• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

oleh IDA ROSIDA

1204715

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT

Oleh Ida Rosida

S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

© Ida Rosida 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Kelas III

melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis

Permainan Tradisional Jawa Barat

Ida Rosida 1204715

ABSTRAK

Penelitian ini bermaksud memperoleh sebuah bukti empiris tentang peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa kelas III melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas III di Sekolah Dasar Negeri Galunggung Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan sampel kelas III A sebagai kelas kontrol dan kelas III B sebagai kelas eksperimen pada tahun ajaran 2013-2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan desain penelitian nonequivalent control group. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui pretes dan postes sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis data dilakukan mulai dari penyekoran, uji normalitas, uji homogenitas serta menguji setiap hipoartikel yang telah dirumuskan dengan uji-t. Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa: 1) kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih baik daripada kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, 2) peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.

(5)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The purpose of doing this research was to get an empirical prove about the increasing of third grade students' mathematical thinking ability through contextual learning by using West Java traditional games. The participants of this research were the third grader students of Galunggung elementary school Tawang region in Tasikmalaya city. With third A class as a control third B class as an experiment class in the 2013-2014 academic year. The research experiment which has been used was quasi experiment with nonequivalent control group research design. The data was taken by using pretest and postest system before and after the treatment. The data analysis was done started from scoring, normality test, homogenical test, and tested every formulated hyphotheses with T test. Based on data analysis in this research we can conclude that : 1) the mathematical thinking ability of the students who got the contextual learning

method using West Java traditional games were better than students’

mathematical thinking capability who used conventional learning method, 2) the

increase of students’ mathematical thinking ability through West Java traditional

games with contextual- based are better than those students who learned using conventional learning method.

(6)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

(7)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI A. Kemampuan Berpikir Matematik ... 10

B. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) ... 14

1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual ... 14

2. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ... 15

3. Tujuan Pembelajaran Kontekstual ... 16

4. Penerapan Pembelajaran Kontekstual ... 17

5. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran konvensional ... 19

(8)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Teori Piaget ... 21

2. Teori Vygotsky ... 22

3. Teori Ausubel ... 23

4. Teori Bruner ... 24

D. Permainan Tradisional Jawa Barat ... 25

E. Penelitian yang Relevan ... 37

F. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Prosedur Pengembangan Instrumen ... 46

G. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Hasil Pretes ... 57

2. Pelaksanaan Perlakuan (Treatment) ... 61

3. Hasil Postes ... 69

4. Pengujian Hipotesis ... 75

5. Data Hasil Observasi ... 83

B. Pembahasan ... 85

1. Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Sekolah Dasar ... 85

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Sekolah Dasar ... 89

(9)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 97

B. Rekomendasi ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional ... 20

3.2 Desain Eksperimen Semu ... 41

3.3 Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Matematis ... 45

3.4 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 47

3.5 Analisis Validitas Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Matematis ... ... 48

3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 49

3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 50

3.8 Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 50

3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ... 51

3.10 Hasil Perhitungan Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 52

3.11 Kategori Indeks Gain (g) ... 53

4.12 Statistik Deskriptif Pretes Kemampuan Berpikir Matematis ... 57

4.13 Uji Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Matematis ... 58

4.14 Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Berpikir Matematis ... 59

4.15 UJI Rerata Postes Kemampuan Berpikir Matematis ... 60

4.16 Statistik Deskriftif Postes Kemampuan Berpikir Matematis ... 69

(10)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.18 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Berpikir Matematis ... 71

4.19 Statistik Deskriptif N- Gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 72

4.20 Uji Normalitas N- Gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 73

4.21 Uji Homogenitas N- Gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 74

4.22 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Matematis ... 75

4.23 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Matematis ... 76

4.24 Statistik Deskriptif N- Gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 76

4.25 Hasil Pengujian Rerata (Uji t) Kemampuan Berpikir Matematis... 79

4.26 Pengelompokan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa ... 82

4.27 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kontekstual Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat ... 83

(11)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Permainan Tradisional Cingciripit ... 27

2.2 Permainan Congklak ... 31

2.3 Permainan Tradisional Oray-orayan ... 34

2.4 Arena Permainan Pecle/Engkle ... 35

2.5 Permainan Tradisional Pecle/Engkle ... 36

2.6 Permainan Tradisional Galaasin ... 37

3.7 Bagan Alur Penelitian ... 43

3.8 Alur Pengolahan Data ... 55

4.9 Aktivitas Siswa Bermain Oray-orayan ... 63

4.10 Sawah-sawahan Berbentuk Persegi Panjang Hasil Karya Siswa ... 64

4.11 Memanipulasi Tali Rapia menjadi Areal Sawah ... 64

4.12 Pengerjaan Soal Secara Kelompok ... 65

(12)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.14 Salah Satu Siswa Menyampaikan Pendapatnya ... 67

4.15 Evaluasi di Akhir Pembelajaran ... 67

4.16 Suasana Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 69

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Matematis Siswa ... 87

4.2 Peningkatan Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 90

4.3 Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa... 91

4.4 Peningkatan Kemampuan Berpikir matematis Kelas

Eksperimen ... 92

4.5 Pengelompokan Kelas Eksperimen Berdasarkan Peningkatan

Gain ... 93

4.6 Pengelompokan Kelas Kontrol Berdasarkan Peningkatan

Gain Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis ... 93

(13)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Alat Pengumpul Data

3.1 Kisi-kisi untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Matematis Siswa

3.2 Tes Kemampuan Berpikir Matematis

3.3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Matematis

3.4 Bahan Ajar

3.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran

3.6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran

3.7 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Pertemuan 1)

3.8 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Pertemuan 2)

3.9 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Pertemuan 3)

3.10 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Pertemuan 4)

(14)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran Analisis Data

3.12 Hasil Pretes

3.13 Hasil Postes

4.14 Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Eksperimen

4.15 Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Kontrol

4.16 Hasil Postes Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Eksperimen

4.17 Hasil Postes Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Kontrol

4.18 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Eksperimen

4.19 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Kontrol

4.20 Hasil Analisis SPSS Version 16.0 for windows

Lampiran Alat Pengumpul Data

4.21 SK Pembimbing Tesis

4.22 Surat Izin Melakukan Penelitian

(15)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SD, Kurikulum 2006 (KTSP)

mengisyaratkan bahwa penalaran (reasoning), pemecahan masalah (problem

solving) dan komunikasi (communication) merupakan kompetensi yang harus

dikuasai siswa setelah belajar matematika. Belajar matematika bukan hanya

merupakan akumulasi pengetahuan tetapi bagaimana proses dalam berpikir untuk

menerjemahkan fakta-fakta yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga pembelajaran matematika di sekolah dapat memberikan bekal bagi

siswa dalam kehidupannya.

Berdasarkan penelitian Utari, Suryadi, Rukmana, Dasari, dan Suhendra

(1998) dalam Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya yang

dilakukan di kelas 3, 5, dan 6 sekolah dasar diperoleh gambaran umum bahwa

proses pembelajaran matematika di sekolah dasar pada umumnya adalah

penjelasan materi atau konsep oleh guru lalu siswa diberi beberapa soal rutin

untuk dikerjakan. Turmudi dalam Nurjannah (2013) menjelaskan bahwa

pembelajaran selama ini masih berpusat kepada guru. Menurut Armanto yang

dikutip oleh Herman (2007) tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik

umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di Indonesia. Pembelajaran

matematika konvensional bercirikan berpusat pada guru, guru menjelaskan

matematika melalui metode ceramah (chalk-and-talk), siswa pasif, pertanyaan

dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas

kelas yang sering dilakukan hanyalah mencatat atau menyalin. Dalam

pembelajaran tersebut, esensi matematika yaitu adanya proses berpikir tidaklah

tampak. Siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan berdasarkan contoh. Maka

ketika ada soal baru yang menuntut siswa berpikir kreatif dan inovatif, mereka

(16)

2

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan panduan contoh. Tidak heran jika pelajaran matematika dianggap

pelajaran yang tidak menyenangkan dan sulit.

Noyes (2007) dalam bukunya yang berjudul “Rethinking School

Mathematics”menyatakan bahwa “Many children are trained to do mathematical

calculations rather than being educated to think mathematically”. Dalam

pembelajaran matematika, banyak siswa dilatih untuk melakukan perhitungan

matematika dibandingkan dengan dididik untuk berpikir matematis. Terdapat

perbedaan antara “melakukan matematika” dengan “berpikir matematis”.

Melakukan matematika (do mathematics) sebagai fokus utama

pembelajaran berbeda dengan penempatan matematika yang tidak hanya sebagai

objek, tetapi juga sebagai alat. Matematika bukanlah sekedar “objek belajar” atau “ilmu tentang (a science of)”, tetapi juga sebagai “ilmu untuk” atau “a science for” (Wijaya, 2012: 12). Dalam pembelajaran matematika dituntut bukan hanya

bisa menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal matematika tetapi adanya proses

berpikir dan pemahaman bagaimana menggunakannya untuk menyelesaikan

masalah dengan berbagai bentuk penyelesaian.

Menurut Schoenfeld (1992) berpikir matematik adalah

“... the development of a mathematical point of view-valuing the process of mathematization and abstraction and having the predilection to apply them; and the development of competence with the tools of the trade, and using those tools in the service of the goal of understanding structure.”

Mengembangkan pandangan terhadap matematika: menilai proses

matematisasi dan abstraksi serta memiliki kecenderungan menerapkannya dan

mengembangkan kompetensi berkenaan dengan alat matematika untuk mencapai

tujuan memahami struktur matematika dan membuat sesuatu menjadi masuk akal.

Dalam berpikir matematis terdapat dua hal penting yaitu kaitannya matematik

secara horizontal yang diajarkan melalui contoh-contoh kongkrit sehingga siswa

dapat membuat hubungan fakta yang ada dengan matematik. Serta kaitannya

(17)

3

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari proses matematisasi dalam bentuk bahasa matematika serta dapat

mengaplikasikan baik untuk pelajaran matematika itu sendiri maupun pelajaran

lainnya. Hal ini selaras dengan pendapat Bruner bahwa belajar matematika

memiliki tiga fase yaitu enaktif, ekonik, dan simbolik. Mulai dari pengenalan

benda secara kongkrit hingga penggunaan simbol dalam pembelajaran

matematika.

Fakta lain yang berkembang di sekolah dasar dalam pembelajaran

matematika kebanyakan menggunakan aspek produk matematika (rumus) bukan

aspek sifat dan prinsip matematika. Fokus pada produk matematika saja tanpa

memperhatikan aspek sifat dan prinsip matematika akan menyulitkan guru sebagai

pendidik untuk membangun kemampuan berpikir matematis. Kemampuan

berpikir matematis akan mudah dibangun jika memberikan penekanan pada sifat

dan prinsip matematika, misalnya pola dan hubungan.

Menurut Saenz dalam Wijaya (2012), ada tiga macam pengetahuan dalam

matematika, yaitu pengetahuan prosedural, pengetahuan konseptual, dan

pengetahuan kontekstual. Pengetahuan konseptual terkait dengan konsep

matematika. Pengetahuan ini harus dikuasai siswa secara bermakna. Pengetahuan

konseptual membangun suatu sistem kognitif yang dibutuhkan untuk

mengeksekusi algoritma secara benar. Sementara pengetahuan prosedural

merupakan pengetahuan tentang bagaimana melakukan suatu prosedur

matematika atau algoritma. Pengetahuan prosedural memiliki kontribusi dalam

memahami objek matematika. Berbeda dengan kedua pengetahuan tersebut,

pengetahuan kontekstual berkaitan dengan kemampuan dalam memahami masalah

kontekstual yang mencakup kemampuan dalam mengidentifikasi konsep

matematika dalam masalah kontekstual, melakukan pemodelan masalah,

menyelesaikan masalah secara matematis, sampai mampu menerjemahkan solusi

matematis ke dalam solusi real sesuai dengan konteks masalah nyata.

Pengembangan kemampuan berpikir matematis memerlukan penekanan pada

(18)

4

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengetahuan konseptual dan kontekstual inilah yang jarang ditemukan

dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, dimana pembelajaran diawali

dengan penjelasan guru atau pemaparan rumus dan diikuti dengan pengerjaan

soal-soal latihan. Hal tersebut memang dapat memenuhi pengetahuan prosedural

siswa, tetapi kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola, kemampuan

menggunakan fakta-fakta yang tersedia, kemampuan membuat ide-ide matematik

secara bermakna, kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan matematika

lainnya tidaklah terpenuhi.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila hasil penilaian dari TIMSS

yang mengkaji literasi siswa Indonesia dalam matematika seperti dinyatakan oleh

Herman (2007) kurang dapat dibanggakan. Hasil Trends in International

Mathematics and Science Studies (TIMSS) 2011, menempatkan nilai rata-rata

matematika siswa kelas VIII hanya 386 dan menempati urutan ke-38 dari 42

negara. Di bawah Indonesia ada Suriah, Maroko, Oman dan Ghana. Negara

tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, berada di atas Indonesia.

Singapura bahkan di urutan kedua dengan nilai rata-rata 611. Nilai ini secara

statistik tidak berbeda secara signifikan dari nilai rata-rata Korea, 613 di urutan

pertama dan nilai rata-rata Taiwan, 609, di urutan ketiga. Rendahnya kemampuan

siswa-siswa Indonesia pada mata pelajaran matematika tercermin juga dalam

Program for International Student Assessment (PISA) yang mengukur kecakapan

anak-anak berusia 15 tahun dalam mengimplementasikan pengetahuan yang

dimilikinya untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata. Menurut Mullis

et al. (Suryadi, 2012) ranah kognitif dalam soal-soal yang dikembangkan TIMSS

yakni pengetahuan tentang fakta dan prosedur, penerapan konsep, panyelesaian

masalah rutin, dan penalaran. Dan hal ini merupakan tujuan pembelajaran di

Indonesia yaitu “membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama agar peserta

(19)

5

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif.” (KTSP, 2006).

Mengingat pentingnya tujuan pembelajaran matematika dalam

pembentukan kemampuan berpikir matematika tersebut, prestasi siswa Indonesia

di tingkat internasional yang kurang membanggakan dan proses pembelajaran

matematika di sekolah dasar serta esensi matematika itu sendiri, sangat diperlukan

adanya perubahan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar.

Kemampuan berpikir matematis yang seringkali terlupakan padahal hal itulah

yang menjadi inti tujuan pembelajaran matematika hendaknya menjadi fokus

utama dalam pembelajaran matematika. Sehingga matematika tidak menjadi

pelajaran yang menakutkan dan sulit karena dalam proses berpikir matematis

potensi-potensi siswa dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa

tersebut. Sesuai pernyataan Suryadi dalam Strategi Pengembangan Berpikir

Matematik yaitu strategi dalam mengungkap metoda penyelesaian yang

digunakan siswa (mengungkap), strategi guru dalam upaya mendorong

peningkatan pemahaman konsep atau masalah yang dihadapi (mendorong), dan

strategi dalam mengembangkan daya berpikir matematik siswa

(mengembangkan).

Mengingat tujuan pendidikan nasional serta tujuan pembelajaran yang

kurang sesuai dengan kenyataan praktek pembelajaran di sekolah, perlu adanya

sebuah pembelajaran langsung dan alamiah. Siswa belajar secara langsung dan

dalam lingkungan alamiah, sehingga siswa lebih berpikir aktif, kritis dan kreatif

dengan berbekal pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran pada abad 21

menurut UNESCO dalam Maulana (2010) hendaknya terdapat unsur learning to

know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Salah satu

pembelajaran yang dapat menjembatani pengolahan potensi siswa dengan tujuan

pembelajaran matematika untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif adalah pembelajaran kontekstual.

(20)

6

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menterjemahkan materi atau fakta yang ada serta mengaitkan dengan pengetahuan

dan kemampuan yang telah miliki sebelumnya sehingga mendapatkan informasi

atau pengetahuan baru. Pembelajaran kontekstual ini merupakan pembelajaran

yang menyenangkan karena bersumber dari kehidupan nyata sekitar siswa.

Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah sistem belajar yang

didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka

menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka

menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan

informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki

sebelumnya (Johnson, 2011:14) Berdasarkan hal tersebut, adanya proses

pembelajaran matematika yang bisa mengembangkan proses berpikir matematis

serta pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa adalah faktor yang sangat

penting dalam pembelajaran matematika di sekolah. Sebuah pembelajaran yang

menyenangkan adalah pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang

bermakna. Hal yang paling dekat dengan dunia siswa adalah dunia bermain.

Menurut Christie dalam Musthafa (2008) bermain merupakan prasyarat bagi

berkembangnya berpikir logis, abstrak-kemampuan unik manusia yang

memampukannya melakukan pemikiran tingkat tinggi seperti operasi kognitif

untuk belajar ilmu pengetahuan alam, matematika dan pembentukan konsep

lainnya dalam semua bidang pengetahuan. Mereka akan senang bila mendapat

pengalaman belajar dari hal yang mereka ketahui yaitu permainan anak-anak.

Permainan anak-anak yang edukatif dapat memberikan pengalaman belajar yang

bermakna sampai akhir hayatnya. Musthafa (2008) mengutip Bruner (1983)

bahwa bermain adalah bagian tak terpisahkan dari masa kanak-kanak dan menurut

Daiute dalam Musthafa (2008) dalam bermain merupakan alat bagi anak-anak

untuk memahami dan mempelajari dunia mereka, mengenal dunia di dalam dan di

luar dirinya. Bermain sangat penting untuk perkembangan anak. Dengan bermain

mereka dapat mengembangkan emosi, fisik, dan pertumbuhan kognitifnya.

(21)

7

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini, dan pada saat itulah mereka akan menggunakan kelima indra yang

dimilikinya. Dengan mengeksplorasi hal-hal yang ada disekitarnya inilah otak

anak akan berkembang. Dengan bermain mereka mengembangkan imajinasi, skill,

kemandirian, kreativitas, dan kemampuan bersosialisasi.

Banyak permainan yang berkembang saat ini, mulai dari permainan di

dalam ruangan sampai permainan di luar ruangan. Mengingat banyaknya

permainan yang berkembang saat ini, perlu adanya pemilihan permainan anak

yang tepat. Permainan yang berasal dari lingkungannya sendiri merupakan

permainan yang mudah dikenal serta bermanfaat dalam pembelajaran matematika.

Permainan yang berasal dari lingkungan sendiri dan bersumber dari budaya

setempat dikenal dengan permainan tradisional. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini digunakanlah permainan tradisional dalam meningkatkan kemampuan berpikir

matematika siswa. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan maka judul

penelitian ini adalah “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa

Kelas III melalui Pembelajaran Konstekstual Berbasis Permainan Tradisional

Jawa Barat”

B. Perumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas, maka perumusan masalah pada

penelitian Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Kelas III melalui

Pembelajaran Konstekstual Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat adalah

“Bagaimana peningkatan hasil kemampuan berpikir matematis antara siswa kelas

III yang menerapkan pembelajaran konstekstual berbasis permainan tradisional

Jawa Barat dengan yang tidak menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis

permainan tradisional Jawa Barat”

Secara rinci permasalahan di atas dapat dijabarkan dalam pertanyaan

(22)

8

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Apakah kemampuan berpikir matematis antara siswa yang belajar dengan

pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih

baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang

menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa

Barat lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan

membuktikan keefektifan pembelajaran konstekstual berbasis permainan

tradisional Jawa Barat dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa

kelas III SD Negeri Galunggung Kota Tasikmalaya. Secara khusus penelitian

bertujuan untuk:

1. Mengetahui kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar dengan

pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih

baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar

melalui pembelajaran konstekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan

bagi semua pihak, terutama guru, siswa dan para peneliti selanjutnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Manfaat penelitian tentang Meningkatkan Kemampuan berpikir matematis

Siswa Kelas III melalui Pembelajaran Konstekstual Berbasis Permainan

(23)

9

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Memberikan kontribusi positif pada pengembangan pembelajaran matematika

yang sesuai untuk siswa kelas rendah.

2. Sebagai salah satu solusi peningkatan kualitas pembelajaran matematika yang

dilakukan oleh guru untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran

matematika.

3. Memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang

pembelajaran matematika berbasis permainan tradisional serta memberikan

dorongan untuk melaksanakan penelitian lagi dengan

pembelajaran-pembelajaran matematika yang lain.

4. Meningkatkan kemampuan matematis siswa serta meningkatkan

pengetahuan siswa tentang penggunaan permainan tradisional Jawa Barat

dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif dan

kreatif serta logis dalam pembelajaran matematika.

5. Sebagai rujukan untuk pembelajaran matematika yang berbasis permainan

tradisional Jawa Barat dalam rangka melestarikan budaya bangsa.

E. Struktur Organisasi Tesis

Pada BAB I sistematika penulisan tesis terdiri dari pendahuluan yang

membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan struktur organisasi tesis.

BAB II terdiri dari kajian pustaka yang membahas tentang kemampuan

berpikir matematis, pembelajaran kontekstual (contextual teaching learning),

teori-teori belajar yang mendukung pembelajaran kontekstual, permainan

tradisional Jawa Barat, penelitian yang relevan, dan hipotesis penelitian.

BAB III terdiri dari metode penelitian yang membahas lokasi dan subjek

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, proses pengembangan instrumen, serta teknik analisis data.

BAB IV terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Hasil

(24)

10

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan perlakuan (treatment), hasil postes, pengujian hipotesis dan data hasil

observasi.

(25)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SD Negeri Galunggung Kecamatan Tawang

Kota Tasikmalaya. Di SD Negeri Galunggung kelas III terdiri dari empat kelas

dan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IIIA serta kelas IIIB. Dalam

pelaksanaan pemilihan kelas, sangat sulit mencari kelas yang mempunyai

karakteristik yang sama persis. Berdasarkan diskusi dengan guru wali kelas

masing-masing maka ditarik kesimpulan bahwa kelas yang akan dijadikan subjek

penelitian adalah kelas III A dan kelas III B. Adapun pertimbangan memilih SD

Negeri Galunggung sebagai tempat penelitian karena merupakan tempat peneliti

bertugas.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group

desingn. Rancangan ini terdiri dari dua kelompok yakni kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan

pretes terlebih dahulu, selanjutnya dua kelas tersebut diberikan dua perlakuan

yang berbeda, pada kelas eksperimen siswa mendapatkan pembelajaran

kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat, sedangkan kelas kontrol

siswa tidak mendapatkan model pembelajaran kontekstual berbasis permainan

tradisional Jawa Barat, yaitu dimana guru cenderung menggunakan metode

ceramah disertai tanya jawab, pemberian tugas tertulis, dan memberikan

contoh-contoh penyelesaian soal serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa.

Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan maka kedua kelompok (kelompok

(26)

41

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlakuan (memberikan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional

Jawa Barat) pada kelompok eksperimen.

Desain eksperimennya sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Desain Eksperimen Semu

Kelompok Pretes Treatment Posttest

Eksperimen O X O

Control O - O

Keterangan:

O = Pretes-postes kemampuan berpikir matematik

X = Perlakuan pembelajaran kontekstual berbasis permainan

tradisional Jawa Barat

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2011: 2).

Tujuan dalam penelitian ini seperti tertuang pada Bab I adalah untuk menjaring

data tentang kemampuan berpikir matematis siswa kelas III sekolah dasar dengan

adanya perlakuan berupa pembelajaran kontekstual berbasis pembelajaran

tradisional Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu atau kuasi

eksperimen. Kuasi eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit

mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Pertimbangan

penggunaan desain ini adalah karena dalam penelitian ini kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011:79), selain itu

(27)

42

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian kuasi eksperimen dilaksanakan dengan maksud untuk

mempelajari sesuatu dengan mengubah kondisi dan mengamati pengaruhnya

terhadap hal lain, selain itu karena penelitian ini akan menjelaskan apakah suatu

intervensi atau perlakuan mempengaruhi suatu kelompok sebagai lawan ke

kelompok lain. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk

melihat kemampuan berpikir matematis siswa kelas III sekolah dasar yang

menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa

Barat.

Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

a. Melakukan kajian kurikulum, mengidentifikasi Kompetensi Dasar dan konsep

yang dapat dikembangkan dengan Pembelajaran Berbasis Permainan

Tradisional Jawa Barat.

b. Mendesain Pembelajaran Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat yang

dilengkapi dengan Rencana Pembelajaran, sumber belajar dan medianya.

c. Menyusun instrumen berupa tes yang akan digunakan sebagai pretes dan

posttes, untuk menguji kemampuan berpikir matematis keterampilan

menggunakan tes tertulis , kemudian diuji validitas, reliabilitas, indeks

kesukaran serta daya pembedanya.

d. Instrumen yang telah dibuat dikonsultasikan terlebih dahulu kepada

pembimbing sebagai validitas eksternal instrumen penelitian.

e. Peneliti melakukan persiapan pembelajaran bersama guru dengan berdiskusi,

simulasi, untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran berbasis Permainan

Tradisional Jawa Barat.

Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan pretes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.

b. Pemberian pretes untuk mengetahui kemampuan berpikir matematis yang

(28)

43

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Melaksanakan penelitian, yakni penerapan model pembelajaran berbasis

Permainan Tradisional Jawa Barat pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol

pembelajaran dilaksanakan tanpa menggunakan pembelajaran Permainan

Tradisional Jawa Barat.

d. Melaksanakan tes akhir untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir

matematis pada kedua kelas.

Alur penelitian yang dilaksanakan, digambarkan seperti di bawah ini,

Gambar 3. 7 Bagan alur penelitian

Studi pendahuluan

Identifikasi Masalah

Kajian Literatur

Pembuatan Instrumen RPP/tes/observasi

Diskusi dengan Guru Uji Coba Instrumen

Pretes

Kelas Eksperimen (Pembelajaran Kontekstual

Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat)

Kelas Kontrol (Penerapan Pembelajaran

Konvensional)

Postes Menyusun Hipotesis

(29)

44

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penapsiran maka istilah-istilah

operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir matematik

Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir matematika didefinisikan

sebagai berbagai potensi yang telah ada maupun baru yang berasal dari kehidupan

sehari-hari sehingga menghasilkan ide matematik baru yang dapat dikembangkan

dan digunakan dalam konteks matematika itu sendiri maupun konteks

umum/kehidupan nyata.

Indikator kemampuan berpikir matematik yang dikembangkan adalah

memahami masalah kontekstual yang mencakup kemampuan dalam

mengidentifikasi konsep matematika dalam masalah kontekstual, melakukan

pemodelan masalah, menyelesaikan masalah secara matematis, sampai mampu

menerjemahkan solusi matematis ke dalam solusi real sesuai dengan konteks

masalah nyata.

Indikator berpikir matematik menurut Henningsen dan Stein dalam

Suryadi (2012: 21):

a. kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola untuk memahami

(30)

45

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. kemampuan menggunakan fakta-fakta yang tersedia secara efektif dan

tepat untuk memformulasikan serta menyelesaikan masalah;

c. kemampuan membuat ide-ide matematik secara bermakna;

d. kemampuan berpikir dan bernalar secara fleksibel melalui penyusunan

konjektur, generalisasi, dan jastifikasi; serta

e. kemampuan menetapkan bahwa suatu hasil pemecahan masalah

bersifat masuk akal atau logis.

2. Pembelajaran Konstekstual berbasis permainan tradisional

Pembelajaran kontekstual difokuskan pada pendekatan REACT yaitu

menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya (Relating),

mengalami atau menguji coba (Experiencing), menerapkan (Applying),

bekerjasama (Cooperating), dan mentransfer pengetahuan (Transferring).

Pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pembelajaran dalam permainan edukatif yang telah

dimodifikasi agar sesuai untuk dijadikan proses pembelajaran sehingga siswa

dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis dalam suasana

pembelajaran yang menyenangkan melalui langkah-langkah dalam pendekatan

REACT.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam

penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Instrumen merupakan suatu

alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati

(Sugiono, 2011: 102). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes berupa instrumen kemampuan berpikir matematis. Instrumen tes

kemampuan berpikir matematis terlebih dahulu dikonsultasikan kemudian

dijuggement oleh ahli. Soal tes yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir

(31)

46

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematis yang diberikan pada awal dan akhir penelitian bagi kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Soal tes dapat dilihat selengkapnya pada

lampiran.

Menurut Arikunto (2010) tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk

uraian, jawaban yang diperoleh selalu beragam dari siswa, oleh karena itu

penentuan skor tiap butir soal sangat menentukan dalam pengolahan analisis data.

Tabel 3.3

Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Matematis

Kemampuan Berpikir Matematis Keterangan

Rendah Sedang Tinggi Soal terdiri dari 5

kemampuan

berpikir

matematis

1 - 10 11- 20 21- 30

Alat pengumpul data lainnya adalah lembar observasi atau pengamatan.

Observasi digunakan untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar

misalnya mengukur tingkah laku (sikap) siswa pada waktu belajar, tingkah laku

guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam

mengeluarkan pendapat dan mempresentasikan jawaban yang didapatnya

(keaktifan siswa). Lembar observasi selengkapnya dapat dilihat di lampiran.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Langkah pertama dalam pengembangan instumen adalah penyusunan soal

berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawabannya, kemudian

mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Soal-soal kemampuan berpikir

matematik dikonsultasikan terlebih dahulu kemudian dijudgement oleh ahli.

Kemudian instrumen ini diujicobakan kepada siswa. Instrumen ini diujicobakan

(32)

47

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Validitas Tes

Mutu penelitian terutama dinilai dari validitas hasil yang diperoleh.

Validitas penelitian berada pada suatu garis kontinum yang terbentang dari mulai

yang tidak valid sampai yang sangat valid (shahih). Validitas suatu alat evaluasi

adalah ketepatan alat evaluasi tersebut sebagai alat ukur kemampuan siswa. Suatu

alat evaluasi disebut valid (absyah atau sahih) apabila alat tersebut mampu

mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Ujicoba instrumen kemampuan

berpikir matematis siswa dilakukan pada kelas IV sebanyak 27 siswa yang

dilakukan pada hari Rabu tanggal 5 Desember 2013 pukul 10.00 – 11.10. Ujicoba

dilakukan untuk melihat validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda dan

indeks kesukaran. Data hasil ujicoba diolah dengan menggunakan program Anates

versi 4.

Penentuan tingkat validitas isi soal dilakukan dengan cara menghitung

koefisien korelasi antara alat evaluasi yang digunakan dengan alat ukur lain yang

telah dilaksanakan dan diasumsikan memiliki validitas yang tinggi.

Untuk menguji validitas setiap butir soal digunakan rumus korelasi produk

moment memakai angka kasar (raw-score) (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154),

rumusnya adalah sebagai berikut :

= �Σ − Σ (Σ ) (�Σ 2 (ΣX)2)(NΣY2 (ΣY)2

Keterangan :

: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

� ∶ Banyaknya siswa uji coba : Jumlah skor uji coba

: Jumlah skor ulangan harian

Tabel 3.4

(33)

48

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koefisien validitas (rxy)

Interpretasi

0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,60 < rxy≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Validitas sedang

0,20 < rxy≤ 0,40 Validitas rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

rxy ≤ 0,00 Tidak valid

Setelah melakukan ujicoba soal terhadap kelas IV A, hasil ujicoba

tersebut diolah dengan program Anates V4. Berdasarkan perhitungan program

Anates V4 tersebut, diperoleh koefisien validitas untuk masing-masing butir soal

kemampuan berpikir matematisseperti dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran,

dan kesimpulannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Analisis Validitas Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Matematis Siswa

No Korelasi Sign Korelasi Interpretasi Keterangan

1 0,575 Sedang Signifikan Digunakan

2 0,681 Tinggi Sangat Signifikan Digunakan

3 0,54 Sedang Signifikan Digunakan

4 0,511 Sedang Signifikan Digunakan

5 0,485 Sedang Signifikan Digunakan

6 0,524 Sedang Signifikan Digunakan

7 0,501 Sedang Signifikan Digunakan

8 0,50 Sedang Signifikan Digunakan

9 0,576 Sedang Signifikan Digunakan

(34)

49

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11 0,558 Sedang Signifikan Digunakan

12 0,775 Tinggi Sangat Signifikan Digunakan

13 0,634 Tinggi Sangat Signifikan Digunakan

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu instrumen adalah ketetapan (ajeg) atau kekonsistenan

instrumen tersebut. Apabila instrumen tersebut diberikan kepada subyek yang

sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, pada waktu yang berbeda,

maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Menurut Arikunto

(2012), untuk menentukan koefisien reliabilitas tes yang berbentuk uraian

digunakan rumus Alpha-Cronbach sebagai berikut:

11 = −

1 (1−

�2 2)

Keterangan :

11 : Koefisien reliabilitas

: Banyak butir soal (item)

�2: Jumlah varians skor setiap item 2 : Varians skor total

Untuk mencari varians digunakan rumus: 2 = Σ

2(ΣX i)2

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat

digunakan tolok ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman dan Sukjaya,

1990:177) sebagai berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( r11 ) Interpretasi

0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

(35)

50

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,40 < r11≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Reliabilitas rendah

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Dari hasil perhitungan dan analisis soal kemampuan berpikir matematis

dengan menggunakan Anates V4, diperoleh Rata-rata = 20,07, Simpangan Baku=

6,30, KorelasiXY= 0,83 dan hasil Reliabilitas tes = 0,91. Berdasarkan klasifikasi

pada Tabel 3.6, dapat disimpulkan bahwa soal tipe uraian dalam instrumen

penelitian ini diinterpretasikan sebagai soal yang reliabilitasnya sangat tinggi.

3. Indeks kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar, juga soal yang baik akan menghasilkan skor yang berdistribusi normal.

Untuk menghitung indeks kesukaran menggunakan rumus indeks kesukaran

menurut Suherman (2003: 43) sebagai berikut:

IK = �

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

� = Skor rata-rata kelompok atas dan kelompok bawah = Bobot

Untuk menentukan kriteria dari indeks kesukaran soal maka dilihat dari

nilai klasifikasi dari soal tersebut. Klasifikasi indeks kesukaran butir soal menurut

Suherman (2003: 170) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran ( IK ) Interpretasi

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

(36)

51

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

Dari hasil perhitungan, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal

yang disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No Butir Soal Indeks Kesukaran Tafsiran

1 1,55 Sangat Mudah

2 6,74 Sedang

3 2,94 Sedang

4 2,45 Sedang

5 2,76 Sedang

6 3,18 Mudah

7 3,36 Sedang

8 3,12 Sedang

9 2,45 Sedang

10 3,36 Mudah

11 2,65 Mudah

12 5,28 Sedang

13 4,50 Sedang

4. Daya Pembeda

Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui

jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak bisa menjawab soal tersebut

(37)

52

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa

yang pandai, rata-rata dan yang bodoh, karena dalam suatu kelas biasanya terdiri

dari tiga kelompok tersebut. Sehingga hasil evaluasinya tidak baik semua atau

sebaliknya. Rumus untuk menentukan daya pembeda menurut Suherman (2003:

43) adalah :

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan

menurut Suherman (2003: 161) adalah:

Tabel 3.9

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya

Pembeda ( DP ) Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

disajikan dalam Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

(38)

53

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Butir Soal Daya Pembeda Tafsiran

1 0,29 Cukup

2 0,79 Baik Sekali

3 0,50 Baik

4 0,43 Baik

5 0,43 Baik

6 0,39 Cukup

7 0,50 Baik

8 0,43 Baik

9 0,57 Baik

10 0,57 Baik

11 0,50 Baik

12 0,79 Baik Sekali

13 0,64 Baik Sekali

G. Analisis data

Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya

peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa, sehingga data primer hasil tes

siswa sebelum dan sesudah penerapan perlakuan pembelajaran kontekstual

dianalisa dengan cara membandingkan skor pretes dan postest. Perbandingan ini

dinyatakan dengan nilai gainnya.

Meltzer (Saadah, 2012) mengembangkan sebuah alternatif untuk

menjelaskan gain yang ternormalisasi. Menghitung gain yang ternormalisasi

dengan rumus:

Indeks gain (g) = SPostest −SPretes

(39)

54

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.11

Kategori Indeks Gain (g)

Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0 : µ1 (eksperimen) = µ2 (kontrol)

H1 : µ1 (eksperimen) >µ2 (kontrol)

Hipotesis 1:

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar

dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan

tradisional dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran

konvensional

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar

dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan

tradisional dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran

konvensional

Hipotesis 2:

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa

yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis

permainan tradisional dengan siswa yang belajar dengan menggunakan

pembelajaran konvensional

Interval Kategori

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

(40)

55

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang

belajar dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan

tradisional dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran

konvensional

Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 digunakan uji perbedaan dua rata-rata

(uji-t) dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α.

Adapun langkah-langkah uji perbedaan rata-rata sebagai berikut:

1) Menghitung rata-rata hasil skor pretes dan postes

2) Membuat Deskriptif statistik hasil pretes dan pestes

3) Menguji normalitas data skor pretes dan postest

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal

atau tidak dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : sebaran data berdistribusi normal

H1 : sebaran data tidak berdistribusi normal

4) Menguji homogenitas varian

Uji homogenitas varian digunakan untuk menguji kesamaan varian dari skor

pretes, postest dan gain pada kedua kelmpok (kelompok kontrol dan

kelompok eksperiment) untuk kemampuan berpikir matematis. Adapun

hipotesis statistik yang digunakan adalah :

Hipotesis :

H0 : � 2

= � 2

varian kelompok eksperimen sama dengan varian kelompok

kontrol

H1 : � 2

≠ � 2

varian kelompok eksperimen tidak sama dengan varian

kelompok kontrol

Kriteria uji homogenitas adalah :

Hipotesis nol diterima jika p-value ≥ 0.05

(41)

56

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5) Menghitung hipotesis dengan uji t

Prosedur pengolahan data tersebut dapat dilihat dalam bentuk bagan

sebagai berikut:

Gambar 3.8 Alur pengolahan data

Penganalisisan data dilakukan mulai dari penyekoran data, kemudian skor

data diuji normalitasnya menggunakan analisis SPSS V 16.0 dengan uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian terima H0 jikα Asymp (2-tailed) > α,

sedangkan yang lainnya tolak H0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Analisis data

dilanjutkan dengan pengujian homogenitas menggunakan uji Levene. Kriteria

pengujian terima H0 jikα Asymp (2-tailed) > α, pada taraf signifikansi α = 0,05.

Jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian selanjutnya adalah

menggunakan uji non-parametrik dengan Mann-Whitney pada SPSS V16.0.

Skor data yang dinyatakan homogen (α > 0,05) dapat dilanjutkan dengan uji

kesamaan rata-rata yaitu uji t, dengan kriteria pengujian terima H0jikα Asymp (2-Uji Normalitas

Kormogorov-Smirnov /K-S

Uji Homogenitas

Uji Levene

Uji T Uji t'

Uji Non-parametrik

Mann Whitney Tidak Ya

(42)

57

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tailed) > α, sedangkan yang lainnya tolak H0 pada taraf signifikansi α = 0,05.

tetapi bila data tidak homogen maka uji perbedaan skor dilakukan pada t’.

(43)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

97

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan studi empirik diperoleh beberapa kesimpulan

yang berkaitan dengan pengaruh pembelajaran kontekstual berbasis permainan

tradisional Jawa Barat terhadap kemampuan berpikir matematis siswa kelas III

sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran

kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dalam pembelajaran

keliling dan luas persegi dan persegi panjang lebih baik dibanding

kemampuan berpikir matematis siswa kelas yang mendapat pembelajaran

konvensional.

2. Peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat

pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa barat lebih

baik dibandingkan dengan peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa

yang mendapat pembelajaran konvensional.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual

berbasis permainan tradisional Jawa Barat dapat meningkatkan kemampuan

berpikir matematis siswa kelas III. Kesimpulan tersebut dapat pula digeneralisasi

untuk populasi yang memiliki karakteristik seperti siswa kelas III B di SD Negeri

Galunggung Kota Tasikmalaya tahun pelajaran 2013-2014.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis

menyampaikan beberapa rekomendasi yang mungkin dapat berguna bagi

pembaca, di antaranya adalah tentang penggunaan pembelajaran kontekstual

(44)

98

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan berpikir matematis siswa sekolah dasar terutama siswa kelas III.

Dalam pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

berbagai kebutuhan siswa yang sesuai dengan tahapan perkembangnya dapat

terpenuhi dengan baik. Aspek kognitif, afeksi serta psikomotor menjadi tujuan

yang terwujudkan dalam pembelajaran kontekstual berbasis permainan

tradisional. Selain hal tersebut, suasana yang menyenangkan dalam permainan

tradisional memudahkan siswa memahami materi pelajaran matematika dan dapat

tersimpan dengan baik dalam benak siswa karena proses pemerolehan konsep

matematika tersebut dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga

pencapaian belajar bermakna yang memberikan pengetahuan yang dapat diingat

sepanjang hayat dapat membekali siswa untuk kehidupan yang selalu berubah,

tidak pasti dan kompetitif. Oleh karena itu, para guru sekolah dasar dapat

menggunakan pembelajaran bermakna dengan menerapkan pembelajaran

kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dalam menyampaikan

materi ajar matematika ataupun materi ajar pelajaran lainnya. Permainan

tradisional dapat disesuaikan dengan daerah masing-masing.

Selain meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas III,

pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dapat melestarikan

budaya daerah sendiri, sehingga siswa dapat berperan dalam dunia internasional

tanpa kehilangan identitas bangsa dan daerah. Pemilihan permainan tradisional

yang edukatif patut diperhatikan supaya materi ajar yang menjadi tujuan

pembelajaran dapat diperoleh dengan baik.

Pelaksanaan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional

dapat berjalan dengan optimal, apabila guru merencanakan pembelajaran sebaik

mungkin sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual (Contextual

Learning), mulai dari tahap mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama

(45)

99

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

(46)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.

Andriani. M (2011). Hakikat Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia:

Aqib, Z. (2013). Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asih. (2012) .Kaulinan Barudak. [online] Tersedia:

http://www.mekarasih.org/sd/berita/berita-mekar-asih/193-kaulinan-barudak- [2 Agustus 2012]

BSNP. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Depdiknas

Cahyono, N. (2011). Penerapan Permainan Tradisional “Gebok” Dalam

Mengajarkan Matematika. [online]. Tersedia:

http://ekahariani.wordpress.com/belajar-matematika-dengan-permaian-tradisional/permainan-gebok/[19 Agustus 2013]

Dahar, Ratna. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas, (2006). Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Elly, E. (1996). Metoda Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jogjakarta: PPPG Jogjakarta.

Fajariyah, N. (2008). Cerdas Berhitung Matematika Untuk SD/MI Kelas 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Furqon. (2011). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar Halaman
Grafik Halaman
Tabel 3.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

bahwa untuk itu perlu menetapkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Tempat Pemasukan dan pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL PADA ANAK USIA DINI KELOMPOK B TK PERTIWI KOTA SERANG TAHUN PELAJARAN

Pada hasil analisis koefisien determinasi didapat nilai Adjusted R Square sebesar 0,786 atau 78,6% yang berarti variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel

KEEFEKTIFAN METODE TURNAMEN MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. KEEFEKTIFAN METODE

Beberapa penyebab penurunan serta penaikan kinerja karyawan yang kurang signifikan dikearenakan fasilitas pada perusahaan yang harus dibenahi lagi, seperti tempat parkir baik bagi

Berdasarkan trianggulasi sumber dari hasil wawancara penerapan jiwa teknopreneur di Sekolah Dasar siswa kelas IV di SDN Manggarai 17 Pagi Kelurahan Manggarai

Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut maka peneliti menyarankan kepada guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk menggunakan metode Turnamen Membaca pada pembelajaran