• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Tinjauan Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakekatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. (Oemar Hamalik 2003: 16).

Definisi kurikulum dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 Butir 19 menyatakan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan demikian setiap satuan pendidikan akan memiliki acuan dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan masing-masing sekolah, dimana tujuan masing-masing-masing-masing sekolah bermuara pada tujuan nasional pendidikan.

Kurikulum ditinjau dari berbagai aspek memiliki pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan substansi yang terkandung di dalamnya. Ditinjau dari isi dan materi pelajaran, kurikulum di bentuk agar memberi kemudahan bagi guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa sehingga siswa memperoleh pengetahuan karena isi dan materi telah tersusun dalam kurikulum. Hal ini ditegaskan oleh Hamalik dalam Muhammad Joko Susilo (2007: 78) bahwa “kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan”. Mata ajaran (subject matter) yang dimaksud adalah pemgalaman orang tua atau

commit to user

orang-orang pandai masa lampau, yang telah tersusun secara sistematis dan logis.

Sementara itu menurut ahli lain, “Kurikulum adalah program pendidikan” (Oemar Hamalik, 2006: 10) yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut

siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong

perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut, sekolah/lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam kegitan belajar. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain. Semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa tercakup dalam kurikulum.

Kurikulum mencerminkan keseluruhan siklus input-proces-output,

sehingga kurikulum adalah serangkaian pengalaman belajar yang melibatkan semua kegiatan yanga terdapat dalam sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Romine dalam Oemar Hamalik (2006: 10) dan Muhammad Joko Susilo (2007:

79) yang menyatakan bahwa “ Curriculum is interpreted to mean all of the

organized course activites, and experience which pupils have under the direction of school, whether in the classroom or not” . Berdasarkan rumusan tersebut, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruang kelas, melainkan mencakup juga kegiatan di luar kelas. Pandangan modern menjelaskan, bahwa kegiatan intrakulikuler dan kegiatan ekstrakulikuler tidak ada pemisahan yang tegas. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kurikulum merupakan bagian dari sekolah yang sangat penting, karena

commit to user

melibatkan semua kegiatan yang terdapat dalam sekolah dan memiliki perananan yang penting bagi guru karena sebagai acuan dalam proses belajar mengajar agar siswa memperoleh pengetahuan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan.

b. Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki suatu komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya karena merupakan suatu proses kegiatan yang berkesinambungan, dan dalam proses tersebut selalu dikembangkan menuju perpaduan dan penyempurnaan.

Menurut Muhammad Joko Susilo (2007: 89) berpendapat bahwa kurikulum terdiri atas empat komponen yaitu:

1) Tujuan

Kurikulum disusun berdasarkan tujuan pelajaran atau tujuan sekolah (pendidikan) yang hendak dicapai.

2) Bahan pelajaran

Kurikulum harus memuat bahan pelajaran yang sesuai guna mencapai tujuan.

3) Proses belajar mengajar

Bahan-bahan pelajaran yang telah dipilih, harus didesain sedemikian rupa dalam kurikulum agar efektif ketika disajikan kepada siswa.

4) Penilaian atau evaluasi

Menentukan standar nilai untuk mengevaluasi efektivitas penyajian bahan pelajaran dan pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.

Komposisi kurikulum yang dikemukakan M. Joko Susilo tersebut menunjukkan bahwa keempat komponen kurikulum tersebut memiliki hubungan yang saling terkait. Tujuan merupakan komponen kurikulum yang paling pertama dan merupakan harapan yang ingin diwujudkan setiap pendidikan. Oleh karena itu dalam menetapkan tujuan harus memperhatikan tiga komponen yang lain baik komponen bahan pelajaran, proses belajar mengajar maupun penilaian. Begitu juga dalam menentukan bahan pelajaran harus memperhatikan tiga komponen yang lain, karena semua komponen tersebut saling berkaitan. Apabila keempat komponen tersebut dapat

commit to user

dijalankan secara efektif maka akan dapat dijadikan tolak ukur atas keberhasilan yang akan dicapai.

Kesalingketerkaitan komponen-komponen tersebut dapat

digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Skema Sistem Kurikulum

Sumber: Muhammad Joko susilo (2007: 89)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Tujuan pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran. Melalui proses pembelajaran diharapkan terdapat perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran diharapkan mengandung unsur PAIKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, sehingga

memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Sedangkan evaluasi merupkan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah kurikulum dapat dipertahankan atau tidak.

Tujuan

Bahan Pelajaran penilaian

Proses belajar Mengajar

commit to user

c. Fungsi Kurikulum

Dalam aktivitas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat penting, karena dengan kurikulum akan bermanfaat bagi beberapa pihak baik peserta didik, orang tua siswa, guru, dan pihak-pihak lain yang terkait. Oleh sebab itu kurikulum mempunyai beberapa fungsi diantaranya:

1) Fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan

Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan - tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat untuk dicapai. Dalam pencapain tujuan pendidikan yang dicita-citakan, tujuan-tujuan tersebut mesti dicapai secara bertingkat yang saling mendukung, sedangkan keberadaan kurikulum di sini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan (pendidikan).

2) Fungsi kurikulum bagi anak didik

Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan mampu menawarkan program-program pada anak didik yang akan hidup di zamannya.

3) Fungsi kurikulum bagi pendidik

Guru merupakan pendidik profesional, yang secara implisit telah merelakan dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang ada di pundak para orang tua. Adapun fungsi kurikulum bagi guru adalah sebagai pedoman kerja dalam menyususn dan mengorganisasi pengalaman belajar pada anak didik dan sebagai pedoman dalam mengevaluasi perkembangan anak didik.

4) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pembina sekolah

Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tangging jawab terhadap kurikulum, fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan Pembina lainnya adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise.

commit to user

5) Fungsi kurikulum bagi orang tua

Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan tersebut dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah mengenai masalah menyangkut anak-anak mereka.

6) Fungsi kurikulum bagi sekolah tingkat di atasnya

Fungsi kurikulum dalam hal ini dibagi dalam dua komponen yaitu dalam pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga baru.

7) Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah

Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak pemakai lulusan yang bersangkutan baik ikut memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan ikut memberikan kritik dan saran konstruktif demi penyempurnan program pendidikan di sekolah.

d. Pengembangan Kurikulum

Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama dalam upaya mengembangan sistem pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2003: 24-30) kurikulum memiliki komponen-komponen sebagai berikut:

1)Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah

pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undan-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.

2)Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang berupa

bahan kajian dan pelajaran

3)Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran

commit to user

4)Organisasi kurikulum, yang terdiri dari mata pelajaran terpisah, mata

pelajaran berkorelasi, bidang studi/pengajaran, program yang berpusat pada anak, core program, dan eclectic program.

5)Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah

pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Komponen-komponen kurikulum dengan hubungannya yang saling terkait menunjukkan bahwa proses pengembangan kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah. Adakalanya kurikulum yang telah disusun tidak dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks, dan melibatkan berbagai komponen, yang tidak hanya menuntut ketrampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum. Kurikulum didesain atas pengembangan dan perbaikan.

Pelaksanaan pengembangan kurikulum memberikan kesempatan lebih luas terhadap guru untuk berimprovisasi, terutama dalam pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekolah yang memiliki kemampuan mandiri dapat menjabarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan secara mandiri serta mengembangkan silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (provinsi, kabupaten, dan kota). Karena sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan dalam pengembangan silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi dan kebutuhan masing-masing, maka pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional memberikan acuan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan silabus, dengan adanya standar yang harus dipenuhi maka komponen dalam silabus diharapkan tidak ada yang terlewatkan dan diharapkan guru lebih mudah dalam pengembangan silabus.

Landasan pengembangan silabus tersebut terdapat dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 17 ayat (2) dan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 20. “Silabus” yang dimaksudkan adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan

commit to user

kurikulum berbasis sekolah, kurikulum hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. (E. Mulyasa, 2009: 133). Silabus merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang akan ditanamkan kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran, dimana kegiatan pembelajaran harus dilakukan untuk membentuk suatu kompetensi tertentu. Upaya pembelajaran yang dilakukan kemudian diadakan penilain dengan tujuan agar mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki oleh siswa.

Silabus merupakan penjabaran lebih rinci dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang minimal memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh siswa. Secara lebih rinci dijelaskan Departemen Pendidikan Nasional (2007: 126) menyatakan bahwa “Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”.

Pengembangan silabus sekolah harus berpedoman pada delapan prinsip pengembangan silabus, agar pengembangan yang dilakukan oleh sekolah tetap berada dalam koridor standar pendidikan nasional. Sesuai dengan standar Departemen Pendidikan Nasional (2007: 128-130), terdapat delapan prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1) Prinsip Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam

silabus harus benar dan dapat dipertanggungawabkan secara keilmuan

2) Prinsip Relevan

Dalam pengembangan silabus diharapkan terdapat kesesuaian antara cakupan, kedalaman dan tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dengan karakteristik peserta didik. Serta diharapkan terdapat keserasian antara silabus dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakai lulusan. Demikian halnya dalam kaitannya dengan jenjang pendidikan yang ada di atasnya sehingga terjadi kesinambungan dalam pengembangan silabus.

commit to user

3) Prinsip Sistematis

Komponen-komponen dalam silabus saling berkaitan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Prinsip Konsisten

Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, sehingga terdapat konsistensi antara format dalam silabus dengan pelaksanaan dalam proses pembelajaran, baik dalam interaksi antara siswa dan guru maupun antara teori dan praktik dalam rangka membentuk kompetensi peserta didik.

5) Prinsip Memadai

Prinsip memadai berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Serta didukung sarana dan prasarana yang tersedia dalam proses belajar mengajar. Dengan sarana prasarana yang memadai, maka dalam penyampaian kompeteni dasar akan lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa.

6) Prinsip Aktual dan Kontekstual

Berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7) Prinsip Fleksibel

Guru sebagai pelaksana kurikulum, tidak harus menyajikan mutlak seperti dalam silabus, tetapi guru dapat mengembangkan berbagai ide baru. Sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang peserta didik.

8) Prinsip Menyeluruh

Komponen dalam silabus yang dikembangkan harus mencakup keseluruhan ranah kompotensi baik kognitif, afektif, dan psikomotorik.

commit to user

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum. Dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, pengengembangan silabus oleh sekolah tetap berada dalam koridor standar nasional pendidikan.

Pengembangan silabus KTSP dalam prosesnya dapat dilakukan melalui tiga cara seperti berikut:

1)Mengembangkan silabus sendiri; bagi sekolah yang sudah mampu

mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta fasilitas dan lingkungan yang memadai.

2)Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BNSP; bagi

sekolah yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri.

3)Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; bagi yang belum

mampu mengembangkannya secara mandiri. (E. Mulayasa, 2009: 134)

Dengan demikian setiap satuan pendidikan berhak dalam

pengembangkan silabus sesuai dengan kemampuan masing-masing, apabila sekolah belum mampu atau belum memenuhi kriteria dalam pengembangan silabus secara mandiri, maka guru dan kepala sekolah diperbolehkan menggunakan model silabus dari BNSP, atau bisa juga memfotokopi silabus dari sekolah lain, namun guru dan kepala sekolah harus menyesuaikan kurikulum tersebut, serta menganalisisnya dengan cara memilah dan mimilih setiap kompetensi dasar yang dikembangkan disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa silabus merupakan inti penjabaran dari kurikulum yang dapat dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan yaitu guru, kelompok guru atau kelompok kerja guru masing-masing mata pelajaran dibawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan setempat. Oleh Karena itu melalui pengembangan kurikulum dari satuan pendidikan, diharapkan mampu menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan bagi siswa.

commit to user

e. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas

Pelaksanan kurikulum dibagi mejadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkat kelas yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggungjawab melaksanakan proses administrasi kurikulum.

Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas terdapat unsur pembagian tugas guru secara administrasi untuk menjamin kelancaran pelaksanan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan administrasi yaitu: pembagian tugas mengajar, pembagian tugas pembinaan ekstrakulikuler, dan pemberian tugas bimbingan belajar. Berkaitan dengan tugas mengajar, kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas-tugas seorang guru dalam mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kegiatan tersebut antara lain:

a) Menyusun pelaksanaan program unit.

b) Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran

c) Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa

d) Pengisian buku laporan pribadi siswa bagi wali kelas.

Dengan penjabaran tugas guru, maka guru akan lebih mudah dalam menjalankan kewajibannya dalam mengajar di dalam kelas. Langkah yang dilakukan oleh guru akan lebih terbimbing dan terkontrol. Sehingga pelaksaan pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien.

Dokumen terkait