• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Efitya Fitria Istifarin D0312033

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Efitya Fitria Istifarin D0312033"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBERDAYAAN PADA ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM

(Studi Kasus Pemberdayaan oleh Sahabat Kapas

di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten)

Efitya Fitria Istifarin

FitriaEfitya@gmail.com

IIB Class of Klaten Prison (Lapas IIB Klaten) coorperate with Sahabat Kapas in mentoring and empowering Children in Conflict with Law (Anak Berkonflik dengan Hukum /AKH). The purpose of this research is to describe empowerment of AKH in IIB Class of Klaten Prison by Sahabat Kapas. This research used structural functional theory by Talcott Parsons with A.G.I.L concepts (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency). This research was descriptive qualitative research by using single study case approach with single level analysis. Data were taken from informants and respondents by using snowball technique. The data collection were done by using interview, observation, and documentation. The data validated by using triangulation and the data were analyzed by using interactive model.

The result of the result are as follows: empowerment of AKH in IIB Class Klaten Prison was done by Sahabat Kapas as mentors, program executor, and also IIB Klaten Prison as facilitator. Empowerment of AKH in IIB Klaten Prison was indentified based on three sides of community empowerment perspective to make situation which support the developing of AKH (enabling), strengthen the potency of AKH (empowering), protect, and made the AKH be autonomous or not depend to charity. Mentoring and empowering were done through planning stage (discussion, dividing tasks, and socialization), executing stage (AKH mapping, family visitation, psychological treatment, screen printing, sewing, packaging, old newspaper recycling creation, film production, shows production), and evaluation stage (coordination, reporting the evaluation result, and also making continued program). There were also the supporting factors to the activities, as follows: great enthusiasm of AKH to the activities, the support of AKH family, the relation between Sahabat Kapas and IIB Klaten Prison. There were also obstacles to the activities, as follows: there were only few volunteers, the lack of time of the volunteers, fluctuation changes of AKH condition, the changes of AKH numbers, the limit of money, and the limit of monitoring times.

Keywords: Children in Conflict with Law (AKH), Mentoring, Empowerment.

(2)

commit to user A. Pendahuluan

Anak yang melakukan tindak pidana termasuk dalam kategori Anak

Berkonflik dengan Hukum (AKH). Definisi AKH menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan Pidana Anak adalah

anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan

belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. AKH yang melakukan tindak

pidana akan mendapatan sanksi berupa hukuman pidana di Lembaga

Pemasyarakatan. Salah satu Lembaga Pemasyarakatan yang membina AKH dan

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dewasa sekaligus adalah Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Klaten. Sangat ironi apabila AKH terus disandingkan

dengan WBP dewasa dalam satu lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Suasana

dan fasilitas di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang belum memadai,

mendorong anak makin tertekan secara psikologis dan mental serta terisolasi dari

lingkungan asalnya (Sutatiek, 2013; 41).

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten sama seperti Lembaga

Pemasyarakatan pada umumnya yang memiliki fasilitas yang diperuntukkan bagi

WBP tanpa membedakan WBP anak maupun dewasa. Dengan kondisi tersebut,

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tetap memberlakukan fasilitas bagi

WBP secara umum walaupun di sana terdapat WBP anak yang memiliki

kebutuhan khusus. Salah satu langkah yang dilakukan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Klaten adalah bekerjasama dengan LSM Sahabat Kapas

untuk memenuhi hak-hak AKH termasuk melakukan pendampingan dan

pemberdayaan pada AKH yang sedang menjalani hukuman pidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Klaten.

Pendampingan dan pemberdayaan yang dilakukan Sahabat Kapas pada

AKH yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bertujuan

menyembuhkan trauma dan melakukan re-konsepsi diri pada diri AKH agar rasa

percaya dirinya kembali pulih sehingga dapat kembali berbaur dengan masyarakat

ketika sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Pemberdayaan sendiri dapat

dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya

(kekuatan/kemampuan) kepada pihak yang belum berdaya (Sulistiyani, 2004; 77).

(3)

commit to user

Berbagai keterampilan terkait pemberdayaan diajarkan oleh Sahabat Kapas pada

AKH dampingannya di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten agar AKH

produktif dan memiliki kegiatan yang positif serta memiliki bekal keterampilan

untuk memasuki dunia kerja pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIB Klaten tetap mengutamakan pendampingan dan pemenuhan hak AKH

walaupun dengan menggunakan fasilitas WBP yang berlaku secara umum. Sangat

menarik apabila dilakukan penelitian terkait pemberdayaan pada AKH di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh Sahabat Kapas. Maka, penelitian

ini berfokus pada bagaimana pemberdayaan pada Anak Berkonflik dengan

Hukum (AKH) di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh Sahabat Kapas.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan

Kantor Sahabat Kapas. Namun untuk pelacakan keberadaan AKH dan beberapa

relawan yang berhubungan dengan fokus penelitian, pengambilan data dilakukan

di beberapa lokasi lain seperti tempat tempat tinggal informan dan responden

yaitu Klaten dan Tasikmadu Karanganyar. Penelitian ini dikaji menggunakan teori

struktural fungsional Talcott Parsons dengan Konsep AGIL (Adaptasi, Pencapaian

Tujuan, Integrasi, Pemeliharaan Pola). Penelitian deskriptif kualitatif ini

menggunakan pendekatan studi kasus tunggal dengan single level analysis. Studi

kasus tunggal dengan single level analysis adalah studi kasus yang menyoroti

perilaku individu atau kelompok individu dengan satu masalah penting (Salim,

2001; 95).

Sumber data diperoleh dari informan dan responden menggunakan teknik

purposive. Informan dan responden merupakan dua hal yang berbeda dimana

informan adalah individu yang memiliki keahlian serta pemahaman terbaik

mengenai isu-isu tertentu sehingga disini informan merupakan narasumber,

sementara responden adalah individu yang oleh pewawancara ingin mengetahui

informasi mengenai diri dari responden itu sendiri seperti pendiriannya, sikapnya,

serta pandangannya terhadap isu tertentu (Silalahi, 2006; 287). Menurut Bungin,

(4)

commit to user

teknik purposive yaitu salah satu strategi yang paling umum didalam penelitian

kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai

dengan kiteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu (Bungin,

2011; 107). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Untuk validitas data digunakan triangulasi sumber, di mana

triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2009;

274). Sedangkan analisis data menggunakan model interaktif.

C. Hasil dan Pembahasan

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat

untuk melaksanakan pembinaan pada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

WBP yang menjalani hukuman pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Klaten dikelompokkan menjadi dua yaitu WBP dewasa dan WBP anak (AKH).

Kasus yang melatarbelakangi pada anak yang diposisikan sebagai AKH di Lapas

IIB Klaten mayoritas adalah pencurian dan perlindungan anak. Dominasi kasus

pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bersinggungan dengan

masalah perlindungan anak yang berkaitan dengan kesusilaan, terlebih lagi

korbannya adalah anak di bawah umur yaitu berusia sekitar 15-17 tahun. Pasal

yang dikenakan bagi AKH dengan masalah tindak asusila adalah Pasal 81 dan

Pasal 82 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak.

AKH merupakan WBP anak yang memiliki kebutuhan khusus dan berbeda

apabila dibandingkan dengan WBP dewasa. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Klaten belum dapat memenuhi hak dan kebutuhan AKH secara penuh karena

terbatasnya kemampuan dan fasilitas yang dimiliki. Hal ini mengingat bahwa

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bukanlah Lembaga Pembinaan Khusus

Anak (LPKA) yang dapat memenuhi kebutuhan AKH secara spesifik. Walaupun

begitu, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tetap berupaya untuk

memenuhi kebutuhan AKH selama berada di Lembaga Pemasyarakatan walaupun

(5)

commit to user

harus dengan mengalihfungsikan beberapa fasilitas umum yang selama ini

kegunaannya disamaratakan antara WBP dewasa dan AKH.

Secara khusus, terdapat dua fasilitas umum yang digunakan sebagai ruang

pendampingan bagi AKH. Fasilitas tersebut adalah perpustakaan dan tempat

ibadah. Kedua fasilitas itu disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Klaten bagi seluruh WBP baik WBP dewasa maupun AKH. Namun untuk

beberapa kegiatan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten menggunakan

fasilitas tersebut untuk melakukan pendampingan dan pembinaan pada AKH.

Misalnya saja tempat ibadah. Tempat ibadah dikategorikan sebagai ruang

pendampingan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten karena di

tempat ibadah tersebut dilakukan pendampingan bimbingan mental terkait

keagamaan pada AKH. Terdapat berbagai kegiatan keagamaan yang

diselenggarakan untuk menunjang pendampingan tersebut. Selain itu juga terdapat

kegiatan pendampingan sekaligus pemberdayaan pada AKH melalui kegiatan

keterampilan sablon serta kegiatan belajar mengajar Kejar Paket C bagi AKH.

Begitupun dengan perustakaan. Perpustakaan dikategorikan sebagai ruang

pendampingan bagi AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten karena di

perpustakaan tersebut Sahabat Kapas dapat melakukan pendampingan pada AKH.

Pendampingan tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan. Selain sebagai

tempat berkegiatan bersama Sahabat Kapas, perpustakaan juga sebagai tempat

kegiatan sablon dan ruang pendampingan untuk proses kegiatan belajar mengajar

program Kejar Paket C AKH. Kedua fasilitas tersebut berupa sarana dan

prasarana yang memiliki tujuan untuk menunjang berlangsungnya proses

pendampingan dan pembinaan WBP terkhusus AKH di dalam Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Klaten.

Pendampingan dan pemberdayaan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIB Klaten tidak dapat dilakukan seorang diri orang instansi terkait. Perlu ada

kerjasama dengan pihak-pihak lain yang dapat membantu dan mendukung

berjalannya proses pendampingan dan pemberdayaan tersebut. Harapannya adalah

terjadi kerjasama yang baik dan berlanjut. Kerjasama tersebut dilakukan oleh

Lapas IIB Klaten dan Sahabat Kapas dengan intansi atau pihak lain. Beberapa

(6)

commit to user

pihak yang menjadi relasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dalam

melakukan pendampingan pada AKH antara lain Dinas Pendidikan Klaten terkait

penyelenggaraan Kejar Paket C, Kementerian Pendidikan Pusat terkait bantuan

dana untuk kegiatan pelatihan AKH, Kementerian Agama terkait memimpin

kegiatan keagamaan, dan Sahabat Kapas terkait layanan rehabilitasi anak

termasuk pendampingan dan pemberdayaan. Sedangkan pihak yang menjadi relasi

Sahabat Kapas antara lain Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten terkait

layanan rehabilitasi anak termasuk pendampingan dan pemberdayaan, relawan

khusus Sahabat Kapas terkait pelatihan keterampilan, dan Yayasan Setara dan

Unicef terkait pendanaan kegiatan pendampingan AKH.

Pendampingan yang dilakukan oleh Sahabat Kapas pada AKH di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Klaten meliputi tiga tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Bentuk kegiatan pada tahap perencanaan antara lain

perundingan, pembagian tugas, dan sosialisasi. Pada kegiatan perundingan,

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Sahabat Kapas berunding terkait

program pendampingan bagi AKH. Pada kegiatan pembagian tugas, diperoleh

hasil yaitu Lapas IIB Klaten menjadi pihak yang melakukan monitoring dan

Sahabat Kapas sebagai pihak yang melakukan pendampingan. Sedangkan

kegiatan sosialisasi merupakan sarana pendekatan pada AKH.

Bentuk kegiatan pada tahap pelaksanaan antara lain pemetaan AKH, visitasi

keluarga, penanganan psikologi, bincang remaja, I have a dream, training

motivasi, sablon, jahit, kreasi kertas koran bekas, produksi film, dan produksi

pertunjukan. Kegiatan pemetaan AKH dilakukan untuk mengetahui kondisi

psikologis AKH saat pertama masuk ke Lapas IIB Klaten. Sedangkan visitasi

keluarga merupakan pendekatan pada keluarga AKH di luar Lapas untuk

persiapan kepulangan AKH. Kegiatan penanganan psikologi dan bincang remaja

merupakan bentuk penanganan trauma healing dengan menggunakan treatment

serta program bagi AKH dalam menyikapi problematika remaja agar AKH belajar

mengkomunikasikan masalah yang dihadapi.

Pada kegiatan I have a dream dan training motivasi, AKH diajak untuk

merencanakan masa depan dan membuat rencana hidup serta pemberian motivasi

(7)

commit to user

bagi AKH untuk mempersiapkan diri menjadi lebih baik. Kegiatan sablon, jahit,

kreasi kertas koran bekas, produksi film, dan produksi pertunjukan merupakan

program bagi AKH untuk meningkatkan keterampilan dengan mendayagunakan

potensi serta asahan kreasi diri masing-masing. Hal ini dilakukan agar AKH dapat

tumbuh dan berkembang di Lapas dengan tidak dibatasi kreativitasnya untuk

pembelajaran diri pasca keluar dari Lapas.

Bentuk kegiatan pada tahap evaluasi antara lain rapat koordinasi, pelaporan

hasil evaluasi, dan perencanaan program lanjutan. Pada kegiatan rapat koordinasi,

Sahabat Kapas memberi laporan kegiatan kepada pihak Lapas Klaten terkait

program pendampingan pada AKH untuk kemudian dilakukan evaluasi.

Selanjutnya pada kegiatan pelaporan hasil evaluasi, Sahabat Kapas dan Lapas

Klaten membuat laporan hasil evaluasi kegiatan untuk perencanaan program

lanjutan. Salah satu bentuk pembangunan yang berkelanjutan pada pendampingan

AKH di Lapas Klas IIB Klaten adalah pembangunan kamar hunian ramah anak.

Proses pemberdayaan oleh Sahabat Kapas pada AKH di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Klaten yang dilakukan melalui berbagai keterampilan,

tentunya dapat diidentifikasi berdasar perspektif pemberdayaan masyarakat

melalui tiga sisi, dimana upaya memberdayakan masyarakat dapat menciptakan

suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(enabling), dapat memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering), serta dapat memberdayakan atau juga mengandung arti melindungi

(charity) (Mardikanto, 2010; 43). Sahabat Kapas berupaya untuk menciptakan

iklim yang memungkinkan potensi AKH berkembang melalui beberapa kegiatan

seperti menulis diary, trauma healing, I have a dream, dan training motivasi.

Untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki AKH pada tahapan

empowering yaitu dengan memberdayakan AKH melalui berbagai kegiatan

seperti sablon, jahit, kreasi kertas koran kekas, packaging, produksi film, dan

produksi pertunjukan. Sahabat Kapas memiliki program pendampingan bagi AKH

yang sudah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten yang

dimaksudkan untuk membantu AKH memperoleh akses yang dibutuhkan guna

melindungi serta membuat AKH tersebut menjadi mandiri dan tidak bergantung

(8)

commit to user

pada Sahabat Kapas seperti pemberian izin kerja di tempat usaha sablon dan

konveksi dari pihak Sahabat Kapas, pemberian izin usaha di depan Lapas Klaten

bagi AKH yang sudah selesai menjalani binaan (bebas), serta pemberian

dukungan moral untuk kepercayaan diri, sehingga AKH tersebut mulai rajin

membantu usaha orangtua.

Perspektif pemberdayaan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Klaten dianalisis dengan menggunakan teori struktural fungsional. Pada tahap

perencanaan, kegiatan perundingan, pembagian tugas dan sosialisasi termasuk

aspek organisme perilaku dan merupakan dimensi adaptation dalam skema

analisis struktural fungsional. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pemetaan AKH

dan visitasi keluarga termasuk aspek sosial dan merupakan dimensi integratioin

dalam struktural fungsional. Kegiatan penanganan psikologi, bincang remaja, I

have a dream, training motivasi, pelatihan keterampilan, pendampingan AKH

pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan termasuk aspek kepribadian dan

budaya dan merupakan dimensi goal attainment dalam skema analisis struktural

fungsional. Pada tahap evaluasi, kegiatan rapat koordinasi termasuk aspek sosial

dan merupakan dimensi integration dalam skema analisis struktural fungsional.

Kegiatan pelaporan hasil evaluasi termasuk aspek sosial dan budaya, sedangkan

kegiatan perencanaan program lanjutan termasuk aspek sosial, budaya, dan

organisme perilaku di mana kedua kegaitan tersebut merupakan dimensi latent

pattern maintenance dalam skema analisis struktural fungsional.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dipaparkan sebelumnya,

dapat ditarik kesimpulan yaitu pemberdayaan pada Anak Berkonflik dengan

Hukum (AKH) yang dikategorikan Anak-Anak dalam Kondisi Khusus dan

Rentan (AKKR) di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dilakukan oleh

Sahabat Kapas dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten. Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Klaten sebagai fasilitator yang melakukan monitoring,

sedangkan Sahabat Kapas sebagai pendamping dan pelaksana program.

Pemberdayaan pada AKH di Lapas IIB Klaten diidentifikasi berdasar perspektif

(9)

commit to user

pemberdayaan masyarakat melalui tiga sisi, dimana upaya memberdayakan

masyarakat dapat menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

AKH berkembang (enabling), dapat memperkuat potensi atau daya yang dimiliki

AKH (empowering), serta dapat memberdayakan atau juga mengandung arti

melindungi dan tidak membuat AKH tergantung pada berbagai program

pemberian (charity).

Proses pendampingan dan pemberdayaan tersebut dilakukan melalui tiga

tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan,

terjadi perundingan antara Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Sahabat

Kapas terkait program pendampingan dan pemberdayaan bagi AKH. Pada tahap

pelaksanaan, Sahabat Kapas melakukan pendampingan sekaligus pemberdayaan

pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dengan berpedoman

pada silabus atau program pendampingan dan pemberdayaan yang sudah dibuat.

Pada tahap evaluasi, Sahabat Kapas dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Klaten melakukan koordinasi dan pelaporan hasil evaluasi serta membuat

perencanaan program lanjutan.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses pendampingan

dan pemberdayaan pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh

Sahabat Kapas. Faktor tersebut adalah faktor pendukung dan faktor penghambat.

Faktor pendukung yang dapat membuat proses pendampingan pemberdayaan pada

AKH berjalan lancar antara lain: antusias tinggi AKH pada kegiatan, adanya

dukungan dari keluarga AKH, serta adanya relasi yang baik antara Sahabat Kapas

dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten. Sedangkan faktor yang

menghambat berjalannya proses pendampingan dan pemberdayaan pada AKH di

antaranya: jumlah relawan sedikit, kurangnya totalitas dalam pembagian waktu,

fluktuasi kondisi AKH yang selalu berubah, jumlah AKH terus berubah,

keterbatasan dana, serta waktu kegiatan pendampingan yang terbatas.

(10)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media

Group.

Mardikanto, Totok, dan Poerwoko Soebiato. 2010. Pemberdayaan dalam

Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya.

Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: UNPAR Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.

Yogyakarta: Gava Media.

Sutatiek, Sri. 2013. Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Anak di

Indonesia, Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan

Pidana Anak.

Referensi

Dokumen terkait

Contoh di atas merupakan bentuk imperatif yang sudah terlihat jelas baik dari segi konstruksi kalimat serta kata kerja penanda imperatifnya baik dalam bahasa

Dari uji statistik efek stimulansia yang diberikan (uji ketahanan, aktivitas motorik dan rasa ingin tahu), antara ketiga hari pengujian tidak berbeda secara

Prior to 2006, the items in this basket of goods and services were classified according to Classification of Household Goods & Services (CHGS) with nine main groups as follows:.

Studi terbaru mengindikasikan bahwa sisa kuning telur digunakan lebih cepat oleh anak itik yang sudah mendapatkan ransum lebih awal pada anak ayam broiler saat menetas adalah

KETUA PANITIA UJI KOMPETENSI NASIONAL BAGI MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN, DIPLOMA III KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS PERIODE MEI – JUNI 2015.. Menimbang :

menurut perhitungan yang dilakukan aktuaris, setelah penetapan besarnya iuran peserta (karyawan), maka kewajiban pemberi kerja adalah untuk menyediakan manfaat

kekuatan, kelemahan yang ada pada kita Sesuai dengan definisi komunikasi yang an oleh Anderson (1959) bahwa komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita. rahami

Researchers have found that the early stages of language learning are characterized by a predominance of interference ( inter-lingual transfer), but once learner have