• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Rasa Empati Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Rasa Empati Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(Studi eksperimen di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

OLEH:

PUTU KARTIKA WIDYANINGSIH

1000209

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

(2)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

PUTU KARTIKA WIDYANINGSIH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Uhamisastra, MS,. AIFO NIP . 195106221980021001

Pembimbing II

Dr. BambangAbduljabar, M.Pd NIP. 196509091991021001

Mengetahui, Ketua Program Studi

(3)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Studen Teams Achievement Division

(STAD)

dan Model Pembelajaran Konvensional

Terhadap Rasa Empati Siswa Dalam

Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Oleh

Putu Kartika Widyaningsih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Putu Kartika 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(5)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Putu Kartika Widyaningsih. NIM: 1000209. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Rasa Empati Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Pembimbing I: Dr. Uhamisastra, MS, Pembimbing II: Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd.

Munculnya gejala tidak peduli di antara sesama siswa atau lemahnya gejala interaksi sosial siswa yang mebuat siswa menjadi individualistik semakin mengarah kepada lemahnya empati siswa. Sementara itu, pendidikan jasmani yang memanfaatkan fenomena aktivitas jasmani terkait sosial perlu diarahkan untuk meningkatkan rasa empati melalui proses interaksi sosial siswa.

Sebuah Studi eksperimen, 28 siswa telah dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), dan 28 siswa lainnya dikenai model pembelajaran konvensional, dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design, dan alat untuk mengumpulkan data berupa angket skala empati.

Hasil pengolahan data skala empati dengan menggunakan program IBM SPSS sttistic 20 menunjukan pada kelompok eksperimen p-value (0.00) ≤ (0,05) berarti terbukti bahwa “Terdapat pengaruh signifikan terhadap rasa empati pada kelompok siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD)”, dan pada kelompok kontrol dengan p-value (0.702) ≤ (0,05) Harus dinyatakan “Tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap rasa empati pada kelompok siswa yang diberikan perlakuan model

pembelajaran konvensional”, Dan gain antara pretest dan posttest pada kelompok koopertaif tipe STAD sebesar 389 dinyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif terhadap rasa empati siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.”

Hasil akhir analsis membuktikan bahwa aktivitas jasmani yang diberikan secara kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berpengaruh secara signifikan terhadap rasa empati siswa pada pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 1 Cibadak.

(6)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Putu Kartika Widyaningsih. NIM: 1000209. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: The Influence of Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Division (STAD) Type and

Conventional Learning Model toward Students’ Empathy in Physical Education. Supervisor I: Dr. Uhamisastra, MS, Supervisor II: Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd.

The appearance of passiveness symptoms among students or the lack of

students’ social interaction symptoms make student become individualist leads to

the lack of empathy. Therefore, physical education that use social-relation-physical activity phenomena must be directed to enhance empathy by students’ social interaction process.

In one experiment, 28 students have been taught by cooperative learning model STAD (Student Teams Achievement Division) type, and another 28 students have been taught by conventional learning model, with Pretest-Posttest Control Group Design, and with empathy scale questionnaire to collect data.

The result of empathy scale data processing use IBM SPSS statistic 20 program show that in the experimented group the p-value was (0.00) ≤ (0,05)

means it’s proven that “there is significant influence toward empathy in the group that being treated by cooperative learning model STAD type”, meanwhile, in

another group the p-value was (0.702) ≤(0,05) and must be declared “there is no significant influence toward empathy in the group that being treated by

STAD type influence significantly toward students’ empathy in Physical

Education lessons in SMA Negeri 1 Cibadak.

(7)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Masalah ... 9

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 12

A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 12

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 13

2. Tujuan Pendidikan Jasmani... 14

B. Hakikat Rasa Empati ... 15

1. Pengertian Empati ... 15

2. Ciri-ciri Empati ... 17

3. Komponen Pendekatan Empati ... 17

4. Skala Empati ... 18

5. Pembentukan Empati ... 19

(8)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achivement Division

(STAD) ... 20

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 20

2. Komponen Dalam Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 22

3. Faktor yang Mempengaruhi Model Pembelajaran Kooperatif STAD 22 D. Model Pembelajaran Konvensional ... 23

1. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional ... 23

2. Tahap Pembelajaran ... 24

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional ... 24

E. Deskripsi Teori Aktivitas Jasmani, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Konvensional dan Empati ... 25

1. Teori Aktivitas Jasmani ... 25

2. Teori Model Pembelajaran Kooperatif... 27

3.Teori Model Pembelajaran Konvensional ... 27

4. Teori Rasa Empati ... 28

F. Deskripsi Keterkaitan Aktivitas Jasmani, Model Pembelajaran Kooperatif, dan empati ... 29

G. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian ... 33

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 34

1. Populasi Penelitian ... 34

2. Sampel ... 35

D. Desain Penelitian ... 36

E. Program Perlakuan ... 37

F. Instrument Penelitian ... 40

G. Prosedur Penelitian ... 41

(9)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tahap Pelaksanaan ... 42

3. Tahap Penyusunan Laporan ... 44

H. Prosedur Pengolahan Data ... 44

1. Menghitung skor rata-rata ... 44

2. Menghitung Simpangan Baku ... 44

3. Uji Normalitas Data ... 45

4. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi ... 45

5 Uji Hipotesis. ... 46

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian Dan Analisis Data ... 48

1. Analisis Deskritif dan Penelitian ... 48

B. Pengujian Pesyaratan Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas Data ... 49

2. Pengujian Homogenitas ... 51

3. Pengujian Hipotesis ... 51

C. Pembahasan Penelitian ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA……….. 61

(10)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1.Sampel Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 36

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Rasa Empati... 40

3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 41

3.4 Perbedaan Panduan Mengajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Pengajaran Kelompok Konvensional ... 43

3.5 Perbedaan Panduan Belajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Konvensional ... 43

4.1 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 48

4.2 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 49

4.3 Hasil Uji Normalitas Empati Kelompok Eksperimen ... 50

4.4 Hasil Uji Normalitas Empati Kelompok Kontrol... 50

4.5Hasil Uji Homogenitas Empati ... 51

4.6 Hasil Uji Signifikansi Pretest dan Posttestmenggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 51

(12)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(13)

1

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta merupakan makhluk sosial yang

tidak dapat hidup pada kelompok sosial tanpa adanya interaksi dengan makhluk

hidup lainnya. Interaksi adalah kunci keberhasilan kehidupan manusia., dimana

interaksi sosial adalah fondasi dari hubungan berupa tindakan yang berdasarkan

norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Interaksi

sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan dan nilai yang ada

dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing–

masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang

kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari–hari tentunya manusia tidak dapat lepas

dari hubungan antara satu sama lainnya, manusia selalu perlu untuk mencari

individu ataupun kelompok lain untuk berinteraksi ataupun bertukar pikiran.

Dengan demikian jelas kita lihat bahwa seluruh masyarakat sangat membutuhkan

interaksi sosial untuk kelangsungan hidupnya.

Interaksi sosial memang berpola pada struktur sosial budaya yang telah

ada, seperti sistem pemerintahan, pola hubungan ekonomi, perdagangan dan

lain-lain. Tetapi kemudian interaksi sosial dapat berkembang secara bebas. Hal ini

menjadi bagian mendasar dari proses perubahan yang ada di dalam masyarakat.

Melalui proses interaksi sosial inilah masyarakat akan bergerak secara dinamis

baik yang bersifat progresif maupun yang bersifat regresif, sehingga mewujudkan

suatu dinamika sosial dan budaya. Akibatnya sosial dan budaya sendiri sering

memunculkan pembaharuan yang menimbulkan suatu dinamika baru.

Dengan timbulnya dinamika baru dalam interaksi sosial, perubahan

kehidupan sosial dan budaya berjalan semakin kompleks, hubungan interaksi

(14)

2

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contohnya saja informasi dan komunikasi, Mereka dengan bebasnya

mendapatkan informasi yang mereka inginkan karena begitu banyaknya media

yang dapat digunakan oleh masyarakat. Begitu pula dengan komunikasi, untuk

berhubunganpun tidak harus menunggu lama karena media yang

mempermudahnya.

Dengan kemudahan media informasi dan komunikasi, kemudahan ini

semakin berkembang di masyarakat umum. Tidak hanya masyarakat umum yang

dapat menikmati kemudahan ini, masyarakat sekolah terutama siswa tidak lagi

sulit mendapatkan informasi yang diinginkan. Mayoritas siswa telah memiliki

telepon genggam atau handphone dimana semakin lama alat ini terus berkembang

semakin canggih. Siswa dengan bebasnya dapat memperoleh apa yang mereka

inginkan, seperti pekerjaan rumah, hiburan, media sosial, dan lain-lain. tidak

hanya itu, internetpun kini sudah banyak disediakan oleh sekolah, baik internet

sambungan ataupun wireless.

Kemudahan memperoleh informasi ini Hal ini menyebabkan banyaknya

perubahan yang terjadi pada pola perubahan tingkah laku pelajar di sekolah.

Seharusnya kemudahan memperoleh informasi ini membawa perubahan itu

bergerak kearah yang lebih baik, namun tidak sedikit perubahan ini bergerak

mundur dalam bentuk kemerosotan moral.

Kemerosotan sosial ini erat kaitannya dengan tingkah laku siswa di

sekolah. Perubahan yang terlihat adalah tidak adanya komunikasi antara siswa

satu dengan siswa lain. tidak adanya komunikasi satu sama lainnya maka tidak

mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik berhadapan antara satu sama

lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling

berinteraksi. Seharusnya siswa mampu berinteraksi dan mampu memahami

perasaan orang lain.

Kemampuan anak untuk memahami dan mengalami suatu perasaan positif

(15)

3

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan ini sering disebut sebagai social competency (kemampuan sosial)

yang kita kenal dengan atribut empati.

Kemampuan berempati akan mampu menjadi kunci dalam keberhasilan

bergaul dan bersosialisasi di masyarakat. Seseorang dapat diterima oleh orang lain

jika ia mampu memahami kondisi (perasaan) orang lain dan memberikan

perlakuan yang semestinya sesuai dengan harapan orang tersebut. Kemampuan

empati perlu diasah setiap orang agar dirinya dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitarnya.

Empati merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang

lain dan menghayati pengalaman tersebut. Dengan bahasa yang lain empati adalah

kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati perasaan dan

pengalaman orang lain dengan tidak hanyut dalam suasana orang lain melainkan

memahami apa yang dirasakan orang lain. Disamping itu empati bisa berarti

kemampuan untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan dalam diri orang lain dan

memiliki kapasitas untuk menerima sudut pandang orang lain dengan tujuan untuk

memahami keadaan emosional orang tersebut.

Kenyataannya, belakangan ini banyak sekali persaingan yang tidak sehat

untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Di sekolah kini terdapat

kelompok-kelompok anak yang sulit berbaur dengan teman sebayanya yang lain.

Dia merasa nyaman hingga enggan menyapa teman yang lain. Hal ini berdampak

pada pembelajaran. Mereka selalu ingin berkelompok dan tidak mau dipisahkan

karena berbagai alasan yang membuat mereka harus tetap dengan kelompoknya.

Ketika kelompok tersebut berhasil dipisahkan, pembelajaran terutama saat

pembelajran pendidikan jasmni terkadang berjalan tidak kondusif. Mereka

menunjukkan ketidaksukaan mereka dilebur dengan tidak mendengarkan

instruksi guru dan terlihat malas mengikuti pembelajaran.

Ketika mereka disatukan kembali, suasana pembelajaran akan kembali

kondusif, tetapi tidak jarang kata-kata sok tahu, sok pintar, lama, dan lain-lainnya

(16)

4

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hanya itu, ketika teman mereka jatuh atau terkena bola, mereka tidak membantu

untuk bangun atau sekedar mendekati dan bertanya apa dia baik-baik saja, tetapi

mereka tertawa terbahak-bahak seaakan itu adalah hiburan bagi mereka.

Karenanya, beberapa siswapun merasa tersudut karena perilaku kelompok

tersebut.

Komunikasi antar siswapun terkadang terhambat pada siswa yang

berkelompok. Ketika mereka ditanya oleh siswa lain, mereka selalu menjawab

dengan acuh. Namun beda halnya dengan teman yang berada satu kelompok

dengannya, siswa tersebut akan begitu bersemangat menjawabnya. Mereka hanya

berinteraksi dengan siswa lain seadanya dan seperlunya saja.

Tidak hanya itu, pada pembelajaran pendidikan jasmani, mereka yang

berkelompok terkadang tidak mengindahkan apa yang guru terangkan karena

mereka merasa sudah memahami dan mengerti materi yang akan dipelajari. Dan

akhirnya mereka asik berbincang dengan teman-teman sekelompoknya saat guru

menjelaskan. Ketika guru selesai menjelaskan dan akan dipraktikkan, mereka

akan mengeluh karena tidak memahami pembelajaran. Dan guru harus mengulang

kembali apa yang sudah dijelaskan.

Selain itu, pembelajaran terkadang harus terhenti sebentar karena siswa

yang berkelompok lebih merasa sudah mengetahui pembelajaran dan mereka

berusaha mempengaruhi agar materi pembelajaran diganti dengan materi

pembelajaran yang lain hingga terkadang terjadi negosiasi antara guru dan murid

saat pembelajaran. Misalnya saja saat pembelajaran bolabasket, siswa sering

berdalih pembelajaran bolabasket sering dipelajari dan siswa berkelompok

tersebut bosan dengan pembelajaran tersebut. Hal ini membuat guru harus

berpikir keras lagi dan merayu agar pembelajaran dapat segera dilaksanakan.

permasalahan lainnya siswa berkelompok kadang tidak peka pada teman

yang mengalami kesulitan belajar gerak. Misalnya pada pembelajaran senam

lantai kuda lompat, siswa lebih memilih menjadi pengganti kuda lompat teman

(17)

5

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka hanya akan membantu jika guru menegur untuk membantu teman yang

lain.

Selain itu, pada saat akan memulai pembelajaran siswa yang

berkelompok enggan bergotong royong membantu siswa lain untuk menyiapkan

alat yang guru perintahkan. Cenderung siswa yang menyiapkan peralatan hanya

siswa yang itu-itu saja. Berdasarkan masalah ini, guru harus lebih keras lagi

berusaha untuk memahami karakter siswa yang berkelompok. Hal ini terkadang

membuat adanya kecemburuan sosial pada personal siswa ataupun pergaulan

siswa di sekolah.

Selain permasalahan siswa yang terjadi disekolah, cara pengajaran guru

yang cenderung mengajar dengan gaya komando menjadikan siswa terkadang

melanggar batasan siswa dan guru. Mereka bisa dikatakan berani menyela guru.

Dan kata-kata yang dgunakan untuk berbincang dengan guru lebih layak

dipergunakan pada teman sebaya.

Tidak hanya itu, model pembelajran yang digunakan guru masih

tradisional dan menanamkan pemikiran bahwa berolahraga itu cape,

membosankan, dan tidak menyenangkan. hingga anak merasa guru hanya

memeberikan materi yang itu-itu saja tanpa ada inovasi pada pembelajaran yang

diberikan.

Permasalahan tersebut memperlihatkan kemampuan anak untuk berempati

sudah mulai berkurang. Anak cenderung tidak peduli saat temannya sedang

menghadapi masalah. Anak juga cenderung menolak untuk peduli pada teman

yang kurang mereka kenal. Hal ini diakibatkan kenakalan remaja yang sering

ditemui disekolah yaitu geng atau sekumpulan anak yang berkumpul karena

kenyamanan mereka dengan orang-orang di kelompoknya. Kenakalan remaja ini

sering dianggap negatif karena sikap setiap kelompok yang merasa memiliki

teman untuk berlaku tidak sopan. Terkadang mereka mengatasnamakan geng

untuk mengucilkan teman-teman yang menurut mereka tidak layak untuk bersikap

(18)

6

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari uraian di atas, empati merupakan indikator yang harus ada dalam

pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan empati anak akan lebih peduli dan

lebih merasakan apa yang teman lain rasakan dan tidak hanya berkumpul dengan

teman yang sama namun lebih mengenal lagi teman-teman sekelasnya. Hal

inipun diharapkan akan mengkondusifkan pembelajaran dan mengubah model

pembelajaran guru yang tradisional menjadi lebih variatif lagi dalam menentukan

model pembelajaran terutama model pembelajaran kooperatif disetiap

pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani.. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk mengangkat permasalahan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD) terhadap rasa empati siswa dalam

pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Berdasarkan pada pembahasan di atas, maka penulis mengangkat tema

penelitian tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement Division (STAD) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap

Rasa Empati Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Cibadak”

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Maraknya kelompok-kelompok pada siswa di sekolah menjadi masalah

penting pada proses pembelajaran terutama pada pembelajaran pendidikan

jasmani. Salah satu masalah yang disorot peneliti adalah masalah empati siswa.

Dimana rasa empati siswa terhadap adik kelas, teman sebaya, atau kakak kelas

sudah mulai berkurang. Dan model pembelajran yang digunakan guru masih

tradisional hingga anak merasa guru hanya memeberikan materi yang monoton

tanpa ada inovasi pada pembelajaran yang diberikan.

Model pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian pada kelompok

eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah

satu metode pembelajran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model

(19)

7

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendekatan kooperatif. Model pembelajaran ini dipilih karena di setiap

pertemuan anak diharuskan berkelompok dengan anggota yang berbeda untuk

bekerjasama dan berinteraksi dengan baik agar dapat memperbaiki masalah

empati ini.

Adapun indikator pada model pembelajaran kooperatif yang dikutip oleh

abnes (2008) :

1. Saling ketergantungan positif.

2. Tanggung jawab perseorangan.

3. Tatap muka.

4. Komunikasi antar anggota.

5. Evaluasi proses kelompok.

Adapun model pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian pada

kelompok kontrol adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran

merupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang dimana cara

penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada

sekelompok siswa. Model ini digunakan untuk melihat peningkatan rasa empati

siswa pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan model

pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD).

Pada penelitian ini, empati menjadi sorotan utama. Dimana rasa empati

siswa sebelum dan sesudah penelitian akan diukur. Empati sendiri adalah

kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati perasaan dan

pengalaman orang lain dengan tidak hanyut dalam suasana orang lain melainkan

memahami apa yang dirasakan orang lain.

Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah angket. Dengan

beberapa indikator yang mengungkap kemampuan siswa dalam berempati pada

orang lain yang dikutip oleh Abnes ( 2008) :

1. Perpective taking ( bagaimana seorang anak mampu memahami keadaan

(20)

8

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Fantasy (daya khayal anak )

3. Empathic concern ( bagaimana anak mampu merasakan apa yang orang

lain rasakan dan dia mampu memberi respon kepada orang lain)

4. Personal distres ( kondisi seseorang yang berada dalam tekanan)

3. RUMUSAN MASALAH

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan

jawabannya melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga

pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis

rumuskan adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh signifikan rasa empati pada kelompok siswa

yang diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran pendidikan

jasmani?

2. Apakah terdapat pengaruh signifikan rasa empati pada kelompok siswa

yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional dalam

pembelajaran pendidikan jasmani?

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan rasa empati pada

kelompok siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan kelompok siswa

yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional dalam

pembelajaran pendidikan jasmani?

4. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan penelitian

(21)

9

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menganalisis seberapa besar pengaruh penerapan model kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa kelompok

eksperimen terhadap rasa empati siswa.

2. Menganalisis seberapa besar pengaruh penerapan konvensional pada siwa

kelompok kontrol terhadap rasa empati siswa.

3. Menganalisis seberapa besar perbedaan pengaruh penerapan model

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan model

pembelajaran konvensional pada siswa kelompok eksperimen dan siswa

kelompok kontrol terhadap rasa empati siswa.

5. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Dipandang secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan

keilmuan yang berarti bagi pembelajaran Penjas yang sudah ada dan

meyempurnakannya terkait dengan proses pembelajaran aktivitas

pendidikan jasmani di tingkat SMA.

2. Dipandang secara praktis dapat menjadi acuan:

a. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran

pendidikan jasmani untuk memperbaiki kemampuan rasa empati

siswa.

b. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik

terhadap peningkatan kemampuan rasa empati siswa.

c. Bagi sekolah upaya ini dapat memberikan solusi alternatif dari

masalah pembelajaran yang ada, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk mengaplikasikan pembelajaran pendidikan

jasmani dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

(22)

10

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah

ilmu pengetahuan tentang pembelajaran pendidikan jasmani dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) sekaligus dapat mempraktikan dan

mengembangkannya.

6. BATASAN MASALAH

Supaya masalah yang akan dibahas tidak menyimpang dari masalah yang

sebenarnya dan supaya penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dari itu

penulis memberikan batasan-batasan masalah pada penelitian ini. Adapun ruang

lingkup permasalahan yang ingin dibahas adalah:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan model pembelajaran konvensional. Dimana pada model ini siswa

kelompok eksperimen akan berbaur dengan yang lain dengan oranng yang

berbeda setiap minggunya. Sedangkan siswa kelompok kontrol akan diberikan

pembelajaran seperti biasa.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah rasa empati yang dimiliki siswa.

3. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen.

4. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1 Cibadak. Untuk itu

penulis akan mengambil satu kelas sebagai sampel kelas eksperimen dan satu

kelas sebagai kelas kontrol, yang dilakukan secara acak (simple random

sampling) dengan cara diundi yaitu kelas XI IPA 2 untuk kelas eksperimen

dan XI IPA 3 untuk kelas kontrol. Masing-masing berjumalah 28 orang.

7. BATASAN ISTILAH

Jika di lihat dari sudut pandang penafsiran seseorang terhadap suatu istilah

(23)

11

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beda. Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam

penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan satu-persatu

istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:

a. Pendidikan Jasmani : pendidikan jasmani merupakan suatu proses yang mana

adaptasi dan pembelajaran tubuh (organik), syaraf dan otot, intelektual, sosial,

emosional dan estetika dapat dicapai dan dilakukan melalui aktivitas fisik

yang penuh semangat.

b. Model kooperatif tipe STAD: merupakan salah satu tipe dari model

pembelajaran kooperatif dengan menggukankan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompoknya 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok

kuis, dan penghargaan kelompok.

c. Model konvensional : merupakan salah satu dari model-model pembelajaran

yang dimana cara penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau

penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

d. Empati : kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati

perasaan dan pengalaman orang lain dengan tidak hanyut dalam suasana

(24)

12

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(25)

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah tertuang dalam rumusan masalah,

peneliti menggunakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan konvensional terhadap

rasa empati siswa serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh. Menurut Sugiyono

(2013: 6) “Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan

dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

pendidikan.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlauan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendali (Sugiyono, 2013: 6). Selain itu, Metode eksperimen merupakan metode

penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan

baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab

akibat. Disamping itu penelitian eksperimen juga merupakan salah satu bentuk

penelitian yang memerlukan syarat yang relatif lebih ketat jika dibandingkan

dengan jenis penelitian lainnya. Hal ini karena sesuai dengan maksud peneliti

yang menginginkan adanya kepastian untuk memperoleh informasi tentang

variabel mana yang menyebabkan sesuatu terjadi dan variabel yang memperoleh

akibat dari terjadinya perubahan dalam suatu kondisi eksperimen.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan sampel menggunakan

random sampling dengan teknik tradisional. Setelah dilakukan pengundian,

terpilihlah dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(26)

34

diisi sebelum diberikan perlakuan (pretest). Sesuai dengan perlakuan yang akan

diberikan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan diberikan perlakuan

yang berbeda. Perlakuan yang akan diberikan pada kelompok eksperimen adalah

berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD), dan perlakuan yang akan diberikan pada kelompok kontrol

adalah dengan model pembelajaran konvensional. Lalu, kedua kelompok

diberikan angket berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai empati untuk diisi

setelah diberikan perlakuan (posttest).

Setelah melakukan treatment, semua data yang telah di peroleh dari hasil

pretest dan postest diolah dan dianalisis dengan stategi penelitian yang telah

direncanakan sebelumnya kemudian diujikan. Setelah semua data dianalisis,

peneliti membahas hasil analisis data penelitian. Dari pembahasan tersembut

peneliti dapat membuat simpulan hasil penelitian sehingga dapat diketahui apa

hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

B. Lokasi Penelitian

Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan metodologi

penelitian adalah tempat/ lokasi penelitian.Menurut Sukardi (2003: 53) “Yang

dimaksud dengan tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi

yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.”.

Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Cibadak, Sukabumi. Dimana tempat yang lebih banyak digunakan untuk

penelitian adalah lapang serbaguna Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam setiap penelitian

adalah batasan yang berkaitan dengan populasi penelitian. Populasi menurut

Babbie (1983) dalam sukardi (2003: 53) adalah “elemen penelitian yang

hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil

(27)

35

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertetu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”.

Jadi, populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia,

binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan

secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.

Dari pemaparan diatas, populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi

Sekolah Menengah atas Negeri 1 Cibadak khususnya kelas XI IPA. yang

beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No 72, Cibadak-Sukabumi.

2. Sampel

Sering kali terjadi bahwa peneliti tidak dapat melakukan studi terhadap

semua anggota kelompok yang menjadi interes penelitian. Dan mereka

hanya mampu mengambil sebagian dari jumlah populasi yang ada. Sebagian

dari jumlah populasi yang ada tersebut diambil datanya. Sebagian dari

jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel atau

cuplikan.

Menurut sugiono (2013: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”. Bila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk sampel sendiri

yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Menurut penjelasan diatas, sampel dalam penelitian ini adalah

siswa-siswa kelas XI IPA Sekolah Menengah atas Negeri 1 Cibadak. Terdapat dua

kelompok sampel yang diambil dalam penelitian ini, yaitu satu sampel

kelompok eksperimen dan satu sampel kelompok kontrol.

Untuk menentukan kelas atau kelompok yang akan dijadikan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, Kriteria pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah :

1. Siswa yang masih aktif mengikuti KBM disekolah ataupun anggota

(28)

36

2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

3. Keterampilan setiap siswa disamaratakan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel acak atau random

sampling. Pada teknik ini, secara teoritis semua anggota dalam populasi

mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

sampel. Cara random sampling yang peneliti gunakan adalah cara

tradisional. Dimana langkah penentuan kelompoknya adalah (1) Mendata

populasi yang akan ditemui. Populasi disini adalah kelas XI IPA yang

memiliki 4 kelas, (2) Menuliskan dalam kertas kelompok atau kelas XI IPA

2, XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. setelahnya digulung dan dimasukan

kedalam gelas, (3) Lalu dikocok hingga kertas keluar dari gelas, (4) kelas

yang tertera di kertas adalah kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3.

Tabel 3.1

Sampel Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

KELAS JUMLAH JENIS KLAMIN PUTRI PUTRA

Eksperimen 28 19 9

Kontrol 28 20 8

Setelah proses penentuan, kelompok eksperimen yang akan mendapatkan

perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan rasa

empati, yaitu kelas XI IPA 2 sebanyak 28 orang, dan kelas kontrol yang

akan diberikan pembelajaran secara konvensional, yaitu kelas XI IPA 3

sebanyak 28 orang.

D. Desain Penelitian

Untuk memperlancar proses penelitian maka perlu dilakukan langkah-langkah

yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Desain penelitian yang dibuat

secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas pada kaitannya dengan

penyusunan hipotesis dengan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian

(29)

37

dalam melaksanakan setiap langkah-langkah penelitian yang akan diambil agar

proses penelitian berjalan sesuai dengan prosedur yang benar. dalam rangka

melakukan penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, desain

penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Desain

penenlitiannya sebagai berikut:

Bagan 3.1

Desain Penelitian

R = Responden

O1 = Kelompok Eksperimen (penerapan perrmainan) pretest

O2 = Kelompok Eksperimen (penerapan permainan) posttest

O3 = Kelompok kontrol pretest

O4 = Kelompok kontrol prosttest

X = Perlakuan

E. Program Perlakuan

Dalam penelitian, sampel yang terpilih telah dibagi menjadi dua kelompok

yang akan diberikan perlakuan berbeda. Kelompok yang terpilih sebagai

kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan kelompok yang terpilih sebgai kelompok kontrol

akan diberikan pembelajaran seperti biasa dengan model pembelajaran

konvensional.

Dalam program perlakuan kooperatif tipe STAD yang diterapkan, setiap

perlakuan memenuhi lima elemen penting yang telah dijelaskan Metzler

(1999) yaitu presentasi kelas, pembentukan tim belajar, mengadakan kuis

secara individu atau kelompok,pemberian skor kemajuan individual, dan

rekognisi tim.

R O1 X O2

(30)

38

Tidak hanya penerapan model pembelajaran saja, pemberian pengalaman

pembelajaran sosial berupa empati. Guru harus memberikan pengalaman

yang menggugah empati anak setiap pertemuan. Dalam program perlakuan

ini, guru menerapkan delapan komponen yang dapat menanamkan empati,

yaitu mengenali perasaan diri sendiri, menyediakan waktu menyendiri untuk

berpikir apa yang telah terjadi, memandang masalah dari sudut pandang orang

lain, menjadi pendengar yang baik, menghayati fenomena berbagai hal yang

kita jumpai setiap hari, mengatur dan mengatasi gejolak emosi dalam

menghadapi reaksi positif maupun negatif, dan berkorban untuk kepentingan

orang lain.

Program perlakuan ini terdiri dari pra-pengajaran, pengajaran, dan

pasca-pengajaran. Pada saat pra-pengajaran, guru melakukan persiapan diri untuk

berpartisipasi dalam pembelajaran, guru juga memahaman konsep empati

pada pembelajaran pendidikan jasmani yang akan diajarkan dan pemahaman

pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif .

Setelah proses pra-pengajaran selesai, guru melakuakan treatment pada

setiap kelompoknya. pada proses pengajaran, guru memposisikan

pemahaman konsep empati pada alam pikir, selain itu guru juga

memposisikan pemahaman pelaksanaan pembelajaran menggunakan

indikator model pembelajaran kooperatif. Setelah itu guru merangkai kegiatan

sesuai konsep dan indikator empati yang telah ditetapkan, merangkai kegiatan

sesuai dengan pola pembelajaran dengan indikator model pembelajaran

kooperatif yang telah ditetapkan dan mengkoordinasikan pembelajaran

pendidikan jasmani dengan indikator empati dan indikator model

pembelajaran kooperatif.

Pada pertemuan pertama guru menyebarkan angket skala empati agar diisi

oleh kelompok eksperimen dan kontrol untuk pengambilan data awal sebelum

diberikan perlakuan (pretest). Pertemuan kedua dan ketiga guru memberikan

perlakuan berupa permainan pada pembelajaran sepak bola. Guru

(31)

39

guru lebih mengingatkan kepada siswa agar siswa peduli kepada siswa

lainnya pada setiap pembelajaran.

Pertemuan keempat dan kelima guru memberikan perlakuan berupa

permainan pada pembelajaran atletik lari sambung. Pada pertemuan ini guru

mengajak anak untuk berempati tidak hanya kepada teman-temannya tetapi

kepada lingkungan sekitarnya. Pertemuan keenam dan ketujuh guru

memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran senam lantai.

Pada pertemuan ini guru lebih tegas kepada siswa yang masih tidak peduli

kepada siswa lainnya. Guru lebih gencar membantu siswa agar

menumbuhkan rasa empati pada diri siswa.

Pertemuan kedelapan dan kesembilan guru memberikan perlakuan berupa

permainan pada pembelajaran senam irama. Pada pertemuan kali ini guru

melepas siswa agar mampu berempati tanpa instruksi guru. Guru memberikan

kebebasan kepada siswa untuk mengexplore kemampuan berinteraksi dari

masing-masing individu. Pertemuan kesepuluh dan kesebelas guru

memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran pola hidup

sehat. Pada pertemuan ini guru kembali mengingatkan akan berempati kepada

siswa dan lingkungan lainnya.

Pertemuan kedua belas dan ketiga belas guru memberikan perlakuan

berupa permainan pada pembelajaran luar sekolah. Pada pertemuan ini

pengalaman belajar dan berinteraksi pada pembelajaran sebelumnya sangat

berpengaruh pada keberhasilan setiap kelompoknya. Dan pertemuan keempat

belas guru kembali menyebarkan angket skala empati agar diisi oleh

kelompok eksperimen dan kontrol untuk pengambilan data akhir setelah

diberikan perlakuan (posttest).

Selesai proses pengajaran guru memberikan refleksi kepada siswa berupa

diskusi antar kelompok dan memberi masukan dengan cara yang baik dan

tidak mencemooh orang lain, diskusi pemahaman materi secara psikomotor,

kognitif dan rasa empati, dan penekanan pentingnya kerjasama kelompok

(32)

40

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat

ukur yang baik. Instrumen penelitian sendiri adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. (Sugiyono,2013:148)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

rasa empati anak terhadap model pembelajaran kooperatif STAD dan model

pembelajaran konvensional yang diterapkan pada penelitian ini. Adapun

instrument yang digunakan penulis untuk memperoleh data saat penelitian adalah

Instrumen Skala.

Instrumen skala yang dibuat adalah tes skala empati yang akan dibagikan dan

isi oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saat peneliti belum

menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran

konvensional atau disebut juga dengan pretest dan setelah diberikan perlakuan

yang disebut dengan posttest. Tes ini diberikan untuk mengetahui rasa empati

siswa. Pemberian skor tes skala ini, menggunakan skala likert yang ada pada buku

Sugiono (2013:134).

Instrumen skala yang peneliti gunakan adalah skala empati yang telah Ibu Sri

Winarni uji coba dan digunakan pada penelitian beliau untuk menyelesaikan tugas

akhir jenjang S3 di Sekolah Pasca Sarjana Universitas pendidikan Indonesia.

Berikut kisi-kisi skala rasa empati dalam tabel 3.2

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Rasa Empati Siswa

Variabel Komponen Indikator Butir Soal Positif Butir Soal Negatif Empati

(Davis (193) dalam abnes (2009) secara global ada dua komponen dalam empati, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif yang masing-masing mempunyai dua

(33)

41

aspek yaitu: komponen kognitif terdiri dari Perspective taking (PT), dan Fantacy (FS), sedangkan komponen afektif meliputi Empathic Concern (EC) dan Personal Distress (PD). http://repository.usu.ac.id/

Pemberian skor untuk tes skala ini menggunakan skala Likert yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Maka dari itu pemberian skor tes skala ini dapat dilihat

pada tabel 3.2

Tabel 3.3

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

(34)

42

a. penyusunan proposal penelitian.

b. Mengkaji teori-teori yang berhubungan dengan model pembelajaran

kooperatif STAD, model pembelajaran konvensional dan rasa empati

siswa.

c. Observasi lokasi penelitian, sarana-prasarana yang diperlukan saat

penelitian, dan alat bantu untuk menunjang pelaksanaan penelitian.

d. Penentuan instrumen penelitian yang akan digunakan. Peneliti

menggunakan skala yang sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya.

e. Melakukan perizinan penggunaan instrumen penelitian. Dan

f. Perizinan mengadakan penelitian ditempat yang dituju.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pelaksanaan kegiatan

meliputi:

a. Diskusi program penelitian dan jadwal penelitian kepada pihak

sekolah yang diwakili oleh Wakasek Kurikulum dan Guru Pendidikan

Jasmani di SMA Negeri 1 Cibadak.

b. Melakukan pemilihan sampel untuk penelitian.

c. siswa diberikan skala untuk diisi sejujur-jujurnya untuk pengambilan

data awal atau pretest.

d. Melaksanakan treatment kepada kelompok eksperimen dan kontrol,

dimana kelompok eksperimen di treatment dengan model

pembelajaran kooperatif STAD, dan kelompok kontrol dengan model

pembelajaran konvensional. Selain penerapan model pembelajaran,

peneliti juga membedakan panduan pengajaran dan panduan belajar

kelompok belajar kooperatif dengan pengajaran konvensional. Ini

(35)

43

Tabel 3.4

Perbedaan Panduan Mengajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan

Pengajaran Kelompok Konvensional.

PENGAJARAN SECARA KOOPERATIF PENGAJARAN SECARA KONVENSIONAL 1. Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

1.Guru mengajarkan siswa secara klasikal.

2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

2.Guru menyajikan materi dengan metode ceramah.

3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

3.Guru membentuk kelompok belajar secara homogen.

4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas mereka.

4.Guru membiarkan siswa belajar menyelesaikan tugas bersama kelompoknya.

5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

5.Guru menekankan kepada penyelesaian tugas yang terpusat pada guru.

6. Guru mencari cara-cara untuk mengahargai baik upaya maupun hasil belajar individu kelompok.

6.Guru tidak merefleksi atas hasil yang telah dicapai oleh siswa.

Tabel 3.5

Perbedaan Panduan Belajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan

Kelompok Konvensional.

PADUAN BELAJAR KOOPERATIF PANDUAN BELAJAR KONVENSIONAL

1. Murid menyimak tujuan pembelajaran, informasi yang diperlukan dan motivasi untuk pembelajaran

1. Murid menyimak tujuan belajar, dan informasi yang diperlukan.

2. Murid berkelompok dengan cara transisi yang telah dijelaskan oleh guru secara efisien.

2. Murid belajar pada satu kelompok besar.

3. Murid mengerjakan tugas mereka dengan bantuan bimbingan guru.

3. Murid mengerjakan tugas mereka tanpa bimbingan guru.

4. Murid mempresentasikan hasil kerjanya dan mengevaluasinya bersama teman dan guru.

4. Murid menyerahkan hasil belajar mereka kepada guru, dan guru yang akan

mengevaluasinya. 5. Murid menghargai baik upaya dan hasil

yang telah dicapai oleh individu, teman dan kelompok.

(36)

44

e. Setelah di treatment, anak diberikan skala yang sebelumnya telah

diberikan untuk diisi kembali (posttest).

3. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap penyususnan laporan, peneliti melakukan kegiatan meliputi:

a. semua data yang telah di peroleh dari hasil pretest dan postest diolah

dan dianalisis dengan stategi penelitian yang telah direncanakan

sebelumnya kemudian diujikan.

b. Bahasan hasil analisis data penelitian.

c. Simpulan hasil penelitian sehingga dapat diketahui apa hasil

penelitian yang telah dilaksanakan.

H. Prosedur Pengolahan Data

1. Menghitung skor rata-rata

Menghitung skor rata-rata tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok

dengan rumus :

Keterangan :

= skor rata-rata

= skor mentah

= jumlah

= banyanknya sampel

2. Menghitung Simpangan Baku

Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut :

S=

Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari

n = jumlah sampel

(37)

45

3. Uji Normalitas Data

Dalam pengujiannya peneliti menggunakan uji normalitas Liliefors, yaitu

peneliti menggunakan acuan dari langkah langkah pengujian normalitas yang

dikemukakan oleh Abduljabar, dkk (2010:256), beberapa langkah dalam uji

distribusi normal yaitu sebagai berikut :

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

b. Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi. c. Mencari luas Zi pada tabel Z.

d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 – luas daerah, sedangkan untuk luas daerah negatif maka 0,5 + luas daerah.

e. S(Zi), adalah urutan n dibagi jumlah n.

f. Hasil pengurangan F(Zi) – S (Zi) tempatkan pada kolom F(Zi) – S(Zi). g. Mencari data atau nilai yang tertinggi, tanpa melihat ( - ) atau ( + ),

sebagai nilai Lo.

h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakkan hipotesis:

1) Jika L0 ≥ Ltabel tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak berdistribusi normal.

2) Jika L0 ≤ Ltabel, terima H0 artinya data berdistribusi normal. i. Mencari nilai Ltabel, membandingkan L0 dengan Lt.

j. Membuat kesimpulan.

4. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi

Dalam pengujian homogen tidaknya data penelitian maka harus dilakukan

pengujian kesamaan varians dua kelompok sampel normal dengan varians σ12

dan σ22

. Bentuk rumus uji dua pihaknya yaitu uji untuk pasangan hipotesis nol

H0 dan tandingannya H1:

H0 : σ12 = σ22

H1 : σ12 ≠σ22

Dalam menghitung homogonitas, peneliti menggunakan rumus dan

(38)

46

F=

a. Menentukan F dari table dengan taraf nyata 0,05.

b. Menentukan uji homogenitasnya dengan kriteria:

1) Apabila maka kedua varian homogen.

2) Apabila maka kedua varian tidak homogen.

5. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan t-test. Uji t-test dilakukan

untuk dapat mengambil kesimpulan dalam penerimaan hipotesis penelitian,

untuk pengujian tersebut dipergunakan rumus t-test dan menggunakan taraf

signifikan 0,05 % karena penelitiannya termasuk pendidikan sosial. Rumus

t-test dan langkah-langkah uji hipotesisnya sebagai berikut :

a. Ketentuan pemilihan rumus t-test menurut Sugiyono (2010 : 272-273),

sebagai berikut :

- Bila jumlah anggota sampel dan varians homogen ( ),

maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool

varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = – 2

- Bila , varians homogen ( ), dapat digunakan rumus

t-test pooled varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan (dk) = – 2

- Bila , varians tidak homogen ( ), dapat digunakan

rumus t-test baik untuk separated, maupun pool varian. Untuk melihat

harga t-tabel digunakan dk = – 1 atau dk = – 1 . jadi dk bukan – 2.

- Bila , varians tidak homogen ( ). Untuk ini digunakan

t-test dengan separated. Harga t sebagai penggati t-tabel dihitung dari

selisih harga t-tabel dengan dk ( – 1) dan dk ( – 1) dibagi dua, dan

(39)

47

b. Rumus t-test :

- Separated varians

t =

- Polled varians

t =

Ket :

t = nilai yang dicari ( )

= rata-rata kelompok 1

= rata-rata kelompok 2

= jumlah sampel kelompok 1

= jumlah sampel kelompok 2

= variansi kelompok 1

= variansi kelompok 2

c. Penentuan batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis:

Dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 )

d. Kriteria pengujian hipotesis

(40)

60

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan temuan tentang pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap empati siswa, diperoleh kesimpulan yang terkait

dengan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif terhadap

empati siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani pada kelas

eksperimen yaitu siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Cibadak. Pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat perubahan

terhadap rasa empati siswa, serta dengan penerapan model pembelajaran

koopertif tipe STAD interaksi antar siswa dapat terjalin dengan baik.

2. Penerapan model pembelajaran konvensional saat pembelajaran

pendidikan jasmani pada kelas kontrol tidak berpengaruh pada empati

siswa. Hal tersebut terihat dari tidak adanya perubahan interaksi siswa

yang signifikan, seperti siswa yang berkelompok tidak berbau dengan

teman lainnya, siswa menyangkal pembicaraan siswa lain, siswa berani

memotong pembicaraan guru, siswa tidak mau memberikan kepercayaan

mereka kepada teman selain teman kelompoknya, dan siswa acuh kepada

siswa yang menyiapkan peralatan di sekolah.

3. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model

pembelajaran konvensional, ternyata model pembelajaran model

pembelajaran koopertif tipe STAD lebih berpengaruh positif terhadap

empati siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan, peneliti memberikan

(41)

60

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan jasmani untuk kedepannya. Saran-saran yang ingin peneliti

sampaikan adalah sebagai berikut:

a. Guru diharapkan dapat melihat betapa uniknya masing-masing dari

siswa sehingga kelebih anak yang satu dengan yang lain berbeda.

Begitu pula dengan empati yang anak miliki, maka dari itu gurupun

diharapkan dapat membantu memotivasi setiap siswa agar dapat

berteman dengan siapapun tanpa membeda-bedakan siswa lainnya.

b. Dalam merancang metode dan strategi pembelajaran, guru dihapkan

mampu memilah dan memilih metode dan strategi pembelajaran agar

dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar yang

dilakukan. Dan dengan metode mengajar yang baik, guru dapat

memciptakan susasana pembelajaran yang hidup dan mempermudah

mencapai tujuan pembelajaran.

c. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat penting untuk

digunakan dan dikembangkan saat pengajaran pendidikan jasmani,

sehingga aspek-aspek yang diperlukan saat pembelajaran dapat

terbentuk. Dengan bervariasinya model pembelajaran yang guru

gunakan, memberikan anak ruang untuk memberanikan diri

mengekspresikan diri mereka baik kepada guru maupun kepada

teman-temannya. Dan siswa tidak merasa bosan dan tidak berfikir

(42)

61

Putu Kartika Widyaningsih, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2011). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Bandung: FPOK UPI.

Al-Muruzy, Amir. (2013). Pengertian Pembelajaran Dengan Pendekatan

Konvensional [Online]. Tersedia:

http://www.katailmu.com/2013/03/pengertian-pembelajaran-dengan.html

[7 Juli 2014]

Anggraini,Dewi. (2013). Teori Empati [Online]. Tersedia:

http://penjajailmu.blogspot.com/2013/05/teori-empati-1_22.html [5 Juli

2014]

Anggrek,Wulan. (2011). Model Pembelajaran Konvensional [Online]. Tersedia:

http://hamdianaputrie.blogspot.com/2011/04/model-pembelajaran-konvensional.html?m=1 [7 Juli 2014]

Azmi, N.S. (2012). Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperatif

Learning tipe STAD Dengan Model Pembelajaran Konvensional Dalam

Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI [Online]. Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14538/1/09E00951.pdf [4

Juli 2014]

Bambang, A, Kusumah, D.J. (2010). Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung:

FPOK UPI.

Budiman, Yusuf. (2013). Model Konvensional [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

NEWS READER : DEKRANAS ADAKAN PAMERAN KREASI JOGJA UNTUK INDONESIA. PAMERAN PRODUK KERAJINAN / SELAMA INI TETAP MENJADI ANDALAN PERAJIN UNTUK MENJUAL HASIL

Dalam surat ijin pembebasan tanah oleh pihak swasta menurut acara yang berlaku bagi pembebasan tanah untuk kepentingan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 di atas,

[r]

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Fokus penelitian ini mengajukan rumusan bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler serta kendala dan upaya yang dilakukan sekolah

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Apabila memperhatikan Core bussines (M. Bryson, 1995 : 87) dalam kaitannya dengan kewenangan akademik sekolahdan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah, maka, tujuan

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak