa “kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus

ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan”.

(32)

commit to user

orang-orang pandai masa lampau, yang telah tersusun secara sistematis dan

logis.

Sementara itu menurut ahli lain, “Kurikulum adalah program

pendidikan” (Oemar Hamalik, 2006: 10) yang disediakan oleh lembaga

pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut

siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong

perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut,

sekolah/lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa

untuk berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang

memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam kegitan belajar. Kurikulum

tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu

yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah,

alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha,

gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain. Semua kegiatan yang

bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa tercakup dalam

kurikulum.

Kurikulum mencerminkan keseluruhan siklus input-proces-output,

sehingga kurikulum adalah serangkaian pengalaman belajar yang melibatkan

semua kegiatan yanga terdapat dalam sekolah. Hal ini senada dengan pendapat

Romine dalam Oemar Hamalik (2006: 10) dan Muhammad Joko Susilo (2007:

79) yang menyatakan bahwa “ Curriculum is interpreted to mean all of the

organized course activites, and experience which pupils have under the

direction of school, whether in the classroom or not” . Berdasarkan rumusan

tersebut, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruang kelas,

melainkan mencakup juga kegiatan di luar kelas. Pandangan modern

menjelaskan, bahwa kegiatan intrakulikuler dan kegiatan ekstrakulikuler tidak

ada pemisahan yang tegas. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman

belajar bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa

(33)

commit to user

melibatkan semua kegiatan yang terdapat dalam sekolah dan memiliki perananan

yang penting bagi guru karena sebagai acuan dalam proses belajar mengajar agar

siswa memperoleh pengetahuan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

tertentu yang telah ditetapkan.

b. Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki suatu

komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen tersebut saling terkait

satu dengan yang lainnya karena merupakan suatu proses kegiatan yang

berkesinambungan, dan dalam proses tersebut selalu dikembangkan menuju

perpaduan dan penyempurnaan.

Menurut Muhammad Joko Susilo (2007: 89) berpendapat bahwa

kurikulum terdiri atas empat komponen yaitu:

1) Tujuan

Kurikulum disusun berdasarkan tujuan pelajaran atau tujuan sekolah (pendidikan) yang hendak dicapai.

2) Bahan pelajaran

Kurikulum harus memuat bahan pelajaran yang sesuai guna mencapai tujuan.

3) Proses belajar mengajar

Bahan-bahan pelajaran yang telah dipilih, harus didesain sedemikian rupa dalam kurikulum agar efektif ketika disajikan kepada siswa.

4) Penilaian atau evaluasi

Menentukan standar nilai untuk mengevaluasi efektivitas penyajian bahan pelajaran dan pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.

Komposisi kurikulum yang dikemukakan M. Joko Susilo tersebut

menunjukkan bahwa keempat komponen kurikulum tersebut memiliki

hubungan yang saling terkait. Tujuan merupakan komponen kurikulum yang

paling pertama dan merupakan harapan yang ingin diwujudkan setiap

pendidikan. Oleh karena itu dalam menetapkan tujuan harus memperhatikan

tiga komponen yang lain baik komponen bahan pelajaran, proses belajar

mengajar maupun penilaian. Begitu juga dalam menentukan bahan pelajaran

harus memperhatikan tiga komponen yang lain, karena semua komponen

(34)

commit to user

dijalankan secara efektif maka akan dapat dijadikan tolak ukur atas

keberhasilan yang akan dicapai.

Kesalingketerkaitan komponen-komponen tersebut dapat

digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Skema Sistem Kurikulum

Sumber: Muhammad Joko susilo (2007: 89)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Tujuan

pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang

hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran.

Melalui proses pembelajaran diharapkan terdapat perubahan dalam aspek

kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran diharapkan

mengandung unsur PAIKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, sehingga

memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara

aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Sedangkan

evaluasi merupkan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan

kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti

kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah kurikulum

dapat dipertahankan atau tidak.

Tujuan

Bahan Pelajaran penilaian

(35)

commit to user

c. Fungsi Kurikulum

Dalam aktivitas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat penting,

karena dengan kurikulum akan bermanfaat bagi beberapa pihak baik peserta

didik, orang tua siswa, guru, dan pihak-pihak lain yang terkait. Oleh sebab itu

kurikulum mempunyai beberapa fungsi diantaranya:

1) Fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan

Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai

tujuan - tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap

cukup tepat untuk dicapai. Dalam pencapain tujuan pendidikan yang

dicita-citakan, tujuan-tujuan tersebut mesti dicapai secara bertingkat yang saling

mendukung, sedangkan keberadaan kurikulum di sini adalah sebagai alat

untuk mencapai tujuan (pendidikan).

2) Fungsi kurikulum bagi anak didik

Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu

persiapan bagi anak didik. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan,

kurikulum diharapkan mampu menawarkan program-program pada anak

didik yang akan hidup di zamannya.

3) Fungsi kurikulum bagi pendidik

Guru merupakan pendidik profesional, yang secara implisit telah merelakan

dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang ada di

pundak para orang tua. Adapun fungsi kurikulum bagi guru adalah sebagai

pedoman kerja dalam menyususn dan mengorganisasi pengalaman belajar

pada anak didik dan sebagai pedoman dalam mengevaluasi perkembangan

anak didik.

4) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pembina sekolah

Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai

tangging jawab terhadap kurikulum, fungsi kurikulum bagi kepala sekolah

dan Pembina lainnya adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi

(36)

commit to user

5) Fungsi kurikulum bagi orang tua

Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi

orang tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.

Bantuan tersebut dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah

mengenai masalah menyangkut anak-anak mereka.

6) Fungsi kurikulum bagi sekolah tingkat di atasnya

Fungsi kurikulum dalam hal ini dibagi dalam dua komponen yaitu dalam

pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga baru.

7) Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah

Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak pemakai

lulusan yang bersangkutan baik ikut memberikan kontribusi dalam

memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan ikut memberikan kritik

dan saran konstruktif demi penyempurnan program pendidikan di sekolah.

d. Pengembangan Kurikulum

Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya

telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat.

Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan

dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran.

Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen

yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut,

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama

dalam upaya mengembangan sistem pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik

(2003: 24-30) kurikulum memiliki komponen-komponen sebagai berikut:

1)Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah

pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undan-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.

2)Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang berupa

bahan kajian dan pelajaran

3)Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran

(37)

commit to user

4)Organisasi kurikulum, yang terdiri dari mata pelajaran terpisah, mata

pelajaran berkorelasi, bidang studi/pengajaran, program yang berpusat pada anak, core program, dan eclectic program.

5)Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah

pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Komponen-komponen kurikulum dengan hubungannya yang saling

terkait menunjukkan bahwa proses pengembangan kurikulum bukanlah

pekerjaan yang mudah. Adakalanya kurikulum yang telah disusun tidak dapat

mencapai tujuan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks, dan

melibatkan berbagai komponen, yang tidak hanya menuntut ketrampilan teknis

dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen

kurikulum. Kurikulum didesain atas pengembangan dan perbaikan.

Pelaksanaan pengembangan kurikulum memberikan kesempatan lebih

luas terhadap guru untuk berimprovisasi, terutama dalam pengembangan

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan

kebutuhan. Sekolah yang memiliki kemampuan mandiri dapat menjabarkan

standar isi dan standar kompetensi lulusan secara mandiri serta

mengembangkan silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya setelah

mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (provinsi, kabupaten,

dan kota). Karena sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan dalam

pengembangan silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi

dan kebutuhan masing-masing, maka pemerintah melalui Departemen

Pendidikan Nasional memberikan acuan yang dapat dijadikan pedoman dalam

pengembangan silabus, dengan adanya standar yang harus dipenuhi maka

komponen dalam silabus diharapkan tidak ada yang terlewatkan dan

diharapkan guru lebih mudah dalam pengembangan silabus.

Landasan pengembangan silabus tersebut terdapat dalam PP Nomor 19

tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 17 ayat (2) dan PP

Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 20. “Silabus”

yang dimaksudkan adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang

(38)

commit to user

kurikulum berbasis sekolah, kurikulum hasil belajar, serta penilaian berbasis

kelas. (E. Mulyasa, 2009: 133). Silabus merupakan kerangka inti dari setiap

kurikulum yang akan ditanamkan kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran,

dimana kegiatan pembelajaran harus dilakukan untuk membentuk suatu

kompetensi tertentu. Upaya pembelajaran yang dilakukan kemudian diadakan

penilain dengan tujuan agar mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah

dimiliki oleh siswa.

Silabus merupakan penjabaran lebih rinci dari Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang minimal memuat kompetensi dasar, materi standar,

dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh siswa. Secara lebih rinci dijelaskan

Departemen Pendidikan Nasional (2007: 126) menyatakan bahwa “Silabus

adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”.

Pengembangan silabus sekolah harus berpedoman pada delapan prinsip

pengembangan silabus, agar pengembangan yang dilakukan oleh sekolah tetap

berada dalam koridor standar pendidikan nasional. Sesuai dengan standar

Departemen Pendidikan Nasional (2007: 128-130), terdapat delapan prinsip

dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1) Prinsip Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam

silabus harus benar dan dapat dipertanggungawabkan secara keilmuan

2) Prinsip Relevan

Dalam pengembangan silabus diharapkan terdapat kesesuaian antara

cakupan, kedalaman dan tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi

dan kompetensi dasar dengan karakteristik peserta didik. Serta diharapkan

terdapat keserasian antara silabus dengan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat pemakai lulusan. Demikian halnya dalam kaitannya dengan

jenjang pendidikan yang ada di atasnya sehingga terjadi kesinambungan

(39)

commit to user

3) Prinsip Sistematis

Komponen-komponen dalam silabus saling berkaitan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Prinsip Konsisten

Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip

keterpaduan, sehingga terdapat konsistensi antara format dalam silabus

dengan pelaksanaan dalam proses pembelajaran, baik dalam interaksi antara

siswa dan guru maupun antara teori dan praktik dalam rangka membentuk

kompetensi peserta didik.

5) Prinsip Memadai

Prinsip memadai berkaitan dengan cakupan indikator, materi

pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup

untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Serta didukung sarana dan

prasarana yang tersedia dalam proses belajar mengajar. Dengan sarana

prasarana yang memadai, maka dalam penyampaian kompeteni dasar akan

lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa.

6) Prinsip Aktual dan Kontekstual

Berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok, kegiatan

pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan

perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata,

dan peristiwa yang terjadi.

7) Prinsip Fleksibel

Guru sebagai pelaksana kurikulum, tidak harus menyajikan mutlak

seperti dalam silabus, tetapi guru dapat mengembangkan berbagai ide baru.

Sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan

terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat

dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang

peserta didik.

8) Prinsip Menyeluruh

Komponen dalam silabus yang dikembangkan harus mencakup

(40)

commit to user

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara

penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum

sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena

prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum. Dengan prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum, pengengembangan silabus oleh sekolah tetap berada

dalam koridor standar nasional pendidikan.

Pengembangan silabus KTSP dalam prosesnya dapat dilakukan melalui

tiga cara seperti berikut:

1)Mengembangkan silabus sendiri; bagi sekolah yang sudah mampu

mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta fasilitas dan lingkungan yang memadai.

2)Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BNSP; bagi

sekolah yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri.

3)Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; bagi yang belum

mampu mengembangkannya secara mandiri. (E. Mulayasa, 2009: 134)

Dengan demikian setiap satuan pendidikan berhak dalam

pengembangkan silabus sesuai dengan kemampuan masing-masing, apabila

sekolah belum mampu atau belum memenuhi kriteria dalam pengembangan

silabus secara mandiri, maka guru dan kepala sekolah diperbolehkan

menggunakan model silabus dari BNSP, atau bisa juga memfotokopi silabus

dari sekolah lain, namun guru dan kepala sekolah harus menyesuaikan

kurikulum tersebut, serta menganalisisnya dengan cara memilah dan mimilih

setiap kompetensi dasar yang dikembangkan disesuaikan dengan kondisi

masing-masing sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa silabus

merupakan inti penjabaran dari kurikulum yang dapat dikembangkan oleh

setiap satuan pendidikan yaitu guru, kelompok guru atau kelompok kerja guru

masing-masing mata pelajaran dibawah koordinasi dan supervisi Dinas

Pendidikan setempat. Oleh Karena itu melalui pengembangan kurikulum dari

satuan pendidikan, diharapkan mampu menciptakan pembelajaran efektif dan

(41)

commit to user

e. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas

Pelaksanan kurikulum dibagi mejadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan

kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang

berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkat kelas yang berperan adalah

guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam

pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan

administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua tingkat

dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa bergandengan

dan bersama-sama bertanggungjawab melaksanakan proses administrasi

kurikulum.

Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas terdapat unsur pembagian tugas

guru secara administrasi untuk menjamin kelancaran pelaksanan kurikulum

lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan

administrasi yaitu: pembagian tugas mengajar, pembagian tugas pembinaan

ekstrakulikuler, dan pemberian tugas bimbingan belajar. Berkaitan dengan tugas

mengajar, kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas-tugas seorang guru

dalam mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kegiatan tersebut antara lain:

a) Menyusun pelaksanaan program unit.

b) Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran

c) Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa

d) Pengisian buku laporan pribadi siswa bagi wali kelas.

Dengan penjabaran tugas guru, maka guru akan lebih mudah dalam

menjalankan kewajibannya dalam mengajar di dalam kelas. Langkah yang

dilakukan oleh guru akan lebih terbimbing dan terkontrol. Sehingga pelaksaan

pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien.

3. Tinjauan Program Pengajaran

a. Pengertian Program Pengajaran

Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik

kurikulum nasional maupun muatan lokal, yang diwujudkan dalam proses

(42)

commit to user

kurikuler dan instruksional. Agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan

kegiatan manajemen program pengajaran. Dalam manajemen program

pengajaran terdapat suatu perencanaan pengajaran yang digunakan sebagai

acuan dalam pelaksanaan pengajaran oleh guru. Dengan adanya perencanaan

maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan akan

lebih terstuktur dan terinci dengan baik karena dapat disusun berdasarkan

kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat

perencanaan.

E. Mulyasa (2007: 41) menyatakan bahwa “manajemen atau

administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan

di bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan di bidang

pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien”. Dengan demikian segala

sesuatu yang berhubungan dan mendukung kegiatan pengajaran dapat

dinyatakan dalam aktivitas manajemen pengajaran, dimana manajemen

pengajaran tersebut bertujuan untuk menciptakan kegiatan pengajaran yang

lebih efektif dan efisien.

Perencanaan pengajaran menurut Abdul Majid (2008: 17) “dapat

diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media

pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian

dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Berdasarkan deskripsi tersebut

lingkup manajemen program pengajaran lebih terdeskripsikan bila

dibandingkan dengan pengertian sebelumnya, karena dalam pengertian tersebut

dijelaskan secara rinci bagian apa saja yang menjadi lingkup dari program

pengajaran, yaitu: materi pelajaran, media pengajaran, penggunaan pendekatan

dan metode pengajaran, dan penilaian.

Sedangkan menurut Oemar hamalik (2003: 55) menyatakan bahwa

“pengajaran atau instruction adalah a goal-directed teaching process which is

more or less pre-planned” . Dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah hal

Gambar

Tabel 3.    Tabel Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Surakarta………………….
Gambar 1.     Skema Sistem Kurikulum……………………...……………….
Gambar 1. Skema Sistem Kurikulum Sumber: Muhammad Joko susilo (2007: 89)
Gambar 2. Matrik RPP Format Silabus Sumber: E. Mulyasa, 2009; p: 163
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Situbondo Tahun 2020-2024 merupakan pedoman selama lima tahun ke depan serta panduan pelaksanaan tugas pokok dan

coreldraw, bagaimana cara kita menggabungkan atau mengkombinasikan gambar A dan teks B atau yang lain menjadi satu bagian dalam sebuah penyusunan tata letak/layout. Pembahasan ini

Penggalian kembali corak-corak lama, seperti yang terdapat pada gaya-gaya Yunani Purba dan Romawi telah melahirkan aliran-aliran baru yang dikenal dengan alisan klasik dan neo

Apa yang cuba disampaikan di sini adalah pembelajaran sains akan menjadi lebih menarik jika pelajar tidak hanya duduk di dalam kelas.. Selain itu, pelajar-pelajar sepatutnya

Kontruksi dari pondasi tiang lampu penerangan jalan harus disesuaikan dengan. kondisi tanah

bahwa 1) Hasil penyususun instrumen tes kemampua berpikir tingkat tinggi mahasiswa pada perkuliahan mikrobiologi diperoleh sebanyak 7 butir soal yang dinyatakan

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa tercurah menjadikan skripsi dengan judul “Pengaruh Earnings Per Share dan Free Cash Flow terhadap