PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK
DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MEMBACA IRAMA SISWA KELAS VII DI SMP
KATOLIK MARIANA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
DINA MARIANA SIMAMORA NIM 2103140010
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Dina Mariana Simamora (NIM. 2103140010) Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Irama Siswa Kelas VII SMP Katolik Mariana Medan. Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan 2015.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar membaca irama siswa kelas VII SMP Katolik Mariana Medan, dan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar membaca irama siswa kelas VII dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengertian model pembelajaran, pengertian metode pembelajaran, pengertian hasil belajar, pengertian musik, dan pengertian irama.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan di SMP Katolik Mariana Medan dengan subjek adalah siswa kelas VII yang berjumlah 50 orang. Dalam pengumpulan data teknik digunakan tes hasil belajar, wawancara, observasi lapangan, studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelasnya adalah 72,94. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 82,62, menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 9,68. Dan kelulusan secara klasikal pada siklus I mencapai 62% (31 orang) sedangkan pada siklus II mencapai 86% (43 orang). Dengan demikian model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar membaca irama siswa.
Dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar membaca irama siswa kelas VII SMP Katolik Mariana Medan adalah cara mengajar guru yang membosankan, guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa merasa bosan dan kurang dapat memahami penjelasan guru sehingga menyebabkan siswa belajar secara individu, kurang melibatkan interaksi sosial yang dapat menimbulkan kebosanan siswa yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar membaca irama siswa, dan cara meningkatkan hasil belajar membaca irama siswa kelas VII SMP Katolik Mariana Medan adalah dengan cara menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran Talking Stick. Dan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar membaca irama siswa kelas VII SMP Katolik Mariana Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kasih dan karunia-Nya kepada penulis sehingga Skripsi yang berjudul
“Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar membaca Irama Siswa Kelas VII SMP Katolik
Mariana Medan” dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Medan
Dalam proses penulisan Skripsi ini banyak pihak yang telah membantu.
Untuk itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan FBS UNIMED
3. Uyuni Widyastuti, M. Pd Selaku Ketua Jurusan Sendratasik
4. Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Musik
5. Dra. Theodora Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
6. Wiflihani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
7. Lamhot Basani Sihombing, M. Pd selaku Dosen pembimbing Akademik
8. Seluruh Dosen Prodi Pendidikan Musik
9. Drs. Sabam Sitohang selaku kepala sekolah SMP Katolik Mariana Medan
10. Citra Hutasoit, S. Pd selaku guru bidang studi seni Musik di SMP Katolik
11. Orangtua yang telah sabar dan penuh kasih mendidik penulis, Ayahanda
Alm. Japanal Simamora dan Ibunda Marice br. Purba yang selama ini
selalu setia mendengar segala keluh kesah penulis didalam penyelesaian
studi. Abang-abang penulis Horas Simamora, S.Pd, Suhut Sudirman, S.Si,
dan Parlaungan Simamora, S.Kom, serta Kakak-kakak penulis Osantarida
Simamora, Lastiarma Simamora, dan Masnauli Simamora
12. Adik penulis Nova Lady Simanjuntak yang senantiasa penuh kasih, setia
menemani penulis suka dan duka di dalam penyelesaian Skripsi ini, terima
kasih atas segala bantuan, dukungan, dan semangat yang telah diberikan.
Tidak lupa buat Lola Lorena Simanjuntak, yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis.
13.Sarah Sianturi, Agustina Tampubolon, Yunita Pardede, Jeremy Sidauruk,
Debora Sianturi, Mega Aritonang, dan seluruh anggota NHKBP Karpem
14.Kelompok Jubilate Vivi Siahaan, Grace Sidauruk, Miranti Nainggolan,
dan Jesika Silitonga
15.Agnes Rebecca, Febri Yanti Sinaga, Octa Maria, Putri Ginting, Hendro
Samosir, dan seluruh teman teman seni musik stambuk 2010
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Skripsi ini
memberikan manfaat terkhusus bagi guru Seni Budaya di SMP
Medan, Maret 2015
Penulis
ii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1 Grafik Perolehan Nilai Pre Test ... 55
2. Gambar 4.2 Foto Kegiatan belajar siklus I ... 64
3. Gambar 4.3 Foto Kegiatan belajar dengan model Talking Stick ... 67
4. Gambar 4.4 Foto Siswa memainkan irama secara berkelompok ... 71
5. Gambar 4.5 Grafik Perolehan Nilai Post-test Siklus I ... 74
6. Gambar 4.6 Foto Kegiatan Pembelajaran pada siklus II ... 83
7. Gambar 4.7 Foto Salah seorang siswa yang mendapatkan tongkat .. 87
8. Gambar 4.8 Foto Siswa memainkan irama secara berkelompok ... 92
9. Gambar 4.9 Grafik Perolehan Nilai Post-test sikus II ... 95
10.Gambar 4.10 Grafik Nilai rata-rata siswa pada pre-test, post test Siklus I dan Post Test siklus II ... 99
11.Gambar 4.11 Grafik Persentase Ketuntasan siswa pada Pre-test, Post Test siklus I, dan Post Test siklus II ... 100
DAFTAR TABEL
1. Tabel.2.1. Prosedur Kegiatan Metode Talking Stick ... 19
2. Tabel.3.1 Kriteria penilaian ... 45
3. Tabel 4.1 Rincian Waktu Penelitian ... 52
4. Tabel 4.2 Perolehan nilai pre-test ... 55
5. Tabel 4.3 Rincian Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 59
6. Tabel 4.4 Perolehan nilai post test siklus I ... 72
7. Tabel 4.5 Rincian Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 78
8. Tabel 4.6 Perolehan nilai post test siklus II ... 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya belajar merupakan usaha secara sadar yang dilakukan
peserta didik untuk mempersiapkan dirinya guna meningkatkan kualitas hidupnya.
Belajar berarti upaya untuk memperoleh suatu perubahan melalui latihan dan
pengalaman, namun perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan tidak
termasuk hasil belajar. Belajar merupakan proses perubahan dari yang tidak tahu
menjadi tahu. Belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
Begitu banyak ilmu pengetahuan di dunia ini sehingga menyebabkan manusia
berlomba untuk lebih banyak tahu dengan lebih banyak lagi belajar.
Proses belajar dimulai dari ketika seorang anak dilahirkan didalam sebuah
keluarga, keluarga merupakan tempat pertama anak mendapatkan pelajaran.
Banyak hal yang dapat dipelajari seorang anak di keluarga sampai memperoleh
kepandaian-kepandaian yang bersifat jasmaniah, seperti : merangkak, duduk,
berjalan, berlari, makan, dan lain-lain. Begitu juga dengan kepandaian yang
bersifat rohaniah, sejak anak lahir orangtua akan menuntun anaknya untuk
mengikuti ajaran-ajaran agama yang dianut orang tuanya dan berusaha
menjadikannya menjadi anak yang baik dan penurut. Orang tua selalu
mendukung dan memotivasi anaknya untuk melakukan hal-hal yang terbaik guna
2
Selain keluarga, anak juga dapat memperoleh pembelajaran di sekolah.
Sekolah merupakan sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa
dibawah pengawasan guru. Sekolah adalah tempat untuk belajar, belajar berbagai
macam mata pelajaran, belajar mengenai kehidupan sosial. Sekolah merupakan
tempat untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan baru. Sekolah merupakan
lembaga pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah yang berjalan sesuai
dengan peraturan-peraturan dan undang-undang dari pemerintah. Dimulai dari
tingkat SD, SMP, SMA / SMK dan sampai perguruan tinggi, namun lembaga
untuk sarana belajar bukan hanya lembaga pendidikan formal, namun ada yang
dinamakan lembaga pendidikan nonformal, yaitu lembaga yang didirikan oleh
pihak swasta. Contohnya Pusat bimbingan belajar, Sanggar Tari, Bina vokalia,
dan sebagainya.
Keberhasilan sebuah sekolah dalam mencapai tujuannya yaitu menjadi
sarana bagi peserta didik dalam memperoleh pembelajaran didukung oleh
beberapa komponen diantaranya fasilitas yang disediakan sekolah dan guru yang
mengajar. Kerap sekali yang menjadi hambatan ketika guru mengajar yaitu ada
tidaknya alat-alat yang mendukung dalam pembelajaran. Sekolah yang memiliki
alat-alat perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah lagi kemampuan
guru dalam menggunakan alat tersebut, akan mempermudah dan mempercepat
materi pembelajaran diterima anak-anak. Guru yang mengajar juga menjadi
komponen penting dalam mendukung keberhasilan sekolah. Tidak semua guru
memiliki kemampuan diatas rata-rata untuk bisa memberi pelajaran kepada siswa,
3
yang ia ajarkan, namun yang membuat guru berhasil dalam mengajar ialah cara
mengajarnya. Metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran berperan penting. Ada guru yang memiliki banyak ilmu namun tidak
begitu disukai oleh siswa karena tidak pandai dalam mengajar. Ada pula guru
yang menjadi idola kebanyakan siswa nya.
Guru merupakan pengajar suatu ilmu. Pada umumnya guru merujuk
pendidik professional yang tugasnya bukan hanya mengajar, melainkan mendidik,
membimbing, melatih, mengarahkan dan mengevaluasi peserta didik. Guru
bertanggung jawab penuh dalam memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai dari pengamatan perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
Secara formal, guru merupakan tenaga pendidik disekolah negeri ataupun swasta
yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal
minimal sarjana. Dalam mengajar guru mempunyai peranan penting, yaitu sebagai
perencana, pelaksana dan penilai.
Guru sebagai perencana harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan
didalam proses belajar mengajar, guru sebagai pelaksana yaitu harus menciptakan
situasi belajar yang membuat peserta didik nyaman, memimpin, menggerakkan,
dan mengarahkan proses belajar mengajar sesuai dengan yang telah direncanakan,
guru sebagai penilai mengumpulkan, menganalisa, dan memberikan pertimbangan
atas berhasilnya proses belajar mengajar, dengan itu guru akan lebih mudah
mengetahui tingkat keberhasilannya dalam menjalankan profesi nya sebagai
4
Profesi guru sebenarnya memiliki resiko yang besar bagi anak didiknya,
namun resiko itu baru akan terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama.
Misalnya guru yang tidak professional dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa
Inggris, bukan hanya berdampak pada nilai anak didik yang menurun, namun bisa
jadi anak didik akan membenci mata pelajaran tersebut.
Ada berbagai macam mata pelajaran yang diajarkan disekolah, biasanya
bergantung kepada tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA / SMK). Seni Musik
termasuk salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari tingkat
SD sampai SMA / SMK. Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang
membantu pengungkapan gagasan atau ide dengan mempergunakan unsur-unsur
musik, sehingga terbentuknya suatu karya musik yang tidak terlepas dari rasa
keindahan. Tujuan dari pengajaran musik disekolah antara lain untuk
meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki peserta
didik melalui pengalaman dan penghayatan musik, selain itu juga membantu anak
mengekspresikan dirinya melalui musik.
Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang mengarahkan peserta
didik agar mampu mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif,
Pendidikan seni musik memberikan kontribusi dalam pengembangan individu
siswa yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan akal, pikiran, sosialisasi,
dan emosional. Pengajaran musik merupakan pengajaran tentang kemampuan
bermusik dengan memahami arti dan makna dari unsur-unsur musik yang
membentuk suatu lagu atau komposisi musik, yang disampaikan kepada peserta
5
materi pengajaran musik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisah yang
dapat membentuk suatu lagu maupun komposisi musik. Unsur-unsur musik
tersebut adalah irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi.
Irama yang termasuk kedalam unsur musik merupakan aliran yang teratur
dalam musik diatur melalui waktu. Irama merupakan gerak musik yang teratur
dan tidak terlihat dalam lagu namun dapat dirasakan ketika lagu tersebut
dimainkan. Irama mempunyai keterkaitan dengan panjang pendeknya not.
Sehingga kemahiran dalam membaca tanda diam sama pentingnya dengan
membaca not. Irama yang disusun sesuai dengan tanda birama akan membentuk
suatu pola irama. Pola irama merupakan susunan irama tertentu dalam satu atau
beberapa birama yang muncul secara berulang-ulang dan teratur, ada beberapa
macam bentuk pola irama, yaitu : Pola irama rata, tidak rata dan sincope.
Seorang pelaku musik tentu memiliki kemampuan dalam membaca irama
yang terdapat dalam sebuah partitur. Karena setiap musik mengandung irama.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang-orang yang belum
mampu jika diperhadapkan dengan partitur sebuah lagu. Salah satunya dalam
membaca irama lagu. Padahal sudah seharusnya setiap orang belajar membaca
irama, karena irama termasuk salah satu komposisi pembentuk musik. Mungkin
kendala yang dihadapi terletak pada kurangnya informasi yang didapat. Misalnya
disekolah, siswa tidak diajarkan oleh guru untuk membaca irama, membuat siswa
tidak tertarik dan merasa tidak membutuhkan pembelajaran mengenai membaca
6
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, terdapat beberapa kendala
pada pelaksanaan pembelajaran irama, salah satunya penggunaan metode
konvensional yang proses pembelajarannya guru mendominasi peserta didik dan
menjadi pelaku tunggal sehingga keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran sangat kurang.
Ada berbagai jenis metode yang dapat digunakan dalam pengajaran. Setiap
metode berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan metode-metode tersebut
disebabkan karena setiap metode memiliki karakteristik masing-masing, yaitu
kelebihan dan kekurangan, tujuan penggunaan dan teknis penggunaannya. Oleh
karena itu tidak cocok satu metode saja yang digunakan untuk melaksanakan
semua kegiatan-kegiatan pengajaran. Untuk mencapai tujuannya sesuai dengan
yang diharapkan setiap metode dapat cocok dan tepat digunakan, apabila metode
tersebut sesuai untuk mencapai pencapaian tujuan yang akan dicapai dalam
pengajaran itu. Model pembelajaran Talking Stick merupakan model pembelajaran
yang menuntun peserta didik untuk berperan aktif dikelas. Model pembelajaran
ini melatih keberanian siswa untuk tampil mengemukakan pendapatnya. Dengan
model pembelajaran Talking Stick, diharapkan siswa dapat menguasai mata
pelajaran yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul “Penggunaan
model Pembelajaran Talking Stick dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
7
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan agar penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menjadi lebih terarah serta mempersempit cakupan masalah yang akan dibahas.
Dalam uraian yang terdapat dalam latar belakang masalah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hadeli (2006:23) mengatakan :
“Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan”
maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pembelajaran materi irama di SMP Katolik Mariana ?
2. Apakah kendala yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi irama ?
3. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran Talking Stick dalam
pembelajaran materi irama ?
4. Bagaimanakah hasil yang diperoleh siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Talking Stick dalam mempelajari materi irama ?
5. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Stick ?
6. Apa kelebihan model pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran
materi irama ?
7. Apa kendala yang dihadapi peneliti didalam menerapkan model
8
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang terdapat dalam identifikasi
masalah diatas maka peneliti perlu membuat batasan masalah untuk memudahkan
penyelesaian masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Sukardi (2006:30) yang mengatakan :
“Dalam merumuskan atau membatasi dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung kepada kenangan peneliti. Oleh karena itu perlu ketelitian dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian dan dirangkum ke dalam beberapa pertanyaan yang jelas”.
Oleh karena itu, peneliti memilih beberapa pembatasan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran Talking Stick dalam
pembelajaran materi irama ?
2. Bagaimanakah hasil yang diperoleh siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Talking Stick dalam mempelajari materi irama ?
3. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Stick ?
4. Apa kendala yang dihadapi peneliti didalam menerapkan model
pembelajaran Talking Stick ?
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang
hendak dilakukan. Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk
menemukan jawaban untuk jawaban dari pertanyaan, maka dari itu perlu
9
pertanyaan. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sugiono (2009:5) yang
mengatakan “Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat
kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah
penelitian harus didasarkan pada masalah.”
Dari uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang, identifikasi, serta
pembatasan masalah, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
“Bagaimana penggunaan model pembelajaran Talking stick dalam upaya
meningkatkan hasil belajar membaca irama siswa kelas VII di SMP Katolik
Mariana Medan”.
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian tentu berorientasi kepada tujuan tertentu, salah
satu keberhasilan penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses penerapan model pembelajaran Talking Stick
dalam pembelajaran materi irama.
2. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Talking Stick dalam mempelajari materi irama.
3. Untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam proses belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi peneliti didalam menerapkan
10
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat
sehingga penelitian tidak hanya teori semata tetapi juga dapat dipakai oleh
pihak-pihak yang membutuhkan. Sejalan dengan pendapat Hariwijaya (2008:50) yang
mengatakan : “Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil
penelitian tersebut, dalam hal ini mencakup dua hal yakni kegunaan dalam
pengembangan dalam ilmu dan manfaat dibidang praktik.”
Berdasarkan pendapat tersebut maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai berikut :
1. Peneliti, sebagai bahan peningkatan wawasan pengalaman dan ilmu
pengetahuan tentang model Talking Stick dalam belajar membaca irama.
2. Sekolah, dapat dijadikan sebahgai salah satu referensi program pengajaran
pada siswa-siswi di SMP Katolik Mariana Medan.
3. Jurusan Sendratasik Unimed, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran Talking Stick memberikan pengaruh dalam pembelajaran
irama yaitu hasil belajar siswa yang sangat signifikan.
2. Sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran
Talking Stick, terlebih dahulu peneliti melakukan uji coba dengan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dalam membaca irama, rata-rata hasil belajar
siswa dalam pembelajaran membaca irama sangat rendah yaitu 67,28,
selanjutnya peneliti melakukan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran
Talking Stick, rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 72,94
namun belum dapat dinyatakan tuntas, kemudian dilanjutkan penelitian siklus II
dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick, rata-rata hasil belajar
siswa semakin meningkat yaitu 82,62 maka dinyatakan tuntas dan siklus tidak
dilanjutkan lagi dan dengan demikian disimpulkan bahwa model pembelajaran
Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar membaca irama.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Penggunaan
Model Pembelajaran Talking Stick Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
103
bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
Talking Stick membuat siswa aktif dan turut mengambil bagian dalam
pembelajaran. Model pembelajaran Talking Stick menuntun siswa untuk berani
tampil di depan kelas dan bertanggung jawab atas pelajaran yang telah diterima
siswa.
4. Saat melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Talking
Stick banyak kendala yang dihadapi peneliti diantaranya keadaan kelas yang
sering sekali tidak kondusif, selain itu masih banyak siswa yang belum serius
didalam belajar.
B. Saran
Dari seluruh rangkaian penelitian dan kesimpulan diatas maka saran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai guru professional hendaknya guru memperhatikan keaktifan siswa dan
bukan hanya terfokus pada materi pelajaran yang dipersiapkan.
2. Guru dapat menggunakan model pembelajaran Talking Stick dalam materi
pelajaran membaca irama.
3. Apabila ada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tindakan kelas pada
materi yang lain selain materi membaca irama, peneliti menyarankan untuk
menggunakan model pembelajaran Talking Stick, hal tersebut dimaksudakan
untuk mengetahui apakan model pembelajaran Talking Stick juga efektif
104
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Bandung
Aqib. 2006. Peneitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Fitrya, Inneke. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Sinektik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ansambel Campuran Pada Siswa KelasVIII SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2013/201. Medan :Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Hutabarat, Rhut Elisabet.2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Gitar Pada Siswa Kelas XI SMK Methodist – 8 Medan Tahun Ajaran 2011 / 2012. Medan : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media persada
Lestari, Dian.2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Buah-Buahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di kelas VII SMP IT Al-Fityan School Medan.Medan : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : Ombak
Pakpahan, Yus Irawani. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Seni Musik Siswa Kelas V SD Katolik Budi Murni 7 Medan. Medan : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
105
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara
Tambunan, Trisepwanny A.S. 2007. Pembelajaran Pola Ritme Dengan Media Ansambel Perkusi Hasil Kreasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Medan. Medan : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Tampubolon, Melda.2012. Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Dalam Menyanyikan Lagu Daerah Batak Toba (Sik-sik Sibatumanikkam) Siswa Kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Babalan. Medan : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan