• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MEMBELAJARKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL KEPADA ANAK TUNAGRAHITA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK PELATIHAN MODEL OPEN DESIGN DI SLB NEGERI SERDANG BEDAGAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MEMBELAJARKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL KEPADA ANAK TUNAGRAHITA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK PELATIHAN MODEL OPEN DESIGN DI SLB NEGERI SERDANG BEDAGAI."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

MEMBELAJARKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL KEPADA ANAK

TUNAGRAHITA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

DENGAN TEKNIK PELATIHAN MODEL OPEN DESIGN

DI SLB NEGERI SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

FRANCISCUS SEHANA

NIM: 8136132062

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRACT

Sehana, Franciscus. Teacher’s Competence Improvement In Implementing Vocational Skill To Mentally Retarded Child through Academic Supervision By Using Technique of Training Open Design Model At SLB Negeri Serdang Bedagai. Thesis. Medan: Controlling Supervision of Educational Administration of Post Graduate Program of State University of Medan. 2015.

(5)

ABSTRAK

Sehana, Franciscus. Peningkatan Kemampuan Guru Membelajarkan Keterampilan Vokasional Kepada Anak Tunagrahita Melalui Supervisi Akademik Dengan Teknik Pelatihan Model Open Design di SLB Negeri Serdang Bedagai. Tesis. Medan: Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah yang bertujuan untuk membantu guru Seni Budaya dan Keterampilan meningkatkan kemampuan membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita di SLB Negeri Serdang Bedagai. Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design dapat meningkatkan kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita. Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Serdang Bedagai selama tiga bulan yaitu bulan April 2015 s.d awal Juni 2015. Subjek penelitian ini adalah guru Seni Budaya dan Keterampilan tingkat SMALB sebanyak 5 (lima) orang. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah: Kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional membuat sabun cair pencuci piring kepada anak tunagrahita. Hasil analisis data membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita pada pra siklus (pre-test) sebesar 58,66% (kurang) setelah dilakukan perlakuan pada siklus I sebesar 68,66% (cukup), dilanjutkan siklus II sebesar 74,66% (cukup) dan pada siklus III sebesar 91,33 (sangat baik). Ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan guru dalam membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita. Implikasi penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan guru dalam membelajarkan keterampilan vokasional dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Membelajarkan Keterampilan Vokasional Kepada Anak Tunagrahita Melalui Supervisi Akademik dengan Teknik Pelatihan Model Open Design di SLB Negeri Serdang Bedagai”.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan Tesis ini. Penulisan Tesis ini juga dapat terwujud atas bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan Beasiswa S2 Kepengawasan bagi Penulis sehingga dapat menempuh perkuliahan di Universitas Negeri Medan

2. Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 3. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

4. Dr. Ir. Darwin, M.Pd. selaku Ketua Prodi Administrasi Pendidikan dan Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd. selaku Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan.

5. Dr. Sukarman Purba, M.Pd , Dr. Ir. Darwin, M.Pd , Dr. Saut Purba, M.Pd selaku narasumber dan penguji yang sangat banyak memberi masukan dan saran dalam penulisan Tesis ini.

6. Bapak/Ibu Dosen di Program Pascasarjana UNIMED yang membekali Penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

(7)

8. Rosma Br. Sembiring, S.Pd, Koko Prayogo,S.Pd, Erna Hanim, S.Pd, Igen Malem Katarina Barus, S.Pd, Neldewita, S.Pd, para guru dan anak- anak kelompok keterampilan yang menjadi peserta pelatihan keterampilan vokasional.

9. Orang tua tercinta Wardi Utomo (+) dan Ibunda Siyam, Isteriku tersayang Sri Budiana, anakku Bede Griffith dan Dwi Astaningsih, yang selalu memberikan semangat dan doa, sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. 10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi

Kepengawasan angkatan kedua yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual selama perkuliahan dan penyelesaian Tesis ini.

11. Semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan Tesis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan Tesis ini namun masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, materi dan penggunaan bahasa yang tepat. Oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Penulis berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, Juni 2015 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

2. Keterampilan Vokasional Membuat Sabun Cair Pencuci Piring ... 15

a. Keterampilan vokasional ... 15

b. Sabun cair pencuci piring... 17

3. Anak Tunagrahita... 21

a. Pengertian anak tunagrahita ... 21

b. Klasifikasi anak tunagrahita ... 22

c. Karakteristik anak tunagrahita ... 23

d. Kemampuan vokasional anak tunagrahita...24

4. Supervisi Akademik ... 26

5. Pelatihan Model Open Design ... 31

B. Hasil Penelitian yang Relevan ……….…...39

C. Kerangka Berfikir ………... 40

(9)

BAB III. METODE PENELITIAN...43

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 43

C. Devinisi Operasional Variabel ... 44

D. Desain Penelitian Tindakan...46

E. Prosedur Tindakan Penelitian ...47

F. Tehnik dan Alat Pengumpul Data... ... 52

1. Tehnik Pengumpul Data ...52

2. Alat Pengumpul Data ...53

G. Tehnik Analisa Data ...57

H. Indikator keberhasilan tindakan ... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan... 98

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 103

B. Implikasi ... 103

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Ukuran Bahan Sabun ... 19

1.2 Kegiatan Supervisi Akademik. ... 29

3.1 Subjek Penelitian ... 43

3.2 Tahapan Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah ... 47

3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 53

3.4 Kisi-kisi Soal Pre-test dan Pos-test ... 55

3.5 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru dalam Membuat Sabun Cair ... 56

3.6 Kisi-kisi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran ... 56

3.7 Rentang Skor dan Kategori ... 58

4.1 Deskripsi Nilai Pre-test ... 60

4.2 Deskripsi Kemampuan G1 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I 62 4.3 Deskripsi Kemampuan G2 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I . 65 4.4 Deskripsi Kemampuan G3 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I . 66 4.5 Deskripsi Kemampuan G4 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I . 67 4.6 Deskripsi Kemampuan G5 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I . 69 4.7 Deskripsi Hasil Pos-test Siklus I ... 70

4.8 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G1) Siklus II ... 73

4.9 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G2) Siklus II ... 75

4.10 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G3) Siklus II ... 77

4.11 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G4) Siklus II ... 78

4.12 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G5) Siklus II ... 80

4.13 Deskripsi Hasil Pos-test Siklus II. ... 82

4.14 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G1) Siklus III ... 85

(11)

4.16 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G3) Siklus III ... 88

4.17 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G4) Siklus III ... 90

4.18 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G1) Siklus III ... 91

4.19 Deskripsi Hasil Pos-test Siklus III ... 93

4.20 Nilai Pre-test, pos-test siklus I, II, dan Siklus III ... 95

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Pelatihan Model Open Design oleh Edy Susatya ... 35

2.2 Alur Pelatihan Model Open Design yang dipakai ... 36

4.10 Hasil observasi G3 Siklus II ... 78

4.11 Hasil observasi G4 Siklus II ... 79

4.12 Hasil observasi G5 Siklus II ... 81

4.13 Hasil Pos-test Siklus II ... 83

4.14 Hasil observasi G1 Siklus III ... 86

4.15 Hasil observasi G2 Siklus III ... 87

4.16 Hasil observasi G3 Siklus III ... 89

4.17 Hasil observasi G4 Siklus III ... 91

4.18 Hasil observasi G5 Siklus III ... 92

4.19 Hasil Pos-test Siklus III... 94

4.20 Hasil Pre-test, Pos-test Siklus I, II dan Siklus III ... 96

(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

sama-sama memiliki kebutuhan, keinginan dan harapan serta potensi untuk mewujudkanya.

Potensi itu tidak hanya dimiliki oleh manusia normal, tetapi juga oleh manusia yang secara

fisik maupun psikis mengalami hambatan, atau yang saat ini dikenal dengan istilah “anak

berkebutuhan khusus”.

Perundang-undangan Indonesia juga mengakui kesamaan hak dan kewajiban setiap

warga negara. Menurut pasal 15 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidik Nasional, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan

Khusus. Pasal 32 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan

Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan

Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan

luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada

tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum

tersedia.

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa

Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: (1) tunanetra, (2) tunarungu, (3)

(15)

belajar (9) autis, (10) memiliki gangguan motorik, (11) menjadi korban penyalahgunaan

narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain dan (12) memiliki kelainan lain.

Menurut pasal 130 ayat (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta

didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. ayat (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat

dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan

kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4) menetapkan bahwa

Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi

antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan.

Integrasi antarjenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu

lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan

seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antarjenis kelainan, maka dalam satu jenjang

pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan.

Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan

pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah. SLB Negeri

Serdang Bedagai menggunakan sistem integrasi antarjenjang dalam bentuk SLB satu atap dan

integrasi antarjenis kelainan. Penelitian ini dikhususkan pada guru yang mengajar anak

tunagrahita di SLB Negeri Serdang Bedagai pada jenjang SMALB.

Anak tunagrahita perkembangan intelektualnya mengalami hambatan sehingga

menimbulkan berbagai masalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak tunagrahita

tidak seharusnya selalu tergantung secara penuh terhadap orang lain, pada dasarnya mereka

juga masih punya potensi yang dapat dikembangkan. Sesuai dengan hasil penelitian Atsushi

Nishio (2005:109) di Jepang bahwa orang-orang dengan Intellectual disability mampu untuk

kualifikasi pekerjaan sebagai home helper. Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan bahwa

(16)

khusus. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya anak tunagrahita memiliki harapan untuk

mengembangkan potensi yang mereka miliki. Pengembanganya dapat dilakukan melalui

pendidikan di sekolah.

Siswa SLB Negeri Serdang Bedagai seluruhnya berjumlah 97 siswa yang terdiri

dari anak tunagrahita 60 siswa, tunarunggu 26 siswa, tunadaksa 5 siswa, autis 6 siswa. Guru

ada 20 orang, yang mengajar pada jenjang SMALB ada 11 orang, dengan latar belakang

pendidikan guru bidang studi ada 8 orang, PGSD ada 1 guru, PGMI ada 1 guru dan 1 orang

guru jurusan PLB. Keterampilan vokasional yang diajarkan di SMALB yaitu tata boga dan

tata busana.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas SMALB pada saat guru membelajarkan

keterampilan memasak, peserta didik terlihat kurang aktif. Dari hasil wawancara dengan

guru keterampilan di kelas SMALB diperoleh informasi bahwa tidak semua anak suka

keterampilan memasak. Bahan ajar ditentukan oleh guru, alokasi waktu bidang studi

keterampilan 16 jam pelajaran per minggu, bahan-bahan keterampilan biasanya dibawa oleh

siswa, penilaian kemampuan anak diperlukan untuk pengisian raport, guru masih kurang

memahami prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan bagi anak tunagrahita. Dan dari hasil

wawancara dengan Kepala Sekolah diperoleh informasi bahwa anak yang telah

menyelesaikan jenjang pendidikan dari sekolah ini belum sepenuhnya dapat mandiri karena

terbatasnya keterampilan yang mereka miliki. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sekolah

dalam membekali berbagai jenis keterampilan vokasional yang sesuai dengan kebutuhan anak

tunagrahita. Selain itu kurang mampuanya guru mengajarkan berbagai jenis keterampilan

yang dibutuhkan oleh anak tunagrahita, karena terbatasnya keterampilan yang dimiliki oleh

guru.

Senada dengan hasil observasi dan wawancara yang terungkap dalam makalah

(17)

dan juga permasalahan yang dihadapi oleh guru. Pelaksanaan pendidikan keterampilan di

Sekolah Luar Biasa (SLB) pada umumnya: (1) penetapan bahan ajar dan isi materi belum

sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan siswa. (2) tujuan pembelajaran keterampilan

sebagian besar masih sebagai mata pelajaran yang wajib dilaksanakan. Tujuan pembelajaran

belum dirumuskan untuk mencapai hasil belajar keterampilan fungsional dan atau

keterampilan pra-vokasional dan vokasional untuk bekal hidup pasca sekolah. (3) strategi

pembelajaran keterampilan masih sebatas pembelajaran kelas keterampilan. Sebagian besar

sekolah belum menerapkan strategi pembelajaran kontrak berkolaborasi dengan orang tua

siswa dan belum melakukan system magang kerja di lembaga atau tempat usaha yang

sesuai.(4) sumber belajar belum menggunakan replica atau lingkungan nyata. Media

pembelajaran masih terkesan seadanya. (5) belum semua sekolah membelajarkan

keterampilan memasarkan hasil kerjanya. (6) penilaian hasil belajar belum menerapkan

kriteria pencapaian performasi berdasar tingkat keterampilan (tingkat dasar, tingkat terampil,

tingkat mahir). (7) SDM guru belum seluruhnya memiliki kompetensi penguasaan isi materi

dan cara membelajarkan keterampilan bagi anak tunagrahita. Pelaksanaan pendidikan

keterampilan di SLB Negeri Serdang Bedagai juga mengalami permasalahan yang sama

dengan permasalahan yang dialami oleh guru pada umumnya. Sebagian besar guru

merupakan guru kelas, dan belum seluruhnya mengikuti pelatihan untuk membelajarkan

keterampilan kepada anak tunagrahita. Oleh sebab itu pembelajar keterampilan bagi anak

tunagrahita yang seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan anak agar pasca sekolah ia

mampu hidup mandiri ditengah masyarakat masih sulit terwujud.

Penyandang tunagrahita membutuhkan suatu pekerjaan yang bersifat vokasional atau

khusus yang memproduksi barang atau jasa yang dapat digunakan oleh masyarakat. Produk

tersebut diindikasikan laku atau tepat guna, bila masyarakat mau menggunakan atau mau

(18)

untuk biaya produksi dan penghidupan bagi mereka. Atas dasar itu, lembaga pembina dan

orang tua dan terutama guru dari penyandang tunagrahita perlu mempertimbangkan di dalam

menyiapkan masa depan kehidupan penyandang tunagrahita. Di samping itu, keterbatasaan

penyandang tunagrahita perlu menjadi pertimbangan utama untuk menetukan jenis pekerjaan

yang sesuai dilakukan mereka.

Pendidikan keterampilan vokasional bagi anak tunagrahita dapat dimaknai sebagai

pemberian berbagai keterampilan sebagai bagian dari proses perolehan kecakapan hidup

yang diberikan di kelas, ditempat khusus atau di sekolah-sekolah oleh guru sebagai pendidik

atau praktisi yang dihadirkan untuk membimbing atau melatih mereka sesuai dengan

hambatan yang dialaminya. Proses membelajarkan keterampilan kepada anak tunagrahita di

sekolah yang dilakukan oleh guru sering kita sebut pelatihan/pembimbingan dalam kegiatan

belajar mengajar.

Proses kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peran guru adalah menciptakan

serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu

serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa

sebagai tujuanya. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar hendaknya tertuju pada

perkembangan kreativitas peserta didik. Guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar

mengajar hendaknya memahami hal ini, guru sebaiknya mempunyai karakteristik dalam

mengembangkan kreativitas yaitu kompetensi dan minat mengajar, kemahiran dalam

mengajar, adil dan tidak memihak, sikap kooperatif demokratis, fleksibel, rasa humor,

menggunakan penghargaan dan pujian, minat luas, memberi perhatian terhadap masalah

anak, penampilan dan sikap yang menarik (Utami Munandar, 2002:145)

Seorang guru dituntut untuk lebih kreatif, inovatif dalam menciptakan suasana

(19)

rumus-rumus saja dengan metode ceramah sehingga membuat siswa tidak mendapatkan apa

yang dia perlukan. Memberikan pengalaman langsung dengan mengkaitkan apa yang

dipelajari dengan konteks yang nyata lebih bermakna bagi siswa. Usaha peningkatan

kemampuan guru khususnya keterampilan vokasional sangat diperlukan untuk meningkatkan

kinerja guru anak tunagrahita.

Salah satu upaya meningkatkan kemampuan guru anak tunagrahita dapat dilakukan

melalui supervisi akademik. Sudjana (2011:54) mengemukakan bahwa supervisi akademik

merupakan serangkaian kegiatan untuk memberikan bantuan keahlian kepada guru, agar

guru dapat memperbaiki atau meningkatkan kemampuan profesionalnya, khususnya

kemampuan melaksanakan pembelajaran agar peserta didik memperoleh hasil yang optimal.

Kegiatan supervisi akademik oleh pengawas sekolah meliputi: pemantauan, penilaian,

pelatihan/pembimbingan tugas pokok guru yakni merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran serta menilai kemajuan belajar peserta didik. Pada penelitian ini difokuskan

pada kegiatan pelatihan/pembimbingan guru anak tunagrahita.

Pelatihan/pembimbingan adalah proses membelajarkan guru melalui tatap muka agar

guru menguasai keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran

(Sudjana, 2012:111). Selaras dengan dengan pendapat tersebut, Anwar (2003:24)

mengemukakan bahwa pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang

mempergunakan prosedur sistimatis dan terorganisir. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu

proses memberikan bantuan bagi para guru atau pekerja untuk memperbaiki kekurangan

dalam melaksanakan pekerjaan. Secara umum tujuan pelatihan guru adalah untuk menambah

pengetahuan, keterampilan, perbaikan sikap dari peserta pelatihan. Pelatihan diyakini bisa

membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru. Penelitian

yang dilakukan oleh Sukoco (2010:82) pada guru SMP RSBI di kota Semarang,

(20)

signifikan terhadap kompetensi guru. Menurut Sagala (2013:203) pelatihan yang sesuai

dengan kebutuhan berkontribusi signifikan untuk mengatasi kesulitan guru dalam mengajar

dan dapat meningkatkan kualitas profesionalisme guru.

Pelatihan yang ideal seharusnya dilaksanakan secara sistematik dan berkelanjutan.

Ada beberapa contoh model pelatihan yang telah dikembangkan oleh pakar pendidikan,

antara lain : 1) model Otto dan Glaser (1970) yang terdiri atas kegiatan : (a) menganalisis

masalah pelatihan; (b) merumuskan tujuan pelatihan; (c) memilih bahan, metode, teknik dan

media pelatihan; (d) menyusun dan melaksanakan kurikulum; (e) menilai hasil pelatihan; 2)

Model Parker (1976) yang terdiri atas kegiatan: (a) menganalisis kebutuhan pelatihan; (b)

mengembangkan tujuan pelatihan; (c) merancang kurikulum; (d) memilih metode

pembelajaran; (e) merancang pendekatan dan penilaian; (f) melaksanakan pelatihan ; (g)

mengukur hasil pelatihan 3) model Blank (1975), yang dikenal dengan model diklat berbasis

kompetensi. 4) Model pelatihan open design merupakan hasil penelitian pengembangan oleh

Edhy Susatya (Susatya, 2012:110)

Kendala utama dalam usaha memandirikan anak setelah mereka menyelesaikan

jenjang pendidikan dari sekolah ini adalah masih sedikitnya jenis keterampilan vokasional

yang diberikan kepada peserta didik dan masih kurang relevanya cara membelajarkan

keterampilan kepada anak. Hal ini akan menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran

dan hasil yang diharapkan, khususnya pada tujuan akhir dari pendidikan bagi anak

tunagrahita ini. Oleh karena itu maka perlu diusahakan peningkatan kemampuan guru di

sekolah ini terutama dalam membelajarkan keterampilan vokasional. Berdasarkan uraian

tersebut di atas maka peneliti mengadakan penelitian tentang upaya peningkatan kemampuan

guru SLB Negeri Serdang Bedagai membelajarkan keterampilan vokasional kapada anak

(21)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah yang

dihadapi guru-guru anak tunagrahita di SLBN Serdang Bedagai berkaitan dengan

keterampilan vokasional yaitu sebagai berikut : (1) Anak tunagrahita pada dasarnya masih

mempunyai kemampuan potensial yang dapat dikembangkan, agar ia dapat mengurangi

ketergantunganya terhadap orang lain, (2) SLB Negeri Serdang Bedagai baru

mengembangkan 2 jenis keterampilan vokasional untuk semua jenis ketunaan, sehingga perlu

diupayakan peningkatan jumlah jenis keterampilan vokasional yang lain, (3) pembelajaran

keterampilan masih sebatas kelas keterampilan, (4) sebagian besar guru kurang memahami

prinsip-prinsip pemebelajaran keterampilan bagi anak tunagrahita, (5) penilaian kemampuan

siswa masih sebatas untuk pengisian raport, (6) guru belum seluruhnya mengikuti pelatihan

dan memiliki kompetensi penguasaan isi, materi dan cara pembelajaran keterampilan

vokasional bagi anak tunagrahita.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas maka karena adanya

keterbatasan waktu, dana dan keterbatasan pengetahuan penelitian, maka penelitian ini

dibatasi pada upaya peningkatan kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional

kepada anak tunagrahita melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open

design di SLB Negeri Serdang Bedagai. Kemampuan guru yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah kemampuan guru untuk melatih dan membimbing anak tunagrahita pada saat

belajar keterampilan. Keterampilan vokasioanal pada penelitian ini dibatasi pada

keterampilan membuat sabun cair pencuci piring. Supervisi akademik dalam penelitian ini

terfokus pada kegiatan yaitu pelatihan/bimbingan tugas pokok guru. Teknik pelatihan

(22)

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Apakah supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design dapat meningkatkan

kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan sekolah (PTS) ini adalah “Untuk meningkatkan

kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita melalui

supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design”.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara luas bagi semua

pihak yang terlibat dalam peningkatkan kemampuan guru baik secara teoretik dan secara

praktis.

1. Manfaat secara teoretis, yaitu menambah khasanah dan pengetahuan tentang supervisi

akademik dengan teknik pelatihan model open design.

2. Manfaat secara praktis, antara lain :

a. Bagi kepala sekolah, dapat memecahkan masalah guru dalam meningkatkan

kemampuan guru pada proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermanfaat

bagi kehidupan anak didik dalam masyarakat.

b. Bagi guru, dapat lebih memahami proses pembelajaran keterampilan vokasional bagi

anak tunagrahita, sehingga pembelajaran yang di sampaikan lebih bermakna karena

didasarkan pada keadaan, kemampuan, dan kebutuhan anak.

c. Bagi guru bidang studi Seni Budaya dan Keterampilan dapat melakukan penelitian

tindakan kelas untuk menemukan solusi-solusi yang lain untuk mengatasi kesulitan

anak dalam mengikuti pembelajaran keterampilan vokasional pembuatan sabun cair

(23)

d. Bagi Pengawas sekolah, dapat memahami pelaksanaan supervisi akademik dengan

teknik pelatihan model open design .

e. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota sebagai bahan pertimbangan

untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan professional guru.

f. Bagi peneliti yang lain, dapat melakukan penelitian lanjutan berkaitan dengan hasil

(24)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah: melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design, kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional membuat sabun cair pencuci piring kepada anak tunagrahita selalu meningkat pada setiap siklus. Peningkatan itu terlihat dari pre-test dengan nilai rata-rata 58,66 meningkat pada siklus I menjadi 68,66 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 74,66 dan meningkat lagi menjadi 91,33 pada siklus III. Dari hasil observasi guru pada proses membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita terjadi peningkatan juga. Pada siklus II dengan nilai rata-rata 70,96 meningkat pada siklus III menjadi 87,26. Dengan hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membelajarkan keterampilan vokasional membuat sabun cair pencuci piring kepada anak tunagrahita.

B.Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian di atas, telah teruji bahwa supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membelajarkan keterampilan vokasional membuat sabun cair pencuci piring kepada anak tunagrahita.

(25)

pelatihan kompetensi, realisasi karya, ekspose karya dan seminar. Fungsi evaluasi dengan kegiatan evaluasi dan monitoring. Dalam pelaksanaanya langkah pelatihan kompetensi dan langkah realisasi karya dijadikan satu, karena dianggap sejalan. Sedangkan langkah ekspose hasil karya dan seminar dilaksanakan pada akhir pelatihan, untuk menghemat waktu dan dapat melihat hasil karya secara keseluruhan.

Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis and Mc Taggart yang mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,(3) pengamatan dan (4) reflektif. Dalam pelaksanaan penelitian ini tahap perencanaan diisi dengan kegiatan perencanaan pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan model alur open design. Tahap pelaksanaan diisi dengan kegiatan pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan model alur open design yang telah ditentukan. Tahap observasi dilakukan sejalan denagn tahap pelatihan kompetensi dan realisasikarya. Tahap refleksi diisi dengan kegiatan evaluasi untuk menemukan kelemahan-kelemahan pelaksanaan dalam pelatihan serta menemukan solusinya yang dapat dijadikan bahan analisi kebutuhan pada tahap perencanaan siklus berikutnya.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran kepada :

1. Kepala sekolah, agar selalu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran keterampilan vokasional. Keterampilan vokasional sangat dibutuhkan oleh anak tunagarhita agar mereka dapat hidup mandiri pasca sekolah.

(26)

3. Pengawas sekolah, agar pengawas sekolah mampu memberikan solusi-solusi yang kreatif pada saat membantu guru menghadapi kesulitan, dalam membelajarkan keterampilan kepada anak tunagrahita.

4. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota, agar selalu mengadakan dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Alan, Cowling & Philip, James. 1996. The Essence of Personel Management an Industrial Relation (terjemahan) Yogyakarta: ANDI

Amin, Moh. 1995. Ortopedik Anak Tunagrahita, Depdikbud, Jakarta

Anwar, Prabu. Mangkunegara. 2005:24. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Bandung: Refika Aditama.

Atsushi Nishio. 2005. Challenge The People With Intellectual Disability For Acquiring The Job in The Field of Care Service For The Early Through The Home Helper Training Course hal. 109 ( Makalah yang disajikan pada 17 th Asian Conference on Mental Retardation di Sheraton Mustika Hotel Yogyakarta) Danim, Sudarwan. 1994. Tranformasi Sumber Daya Manusia, Jakarta:Bumi Aksara.

Depdikbud. 1996. Pendidikan dan Pembinaan Karier Penyandang Tunagrahita

Dewasa, Jakarta: Dirjen Dikti.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar, Bandung: CV. Yrama Widya

Endaryanto, Herman dan Yustiana Wahyu Harumurti. 2014. Penilaian Belajar Siswa

di Sekolah, Yogyakarta: Kanisius

Fitri, Nia Yolisa dkk. 2014. Profil Penyelenggaraan Keterampilan Kecakapan Hidup (life skill) Bagi Anak Tunagrahita. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol.3 nomor. 3, September 2014.

Ghani, Rahman A. 2014. Metodologi Penelitian Tindakan Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru Di Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya,

Ivanccvich, Jhon dkk. 2008. Perilaku dan Menejemen Organisasi, Jakarta: Erlangga Mathis R.L & Jackson J.H. 2002. Menejemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Salemba Empat.

Musfah,Jejen. 2012. Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta, Kencana

Permadi, Suhendra. 2010. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Teori Human Capital. Jurnal. No. 29: 28—39.

Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

(28)

Schermerhon. 2005. Management, edition. USA. John & Sons, Inc.

Smith, D. D. & Luckasson,R.1972. Introduction to Special Education. Needham Heights:Allyn an Bacon

Sondang P. 1991. Menejemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara. Somantri, Sutjihaji. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama

Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas

Sekolah. Bekasi: Bimantara-Publishing.

Supriati, Sri. 2013. Meningkatkan Keterampilan Membuat Kripik Kentang Melalui Metode Latihan Bagi Anak Tunagrahita Ringan, Jurnal, E- JUPEKKU,vol. 1 no.2 PLB FIB UNP.

Susatya, Edy.2010 . Model Pelatihan Open Design, Modul Pelatihan, Yogyakarta, UNY.

Wijaya, H.S dan Rusyam, Tabrani. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Nine Karya Jaya

Yuliati. 2003. Pengetahuan Kewirausahaan dan Minat Keterampilan Penyandang Cacat. Jurnal Rehabilitasi & Remediasi, Nomor 1 UPI, Bandung

Gambar

Tabel 2.1 Ukuran Bahan Sabun ..................................................................................
Gambar 2.1  Alur Pelatihan Model Open Design oleh Edy Susatya  ................. 35

Referensi

Dokumen terkait

Semua tangki – tangki kosong oleh karenanya harus secara menyeluruh dilakukan stripping sebelum tiba pada pelabuhan pemuatan dan air bebas yang ada dalam isi

[r]

Reformasi Birokrasi Nomor 36 tahun 2018 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dan Pelaksanaan Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun

ANALISIS HASIL BELAJAR “MENGOLAH HIDANGAN SATE ATAU JENIS MAKANAN YANG DIPANGGANG” PADA KESIAPAN MEMBUKA USAHA FOOD COURT.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

study. 3) Ada kontribusi pembelajaran matematika kontekstual yang dikembangkan terhadap hasil belajar matematika SD Selo Boyolali. 4) Ada kontribusi faktor-faktor

Peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak tunagrahita, karena antara orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional yang lebih besar

Perbedaan antara suasana diri dengan citra diri terkadang menimbulkan pergolakan batin yang dapat merusak pertumbuhan pribadi kita, tetapi dengan pengasahan

In this research, some agencies that can be developed to work with Sport Science Studies Program Department of Health and Recreation Education Faculty of Sport