• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR DITERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH : Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, Kinerja Mengajar Guru, terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B se-Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR DITERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH : Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, Kinerja Mengajar Guru, terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B se-Kabupaten Bandung."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR DETERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH

(Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B

Se-Kabupaten Bandung)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

O l e h :

H. ACENG KURNIAWAN

NIM 0800782

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

==========================================================

FAKTOR DETERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH (Studi

Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya

Mutu, dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Mutu Madrasah

Aliyah Swasta Terakreditasi B Se-Kabupaten Bandung

Oleh Aceng Kurniawan

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Aceng Kurniawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua.

Prof. H. Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D

Kopromotor Merangkap Sekretaris,

Prof. Dr. H. Akdon, M.Pd

Anggota,

Dr. H. Endang Herawan, M.Pd

Diketahui Oleh :

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Aceng Kurniawan, M.M.Pd (2014). FAKTOR DITERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH (Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, Kinerja Mengajar Guru, terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B se-Kabupaten Bandung).

Madrasah aliyah adalah salah satu lembaga pendidikan yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Banyaknya pendirian madrasah sebagai akibat dari kepedulian masyarakat terhadap pendidikan harus disertai dengan peningkatan mutu. Pada kenyataannya mutu madrasah belum mampu bersaing dengan sekolah umum dalam melanjutakan pendidikan ke perguruan tinggi negeri maupun penyerapan oleh dunia usaha dan dunia industri.

Rumusan masalah penelitian meliputi (1) pengaruh kinerja kepala terhadap kinerja komite, (2) pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru, (3) pengaruh kinerja komite madrasah terhadap kinerja guru, (4) pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru, (5) pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru, (6) pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu, (7) pengaruh kinerja komite terhadap mutu, (8) pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah, (9) pengaruh kinerja guru terhadap mutu, (10) pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu madrasah aliyah swasta terakreditasi di Kabupaten Bandung.

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keterpengaruhan antara kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu madrasah, dan kinerja mengajar guru terhadap mutu pendidikan.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah metoda survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data adalah melalui angket yang disebar secara acak (random). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 orang guru yang tersebar di 30 madrasah aliyah swasta terakreditas B se Kabupaten Bandung. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk analisis variabel adalah

Weighted Means Scored (WMS) dan untuk analisis korelasi antar variabel adalah

analisis jalur (path analysis).

Kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu madrasah, dan kinerja mengajar guru terhadap mutu pendidikan memiliki pengaruh yang positif. Artinya masing masing variabel mempengaruhi terhadap mutu madrasah.

(5)

ABSTRACT

Aceng Kurniawan (2014). DITERMINAN FACTOR OF MADRASAH ALIYAH QUALITY (Study of Effect of Principal Performance, Committee Performance, Quality Culture, and Teaching Performance, on the Quality of B Accredited grade Private Madrasah Aliyah in Bandung District).

Madrasah Aliyah is one of the educational institutions that are the means to achieve national education goals. The madrasah establishment as a result of public awareness of education must be accompanied by an increase in quality. In fact the madrasah quality has not been able to compete with the public schools in continuing education to public universities as well as absorption by the business and industrial world.

Formulation of research problems include (1) the effect of the Principal Performance on Performance of Committee, (2) the effect of principals performance against the performance of teaching, (3) the effect of comitee performance on teaching performance, (4) cultural effect on the quality of teaching performance, (5) the effect of principals performance, the performance of the committee, and cultural quality of the teaching performance, (6) the effect of principal performance on the madrasah quality , (7) the effect of the committee performance on the quality, (8) the effect of quality culture to quality, (9) the effect of teaching performance on the quality, (10) the effect of the principals performance, committee performance, quality culture, teaching performance together on the quality of accredited private madrasah aliyah in Bandung.

The main objective of this research was to determine the effect of the rincipal performance, committee performance, quality culture, and the teaching performance on madrasah quality.

The research method used was a survey method with a quantitative approach. Techniques of data collection is through a questionnaire distributed at random. The samples in this study were 90 teachers spread over 30 accredited Grade B of private Madrasah Aliyah in Bandung District. Data analysis techniques used for the analysis variable is Weighted Means Scored (WMS) and for the analysis of the correlation between variables is path analysis (path analysis).

Performance headmaster, committee performance, quality culture, teaching performance of teachers and the quality of education has a positive influence. This means that each variable affects the madrasah .

(6)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah ... 7

(7)

8. Kinerja Mengajar Guru

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 114

F. Uji Kehandalan Instrumen 1. Uji Validitas ... 127

(8)

B. Pembahasan

1. Kinerja Kepala Madrasah ... 180

2. Kinerja Komite Madrasah ... 181

3. Budaya Mutu ... 182

4. Kinerja Mengajar Guru ... 183

C. Pola Pengembangan Mutu Madrasah Aliyah ... 1. Rasionalitas ... 184

2. Tujuan ... 186

3. Asumsi-Asumsi ... 187

4. Struktur dan Substansi Strategi Alternatif ... 189

5. Strategi Implementasi ... 191

6. Tahapan Kerja Implementasi Strategi ... 195

7. Indikator Kinerja ... 197

8. Evaluasi ... 198

9. Gambar Pola Pengembangan ... 198

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 203

B. Rekomendasi ... 206

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

3.1. Sampel Penelitian ... 115

3.2. Kisi-kisi Penelitian ... 124

3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Kepala ... 130

3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Komite ... 131

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Budaya Mutu ... 132

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Mengajar Guru ... 133

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Mutu Madrasah ... 134

3.8. Kriteria Skor Rerata Variabel ... 137

4.1. Persamaan Struktur Pengaruh ... 143

4.2. Deskripsi Kinerja Kepala ... 146

4.3. Deskripsi Kinerja Komite ... 148

4.4. Deskripsi Budaya Mutu ... 149

4.5. Deskripsi Kinerja Mengajar Guru ... 151

4.6. Deskripsi Mutu Madrasah Aliyah ... 152

4.7. Uji Normalitas ... 153

4.8. Uji Linearitas Kinerja Kepala Aliyah Terhadap Mutu Madrasah ... 155

4.9. Uji Linearitas Kinerja Komite Aliyah Terhadap Mutu Madrasah ... 155

4.10. Uji Linearitas Budaya Mutu Terhadap Mutu Madrasah ... 156

4.11. Uji Linearitas Kinerja Mengajar Guru Terhadap Mutu Madrasah ... 156

4.12. Koefisien Korelasi Antar Variabel Penelitian ... 157

4.13. Koefisien Regresi X1, X2, X3, X,4 danY ... 157

4.14. Koefisien Regresi Linear X1, X2, X3, X,4 dan Y ... 158

4.15. Persamaan Jalur Pengaruh ... 160

4.16. Proses Perhitungan Kesatu Besarnya Koefisien Jalur ... 161

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Esensi Dimensi Administrasi Pendidikan ... 14

2.2. Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan ... 15

2.3. Fungsi Budaya Organisasi ... 62

2.4. Proses Pembentukan Budaya Organisasi ... 66

2.5. Kerangka Pemikiran ... 112

3.1. Hipotetik Penelitian ... 140

3.2. Peta Korelasi Antar Variabel ... 141

4.1. Peta Proses Analisi Jalur Variabel ... 160

4.2. Bagan Pengaruh Antar Variabel ... 180

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

(13)

adalah hanya 4,58, jauh jika dibandingkan dengan SMA sebesar 5,67.

Selain itu lemahnya kualitas madrasah aliyah sawasta ditenggarai juga indikator jumlah siswanya. Hal ini diantaranya disebabkan oleh banyaknya SMA dan SMK yang membuka jurusan yang lebih menarik dan menjanjikan. Di sisi lain menurunnya kualitas madrasah aliyah sawasta terutama di Kabupaten Bandung adalah adalah disebabkan karena (1) hilangnya idealisme di kalangan madrasah aliyah sawasta, sehingga yang tersisa komersialisasi, (2) tidak tegasnya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam menerapkan kebijakan pendidikan, diantaranya adalah keterlambatan penerapan peraturan menteri pendidikan nasional sekarang pendidikan dan kebudayaan, (3) biaya pendidikan yang dibuat demikian rendah untuk tujuan menarik lebih banyak siswa.

(14)

Penyebab masalah tersebut salah satunya adalah kinerja kepala madrasah yang rendah karena ada sebagian kepala madrasah yang diangkat bukan karena keprofesionalan dan pengalamannya melainkan karena kedekatan dengan pihak atasan, atau dari kalangan keluarga pemilik yayasan yang kurang kompeten dalam mengelola madrasah. Sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan madrasah dan hasil yang diperoleh kurang memuaskan.

Selain kinerja kepala madrasah yang dapat mempengaruhi mutu madrasah adalah kinerja komite madrasah. Terutama madrasah aliyah sawasta swasta yang mengibarkan suatu sekte ke-Islaman tertentu kurang mendapat dukungan dari masyarakat umumnya hanya mendapat dukungan dari kelompok sekte yang bersangkutan sehingga produktivitas madrasahnya kurang berjalan secara maksimal.

Selain hal tersebut penyebab lainnya adalah kebiasaan-kebiasaan yang tampak dan terlihat oleh siswa adanya guru MA yang mengutamakan bekerja di madrasah aliyah sawasta lain daripada di tempat tugas utamanya.

(15)

ketidakpercayaan kepada madrasah aliyah sawasta dalam menciptakan tenaga kerja; (3) rendahnya minat memasuki pendidikan bernuansa Islam. Madrasah aliyah sawasta agama merupakan salah satu wadah yang memiliki tanggung-jawab dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun bagaimana bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, bila madrasah aliyah sawasta tersebut tidak memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sekolah menengah atas lainnya baik di dalam maupun di luar negeri.

Kualitas dan relevansi lulusan madrasah aliyah sawasta, masih menjadi faktor utama lemahnya daya saing bangsa di kancah perdagangan bebas. Terpuruknya ekonomi bangsa ini, disebabkan oleh rendahnya mutu sumber daya manusia (SDM) yang mengelola sumber ekonomi. SDM merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas yang memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Menurut Damanhuri (2003 : 18), dalam kaitan ini ada dua hal penting tentang kondisi SDM Indonesia, yaitu:

Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Pengangguran terbuka kini berjumlah 12,8 juta dan jumlah pengangguran dari madrasah aliyah sawasta adalah 1,1 juta (Fadel Muhammad, 2011 : 14). Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %.

(16)

Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness

Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di

bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Masih rendahnya kemampuan madrasah aliyah sawasta dalam menghasilkan keluaran sumber daya manusia yang berkualitas berawal pada kondisi madrasah aliyah sawasta yang tidak memiliki kemampuan dalam memformulasi kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, peran pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan yang terintegrasi untuk terciptanya link and match antara madrasah aliyah sawasta dengan dunia usaha belum sepenuhnya dijalankan. Data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Kompas, 6 Februari 2008) menjelaskan:

Jumlah orang yang menganggur lulusan SLTA melonjak drastis dari 2006 hingga sekarang 12 juta orang ditambah dengan penganggur yang memegang gelar diploma I, II dan III yang menganggur berdasarkan pendataan tahun 2007 lebih dari 740.000 orang dan pada tahun 2011 adalah 1.1 juta.

Angka pengangguran tahun 2012 diperkirakan masih akan tinggi, berkisar antara 8-10%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang diproyeksikan sebesar 5 persen, dinilai tidak akan cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang memasuki usia kerja (Jakarta, 2 Agustus 2010). Kondisi ini jelas telah terjadi

mismatch atau ketidaksesuaian antara lulusan madrasah aliyah sawasta dan

kualifikasi yang dibutuhkan sektor industri dan jasa.

(17)

sawasta, yaitu:”(1) pendidikan; (2) riset dan (3) perilaku internal manajemen”. Selain itu, Elmuti et.at (2005 : 56) menyatakan bahwa,” daya saing madrasah aliyah sawasta dapat ditingkatkan melalui strategi aliansi antara madrasah aliyah sawasta dengan perusahaan”. Hal yang sama seperti yang diungkapan oleh Lindelof dan Lofsten (2004 : 25) yang menyatakan: “Kerja sama antara perusahaan dengan madrasah aliyah sawasta melalui konsep New Technology

Based Firms (NTBF) akan mampu memberikan daya saing bagi keduanya”. Sedangkan Ham dan Hayduk (2003 : 204) menyatakan bahwa,” daya saing madrasah aliyah dapat dilakukan melalui penekanan gap antara harapan dan persepsi atas kualitas pelayanan”.

Beberapa madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung mengalami hal yang serupa yaitu:

(1) turunnya minat bersekolah di madrasah aliyah sawasta, (2) ketidakpercayaan kepada madrasah aliyah sawasta dalam menciptakan tenaga kerja ; (3) rendahnya minat memasuki pendidikan tinggi agama Islam; dan (4) kecenderungan pendidikan tinggi umum membuka program instan dan non eksakta (Fadjar, A.M., 2008: 204).

Untuk itu madrasah aliyah sawasta harus meningkatkan mutu kinerjanya dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan kinerja pimpinan yang efektif, efisien dan produktif, budaya mutu yang baik, kinerja komite madrasah, serta sistem kinerja guru yang baik maka akan terciptalah produktivitas untuk madrasah aliyah sawasta yang bersangkutan.

(18)

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi madrasah aliyah sawasta sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang masalah dirasakan oleh hampir semua madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung belum bisa memenuhi tuntutan kualitas dan relevansi jika dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Pendidikan di madrasah aliyah sawasta lebih ditekankan pada pendidikan agama yang mampu menghasilkan lulusan lebih siap kerja sekaligus juga tetap menjaga nilai- nilai agama.

Untuk mendorong arah pendidikan yang memberikan keseimbangan antara ilmu profesionalitas dan agama ini, madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung menerapkan kebijakan misi agama sebagai basis pengembangan ilmu sekaligus basis pembelajarannya. Dalam perkembanganya saat ini, kualitas dan relevansi pendidikan telah menjadi persoalan yang cukup mendasar bagi Madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. Madrasah aliyah sawasta diharapkan selalu mencari kesempurnaan untuk memenuhi kebutuhan

stakeholders serta memberikan kepuasan pada customer yang meliputi siswa,

orang tua, industri, dunia kerja, dan pemerintah. Terkait hal tersebut, Hadiwiratama (2007: 47) mengemukakan sejumlah upaya antara lain: “melakukan

continous improvement, menerapkan quality assurance, serta melakukan

technological improvement dan updating”. Sedangkan Muhammad Ali (2009 :

(19)

a. Kurikulum/proses belajar mengajar b. Manajemen sekolah

c. Organisasi/kelembagaan sekolah d. Sarana dan prasarana

e. Ketenagaan f. Pembiayaan g. Peserta didik/siswa h. Peran serta masyarakat i. Lingkungan sekolah.

Terkait dengan berbagai persoalan yang dikemukakan di atas, madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung dihadapkan dengan sejumlah permasalahan baik itu masalah eksternal terkait dengan tantangan madrasah aliyah sawasta ataupun masalah internal terkait dengan kondisi pada saat ini:

a. Kinerja kepala madrasah aliyah sawasta secara langsung belum menggambarkan adanya pengembangan mutu kinerja lembaga.

b. Kinerja komite madrasah belum memberikan pengaruh yang maksimal.

c. Budaya mutu yang kodusif dan efektif untuk pengembangan mutu lembaga pada madrasah aliyah sawasta belum tercipta dengan baik.

d. Kinerja guru yang diberikan pihak lembaga belum menyentuh kepada keinginan dan motivasi guru dan stap madrasah aliyah sawasta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

(20)

2. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana pengaruh kinerja komite madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?

5. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 6. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu madrasah aliyah

sawasta di Kabupaten Bandung?

7. Bagaimana pengaruh kinerja komite terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?

8. Bagaimana pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?

9. Bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?

10. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?

C.Tujuan Penelitian

(21)

1. Menganalisis kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru, dan mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

2. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

3. Menganalisis kinerja komite terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

4. Menganalisis pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

5. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

6. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

7. Menganalisis pengaruh kinerja komite terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

8. Menganalisis pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

9. Menganalisis pengaruh kinerja guru terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

(22)

11.Menemukan model alternatif pengembangan mutu madrasah aliyah sewasta di Kabupaten Bandung

D.Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada:

1. Keilmuan

Penelitian ini berguna bagi pengembangan dan pengayaan : manajemen mutu, kinerja kepala madrasah, kinerja komite, budaya mutu, kompensasi, dan mutu madrasah aliyah sawasta.

2. Pimpinan pengelola madrasah aliyah sawasta (MA)

Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat berguna: (1) sebagai pedoman dalam proses pengambilan keputusan, menjalankan kebijakan pada tingkat makro maupun mikro dalam rangka pelaksanaan penjaminan mutu pada madrasah aliyah sawasta, (2) sebagai landasan untuk meningkatkan mutu kinerja kepala madrasah, , (3) sebagai pedoman dalam menciptakan budaya mutu yang kondusif untuk menunjang kinerja madrasah aliyah sawasta yang produktif, efektif, dan efisien, (4) sebagai pedoman dalam menyusun skala prioritas program pengembangan kualitas pelayanan pendidikan.

E.Struktur Organisasi Disertasi

(23)

Bab satu meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi disertasi.

Bab dua meliputi tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Tinjauan pustaka meliputi mutu madrasah aliyah sawasta, kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, dan budaya mutu madrasah, dan kompensasi.

Pada bab tiga dibahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek penelitian (populasi, teknik sampling,dan sampel), desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, uji kehandalan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data (analisis variabel, uji persyaratan pengolahan data, teknik pengolahan untuk uji hipotesis, analisis korelasi dan uji hipotesis.

Bab empat membahas mengenai mengenai hasil penelitian dan pembahasannya serta model yang diperoleh, serta menyajikan strategi alternatif peningkatan mutu madrasah melalui model yang diajukan.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh madrasah aliyah swasta terakreditasi B yang ada di wilayah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dan madrasah aliyah terakreditasi B, adalah untuk memperolah data yang dapat digeneralisasikan mengingat madrasah aliyah terkareditasi B paling banyak dibanding dengan predikat akreditasi A maupun predikat akreditasi C.

2. Subjek Penelitian a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kepala madrasah, guru, dan komite madrasah aliyah swasta terakreditasi B di Kabupaten Bandung. Pada tahun akademik 2013/2014 banyaknya Madrasah Aliyah Swasta terkareditasi B di Kabupaten Bandung adalah 30 buah. Dengan demikian madrasah aliyah swasta terakreditasi B di Kabupaten Bandung merupakan unit analisis

b. Teknik Sampling

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total

sampling. Menurut Sugiyono (2008 : 45) teknik ini digunakan untuk menentukan

(25)

yang diteliti adalah madrasah aliyah swasta terakreditasi B sebanyak 30 madrasah aliyah dengan responden masing-masing 1 orang kepala madrasah, 1 orang guru, dan 1 orang komite madrasah.

c. Sampel

Berdasarkan teknik sampling yang digunakan maka diperoleh banyaknya sampel adalah 90 orang. Secara proporsional maka ke 90 orang responden tersebut tersebar di madrasah aliyah swasta terakreditasi B se kabupaten bandung.

(26)

28 MAS AL-FITHRI B 1 1 1 3 29 MAS IBNU JABAL B 1 1 1 3 30 MAS ASH-SHOLEH B 1 1 1 3 Jumlah 30 30 30 90

Unit Analisis 30

Setelah semua data terkumpul dari masing-masing responden, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah menuangkan ke dalam skoring data. Sekoring data yang tersedia adalah skoring data berdasarkan masing-masing variabel, yaitu variabel kinerja kepala madrasah, variabel kinerja komite madrasah, variabel budaya mutu madrasah, variabel kinerja mengajar guru, dan variabel mutu madrasah. Kemudian data yang telah dituangkan dalam skoring data dihitung unit analisisnya menjadi 30 unit analisi.

B.Desain Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari proses penyusunan rencana penelitian, menetapkan variabel penelitian, menyusun kisi-kisi intrumen penelitian, mendesain instrument penelitian, uji coba instrument penelitian, analisis uji validitas, analisis uji reliabilitas, penyebaran angket kepada responden, skoring dan seleksi data, pengolahan data dan analisis variabel, analisis korelasi dan uji hipotesis, menarik kesimpulan, dan rekomendasi.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Fraenkel & Wallen (1990:331) penelitian survei memiliki tiga karakteristik yaitu :

(27)

questions by the members of group constitute the data of the study, (3) Information is collected from a sample rather than from every member of the population.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Singarimbun dan Sofian (1989:4) menyatakan bahwa metode penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Penelitian jenis ini dapat digunakan untuk maksud :(1) penjajagan (eksploratif), (2) Descriptive explanatory atau

confirmatory, yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengajuan hipotesa,

(3) Evaluasi, (4) Prediksi, (5) Penelitian operasional,dan (6) Pengembangan indikator-indikator sosial. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian survei adalah :(1)Merumuskan masalah: masalah penelitian dan menentukan tujuansurvey; (2)Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan,(3) Menentukan sampel, (4) Membuat kuesioner, (5) Melakukan pekerjaan lapangan, (6) Mengolah data, (7) Analisa dan pelaporan.

(28)

D.Definisi Operasional

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) mendefinisi operasional variabel penelitian, (2) menyusun indikator penelitian, (3) menyusun kisi-kisi instrumen; (4) melakukan uji coba instrumen dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Masri S. (2003 : 46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah, “unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara

mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel.”

1. Kinerja Kepala Madrasah (X1)

Kinerja pimpinan adalah kinerja yang dimiliki oleh pimpinan madrasah aliyah (kepala madrasah, wakil kepala, dan kepala tata usaha) yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan madrasah aliyah (Mulyono, 2010 : 146). Kinerja tersebut meliputi:

a. integritas kepribadian, b. peranserta,

c. kemampuan mengarahkan sumber daya, dan d. kemampuan menjalankan fungsi manajemen.

(29)

terhadap berbagai hal yang menyangkut kepada wewenang dan tugas yang diembannya.

Selain memiliki integritas kepribadian juga harus memiliki sikap proaktif. Sikap ini ditandai dengan adanya perlakuan memberi inspirasi kepada bawahan, melakukan inovasi, menumbuhkan motivasi bawahan dalam bekerja, serta menumbuhkan kreativitas bawahan.

Kinerja lain yang diharapkan dari pimpinan adalah seorang pemimpin harus dapat mengerahkan sumber daya yang ada. Hal ini ditandai dengan adanya kunjungan internal dan eksternal ke madrasah, dapat menggerakan siswa, dapat memaksimalkan kinerja bawahan, aktif sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan kesiswaan dan umum, memiliki jati diri, serta berani mengambil keputusan.

Kinerja pimpinan yang tidak kalah penting dalam mengelola madrasah aliyah adalah mampu dalam pengelolaan strategis yaitu selalu berpikir strategis, strategi bekerja sama, dan mampu menyusun strategi dalam setiap pekerjaan di madrasah.

2. Kinerja Komite Madrasah ( X2)

(30)

dimensi tersebut adalah :

a. membantu memeriksa pekerjaan rumah,

b. mengajarkan beberapa hal yang belum dimengerti oleh anak-anak;

c. mengawasi anak-anak saat di luar sekolah (bagaimana anak-anak menghabiskan waktunya di luar sekolah);

d. berkomunikasi mengenai kegiatan anak-anak saat di sekolah

e. menunjukkan perhatian tentang segala hal yang mereka pelajari di sekolah; f. menghadiri kegiatan-kegiatan madrasah,

g. pertemuan orangtua dan guru,

h. menawarkan diri untuk terlibat dalam acara-acara di sekolah; serta i. mengadakan kontak dengan staf/guru-guru di sekolah.

3. Budaya Mutu (X3)

Budaya mutu adalah sebuah sistem keyakinan kolektif yang dimiliki orang dalam organisasi tentang kemampuan mereka bersaing di pasar, dan bagaimana mereka bertindak dalam sistem keyakinan tersebut untuk memberikan nilai tambah produk dan jasa di pasar sebagai imbalan atas penghargaan finansial. Sebagaimana Baron (2003:518); budaya yang mempunyai nilai-nilai primer:

a. tujuan organisasi sekolah/MA;

b. konsensus dan komitmen terhadap tugas; c. keunggulan;

d. kesatuan kepentingan;

(31)

f. empiris;

g. keakraban dan integritas.

Sedangkan budaya yang bernilai sekunder meliputi: a. penerima layanan;

b. pengendalian yang disiplin; c. kemandirian;

d. pengambilan keputusan yang cepat; e. visioner; dan

f. Pengembangan.

4. Kinerja Mengajar Guru (X4)

Meskipun dimensi kinerja dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain bisa berbeda-beda, dan tergantung dari uraian pekerjaannya (job description) masing-masing akan tetapi masih dapat ditentukan dimensi-dimensi umumnya. Maka kinerja guru dapat dikembangkan menjadi 11 (sebelas) dimensi kinerja yang biasa dinilai, yaitu : Kesetiaan, Prestasi kerja, Kejujuran, Kedisiplinan, Kreatifitas, Kerja sama, Kepemimpinan, Kepribadian, Prakarsa, Kecakapan, dan Tanggung jawab.

Dalam penelitian ini, kinerja guru diarahkan pada kinerja mengajarnya sehingga ke sebelas dimensi kinerja tersebut diarahkan pada kegiatan mengajar saja. Sebagaimana Davis, K.Ivor, (2007:233), Sulistiyorini, (2001:231), dan Danim (2006:43) dimensi mengajar bagi guru terdiri dari :

(32)

c. Penguasaan metode;

d. Penguasaan strategi pembelajaran; e. Kemampuan memberikan tugas-tugas; f. Kemampuan mengelola kelas;

g. Melakukan penilaian; h. Melaksanakan remidial; i. Melakukan pengayaan;

j. Mengembangkan potensi anak; k. Bertindak adil kepada siswa.

5. Mutu Madrasah (Y)

Mutu madrasah aliyah harus memperhatikan tiga fungsi, yaitu fungsi MA (administrasi); fungsi behavioral (psikologis); dan fungsi ekonomi (ekonomis) (Thomas, J.A, 2010:12-23). MA yang produktif dan efektif mempunyai beberapa dimensi, yaitu: (1) kinerja kepala MA yang kuat; (2) manajemen MA (pengelolaan MA); (3) keefektifan budaya MA (iklim MA yang kondusif); (4) kebermaknaan PBM; serta (5) ketersediaan sarana dan prasarana; (6) Kinerja Komite Madrasah; (7) kompensasi.

Sedangkan menurut Wayne K. Hoy (2008:130) mengatakan bahwa dimensi sekolah dalam hal ini madrasah bermutu itu terdiri dari :

a. Fokus kepada pelanggan (client focus);

(33)

E.Instrumen Penelitian

Pengembangan alat pengumpul data penelitian berdasarkan pada variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti mencakup kinerja kepala madrasah kinerja komite madrasah ( ), budaya mutu Kinerja Mengajar Guru produktivitas madrasah aliyah . Oleh karena itu ditetapkan alat pengumpul data dikembangkan dengan angket yang berbentuk skala Likert dengan menggunakan lima alternatif jawaban untuk setiap variabelnya.

Menurut Kaplan dan Saccuzo (1993: 145) format item yang dapat digunakan dalam penyusunan suatu alat ukur adalah, “(a) format dikotomus, (b)

polikotomus, (c) format likert, (d) skala kategori, dan (e) cheklist dan Q-sort.” Selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggunakan format polikotomus dan skala likert. 1

Format polikotomus adalah format penulisan item yang memberikan alternatif pilihan lebih banyak. Format ini berupa pilihan berganda yang paling banyak digunakan, serta mudah diolah dan kemungkinan untuk mendapatkan nilai benar lebih rendah daripada format dikotomus. Keuntungan lain dari format ini adalah alat ukur dapat memuat sejumlah item lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat karena responden tidak harus menjelaskan jawaban dari setiap item.

(34)

diperhatikan dalam format penulisan ini adalah menentukan pernyataan alternatif pilihan sehingga responden dapat menjawab pernyataan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Tabel 3.2.

Kisi-Kisi Penelitian untuk kinerja kepala madrasah kinerja komite madrasah ( ), budaya mutu kinerja mengajar guru Mutu madrasah

c. Respek yang tinggi dari siswa. d. M erespon setiap permasalahan

yang muncul dengan cepat e. M emiliki rasa tanggung jawab

bawahan yang disiplin kerjanya menurun.

c. M emberi ide-ide baru dalam upaya meningkatkan kualitas madrasah aliyah

d. M enumbuhkan kreativitas siswa melalui kegiatan di kampus e. M emberi keteladanan dalam setiap

kegiatan yang ada di madrasah.

3. Kemampuan mengerah-kan semua sumber daya

a. M embangkitkan motivasi siswa dalam kegiatan di madrasah.

Angket Guru b. M embangkitkan motivasi guru

dalam pembelajaran.

c. Dapat merancang suatu kegiatan dalam upaya meningkatkan mutu madrasah aliyah.

a. M ampu membuat visi madrasah.

Angket Guru b. M ampu membuat misi madrasah.

c. M emimpin rapat madrasah d. M embuat jadwal pembelajaran. e. M embuat jaringan kerja dengan

pihak pemerintah

f. M embuat jaringan kerja dengan madrasah aliyah lain.

(35)

Variabel Dimensi Indikator

i. M embangkitkan motivasi staf dalam bekerja.

M embantu memeriksa pekerjaan rumah Angket Guru M engerjakan beberapa hal yang beum

dimengerti siswa

M engawasi siswa saat di luar madrasah Angket Guru Berkomunikasi mengenai kegiatan

siswa ketika di madrasah Angket Guru M enujukkan perhatian tentang hal hal

yang mereka pelajari di madrasah Angket Guru M enghadiri kegiatan kegiatan madrasah Angket Guru M enghadiri pertemuan orangtua dan

guru Angket Guru

M enawarkan diri untuk terlibat dalam

acara acara di madrasah Angket Guru M engadakan kontak dengan staff/guru

di madrasah Angket Guru

2. Pendukung (Supporting Agency)

M eluangkan waktu berada di madrasah Angket Guru M emberikan masukan kegiatan terhadap

berbagai pihak di madarasah Angket Guru

3. Pengontrol )Controlling Agency)

M elakukan ferivikasi dan melaporkan

penggunaan dana komite Angket Guru Ikut serta dalam mengawasi kerawanan

sosial siswa di sekitar madrasah Angket Guru Keterlibatan komite dalam mengawasi

jalannya proses pembelajaran dan kebijakan medrasah

M emberikan masukan kepada

pemerintah mengenai kondisi madrasah Angket Guru M ensosialisasikan program-program

pemerintah di lingkungan madrasah Angket Guru

Budaya mutu

Budaya yang mempunyai

nilai-nilai primer

tujuan organisasi sekolah/M A Angket Guru konsensus dan komitmen terhadap tugas Angket Guru

Keunggulan Angket Guru

kesatuan kepentingan Angket Guru imbalan berdasarkan prestasi Angket Guru

Empiris Angket Guru pengendalian kedisiplinan Angket Guru

Kemandirian Angket Guru

pengambilan keputusan yang cepat Angket Guru

visioner; Angket Guru

Kemampuan membuat perencanaan dan

persiapan mengajar Angket

Guru

b. Penguasaan M ateri

Penguasaan materi yang akan diajarkan

kepada siswa Angket

(36)

Variabel Dimensi Indikator

mengembangkan potensi akademiknya Angket

Guru

k. Bertindak adil kepada siswa

Kemampuan memperhatikan peserta didik dari kelemahan fisik maupun potensi akademiknya.

kinerja kepala M A yang kuat Angket Guru manajemen M A (pengelolaan M A Angket Guru Iklim M A yang kondusif Angket Guru Pembelajaran yang efektif dan efisien Angket Guru Sarana dan prasarana yang memadai Angket Guru Kompensasi yang memadai Angket Guru

Perbaikian yang M engikutsertakan guru dalam

pendidikan, pelatihan, workshop, seminar, M GM P

Angket

Guru

Pengadaan sarana dan prasarana Angket Guru Pembelajaran berbasis ICT Angket Guru Peningkatan grade dalam penerimaan

siswa baru Angket

Bekerja sama dengan lembaga swadaya

masyarakat Angket

Guru

Bekerjasama dengan perusahaan Angket Guru Bekerjasama dengan perguruan tinggi

negeri maupun swasta Angket

Guru

Bekerjasama dengan luar negeri Angket Guru

F. Uji Kehandalan Instrumen

(37)

isi dilakukan melalui bimbingan yang intensif dengan Promotor, Ko-promotor, serta Anggota dalam penulisan disertasi ini.

Uji validitas konstruksi dilakukan terhadap 91 responden ( siswa dan guru) dari keempat madrasah aliyah yang dijadikan lokasi penelitian.

1. Uji Validitas

Terdapat dua hal yang diperlukan dalam menguji validitas kontruksi (construct validity) dan validitas isi ( content validity). Bagozzi,et,al (2010 : 25) mendevinisikan validitas kontruksi adalah sejauhmana sebuah variabel oprasional mampu mengukur konsep yang seharusnya di ukur. Untuk mengetahui ketepatannya butir-butir kuesioner dianalisis dengan analisis validitas.Suharsimi Arikunto (2009 : 133) menyatakan bahwa ada emat macam validitas, yaitu :

(1) validitas isi (content validity), validitas yang berkaitan dengan kesahihan instrument dengan materi yang akan ditanyakan baik menurut setiap butir soal maupunsecara keseluruhan (2) validitas ramal (predictive

validity) yaitu paliditas dengan tingkat ketepatan tes dalam meramalkan

keberhasilan seseorang di masa yang akan datang, (3) validitas dompleng (concurrent validity) yaitu validitas yang menggunakan instrument yang telah teruji sebelumnya, dan (4) validitas kontruks (contruct validity) yaitu derajat instrument dalam mengukur kontruk yang diduga, yaitu prilaku yang ingin diteliti.

(38)

ke atas, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2005 : 142), bahwa, “butir yang baik adalah butir pernyataan yang memiliki nilai korelasi antara 0,30 – 0,70 dan biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala psikologi digunakan harga koefisien minimal sama dengan 0,30”. Hal ini berarti semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat dipisahkan atau diperbaiki, sedangkan item yang memiliki nilai signifikan yang tinggi akan dipakai sebagai item instrument penelitiaan.

Validitas butir instrument diuji dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor butir soal dengan sekor total ( ) yang terdapat dalam satu variabel. Rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk menguji validitas adalah korelasi Pearson Product Moment (Sudjana, 2005:369), yaitu :

Rumus Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment

Coefficient):

Untuk menghitung nilai validitas digunakan alat bantu program Microsoft Word SPSS versi 19.00. Hasil uji validitas dari setiap item soal ditetapkan berdasarkan perbandingan antara dengan kuesioner dinyatakan valid, jika bdiperoleh Item kuesioner dinyatakan tidak valid jika

(39)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil dari suatu pengukuran. Suatu pengukuran yang reliabilitasnya tinggi berarti dapat memberikan hasil ukur yang konsisten, dan dapat memberikan hasil yang relatif sama jika digunakan pada waktu berbeda.

Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00 namun pada kenyataannya koefisien 1,00 tidak pernah tercapai dalam pengukuran. Hal ini disebabkan karena manusia sebagai objek penguran psikologis merupakan sumber ketidakkonsistenan yang potensial.

Untuk data skala ordinal, uji reliabilitas menggunakan statistik Pearson

Product Moment, yakni metode perhitungan reliabilitas dengan menggunakan

teknik alpha yang dikembangkan oleh Pearson Product Moment. Dengan rumus:

(40)

Alpha, yaitu :

Selanjutnya untuk mengetahui reliabilitas, maka data dari responden diuji dengan menggunakan Microsoft Office SPSS versi 20 . Apabila reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,30 maka data tersebut sudah layak digunakan untuk penelitian.

Berdasarkan hasil perhitungan Microsoft Office SPSS versi 20 maka diperoleh validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel :

Tabel 3.3.

Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Kepala Madrasah Aliyah

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

(41)

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

Skor Valid Tidak

Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Komite Madrasah

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

(42)

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

Skor Valid Tidak

Uji Validitas dan Reliabilitas Budaya Mutu

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

(43)

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

Skor Valid Tidak

Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Mengajar Guru

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

(44)

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

Skor Valid Tidak

Uji Validitas dan Reliabilitas Mutu Madrasah Aliyah

No

Validitas Reliabilitas Keterangan

(45)

23 0.662 V 0.663 V V

24 0.154 V 0.583 V V

25 0.383 V 0.675 V V

26 0.345 V 0.687 V V

27 0.455 V 0.673 V V

28 0.332 V 0.68 V V

29 0.335 V 0.677 V V

30 0.396 V 0.682 V V

Pemban

ding 0.3 0.651 27 3

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket sebagai alat pengumpul data utama gunanya untuk menghimpun data atau informasi yang berhubungan dengan variabel-variabel yang akan diteliti (kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kompensasi, produktivitas madrasah aliyah). Angket ini diberikan kepada guru madrasah aliyah. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan lima alternatif jawaban. Sekala yang digunakan adalah sekala sikap yang memungkinkan responden melalui self report technique.

H. Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan path analysis. Selain dideskripsikan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data menggunakan path analysis, dilanjutkan pada pendeskripsian secara kualitatif untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini meliputi tiga hal yaitu :

1. Analisis Variabel

(46)

diadakan analisis masing-masing variabel. Analisis variabel dilakukan dengan menggunakan rata-rata hitung (rerata). Hasil statistik deskriptif berdasarkan skor rerata tiap-tiap variabel penelitian dimaksudkan untuk mengetahui penafsiran yang paling rendah dari hasil skor rerata tiap-tiap variabel penelitian. Tujuannya untuk dijadikan rekomendasi atau umpan balik/saran-saran sebagai temuan dalam penelitian ini.

Teknik yang digunakan yaitu dengan metode Weighted Means Scored (WMS). Mula-mula peneliti memberikan skor pada setiap alternatif jawaban yang diberikan oleh responden sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. Setiap pernyataan pada kelima variabel yaitu kinerja kepala madrasah kinerja komite madrasah ( ), budaya mutu kompensasi produktivitas madrasah aliyah yang memiliki 5 kriteria jawaban dengan pemberian skor dimulai dari 1,2,3,4,dan 5, dengan ketentuan untuk pertanyaan yang dihitung dengan hasil analisis deskriptif diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted

Means Scored (WMS), dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

= Skor rerata yang dicari

= Jumlah skor gabungan (hasil frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)

(47)

Hasil analisis dijadikan pedoman untuk menentukan gambaran umum variabel di lapangan dengan cara dikonsultasikan dengan tabel kriteria skor rerata variabel dan penafsiran sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kriteria Skor Rerata Variabel

Rentang Nilai Kriteria Penafsiran

4,01 – 5,00 Sangat Tinggi Sangat Baik

3,01 – 4,00 Tinggi Baik

2,01 – 3,00 Cukup Cukup Baik

1,01 – 2,00 Rendah Kurang Baik

0,01 – 1,00 Sangat rendah Sangat Kurang Baik

2. Uji Persyaratan Pengolahan Data

Persyaratan untuk menguji hipotesis diperlukan serangkaian pengujian diantaranya adalah:

a. Uji normalitas, dilakukan untuk mengethaui kenormalan data. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Smirnov Kolmogorov Test (Sudjana, 2005:466).

b. Uji linieritas, dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel terikat dengan masing-masing variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran regresi (ANOVA Linearity)

(Sudjana,2005:466).

3. Teknik Pengolahan Data untuk Uji Hipotesis

(48)

pengukuran variabel ini ditingkatkan menjadi data dalam skala interval melalui

Mathod of Successive Intervals (Sudjana, 2005 ; 467). Tujuan penggunaan path

analysis adalah untuk menerangkan akibat langsung maupun tidak langsung

seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab terhadap variabel akibat. Dengan analisis jalur dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing variabel baik secara langsung maupun tidak langsung dan dapat digambarkan diagramatik struktur variabel-variabel penyebab terhadap akibat, yang disebut dengan diagram jalur (path diagram). Besarnya pengaruh (relatif) dari variabel bebas ke variabel akibat dinyatakan oleh besarnya bilangan koefisien jalur ( Path Coefficient), sedangkan besarnya pengaruh nyata dinyatakan oleh besarnya bilangan koefisien determinasi (Determinant Coefficient), asumsi yang mendasari digunakannya analisis jalur ini yaitu : (a) hubungan antar variabel haruslah linier dan aditif; (b) semua variabel residu tidak punya korelasi satu sama lainnya; (c) pola hubungan antara variabel adalah rekursif (pola yang tidak melibatkan arah pengaruh yang timbal balik); dan (d) tingkat pengukuran semua variabel sekurang-kurangnya berskala interval.

Analisis jalur digunakan untuk menguji hipotesis pokok dan hipotesis penunjang. Struktur hubungan kausal antara variabel penyebab dengan variabel akibat, dapat digambarkan diagram jalurnya.

Teknik pengolahan data dengan menggunakan model analisis jalur (Path

Analysis) mengikuti langkah kerja sebagai berikut :

(49)

Gambar 2 : Diagram Jalur Analisis Antar Variabel 3) Menghitung matriks korelasi antar variable

Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment

Coefficient) dari Karl Pearson. Alasan Penggunaan teknik koefisien

korelasi dari Karl Pearson ini adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval.

X1)

X2

X3

X4 X4

(50)

Rumus Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment Coefficient)

: (Sumber: Sudjana, 2005 : 467)

Peta korelasi antar variabel dapat terlihat pada gambar berikut :

Gambar 3 : Koefisien Korelasi Antar Variabel Rumus yang digunakan untuk masing- masing jalur adalah :

X1)

X2

X3

X4

Y

(51)

4) Menghitung matriks korelasi variabel eksogenous

5) Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenous

(52)

7) Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung pengaruh total variabel eksogenous terhadap variabel endogenous secara parsial, dengan rumus :

a) Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenous terhadap variabel endogenous

b) Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenous terhadap variabel endogenous

c) Besarnya pengaruh total vaiabel eksogenous terhadap variabel endogenous adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan

besarnya pengaruh tidak langsung

8) Menghitung yaitu koefisien dimensi total

terhadap atau besarnya pengaruh variabel eksogenous secara bersama-sama (gabungan) terhadap variabel endogenous dengan menggunakan rumus :

(53)

Tabel 3.9

Persamaan Struktural Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antar Variabel

Pengaruh

Pengaruh Tidak langsung Melalui

X2 X3 X4

9) Menghitung besarnya variabel residu, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogenous di luar variabel eksogenous, dengan rumus:

(54)

(Sumber:Sudjana,2005:10).

Dengan :

dengan derajat bebas (degrees of freedom)

Kriteria pengujian : Ditolak jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel

t-student. .

11)Menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur secara keseluruhan yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah

(Sumber: Sitepu, 1994) Dengan :

i = 1, 2, ... k

k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktur yang sedang diuji

(55)

Kriteria pengujian : Ditolak jika nilai hitung F lebih besar dari nilai tabel F.

12) Menguji perbedaan besarnya pengaruh `masing-masing variabel eksogenous terhadap variabel endogenous, dengan statistik uji yang digunakan adalah:

(Sumber : Sudjana,2005:469)

Kriteria pengujian : Ditolak jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel

t-student. .

13)Menarik kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik

(56)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Kinerja kepala madrasah aliyah memiliki 4 dimensi yaitu dimensi integritas kepribadian, dimensi peran serta, kemampuan mengerahkan sumber daya, dan dimensi kemampuan menjalankan fungsi manajemen. Secara keseluruhan diperoleh angka rata-rata sebesar 3,58 dengan klasifikasi cukup, sehingga kinerja kepala madrasah aliyah swasta di Kabulaten Bandung tergolong cukup.

Peran komite madrasah aliyah memiliki 4 dimensi yaitu dimensi pemberi pertimbangan (advisory Agency), dimensi pendukung (Supporting

Agency), dimensi pengontrol (Controling Agency), dan dimensi mediator

(57)

sehingga budaya mutu madrasah aliyah swasta di Kabulaten Bandung cukup.

Kinerja mengajar guru madrasah aliyah memiliki 10 dimensi yaitu mampu membuat perencanaan, penguasaan materi, penguasaan metode, penguasaan strategi, memeriksa tugas-tugas, mengelola kelas, melakukan penilaian, melakukan remidial, mengembangkan potensi siswa, kemampuan memperhatikan peserta didik. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor rata-rata kinerja mengajar guru madrasah aliyah di kabupaten Bandung adalah 4,00 dengan klasifikasi baik. Penafsiran angka 4,00 adalah baik, sehingga kinerja mengajar guru madrasah aliyah swasta di Kabulaten Bandung baik.

Mutu madrasah aliyah memiliki 5 dimensi yaitu dimensi prestasi peserta didik, kepuasan kerja, tingkat ketidak hadiran, banyaknya dropt out, dan kualitas kinerja. Skor rata-rata mutu madrasah aliyah di kabupaten Bandung adalah 3,50, dengan klasifikasi baik. Penafsiran angka 3,50 adalah baik, sehingga kinerja mengajar guru madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung baik.

2. Kinerja kepala madrasah secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru madrasah aliyah di Kabupaten Bandung.

(58)

4. Budaya mutu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung.

5. Kinerja kepala madrasah, peran komite madrasah, dan budaya mutu berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung.

6. Kinerja kepala madrasah secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap mutu madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung.

7. Peran komite madrasah secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap mutu madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung.

8. Budaya mutu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap mutu madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung.

9. Kinerja guru secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap mutu madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung.

(59)

B. Rekomendasi

Hasil temuan penelitian menunjukkan adanya dukungan terhadap teori yang ada. Namun demikian, karena keterbatasan dalam penelitian ini, maka perlu ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian selanjutnya, agar teori yang sudah ada didukung oleh hasil penelitian ini sehingga lebih teruji lagi kebenarannya. Urgensi penelitian lanjutan tersebut didasarkan pula kepada keterbatasan penelitian ini yang berfokus kepada kinerja kepala madrasah, peran komite madrasah, budaya mutu dan kinerja guru madrasah aliyah.

Dengan demikian penulis merekomendasikan kepada para pemangku kebijakan di tingkat pusat hingga daerah serta pengelola pendidikan pada madrasah aliyah swasta sebagai berikut :

1. Kinerja kepala madrasah khususnya pada kemampuan mengerahkan sumber daya dilakukan penanganan sejak dini dalam rekruitmen calon kepala madrasah, dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan kepala madrasah yang sudah ada, diadakan penilaian kinerja, serta dilaksanakankannya audit kinerja. 2. Untuk meningkatkan peran komite madrasah khusus sebagai pengontrol maka

perlu dilakukan langkah-langkah melalui pendekatan personil, diadakannya training untuk fungsi dan tugas komite madrasah, workshop tentang komite, dan pemberian buku pedoman pelaksanaan teknis tentang komite madrasah. 3. Budaya mutu khususnya pada budaya yang mempunyai nilai nilai primer

(60)

4. Kinerja guru pada keahlian mengelola kelas dan mengembangkan potensi peserta didik masih tergolong lemah maka dipandang perlu untuk mengadakan workshop tentang teknik pengelolaan kelas, mengefektifkan kembali MGMP, serta penambahan wawasan guru pada psikologi pendidikan. 5. Untuk meningkatkan mutu madrasah aliyah dalam menangani banyaknya

dropt out maka perlu dilakukan pendekatan kepada pihak masyarakat,

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, (2007), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.

Akdon. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi

Akdon dan Riduwan, (2008), Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Bicked, W. E. (1998). Effective Schools : Knowledge, Dissemination, Inquiry. Jurnal LRDC, University of Pittsburg.

Bischoff. (2001), Learning Organization, Tersedia di : http/www.uwec.edu,( diunduh 28 Februari 2010)

Brundrett, Mark., Burton, Neil., and Smith, Robert., (2003) Leadership in

Education, SAGE Publications, London.

Cheng, Yin, Cheong. (1996). School Effectiveness and School-based

Management. New York : Palmer Press.

Danim, S. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara. Davies, Brent, (2009) The Essentials of School Leadership, 2nd Edition,

London-Inggris, Sage.

Davis, J. (1989). Effective Schools, Organizational Culture, and Local Policy

Initiatives; In Educational Policy for Effective Schools. Edited by M.

Holmes, K. Leithwood, and D. Musella. New York : Teachers College Press.

Denison, Daniel (1990) Corporate Culture and Organizations Effectives, New-York, John-Wesley.

Departemen Pendidikan Nasional,(2003) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta Pusat.

(62)

--- (2007) Peraturan Mendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

Kepala Sekolah/Madrasah, Depdiknas; Jakarta.

--- (2007) Peraturan Mendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar

Pengelolaan, Depdiknas; Jakarta.

Digest, E. (1997). Visionary Leadership. Number 110. (online). Tersedia : http://www.ericdigest.lead/1995-1/visionary.htm. (12 Februari 2000).

Djarwanto, Ps.Drs, (2000), Statistik Induktif, Yogyakarta, BPFE.

Fandy. (2003). Total Quality Management. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Fathoni, A. (2006). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Fattah, N. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : CV Andira.

Fiedler, Fred E., (1967). Theory of Leadership Effectiveness. Tersedia : http://www.ericdigest.lead/1995.htm. (16 April 2008).

Furqon, dkk. (2000). Pengembangan Model Penilaian Sekolah Efektif. Lembaga Penelitian UPI.

Glickman, Carl D., (2002) Leadership for Learning, How to Help Teachres

Success, Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD),

Virginia, USA

Gorton, Richard; Alston Judy A. & Snowden, Petra., (2007) School Leadership

and Administration, Important Concepts, Case Studies & Simulations, Seven

Edition, McGraw Hill Companies, New York.

Hamdani, D. (2003). Strategi Pengembangan Model Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah Tsanawiyah. Disertasi PPS UPI :

Tidak Diterbitkan.

Harrington, H. James & Lomax, Kenneth C., (2000) Performance Improvement

Methods. New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc.

Hughes, Larry, W., (2005) Current Isuues in School Leadership, Lawrence Erlbaum Association, (LEA) Publishers, London.

John V. (2003). Strategic Management. Australia : Prentice Hall.

(63)

Komariah, Aan dan Cepi Triatna, (2006), Visionary Leadership, Menuju Sekolah

Efektif, Jakarta, Bumi Aksara.

Koster, W. (2001). Analisis Komparatif antara sekolah efektif dengan Sekolah

Tidak Efektif (online). Tersedia :

http://multiforma.hypermart.net/articles/Sekolahefektif/htm. Tanggal diakses 12 Januari 2003.

Lambert, L., Walker, D., Zimmerman, D., Lambert, M.D., Gardner, M.E. and Szabo, M. (2002) The Constructivist Leader. New York, NY: Teachers College Press.

Marshall, S. From “Visionary Leadership”, 2 nd Edition. William E. Rosenbach

and Robert L. Taylor, eds., Westview Press, 1989. As Edited by J. Thomas Wren. The Leadership’s Companion : Insights on Leadership Through the

Ages. (New York, NY : The Free Press, 1995).

Martin, W. J., & Millower, D. J. 1981. The Managerial Behavior of High School Principals. Educational Administration Quarterly, 17, 69-90.

Mortimore, P. (2005) Improving School Effectiveness. Jakarta : PT Grasindo.

Muhadjir, Noeng, Prof Dr. (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Rake Sarasin.

Nanus, B. (2001). Kepemimpinan Visioner. Jakarta : Prenhallindo.

Nawawi. (2003). Kepemimpinan mengefektifkan Organisasi. Jogyakarta : Gajah Mada University.

Peterson, Kent D., & Deal, Terrence E., (1998) How Leader Influence the Culture

of Schools?”, Educational Leadership, Vol, 5.

Reilly, Bernard J., and DiAngelo, Joseph A.,Jr., (1990) Communication: A

Cultural System of Meaning and Value, Human Relations.

Robbins, S.P. (2001) Organizational Behavior, Upper Saddle River: Prentice Hall. Inc.

Sagala, Saiful. (2007). Manajemen Strategik dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sallis, Edward. (2007) Total Quality Manajement in Education,Manajemen Mutu

Pendidikan, Jogjakarta, IRCiSoDv.

(64)

Senge,Peter M, Nelda Cambron,Mc Cabe,Timothy Lucas, Bryan Smith,Janis Dutton, Art Kleiner. (2000), School That Learn: A Fifth Discipline

Fieldbook for Educators, Parents, and Everyone Who Care About Education, New York, Doubleday Dell Publishing Group Inc.

Serrat, Oliver, (2009),Building a Learning Organization, Manila, tersedia di

www.adb.org/knowledgesolutions, unduhan Juni 2012.

Siagian, S. P. (2007). Manajemen Stratregik. Jakarta : Bumi Aksara. Sugiyono, (2006) Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Sukardi. (2006). Guru Powerful Guru Masa Depan: Kunci Sukses menjadi Guru

Efektif. Bandung: Kolbu.

Suryadi, Ace (1999), Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan, Jakarta, Balai Pustaka.

Tjiptono, Fandy, (2000), Total Quality Management, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Gambar

Tabel Deskripsi Variabel X1  .........................................................
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Penelitian untuk kinerja kepala madrasah
Tabel 3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Komite Madrasah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah (Depkes, 2008). Berdasarkan observasi sebelum penelitian pada tangal 15 Maret 2009 yang dilakukan di RSUD Kabupaten

Kemajuan teknologi dewasa ini dan di masa-masa yang akan datang terutama di bidang informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia ini menjadi sempit

nya Komputer dengan Perangkatnya dalam Proses Pembelajaran Bagi Siswa Hasil wawancara dengan kepala sekolah terungkap bahwa dampak positif yang dirasa- kan oleh siswa

Regional ITS and roadway management Integrated mobility management Truck parking Information management systems Traffic controllers Traffic back office. systems Ramp

Idara ya Huduma za Wanawake ipo kwa ajili ya kuunga mkono, kutia moyo, na kutoa changamoto kwa wanawake Waadventista wa Sabato katika mwenendo wao wa kila siku kama wanafunzi wa

mengerti. Ketika saya mengalami hal yang menyedihkan keluarga tidak menghibur say a ... Keluarga memberitahu bila ada sesuatu yang terjadi diluar rumah. Ketika membutuhkan

dalam menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek.. Kimia Farma 52 Surabaya ini dapat terlaksana dengan

Metode simulasi komputer dalam bentuk gantt chart dapat digunakan untuk membantu konsultan desain kapal dalam melakukan proses perencanaan dan pengendalian jadwal