• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanan misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makna spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanan misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta."

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul MAKNA SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS DALAM TUGAS PELAYANAN MISDINAR DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN YOGYAKARTA. Latar belakang munculnya judul skripsi di atas adalah sebagai misdinar anak-anak diajak untuk melayani Tuhan dengan keterbukaan hati dan semangat yang tinggi akan pelayanan. Dalam pelayanan tersebut dibutuhkan kekuatan yang besar untuk mencapai semangat tersebut salah satunya bisa dengan meneladani semangat Santo Pelindung misdinar yaitu Santo Tarsisius. Oleh karena itu, ini menjadi keprihatinan penulis untuk mengetahui seberapa besar pemahaman para misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta terhadap Spiritualitas Santo Tarsisius dan sejauh mana misdinar dapat menjadikan Santo Tarsisius sebagai teladan dalam melaksanakan tugasnya sebagai misdinar.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah berapa banyak misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta mengerti hakekat dari misdinar dan memahami spiritualitas Santo Tarsisiussebagai sumber kekuatan atau semangat bagi para misdinar dalam bertugas saat perayaan Ekaristi, serta perlunya penyegaran kepada para misdinar dalam melaksanakan tugas pelayanannya sebagai misdinar.

(2)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis entiles the MEANING OF THE SPIRITUALITY TARCISIUS IN ACOLYTE SERVICE SAINT MIKAEL PARISH PANGKALAN. The background of this title is as acolyte the children are invited to serve God with open heart and strong spirit of services. To reach this spirit, one of the way is by following the spirit of the saint Tarcisius, the acolyte patron. Therefore, it is the author’s concern to know how far the understanding of the acolytes about Saint Mikael Parish Yogyakarta of Saint Tarcisius spirituality and how far ther can make Saint Tarcisius as a patron to fulfill duties as acolytes.

The main issue in this undergraduate thesis is how many acolytes at Saint Mikael Parish Yogyakarta understand the principle of acolytes and Saint Tarcisius spirituality as the main source of power in duties at Eucharist and also the need for upgranding for the acolytes in doing their services.

In observation, the writer used an interview method. The interview result showed that the most acolytes stilol have not heard the story of Saint Tarcisius, so they don’t understand the spirituality of Saint Tarcisius. Therefore it is still needed as assistance for acolytes of Saint Mikael Parish Yogyakartato introduce Saint Tarcisius and to realize their services as acolytes. The writer proposed a recollection program for the acolytes. Recollection is expected to answer the need of acolytes in Saint Mikael Parish Yogyakarta, so that they can know better the figure of Saint Tarcisius, especialy is spirituality itself so that they can follow the services spirit of Saint Tarcisius. At the nd, the acolytes of Saint Mikael Parish Yogyakarta can fulfill their services more eagrly.

(3)

MAKNA SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS DALAM TUGAS

PELAYANAN MISDINAR DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Bernadus Novan Kristianto NIM: 101124050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

MAKNA SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS DALAM TUGAS

PELAYANAN MISDINAR DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Bernadus Novan Kristianto NIM: 101124050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus.

Keluargaku yang selalu mendukung dan membantu : mamah, bapak, kakak, dan semua keluarga besarku tercinta

Teman-teman terbaikku, para sahabat angkatan 2010 terkhusus teman-teman “Keluarga Longginus”, dan semua pihak yang selalu membantu, mendampingi

dan memberikan semangat baik dalam keadaan suka maupun duka. Para Romo, dosen dan karyawan di Program Studi Pendidikan Agama Katolik

(8)

v MOTTO

“Setiap orang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah”

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul MAKNA SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS DALAM TUGAS PELAYANAN MISDINAR DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN YOGYAKARTA. Latar belakang munculnya judul skripsi di atas adalah sebagai misdinar anak-anak diajak untuk melayani Tuhan dengan keterbukaan hati dan semangat yang tinggi akan pelayanan. Dalam pelayanan tersebut dibutuhkan kekuatan yang besar untuk mencapai semangat tersebut salah satunya bisa dengan meneladani semangat Santo Pelindung misdinar yaitu Santo Tarsisius. Oleh karena itu, ini menjadi keprihatinan penulis untuk mengetahui seberapa besar pemahaman para misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta terhadap Spiritualitas Santo Tarsisius dan sejauh mana misdinar dapat menjadikan Santo Tarsisius sebagai teladan dalam melaksanakan tugasnya sebagai misdinar.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah berapa banyak misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta mengerti hakekat dari misdinar dan memahami spiritualitas Santo Tarsisiussebagai sumber kekuatan atau semangat bagi para misdinar dalam bertugas saat perayaan Ekaristi, serta perlunya penyegaran kepada para misdinar dalam melaksanakan tugas pelayanannya sebagai misdinar.

(12)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis entiles the MEANING OF THE SPIRITUALITY TARCISIUS IN ACOLYTE SERVICE SAINT MIKAEL PARISH PANGKALAN. The background of this title is as acolyte the children are invited to serve God with open heart and strong spirit of services. To reach this spirit, one of the way is by following the spirit of the saint Tarcisius, the acolyte patron. Therefore, it is the author’s concern to know how far the understanding of the acolytes about Saint Mikael Parish Yogyakarta of Saint Tarcisius spirituality and how far ther can make Saint Tarcisius as a patron to fulfill duties as acolytes.

The main issue in this undergraduate thesis is how many acolytes at Saint Mikael Parish Yogyakarta understand the principle of acolytes and Saint Tarcisius spirituality as the main source of power in duties at Eucharist and also the need for upgranding for the acolytes in doing their services.

In observation, the writer used an interview method. The interview result showed that the most acolytes stilol have not heard the story of Saint Tarcisius, so they don’t understand the spirituality of Saint Tarcisius. Therefore it is still needed as assistance for acolytes of Saint Mikael Parish Yogyakartato introduce Saint Tarcisius and to realize their services as acolytes. The writer proposed a recollection program for the acolytes. Recollection is expected to answer the need of acolytes in Saint Mikael Parish Yogyakarta, so that they can know better the figure of Saint Tarcisius, especialy is spirituality itself so that they can follow the services spirit of Saint Tarcisius. At the nd, the acolytes of Saint Mikael Parish Yogyakarta can fulfill their services more eagrly.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Kasih, Sang sumber hidup karena atas berkat, rahmat dan kasih-Nya telah membimbing, menuntun dan menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MAKNA SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS DALAM TUGAS PELAYANAN MISDINAR DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN YOGYAKARTA.

Skripsi ini penulis susun sebagai kepedulian dan keprihatinan terhadap misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta yang msih kurang memahami dan memaknai spiritualitas dari Santo Pelindung misdinar. Bertolak dari situasi tersebut, penulis tertarik untuk membantu para misdinar dalam memahami dan memaknai spiritualitas Santo Tarsisius dengan lebih memperkenalkan dari kisah kehidupan Santo Tarsisius yang memiliki semangat pelayanan yang tinggi akan Sakramen Mahakudus. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk dapat lebih memperkenalkan spiritualitas Santo Tarsisius. Selain itu, skripsi ini juga disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(14)

xi

penuh rasa syukur penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya dan mengucapkan banyak terimakasih melalui kesempatan ini kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen pembmbing utama yang telah memberikan kesempatan, memberikan waktu luang, rendah hati untuk membimbing, mengarahkan, memberikan masukan-masukan juga pengetahuannya yang membangun dan bermanfaat dari awal hingga akhir penulisan skripsi dengan penuh kesabaran dan murah hati sehingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Bapak P. Banyu Dewa HS. S.Ag. M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji II yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis ketika menghadapi hambatan maupun masalah dalam menyelesaikan skripsi dan selama proses kuliah di PAK.

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK. M.Pd selaku dosen penguji III yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan saran, masukan yang berarti dan membangun dalam perkembangan skripsi dan hidup penulis. 4. Kaprodi PAK-USD Yogyakarta, Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed.,

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi ini.

(15)

xii

kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini dengan mencari data di Paroki Santo Mikael Pangkalan Ygyakarta.

6. Para Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta yang telah bersedia membantu dan mendukung penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini.

7. Segenap staf dosen program studi Pendidikan Agama Katolik jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan sepenuh hati, penuh kesabaran telah mendidik, menuntun, mendampingi, mengarahkan dan membimbing penulis selama menempuh proses pendidikan dari awal sampai terselesaikannya penulisan skripsi ini.

8. Segenap staf karyawan Pendidikan Agama Katolik-Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu menyapa, memberikan senyuman, dan melayani penulis maupun mahasiswa/i dengan sepenuh hati dan kekeluargaan selama menjalani proses pendidikan dari awal sampai menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Keluargaku : Mamah, Bapak, Mbak Dewi, dan segenap keluarga besarku yang dengan penuh kasih dan cinta selalu mendoakan, mendukung, memberi semangat, menegur, mengingatkan, membantu penulis dalam setiap perjalanan studi di PAK-USD Yogyakarta sehingga mendorong penulis untuk menyelesaikan studi ini dan membuat mereka bahagia.

(16)
(17)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

MOTTO ……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA …………... vii

ABSTRAK ………... viii

ABSTRACT ……….... ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ………... xiv

DAFTAR SINGKATAN ………... xvii

BAB I : PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ………. 2

C. Tujuan Penulisan ……….. 3

D. Manfaat Penulisan ……… 3

E. Metode Penulisan ………. 5

F. Sistematika Penulisan ……….. 5

BAB II : SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS DAN PELAYANAN MISDINAR DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN YOGYAKARTA ………. 7

A. Makna Spiritualitas Santo Tarsisius ………. 7

1. Spiritualitas ……….... 7

2. Sejarah Singkat Santo Tarsisius ………. 8

3. Spiritualitas Santo Tarsisius ……… 12

B. Pelayanan Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta ……… 12

1. Apa itu Pelayanan ………. 12

2. Apa itu Misdinar ……… 13

3. Makna Spiritualitas Misdinar ……… 13

C. Melayani dengan Penuh CInta ……….. 14

1. Menjalankan Tugas dengan Penuh Cinta ……….. 14

(18)

xv

3. Bertanggung jawab atas Tugas yang dipercayakan ……... 16

D. Melayani Tanpa Pamrih ……… 16

E. Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta ………... 17

1. Sejarah Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta ... 17

2. Data Spesifikasi Gereja ……….. 20

F. Kegiatan Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan ………. 23

G. Gambaran Umum Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan …… 24

1. Gambaran Tugas Pelayanan Misdinar di Paroki …… ………... 24

H. Gambaran dan Situasi Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan (Kelompok Usia, Tempat Tinggal, atau Wilayah, dan Kegiatan Misdinar) ………... 25

I. Penerapan Spiritualitas Santo Tarsisius pada Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan ……… 26

1. Penerapan Spiritualitas Pelayanan ……… 26

2. Penerapan Spiritualitas Kesetiaan ………. 27

3. Penerapan Spiritualitas Ketaatan ………... 28

BAB III : PENELITIAN ………... 29

A. Latar Belakang Penelitian ………. 29

B. Rumusan Masalah ………. 30

C. Tujuan Penelitian ………... 30

D. Manfaat Penelitian ………. 30

E. Jenis Penelitian ……….. 31

F. Metode Penelitian ……….. 31

G. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 31

H. Responden Penelitian ……… 32

I. Instrumen Penelitian ……….. 32

J. Teknik Penelitian ………... 32

K. Variabel Penelitian ……… 33

L. Hasil Penelitian ………..

M. Pembahasan ………..

(19)

xvi

BAB IV : USULAN KEGIATAN REKOLEKSI

………... 50

A. Pengantar ………... 50

B. Latar Belakang Penyusunan Usulan Kegiatan ……….. 50

C. Pengertian Rekoleksi ………. 52

D. Tujuan Usulan Kegiatan Rekoleksi ………... 52

E. Usulan Kegiatan Rekoleksi bagi Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta ………... 52 F. Proses Rekoleksi ……… 54

BAB V : PENUTUP ………... 82

A. Kesimpulan ……… 85

B. Saran ……….. 84

DAFTAR PUSTAKA ……… 97

LAMPIRAN ………... 88

Lampiran 1 : Surat Izin penelitian ………... 1

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara ………. 2

Lampiran 3 : Hasil Wawancara dengan Misdinar ………... 3

Lampiran 4 : Data Misdinar ………. 18

(20)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru; dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Lain

PAK : Pendidikan Agama Katolik USD : Universitas Sanata Dharma Vikep : Vikaris Episkopal

GSMP : Gereja Santo Mikael Pangkalan KK : Kepala Keluarga

TNI : Tentara Nasional Indonesia

AURI : Angkatan Udara Republik Indonesia HAM : Hak Asasi Manusia

SARA : Suku Ras dan Antar golongan KAS : Keuskupan Agung Semarang PSMPA : Paroki Santo Mikael Pangkalan POLRI : Polisi Republik Indonesia GKSM : Gereja Katolik Santo Mikael

(21)

xviii AKPOL : Akademi Kepolisian OMK : Orang Muda Katolik TC : Tarsisius Cup SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMK : Sekolah Menengah Kejuruan DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta AAU : Akademi Angkatan Udara Yoh : Yohanes

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengalaman yang dialami penulis sebagai misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta. Pelayanan yang dilakukan para misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan tergolong hal yang biasa dilakukan oleh para misdinar. Karena mereka menganggap hal tersebut sudah biasa dilakukan saat mereka bertugas. Dan mereka pun masih ada beberapa yang belum mengerti akan tugas dan peran mereka sebagai misdinar.

(23)

Kenyataan inilah yang terjadi di Paroki Santo Mikael Pangkalan. Para misdinar kurang menghayati iman mereka dan mereka hanya melayani sebagai rutinitas belaka saat menjadi misdinar. Anak-anak dan remaja yang menjadi misdinar hanya karena mengikuti temannya yang sudah menjadi seorang misdinar. Misdinar melakukan tugas pelayanannya seringkali kurang menghayati dengan iman dan spiritualitas mereka sebagai misdinar. Beberapa contoh misalnya, misdinar yang sering berbicara dengan temannya saat bertugas melayani di altar, memakai pakaian misdinar tidak rapi, dan melakukan perbuatan yang mengurangi kesakralan dari perayaan Ekaristi. Hal ini akan mengakibatkan kurangnya keseriusan para misdinar dalam melayani perayaan Ekaristi di gereja.

Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud memberikan sumbangan pemikiran usaha meningkatkan spiritualitas para misdinar dengan mencontoh dari Santo Tarsisius yang menjadi panutan bagi para misdinar untuk pelayanan misdinar di Paroki St. Mikael Pangkalan, Yogyakarta. Penulis mengangkat judul skripsi: “MAKNA SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS DALAM PELAYANAN TUGAS MISDINAR DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN YOGYAKARTA“

B.Rumusan Masalah

Berdasaran latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasikan masalah skripsi sebagai berikut :

(24)

3. Bagaimana para petugas misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan memahami spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanannya ?

4. Pendampingan misdinar seperti apa yang relevan bagi tumbuh kembangnya spiritualitas Santo Tarsisius dalam pelayanan misdinar di Paroki Santo Mikael, Pangkalan?

C.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini untuk :

1. Mengetahui arti dari spiritualitas Santo Tarsisius. 2. Memahami hakekat sebagai misdinar.

3. Mengetahui pemahaman misdinar Paroki Santo Mikael Pangkalan terhadap spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanan.

4. Merumuskan usulan kegiatan pendampingan misdinar yang relevan bagi tumbuh kembangnya spiritualitas Santo Tarsisius dalam pelayanan misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta.

D.Manfaat Penulisan

1. Bagi Para Misdinar

(25)

2. Bagi Pendamping Misdinar

Para pendamping misdinar dapat memberikan pelatihan secara intensif kepada calon-calon misdinar khususnya di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta sehingga dapat menghasilkan para misdinar yang mengerti akan tujuan dan tugasnya secara mendalam.

3. Bagi Paroki Santo Mikael Pangkalan

Paroki dapat memiliki misdinar yang menjiwai semangat Santo Tarsisius dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan perayaan Ekaristi dan mampu hidup dalam pelayanan bagi sesama dengan bekal spiritualitasnya sebagai misdinar.

4. Bagi Penulis

Penulis berharap agar memiliki pengalaman dan pengetahuan yang baru tentang misdinar secara keseluruhan dan memberikan sumbangan bagi kemajuan pelayanan misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta. Kedua, agar dapat memberikan saran kepada Gereja untuk dapat lebih mengedepankan masa depan Gereja lewat para misdinar.

5. Bagi Para Pembaca

(26)

E.Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2005: 21)

Sedangkan dalam penelitian metode yang dipakai adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Penelitian kualitatif merupakan data yg berbentuk kata, skema, dan gambar.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokok-pokok sebagai berikut:

BAB I :

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II :

(27)

BAB III :

Bab ini membahas tentang penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu mengenai keterlibatan misdinar dalam pelayanan di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta.

BAB IV :

Bab ini berisi tentang usulan kegiatan dan contoh pelatihan bagi pelayanan misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta.

BAB V :

(28)

BAB II

SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS DAN PELAYANAN MISDINAR

DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN YOGYAKARTA

Dalam Bab II ini diuraikan mengenai tentang pengertian dari Spiritualitas secara umum dari berbagai sumber dan menguraikan tentang sejarah dari Santo pelindung para misdinar yakni sejarah kehidupan Santo Tarsisius dan melihat spiritualitas Santo Tarsisius yang menjadi pondasi atau dasar bagi para misdinar dalam menjalankan tugas pelayanannya di gereja dalam perayaan Ekaristi.

Setelah itu dalam Bab II ini juga diuraikan mengenai arti pelayanan secara umum dan spesifik pelayanan dalam menggereja dan diuraikan pula mengenai arti dari misdinar dan spiritualitas para misdinar dan pada penutup Bab II ini diuraikan pula tentang Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta secara umum.

A. Spiritualitas Santo Tarsisius

1. Spiritualitas

Menurut perspektif bahasa “Spiritualitas” berasal dari kata “spirit” yang berarti “jiwa”. Dan istilah “Spiritual” dapat didefinisikan sebagai pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna, tujuan, dan moralitas (Gabriel, 2001: 78).

(29)

dimaksudkan sebagai hubungan seorang pribadi beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan (Lalu, 2007: 150-151).

Spiritualitas merupakan dasar kehidupan manusia dalam menjalani hidup dengan orang lain. Karena spiritualitas berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Jika manusia memiliki spiritualitas yang baik, maka manusia itu telah menjalin relasi yang baik pula dengan Allah dan mampu memaknai tujuan hidupnya secara utuh dan memiliki nilai moralitas yang baik pula terhadap sesamanya. Dalam hal ini spiritualitas sangat diperlukan bagi para misdinar dalam menjalankan tugas pelayanannya di gereja dalam membantu pastur memimpin perayaan Ekaristi. Spiritualitas perlu dihadirkan dalam diri para misdinar supaya para misdinar mampu menjalankan tugas pelayanannya dengan setulus hati dan sungguh-sungguh menjiwai semangat pelayanannya.

2. Sejarah Singkat St. Tarsisius

Sekitar tahun 250, keberadaan agama kristiani dilarang di Roma, bahkan Kaisar Valerianus memerintah polisi Roma untuk mencari orang-orang yang percaya kepada Kristus untuk ditangkap, disiksa dan dibunuh. Meski banyak orang kristiani banyak yang terbunuh, tetapi banyak murid-murid Kristus yang tetap setia tidak mau mempersembahkan korban kepada para berhala Romawi. Dalam situasi semacam itu, orang-orang kristiani hanya berani berkumpul pada malam hari di “katakomba”, yaitu teras kuburan bawah tanah membentuk gang

(30)

kristiani yang setiap pagi, sebelum fajar datang, dengan riang gembira ia menuju ke tempat tersebut dengan berjalan kaki melintasi lorong-lorang kota Roma untuk melayani imam merayakan Ekaristi.Suatu pagi seperti biasa, Tarsisius ke sana untuk melayani imam merayakan Ekaristi.

Hari itu Paus sendiri yang mempersembahkan Ekaristi, namun saat itu hanya sedikit yang datang merayaakan Ekaristi, sebab beberapa hari yang lalu, banyak orang kristiani yang ditangkap oleh polisi Roma. Beberapa orang kristiani terpaksa menyelamatkan diri ke luar kota untuk mencari tempat yang dirasa aman. Orang yang hadir pada saat perayaan Ekaristi itu adalah orang yang selamat dari pencarian dan penggeledahan polisi Roma saat itu. Selesai Misa, Tarsisius tidak segera pulang, ia membantu mengatur alat-alat Misa. Tarsisius mendengar Paus mengeluh: “Kemarin seorang petugas penjara datang ke mari dengan diam-diam.

Ia mengatakan, bahwa saudara-saudara kita yang dipenjarakan ingin sekali menyambut Tubuh Kristus sebelum mereka dibunuh. Tetapi banyak imam sudah ditangkap. Saya sendiri tidak bisa ke sana, sebab saya sudah dikenal. Mana bisa kami mengabulkan permohonan mereka?”

Tarsisius langsung menghampiri Paus, katanya: “Kenapa Bapa Suci tidak mengutus saya? Saya tidak akan dicurigai.” Paus langsung menjawab: “Jangan

nak, kamu masih terlalu muda. Tugas itu terlalu berbahaya untukmu!” Tarsisius

tetap bertekat untuk membantu, katanya: “Tetapi setiap pagi saya datang ke mari,

Santo Bapa, saya satu-satunya pelayan Misa yang selalu datang. Saya tidak takut. Apalagi hari masih pagi, jalan juga masih sepi.” Melihat semangat itu, Paus

(31)

Paus berlutut dengan hormat ke depan altar, mengambil beberapa Hosti Suci dan dimasukan dalam sebuah kotak kecil yang terbuat dari emas. Kotak kecil itu dikalungkan dengan tali dileher Tarsisius yang berlutut di hadapan Paus. Tarsisius segera menutupinya dengan “toga”, yaitu semacam mantol, yang dipakainya.Tarsisius segera berangkat.

Ia memagangi kotak emas itu erat-erat dibawah toga supaya jangan hilang. Hatinya berdebar-debar. Ia merasa bahagia atas kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh Paus sendiri. Dalam hati ia berdoa kepada Yesus, yang sedang di bawanya untuk menghibur para tawananan. Tapi tanpa disangka-sangka, hari itu beberapa teman Tarsisius telah bangun pagi dan berjalan-jalan. Seorang temannya melihat Tarsisius terburu-buru menghampirinya dan bertanya: “Hai, Tarsisius pagi-pagi begini kamu mau pergi kemana? Kok terburu-buru?” Tarsisius tidak

menjawab. Seorang teman Tarsisius yang menyusul dan menepuk bahunya, bertanya: “Kamu kok tidak seperti biasa, ada apa? Apa yang kamu bawa di bawah toga itu?” Seorang teman malah mencoba menarik toga Tarsisius. Toga Tarsisius

tersingkap, dan kotak emas Hosti Suci terlihat.

Temannya yang mengenali benda itu, berkata: “Lihat, sepertinya ia membawa

sesuatu dari orang kristiani kepada itu!” Teman-teman Tarsisius mulai berteriak

serentak: “Serahkan barang itu, Ayo cepat! Berikan pada kami atau kami ajar!”

(32)

Karena keteguhan hati Tarsisius, teman-temannya menjadi jengkel dan mulai memukul, menendang bahkan melempari Tarsisius dengan batu. Tapi tetap saja kotak itu tidak dilepaskan oleh Tarsisius. Seorang teman Tarsisius sangat jengkel, akhirnya mengayunkan pentung dan memukul kepala Tarsisius. Tarsisius terpelanting jatuh mengucurkan darah. Tepat saat itu suara keras menegur mereka: “Apa yang kalian perebutkan!” diikuti munculnya seorang polisi menghampiri

mereka. Teman-teman Tarsisius ketakutan, mereka melarikan diri meninggalkan Tarsisius yang tergeletak bersimbah darah. Polisi itu menghampiri Tarsisius. Ketika Tarsisius mengenali wajah itu tersenyum. Polisi itu seorang kristiani. Dengan sisa tenaganya Tarsisius menyerahkan Sakramen Mahakudus kepada Polisi itu. Si Polisi mengangguk mengerti.

(33)

3. Spiritualitas Santo Tarsisius

Tarsisius dihormati Gereja sebagai pelindung para akolit dan pelayan Misa. Menurut tradisi abad ketiga, yang didasarkan pada sebuah syair dari Paus Santo Damascus (366-384), Tarsisius adalah seorang martir yang mati di tangan orang-orang kafir karena ia menolak menyerahkan Tubuh Kristus kepada anjing-anjing penindas itu. Sedangkan menurut tradisi abad keenam, Tarsisius dikenal sebagai seorang akolit muda yang ditugaskan membawa Komuni Kudus kepada orang-orang Kristen yang dipenjarakan selama masa penganiayaan yang dilancarkan oleh Kaisar Valerianus (253-260). Penghormatan dan kebaktian kepada Sakramen MahaKudus didasarkan pada kesaksian iman Tarsisius. Tarsisius dikuburkan di pekuburan Santo Kallistus di Roma.

Santo Tarsisius adalah Martir yang diangkat oleh Gereja sebagai pelindung para misdinar. Karena kesetiaan dan ketaatannya kepada Sakramen Mahakudus, ia rela mengorbankan nyawanya agar Sakramen Mahakudus tidak jatuh ke tangan orang-orang jahat. dan karena keberaniannya inilah Tarsisius dijadikan Santo pelindung bagi para misdinar di seluruh dunia. Spiritualitas ketaatan inilah yang patut dicontoh oleh para misdinar dalam pelayanan di Gereja.

B. Pelayanan Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta

1. Apa itu Pelayanan

(34)

seseorang ketika menjadi misidinar atau pelayan pastur saat perayaan Ekaristi di gereja. Karena dalam hal tersebut terjadi aktivitas melayani dan dilayani dan bersifat secara langsung.

2. Apa itu Misdinar

Misdinar adalah kata dalam bahasa Indonesia, kata misdinar ini sama dengan kata dalam bahasa Jerman: “Messdiener” Kata Messdiener” berarti pelayan Misa Kudus. Dalam bahasa Inggris, biasa digunakan istilah altar “servers atau pelayanan altar, atau “boys and girls to service at the altar”. Jadi menurut arti dari asal usul katanya, misdinar itu adalah seorang pelayan, yakni pelayan Misa Kudus atau pelayan perayaan Ekaristi (Martasudjita, 2008: 12-13). Dalam praktek, misdinar juga menjadi pelayan berbagai perayaan liturgi dan ibadat yang tidak selalu Misa Kudus. Sinonim untuk kata misdinar iyalah putra-putri altar. Kalau misdinar itu laki-laki, ia disebut putra altar. Apabila misdinarnya putri ia disebut putri altar. Apabila misdinarnya campuran maka mereka disebut putra-putri altar.

Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Pada saat Misa Kudus berlangsung Tuhan Yesus Kristus sendiri hadir secara istimewa di atas altar, dalam rupa roti dan anggur yang diterimakan saat komuni berlangsung. Dengan demikian bila kita menjadi putra-putri altar sama saja kita menjadi pelayan Tuhan Yesus Kristus.

3. Makna Spiritualitas Misdinar

(35)

pelayanan para misdinar. Sebagai pelayan Misa, hendaknya kita mengembangkan “semangat jiwa pengabdian tanpa pamrih (Gabriel, 2001: 78). Adapun yang

dimaksud dengan semangat pengabdian tanpa pamrih adalah sebagai berikut:

C. Melayani dengan Penuh Cinta

Melayani bukanlah tugas yang hina, melainkan tugas yang luhur dan mulia. Apalagi Tuhan sendiri yang kita layani dalam perayaan Ekaristi. Karenanya semangat ini juga menyiratkan rasa syukur atas kesempatan boleh melayani Tuhan dan sesama. Bukankah setiap umat bisa leluasa baik altar dan melayani imam. Tugas istimewa ini justru dipercayakan kepada kita, para misdinar (Gabriel, 2001: 78-80).

Sebagai misdinar kita dituntut untuk melaksanakan karya pelayanan kita dalam tugas kita di gereja. yaitu melayani pastur dalam melayani saat perayaan Ekaristi berlangsung. secara khusus saat misa berlangsung disitulah Allah sungguh-sungguh hadir. Maka kita perlu memiliki sikap melayani dengan penuh cinta dalam tugas pelayanan kita sebagai misdinar. Karena yang kita layani adalah Allah yang sungguh-sungguh hadir saat perayaan Ekaristi berlangsung.

1. Menjalankan tugas dengan penuh cinta

(36)

dengan penuh cinta, niscaya tugas seberat apapun akan terasa ringan dan menyenangkan.

Sebaliknya, bila tugas itu hanya dipandang sebagai kewajiban, tentu akan terasa makin berat. Hendaknya kita menjalankan tugas karena didorong oleh cinta kepada Tuhan dan umat. bukan semata-mata karena kewajiban kita sebagai misdinar yang harus ada saat perayaan Ekaristi berlangsung. Sebagai misdinar kita lah yang menjadi pusat perhatian umat dan menjadi pelayan liturgi secara satu kesatuan dalam perayaan Ekaristi. Bisa dibayangkan, tanpa kita para misdinar tentunya perayaan Ekaristi kurang berjalan lancar dan meriah (Gabriel, 2001: 78). 2. Rendah hati

Melayani Tuhan di altar adalah tugas misdinar sebagai pelayan-pelayan Misa. Sebagai pelayan, tentu tidak selayaknya kita memegahkan diri. Sekalipun mengemban tugas yang luhur, hendaknya kita tidak menjadi sombong, tetapi berani belajar seperti Yohanes Pemandi yang berkata, “Yesus harus makin

besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3:30). Dan bila selesai menjalankan tugas, kita harus berani berkata, “Kami adalah hamba-hamba yang tidak

berguna; kami hanya lakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17:10). Kerendahan hati kita sebagai misdinar tampak ketika kita tidak pilih-pilih dalam tugas, tetapi siap menerima dan menjalankan setiap tugas yang dipercayakan oleh pengurus (Gabriel, 2001: 79).

(37)

Ekaristi kita tidak mementingkan egois kita sendiri, melainkan kita mampu bersama-sama dengan anggota misdinar yang lain saling membantu dan memberikan pelayanan kita dengan baik.

3. Bertanggung Jawab atas Tugas yang Dipercayakan

Tugas yang telah dipercayakan itu hendaknya kita laksanakan dengan setia. Bertanggung jawab berarti saya menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Konkretnya lagi, saya menyiapkan diri, datang tepat waktu, dan di altar berprilaku santun sehingga membantu kekhusukan umat dalam berdoa. Kalaupun berhalangan untuk bertugas, saya akan mencari penggantiku (Gabriel, 2001: 80).

Maka dapat dikatakan, sebagai misdinar kita perlu membangun sikap tanggung jawab akan tugas yang telah kita peroleh. Salah satunya seperti disebut diatas dengan cara menyiapkan diri dengan baik, datang lebih awal ke gereja untuk bertugas, dan menunjukkan sikap perilaku kita yang santun saat kita bertugas. Mengapa ini perlu dilakukan, karena kita sebagai misdinar kita akan menjadi pusat perhatian umat saat melaksanakan perayaan Ekaristi. Jika kita tidak berperilaku santun, maka kita akan dipandang kurang baik oleh umat.

D. Melayani Tanpa Pamrih

(38)

perhatian dan sebagainya. Semua motivasi memang tidaklah salah sama sekali, bahkan terkadang memang menambah “spirit”. Tetapi motivasi yang ber-“udang

di balik batu demikian, terus-menerus harus dimurnikan bila kita ingin melayani Tuhan dengan penuh ketulusan hati (Gabriel, 2001: 80).

Pelayanan inilah yang harus diperjuangkan oleh para misdinar yaitu mau melayani dengan setulus hati tanpa memikirkan apa yang akan diperolehnya nanti setelah bertugas. Karena kita sebagai misdinar dituntut untuk mau memberikan diri kita secara utuh untuk menjadi pelayan Tuhan dan tidak memilih-milih tugas npelayanan apa yang kita inginkan atau sukai. Tetapi kita siap untuk melayani saat perayaan apapun, baik itu di gereja atau saat dimanapun kita diminta untuk menjadi misdinar.

E. Paroki Santo Mikael PangkalanYogyakarta

1. Sejarah Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta

(39)

Dalam proses pembangunan GSMP mengalami pasang surut dan beberapa kali atap roboh. Akhirnya demi menjamin rasa aman dalam beribadat dibentuklah panitia Pembangunan dan Renovasi GSMP. GSMP yang resmi pada saat itu mempunyai jumlah umat 300 jiwa yang terdiri dari 197 KK. Yang setiap minggunya on the spot. Tgl 21 September 2003 surat hibah pengelolaan lahan turun dari Pusat Pengolahan Data AURI. GSMP mempunyai ciri khas dalam pelayanannya yaitu Teritorial secara umum tetapi juga Kategorial secara khusus. Sebagai kelengkapan pelayanan GSMP juga sudah membangun Panti Gereja Marsma TNI Ignatius Dewanto yang diresmikan 1 hari sebelum hari bakti TNI AU ke 60 oleh Komandan Lanud Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Benyamin S Dandel, S.Ip Tanggal 28 Juli 2004 Gereja St.Mikael Pangkalan diberkati dan diresmikan oleh MGR.Ignatius Suharyo,Pr Uskup Agung Semarang. Dua hal yang dipesankan Bapa Uskup adalah : “Tetapi Apakah Gereja Kristus Hanya Soal Tempat Saja, soal Pelayanan Saja, Gereja tetap Membutuhkan Umat-Nya untuk Aktif memberikan kesaksian .“Mari Bersama-sama Kita Laksanakan”.

(40)

Namun demikian, sebagai gereja GSMP mau tidak mau harus membawa kabar baik, cinta dan harapan sekecil apapun di tengah tantangan sebesar apapun.

Keberanian seluruh umat memandang GSMP seperti ini akan sangat menentukan arah pertumbuhan gereja. Lagipula, GSMP yang hadir secara fisik, berasal dan berlokasi di lingkungan militer angkatan udara berpengaruh baik secara positif maupun negatif dalam kehidupan menggereja umat. Dalam situasi seperti ini, cara umat memandang dirinya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sangat sesuai dengan peran strategis angkatan udara di mana gereja ini berada. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini status gereja masih berupa wilayah akan tetapi memiliki infrastruktur dan jumlah umat yang memadai sehingga menjadikan gereja pangkalan mempunyai potensi yang besar untuk tumbuh apabila dikelola secara sistematis dan berkelanjutan.

Besarnya sumbang sih gereja terhadap pengembangan hidup berbangsa tidak perlu mengandalkan jumlah yang bisa dimanifestasikan dalam kekuatan politik tertentu tetapi justru akan lebih efektif lewat serangkaian pilihan sikap dan teladan. Untuk itu, kedudukan dan situasi GSMP tidak akan memperkecil potensi sumbang sihnya kepada bangsa dan negara. Tentu saja sebagai bagian dari gereja di lingkungan Keuskupan Agung Semarang maka gereja pangkalan mewarisi visi dan misi KAS yang memfokuskan dirinya pada pembangunan persudaraan sejati dengan semua pihak yang berkehendak baik.

(41)

persaudaraan sejati sesuai dengan kapasitas, lingkungan maupun concern/perhatiannya masing-masing. Dengan cara pandang ini, kehidupan menggereja di GSMP tidak akan hanya berpusat di seputar liturgi tetapi malah sebaliknya akan mengusahakan kehidupan liturgis yang kontekstual dan komunikatif. Hal ini juga akan membawa konsekuensi sistem penggalangan kegiatan umat yang tidak semata-mata berbasis teritorial tetapi akan dikembangkan kegiatan umat berbasis minat dalam bentuk kelompok umat basis. 2. Data Spesifikasi Gereja

Gereja Katolik Santo Mikael memiliki semboyan “Pro Ecclesia et Patria”.

Gereja Katolik Santo Mikael memiliki visi yaitu Visi umat PSMPA (Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto) akan mencangkup visi tentang esensi jati diri beserta visi tentang bagaimana cara mengaktualisasikan diri. Secara umum visi gereja haruslah sama dengan visi Yesus tentang gereja yakni visi Kerajaan Allah. Oleh karenanya visi PSMPA harus mampu menerjemahkan visi Kerajaan Allah di dalam konteks dan lingkungan dari mana gereja berasal, hidup dan mengarahkan diri “umat Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto adalah keluarga umat

beriman yang saling mencintai dan memuliakan Tuhan demi semakin terwujudnya Kerajaan Allah melalui hidup menggereja yang kontekstual, inklusif, bekerja sama dengan semua pihak yang berkehendak baik sehingga mampu memberdayakan setiap anggota gereja menjadi agen perubahan yang signifikan dan relevan”.

(42)

dengan keluarga umat Allah yang mewujudkan kerajaan Allah, maka misi PSMPA berorientasi pada pemberdayaan keluarga umat Allah. Adapun misi gereja St. Mikael adalah PSMPA memperdayakan potensi seluruh hidup demi pertumbuhan iman umat yang dewasa dan inklusif, PSMPA membangun system kerja cara komunikasi dan pola pengampnilan keputusan yang saling melayani, PSMPA mengembangkan liturgi yang kontekstual dan dialogis, PSMPA menjalin kerja sama dengan semua pihak yang berkehendak baik, PSMPA berniat terlibat aktif dalam penanganan persoalan sosial kemasyarakatan yang relevan dengan fokus perhatian pada gerakan cinta tanah air dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Gereja Santo Mikael Pangkalan terletak di dalam area Pangkalan Udara TNI AU Lanud Adisutjipto yang beralamatkan di Jl. TPT Sapardal no 1 Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta. Gereja tersebut diberkati oleh Vikep DIY Rm. Jayasewaya, Pr pada tanggal 19 Agustus 2001 dan diresmikan oleh Mgr. Ignatius Suharyo dan Uskup TNI POLRI dan Marsekal Pertama TNI Benyamin Dandel, S.Ip dan Komandan Lapangan udara Adisutjipto pada tanggal 28 Juli 2007. Gereja Katolik Santo Mikael dikukuhkan sebagai Paroki mandiri oleh Mgr. Ignatius Suharyo pada 29 September 2009.

(43)

serbaguna seluas 300 m2. Fasilitas pendukung seluas 97,75 m2 untuk panti gereja dan kaum muda, ruang peduli lingkungan, taman komunikasi, taman bacaan anak, dan ruang komunikasi sosial. Taman doa “Maria Dolorosa” di bagian timur gereja

seluas 164 m2. Area parkir 5000 m2 termasuk listrik, air, sumur, dan keamanan seluas 5000 m2 berstatus milik gereja.

Pastor yang berkarya saat ini adalah pastor Maria Marcelinus Bintoro, Pr dan Pastor Paulus Triwahyu Widiantoro, Pr. Dalam tugas pelayanannya Gereja Santo Mikael Pangkalan membuka pelayanannya bagi umat setiap hari pada jam kerja pukul 08.00-16.00 dan pada hari Minggu di gereja Santo Mikael Pangkalan tidak membuka pelayanan untuk umat. Pelayanan Perayaan Ekaristi misa harian dilaksanakan setiap hari senin sampai jumat pukul 05.45 Wib, misa Mingguan dilaksanakan setiap sabtu sore pukul 16.30 Wib dan minggu pagi pukul 08.00 Wib. Misa khusus dilaksanakan setiap jumat pertama pukul 12.00 Wib untuk dinas TNI AU dan pukul 17.00 Wib untuk umum dan Adorasi.

(44)

Karya teritorial andalan GKSM antara lain adalah kompetensi pelayanan sekretariat, dokumentasi laporan kegiatan umat, sistem komputerisasi bagi pendataan umat (Kartu keluarga), kesiapan assessment inventaris gereja pengelolaan aset secara sistematis. Kelompok sesawi (Tim Penggerak Lingkungan) taman bacaan anak, taman komunikasi iman, perhatian kepada kiprah kaum muda (OMK), pelestarian budaya kerawitan bernuansa liturgis, liturgi kontektual, kehidupan devotionalia dan adorasi, paguyuban dana pendidikan, paguyuban OMK Indonesia Timur NTP, paguyuban gamelan anak, paguyuban gamelan dewasa ngesti padha, layanan rutin Ekaristi dan pastoral care di rutan Wirobrajan, pelayanan rutin Perayaan Ekaristi live oleh RRI Pro II Yogyakarta. Karya kategorial andalan meliputi perpustakaan kategorial TNI AU, konsultasi psikologi dan bantuan hukum setiap senin sampai jumat pukul 12.30-14.00 Wib dari anggota TNI AU di ruangan konsultasi pastoran, pusat studi perdamaian dan resolusi konflik, perhatian karya pastoral OCI pada pendidikan pembentukan karakter bagi calon pemimpin bangsa, wadah kegiatan umat katolik di lingkungan TNI-POLRI, pelayanan rutin kunjungan pastoral care pada RUSPAU dr. Hardjolukito, pelayanan khusus bagi pembinaan rohani dan karakter bagi Taruna AKMIL dan AKPOL.

F. Kegiatan Misdinar Paroki Santo Mikael Pangkalan

(45)

biasanya bertepatan dengan hari jadi Paroki atau hari pesta nama pelindung Paroki, kegiatan Natal bersama, dan Paskahan bersama. Para misdinar ini pun ikut memeriahkan kegiatan yang diselenggarakan oleh panitia pesta nama. Selain itu juga kegiatan yang sifatnya didalam lingkungan Paroki adalah kegiatan rapat rutin yang diadakan satu bulan sekali untuk para misdinar dan latihan bersama bagi para anggota misdinar yang baru bergabung.

Kegiatan yang sifatnya diluar, menyesuaikan dari program kerja dari pengurus misdinar. Kegiatan yang pernah dilaksanakan atau diadakan oleh para misdinar yaitu kunjungan yang pernah diadakan yaitu mengadakan bakti sosial ke panti asuhan yang ada di Playen, Wonosari. Dan juga kegiatan diluar yang rutin diikuti oleh para misdinar yaitu Tarsisius Cup. Dimana para misdinar se-Kevikepan DIY dikumpulkan menjadi satu dengan satu Paroki menjadi tuan rumah diselenggarakannya Tarsisius Cup (TC) tersebut dan dalam kegiatan TC terdapat bermacam-macam perloombaan. Misalnya, dari tingkat SD ke SMP diadakan Futsal, lalu lomba cerdas cermat Alkitab, lomba lektor, dan lain-lain. Inilah kegiatan yang sampai saat ini diikuti oleh para misdinar di Paroki Santo Mikael Pangalan Yogyakarta.

G. Gambaran umum misdinar Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta

1. Gambaran tugas pelayanan misdinar di Paroki

(46)

menggantikan ia bertugas. Tugas pelayanan yang dijalankan oleh para misdinar tidak serta merta mereka langsung bertugas dalam perayaan Ekaristi. Tetapi mereka melalui proses penerimaan misdinar terlebih dahulu dan mengikuti program pelatihan. Namun saat pelatihan yang dilaksanakan biasanya minggu siang setelah perayaan Ekaristi, mereka kurang mendapati pengenalan tentang liturgi yang mendalam dan cenderung langsung ke praktek dan sifatnya menghafal.

Para pengurus yang mendampingi mereka saat latihan hanyalah berpedoman dari kebiasaan mereka menjalankan proses pendampingan. Dan biasanya dalam proses latihan misdinar, para misdinar kurang mendapatkan teori tentang pengenalan alat-alat dan perlengkapan liturgi sehingga dalam menjalankan tugas pelayanan mereka sebagai misdinar hanya menghafalkan alat-alat dan perlengkapan liturgi dengan bahasa yang yang mudah diingat mereka.

H. Gambaran dan situasi misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan

(kelompok usia, tempat tinggal atau wilayah, kegiatan misdinar)

(47)

kegiatan tersebut misalnya Tarsisius Cup yang diselenggarakan oleh seluruh anggota misdinar se-Kevikepan DIY.

Meskipun para anggota misdinar ini berusia yang beragam, tetapi mereka mampu menjalin kekompakkan mereka sebagai satu organisasi yang ada di Paroki. Hal ini terlihat ketika mereka sedang bertugas sebagai misdinar mereka mampu untuk bekerja sama dengan baik satu dengan yang lain. Selain kekompakkan mereka juga memiliki rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang tinggi, terlihat ketika mereka sedang berkumpul baik itu saat pertemuan atau saat sedang kumpul hanya sekedar berbincang-bincang bercanda gurau.

Sebagai misdinar mereka menyadari beragam perbedaan usia. karena perbedaan usia yang biasanya terjadi adalah salah paham atau terjadinya senior dan junior antar misdinar. Tetapi ini semua tidak terjadi di kelompok misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan ini, para misdinar yang berusia lebih tua mampu untuk membimbing dan membantu para misdinar yang lebih muda baik dalam bertugas atau pun saat berkumpul dalam pertemuan. Dan sebaliknya para misdinar yang lebih muda juga mampu menyesuaikan diri dengan para misdinar yang usianya diatas mereka.

I. Penerapan Spiritualitas Santo Tarsisius pada Misdinar di Paroki Santo

Mikael Pangkalan

1. Penerapan Spiritualitas Pelayanan

(48)

kesempatan boleh melayani Tuhan dan sesama. Bukankah setiap umat bisa leluasa

baik altar dan melayani imam. Tugas istimewa ini justru dipercayakan kepada kita, para misdinar.

Melayani tanpa pamrih, melayani tanpa pamrih berarti kita melayani Tuhan dengan ketulusan hati dan tidak serta merta mengkomersilkan pelayanan kita kepada Tuhan. Dengan kata lain kita membeda-bedakan tugas pelayanan kita tergantung mana yang kita sukai. Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan sudah menerapkan spiritualitas pelayanan tersebut. terlihat dari keaktifan mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya mereka dalam bertugas sebagai misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan.

Mereka juga terlihat dengan senang hati menjalankan tugas pelayannya terlihat dari jadwal yang sudah ditentukan oleh pengurus tidak ada yang kosong dan mereka dengan sungguh-sungguh menjalankan tugasnya. Terkadang jika ada anggorta misdinar yang berhalangan hadir, maka dengan cepat anggota misdinar yang lain menggantikannya dan mereka tidak merasa keberatan.

2. Penerapan Spiritualitas Kesetiaan

(49)

Sebagai misdinar kita kita perlu mecontoh Tarsisius secara detail dengan cara mengorbankan diri menyerahkan nyawanya untuk mempertahankan Sakramen Mahakudus, tetapi cukup dengan kesetiaan kita kepada Allah untuk melayani saat perayaan Ekaristi. Dan inilah yang sudah ditunjukan dan diterapkan oleh misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan. mereka dengan setia melaksanakan tugas pelayanannya sebagai misdinar dengan siap sedia dalam menjalankan tugasnya sebagai misdinar.

3. Penerapan Spiritualitas Ketaatan

Sama halnya dengan spiritualitas kesetiaan, spiritualitas ketaatan juga melihat dari ketaatannya Tarisius waktu itu yang dengan rela berkorban hingga menyerahkan nyawanya hanya untuk mempertahankan Sakramen Mahakudus yang ia bawa untuk mengirim kepada pawa tahanan yang ada dipenjara. Sikapnya yang berani menjadi contoh bagi para misdinar saat ini dan karena ketaatannya akan tugasnya dan juga penghormatannya kepada Sakramen Mahakudus.

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN, PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB III ini penulis akan memaparkan hasil dari penelitian penulis dengan responden, yaitu para anggota misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta.

A. Latar Belakang Penelitian

Latar belakang penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah berdasarkan pengalaman yang dialami penulis sebagai misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta. Pelayanan yang dilakukan para misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan tergolong hal yang biasa dilakukan oleh para misdinar. Karena mereka menganggap hal tersebut sudah biasa dilakukan saat mereka bertugas. Dan mereka pun masih ada beberapa yang belum mengerti akan tugas dan peran mereka sebagai misdinar.

(51)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran pemahaman anggota mengenal dan memaknai spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanan mereka sebagai misdinar?

2. Bagaimana cara mereka menerapkan spiritualitas Tarsisius dalam tugas pelayanan mereka sebagai misdinar?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejauh mana misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta mengenal dan memaknai Spiritualitas dari Santo Tarsisius. 2. Mengetahui sejauh mana anggota misdinar berperan aktif dalam tugas dan

pelayanan di gereja sebagai misdinar.

D. Manfaat Penelitian

1. Mendapatkan gambaran pengetahuan misdinar tentang Spiritualitas Santo Tarsisius.

2. Mengetahui peranan para anggota misdinar dalam menjalankan tugas pelayanannya sebagai misdinar di gereja.

E. Jenis Penelitian

(52)

dilakukan untuk meneliti sesuatu yang sudah terjadi dan kemudian melihat faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Dalam hal ini yang sudah terjadi adalah Spiritualitas Santo Tarsisius dan pelayanan mereka sebagai misdinar adalah pengetahuan anggota misdinar tentang spiritualitas Santo Tarsisius dan tugas pelayanan mereka sebagai misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta (Jamal, 2011:190).

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode wawancara. Sebelum melaksanakan penelitian, penulis melakukan wawancara dengan datang ke Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta pada saat kegiatan latihan misdinar dilaksanakan. Penulis melaksanakan metode wawancara ini selama 2 minggu dengan itensitas latihan 2 kali pertemuan. Adapun tujuannya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekelompok objek atau populasi (Jamal, 2011: 44).

G. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

(53)

H. Responden Penelitian

Peneliti melakukan penelitian ini dengan 20 orang yang terdiri dari tingkat SMP, SMA, dan SMK yang tergabung dalam anggota misdinar Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta.

I. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang penulis gunakan adalah skala Likert. Sugino (2010: 134) menyatakan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Riduan (2007: 87) yang menyatakan bahwa skala Likert ini merupakan skala yang mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Penulis akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan jawaban atau respons. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Dalam penelitian ini akan diukur pemahaman spiritualitas Santo Tarsisius terhadap tugas pelayanan mereka sebagai misdinar dengan gradiasi pilihan jawaban berupa: pemahaman dan pengetahuan mereka sebagai misdinar.

J. Tekhnik Pengumpulan Data

(54)

berdasarkan pertanyaan yang telah dipersiapkan. Tujun pengelompokan tersebut adalah untuk menemukan arti data dengan menarik hubungan-hubungan. Dalam hal ini peneliti memperoleh data dari anggota misidinar tentang pemahaman mereka terhadap spiritualitas Santo Tarsisius dan tugas pelayanan mereka sebagai misdinar dan menganalisis data untuk mengetahui pemahaman mereka mengenai spiritualitas Santo Tarsisius. (Moleong, 2011: 288).

K. Variabel Penelitian

Kisi-kisi variabel makna Spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanan misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta.

Tabel 1

Instrumen Penelitian

No Variabel Aspek Indikator Nomor

Soal 1. Spiritualitas Santo

Tarsisius

1. Afeksi

2. Kognitif

1. Mampu menjelaskan sejarah singkat Santo Tarsisius 2. Mengenal

secara mendalam Santo Tarsisius 3. Mampu

menumbuhkan

3, 4

(55)

sikap yang dimiliki atau disemangati oleh Santo Tarsisius 2. Pelayanan Misdinar 1. Afeksi

2. Kognitif

3. Sikap

1. Mampu melaksanakan tugas

pelayanan dengan baik dan

bertanggung jawab 2. Mampu

memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan tugas pelayanan sebagai misdinar

3. Memiliki kesungguhan niat untuk melakukan pelayanan kepada Gereja dengan menjadi misdinar

5, 7, 8, 11, 14, 16

12, 15, 17, 18, 19

(56)

4. Mampu melakukan perubahan dari yang kurang baik menjadi lebih baik (rekonsiliasi) melalui pelayanan

5. Memiliki hidup spiritualitas yang baik terhadap pelayanan baik di gereja maupun masyarakat

L. Hasil Penelitian

(57)

(SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menegah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK).

Dalam kesempatan ini, penulis melakukan wawancara dengan sebelumnya melakukan survei. Melihat situasi dan kondisi para anggota misdinar yang saat itu tengah mempersiapkan untuk tugas Tri Hari Suci (Kamis Putih, Jumat Agung, Paskah). Setelah melakukan survei dan pengamatan, penulis melakukan wawancara dengan para misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan dengan acuan beberapa pertanyaan yang membantu penulis untuk melaksanakan tugas akhir ini. Penulis menyiapkan 20 pertanyaan yang terdiri dari 4 pertanyaan tentang spiritualitas Santo Tarsisius dan 16 pertanyaan tentang tugas pelayanan mereka sebagai anggota misdinar di gereja.

(58)

Hal ini dikarenakan mereka kurang mendapatkan informasi ataupun pengenalan secara mendalam dengan Santo Tarsisius. Sehingga mereka kurang memiliki spiritualitas seperti Santo Tarsisius. Dalam kesempatan ini beberapa dari mereka mengatakan bahwa dalam pelatihan sebagai anggota misdinar, mereka kurang diberikan pengenalan semacam ini dan hanya terpaku pada proses bagaimana menyiapkan dan melayani saat Perayaan Ekaristi berlangsung. Maka dari itu mereka kurang dipersiapkan secara matang untuk hal iman mereka mengenal Santo pelindung putera-puteri altar. Selanjutnya penulis memberikan pertanyaan kepada para anggota misdinar seputar pelayanan yang mereka lakukan saat perayaan Ekaristi. Sebagian besar dari mereka bergabung dengan kelompok misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta adalah karena niat dan pilihan mereka sendiri meskipun ada beberapa diantara mereka yang tertarik gabung dengan kelompok misdinar karena ajakan dari teman dan saudara mereka.

(59)

dengan temannya dari pada pergi ke gereja untuk bertugas dengan alasan yang bermacam-macam. Namun ada juga yang dengan tegas menolak ajakan teman tersebut dan memilih untuk bertugas misdinar saat perayaan Ekaristi. Kalau untuk kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekolah, les, dll, merek akan mencari waktu agar tidak bertabrakan. Jika tetap masih bertabrakan mereka biasanya memberitahu pada pengurus jika berhalangan hadir saat bertugas dan mencari pengganti untuk bertugas misdinar.

Suka duka yang mereka alami sangatlah beragam, ada diantara mereka yang merasa bahwa didalam kelompok misdinar tersebut terdapat “senior” dan “junior” hal ini terlihat jika saat mereka berkumpul masih sering

berkelompok-kelompok sesuai dengan usia mereka. Mereka merasa masih adanya“gap-gap” diantara para misdinar sehingga membuat mereka sulit untuk bergaul dengan yang lain. Misalkan anggota misdinar yang baru bergabung, biasanya akan berkelompok sendiri dengan yang sudah lama bergabung dengan kelompok misdinar. Mereka menganggap pola pikir mereka yang berbeda dan mereka sering merasa“dianak tirikan” oleh para misdinar yang sudah lama bergabung dengan misdinar. Dan sama yang dilakukan oleh para misdinar yang lebih lama bergabung dengan misdinar, biasanya mereka berkumpul dan bercanda gurau dengan kelompok yang seusia dengan mereka.

(60)

mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengakrabkan satu dengan yang lain. Maka dengan demikian mereka dapat menyatukan kelompok misdinar menjadi kelompok yang solid untuk dapat menjalankan tugas pelayanan mereka di gereja sebagai misdinar.

1. Bagaimana gambaran pemahaman anggota mengenal dan memaknai spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanan mereka sebagai misdinar

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai gambaran pemahaman spirtitualitas Santo Tarisius dalam tugas pelayanan mereka sebagai misdinar. Dengan mengetahui gambaran pemahaman anggota kelompok misdinar terhadap tugas pelayanan mereka sebagai misdinar diharapkan dapat mengetahui kesadaran seluruh anggota kelompok misdinar dalam kaitannya dengan pelayanan yang diikutinya. Kelompok misdinar lebih baik jika mengetahui tentang spiritualitas Santo Tarsisius untuk lebih memperdalam pelayanannya sebagai misdinar.

Tabel 2

Spiritualitas Santo Tarsisius

No Pertanyaan Jawaban jumlah Persen (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Sejauh mana kalian mengenal Santo Tarsisius

1. Tidak tahu 2. Sebatas

mengenal sebagai

2 18

(61)

Santo pelindung misdinar 2. Apakah kalian

mengenal kisah dari Santo Tarsisius

3. Bagaimana kalian mewujudkan spiritualitas yang dimiliki Santo Tarsisius kedalam tugas

4. Apakah kalian memiliki spiritualitas pelayanan yang sama seperti Santo Tarsisius dalam

(62)

Pada pertanyaan pertama ada 2 orang yang menyatakan tidak tahu (10%) 18 orang yang menyatakan hanya mengenal sebatas Santo pelindung misdinar (90%), artinya anggota misdinar kurang mengenal Santo Tarsisius namun hanya mengetahui sebatas Santo pelindung misdinar.

Pada pertanyaan di nomor 2 terdapat 13 orang yang tidak tahu kisah dari Santo Tarsisius (65%), 7 orang menjawab kurang tahu (35%), artinya anggota misdinar kurang mengetahui kisah dari Santo Tarsisius.

Pada pertanyaan nomor 3 terdapat 14 orang menjawab ikut dalam kegiatan misdinar (70%), dan 6 orang menjawab tanggung jawab akan tugas pelayanannya (30%), artinya masih banyak misdinar yang mewujudkan spiritualitas Santo Tarsisius dalam kegiatan yang diadakan oleh misdinar.

Pada nomor 4 terdapat 17 orang menjawab belum punya (85%) dan 3 orang menjawab dengan cara melayani Tuhan (15%), artinya mereka belum memiliki spiritualitas yang sama dengan yang dimiliki Santo Tarsisius.

2 Bagaimana cara mereka menerapkan spiritualitas Santo Tarsisius dalam tugas pelayanan mereka sebagai misdinar

(63)

Tabel 3

Pelayanan Misdinar

No Pertanyaan Jawaban Jumlah Persen

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

5. Apakah Kalian melaksanakan tugas sebagai misdinar dengan pilihan sendiri

1. Pilihan sendiri 2. Ajakan dari

6. Apakah kalian selalu melaksanakan tugas dengan baik sesuai jadwal

1. Belum 2. Masih sering

digantikan

18 2

90 10

7. Apakah kalian tidak keberatan akan tugas yang diberikan

8. Apakah kalian senang menjadi misdinar

1. Senang 2. Tidak terlalu

senang

19 1

(64)

9. Apakah menjadi misdinar pilihan kalian sendiri

1. Pilihan sendiri 2. Ajakan dari

atau saudara yang mengajak kalian duka kalian menjadi misdinar 3. Susah ngatur

(65)

dasar kalian menjadi misdinar

2. Ingin melayani Tuhan 13. Mengapa kalian

bergabung dalam

14. Apakah kalian merasa senang dan bangga menjadi misdinar

1. Bangga 20 100

15. Apakah kalian ingin sekali bertugas

1. Ingin melayani 2. Ingin

(66)

untuk bertugas sebagai misdinar

membanggaka n orang tua 3. Karena bosan

lebih baik bertugas sebagai misdinar

5

1

25

5

17. Apa yang akan kalian lakukan untuk

kemajuan misdinar Paroki

1. Membangun komunikasi 2. Mengadakan

pelatihan misdinar 3. Mengutamakan

anggota misdinar baru

2

16

2

10

80

10

18. Menurut kalian, apakah kalian sudah melakukan pelayanan sebagai misdinar dengan baik

(67)

19. Apa saja tantangan yang kalian hadapi ketika menjadi misdinar

Dari dalam : 1. malas dari luar :

1. ajakan teman untuk bermain dari pada ke gereja

18

2

90

10

20. Apa yang kalian lakukan untuk mengatasi tantangan tersebut

1. berubah dari diri sendir untuk lebih baik

2. pindah gereja lain agar tidak diajak

temannya bermain

18

2

90

10

Pada pertanyaan nomor 5 terdapat 17 orang menjawab pilihan sendiri (85%) dan 3 orang menjawab ajakan dari teman, artinya dalam melaksanakan tugas sebagai misdinar mereka sudah terwujud karena keinginan sendiri dan hanya beberapa orang saja yang bergabung sebagai misdinar karena ajakan teman.

(68)

sebagai misdinar saat perayaan Ekaristi rata-rata belum sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan dan masih sering mencari pengganti untuk bertugas.

Pada nomor 7 terdapt 17 orang menjawab tidak keberatan (85%), dan 3 orang menjawab tergantung waktunya (15%), artinya mereka tidak merasa keberatan akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai misdinar meskipun ada beberapa dari mereka yang masih mencari-cari untuk membagi waktu mereka dengan kegiatan lain.

Pada nomor 8 terdapat 19 orang menjawab senang (95%), dan 1 orang menjawab tidak terlalu senang (5%), artinya sebagian besar dari mereka senang dapat bergabung dan menjadi misdinar. Pada pertanyaan nomor 9 terdapat 17 orang menjawab pilihan sendiri (85%) dan 3 orang menjawab ajakan dari teman, artinya dalam melaksanakan tugas sebagai misdinar mereka sudah terwujud karena keinginan sendiri dan hanya beberapa orang saja yang bergabung sebagai misdinar karena ajakan teman.

Pada nomor 10 terdapat 12 orang menjawab teman (60%), dan 4 menjawab saudara (20%), dan 4 menjawab tidak ada (20%), artinya kebanyakan dari mereka bergabung sebagai misdinar karena ajakan dari teman-temannya dan beberapa ada karena saudaranya.

(69)

misdinar sangatlah beragam banyak dari mereka yang senang dapat berkumpul dengan teman-temannya saat kegiatan maupun pertemuan, namun ada diantara mereka yang mamiliki rasa duka yaitu ketika mereka menjadi pengurus sehingga ada beberapa dari mereka susah untuk mengatur waktu mereka antara waktu dalam melakukan pelayanan dan waktu untuk kegiatan di luar pelayanan Gereja.

Pada nomor 12 terdapat 5 orang menjawab ajakan teman (25%), dan 13 orang menjawab ingin melayani Tuhan (65%), dan 2 orang menjawab memberi contoh untuk temannya (10%), artinya dasar mereka menjadi misdinar adalah karena mereka ingin melayani Tuhan, meskipun tidak seluruhnya. Ada juga yang menjadi dasar mereka karena ajakan dari teman sehingga mereka merasa “ketagihan”

untuk menjadi misdinar dan mereka ingin memberi contoh untuk teman-temannya.

Pada nomor 13 terdapat 3 orang menjawab melayani Tuhan (15%), dan 17 orang menjawab melayani Tuhan dan menambah teman (85%), artinya mereka bergabung menjadi misdinar karena benar-benar ingin melayani Tuhan melalui tugas pelayanan mereka sebagai misdinar dan juga mereka menjadikan misdinar sebagai sarana mereka untuk menambah teman.

pada nomor 14 terdapat 20 orang menjawab bangga (100%), artinya secara keseluruhan mereka bangga menjadi misdinar.

Pada nomor 15 terdapat 19 orang menjawab ingin (95%), dan 1 orang menjawab dulu ingin sekarang “mood-moodan” (5%), artinya sebagian besar dari

(70)

Pada nomor 16 terdapat 14 orang menjawab ingin melayani (70%), dan 5 orang menjawab ingin membanggakan orang tua (25%), dan 1 orang menjawab karena bosan lebih baik bertugas sebagai misdinar (5%), artinya motivasi yang mendorong mereka menjadi misdinar adalah karena ingin melayani dan juga menjadikan misdinar sarana untuk membanggakan orang tua, karena mereka telah menumbuhkan sikap pelayanannya untuk Gereja dengan cara menjadi misdinar.

Pada nomor 17 terdapat 2 orang menjawab membangun komunikasi (10%), dan 16 orang menjawab mengadakan pelatiahan misdinar (80%), dan 2 orang menjawab mengutamakan anggota misdinar baru (10%), artinya mereka ingin mengusahakan sesuatu untuk kemajuan misdinar di Paroki dengan cara mulai dari hal yang sederhana yaitu membangun komunikasi satu dengan yang lain. Lalu mereka juga ingin mengadakan pelatihan bagi misdinar sehingga anggota misdinar baru mendapat tempat yang utama dalam bertugas.

Pada nomor 18 terdapat 20 orang menjawab belum (100%), artinya mereka memang menyadari bahwa mereka belum melakukan pelayanannya sebagai misdinar dengan baik.

Pada nomor 19 terdapat 18 orang menjawab yang dari dalam malas (90%) dan terdapat 2 orang menjawab yang dari luar ajakan teman untuk bermain dari pada ke gereja (10%), artinya mereka menyadari tantangan yang mereka hadapi baik dari dalam diri mereka yaitu rasa malas dan juga dari luar diri mereka yaitu ajakan teman untuk bermain dari pada ke gereja.

Gambar

Tabel 1 Instrumen Penelitian
Tabel 2 Spiritualitas Santo Tarsisius
Tabel 3 Pelayanan Misdinar
gambar secara

Referensi

Dokumen terkait

Sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja signifikan dan relevan ialah katekis yang sadar akan tugasnya sebagai seorang pewarta Sabda. Dalam pelaksanaan

Kuesioner ini dimaksudkan untuk mencari dan menghimpun data dari lapangan sehubungan dengan penelitian mengenai manfaat penggunaan materi video siaran Penyejuk Imani

Demikian halnya dengan upaya keluarga Katolik untuk menghayati spiritualitas keluarga Kudus juga pada umumnya masih sebatas mengikuti contoh tindakan yang dilakukan oleh tokoh

Oleh sebab itu penyusun mengambil judul “Pokok Pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Galatia Untuk Katekase Umat Lingkungan Santo Antonius Padua Paroki Kalasan

membaca dokumen Gereja tentang Kerasulan Awam ( Apostolicam Actuositatem ) agar semakin menyadari peranan mereka dalam karya kerasulan Gereja. Perlu adanya pendampingan rohani

Kehidupan yang sulit dan sederhana tidak menghalangi kita untuk terlibat di dalam pelayan. Doa dan bantuan dari orang lain sangat kita butuhkan dalan menghadapi kesulitan. Dengan

Pokok-pokok utama di dalam perayaan Ekaristi adalah umat mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus dan merayakan perjamuan syukur atas anugerah dan cinta

Demikian halnya dengan upaya keluarga Katolik untuk menghayati spiritualitas keluarga Kudus juga pada umumnya masih sebatas mengikuti contoh tindakan yang dilakukan oleh tokoh