• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN MANITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP SIFAT FISIK DAN RESPON RASA TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN MANITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP SIFAT FISIK DAN RESPON RASA TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata L.)."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL

METHYLCELLULOSE SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN

MANITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP SIFAT FISIK

DAN RESPON RASA TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK

TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta

Oleh :

TRIYOKO SEPTIO MARJA

K 100 050 169

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sediaan bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan adalah tanaman ceplukan (Physalis angulata L.), yang termasuk salah satu tanaman liar yang banyak dijumpai di sawah-sawah atau tanah kosong. Penelitian tentang ceplukan (Physalis angulata L.) telah dilakukan, diantaranya oleh Chiang, dkk (1992) dan Maryati dan Sutrisna (2006) yang mengindikasikan bahwa tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) berkhasiat sebagai antikanker.

Pada umumnya penggunaan tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) di masyarakat dilakukan dengan cara yang masih tradisional yaitu merebus semua bagian tanaman, kemudian sari airnya diminum. Hal ini mendorong perlunya penelitian formulasi dari ekstrak tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) yang dalam penggunaannya lebih menyenangkan yaitu teblet effervescent.

(3)

1994) dan tidak lebih dari 2 menit (Mohrle,1989) dan proses absorbsi yang cepat karena berbentuk larutan.

(4)

mulut dan mempunyai rasa yang manis sehingga dapat membantu meningkatkan kemanisan dari pemanis yang digunakan.

Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengkaji apakah tablet effervescent ekstrak tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) yang baik, dapat dibuat menggunakan Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) sebagai komponen bahan pengikat dan penggunaan manitol sebagai komponen bahan pengisi.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HPMC sebagai bahan pengikat dan manitol sebagai bahan pengisi terhadap sifat fisik (meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut) tablet effervescent ekstrak tanaman ceplukan (Physalis angulata L.).

2. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HPMC sebagai bahan pengikat dan manitol sebagai bahan pengisi terhadap raspon rasa tablet effervescent ekstrak tanaman Ceplukan (Physalis angulata L.).

3. Mengetahui formula yang baik untuk mendapatkan sifat fisik dan respon rasa tablet effervescent ekstrak tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) yang sesuai dengan kriteria.

C. PERUMUSAN MASALAH

(5)

1. Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi HPMC sebagai bahan pengikat dan manitol sebagai bahan pengisi terhadap sifat fisik (meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut) tablet effervescent ekstrak tanaman ceplukan (Physalis angulata L.)?

2. Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi HPMC sebagai bahan pengikat dan manitol sebagai bahan pengisi terhadap raspon rasa tablet effervescent ekstrak tanaman Ceplukan (Physalis angulata L.)?

3. Manakah formula tablet effervescent ekstrak tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) yang sesuai dengan kriteria tablet effervescent yang baik?

D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Ceplukan (Physalis angulata L.)

a. Sistematika tumbuhan

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Asteridae

Order : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Physalis L.

(6)

b. Nama daerah

Leletep (Sumatera), ciplukan, keceplokan, nyornyoran, cecendet (Jawa), kopok-kopokan (Bali), kenapok (Nusa Tenggara), leletokan (Sulawesi), golden berry, cape goose berry (Inggris)

c. Kandungan zat aktif

Kandungan tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) antara lain Chlorogenik acid, -C27H44O-H2O-, asam sitrun dan fisalin, flavonoid,

saponin, polivenol, tannin, kriptoxantin, vitamin C, dan gula. Sementara bijinya mengandung elaidic acid (Permadi, 2006).

d. Penggunaan tradisional

Seluruh herba tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) dapat mengobati beberapa penyakit diantaranya : kanker, pembengkakan prostat, kencing manis (Diabetes mellitus), sakit paru, penetral racun untuk influenza, batuk, bronchitis, dan bisul. Pemggunaannya dengan cara direbus semua bagian tanaman.

e. Efek biologis

(7)

2. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, dan belum berupa senyawa murni (Anonim, 1995).

3. Ekstrak

Ekstrak adalah sedian kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia nabati hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk kandungan senyawa yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut yang dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung (Anonim, 2000).

(8)

air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.

a. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986).

b. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. (Anonim, 2000).

c. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Anonim, 2000).

4. Tablet

(9)

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979).

Bahan tambahan yang pada umumnya digunakan dalam pembuatan tablet antara lain :

a. Bahan pengisi (diluent)

Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil diperlukan bahan pengisi untuk memungkinkan suatu percetakkan. Bahan pengisi ini menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang diinginkan. Disamping sifatnya yang harus netral secara kimia dan fisiologis, konstituen semacam itu sebaiknya juga dapat dicernakan dengan baik. Yang umum digunakan adalah jenis pati, laktosa dan manitol.

b. Bahan Pengikat (binder)

(10)

c. Bahan pelicin (lubricant)

Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. Bahan pelicin yang umumnya digunakan adalah zat-zat yang bersifat hidrofob.

d. Bahan Penghancur (disintegrant)

Sebagai bahan tabletasi, bahan penghancur memiliki arti yang khusus, oleh karena jenis tablet apapun harus cepat hancur di dalam air atau cairan lambung (Voigt, 1984).

e. Bahan tambahan lain

Bahan tambahan lain ditambahkan dalam tablet berdasarkan fungsinya masing-masing. Bahan tambahan lain dapat berupa obat, seperti obat penghilang rasa sakit, obat bengkak, obat antialergi, antacida, dan lainnya. Pewarna dan pemanis juga sering ditambahkan untuk membuat tablet lebih menarik.

5. Tablet Effervescent

Tablet effervescent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat dengan menghasilkan CO2 secara serentak. Tablet khususnya dibuat

(11)

Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu satu menit atau kurang. Disamping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa obat tertentu.

Menurut Mohrle (1989), keasaman sangat penting dalam proses reaksi effervescent, dan ini didapat dari tiga sumber asam yang mengandung asam tersebut, yaitu :

a. Asam bebas

Asam bebas adalah asam yang mengandung asam atau bahan yang bisa memberikan suasana asam pada campuran effervescent, seperti : 1) Asam sitrat (citric acid)

2) Asam tartrat (tartaric acid) 3) Asam malat (malic acid)

Asam-asam seperti halnya bahan pengasam sangatlah penting untuk pembuatan effervescent. Jika direaksikan dengan air, bahan asam akan melepaskan asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan-bahan karbonat yang kemudian menjadi bagian dari proses effervescent.

b. Asam anhidrat (acid anhydrides)

(12)

c. Asam garam

Bahan karbonat sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk menimbulkan gas karbondioksida bila direaksikan bersama dengan bahan asam, bentuk karbonat maupun bikarbonat, keduanya sangat diperlukan untuk menimbulkan reaksi kombinasi. Bahan-bahan ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Natrium bikarbonat (sodium bicarbonate) 2) Natrium karbonat (sodium carbonate)

3) Natrium glisin karbonat (sodium glisin carbonate)

4) Kalium karbonat dan kalium bikarbonat (potassium carbonate dan potassium bicarbonate)

5) Natrium seskuilkarbonat (sodiumquicarbonate)

Bahan pengikat bertugas sebagai perekat yang mengikat komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada proses pengempaan. Bahan pengikat yang biasa digunakkan antara lain gula dan jenis pati, gom arab, gelatin dan turunan selulosa.

Bahan pengisi ditambahkan untuk membuat kecocokan masa dan memperbaiki daya kohesi. Bahan pengisi harus inert dan stabil. Pada proses pembuatan tablet effervescent diperlukan bahan pengisi yang larut dalam air seperti laktosa, sukrosa, manitol dan sorbitol.

(13)

pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet.

Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah kemungkinan pembentukan larutan dalam waktu cepat dan mengandung dosis yang tepat. Kerugian tablet effervescent, dan merupakan salah satu alasan untuk menjelaskan mengapa pemakaiannya agak terbatas, ialah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembapan udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktifitas effervescent. Selama reaksi berlangsung, air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalisis dari reaksi. Kelembapan udara di sekitar tablet sesudah wadahnya dibuka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari produk setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu, tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran aluminium kedap udara atau kemasan padat di dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum (Banker dan Anderson, 1994).

6. Pemeriksaan kualitas campuran bahan

Pemeriksaan kualitas bahan meliputi : a. Waktu alir

(14)

bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab (Parrott, 1970).

b. Sudut diam

Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel berbentuk kerucut dengan bidang horizontal. Granul atau serbuk akan mudah mengalir jika sudut diam tidak kurang dari 25 derajat dan tidak lebih dari 45 derajat (Wadke dan Jacobson, 1989).

c. Pengetapan

Pengetapan menunjukan penerapan volume sejumlah granul, serbuk akibat hentakan atau tap dan getaran (vibrating). Makin kecil indeks pengetapan maka makin kecil sifat alirnya (Fassihi dan Kanfer, 1986). Granul mempunyai sifat alir baik bila indeks terapinya tidak lebih dari 20% (Fudholi, 1983).

7. Pemeriksaan sifat fisik tablet

a. Keseragaman bobot

(15)

Tabel 1. Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet dalam %

Bobot Rata-Rata

Penyimpangan Bobot Rata-Rata dalam %

Penyimpangan Bobot Rata-Rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai 150 mg 10% 20%

151 mg sampai 300 mg 7,5% 15%

Kebih dari 300 mg 5% 10%

b. Kekerasan

Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrott, 1970).

c. Kerapuhan

Kerapuhan obat merupakan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik terutama goncangan dan pengikisan. Kerapuhan dinyatakan dalam prosentase bobot yang hilang selama uji kerapuhan. Tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan tidak lebih dari 1% (Parrott, 1970). d. Waktu larut

(16)

8. Uji Respon Rasa

Uji respon rasa dilakukan dengan tehnik sampling dalam bentuk accidental sampling terhadap 20 orang responden secara acak, masing-masing responden diberi 1 tablet effervescent dari tiap-tiap formula yang dibuat, dan diminta untuk mencicipi, kemudian mengisi quisioner yang telah disediakan yang berisi tentang tanggapan rasa dari sangat manis, manis, sedang, pahit, sangat pahit, asam. Data disajikan dalam bentuk tabel menurut jumlah/prosentasi responden dengan respon yang diberikan (Nugroho, 1995)

9. Pemerian bahan

a. Tanaman ceplukan (Physalis angulata L.)

Tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman semusim dari suku terung-terungan yang tumbuh tegak dengan tinggi 30-90 cm, berambut pendek, batang tua berkayu, berongga dan berusuk (Angulata). Helaian daun berbentuk bulat telur sampai lanset, ujung runcing, tulang daun menyirip, permukaan daun berwarna hijau, berambut halus, panjangnya 3,5-10 cm cm, lebarnya 2-5 cm. Bunga berbentuk lonceng dan berwarna kuning muda. Buah berbentuk lentera, jika sudah masak buah berwarna kuning. Memiliki rasa manis sedikit asam, berbiji banyak. Biji bulat, pipih, berwarna kuning kecoklatan (Dalimartha, 2006). b. Manitol

Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5% C6H14O6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringka,. merupakan

(17)

dalam air (Anonim, 1995). Manitol merupakan gula alkohol isomer optik dari sorbitol, mempunyai sifat alir yang baik, membutuhkan pelicin yang besar pada proses pengempaan, merupakan gula yang paling mahal yang digunakan sebagai pengisi tablet, memberi rasa manis dan dingin bila dihisap, tidak higroskopis dan rendah kalori.

c. Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC)

Gambar 1. Struktur kimia HPMC (Rowe, dkk., 2006)

Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) tidak berbau dan tidak memiliki rasa, dan berupa serbuk berwarna putih. Dapat digunakan sebagai pengikat tablet pada konsentrasi 2% sampai 5%.

d. Asam sitrat

Asam sitrat berupa hablur tidak berwarna atau serbuk putih, rasa sangat asam, agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas. Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol (95%) P; agak sukar larut dalam eterP (Anonim, 1995).

e. Asam tartrat

(18)

f. Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik dalam air, non higroskopis. Natrium bikarbonat mampu menghasilkan 52% karbondioksida (Rohdiana, 2002). g. Aspartam

Aspartam merupakan pemanis sintetis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptidan dua asam amino yaitu asam amino, asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanin. Aspartam merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis. Aspartam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 60 sampai dengan 220 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 0,4 kkal/g.

h. Magnesium stearat

Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemerian serbuk halus, putih, licin, dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P (Anonim 1979).

10.Metode Pengolahan

(19)

a. Metode granulasi kering (peleburan)

Dalam metode ini, satu molekul air yang ada pada setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai unsur penentu bagi pencampuran serbuk. Sebelum serbuk-serbuk dicampur atau diaduk, kristal asam sitrat dijasikan serbuk, baru dicampur dengan serbuk-serbuk lainnya untuk memantapkan keseragaman atau meratanya pencampuran. Setelah selesai pengadukan, serbuk diletakkan di atas lempeng dalam sebuah oven yang sebelumnya oven ini dipanaskan antara 33,8°C-400C Setelah itu, serbuk dikeluarkan dari oven dan diremas melalui ayakan untuk membuat granul-granul yang sesuai

b. Metode granulasi basah

Pada metode granulasi basah, sumber unsur penentu tidak perlu air kristal asam sitrat, akan tetapi boleh juga air ditambahkan ke dalam bukan pelarut (seperti alkohol) yang digunakan sebagai unsur pelembab untuk membuat adonan yang lunak dan larutan untuk pembuatan granul. Dalam metode ini mungkin semua tablet tidak mengandung air, sejauh air ditambahkan ke dalam campuran yang lembab. Begitu cairan cukup ditambahkan untuk mengolah adonan pada kepadatannya yang tepat, baru granul diolah dan dikeringkan (Ansel, 1989).

E. LANDASAN TEORI

(20)

yang dapat menurunkan kadar glukosa darah, diuretik, analgetik, menetralkan racun, meredakan batuk, dan mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh (Permasi, 2006).

Dari hasil penelitian Agustina (2008), diperoleh hasil semakin tinggi konsentrasi asam sitrat-asam tartrat sebagai sumber asam dengan natrium bikarbonat sebagai sebagai sumber basa pada tablet effervescent, semakin banyak asam dan basa yang bereaksi, sehingga semakin banyak ion karbonat yang dihasilkan, sehingga semakin tertutupinya rasa pahit dan khelat dari tanaman ceplukan. Namun tablet yang dihasilkan cukup rapuh dan rasa yang pahit. Oleh karena itu, diperlukannya pergantian bahan pengikat agar tablet yang diperoleh memiliki kekerasan yang baik.

Dalam sedian tablet effervescent selain komponen penyusun asam basa, bahan pengikat dan bahan pengisi juga tidak kalah penting. Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) dapat digunakan sebagai pengikat pada tablet dengan konsentrasi 2% sampai 5%. Untuk pengisi digunakan manitol karena larut dalam air, rendah kalori dan mempunyai rasa manis sehingga dapat meningkatkan rasa manis dari tablet effervescent

F. HIPOTESIS

(21)

2. Variasi konsentrasi Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) sebagai bahan pengikat dan manitol sebagai bahan pengisi dapat mempengaruhi respon rasa responden terhadap tablet effervescent ekstrak tanaman Ceplukan (Physalis angulata L.).

Gambar

Tabel 1. Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet dalam %
Gambar 1. Struktur kimia HPMC (Rowe, dkk., 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1 menunjukkan bahwa semua peubah laten reliabel karena memiliki nilai reliabilitas cronbach alpha lebih besar dari 0.6 sehingga dapat disimpulkan semua pernyataan

The present study attempts to examine and describe the education and microfinance integrated approach in poverty alleviation of both MiSykat and BMT Khalifa to help empower the

Meskipun Gagne dalam Munir (1971) menyatakan, bahwa tidak ada satu media yang sempurna yang dapat memenuhi semua keperluan yang diinginkan. Usaha yang maksimal untuk

[r]

Melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap

Viktor Frankl Erich Fromm Rollo May Fritz Perls.. Paradigma Trait dan Faktor. • Fokus pd perbedaan individual baik pada

Sementara itu kabar dari dalam negeri berkenaan dengan, hasil survei Bank Indonesia menunjukkan hingga pekan II September 2016 mencatatkan inflasi sebesar 0,25% MtM atau

Dampak pengiring yang dihasilkan dari penanaman nilai-nilai karakter pada pembelajaran tematik kerjasama nampak pada perilaku yang dihasilkan melalui wawancara