• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AT-TAQWA BONDOWOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AT-TAQWA BONDOWOSO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

58

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AT-TAQWA BONDOWOSO

Fitri Nur Hidayat 1, M. Ikrom Karyodiputro 2

1Dosen Prodi PGMI STAI At-Taqwa Bondowoso

2 Dosen Prodi PGMI STAI At-Taqwa Bondowoso Email: fitrinur180588@gmail.com.

Naskah diterima: 29 September 2021, direvisi: 15 Januari 2022, diterbitkan: 20 Juli 2022 ABSTRACT

This paper discusses about problem quantum teacing learning in Primary School SD/MI Intelligence is a person's ability to solve problems independently, creative products that benefit the culture, environment and society that have creative values. Through multiple intelligences it is recognized that every child possesses intelligence in different ways. Intelligence is dynamic. There are nine intelligences formulated by Howard Gardner in Multiple Intelligences, including linguistic intelligence, logic- mathematical intelligence, body movement intelligence, visual space intelligence, interpersonal intelligence, intrapersonal intelligence, naturalist intelligence, and existential intelligence. From those nine theories can be developed and applied to nine meetings in Islamic Learning Education program that student- oriented not on material.

Keywords: Problem, Integrative Thematic Learning.

ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang pembelajaran quantum teaching di Sekolah Dasar SD/MI Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah secara mandiri, produk kreatif yang bermanfaat bagi budaya, lingkungan dan masyarakat yang memiliki nilai kreatif. Melalui kecerdasan majemuk diketahui bahwa setiap anak memiliki kecerdasan dengan cara yang berbeda-beda. Kecerdasan itu dinamis. Ada sembilan kecerdasan yang dirumuskan oleh Howard Gardner dalam Multiple Intelligences, antara lain kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan gerakan tubuh, kecerdasan ruang visual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Dari sembilan teori tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan pada sembilan pertemuan dalam program Pendidikan Pembelajaran Islam yang berorientasi pada siswa bukan pada materi.

Kata Kunci: Problematika, Pembelajaran Tematik Integratif.

PENDAHULUAN

Pembelajaran tematik pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan. Proses pengintegrasian tersebut menggabungkan kompetensi dari beberapa pelajaran dasar untuk dihubungkan satu sama lain sehingga saling memperkuat, menggabungkan kompetensi inti dari setiap pelajaran sehingga setiap pelajaran masih memiliki kompetensi dasar sendiri dan menghubungkan berbagai mata pelajaran dengan lingkungan di sekitarnya. (Hayati, dkk. 2016: 13).

(2)

59 Ketika seseorang terjun dalam kehidupan masyarakat atau berada dalam suatu lingkungan tertentu, ia berhadapan dengan berbagai lembaga atau gejala yang mungkin memberikan informasi yang bermacam-macam. Sedangkan lingkungan tempat orang itu berada bukan hanya berisi satu lembaga, atau satu sumber informasi apalagi hanya satu gejala. Lebih-lebih anak usia sekolah kelas awal tanpa bisa memilah-milah secara tegas sesuatu yang diterimanya sesuai dengan bidang-bidang disiplin keilmuan tertentu, karena mereka memang belum mempunyai konsep secara jelas tentang disiplin keilmuan. Dengan demikian, pembelajaran yang menampilkan cirri menyeluruh dan terintregasi tidak lain adalah pembelajaran tematik.

Istilah belajar dan pembelajaran dapat diartikan sebagai konsep taklim dalam Islam. Taklim berasal dari kata „allama, yuallimu, ta’liman. Istilah taklim pada umumnya berkonotasi dengan tarbiyah, tadris, dan ta‟dib, meskipun bila ditelusuri secara mendalam maka istilah tersebut akan terjadi perbedaan makna. Perintah untuk taklim banyak dalil yang menjelaskannya, baik dari sumber Alquran maupun hadis Nabi Muhammad saw. Misalnya hal-hal yang berkaitan dengan orang-orang yang menuntut ilmu pengetahuan, atau perbedaan orang yang belajar dengan yang tidak.

Hasil yang ditimbulkan dengan usaha belajar membaca ayat-ayat qur’aniyah, dapat menghasilkan ilmu agama seperti fikih, tauhid, akhlak dan semacamnya.

Sedangkan hasil yang ditimbulkan dengan usaha membaca ayat-ayat kawniyah, dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia, astronomi, dan semacamnya. Dapat dirumuskan bahwa ilmu yang bersumber dari ayat-ayat qur‟aniyah dan kawniyah, harus diperoleh melalui proses belajar membaca.

Pembelajran tematik terpadu menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi peserta didik, baik aktivitas formal maupun informal, meliputi pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman peserta didik untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya (Kadir, 2014: 5-6).

Pembelajaran tematik terpadu dalam Kurikulum 2013 didukung adanya penerapan pendekatan saintifik. (Sani, 2015: 45) pendekatan saintifik yaitu aktivitas ilmiah yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Dalam pendekatan saintifik ini yakni membelajarkan peserta didik untuk dapat mencari informasi dari berbagai sumber dengan tujuan peserta didik tidak terus bergantung dari informasi guru saja. Dapat dikatakan bahwa pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) dengan tujuan mengarahkan peserta didik untuk aktif dalam mencari dan mengolah informasi. Dalam melaksanakan proses pembelajaran peran guru sangat dibutuhkan sebagai fasilitator dan motivator. Sebagaimana yang dikatakan Muhith, (2018:46) bahwa:

Pembelajaran tematik terpadu selalu menarik untuk dianalisis mulai dari teori, praktik, dan penilaian, penggunaan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran atau beberapa disiplin ilmu yang tergabung dalam satu mata pelajaran, hingga penilaian autentik, begitu pula dalam memadukan mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Matematika, PPKN, IPS, SBDP, PJOK yang digabung menjadi satu tema tertentu.Pembelajaran tematik terpadu memiliki konsep dasar, baik konsep dasar filosofis, konsep dasar yuridis, konsep dasar psikologis dan konsep dasar teologis.

Konsep dasar tersebut secara rinci telah diuraikan secara logis dan sistematis,

(3)

60 kemudian diuraikan pula tahapan pembelajarannya mulai dari strategi, metode, pendekatan, hingga penilaiannya.

Pembelajaran tematik terpadu sudah diterapkan dan didukung oleh pemerintah dengan diterbitkannya buku pegangan peserta didik untuk pembelajaran tematik terpadu pada setiap tema di semua kelas. Namun, dalam prakteknya penerapan pembelajaran tematik terpadu kurang mengutamakan kebutuhan belajar peserta didik.

Guru hanya melaksanakan apa yang sudah tertulis dibuku terbitan pemerintah.

Kurikulum 2013 yang diterapkan di sekolah mengalami revisi dari waktu ke waktu.

Sehingga buku yang digunakan peserta didik tidak mungkin langsung direvisi dan diganti.Dengan demikian, memungkinkan apabila pendidik yang mengembangkan desain pembelajaran yang inovatif sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan desain pembelajaran yang valid dan efektif. Dengan begitu, peserta didik akan leluasa belajarnya, menemukan konsep pelajaran sekaligus menerapkan dan memperdalam konsep sehingga dapat membantu peserta didik memahami materi dari setiap tema yang diberikan (Suparman, 2014:131).

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan. Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada peseta didik secara menyeluruh. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit atau satuan yang utuh, sehingga pembelajaan syarat akan nilai, bermakna, dapat dipahami oleh peserta didik serta memudahkan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Sementara pada tataran realitas Implementasi pembelajaran tematik masih dianggap sebagai suatu hal yang sangat rumit bagi kebanyakan guru, anggapan rumit tersebut dipengaruhi oleh cara pandang guru terhadap dirinya, karena merasa kurang berpengalaman, tidak memiliki pengetahuan yang komplit, dan kurangnya motivasi untuk belajar serta mencoba, sehingga masih banyak guru yang merasa kesulitan dalam membuat perencanaan pembelajaran dan pelaksanaannya, bahkan guru juga kebingungan dalam melakukan evaluasi pembelajaran, karena autentik asesmen membutuhkan ketekunan, ketelitian keuletan dan kesabaran guru dalam pelaksanaannya.

Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso merupakan lembaga pendidikan dasar berciri khas Islami yang telah menerapkan pembelajaran tematik Kurikulum 2013 selama kurang lebih enam tahun. Penerapan pembelajaran tematik tersebut tentunya diimbangi dengan pelaksanaan pelatihan dan workshop secara berkesinambungan, sehingga melalui hal yang demikian pemahaman guru terkait pembelajaran tematik benar-benar dapat tercapai.

Melalui beberapa uraian tersebut, penelitian dengan tema “Problematika Pembelajaran Tematik Terpadu di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso”, dapat memberikan gambaran realistis serta solusi alternatif terkait permasalahan pembelajaran tematik khususnya pada jenjang pendidikan dasar.

TINJAUAN TEORETIK Problematika Pembelajaran

Istilah problem atau problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu

"problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia, problem berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan

(4)

61 permasalahan. (Debdikbud, 2002 : 276) Adapun masalah itu sendiri “adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal”. Syukir mengemukakan problematika adalah suatu kesenjangan yang mana antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan. (Syukir, 1983 : 65) Problematika adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari faktor intern atau ekstern.

Secara sederhana istilah pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (efforts) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

Pembelajaran dapat juga dikatan sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan kata lain bahwa pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan efesien (Muhaimin, 1996 : 19).

Kata pembelajaran dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata ajar artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), dan mendapat imbuhan pe-an sehingga artinya menjadi cara atau proses menjadikan orang belajar (Dikbud : 2002 15).

Menurut istilah, pembelajaran diartikan oleh beberapa pakar sebagai berikut;

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi mengartikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas (proses belajar mengajar) yang sistematis dan sistemik yang terdiri dari berbagai komponen, antara satu komponen pengajaran dengan lainnya saling tergantung dan sifatnya tidak parsial, komplementer dan berkesinambungan. Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Oemar Hamalik mengartikan pembelajaran yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan belajar.

Dari pengertian tentang “Problematika dan Pembelajaran” yang telah disebutkan diatas, problematika pembelajaran adalah kesukaran atau hambatan yang menghalangi terjadinya belajar. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian problematika pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

Faktor Terjadinya Problematika Pembelajaran

Dimyati dan Sudjiono mengemukakan bahwa problematika pembelajaran berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern.

a. Faktor Intern

Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan dalam

(5)

62 belajar. Terdapat berbagi faktor intern dalam diri siswa, yaitu: (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 235-254)

1) Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.

2) Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.

3) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.

4) Kemampuan mengolah bahan belajar

Merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori.

5) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek yang berarti hasil belajar cepat dilupakan, dan dapat berlangsung lama yang berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa.

6) Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Siswa akan memperkuat pesan baru dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama.

7) Kemampuan berprestasi

Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di Sekolah bahwa ada sebagian siswa yang tidak mampu berprestasi dengan baik.

8) Rasa percaya diri siswa

Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman sejawat siswa.

9) Intelegensi dan keberhasilan belajar

Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesumgguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah.

10) Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan yang kurang baik.

Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar diakhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, dating terlambat bergaya pemimpin dan lain sebagainya.

11) Cita-cita siswa

Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki cita- cita. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik, tetapi gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya siswa hanya berperilaku ikut-ikutan.

b. Faktor Ekstern

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsic siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan

(6)

63 siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 235-254).

Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa factor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor- factor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

1) Guru sebagai Pembina siswa dalam belajar

Sebagai pendidik, guru memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di Sekolah. Guru juga menumbuhkan diri secara professional dengan mempelajari profesi guru sepanjang hayat.

2) Sarana dan prasarana pembelajaran

Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.

3) Kebijakan penilaian

Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, siswa terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, Sekolah dan guru diminta berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.

4) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Siswa siswi di sekolah membentuk suatu lingkungan social siswa. Dalam lingkungan social tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Ada yang menjabat sebagai pengurus kelas, ketua kelas, OSIS dan lain sebagainya. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan akrab, kerjasama, bersaing, konflik atau perkelahian.

5) Kurikulum sekolah

Program pembelajaran di Sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum.

Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat.

Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik serta unsure-unsur pendidikan seperti model pembelajaran, media pembelajaran serta materi pembelajaran, pembelajaran merupakan proses transfer pengetahuan, moral, keterampilan dan nilai-nilai yang berkembang baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Pembelajaran sendiri merupakan upaya bersama dalam membentuk kepribadian peserta didik dan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

Menurut sumantri (2016 : 26-27) Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk mempeoleh perubahan prilaku yang bau secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiridalam interaksi dengan lingkungannya. Proses pemerolehan tersebut pada dasarnya didasari oleh sebuah keinginan karena membutuhkan proses prubahan pilaku itulah yang dianggap sebagai peolehan hasil belajar karena individu tersebut merasa butuh atas pengalaman apa yang dilakukannya dalam proses pembelajaran itu sendiri. Adapaun pembelajaran itu

(7)

64 sendiri merupakan senergitas atas ketersediaan sumber belajar yang ada baik secara teoritis dari refrensi tertulis maupun dari ketersediaan lingkungan yang ada.

Peseta didik atau siswa merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan, pekembangan peserta didik tejadi seiring dengan berkembangnya pola pikir mereka dan berkembangnya jiwa mereka yang diringi dengan berkembangnya fisik mereka, perkembangan peserta didik sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka tinggal, sebagaimana yang diungkapkan oleh Langulung dalam Soebahar (2009:3) bahwa setiap individu memiliki potensi untuk erkembang baik fisik, intelektual, emosional, social, moal, mapun religious mereka. Perkembangan terjadi karena adanya pengaruh lingkungan terhadap potensi itu.

Pembelajaran menurut Warsita adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.

Pembelajaran itu menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakukan guru (Rusman, 2015 : 21).

Kegiatan pembelajaran sejatinya dirancang untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

Pembelajaran sebaiknya senantiasa berhaluan pada proses transfer pengetahuan kepada peserta didik sebagaimana yang telah diatur pada kompetensi dasar dan kompetensi inti dari mata pelajaran yang akan diajarkan, pembelajarah juga harus senantiasa memksimalkan setiap poses guna memberikan pengetahuan yang maksimal kepada peserta didik sehingga mereka yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.

Menurut Sa`dun (2016 : 21) “Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.

Sasaran dasar pendidikan di Indonesia yaitu, siswa mampu “calistung” atau lebih dikenal dengan istilah baca, tulis dan hitung. Sehingga pembelajaran pada sekolah dasar ditekankan pada kemampuan siswa dalam membaca, menulis dan menghitung”.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimplkan bahwa, pembelajaran meupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru dalam rangka memberikan atau mentransfer pengetahuan, karakter atau sikap dan keterampilan kepada siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan baik tujuan nasional pendidikan maupun tujuan pembelajaran dikelas.

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Dalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran di madrasah ibtidaiyah kelas I sampai kelas VI dilakukan dengan menggunakan pembelajaran tematik terpadu, sedangkan dalam kurikulum than 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran tematik terpadu dilakukan dari kelas I sampai kelas III.

Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema- tema berdasarkan beberapa muatan pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan.

Majid, (2014 : 80) menjelaskan bahwa: Pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada murid.

Tema merupakan pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik terpadu meupakan salah satu model

(8)

65 pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaan yang memungkinkan siswa untuk secara aktif menggali dan menemukan konsep-konsep keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik baik secaa inividu maupuk sebagai kelompok.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif.

Siswa tidak hanya dijadikan objek, tapi dituntut aktif untuk terlibat langsung di lapangan. Keterlibatan aktif akan membuat siswa memperoleh pengalaman yang luas.

Pengalaman inilah yang akan membawa siswa mampu menghubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Di dalam buku karangan Trianto, Jhon Dewey memberikan pengertian bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pendekatan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya.

Penggunaan tema dalam model pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai ketepaduan setiap mata pelaran, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rusman yang menerangkan bahwa model pembelajaran tematik terpadu adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik, yang melibatkan beberpa muatan mata pelajaran untuk membeikan pengalaman bermakna kepada siswa (Rusman, 2015 : 140).

Maksud dari bermakna dalam pembelajaran tematik ini dikarenakan dalam pemeblajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya, Hal ini membantu siswa untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Dengan kata lain pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar-mata pelajaran.

Terjalinnya hubungan antar setiap konsep secara terpadu, akan memfasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan pengalaman nyata. Dengan demikian, sangat dimungkinkan hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dengan cara drill merespon tanda-tanda atau signal dari guru yang diberikan secara terpisah-piasah. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Zais, Robert bahwa pembelajaran terpadu memberikan gambaran bagaimana pengalaman belajar secara terintegrasi memberi dampak yang penuh makna dan bagaimana pengintegrasian dilakukan.

Konsep pembelajaran sebagaimana yang dijelaskan oleh Corey dalam Sumantri (2016 : 27) yang menyebutkan bahwa suatu proses dimana lingkungan individu secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah alaku tertetu dalam kondisi-kondisi khusus tau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan bagian utama dalam pendidikan.

Sedangkan Subroto menegaskanbahwa pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi

(9)

66 mata pelajaran dan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa (Subroto, 2000 : 09).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan, kreativitas, nilai dan sikap pembelajaran dengan menggunakan tema. Dengan demikian Pembelajaran tematik adalah “pembelajaran terpadu dan terintegrasi” yang melibatkan beberapa pelajaran bahkan lintas rumpun mata pelajaran yang di ikat dalam tema-tema tertentu. Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator dari suatu mata pelajaran atau bahkan beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam pelajaran ini dapat dilihat dari aspek belajar mengajar.

Diterapkannya pendekatan tematik dalam pembelajaran, membuka ruang yang luas bagi peserta didik untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakan, berkesan, dan menyenangkan.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Pembelajaran tematik, sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, Pertama, pembelajaran tematik lebih

(10)

67 menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain:

a) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

b) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

c) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehinggahasil belajar dapat bertahan lebih lama.

d) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

e) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.

f) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: (1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, (2) Siswa mampu melihat hubungan- hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, (3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. (4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat (Trianto, 2014: 21).

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati melalui fonemana yang terjadi di MI At-Taqwa Bondowoso terkait pembelajaran tematik. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi yang berhubungan dengan perencanaan pembelajaran tematik, pelaksanaan pembelajaran tematik, dan evaluasi pembelajaran tematik. Setelah seluruh data terkumpul kemudian dilakukan analisis data menggunakan proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(11)

68 Pengujian keabsahan data dilakukan melalui penerapan triangulasi sumber yaitu dengan mengkomparasikan beberapa informasi dari sumber satu dengan sumber lainnya.

HASIL DAN DISKUSI

Problem Perencanaan Pembelajaran Tematik Terpadu

Sebelum pada tahap pelaksanaan pembelajaran tentu pendidik melakukan perencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Perencanaan merupakan tahap awal yang harus dilakukan setiap kali akan melakukan proses pembelajaran. Seorang pendidik harus mempersiapkan segala sesuatunya sebelum pembelajaran dilaksanakan agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan membuat RPP. (observasi tanggal 13 februari 2020) Dari hasil observasi diketahui bahwa guru MI At-Taqwa Bondowoso membuat RPP selama satu semester. Jadi guru membuat perangkat pembelajaran seperti Prota, Promes, Silabus maupun RPP, pada awal Semester.

Pembuatan perangkat pembelajaan sebagai tahap perencanaan dalam melaksanakan pembelajaran. Para guru biasanya membuat perangkat pembelajaran diawal semester dimana para siswa masih libur sehingga guru memiliki banyak waktu untuk menyusun dan melakukan peencanaan pembelajaan.

Pelaksanaan penyusunan perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak sepenuhnya terlaksana dengan baik karena terdapat problem yang dialami oleh guru dalam menyusun perangkat pembelajaran. Problemnya seperti pertama waktu yang terbatas bagi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran, karena guu memanfaatkan saat libur sekolah. Kedua guru kesulitan menyusun perangkat pembelajaran karena dalam menganalisis materi dalam 1 tema tersdapat 5 mata pelajaran.

Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh guru adalah dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, kemampuan peserta didik, ketersediaan sarana, dan alokasi waktu. Mengurutkan langkah pembelajaran sesuai dengan tema, metode yang sesuai dengan pembelajaran, karakteristik mata pelajaran, dan menyediakan alat peraga sederhana dan efektif dalam membantu tercapainya proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Sehingga memilih sumber belajar yang sesuai dari sumber aslinya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menemukan beberapa problematika dalam melakukan perencanaan pemelajaran tematik terpadu, yaitu ketebatasan waktu dalam penyusunan perangkat pembelajaran karena guru hanya memanfatkan hari libur siswa.Terdapat kesulitan dalam menganalisis dan penerapan tema dimana dalam 1 tema terdapat 5 mata pelajaran.Guru juga harus memadukan beberapa mata pelajaran dalam 1 tema.Sehingga, pemilihan sumber dan bahan ajar yang disesuaikan dengan metode, model, dan media untuk digunakan dalam pembelajaran tematik terpadu.Kemudian guru juga mengalami kesulitan dalam menentukan konsep dan format evaluasi sesuai dengan penilaian pembelajaran tematik terpadu.

Problem Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu

Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi komponen yang sangat penting dalam mewujudkan kualitas output pendidikan, karena pelaksanaan proses pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat, ideal dan proporsional. Pelaksanaan pembelajaran

(12)

69 adalah pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Terkait dengan tugas aktivitas tersebut, guru harus mampu mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran ke dalam realitas pembelajaran yang sebenarnya, agar pembelajaran lebih bermakna. Sehingga pelaksanaan pembelajaran, masih banyak guru yang belum sepenuhnya dapat menerapkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dalam perangkat pembelajaran. sehingga pembelajaran tidak dapat membuahkan hasil yang maksimal, hal ini menjadi sebuah problem para guru yang berdampak terhadap peserta didik.

Setelah pembelajaran selesai guru melaksanakan penutupan untuk mengahiri pembelajaran. Berdasarkan RPP yang dibuat oleh guru, pada kegiatan penutup, guru memberikan penguatan materi dan memberi apresiasi, bersama siswa menyimpulkan materi, memberikan reward kepada kelompok terbaik, menyampaikan materi pembelajaran selanjutnya, memberikan tugas mandiri, menutup pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi, Setelah pelajaran selesai Guru menyampaikan kesimpulan tentang pelajaran yang telah dilaksanakan, Guru mengisi jurnal, siswa menyampaikan hasil yang dipelajari hari ini, dan Guru menyampaikan materi yang akan di pelajari selanjutnya, pada akhir pembelajaran guru memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal yang ada di dalam buku paket, sebagai tugas rumah.

Dari wawancra dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti maka ada beberapa problem dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu yang ditemukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut, siswa mengalami kesulitan dalam memahi semua mata pelajaran tematik dalam satu tema atau sub tema, hal ini karena mereka harus bisa paham dengan semua mata pelajaran dalam satu kali tatap muka dengan guru.Tidak tersedianya materi yang lengkap dalam buku paket siswa sehingga guru dan siswa memerlukan sumber refrensi yang lain untuk mencapai target dan tujuan pembelajaran.

Keterbatasan media pembelajaran pada materi tetentu yang seharusnya memanfaatkan media pembelajaran, sehingga guru harus membuat media sendiri atau justru menjalaskan materi dengan metode yang lainAdanya sok emosional yang dialami siswa, hal ini dikarenakan dalam dalam pelaksanaan pembelajaran dimana meeka mengalami inkonsistensional materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa mempelajari pelajaran sesuai buku paket dan pada beberpa halaman berbagai pelajaran yang mereka lakukan.

Problem Evaluasi Pembelajaran Tematik Terpadu

Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru berupa pemberian nilai untuk setiap siswa pada setiap sub tema yang diselesaikan dalam satu minggu. Guru melakukan evaluasi secara teencana sesuai dengan yang telah direncanakan dalam peangkat pembelajaran, Dibagi penilaian menjadi empat bagian yaitu, penilaian harian, penilaian mingguan setiap sub tema, penitian setiap satu tema dan tiap petengahan semester serta penilaian akhir semester sesuai rencana evaluasi yang telah disusun.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa guru telah berupaya menerapkan pembelajaran sesuai dengan RPP, tetapi tidak sepenuhnya sama.. baik berupa UAS dalam RPP tertulis bahwa diskusi lakukan di dalam perpustakaan tetapi pada pelaksanaan kegiatan diskusi dilakukan di dalam kelas. Pada RPP tertulis dalam tahap evaluasi guru menyiapkan soal kemudian siswa

(13)

70 mengerjakan, tetapi ketika di akhir pembelajaran karena waktu yang telah hampir habis, guru hanya mengulas kembali materi yang dipelajari dan memberi tugas siswa untuk mengerjakan soal yang ada pada buku paket.

Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran tematik terpadu guru dituntuk untuk melaksanakan evaluasi setiap hari, karena guru harus melaksanakan evaluasi pada segi Afektik, Kognitif dan Psikomotorik siswa, adapun penliain tersebut tentang sikap maka guru harus mengisinya dibuku penghubung setiap hari sedangkan untuk Kognitif dan Psikomotoriknya guru mengisinya di buku input nilai setiap seminggu sekali.

Penilaian pembelajaran tematik terpadu tidah hanya pada aspek afektif (sikap) saja, akan tetapi pada aspek kognitif (Pengetahuan) dan Psikomotorik (Keterampilan) juga perlu dievaluasi. Hasil dari pembelajaran akan terlihat dengan adanya evaluasi tersebut, biasanya guru-guru di MI At-Taqwa Bondowoso akan melaksanakan evaluasi tersebut dengan melaksanakan Ucil atau Ulangan Kecil yang dilaksankan setiap hari terakhir sekolah setelah satu sub tema pembahasan diselesaikan, setelah itu biasanya iinput ke buku input nilai siswa.

Evaluasi pembelajaran sendiri meliputi 3 tahap pelaksanaan diantaa adalah tahap persiapan atau penyususnan rencana penilaian, yang kedua pelaksanaan penilaian, dan yang terkahir adalah hasil atau kesimpulan dari penilaian yang dilaksanakan. Dalalam poses perencanaan evaluasi guru biasanya membuat catatan kecil yang disesuaikan dengan promes yang telah dibuat sebelumnya, stelah itu guru merencanakan pelaksanaan penilaian baik berupa rencana tes ataupun menentukan hari untuk melaksanakan penilaian, malaksanakan penilian dan mentelaah hasil evaluasi yang telah dilaksanakan.

Dari uraian di atas peneliti melihat adanya problem yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran di sekolah. Problem tersebut merupakan hambatan yang membuat guru tidak dapat melaksanakan evaluasi sesuai yang tercantum dalam perangkat pembelajaran, problem-problem tersebut anatara lain, dalam menilai sikap siswa guru masih membutuhkan waktu yang banyak untuk memantau secara langsung kegiatan siswa.

Kesulitan dalam menilai pelaksanaan atau hasil untuk penerapan keterampilan bagi siswa. Guru kesulitan dalam memilah nilai mingguan untuk masing-masing mata pelajaran pada ucil siswa. Tidak dapat melakukan perencanaan yang matang untuk menyusun tahapan evaluasi karena guru terlalu disibukkan untuk menuntaskan satu sub- tema dalam waktu singkat sebelum melaksanakan penilaian.

KESIMPULAN

Dari hasil pemaparan dan analisis data tentang Problematika Pembelajaran Tematik Terpadu di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Problem Perencanaan Pembelajaran Tematik Terpadu

a. Ketebatasan waktu dalam penyusunan perangkat pembelajaran.

b. Kesulitan dalam menganalisis dan penerapan tema.

c. Pemilihan sumber dan bahan ajar yang disesuaikan dengan metode, model, dan media untuk digunakan dalam pembelajaran tematik terpadu.

d. Kesulitan dalam menentukan konsep dan format evaluasi sesuai dengan penilaian pembelajaran tematik terpadu.

2. Problem Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu

(14)

71 a. Siswa mengalami kesulitan dalam memahi semua mata pelajaran tematik dalam

satu tema atau sub tema.

b. Tidak tersedianya materi yang lengkap dalam buku paket siswa sehingga guru dan siswa memerlukan sumber refrensi lain untuk mencapai target dan tujuan pembelajaran.

c. Keterbatasan media pembelajaran pada materi tetentu yang seharusnya memanfaatkan media pembelajaran.

3. Problem Evaluasi Pembelajaran Tematik Terpadu

a. Kesulitan dalam melaksanakan penilaian autentik karena terbatasnya waktu untuk memantau secara langsung kegiatan siswa.

b. Kesulitan dalam menilai pelaksanaan atau hasil untuk penerapan keterampilan bagi siswa.

c. Kesulitan dalam memilah nilai mingguan untuk masing-masing mata pelajaran pada “ulangan kecil” siswa

d. Tidak dapat melakukan perencanaan yang matang untuk menyusun tahapan evaluasi.

BIBLIOGRAPHY

Arikunto, Suharsimi, (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta.

Agustin, Risa. (2007). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya :Serba Jaya Daryanto. (2010). Evaluasi Pendidikan. Jakarta :RinekaCipta

Debdikbud, (2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :Bulan Bintang.

Departeman Agama, (2006), Al – Qur’an al-Karim, Semarang: Diponegoro.

Dimyati dan Mudjiono, (2010). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. (2010), Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta

Eveline Siregar dan Hartini Nara. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia.

Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bina Aksara

Hamid, Hamdani. (2013). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung :Pustaka Etika Hidayati, W., Tarbiyah, F., State, T., & Kalijaga, S. (2016). implementation of

Curriculum 2013 In Primary School Sleman Yogyakarta. Skripsi

Kadir, Abd. (2014). Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kunandar. (2014). Penilaian Autentik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Latip, Asep Ediana. (2018). Evaluasi Pembelajaran di SD dan MI. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Majid, Abdul. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya

Majid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Margono, S, (2005), Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

(15)

72 Moleong, Lexi J. (1991). Metodologi Penelitian Kuliatatif, Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Muhaimin, (1996). Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media.

Muhith, Abd. (2018). Problematika Pembelajaran Tematik Terpadu di Min III Bondowoso. Indonesian Journal of Islamic Teaching, Vol. 1, No. 1, Juni 2018:

45-61.

Nasir, Moh (1983). Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prastowo, Andi. (2015). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu. Jakarta :Prenadamedia Goup

Rusman. (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Sani, R. A. (2015). Pembelajaran Saintifikuntuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Sa‟dun, Akbar dkk. (2016). Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.

Bandung : PT RemajaRosdakarya

Soebahar, Abd. Halim. (2009). Dasar-Dasar Kependidikan. Jember: Pena Salsabila Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, Bandung: Alfabeta. Tambak.

Sumantri, Mohamad Syarif. (2016). Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Sumantri, Mohamad Syarif. (2015). Strategi Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Suparman, A. (2014). Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga.

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Penadamedia Group

Referensi

Dokumen terkait

1. Anjurkan ibu unutk minum dan makan 2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas. Jika kontraksi berhenti/tidak ada perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda- tanda

Dengan menerapkan pembelajaran tematik pada mata pelajaran Matematika Terpadu diharapkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah

(Studi Semiotik Representasi Perempuan Jawa Dalam Kumpulan Komik Panji Koming: Kocaknya Zaman Kala Bendhu ).. Disusun

Data log, data SCAL (Special Core Analysis), data core, data test sumur, dan data produksi digunakan untuk menentukan besarnya harga cut-off Vshale dan cut-off

Keuntungan Soxhlet antara lain cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang (lebih) pekat, serbuk simplisia disari oleh cairan penyari

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap pelaku usaha ritel modern tentang keunggulan dari usahanya sehingga bisa bersaingan dengan usaha-usaha ritel

Safety riding dipilih dalam penelitian ini sebagai salah satu kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT XYZ karena program tersebut sudah disesuaikan dengan situasi yang