• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potential of organic Wastes as Culture media for Acetobacter xylinum in Producing Nata Fiber Application for Biotechnology Course

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Potential of organic Wastes as Culture media for Acetobacter xylinum in Producing Nata Fiber Application for Biotechnology Course"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Potensi Berbagai Limbah Organik Sebagai Media Tumbuh Acetobacter xylinum Untuk Membentuk Serat Nata Pada

Aplikasi Materi Bioteknologi

Oleh

Sri Amintarti1) dan Aulia Ajizah2)

_____________________________________________________

Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP ULM Email : sri_amintarti@yahoo.com , aulia_ajizah@yahoo.com

Pada perkuliahan Bioteknologi antara lain membahas tentang Fermentasi yang melibatkan mikroorganisme dalam reaksi bioprosesnya. Salah satu aktivitas fermentasi adalah pembuatan nata yang melibatkan peran Acetobacter xylinum sebagai biofermenternya.

Aktivitas Acetobacter xylinum menggunakan glukosa atau karbohidrat yang terdapat di dalam media cair. Limbah buah dan sayur yang dibuang ke lingkungan masih menyisakan glukosa atau karbohidrat sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai media pertumbuhan Acetobacter xylinum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya kulit umbi kentang, kulit umbi wortel, kulit semangka, kulit nenas. kulit umbi ubi jalar kuning, kulit umbi ubi jalar ungu dan kulit umbi ubi jalar putih dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum untuk menghasilkan Nata dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kualitas nata yang dihasilkan. Penelitian dilakukan mengacu pada langkah-langkah pembuatan nata oleh Saragih (2004). Kualitas nata yang terbentuk dari hasil fermentasi dilihat berdasarkan warna nata, aroma nata, dan kadar serat yang dihasilkan. Data dianalisis secara deskriptif dengan memperhatikan penilaian responden dan hasil uji analisis kadar serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Limbah organik yang berasal dari kulit kentang, kulit semangka, kulit nenas, kulit wortel, kulit umbi ubi jalar kuning , kulit umbi ubi jalar ungu dan kulit umbi ubi jalar putih dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bakteri Acetobakter xylinum untuk menghasilkan nata. 2) Media kulit kentang mampu menghasilkan serat kasar terbanyak yaitu 2,86% sedangkan kadar serat terendah dihasilkan pada media kulit umbi ubi jalar kuning, yaitu 1,73%.

Kata Kunci: Limbah organik, Acetobacter xylinum, kadar serat nata

(2)

1. PENDAHULUAN

Salah satu materi yang diberikan pada mata kuliah Bioteknologi adalah fermentasi, yang prosesnya melibatkan mikroorganisme untuk membentuk suatu produk tertentu.

Pengaplikasian mikroorganisme dalam fermentasi dapat dilakukan pada produk pangan , pertanian, maupun peternakan. Salah satu produk pangan yang memanfaatkan jasa mikroorganisme adalah pembuatan nata yang memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum.

Nata bisa dibuat dari bahan cair yang mengandung glukosa atau karbohidrat misalnya air kelapa, limbah tahu, limbah tapioka dll.

Limbah yang mengandung bahan organik dapat berasal dari limbah rumah tangga maupun limbah industri. Keberadaan limbah disekitar kita akan mengganggu kenyamanan maupun kesehatan, sehingga penanganan limbah menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan . Limbah dari rumah tangga yang berupa bahan organik dapat berupa sisa sayuran dan sisa buah-buahan ternyata masih mengandung nutrisi yang dapat dimanfaatkan

Kulit kentang, kulit wortel, kulit semangka, kulit nenas dan kulit ubi jalar merupakan sisa limbah rumah tangga yang belum dimanfaatkan, limbah tersebut masih mengandung nutrisi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk media pertumbuhan bakteri.

Limbah organik merupakan media yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri karena mengandung bahan yang diperlukan misalnya sebagai sumber karbon,sumber nitrogen,sumber sulfur, fosfat dsb. Media pertumbuhan Acetobacter xylinum berupa medium cair sehingga pemanfaatan limbah padat hanya diambil sarinya saja yaitu berupa air rebusan yang mengandung nutrisi untuk pertumbuhan bakteri.

Fardiaz (2003) menyatakan bahwa media fermentasi adalah media pertumbuhan mikroba yang menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba untuk memperoleh energi, untuk pertumbuhan, membentuk sel dan biosintesa produk-produk metabolit. Media yang tidak sesuai akan menyebabkan perubahan jenis produk dan perubahan rasio diantara berbagai produk metabolisme.

Palungkun (1993), mengatakan bahwa pembentukan selulosa ekstraseluler hasil sintesis Acetobacter xylinum merupakan hasil konversi gula dan sumber karbon lainnya.

Pembentukan nata terjadi karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula atau medium yang mengandung glukosa oleh sel-sel Acetobacter xylinum. Glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel .Prekursor ini dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel.

(3)

Selulosa adalah polisakarida yang menyusun serat pada makanan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh sehingga pola makan setiap hari harus cukup mengandung kadar serat yang dianjurkan. Makanan yang mengandung serat banyak terdapat pada makanan yang berasal dari tumbuhan yaitu berupa buah – buahan , sayuran dan biji – bijian yang banyak ditemukan pada jenis masakan yang dihidangkan di indonesia sebagai menu makanan sehari hari.

Manfaat makanan berserat bagi kesehatan seperti yang dikatakan oleh dr Mustofa (2015) bahwa untuk kesehatan pencernaan yang optimal kita dianjurkan mengkonsumsi serat yang cukup tiap hari yaitu sebanyak 25-35 gram. Serat yang terdapat pada bahan pangan ternyata mempunyai efek positif bagi sistim pencernaan manusia. Awalnya serat dikenal oleh ahli gizi hanya sebagai pencahar dan tidak memberi reaksi apapun bagi tubuh. Pandangan akan serat mulai berubah, setelah dilaporkan bahwa konsumsi rendah serat menyebabkan banyak kasus penyakit kronis seperti jantung koroner, apendisitis, divertikulosis dan kanker kolon, serat yang memiliki efek fisiologis tersebut kemudian disebut sebagai serat pangan atau dietary fiber.

Mengingat pentingnya makanan berserat bagi kesehatan maka perlu upaya untuk mendapatkan jenis makanan kaya serat yang bukan berasal dari tumbuhan langsung tetapi merupakan hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum yaitu berupa nata. Bakteri ini mampu tumbuh pada berbagai media yang mengandung unsur karbon dan nitrogen . Pemanfaatan limbah rumah tangga maupun industri rumah tangga berupa kulit buah dan sayuran belum dimanfaatkan sebagai media untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum yang akan menghasilkan nata.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya kulit umbi kentang, kulit umbi wortel, kulit semangka, kulit nenas. kulit umbi ubi jalar kuning, kulit umbi ubi jalar ungu dan kulit umbi ubi jalar putih dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum untuk menghasilkan nata serta untuk mengetahui perbedaan kualitas nata yang dihasilkan

2. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu melakukan pengamatan terhadap pembentukan nata pada media pertumbuhan bakteri yang berbeda yaitu menggunakan limbah kulit yang berasal dari kulit umbi kentang, kulit umbi wortel, kulit semangka, kulit nenas, kulit umbi ubi kuning, kulit umbi ubi ungu dan kulit umbi ubi putih.

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 5 kali ulangan pada setiap perlakuan.

(4)

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP ULM Banjarmasin, sedangkan uji kadar serat kasar nata dilakukan di Laboratorium Dasar FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Sampel dalam penelitian ini adalah kulit umbi kentang, kulit umbi wortel, kulit semangka, kulit nenas, kulit umbi ubi kuning, kulit umbi ubi ungu dan kulit umbi ubi putih.

yang diperoleh dari pasar tradisional di Banjarmasin. Selanjutnya sampel digunakan sebagai medium pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.

Alat dan bahan yang digunakan adalah kompor,panci,baki plastik,botol sirup,beker glass. gelas ukur,pengaduk,timbangan plastik,saringan, kertas, bunsen,pH meter ,mikrometer sekrup, kulit buah dan sayur, gula putih, asam cuka dan kecambah serta stater Acetobacter xylinum. Prosedur penelitian dilakukan mengacu pada langkah-langkah pembuatan nata oleh Saragih (2004).

Teknik pengumpulan data penelitian berupa data kualitas Nata yang diperoleh melalui pengukuran /penilaian dengan cara sebagai berikut: 1 mengukur kadar serat yang dihasilkan dengan menggunakan metode Gravimetri ( Sudarmadji dkk. 1997). 2 menilai aroma nata dengan menggunakan kuesioner oleh 15 orang panelis dengan mendekatkan masing-masing sampel Nata ke hidung dan menyesuaikan dengan tabel di lembar kuesioner. 3 menilai warna Nata dengan menggunakan kuesioner oleh 15 orang panelis dengan cara menyesuaikan warna yang ada di lembar kuisioner dengan warna masing masing sampel nata.

Analisis data secara deskriptif baik data kuantitatif maupun data kualitatif.

Data kuantitatif diperoleh dari pengujian kadar serat kasar Nata menggunakan metode Gravimetri , sedangkan data kualitatif diperoleh dari pengujian warna dan aroma Nata yang didapat dari lembar kuisioner.

3. HASIL PENELITIAN 3.1 Kadar Serat Nata

Setelah dilakukan inkubasi selama 14 hari terhadap kultur bakteri Acetobacter xylinum pada media pertumbuhan bakteri yang menggunakan limbah dari kulit umbi kentang, kulit umbi wortel, kulit semangka, kulit nenas. kulit umbi ubi jalar kuning, kulit umbi ubi jalar ungu dan kulit umbi ubi jalar putih maka didapatkan lapisan nata pada masing masing media pertumbuhan dengan kadar serat sebagai berikut:

Tabel 1. Kadar serat kasar dari Nata yang dihasilkan pada kultur bakteri Acetobacter xylinum setelah diinkubasi selama 14 hari

(5)

No Media kultur bakteri Kadar Serat Kasar ( % )

1 Sari kulit kentang 2,86

2 Sari kulit nenas 2,84

3 Sari kulit semangka 2,79

4 Sari kulit ubi jalar ungu 1,92

5 Sari kulit wortel 1,90

6 Sari kulit ubi jalar putih 1,86

7 Sari kulit ubi jalar kuning 1,73

8 Kontrol 1,98

Rata-Rata kadar serat nata dari 5 kali ulangan menunjukan media kultur bakteri dengan menggunakan sari kulit kentang menghasilkan kadar serat tertinggi yaitu 2,86 % lebih tinggi dibandingkan kontrol yaitu 1,86 %, sedangkan kadar serat nata terendah berasal dari nata yang dihasilkan dari kultur bakteri yang menggunakan media sari kulit ubi jalar kuning yaitu 1,73 %.

3.2. Tingkat Keasaman

Dari hasil pengukuran terhadap tingkat keasaman media pertumbuhan bakteri sebelum diinkubasi dan sesudah diinkubasi selama 14 hari terjadi penurunan tingkat keasaman seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2. Tingkat Keasaman ( pH ) Pada Media Pertumbuhan Bakteri Sebelum Inkubasi Dan Sesudah Inkubasi

N

o Bahan Media/Perlakuan Tingkat Kesaman ( pH ) Sebelum Inkubasi Sesudah Inkubasi

1 Kulit Kentang 4 2

2 Kulit Wortel 4 2

3 Kulit Semangka 4 2

4 Kulit Nenas 4 2

5 Kulit Ubi Jalar Kuning 4 3

6 Kulit Ubi Jalar Ungu 4 3

7 Kulit Ubi Jalar Putih 4 3

(6)

8 Kontrol 4 2

Dari hasil pengukuran tingkat keasaman ( pH ) sebelum inkubasi dan sesudah inkubasi menunjukan adanya penurunan tingkat keasaman media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, dari tingkat keasaman ( pH ) 4 sebelum inkubasi menjadi 2 setelah inkubasi pada media yang menggunakan kulit kentang, kulit wortel, kulit semangka dan kulit nenas. Pada media pertumbuhan bakteri yang menggunakan kulit ubi jalar kuning, kulit ubi jalar ungu dan kulit ubi jalar putih terjadi penurunan pH dari 4 menjadi 3

3.3. Warna Nata

Kualitas warna nata yang dihasilkan dari berbagai media menunjukan perbedaan dengan tingkat warna putih yang berbeda beda dan ini merupakan salah satu parameter yang menentukan kualitas nata yang dihasilkan. Dari 7 macam media yang berbeda hanya 1 media yang menghasilkan nata dengan warna pink keunguan yaitu pada media kulit ubi jalar ungu sedangkan yang lainnya berwarna putih dengan tingkat kualifikasi yang berbeda. Suatu nata dapat dikatakan baik apabila memiliki warna putih bersih sampai transparanih.

Tabel 3. Kualitas Warna Nata Yang Dihasilkan Pada Medium Yang Berbeda

No Media Nata Kualitas Warna Nata (%)

Putih Sangat keruh

Putih Sedikit Keruh

Putih Putih

agak Transp a ran

Putih Sangat trans paran

Warna Lain/

Pink ke- unguan

1 Kulit Kentang 0 100 0 0 0 0

2 Kulit Wortel 86,7 13,3 0 0 0 0

3 Kulit Semangka 0 25,2 54,8 20 0 0

4 Kulit Nenas 6,7 79,3 14 0 0 0

5 Kulit Ubi jalar

kuning 6,7 61,1 22,2 6,7 3,3 0

6 Kulit Ubu jalar

ungu 0 0 0 0 0 100

7 Kulit Ubi jalar putih

8,89 64,44 18,9 4,44 3,33 0

(7)

8 Kontrol 0 0 13,3 52,6 34,1 0

Dari semua media yang menggunakan umbi limbah dari kulit kentang, kulit umbi wortel, kulit semangka, kulit nenas. kulit umbi ubi jalar kuning, kulit umbi ubi jalar ungu dan kulit umbi ubi jalar putih menghasilkan nata yang umumnya berwarna putih .Dari tingkat kualifikasi warna putih maka warna putih, putih sedikit transparan dan putih sangat transparan adalah warna nata yang disukai oleh konsumen hal ini berdasarkan pengamatan peneliti terhadap warna nata yang dijual dipasaran. Nata dengan warna putih, putih sedikit transparan dan putih sangat transparan dihasilkan pada medium kulit semangka sebanyak 74,8 % , kulit ubi jalar kuning 32,2%, kulit ubi jalar putih 26,63 % kulit nenas 14% dan kontrol sebanyak 100%, sedangkan untuk medium dari kulit ubi jalar ungu 100%

menghasilkan warna nata pink keunguan.

4. PEMBAHASAN 4.1 Kadar Serat pada Nata

Dari hasil pengujian kadar serat menunjukan adanya perbedaan kadar serat nata yang dihasilkan pada masing – masing media kultur bakteri , kadar serat yang dihasilkan akan sesuai dengan kandungan nutrisi yang tersedia dalam media pertumbuhan. Sumber karbon berasal dari karbohidrat yang tersedia dalam media yang berasal dari kulit umbi kentang, kulit umbi wortel, kulit semangka, kulit nenas. kulit umbi ubi jalar kuning, kulit umbi ubi jalar ungu dan kulit umbi ubi jalar putih dan dari gula yang ditambahkan sebayak 10 % sedangkan sumber N berasal dari protein yang ditambahkan dari sari kecambah sebanyak 10 %.

Kandungan serat pada nata merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kualitas nata yang dihasilkan dari suatu fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum.

Semakin baik komposisi medium maka pertumbuhan bakteri akan semakin pesat dan produk yang dihasilkanpun akan semakin baik.

Penambahan sari kecambah pada media pertumbuhan akan menambah nutrisi bagi pertumbuhan bakteri khususnya sebagai sumber nitrogen dan vitamin. Kecambah berasal dari biji yang kaya akan protein yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan Acetobacter xylinum.

Pembuatan nata pernah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan urea sebagai sumber nitrogen bagi pertumbuhan bakteri, pada inkubasi 14 hari hampir semua medium cair yang ada berubah menjadi nata karena metabolisme yang dilakukan bakteri sangat cepat.

(8)

Hubeis dkk (1996) dalam Yusmarini dkk (2004) mengatakan bahwa nitrogen juga dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan Acetobacter xylinum, berperan dalam merangsang propagasi sel dan juga merupakan salah satu komponen pembentuk protoplasma sel pada bakteri. Jika nitrogennya terpenuhi dengan baik maka sel-sel Acetobacter xylinum akan tumbuh dengan baik dan komponen-komponen dalam selnya dapat melakukan fungsinya secara optimal sehingga proses metabolisme untuk membentuk nata juga menjadi lebih maksimal.

Menurut Sutarminingsih (2004) dalam Al Awwaly dkk, (2011) mengatakan bahwa penambahan konsentrasi ZA (sumber nitrogen) dalam pembuatan nata dapat meningkatkan jumlah polisakarida yang terbentuk, namun penambahan yang tinggi (lebih dari 1%) dapat menurunkan rendeman dan penurunan derajat putih pada nata yang dihasilkan. Selain itu ion- ion hasil hidrolisisnya akan menghasilkan warna gelap.

Media pertumbuhan Acetobacter xylinum sangat menentukan produk metabolisme yang diharapkan , sehingga dalam penyediaan media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri. Pembentukan selulosa oleh bakteri memerlukan nitrogen, glukosa , vitamin dan mineral yang cukup dalam media pertumbuhannya. Media dari sari kulit kentang diduga mengandung nutrisi yang paling baik dibandingkan dengan media yang berasal dari limbah kulit lainnya hal ini dapat ditunjukkan oleh jumlah serat kasar terbanyak yang dihasilkan yaitu 2,86 % selama fermentasi 14 hari.

Unsur mineral yang terkandung dalam suatu media seperti Kalium (K), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca) dan Fosfor (P), merupakan unsur yang juga diperlukan oleh Acetobacter xylinum sebagai komponen metabolisme dan pembentukkan kofaktot enzim terutama enzim ektraselulernya (Pambayun 2002).

Palungkun (1993), mengatakan bahwa pembentukan selulosa ekstraseluler hasil sintesis Acetobacter xylinum merupakan hasil konversi gula dan sumber karbon lainnya.

Pembentukan nata terjadi karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula atau media yang mengandung glukosa oleh sel-sel Acetobacter xylinum. Glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel .Prekursor ini dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel.

Acetobakter xylinum merupakan bakteri yang dapat tumbuh pada media yang mengandung karbon. nitrogen dan dalam kondisi asam serta cukup oksigen. Dalam kondisi tersebut bakteri dapat tumbuh melakukan metabolisme dan menghasilkan asam asetat serta lapisan nata yang terapung dipermukaan medium cair. Lapisan nata yang terbentuk

(9)

dimanfaatkan sebagai makanan ringan kaya serat dan rendah kalori sehingga baik untuk membantu pencernaan. Semakin lama masa inkubasi maka semua gula dalam media akan dirubah menjadi serat yang berupa nata, kekenyalan nata tergantung dari jumlah serat penyusunnya sehingga semakin lama masa inkubasi, nata yang dihasilkan akan semakin tebal dan keras.

Ramadhani (2002) menyatakan bahwa tingginya kadar serat juga dipengaruhi oleh umur panen atau masa inkubasi , sehingga makin lama umur panen nata maka serat yang dihasilkan akan semakin rapat dan tingkat kekenyalan akan semakin tinggi.

4.1 Tingkat Keasaman

Tingkat keasaman media sebelum dan sesudah inkubasi mengalami perubahan pada media yang berasal dari ubi kuning,ubi ungu dan ubi putih tingkat keasaman (pH) dari 4 sebelum inkubasi menjadi 3 sesudah inkubasi sedangkan pada kulit semangka,nenas,wortel dan kulit kentang tingkat keasaman meningkat dari 4 sebelum inkubasi menjadi 2 sesudah inkubasi. Peningkatan keasaman disebabkan bakteri Acetobacter xylinum dalam proses metabolismenya menghasilkan metabolit primer berupa asam asetat sehingga semakin banyak produk yang dihasilkan kondisi media akan semakin asam. Penurunan dari pH = 4 menjadi pH=2 pada media kentang bersesuaian dengan kadar serat yang dihasilkan karena medium kentang memiliki kadar serat tertinggi yaitu 2,86% . Peningkatan keasaman dari pH=4 sebelum inkubasi menjadi pH=3 sesudah inkubasi pada media ubi kuning bekesesuaian dengan kadar serat yang dihasilkan yaitu 1,73% .

Seragih ( 2004 ) menyatakan bahwa pertumbuhan Acetobacter xylinum dalam suatu media pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, tingkat keasaman media, temperature, dan udara (oksigen).

4.3. Warna Nata

Nata yang dihasilkan dari semua media berbagai jenis limbah kulit buah dan sayur serta umbi umumnya berwarna putih .Dari tingkat kualifikasi warna putih maka warna putih, putih sedikit transparan dan putih sangat transparan adalah warna nata yang disukai oleh konsumen hal ini berdasarkan pengamatan peneliti terhadap warna nata yang dijual dipasaran. Nata dengan warna putih, putih sedikit transparan dan putih sangat transparan dihasilkan pada medium kulit semangka sebanyak 74,8 % , kulit ubi jalar kuning 32,2%, kulit ubi jalar putih 26,63 % kulit nenas 14% dan kontrol sebanyak 100%, Dari hasil penelitian

(10)

tersebut menunjukan bahwa nata yang berasal dari media air kelapa ( kontrol ) mempunyai warna nata yang lebih berkualitas karena 100% berwarna putih sampai putih sangat transparan, selanjutnya kualitas warna berikutnya ada pada nata yang dihasilkan dari media kulit semangka, ubi jalar kuning dan ubi jalar putih dan nenas.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa warna nata tergantung dari warna media yang disediakan untuk pertumbuhan bakteri hal ini dapat dilihat pada tabel 8 bahwa media yang berasal dari kulit ubi jalar yang berwarna ungu menghasilkan 100% nata yang berwarna pink keunguan karena warna kulit ubi jalar yang ungu pada saat perebusan membuat media cair menjadi berwarna ungu. Pada kontrol yang menggunakan media air kelapa yang jernih tak berwarna akan menghasilkan nata 100% berwarna putih, sehingga dapat dikatakan kualitas warna nata sangat tergantung dari warna media.

Nata yang dihasilkan dari fermentasi Acetobacter xylinum umumnya berwarna putih seperti yang dinyatakan oleh Nainggolan (2009) bahwa bakteri Accetobacter xylinum menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun (mempolimerisasi) zat gula menjadi ribuan rantai (homopolimer) serat atau selulosa. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh dalam media, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata yang termasuk metabolit sekunder.

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian Potensi Berbagai Limbah Organik Sebagai Media Tumbuh Acetobacter xylinum Untuk Membentuk Serat Nata Pada Aplikasi Materi Bioteknologi maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Limbah organik yang berasal dari kulit kentang, kulit semangka, kulit nenas, kulit wortel, kulit umbi ubi jalar kuning , kulit umbi ubi jalar ungu dan kulit umbi ubi jalar putih dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bakteri Acetobakter xylinum untuk menghasilkan nata.

2. Kualitas nata yang dihasilkan berdasarkan kadar serat kasar menunjukkan adanya perbedaan kadar serat pada masing – masing media , kulit kentang menghasilkan serat kasar terbanyak yaitu 2,86% sedangkan kadar serat terendah dihasilkan pada media kulit umbi ubi jalar kuning yaitu 1,73%.

3. Kualitas nata yang dihasilkan berdasarkan kualitas warna menunjukkan bahwa warna nata yang dihasilkan sangat tergantung dari warna media pertumbuhannya, kualitas warna terbaik ada pada kontrol yaitu 100% nata berwarna putih sampai putih transparan sedangkan kualitas warna terburuk ada pada nata yang dihasilkan dari media

(11)

umbi ubi jalar ungu.

6. SARAN

Kepada para peneliti yang akan mengembangkan penelitian nata, maka disarankan

1. Fermentasi dapat menggunakan gelas kimia atau gelas kaca agar dapat diterilisasi dengan baik.

2. Untuk penelitian nata sebaiknya menggunakan medium dalam volume yang sedikit, agar setelah fermentasi 2 minggu , seluruh cairan medium dapat berubah menjadi serat selulosa yang terbentuk oleh Acetobacter xylinum.

7. DAFTAR PUSTAKA

Al-Awwaly, Khothibul Umam, Anindhita Puspadewi, dan Lilik Eka Radiati. 2011. Pengaruh Penggunaan Persentase Starter dan Lama Inkubasi Yang Berbeda Terhadap Tekstur, Kadar Lemak dan Organoleptik Nata de Milko. Jurnal Imu dan Tekhnologi Hasil Ternak. Vol.6, No.2.

Nainggolan J. 2009. Kajian pertumbuhan Bakteri Accetobacter sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus sabdariffa) pada Kadar Gula dan Lama Fermentasi yang Berbeda.

(Tesis). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Palungkun, R. 1999. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta Pembayun, R.2002. Teknologi Pengolahan Nata de Doco. Yogjakarta. Kanisius

Ramadhani, Aulia. 2002. Pengaruh Kombinasi Sukrosa dan Amonium Sulfat Terhadap Mutu Nata de Tomato. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang.

Saragih, Y,P.2004. Membuat Nata de Coco. Bogor : Puspa Warna Perencanaan Produksi .

b

(12)

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perencanaan Pembinaan dan Pengawasan

• Cacat karena pengerjaan mesin (Machine-defect) diperkenankan.. tidak lebih dari jumlah volume yang diekspor. • Produk kayu olahan sebagaimana diatur pada point 1 kadar air tidak

Kusuma dan Kawedar (2011),Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik

Karena ketiga persamaan Simplex Lattice Design yang diperoleh tidak ada yang regresi, maka tidak dapat digunakan untuk menentukan range komposisi optimum humektan dari formula gel

Pendawa Kencana Multy Farm berdasarkan matriks IFE dan EFE memiliki kekuatan terbesar yaitu kualitas produk terjaga dengan skor 0,468, kelemahan terbesar terdapat

Manfaat bagi kehidupan bermasyarakat diberikan oleh dosen-dosen Prodi S1 Kesmas FKM Unand melalui produk-produk hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang

Dalam analisis kualitatif senyawa organik dapat diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer, jika tersedia data yang direkam, dan

Hasil Penelitian : Uji statistik menggunakan wilcoxon test dengan hasil didapat ada pengaruh terapi musik klasik dan murottal terhadap penurunan tingkat depresi pada