• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

4. Tinjauan Efektivitas Kurikulum Dan Program Pengajaran….…

………

Gambar 3. Matrik RPP Format Satpel

Sumber: E. Mulyasa, 2009; p: 164-165

Pengembangan RPP dengan format Satpel lebih rinci, sehingga menggunakan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan cara pertama. Pembuatannya pun perlu dilakukan beberapa kali, mungkin untuk satu silabus perlu tiga sampai lima Satpel. Sedangkan cara pertama, silabus langsung berfungsi sebagai satpel, setelah ditambah beberapa kolom.

4. Tinjauan Efektivitas Kurikulum Dan Program Pengajaran

Makna efektivitas bagi setiap orang akan memiliki makna yang berbeda, sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut

diakui oleh Chung dan Maginson dalam Mulyasa E (2007: 82) “ Efektivenes

means different to different people”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2001: 219) mengemukakan bahwa “Efektivitas berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Sedangkan menurut Starawaji (2009) menyatakan:

Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil,

tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Di dalam kamus bahasa Indonesia Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efektif, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.

commit to user

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketetapan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan suatu program, karena merupakan pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan cakupan teori di atas maka kurikulum dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria berikut ini:

1) Kesesuaian susunan kurikulum dengan panduan BSNP, terdapat: landasan

kurikulum tingkat sekolah, terdapat visi dan misi, tujuan dan motto sekolah dan terdapat standar kompetensi lulusan

2) Terdapat komponen kurikulum yang meliputi: tujuan, bahan pelajaran,

proses belajar mengajar, dan penilaian atau evaluasi

3) Kesesuaian format silabus yang meliputi: penelitian identitas mata pelajaran,

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikaor, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar sesuai Standar Nasional Pendidikan.

4) Pengembangan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar

kompetensi kelulusan dibawah dinas pendidikan Kabupaten/Kota yang meliputi: silabus berbasis kemampuan dasar, pengembangan pengalaman

belajar terdapat ranah kognitif, psikomotorik, afektif, terdapat

pengembangan kecakapan hidup

5) Analisis keadaan dan potensi sekolah yang meliputi: iklim belajar yang

kondusif, sarana dan prasarana yang memadai

6) Pengembangan kurikulum: Prinsip Ilmiah, Prinsip Relevan, Prinsip

Sistematis, Prinsip Konsisten, Prinsip Memadai, Prinsip Aktual dan Kontekstual, Prinsip Fleksibel, dan Prinsip Menyeluruh

Program pengajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

commit to user

1) Pengembangan Rencana Pelaksaan Pembelajaran minimal terdapat

komponen-komponen berikut: Tujuan pembelajaran, Materi pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar, Metode pembelajaran yang sesuai, alat, dan sarana pembelajaran, serta Penilaian hasil belajar

2) Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran yang efektif yang meliputi:

waktu, memberikan pelayanan yang berbeda kepada siswa yang berbeda karakteristik dan keunikan, merancang kegiatan pembelajaran yang kondusif

di dalam kelas, adanya pendekatan psikologis dan sosio-culture.

3) Pelaksanaan dan pengelompokan penilaian hasil belajar yang meliputi:

penilaian mengacu kepada kemampuan, berkelanjutan, didaktis, menggali informasi

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian yang dilampirkan yang dianggap relevan dengan masalah yang peneliti teliti:

1. Dra. Susi Gustina pada tahun 2007, yaitu mengenai “Sosialisasi paradigma

baru dalam pelaksanaan kurikulum learner centered”. Hasil penelitian menunjukkan situasi pembelajaran yang diciptakan oleh para aplikan adalah baik, hal tersebut ditunjukkan dari peningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, seperti aktif mengikuti aktivitas seni, meningkatkan kepekaan untuk merasakan elemen-elemen seni (bunyi, gerakan), menciptakan gerakan atau bunyi secara kreatif, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam pemecahan masalah.

2. Dewi Kuntari pada tahun 2009, yaitu mengenai “Problematika Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di SMA Negeri Di Bondowoso)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMA Negeri Bondowoso yaitu diawali dengan menyusun komponen KTSP seperti: Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Tingkat satuan Pendidikan, Struktur dan Muatan KTSP, Kalender Pendidikan, Silabus.

commit to user

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri Bondowoso adalah membuka pelajaran, kegiatan inti, menutup pelajaran. Sumber belajar yang digunakan oleh guru adalah buku teks, LKS, buku-buku lain yang relevan dengan materi, koran, kliping, majalah, internet, sedangkan media yang digunakan oleh guru adalah OHP, LCD, laptop, komputer, kartu kasus, televisi, DVD, VCD. Metode belajar bervariasi ceramah, diskusi, tanya jawab. Penilaian yang digunakan adalah ulangan harian, ulangan tengah semester, ujian akhir semester, bentuk lain dengan wawancara, tugas kelompok dan

tugas idividu. (2) problematika yang dihadapi guru Pendidikan

Kewarganegaraan adalah (a) kesulitan dalam membuat perangkat mengajar utamanya pada rencana pelaksanaan pembelajaran, urutan dari komponen yang berbeda-beda tiap guru, format penilaian, dan juga keterlambatan pengiriman kalender pendidikan dari pusat, sehingga menghambat penyusunan perangkat pembelajaran bagi guru; (b) kesulitan guru dalam mengoperasikan komputer, LCD dan laptop; (c) sarana dan prasarana yang terbatas;. (3) upaya mengatasi problematika yang dihadapi guru yaitu: (a) mengatasi kesulitan guru dalam menyusun perangkat mengajar, upaya yang dilakukan adalah dengan mendatangkan pakar/ahli untuk mengadakan sosialisasi dan konsultasi tentang kesulitan yang dihadapi guru; (b) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan dalam metode ataupun media adalah pihak kepala sekolah, mengadakan kursus untuk guru seperti komputer dan LCD; (b) untuk melengkapi sarana dan prasarana dilakukan dengan musyawarah dengan komite sekolah, rapat orang tua wali murid.

3. Riptono pada tahun 2007, yaitu mengenai “Pelaksanaan kurikulum tingkat

satuan pendidikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMK Negeri 6 Surakarta tahun diklat 2007/2008”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Negeri 6 Surakarta sudah sesuai dan sejalan dengan tuntutan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

commit to user

Standar Nasional Pendidikan. (2) Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Negeri 6 Surakarta ini, sekolah memiliki suatu kewenangan sendiri untuk mengembangkan peranan guru dan kreatifitas guru untuk lebih maju meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa sehingga lulusan dapat bersaing di dunia kerja. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menggunaan manajemen berbasis sekolah yang didukung dengan otonomi daerah sehingga sudah sinkron sesuai tuntutan dunia pendidikan; (3) Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Negeri 6 Surakarta adalah: (a) Pendanaan, sarana dan prasarana yang terbatas, (b) Terdapat sebagian guru dan karyawan yang sulit diajak maju.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan persamaan dan perbedaan hasil penelitian, persamaan dan perbedaan tersebut berdasarkan pada masing-masing tujuan penelitian. Persamaan tersebut ditunjukkan dalam pelaksaan kurikulum telah sesuai dan sejalan dengan tuntutan UU Rebuplik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Faktor-faktor yang menghambat pelaksaan kurikulum adalah pendanaan, sarana dan prasarana yang terbatas dan terdapat sebagian guru yang mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat mengajar.

Perbedaan hasil penelitian ditunjukkan berdasarkan keluasan dan kedalaman penelitian, hasil penelitian Riptono menggambarkan secara umum tentang pelaksanaan kurikulum dan hambatan yang dialami para guru, sedangkan hasil penelitian Dewi Kuntari lebih bersifat khusus dan memberikan banyak informasi bagi pembaca, karena menggambarkan pelaksanaan kurikulum dari awal perencanaan, pelaksanaan pengajaran di dalam kelas, hambatan yang dihadapi para guru dan upaya mengatasi hambatan yang dihadapi para guru. Sedangkan hasil penelitian Susi Agustina menjelaskan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan model siswa aktif akan lebih efektif dan dapat meningkatkan motisasi siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah.

commit to user

Dokumen terkait