• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI PENYULUHN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI PENYULUHN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAK SAPI PERAH DI DESA GUNUNGSARI KECAMATAN

BUMIAJI KOTA BATU

PROGRAM STUDI PENYULUHN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

RADHIAH AMIN 04.03.18.216

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(2)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAK SAPI PERAH DI DESA GUNUNGSARI KECAMATAN

BUMIAJI KOTA BATU

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr)

PROGRAM STUDI PENYULUHN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

RADHIAH AMIN 04.03.18.216

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(3)

LEMBAR PERUNTUKAN Bismillahirrahmanirrahim…

Ucapan Rasa Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberikan kekuatan dan kesehatan serta atas karunianya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya persembahkan Tugas Akhir ini kepada:

1. Diri saya sendiri yang telah mampu berjuang salama ini dalam keadaan apapun sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

2. Teruntuk Bapak Amin Dalle dan Ibu Ningsiwaty yang selalu memberikan dukungan baik berupa moral, materi serta tak lupa do’a yang selalu dipanjatkan untuk saya. Terimalah persembahan ini sebagai bakti dari anakmu yang tercinta ini.

3. Adik saya Abdillah Amin Dalle dan Ahmad Amin Dalle yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta do’anya.

4. Dosen pembimbing, Penguji dan Pengajar, Bapak Penyuluh penelitian saya dan Kelompok Tani Mulyorejeki di tempat saya penelitian, yang selalu memberikan waktu untuk mengajar dan membimbing saya dengan tulus dan juga ikhlas yang tak ternilai berharganya. Terimakasih banyak.

5. Sahabat saya sejak dari SD yaitu Salsa, Rheina, dan Zaskiya yang selalu memberikan support dan doanya.

6. Teman-teman sekelas Blantik Berdasi PPKH 8B yang baik hati tidak sombong masuk surga yang tak hentinya memberikan semangat untuk saya disaat sudah mulai lelah dan selalu mendoakan kebaikan untuk saya.

7. Sahabat sedaerah saya sekaligus sekamar saya Faradhillah Tenripada Bachrun dan Ade Milda Sugiaksa. Terimakasih atas segala kebaikan kalian berikan semuanya yang terus membantu saya.

8. Teruntuk besti besti tercinta seperjuangan kuliah saya Azizah, Lutfiah, Puput, Salsa, Dina. Terimakasih sudah menjadi penghibur di kala sedih, susah, terimakasih sudah saling support, sukses selalu untuk kita semua semoga kita bisa bertemu di ruangan rapat menteri pertanian, karna cita- citanya jadi ibu menteri semua.

9. Teman – teman seperjuangan yang selama ini memberikan dorongan secara moral dan juga memberikan bantuan serta dukungannya. Tanpa semua yang diberikan takkan mungkin sampai disini. Terimakasih pengalaman, kenangan, canda tawa, tangis dan perjuangan kita bersama.

(4)

PERNYATAAN

ORISINILITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat Karya Ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila terdapat dalam naskah Tugas Akhir ini dibuktikan terdapat unsur- unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S. Tr. Pt) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, 24 Juli 2022 Mahasiswa,

RADHIAH AMIN NIRM. 04.03.18.216

(5)

RINGKASAN

Radhiah Amin, NIRM. 04.03.18.216. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternak Sapi Perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Pembimbing: Dr. Novita Dewi K, S.Pt, M.Si dan Dr. Ir. Sunarto, MP.

Sistem budidaya usaha ternak sapi perah yang dijalankan sangat mempengaruhi pertumbuhan ternak dan produksi susu. Produksi yang baik dan optimal akan terwujud jika sistem budidaya ternak sapi perah dapat diperhatikan dengan baik. Adapun aspek finansial dari analisis kelayakan usaha ialah untuk menentukan rencanan investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersedian dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan menilai suatu usaha tersebut apakah dapat dikembangkan. Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah:

(1) Mengetahui kondisi budidaya peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu, (2) Mengetahui analisis kelayakan finansial usaha peternak sapi perah meliputi R/C, B/C Ratio, PP, dan BEP di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu, (3) Dapat menyusun rancangan penyuluhan analisis kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu, (4) Mengetahui hasil evaluasi peningkatan pengetahuan peternak tentang analisis kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dengan waktu penilitian 4 bulan terhitung sejak bulan Februari sampai dengan Mei 2022. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan para responden yang terlibat yaitu sebnyak 34 peternak yang termasuk dalam anggota Kelompok Tani Mulyorejeki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem budidaya ternak sapi perah di Desa Gunungsar berdasarkan penerapan Good Farming Practice terbilang sangat rendah dimana dari keempat aspek yang terdiri dari sarana dan prasarana, proses produksi, pelestarian lingkungan, dan pengawasan. Dengan nilai rata–rata 117 dengan persentase 46%. Untuk kriteria kelayakan usaha pada R/C ratio sebesar 1,37 > 1. B/C ratio sbesar 0,37 < 1. BEP unit titik impas yang dihasilkan sebesar 444 liter setiap tahun untuk 4 ekor sapi, rata-rata satu ekeor sapi menghasilkan 111 liter dan BEP harga titik impas yang didapatkan sebanyak Rp.

4.415.522/tahun atau Rp. 12.097/hari. Payback period waktu yang dibutuhkan agar investasi kembali adalah selama 4,5 tahun. Tujuan penyuluhan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peternak dibantu dengan post-test. Hasil evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden sebesar 77,8% atau tinggi.

(6)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAK SAPI PERAH DI DESA GUNUNGSARI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

RADHIAH AMIN 04.03.18.216

Malang, ...2021

Pembimbing I,

Dr. Novita Dewi K, S.Pt, M.Si NIP. 19741108 200212 2 001

Pembimbing II,

Dr. Ir. Sunarto, MP NIP. 19600905 198203 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan

Dr. Sad Likah, S. Pt, MP NIP. 19690114 200112 2 001

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternak Sapi Perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu”.

Penyusunan proposal ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Novita Dewi K, S.Pt, M.Si selaku Dosen Pembimbing I;

2. Dr. Ir. Sunarto, MP selaku Dosen Pembimbing II;

3. Dr. wahyu Windari, S.Pt, M.Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang;

4. Dr. Sad Likah, S.Pt, MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang;

5. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang;

6. Semua pihak yang sudah membantu dan memberikan semangat dalam pengerjaan proposal.

Harapan penulis adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan proposal ini. Semoga ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi kepada para pembaca.

Malang, 24 Juli 2022

Penulis

i

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu ... 5

2.2 Aspek Teknis ... 7

2.2.1 Analisis Kelayakan Usaha ... 7

2.2.2 Kriteria Kelayakan Usaha ... 8

2.2.3 Usaha Ternak Sapi Perah... 9

2.2.4 Bibit ... 9

2.2.5 Perkandangan ... 10

2.2.6 Pakan ... 11

2.2.7 Hama dan Penyakit ... 11

2.2.8 Penanganan Hasil ... 12

2.2.9 Pemeliharaan ... 12

2.2.10 Pemasaran Susu... 13

2.3 Analisis Aspek Finansial ... 13

2.4 Aspek Penyuluhan ... 14

2.4.1 Penyuluhan Menururt Undang-Undang No 16 Tahun 2006... 14

2.4.2 Tujuan Penyuluhan ... 14

2.4.3 Sasaran Penyuluhan ... 15

2.4.4 Materi Penyuluhan ... 16

2.4.5 Metode Penyuluhan ... 16

2.4.6 Media Penyuluhan ... 17

2.4.7 Evaluasi Penyuluhan ... 18

2.4.8 Aspek Pengetahuan ... 18

2.5 Kerangka Pikir Penelitian... 21

BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Lokasi dan Waktu... 22

3.2 Metode Kajian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5 Metode Analisis data ... 24

3.5.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 24

3.6 Rancangan Penyuluhan ... 25

3.6.1 Menetapkan Sasaran Penyuluhan ... 26

3.6.2 Menetapkan Tujuan Penyuluhan ... 26

3.6.3 Menetapkan Materi ... 26

3.6.4 Menetapkan Media ... 27

3.6.5 Menetapkan Metode ... 27

3.6.6 Menetapkan Evaluasi ... 27

3.7 Metode Implementasi ... 28

ii 3.7.1 Persiapan ... 28

3.7.2 Pelaksanaan... 28

(10)

3.7.3 Evaluasi ... 28

3.7.4 Skala Pengukuran ... 28

3.7.5 Uji Validitas dan Reabilitas ... 29

3.8 Definisi Operasional Variabel (DOV) ... 29

BAB IV HASIL KAJIAN 4.1 Analisis Usaha ... 31

4.1.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 33

BAB V RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 5.1 Rancangan Penyuluhan ... 36

5.1.1 Penentuan Sasaran Penyuluhan ... 36

5.1.2 Penentuan Tujuan Penyuluhan ... 36

5.1.3 Penentuan Materi Penyuluhan ... 36

5.1.4 Penentuan Media Penyuluhan ... 37

5.1.5 Penentuan Metode Penyuluhan ... 37

5.1.6 Penentuan Evaluasi Penyuluhan ... 37

5.2 Implementasi ... 38

5.2.1 Persiapan Penyuluhan ... 38

5.2.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 38

5.3 Evaluasi Penyuluhan ... 38

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Umum Wilayah ... 40

6.1.1 Kondisi Geografis ... 40

6.1.2 Sumber Daya Manusia ... 41

6.2 Karekteristik Responden... 43

6.3 Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 46

6.4 Rencana Tindak Lanjut ... 47

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 48

7.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 53

iii

(11)

1. Sumber dan Teknik Pengambilan Data 23 2. Rerata Harga Biaya Modal Usaha Ternak Sapi Perah 31 3. Rerata Harga Biaya Tetap Usaha Ternak Sapi Perah 32 4. Rerata Harga Tidak Tetap Usaha Ternak Sapi Perah 32 5. Total Pendapatan dan Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Perah 33 6. Hasil Kriteria Investasi Usaha Ternak Sapi Perah 34 7. Evaluasi Akhir (Post-test) Tingkat Pengetahuan 38

8. Jenis Kelamin 41

9. Tingkat Umur 41

10. Tingkat Pendidikan 42

11. Mata Pencaharian 42

12. Umur Responden 43

13. Tingkat Pendidikan Responden 44

14. Kepemilikan Ternak Responden 44

15. Lama Beternak Responden 45

16. Tabulasi Post-Test 46

iv

(12)

No. Uraian Hal

1. Peta Kecamatan Bumiaji 53

2. Matriks Pelaksanaan TA 54

3. Kuesioner Biaya Usaha Ternak Sapi Perah 55

4. Hasil Perhitungan Kriteria Investasi 57

5. Tabulasi Biaya Variabel 58

6. Tabulasi Penerimaan Penjualan Susu dan Pedet 59

7. Tabulasi Analisis Biaya 60

8. Tabulasi Total Biaya 61

9. Tabulasi Penyusutan Kandang dan Peralatan Kandang 62

10. Kisi-kisi Kuesioner Aspek Pengetahuan 63

11. Kuesioner Aspek Pengetahuan 65

12. Tabulasi Data Uji Validitas 67

13. Uji Validitas 69

14. Uji Reabilitas 70

15. Hasil Analisis Perhitungan Rerata Jawaban Post Test 71

16. Tabulasi Post Test 73

17. Analisis Penetapan Metode Penyuluhan 75

18. Analisis Penetapan Media Penyuluhan 76

19. Lembar Persiapan Menyuluh 77

20. Sinopsis 78

21. Media Penyuluhan 80

22. Daftar Hadir Penyuluhan 81

23. Dokumentasi Tugas Akhir 83

v

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sapi perah memiliki peran penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan memberikan manfaat bagi perekonomian (Khafsah dkk., 2018).

Peningkatan efisiensi peternakan sapi perah merupakan langkah strategis utama yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga peternak sekaligus mendukung kemandirian pangan nasional dan meningkatkan pendapatan sosial (Asmara dkk., 2015). Adapun tingkat penerimaan, keuntungan dan besarnya biaya produksi seringkali peternak tidak mencatatnya dengan sistematis sehingga susah untuk melakukan analisis usaha.

Pembangunan subsektor peternakan adalah bagian dari pembangunan sektor pertanian untuk menciptakan suatu agribisnis yang kuat di masa akan datang. Indikator keberhasilan dari usaha peternakan sendiri dilihat dari besarnya aspek finansial seperti pendapatan yang diperoleh oleh peternak dalam mengelolah suatu usaha. Semakin besar pendapatan yang diperoleh peternak maka akan semakin tinggi juga tingkat keberhasilan usaha yang dijalankan.

Presentase usaha peternak sapi perah rakyat di Indonesia dengan skala besar mempunyai sapi perah lebih dari tujuh ekor hanya 3% (Mandaka dan Hutagaol, 2005). Hal ini membuat usaha sapi perah di Indonesia masih mempunyai struktur modal yang rendah. Terhadap lagi dalam menjalankan usaha, peternak sapi perah harus mempunyai pengetahuan dalam hal produksi dan pemasaran agar dapat menghitung keuntungan dan kerugian yang akan terjadi.

Kota Batu tepatnya di Kecamatan Bumiaji adalah kecamatan yang memiliki potensi peternakan sapi perah dengan populasi sebanyak 3.422 pada Tahun 2021.

Kecamatan Bumiaji sendiri menempati urutan kedua dalam populasi sapi perah di Kota Batu setelah Kecamatan Pujon. Khususnya di Desa Gunungsari yang

(14)

memiliki jumlah populasi sapi perah terbanyak dari 8 desa lainnya. Secara geografis Desa Gunungsari dengan luas wilayah 318.883 Ha. Berada di daerah dataran tinggi dengan suhu lingkungan dingin (18-25 0C) sehingga memiliki potensi yang baik untuk beternak sapi perah. Dimana beternak sapi perah merupakan salah satu pekerjaan yang paling dominan di Desa Gunungsari dengan manajemen pemeliharaan yang masih secara tradisional. Dengan rata-rata kepemilikan sapi perah yaitu 4-5 ekor. Dan rata-rata produksi susu sapi perah 8- 12 liter/ekor/hari (Programa BPP Bumiaji).

Ternak sapi perah merupakan komoditas unggulan bagi masyarakat di wilayah Desa Gunungsari sehingga diasumsikan dapat meningkatkan taraf hidup peternak. Pengalaman peternak yang saat ini dimiliki masih belum cukup menyadarkan pentingnya mengetahuai analisis kelayakan finansial usaha.

Berkaitan dengan usaha ternak sapi perah, peternak harus mengetahui apakah sebuah usaha yang dijalankan berpeluang memiliki kelanjutan agar mendapatkan keuntungan atau berhenti pada titik tertentu (sementara) sehingga mendapat resiko adanya kerugian. Diharapkan dengan mendapatkan pembinaan dan penyuluhan tentang analisis kelayakan usaha akan membuat peternak mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Sehingga berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternak Sapi Perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu” yang nantinya dapat memberikan manfaat sebagai pedoman bagi peternak sapi perah rakyat untuk menjadikan faktor penting sebagai rekomendasi kepada peternak untuk menjaga keberlangusngan usahanya.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis kelayakan finansial usaha peternak sapi perah meliputi R/C, B/C Ratio, PP, dan BEP di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

2. Bagaimana rancangan penyuluhan kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

3. Bagaimana evaluasi peningkatan pengetahuan peternak tentang kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui analisis kelayakan finansial usaha peternak sapi perah meliputi R/C, B/C Ratio, PP, dan BEP di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

2. Dapat menyususn rancangan penyuluhan kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

3. Mengetahui hasil evaluasi peningkatan pengetahuan peternak tentang kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

1.4 Manfaat

Berdasarkan pada tujuan, maka manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi peternak, memberikan pengetahuan tentang kelayakan finansial

usaha peternak sapi perah yang dijalankan.

2. Bagi penyuluh, sebagai materi informasi dan menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang sosial ekonomi peternakan.

3. Bagi mahasiswa, dapat memberikan pengalaman serta wawasan dalam ilmu pengetahuan tentang analisis kelayakan finansial usaha dibidang

(16)

peternakan sapi perah sehingga nantinya dalam dunia usaha sendir dapat diterapkan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Wulandari (2016) dengan judul “Analisis Finansial Kelayakan Usaha Sapi Perah Penerima Kredit Usaha Rakyat”. Metode dalam penelitian ini adalah studi kasus karena berusaha menguji unit secara mendalam. Responden diambil sesuai pertimbangan tertentu (purposive) sebanyak 9 orang peternak usaha sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BJB di Desa Ciporeat. Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini dengan melihat arus kas (cash flow) dan analisis kriteria investasi dari; NVP, Net B/C, IRR, dan PBP. Hasil yang didapatkan diperoleh nilai NVP sebanyak Rp. 158.705.318,- /5 tahun, Net B/C sebanyak 2,794, Gross B/C sebanyak 1,276, IRR sebesar 48%

dan PBP selama 5 bulan 26 hari. Dengan demikian disimpulkan bahwa usaha ternak sapi perah penerima kredit usaha rakyat layak untuk dijalankan.

Penelitian Lutfi (2017) dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah CV Waluya Wijaya Farm Bogor Jawa Barat”. Indikator keberhasilan berasal dari usaha peternakan yang dapat ditinjau dari besarnya pendapatan yang diperoleh peternak dalam mengelola suatu usaha ternak. Analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak layaknya usaha ternak sapi perah yang dijalankan. Tujuan penelitian adalah menganalisis kelayakan usaha yang dilihat dari aspek finansial. Lokasi penelitian dilakukan secara purposive.

Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yakni NPV, IRR, dan Net BC-1.

Sesuai nilai pada kriteria kelayakan tersebut, NPV lebih besar dari nol, Net BC-1 ratio lebih besar dari 1, serta IRR di atas tingkat suku bunga yang ditetapkan, maka secara finansial usaha ternak sapi perah layak dikembangkan karena sudah

5

(18)

memenuhi kriteria kelayakan usaha. Dengan nilai IRR sebanyak 10.85%, Net BC- 1 ratio sebanyak 1.62 serta NPV yang dihasilkan sebanyak Rp. 593.857.876.

Penelitian Khafsah, dkk. (2018) dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Secara Finansial dan Efesiensi Produksi di peternakan Sapi Perah PT. Fructi Agri Sejati Kabupaten Jombang”. Jenis penelitian yaitu deskriptif yang dilakukan di Dusun Komboh Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.

Menggunakan metode survei yang didapat dari data primer dan sekunder melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Sesuai kriteria kelayakan investasi mencakup Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), Payback Periode (PP) serta R/C Ratio untuk analisis efisiensi produksi. Hasil penelitian menunjukkan besar pendapatan rata-rata per tahun sebanyak Rp.141.669.425, dengan rata-rata menerima sebanyak Rp.898.382.687 yang berasal dari hasil penjualan susu, pedet jantan, sapi afkir, pejantan, sapi laktasi dan pupuk kandang. Sesuai hasil penelitian usaha ini layak untuk dijalankan karena seluruh kriteria investasi dapat dicapai, memiliki NPV>0 sebnayak Rp.181.016.633, Net B/C>0 yaitu 1,15, IRR sebanyak 12,3% lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan serta PP selama 7,2 tahun. Efisiensi produksi dinyatakan telah efisien karena nilai R/C>0 yaitu 1,18.

Penelitian Shela (2020) dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah (Studi Lapangan di Peternakan Bapak Khoiri Desa Gledug Kecamatan Sankulon Kabupaten Blitar)”. Pak Khoiri memiliki 30 ekor sapi untuk penelitian ini.

Metode yang digunakan ialah studi lapangan, dengan pengumpulan data dengan cara, wawancara menggunakan daftar pertanyaan dan observasi. Kelayakan usaha peternakan sapi perah Pak Khoiri selama tiga tahun diperoleh nilai B/C sebanyak 0,64 dan R /C1,6. Nilai NPV sebanyak Rp. 377.044.328 dan IRR sebanyak 6,16%. Dari hasil tersebut bisa diambil sesuai penelitian bahwa usaha peternakan sapi perah Pak Khoiri ini layak dikembangkan sebab nilai NPV > 1

(19)

(positif). Nilai Benefit Cost Rasio, Return Cost Rasio, serta Internal Rate Return >

1 (positif).

Penelitian Aprilia (2021) dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sapi Perah Sentulfresh Indonesia di Kabupaten Bogor”. Penelitian dilaksanakan pada Sentulfresh di Kabupaten Bogor secara sengaja (purposive), dengan mempertimbangkan perusahaan ini berbasis integrated farming. Dengan metode kuantitatif dengan menggunakan kriteria pengukuran keuangan analisis viabilitas dan sensitivitas. Penilaian kriteria investasi untuk usaha sapi perah berdasarkan atas umur usaha sapi perah yaitu 8 tahun pada tingkat suku bunga kredit korprasi Bank Central Asia sebanyak 9,75%. Hasil penelitian menyatakan layak secara finansial dari nilai NVP sebesar Rp. 5. 542. 458. 138, 00; nilai B/C bersih sebanyak 2,42; nilai B/C bruto sebanyak 1,63; IRR dengan nilai 35,09%; dan PP 5,76. Usaha ternak masih dapat berjalan meski penjualan yoghurt turun 6,24%, penurunan penjualan susu 45,60%, dan peningkatan biaya pemeliharaan sapi 5,88%.

2.2 Aspek Teknis

2.2.1 Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan (Feasibility Study) merupakan pengkajian mengenai usulan proyek atau gagasan usaha untuk usaha yang dijalankan dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan tujuan atau tidak sesuai dengan target (Sutrisno, 1982). Menurut Suryana, 2006 tujuan dari dilakukannya studi kelayakan adalah:

a) Mengurangi resiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun sebaliknya.

b) Mempermudah dalam perencanaan.

c) Memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

d) Memudahkan pengawasan agar usaha yang dijalankan tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

(20)

e) Memudahkan pengendalian yang mana untuk mengendalikan usaha yang dijalankan sehingga tujuan dari usaha akan tercapai.

Studi kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan dijalankan atau tidaknya usaha tersebut (Kasmir dan Jafkar, 2012).

Tujuan utama studi kelayakan adalah untuk mengetahui apakah ide bisnis tersebut dapat dilaksanakan. Jika ide bisnis ditemukan layak, rencana bisnis dapat disusun untuk mendapatkan dukungan keuangan (Wizznotes, 2017). Studi kelayakan bisnis atau disebut juga kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi dilaksankaan (Fitrajaya. Dkk, 2003). Maksud layak dan tidak layak adalah perkiraan bahwa proyek akan dapat dan tidak dapat menghasilkan keuntungan setelah dijalankan.

2.2.2 Kriteria Kelayakan Usaha

Kriteria investasi yang sering digunakan untuk menilai kelayakan investasi tersebut adalah Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NVP), Internal Rate of Retum (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross

B/C), dan Profitability Ratio (PV/K). Setiap kriteria ini menggunakan perhitungan nilai sekarang (present value) atas arus benefit dan biaya selama umur proyek.

Sedangkan kriteria investasi dapat dipertnggung jawabkan dan sering digunakan untuk menilai kelayakan investai adalah R/C Ratio, Net Present Value (NVP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Retum (IRR), Break Event Point

(BEP), dan Payback Period (Shinta, 2011).

Umar, 2007 (dalam Rizal, dkk. 2014) menjelaskan bahwa analisis kelayakan usaha dilihat dari dari aspek sumber daya manusia, aspek legal dan lingkungan dan aspek finansial. Adapun aspek finansial dari analisis kelayakan usaha ialah untuk menentukan rencanan investasi melalui perhitungan biaya dan

(21)

manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersedian dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan menilai suatu usaha tersebut apakah dapat dikembangkan.

2.2.3 Usaha Ternak Sapi Perah

Perkembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, salah satunya akibat peningkatan permintaan susu dan daging. Peningkatan permintaan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap gizi seimbang akan sumber protein hewani. Produksi susu dalam negeri masih rendah jika dibandingkan dengan permintaan nasional (Santosa dkk., 2009). Sapi perah sangat cocok dibudidayakan pada daerah yang bersuhu dingin untuk mencegah terjadinya stres akibat cekaman panas sehingga produksi ternak sapi perah dapat optimal (Putro dkk., 2013). Umumnya usaha peternakan sapi perah di Indonesia dilakukan dalam dua bentuk usaha yaitu peternakan rakyat dan perusahaan peternakan (Syawal dkk., 2013).

Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak lainnya. Sapi perah sangat efisien dalam mengubah makanan ternak berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Di negara – negara maju, sapi perah dipelihara dalam populasi tertinggi, karena merupakan salah satu sumber kekuatan ekonomi bangsa. Sapi perah menghasilkan susu dengan keseimbangan nutrisi sempernu yang tidak dapat digantikan bahan makanan lain (Shiddieq, 2007).

2.2.4 Bibit

Untuk menjaga produktivitas pada anakan maka dibutuhkan perkawinan dengan bibit yang baik. Perkawinan secara inseminasi buatan merupakan alat ampuh untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak baik secara kuantitatif

(22)

dan kualitatif (Hastuti, 2008). Selain metode perkawinan, pemilihan bibit sapi yang akan dikawinkan juga perlu diperhatikan. Sebaiknya pilih bibit sapi yang memiliki ciri fisik, produktivitas yang tinggi, sehat dan bebas dari penyakit menular (Syarif dan Harianto, 2011).

Bibit sapi perah yang digunakan menentukan produktivitas ternak. Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah bangsa Friesian Holstein dengan ciri-ciri badan berwarna belang-belang hitam putih dan terdapat

warna putih berbentuk segitiga di dahi dan tidak memilki punuk (Abidin, 2008) Diperlukan cara pembibitan, yaitu mulai dari pemilihan bibit, pemberian pakan, pemeliharaan, pembibitan, dan manajemen reproduksi.

2.2.5 Perkandangan

Kandang adalah tempat berlindung dan beristirahat bagi ternak.

Kandang sapi yang baik mempunyai sirkulasi udara yang cukup, lantai kandang yang kering dan tempat pakan yang lebar untuk mempermudah ternak mengkonsumsi pakan. Kontruksi kandang sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Kerangka kandang dapat menggunakan bambu, kayu, beton dan pipa besi. Model atap gable merupakan model atap yang sering dijumpai pada peternakan sapi perah. Model atap gable berbentuk seperti huruf “V”

terbalik. Lantai kandang sebaiknya juga dibuat dengan permukaan yang rata dan tidak licin (Yulianto dan Saparinto 2010). Kandang sapi perah tidak hanya berbentuk bangunan sebagai tempat berlindung ternak, namun juga tempat aktivitas makan, minum dan pemerahan (Syarif dan Harianto, 2011). Dalam pembuatan kandang sangat penting memperhatikan akses peternak dalam pemeliharaan serta pengelolaan ternak (Pasariubu dkk., 2015). Lokasi kandang merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena menyangkut masalah keamanan, akses, dan keramahan lingkungan. Adapun air yang harus tersedia dengan jumlah yang cukup.

(23)

2.2.6 Pakan

Pakan ternak adalah bahan yang dapat dimakan dan dicerna ternak yang mengandung nutrisi penting bagi tubuh ternak. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usaha peternakan karena berpengaruh terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan usaha peternakan. Pemberian pakan harus tetap memperhatikan kandungan nutrisi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat kasar yang dibutuhkan (Ditjennak, 2014).

Pemberian pakan konsentrat harus disesuaikan dengan produksi susu sebesar 50% dari jumlah susu yang dihasilkan dan pemberian hijauan menentukan dari 10% bobot sapi perah. Pakan sapi perah ialah rumput dan konsentrat sebagai penguat. Sapi perah dapat mengkonsumsi berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa hasil pertanian, seperti jagung, jerami, dan sisa pabrik misalnya ampas tahu atau bungkil kelapa. Peranan pakan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah meningkatkan dan memperhatikan produksi susu (Sukaria dan Krisna, 2009). Pemberian air minum pada sapi perah tidak dibatasi agar produksi susu dan kehidupan pokok dapat terpenuhi (Pasaribu dkk., 2015).

2.2.7 Hama dan Penyakit

Organisme pengganggu harus diberantas sehingga keberadaanya dapat dihilangkan atau populasinya dapat ditekan. Keberadaan penyakit menjadi masalah serius dalam usaha peternakan. Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ternak baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit dapat berupa infeksi virus, bakteri, jamur dan parasit atau bukan infeksi seperti cacat genetik, cedera fisik dan ketidakseimbangan nutrisi.

Oleh karena itu pencegahan penyakit seharusnya dimulai sejak awal. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi ideal bagi ternak agar penyakit tidak dapat menyerang yakni sterilisasi ternak, kandang dan

(24)

peralatan (Yulianto dan Saparinto, 2010). Penyakit yang sering dijumpai pada peternakan sapi perah adalah mastitis. Mastitis merupakan peradangan kalenjar ambing disertai dengan perubahan sifat fisik, kimia dan mikrobiologi pada susu.

Pengobatan penyakit mastitis dengan memberikan antibiotik (Syarif dan Harianto, 2011). Pencegahan penyakit lainnya dapat dilakukan dengan pemberian vaksin dan pengujian atau tes laboratorium terhadap penyakit hewan menular tertentu (Ditjennak, 2014).

2.2.8 Penanganan Hasil

Susu hasil pemerahan harus segara dikirim ke koperasi atau MCC (Milk Collecting Center) maupun ke Industri Pengolahan Susu (IPS) yang jarak dan

waktunya tidak lebih dari dua jam dari proses pemerahan (Petunjuk Teknis Penanganan dan Pengolahan Susu Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2008). Susu murni dapat mengalami kerusakan begitu cepat jika tidak ditangi lebih awal. Salah satu faktor yang berperan sangat signifikan dalam keruskan susu, yaitu bakteri (Prasetya, 2012). Untuk mengatasi hal tersebut perlu penanganan susu secara cepat seperti memproses susu dengan pengawetan dapat menjadilan lebih lama dari kerusakan susu. Cara lain dalam penyimpan susu, yaitu dengan pemanasan, pasteruisasi, dan sterilisasi (Suheri, 2013). Susu merupakan hasil utama yang diharapkan dimana dilakukan secara intesif. Persiapan yang dilakukan sebelum pemerahan berlangsung yaitu sanitasi kandang. Kandang yang kotor akan mempengaruhi kualitas susu dikarenakan terkontaminasi oleh bakteri kotoran ternak.

2.2.9 Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan faktor yang berpengaruh pada produksi susu terutama pada lingkungan dan proses pemeliharaan. Sapi harus dimandikan sampai sebersih mungkin agar dihasilkan susu dengan kualitas yang baik. Kulit

(25)

sapi sangat mudah terkena kotoran terutama kotorannya sendiri. Sehingga sebelum proses pemerahan kandang dan ternak terlebih dahulu dibersihkan.

Terutama pada ambing harus dibersihkan dengan air hangat untuk menstimulasi memproduksi susu dan mengurangi terjadinya mastitis (Makin, dkk. 2011).

Pemberian pakan dan pemerahan harus dijadwal teratur, hal ini penting dilakukan karena perawatan yang tidak teratur akan mengurangi produksi susu.

Proses pemerahan yang dilakukan dalam dua kali sehari. Produksi susu dari sejak melahirkan sampai hari keempat berupa kolostum yang penting untuk kesehatan pedet. Dalam keberhasilan perkawinan dapat ditentukan dengan catatan atau recording yaitu: 1) Catatan keadaan, umur, tanda-tanda, serta keturunan dari sapi. 2) Catatan sifat birahi. 3) Kegiatan reproduksi, seperti waktu dikawinkan, saat beranak, keguguran. 4) Catatan pejantan atau straw jantan. 5) Catatan kesehatan.

2.2.10 Pemasaran Susu

Sapi perah merupakan usaha yang dijalankan dari hulu hingga ke hilir, dengan tujuan kahir yaitu mendapatkan keuntungan dari usaha ternak sapi perah.

Keuntungan didapatkan dengan memasarkan produk utama dari ternak sapi perah yaitu susu. Susu yang akan dipasarkan haruslah memiliki kualitas baik, yang telah melewati standar pengujian kualitas total solid, kandungan lemak, dan berat jenis susu. Pemasaran susu memiliki rantai tersendiri yang berbeda – beda antara peternak satu dengan peternak lainnya (Firman, 2010).

2.3 Analisis Aspek Finansial

Analisis finansial keuangan adalah suatu analisis yang membandingkan biaya dan manfaat untuk menentukan usaha tersebut menguntungkan selamanya dan memperhitungkan kemungkinan menanggung kerugian. Tujuan menganalisis aspek finansial dari kelayakan usaha adalah menentukan rencana dalam perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

(26)

pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersedian dana, biaya modal awal, dan menilai usaha tersebut dapat terus berjalan (Dadang, 2018).

Aspek finansial dimana aspek yang berhubungan antara kondisi keuangan usaha baik dari investasi awal usaha dan keuntungan yang dihasilkan dari hasil penjualan. Sifat aspek finansial sendiri yaitu kuantitatif dan digunakan untuk menganalisis dana yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha (Umar, 2009). Analisis finansial memiliki bebrapa hal yang perlu diperhatikan yaitu jenis- jenis modal, penyusutan aktiva tetap, aliran kas bersih, analisis kelayakan investasi.

2.4 Aspek Penyuluhan

2.4.1 Penyuluhan Menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2006

Undang-Undang No.16 Tahun 2006, penyuluhan pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Anonimous, 2006). Penyuluhan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah dan permasalahan yang ada di wilayah tersebut. Ada beberapa unsur yang ada dalam kegiatan penyuluhan yaitu: sasaran, masalah, tujuan, materi, metode, media, dan kebutuhan lainnya sesuai yang dibutuhkan pada kegiatan penyuluhan (Pakpahan, 2017).

2.4.2 Tujuan Penyuluhan

Undang-Undang No.16 Tahun 2006, tujuan penyuluh pertanian adalah memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan (Anonimous, 2006).

(27)

Selain itu penyuluhan pertanian juga bertujuan untuk merubah perilaku petani dengan memberikan informasi baru sehingga terjadi peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) (Pakpahan, 2017). Dalam hasil yang ingin dicapai dalam waktu tertentu dengan dilaksanakannya penyuluhan. Hasil-hasil tersbeut dapat berupa peningkatan atau perubahan-perubahan yang terjadi pada sasaran yang terdapat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi atau kegiatan yang terkait dengan usahanya (Sugiyanto, 2001).

Tujuan penyuluhan pertanian dapat dilihat dari dua hal, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang diharapkan dapat menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan atau kemampuan sikap dan tindakan petani. Tujuan jangka panjang yaitu tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), meningkatkan pendapatan petani (better business), perbaikan kelembagaan pertanian (better organization) perbaikan kehidupan masyarakat (better living), dan perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better enviroment) (Mardikanto, 2009)

2.4.3 Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan pertanian yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.

Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati petani, serta generasi muda dan tokoh masyarakat. Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2006, pelaku utama adalah sesorang yang malakukan kegiatannya secara langsung didalam dan di sekitar kawasan hutan, pekebun, peternak, petani, nelayan, pengolah ikan dan beserta keluarganya dan pelaku usaha adalah sesorang yang melakuakn kegiatan yag menurut hukum indonesia atau korporasi yang dibentuk secara hukum indonesia

(28)

yang melakukan pengolahan usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan (Anonimous, 2006). Pemilihan sasaran penyuluhan harus tepat agar materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan dapat memecahkan masalah yang di hadapi.

2.4.4 Materi Penyuluhan

SKKNI Penyuluhan Pertanian No 43 Tahun 2013 disebutkan bahwa, materi penyuluhan merupakan bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan (Anonimous, 2013).

Materi penyuluhan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian dengan memperhatikan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya pertanian. Karena itu materi penyuluhan pertanian yang akan disampaikan harus diverifikasi terlebih dahulu oleh instansi yang berwenang dibidang penyuluhan pertanian.

Penyuluh harus menetapkan dan menyusun materi terlebih dahulu. Untuk menetapkan materi maka diperlukan bahan penyusunan materi penyuluhan pertanian yang diseleksi berdasarkan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP), kelompok materi penyuluhan ditetapkan sesuai kebutuhan. Dalam SKKNI Penyuluhan Pertanian No 43 Tahun 2013, untuk menyusun materi maka penyuluh harus menjelaskan tata cara penulisan sinopsis, serta materi penyuluhan disajikan dalam bentuk sinopsis (Anonimous, 2013).

2.4.5 Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan pertanian merupakan cara penyampaian materi penyuluhan oleh pemateri kepada sasaran penyuluhan baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Soesmono dalam Mardikanto (2009) menyatakan dalam setiap pelaksanaan

(29)

penyuluhan, setiap penyuluh harus memahami dan mampu memilih metode penyuluhan yang paling baik sebagai suatu “cara yang terpilih” untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dilaksanakannya.

Metode penyuluhan dapat tepat sasaran apabila dapat mempertimbangkan berbagai faktor dalam pemilihannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan metode penyuluhan yaitu: (1) karakteristik sasaran, (2) karakteristik penyuluh, (3) karakteristik keadaan daerah, (4) materi penyuluhan pertanian, (5) sarana dan biaya, dan (6) kebijakan pemerintah.

2.4.6 Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah alat yang digunakan untuk membantu penyuluh dalam menyampaikan informasi baik dalam bentuk visual atau verbal. Media komunikasi penyuluhan berdasarkan jenisnya dibagi menjadi media perorangan (PPL, petugas), media forum (ceramah, diskusi), media cetak (koran, poster, leaflet, folder) dan media dengar pandang (TV, radio, film).

Manfaat media penyuluhan antara lain: a) menghindari salah tafsir (salah pengertian); b) memberi informasi yang jelas, mudah ditangkap dan lebih mudah diingat; c) membangkitkan keinginan, minat, motivasi, serta rangsangan untuk mengadopsi pesan yang disampaikan; d) membantu memusatkan perhatian, peningkatan pengertian dan pemahaman pesan yang disampaikan; e) membantu keberhasilan penyuluhan pertanian dalam menyampaikan materi penyuluhan pertanian kepada petani

Berdasarkan SKKNI Penyuluhan Pertanian No 43 Tahun 2013, sebelum menetapkan media yang akan digunakan maka harus mengidentifikasi sasaran terlebih dahulu kemudian baru menetapkan jenis media penyuluhan yang digunakan. Dalam menggunakan media penyuluh harus menjelaskan standart

(30)

teknis penggunaan media kepada sasaran serta menggunakan media penyuluhan yang sesuai dengan materi yang diberikan (Anonimous, 2013).

2.4.7 Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, dan dampak kegiatan-kegiatan proyek/program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan objektif.

(Pakpahan, 2017) evaluasi mencakup sebagai berikut:

a) Kegiatan pengamatan dan analisis terhadap suatu keadaan, peristiwa, gejala alam, suatu objek.

b) Memandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki.

c) Melakukan penilaian terhadap segala sesuatu berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang dilakukan.

Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian.

2.4.8 Aspek Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dll).

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara wawancara atau berupa hasil test (kuesioner) (Setyadi, 2016). Pengetahuan lebih mudah diterima ketika sumber informasi dan cara penyampaiannya baik. Sumber informasi atau ketersediaan informasi yang memadai namun tidak dibarengi dengan cara penyampaian yang tepat akan menghambat masuknya informasi ke petani.

(31)

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan dicakup dalam domain kognitif yang memiliki enam tingkatan, yaitu:

1. Mengetahui (Know)

Tahu diartikan sebagai reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara besar tentang objek yang diketahui dan dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.

3. Mengaplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen yang masih ada kaitannya satu sama lain.

4. Menganalisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen yang masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Mesintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan, menyusun, dapat merencanakan, menyesuaikan terhadap teori yang telah ada.

6. Mengevaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Sebagai salah satu aspek pengetahuan yang menjadi suatu kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala materi yang dipelajari dan kemampuan untuk mengembangkan intelegensi. Adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku pada diri

(32)

individu, dimana pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut, demikian pula sebaliknya.

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

a) Tingkat pengetahuan responden dinyatakan baik jika dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar sebesar ≥ 75% dari keseluruhan pertanyaan b) Tingkat pengetahuan responden dinyatakan cukup jika dapat menjawab

semua pertanyaan dengan benar sebesar 56% - 74% dari keseluruhan pertanyaan

c) Tingkat pengetahuan responden dinyatakan kurang jika dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar sebesar < 55% dari keseluruhan pertanyaan.

(33)

Evalusi Hasil Penyuluhan

Analisis kelayakan finansial usaha ternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Tujuan

1. Mengetahui analisis kelayakan finansial usaha peternak sapi perah R/C, B/C Ratio, PP, dan BEP di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

2. Dapat menyususn rancangan penyuluhan kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu

3. Meningkatkan tingkat pengetahuan peternak tentang kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Judul Penelitian

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternak Sapi Perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Potensi Wilayah

1. Kecamatan Bumiaji adalah kecamatan yang memiliki potensi ternak sapi perah sebanyak 3.422 ekor pada tahun 2021

2. Populasi ternak sapi perah di Desa Gunungsari sebanyak 1.509 pada tahun 2021 3. Pada tahun 2019 dibentuk Kelompok Tani Mulyorejeki tergolong pemula yang dominan

bergerak di bidang ternak sapi perah serta aktif berkegiatan

Pelaksanaan Penyuluhan

2.5 Kerangka Pikir Penelitian

Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis kelayakan finansial usaha peternak sapi perah dalam aspek finansial meliputi R/C, B/C Ratio, PP, dan BEP di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

2. Bagaimana rancangan penyuluhan kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

3. Bagimana peningkatan pengetahuan peternak tentang kelayakan finansial usaha peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

Harapan

1. Peternak dapat mengukur usahanya berpeluang memiliki kelanjutan atau akan berhenti pada titik tertentu (sementara) 2. Peternak mengetahui dan memahami

menghitung serta memperkirakan kerugian dan keuntungan yang akan di peroleh 3. Membantu meningkatkan penghasilan para

peternak dari analisi kelayakan usaha yang sudah diketahui

Kondisi Saat ini 1. Desa Gunungsari merupakan daerah kawasan wisata

2. Ternak sapi perah sebagai salah satu pekerjaan yang dominan untuk memenuhi peningkatan pendapatan peternak pada anggota Kelompok Tani Mulyorejeki 3. Kepemilikan ternak sapi perah rata – rata 4 sampai dengan 5 ekor

4. Sistem pemeliharaan ternak sapi perah masih secara tradisional

Rancangan penyuluhan dilakukan dengan melakukn penetapan materi, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi penyuluhan

(34)

3.1 Lokasi dan Waktu

BAB III

METODE PENELITIAN

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Februari – April 2022 dan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan pada akhir April 2022 di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

3.2 Metode Kajian

Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif dengan melakukan survei. Prosedur pengambilan data dilakukan melalui teknik observasi, teknik wawancara dimana melakukan tanya jawab secara langsung dengan bantuan kuesioner dan teknik dokumetasi (Fanani, 2010). Metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan penyebaran kuesioner.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan suatu area umum yang terdiri dari hal-hal atau orang- orang dengan karekteristik tertentu yang telah dipilih untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Populasi yang akan dijadikan objek penelitian ialah peternak sapi perah di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji dengan jumlah 209 peternak.

Sampel merupakan sebagian populasi yang diambil untuk menggambarkan seluruh populasi, dengan menggunakan metode tertentu sehingga mewakili populasinya (Zulkarnain, 2018). Purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dengan mempertimbangkan kriteria khusus (Sugiyono, 2016). Penentuan pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dengan kriteria: a) Peternak sapi perah, b) Memiliki ternak sapi perah minimal 2 ekor, c) Anggota aktif Kelompok Tani Mulyorejeki. Dari kriteria tersebut didapatkan sampel penelitian sebanyak 34 orang.

22

(35)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari pengumpul data (Sugiyono, 2018). Hasil wawancara langsung yang didapat dari peternak sapi perah yang sudah ditentukan sebagai responden sampling dan data sekunder merupakan sumber data yang didapatkan dengan cara membaca, mempelajari atau memahami media lain yang bersumber dari literatur, dan buku-buku (Sugiyono, 2012). Data sekunder inilah yang meliputi data penunjang dari data primer, yang diperoleh dari instansi terkait yang mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Data yang merupakan Programa Peternakan Kecamatan Bumiaji 2021.

Tabel 1. Sumber dan teknik Pengambilan Data

No Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan 1. Data Primer

Potensi Peternak Desa

Gunungsari, PPL Kecamatan Bumiaji

Identifikasi Wilayah survey wawancara

Potensi (IPW), dan Permasalahan Peternak

Gunungsari

Desa Identifikasi Wilayah survey wawancara

Potensi (IPW), dan Karekteristik sasaran Peternak

Gunungsari

Desa Kuesioner Efektivitas penyuluhan Peternak

Gunungsari

Desa Kuesioner 2. Data Sekunder

Kondisi geografis Desa Gunungsari

BPP Bumiaji Programa Gunungsari

Desa Jumlah peternak sapi

perah

BPP Bumiaji Programa Gunungsari

Desa Populasi ternak

perah

sapi BPP Bumiaji Programa Gunungsari

Desa Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2022.

(36)

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis finansial dalam suatu usaha dilakukan untuk mengetahui pengaruh-pengaruh finansial dari suatu usaha yang dijalankan, terhadap pelaku usaha atau secara privat. Selain itu, analisis finansial juga berperan untuk mengetahui perkiraan pendapatan dan aliran kas dari suatu bisnis. Sehingga dapat diketahui apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dijalankan.

1. Return Cost Ratio (R/C Ratio)

Return Cost Ratio (R/C) merupakan perbandingan antara total biaya

penerimaan dengan biaya menurut (Munawir, 2010). Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi. Jika rasio R/C > 1 maka dikatakan untung dan bila ratio R/C < 1 maka dikatakan rugi. Dengan dituliskan rumus seperti berikut:

𝑅

= { (𝑃𝑦. 𝑌)

𝐶

(𝐹𝐶 + 𝑉𝐶) }

Keterangan: Py = Harga output Y = Output FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

B/C Ratio adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara laba bersih (Benefit = B) dengan total biaya (Cost = C). Dalam batasan besaran nilai B/C dapat diketahui apakah dalam suatu usaha tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan.

Rumus : B/C ratio = Jumlah Pendapatan (B) : Total Biaya (TC) Jika B/C ratio > 1, usaha layak dilaksanakan

Jika B/C ratio < 1, usaha tidak layak dilaksanakan

(37)

3. Break Event Point (BEP)

BEP bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan pada saat titik balik modal, yaitu yang menunjukkan bahwa suatu proyek/usaha tani tidak dapat mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian (Shinta, 2010).

Adapun rumus yang dituliskan seperti:

a) BEP atas dasar penjualan dalam unit

BEP unit

=

𝐹𝐶

𝑃−𝑉𝐶

b) BEP atas dasar penjualan dalam rupiah

BEP rupiah

=

𝐹𝐶

1−𝑉𝐶

𝑃

Keterangan: FC = Biaya tetap

P = Harga jual per unit VC = Biaya variabel per unit 4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian investasi suatu proyek

yang didasarkan jangka waktu (periode) pada pelunasan biaya investasi (Kasmir dan Jakfar 2012). Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:

PP = 𝐾0 x 1 𝐴𝑏

Keterangan: K0 = investasi awal

Ab = manfaat yng diperoleh setiap periode 3.6 Rancangan Penyuluhan

Rancangan penyuluhan suatu bentuk rangkaian kegiatan yang dipilih dalam proses pelaksanaan penyuluhan, kepada sasaran yang didasarkan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki sasaran.

(38)

Rancangan penyuluhan disusun untuk menyampaikan materi dalam kegiatan penyuluhan.

3.6.1 Menetapkan Sasaran Penyuluhan

Penentuan sasaran penyuluhan dilakukan dengan cara metode purposive sampling atau pengambilan sampel dengan sengaja sesuai kriteria: a) Peternak sapi perah, b) Memiliki ternak sapi perah minimal 2 ekor, c) Anggota aktif Kelompok Tani Mulyorejeki. Dari kriteria tersebut didapatkan sampel penelitian sebanyak 34 orang.

3.6.2 Menetapkan Tujuan Penyuluhan

Menetapkan tujuan penyuluhan pertanian yang mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek yaitu membuat perubahan-perubahan yang lebih terapan pada usaha tani sedangkan tujuan jangka panjang sendiri adalah meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani dimana diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usaha tani (better business), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakat (better living). Harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan dengan penyuluhan yaitu: Audience (khalayak sasaran); Behaviour (perubahan perilaku yang dihendaki); Condition (kondisi yang akan dicapai); dan Degree (derajat kondisi yang akan dicapai).

3.6.3 Menetapkan Materi Penyuluhan

Materi merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada sasaran agar memperoleh manfaat. Materi yang disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran. Penetapan materi penyuluhan mengacu pada hasil penelitian tentang kelayakan usaha peternak sapi perah yang meliputi analisis finansial yang terdiri dari Return Cost Ratio (R/C), Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point (BEP), dan Payback Period (PP).

(39)

3.6.4 Menetapkan Media Penyuluhan

Media salah satu faktor yang penting dalam penyampaian penyuluhan.

Media berperan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas petani dalam menyerap materi yang akan disampaikan. Penetapan media dengan proses: a) Disesuaikan dengan karekteristik sasaran. b) Jenis media desesuaikan dengan kondisi sasaran, kondisi lapangan. Sedangkan penggunaan media memperhatikan: a) Standar teknis dan penggunaan media. b) Disesuaikan dengan materi.

3.6.5 Menetapkan Metode Penyuluhan

Dalam penerapan metode penyuluhan pertanian memperhatikan dua elemen yaitu: 1) Penetapan metode. 2) Menggunakan metode. Dalam perapan metode memperhatikan:

a) Kondisi karekteristik individu

b) Penetapan metode penyuluhan yang dipilih berdasarkan materi yang disuluhkan, media yang digunakan, tujuan penyuluhan, serta karekteristik sasaran.

Dalam penggunaan metode:

a) Menggunakan lembar persiapan penyuluhan atau LPM b) Metode yang terpilih diterapkan dalam kegiatan penyuluhan 3.6.6 Menetapkan Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetauan responden dalam menerima materi penyuluhan yang disampaikan yaitu kelayakan usaha peternak sapi perah di kelompok tani Mulyorejeki. Dari hasil evaluasi penyuluhan yaitu mengevalusi seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan penyuluhan yang dilakukan.

(40)

3.7 Metode Implementasi 3.8.1 Persiapan

Tahapan persiapan untuk kegiatan penyuluhan yang meliputi pembuatan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dan sinopsis di Kelompok Tani Mulyorejeki Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

3.8.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan ialah suatu kegiatan penyuluhan yang meliputi pembuatan materi yang tepat untuk sasaran mengenai analisis kelayakan finansial usaha peternak sapi perah. Dibantu dengan media yang tepat untuk penyuluhan agar mempermudah penyerapan informasi. Dan metode secara terperinci yang disesuaikan dengan sasaran sehingga metode tersebut efektif dan efisien.

3.8.3 Evaluasi

Pelaksanaan penyuluhan pertanian yang dievaluasi untuk dapat diukur dan dijadikan tolak ukur untuk menyusun instrumen. Suatu pertanyaan yang sudah disipakan jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Mengukur tingkat pengetahuan dengan mengisi kuesioner bertujuan agar mendapatkan hasil yang valid berupa angka.

3.8.4 Skala Pengukuran

Skala likert yang digunakan mengukur sikap, pendapat, dan persepsi tentang fenomena sosial dari seseorang atau kelompok (Sugiyono, 2019). Skala yang digunakan untuk mengevaluasi yaitu aspek pengetahuan dengan skala likert.

Dimana terdapat pilihan jawaban sebagai berikut:

a) Sangat Tahu (ST) dalam kuesioner berupa pernyataan dengan skor 5 b) Tahu (T) dalam kuesioner berupa pernyataan dengan skor 4

c) Ragu-ragu (R) dalam kuesioner berupa pernyataan dengan skor 3 d) Tidak Tahu (TT) dalam kuesioner berupa pernyataan dengan skor 2 e) Sangat Tidak Tahu (STT) dalam kuesioner berupa pernyataan skor 1

(41)

3.8.5 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas kuesioner menggunakan cara praktis yaitu suatu program SPSS 20 yang digunakan untuk menguji kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah skala likert. Syarat dan ketentuan, bahwa butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel dan apabila nilai r hitung < r tabel maka kuesioner tersebut dikatakan tidak valid. (Sugiyono, 2017).

Uji reliabilitas merupakan suatu uji yang memperlihatkan seperti alat pengukuran ini dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas diukur menggunakan penghitungan praktis program computer SPSS 20. Menurut Joko Widiyanto (2010) dalam Sugiyono (2017), menyatakan bahwa dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitasjika nilai Cronbach’s Alpha > r tabel maka kuesioner tersebut dinyatakan reliabel dan jika nilai Cronbach’s Alpha < r tabel maka kuesioner tersebut dinyatakan tidak reliable.

3.9. Definisi Operasional Variabel (DOV)

Definisi Operasional Definisi (DOV) merupakan atribut atau nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti.

a) Peternak sapi perah ialah seseorang yang melakukan kegiatan usaha membudidaya sapi perah yang bertujuan memenuhi kebutuhan

b) Pendapatan peternak ialah usaha dari produk peternakan sapi perah dimana peternak atau produsen tela menjual barang pada konsumen

c) Aspek finansial meliputi biaya pengunaan modal, penyusutan, aliran kas, pajak penghasilan, dan metode penilaian investasi

d) Kelayakan usaha adalah keiatan untuk mempelajari atau mengetahui secara mendalam kegiatan usaha, digunakan menentukan usaha tersebut layak atau tidak dijalankan

(42)

e) Kondisi sistem budidaya meliputi sapta usaha peternakan adalah tujuh macam budidaya sapi perah terdiri dari bibit, pakan, perkandangan, pemeliharaan, pengendalian penyakit, pasca panen, dan pemasaran.

f) Wawancara adalah proses bertukar informasi dengan cara tanya jawab untuk mendapatkan kesimpulan dalam topik tertentu.

g) Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang sedang berlangsung meliputi aktivitas dengan menggunakan pengindraan.

h) Dokumentasi merupakan catatan otentik yang bisa dibuktikan secara fakta berisi data-data lengkap yang nyata.

i) Penyebaran kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk pengumpulan informasi dalam menjawab masalah penelitian.

(43)

BAB IV HASIL KAJIAN 4.1 Analisis Usaha

Aspek finansial menghitung jumlah dana yang dibutuhkan dalam menganalisis kelayakan usaha ternak sapi perah peternak anggota kelompok Tani Mulyorejeki di Desa Gunungsari. Pada penelitian ini mengambil nilai rata-rata biaya yang diperoleh dari semua anggota kelompok Tani Mulyorejeki. Umur usaha yang dihitung yaitu investasi selama 1 tahun. Dari hasil survei melalui kuesioner pada anggota kelompok Tani Mulyorejeki di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji didapatkan biaya usaha ternak sapi perah seperti biaya penerimaan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya, dan pendapatan. Bentuk biaya modal usaha ternak sapi perah anggota kelompok Tani Mulyorejeki di Desa Gunungsari dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rerata Harga Biaya Modal Usaha Ternak Sapi Perah

Uraian Jumlah Persentase (%)

Pembuatan Kandang Rp. 10.264.706,- 79

Pembelian Peralatan Kandang Rp. 2.708.824,- 21

Total Rp. 12.973.530,- 100

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2022.

Berdasarkan Tabel 2 diatas rata-rata harga biaya modal responden peternak sapi perah di Desa Gunungsari dimana dalam modal banyak masuk dari pembiayaan pembuatan kandang sejumlah Rp. 10.264.706,- atau 79%

dibandingkan pada biaya peralatan kandang sejumlah Rp. 2.708.824,- atau 21%.

Hal ini dapat dipahami dalam usaha ternak sapi perah dikarenakan, kandnag merupakan bagian terpenting dalam usaha ternak sapi perah, karena sapi yang dipelihara tidak digembalakan di lahan terbuka, tetapi dimasukkan kedalam kandang. Sehingga diperuntuhkan modal berupa pembiayan pembuatan kandang sangat wajar jika menempati biaya yang lebih dibaningkan dengan biaya peralatan kandang.

31

(44)

Tabel 3. Rerata Harga Biaya Tetap Usaha Ternak Sapi Perah

Uraian Jumlah Persentase (%)

Penyusutan Kandang Rp. 945.147,- 59

Penyusutan Peralatan Rp. 646.029,- 41

Total Rp. 1.591.176,- 100

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2022.

Berdasarkan Tabel 3 bahwa bentuk biaya usaha peternak sapi perah dari rata-rata biaya tetap berupa penyusutan kandang 10% sebanyak Rp. 945.147,- atau 59% lebih banyak dibandingkan dari biaya penyusutan peralatan sebanyak Rp. 646.029,- atau 41%.

Tabel 4. Rerata Harga Tidak Tetap Usaha Ternak Sapi Perah

Uraian Jumlah Persentase (%)

Pakan Rp. 34.455.882,- 69

Tenaga Kerja Rp. 0,- 0

Listrik Rp. 695.294,- 1

Peremajaan Ternak Rp. 6.264.706,- 12

Obat – obatan Rp. 1.370.588,- 3

Peralatan Habis Pakai Rp. 438.676-, 1

Biaya Bunga Modal (16%) Rp. 6.873.082,- 14

Total Rp. 50.098.229,- 100

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4 bentuk biaya usaha peternak sapi perah dari rata-rata biaya tidak tetap terdiri dari biaya pakan sebanyak Rp. 34.455.882,- atau 69%

selama 1 tahun merupakan pengeluaran biaya tidak tetap terbesar, biaya peremajaan ternak menempati ururtan kedua terbanyak sebanyak Rp. 6.264.706,- atau 12% kemudian biaya untuk obat – obatan ternak sebanyak Rp. 1.370.588,- atau 3% dikuti biaya listrik berada pada pengeluaran terendah kedua sebanyak Rp. 695.294,- atau 1%, dan biaya peralatan habis pakai merupakan pengeluaran biaya tidak tetap terendah dengan jumlah Rp. 438.676-, atau 1%. Untuk pengeluaran biaya modal 18% dari biaya tidak tetap usaha ternak sapi perah selama 1 tahun sebesar Rp. 6.873.082,- atau 14%. Dalam usha peternakan sapi perah, pakan merupakan biaya produksi terbesar. Karena pakan merupakan salah satu kebutuhan pokok sapi perah selain untuk perkembangan dan pertumbuhan serta produksi susu (Haloho, 2018)

(45)

Berdasarkan hasil identifikasi aspek fiannsial responden dalam kegiatan usaha ternak sapi perah di Desa Gunungsari didapatkan hasil rekapitulasi biaya produksi, total penerimaan, dan pendapatan dari semua responden berjumlah 34 orang selama 1 tahun.

Tabel 5. Total Pendapatan dan Biaya Produksi Usaha Sapi Perah

Uraian Rincian Biaya

Biaya Tetap Rp. 1.591.176,-

Biaya Variabel Rp. 50.098.229,-

Total Biaya Rp. 51.689.406,-

Penerimaan Rp. 70.990.871,-

Pendapatan Rp. 19.301.465,-

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2022

Pendapatan usaha ternak sapi perah, untuk keuntungan ialah pendapatan yang diterima oleh seseorang dari penjualan produk barang yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam membiayai produk. Rumus pendapatan usaha ternak sapi perah pada lampiran 7.

Berdasarkan Tabel 14 diatas pendapatan usaha peternak sapi perah dapat dihitung pada 1 tahun usaha ternak sapi perah adalah: Rp. 70.990.871 - Rp.

51.689.406 = Rp. 19.301.465,-. Jadi rata-rata pendapatan usaha ternak sapi perah di Desa Gunungsari adalah sejumlah Rp. 19.301.465 : 12 = Rp. 1,608,455,-/bulan 4.1.1 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dari perhitungan kriteria kelayakan sebagai berikut: Return Cost Ratio (R/C Ratio), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point (BEP), dan Payback Period (PP). Analisis kelayakan

usaha ternak sapi perah ini adalah suatau studi yang digunakan untuk mengetahui layak atau tidak layaknya suatau usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh peternak sapi perah untuk terus dijalankan dan dikembangkan. Berikut hasil analisis kriteria kelayakan finansial pada usaha ternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 6.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas remediasi bentuk umpan balik menggunakan brosur untuk mengatasi kesulitan belajar siswa tentang gerak lurus

Pengaruh pengaktifan zeolit, yaitu dapat memurnikan zeolit dari komponen pengotor, menghilangkan jenis kation logam tertentu dan molekul air yang terdapat dalam rongga,

Ahmad dalam Iklan Televisi XL Terhadap Tingkat Kesadaran akan Merek XL pada Kalangan Remaja (Studi di Kota

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji t menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa depan, disebabkan karena arus kas

1) Pembangunan jalan akses ke lokasi proyek Bandara Buntu Kunik. 2) Perbaikan kondisi jalan nasional yang rusak dan perbaikan dinding penahan longsor, khususnya jalan

Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi (PUS) tidak menggunakan alat kontrasepsi yang diteliti di Desa Sigulang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor- faktor penarik (pull factors). Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor

Data-data tersebut akan diubah menjadi bentuk grafik dan tabel pada setiap variabel pilihan jawaban kuesioner sehingga mempermudah dalam menganalisis komponen daya tarik wisata