• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA Elsa Karina Br. Gultom, Suhir man 1-6 PDF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA Elsa Karina Br. Gultom, Suhir man 1-6 PDF"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Home /Archives /Vol. 07, No. 02, Maret 2018 Published: 2018-03-13

Articles

ANALISIS YURIDIS MENGENAI PENGGUNAAN MEDIASI PENAL SEBAGAI BENTUK PENYELESAIAN PERKARA PIDANA SECARA ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION

Made Mutiara Sanjiwani Rajendra, I Wayan Windia 1-5

PDF

KEABSAHAN PERNYATAAN MAJELIS HAKIM SIDANG TERBUKA DAN TERBATAS UNTUK UMUM (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

Made Sinthia Sukmayanti, I Ketut Mertha 1-5

PDF

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

Elsa Karina Br. Gultom, Suhir man 1-6

PDF

KONSEP RESTITUSI TERHADAP PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK PIDANA DI INDONESIA

I Gusti Agung Dian Bimantara, I Putu Sudarma Sumadi 1-5

PDF

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TENAGA MEDIS YANG MELAKUKAN MALPRAKTIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

Firdalia Emyta Nurdiana Isliko, Gde Made Swardhana, I Made Walesa Putra 1-5 PDF

PERANAN KETERANGAN TERDAKWA YANG TIDAK DISUMPAH SEBAGAI ALAT BUKTI YANG SAH DALAM MENCAPAI TUJUAN HUKUM ACARA PIDANA

Guntur Dirga Saputra, Marwanto . 1-5

PDF

UPAYA PAKSA DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Ni Made Intan Pranita Dewanthara, I Ketut Mertha 1-5

PDF

PENANGGULANGAN TERJADINYA TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B SINGARAJA

Pande Nyoman Mega Suryadarma, Anak Agung Ngurah Wirasila 1-13 PDF

KETERBATASAN PERLINDUNGAN HAK SAKSI DAN KORBAN TINDAK PIDANA TERORISME DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Kristina Melati P asaribu, Suhirman . 1-6

PDF

(3)

PERANAN CLASS ACTION DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

Dewa Ayu Indah Krisnayanti, Suhirman . 1-5

PDF

PEMBERIAN SANKSI PIDANA SEBAGAI ULTIMUM REMEDIUM DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Made Satria Wibawa Nugraha, Suatra Putrawan 1-11

PDF

PENJATUHAN PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR

Josua Harahap, A.A. Ngurah Wirasila PDF

ANALISIS YURIDIS PRINSIP KEHATI-HATIAN BANK DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Yosef Faizal Frans, I Gst. Ketut Ariawan, Sagung Putri M.E Purwani PDF

KETERKAITAN ASAS PRESUMPTION OF INNOCENCE DIDALAM PEMBERITAAN PERS

Vida Azaria, I Ketut Mertha 1-5

PDF

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP GELAR PERKARA DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI UPAYA PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA DI INDONESIA

Putu Prashanti Vahini Kumara, Yohanes Usfunan PDF

TELECONFERENCE SEBAGAI BENTUK KEMAJUAN TEKNOLOGI DALAM HUKUM ACARA PIDANA SEBAGAI SALAH SATU CARA MENDAPATKAN KEBENARAN MATERIIL

Putu Inten Andhita Dewi, I Made Pujawan PDF

ANALISIS SAKSI ADAT/KEWAJIBAN ADAT MEPRAYASCITTA SEBAGAI PIDANA TAMBAHAN DITINJAU DARI TUJUAN PEMIDANAAN DALAM RUU KUHP DI INDONESIA

Anak Agung Anisca Primadwiyani, A.A. Gde Oka Parwata 1-6

PDF

PENGATURAN HAK HAK ANAK SEBAGAI PELAKU KEJAHATAN DALAM PERUNDANG- UNDANGAN

Febrio junus Petrobas Abia, A.A. Ngurah Wirasila PDF

(4)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS KASUS TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU (ANALISA PUTUSAN No. 817/Pid.Sus/2014/PN Dps)

Ni Luh Apryaningsih, Ida Bagus Surya Dharma Jaya PDF

INTERVENSI PERS TERHADAP KEMANDIRIAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA

Meyviyanti Hostiana, Ibrahim. R 1-6

PDF

PERTANGGUNGJAWABAN DOKTER DALAM TINDAK PIDANA MALPRAKTEK DITINJAU DARI PERSPEKTIF UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN UU NO.36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN

Raodatul Jannah, I Gusti Ngurah Wairocana PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL (STUDI KASUS DI POLDA BALI)*

Agung Satriadi Putra, I Gusti Ketut Ariawan PDF

KRIMINALISASI TERHADAP PERILAKU CABUL ANTAR ORANG DEWASA SESAMA JENIS (LESBIAN DAN GAY)

I Wayan Agus Harry Saputra, I Made Arya Utama PDF

PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN SEPEDA MOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR (STUDI KASUS DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR)*

Dewa Bagus Arta Guna, I Ketut Mertha PDF

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA GENG MOTOR YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR DI WILAYAH DENPASAR

Evi Paullia Wati, Anak Agung Ngurah Wirasila PDF

IMPLEMENTASI DIVERSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI KEJAKSAAN NEGERI DENPASAR

Adia Pratistia, I Dewa Made Suartha, Ni Nengah Adiyaryani PDF

PEMIDANAAN TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS BERAT DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR

I Putu Wisnu Suartana Putra, I Made Walesa Putra PDF

(5)

DIVERSI TERHADAP ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM YANG MELAKUKAN TINDAK PINDANA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

Ni Made Diah Arista Ardiyantini, Ni Nengah Adiyaryani, I Wayan Bela Siki Layang PDF

DISKRIMINASI PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA Ni Putu Sri Utari, I Made Sarjana, I Ketut Rai Setiabudhi

PDF

PENERAPAN PIDANA DENDA DALAM MENEKAN ANGKA PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA SINGARAJA

I Kadek Angga Satya Pardidinata, Gde Made Swardhana PDF

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PENGEMBALIAN KERUSAKAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Ni Putu Desy Pradnya Wati, Ibrahim R, I Made Walesa Putra PDF

HAK-HAK ANAK SEBAGAI KORBAN DALAM UNDANGUNDANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DIKAITKAN DENGAN PENDEKATAN KEADILAN RESTORATIF

Desak Made Ayu Puspita Dewi, I Made Arya Utama 1-5

PDF

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Ni Made Deby Anita Sari, I Gusti Ngurah Wairocana 1-5

PDF

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA

Ida Ayu Putu Trisna Candrika Dewi, Yohanes Usfunan 1-6

PDF

KEBEBASAN HAKIM MENJATUHKAN PIDANA MINIMUM KHUSUS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

Indra Bayu Mulyadi, I Ketut Rai Setiabudhi, I Wayan Suardana 1-14 PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WHISTLE BLOWER DALAM PERSIDANGAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

Desak Made Risa Sutiadewi, Yohanes Usfunan 1-5

PDF

PROSES PENYIDIKAN KASUS PHAEDOFILIA DI POLRESTA DENPASAR I Made Darma Yudha, I Ketut Rai Setiabudhi, I Made Walesa Putra

(6)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN EUTHANASIA DI INDONESIA DIKAJI DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA

I Made Dwi Krisnawan, I Gusti Ngurah Wairocana 1-15

PDF

KUALIFIKASI PIHAK KETIGA DALAM PENGAJUAN GUGATAN PENGHAPUSAN MEREK DI INDONESIA

I Gusti Ngurah Bagus Girindra GM, I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati 1-16 PDF

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HUKUMAN KEBIRI TERHADAP PELAKU KEKERASAN SEKSUAL KEPADA ANAK

I Gusti Ngurah Yulio Mahendra Putra, Dewa Nyoman Rai Asmara Putra 1-15 PDF

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 8/PID.SUS ANAK/2017/PN DPS MENGENAI PEMIDANAAN PENGGUNA NARKOTIKA ANAK

Putu Wulan Sagita Pradnyani, Ida Bagus Surya Dharma Jaya PDF

(7)

1

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS KASUS TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU (ANALISA PUTUSAN No. 817/Pid.Sus/2014/PN Dps)

Oleh ;

Ni Luh Apryaningsih Ida Bagus Surya Dharma Jaya 

Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

ABSTRAK

Jurnal ini mengambil judul Pertimbangan Hakim dalam Memutus Kasus Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu (Analisa Putusan No. 817/Pid.Sus/2014/PN Dps). Saat ini kejahatan pemalsuan uang semakin meresahkan masyarakat karena telah merajalela dalam skala yang besar dan peredarannya pun semakin terorganisir. Penegakan hukum terhadap kasus peredaran uang palsu yang terjadi dinilai masih belum cukup baik, hal ini terlihat dari rendahnya sanksi yang dijatuhkan oleh pengadilan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis-normatif yaitu penelitian yang meneliti norma yang berlaku di masyarakat. Penelitian normatif tersebut juga disebut dengan penelitian doktrinal. Penelitian doktrinal adalah penelitian yang melakukan evaluasi terhadapperaturan perundang-undangan, menjelaskan permasalahan dalam peraturan tersebut, dan melakukan prediksi efektifitas peraturan tersebut di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut Hakim yang memutus perkara No.817/Pid.Sus/2014/PN Dps memberikan hukuman kurungan selama 1 (satu) tahun dan membayar denda Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sedangkan menurut ketentuan dari KUHP, UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, serta Rancangan KUHP 2015 dinilai masih rendah dan tidak menimbulkan efek jera. Sehingga diperlukan pembaharuan sanksi hukum yang tepat pada KUHP yang nantinya akan berlaku.

Kata kunci : Tindak pidana, Pengedaran M ata Uang Palsu, Pertimbangan hukum.

Penulis Pertama Ni Luh Apryaningsih Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana. Korespondensi : [email protected]

  Penulis Kedua Ida Bagus Surya DharmajayaDosen Fakultas Hukum Universitas Udayana. Koresponde nsi : [email protected]

(8)

2

ABSTRACT

This journal is titled The Judge Consideration In The Counterf eit Money Distribution Criminal Case Decision. (Analysis of Decision No.

817 / Pid.Sus / 2014 / PN Dps).Money has a very important role in the economy because it is a means of payment transactions in everyday lif e. Nowadays the crime of counterf eit money seems to go on rampant on a large scale while being more organized at the same time and it is increasingly unsettling the public. Law enf orcement on counterf eit money cases is still considered unsuf f icient, as evidenced by the relatively easy sanctions imposed by the court. The purpose of this writing is f or the readers to gain an understanding by describing and analysing the legal reasons behind the Judges decidion in the District Court Decision No. 817 / Pid.Sus / 2014 / PN Dps on The Crime of Counterf eit Money Circulation in Denpasar. This research is used a juridical-normative methods, which examines the applicable norms in the society. This research can also be called as a doctrinal research, which is a study that evaluates the legislation, explains the problems in the regulation, and predicts the ef f ectiveness of the regulation in the f uture. The Judges on the case No.817 / Pid.Sus / 2014 / PN Dps decided on 1 year jail time and a f ine of 100 million rupiah which according to the provisions of the Criminal Code, Act No.

7 of 2011 on Currency, and also the Draf t Penal Code is still considered f airly low hence it will not cause deterrent ef f ect. Therefore a renewal of a more approriate legal sanction is required within the Draf t Penal Code in the f uture.

Keywords : Criminal acts, Counterfeit Currency Distribution, Legal considerations.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Uang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena uang merupakan alat pembayaran yang sah digunakan oleh masyarakat modern di dunia untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.1 Semakin penting dan dibutuhkannya uang, maka kejahatan yang memanfaatkan uang pun semakin banyak terjadi. Oleh karena itulah maka muncul segelintir orang yang berusaha memalsukan

1Sawaldjo Puspopranoto, 2004, Keuangan Perbankan Dan Pasar Keuangan, Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, h.2.

(9)

3

uang. Saat ini kejahatan pemalsuan uang semakin meresahkan masyarakat karena telah merajalela dalam skala yang besar dan peredarannya pun semakin terorganisir. Selain dapat merugikan pihak masyarakat, dampak paling utama yang dapat ditimbulkan dari kejahatan ini adalah dapat mengancam kondisi moneter dan perekonomian nasional. Selain itu, dapat pula terjadi dampak terhadap kepentingan negara yaitu dapat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan mata uang rupiah itu sendiri.

Perkara pengedaran uang palsu yang saat ini menjadi fenomena yang tidak dianggap mustahil lagi. Motif yang digunakan dalam tindak pidana ini semakin beragam mengikuti pekembangan zaman. Jenis kejahatan seperti ini pasti sangat meresahkan masyarakat, sehingga diperlukan usaha ekstra dan ditangani dengan lebih serius karena uang sebagai alat bayar suatu transaksi yang memiliki harga dan memang uang menajdi prioritas alat perekonomian suatu negara.Cara yang dapat dilakukan untuk setidaknya mencegah kejahatan tersebut yakni adanya turut serta masyarakat dalam hal pengawasan transaksi mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, karena semua kegiatan transaksi ekonomi pada tiap-tiap negara memiliki kedudukan yang sangat penting untuk kelangsungan penyelenggaraan roda pemerintahan.2

Kedudukan uang harus di buat dengan teknologi yang tidak bisa ditiru wujud dan tampilannya. Secara sekilas bahkan tampak seperti uang asli. Peralatan canggih hasil dari perkembangan teknologi memungkinkan para pelaku kejahatan untuk menciptakan uang palsu yang semakin baik kualitasnya. Hingga menjadikan tingkat pengedaran uang palsu terus mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu.jenis perbuatan ini mempersyaratkan terjadinya akibat untuk selesainya perbuatan

2Boediono, 1990, Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta, h. 19.

(10)

4

seperti dalam Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan Pasal 378 KUHP tentang penipuan.3

Kejahatan tindak pidana pengedaran mata uang palsu dimuat di Undang-Undang No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

Penjelasan pada Pasal 36 ayat 3 yakni sesorang yang menyebarluaskan dana/atau menggunakan uang palsu untuk bertransaksi akan mendapatkan pidana kurungan paling lama selama 15 (lima belas)tahun serta denda paling banyak Rp 50.000.000.000,-(lima puluh milliar rupiah).

Tindak pidana peredaran uang palsu dimana hakim wajib memutuskan hukuman secara adil dan sesuai dengan Undang- Undang yang berlaku dan yang termasuk dalam hukum positif Indonesia. Hakim akan menjatuhkan putusannya dengan berdasarkan pada pembuktian secara hukum ditambah dengan keyakinannya. Idealnya, suatu putusan hakim akan memberikan keadilan untuk semua pihak, bahkan sekaligus memberikan kemanfaatan dan kepastian hukum.Dalam Hukum Acara Pidana, penjatuhan putusan akhir atas suatu perkara tindak pidana diserahkan kepada hakim dan hakim wajib memutuskan hukuman yang seadil-adilnya terhadap pelaku tindak pidana.4

Kekuasaan hakim diwujudkan dalam tindakan pemeriksaan, penilaian, dan penetapan nilai perilaku manusia tertentu serta menentukan nilai situasi konkret dan menyelesaikan persoalan yang ditimbulkan secara imparsial berdasarkan hukum sebagai patokan objektif.5 Pada dasarnya tugas hakim adalah memberi

3Mahrus Ali, 2012, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, h.102.

4Lilik Mulyadi, 2010, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana: Teori, Praktik, Tehnik Penyusunan dan Permasalahannya, Citra Adtya Bakti, Bandung 2010, h. 55.

5Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2004, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.93.

(11)

5

keputusan dalam setiap perkara atau konflik yang dihadapkan kepadanya, menetapkan hal-hal seperti hubungan hukum, nilai hukum dari perilaku, serta kedudukan hukum pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perkara, sehingga untuk dapat menyelesaikan perselisihan atau konflik secara imparsial berdasarkan hukum yang berlaku, maka hakim harus selalu mandiri dan bebas dari pengaruh pihak manapun, terutama dalam menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara.6

Pertimbangan berat dan ringan suatu putusan pidana, hakim haru bisa memiliki pertimbangan mengenai perilaku dan sifat baik maupun jahat dari seorang terdakwa, yang nantinya putusan pidana tersebut bisa mengedepankan asas keadilan yang dijunjung tinggi oleh hakim. Berat atau ringan suatu putusan pidana yang dijatuhkan hakim harus sesuai dengan motif dan akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana yang dilakukan terdakwa. Yakni secara khusus dalam aturan untuk menerapkan pidana penjara atau pidana denda yang sudah lebih dahulu ada didalam ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

Bagi masyarakat, kepercayaan terhadap lembaga peradilan sangat diperlukan untuk menghindari tindakan main hakim sendiri (anarkisme) oleh masyarakat, serta untuk menciptakan ketertiban hukum. Sedangkan bagi lembaga peradilan, kepercayaan masyarakat sangat penting, tidak hanya sebagai wujud apresiasi atas pertanggungjawaban hakim tetapi juga memberikan suasana nyaman yang kondusif bagi kinerja peradilan dan membangun kewibawaan peradilan sehingga pada akhirnya mendekatkan pada pada keinginan kita bersama untuk mewujudkan peradilan yang bersih dan bermartabat.

6Ibid, h. 94.

(12)

6

Berdasarkan uraian diatas maka penulis berniat untuk melakukan penelitian dalam penulisan jurnal dengan mengangkat judul “PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS KASUS TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No.817/Pid.Sus/2014/PN Dps)”.

1.2 Tujuan

Penulisan jurnal ini memiliki tujuan yakni agar :

1. Pembaca mengetahui aturan mengenai tindak pidana pengedaran uang palsu dari KUHP dan UU No.7 tahun 2011 tentang Mata Uang.

2. Pembaca mengetahui Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu dalam Pembaharuan Hukum Pidana pada Rancangan KUHP 2015.

II. ISI MAKALAH 2.1 M etode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis-normatif, yaitu penelitian yang meneliti norma yang berlaku di masyarakat.

Penelitian normatif tersebut juga disebut dengan penelitian doktrinal. Penelitian Doktrinal adalah penelitian yang melakukan evaluasi terhadapperaturan perundang-undangan, menjelaskan permasalahan dalam peraturan tersebut, dan melakukan prediksi efektifitas peraturan tersebut di masa yang akan datang.7

2.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

2.2.1 Pengaturan Tindak Pidana Pengedaran M ata Uang Palsu ditinjau dari KUHP dan Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang M ata Uang

7Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h.32.

(13)

7

Dalam Putusan kasus ini Terdakwa Diana Wahyuni terbukti bersalah dan dengan sengaja mengedarkan uang palsu;

1. Terdakwa Diana Wahyuni dihukum pidana kurungan selama 1 (satu) tahun dan dikenakan denda sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta Rupiah), apabila tidak dapat membayar maka ditambah pidana kurungan 2 (dua) bulan;

2. Pidana kurungan yang didapatkan dikurangi dengan masa penangkapan dan penahanan oleh terdakawa;

Jika menurut KUHP pada Pasal 245 yakni Barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau Bank sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu, padahal ditiru atau dipalsu olehnya sendiri, atau waktu diterima diketahuinya bahwa tidak asli atau dipalsu, ataupun barang siapa menyimpan atau memasukkan ke Indonesia mata uang dan uang kertas yang demikian, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai uang asli dan tidak dipalsu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun

Jika di tinjau dari UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, perbuatan terdakwa didakwa melanggar pasal 36 ayat 3, yang bunyinya sebagai berikut: Setiap orang yang mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00(lima puluh miliar rupiah).

2.2.2 Tindak Pidana Pengedaran M ata Uang Palsu dalam Pembaharuan Hukum Pidana pada Rancangan KUHP 2015

(14)

8

Momen penjajahan memang tidak bisa dilupakan oleh setiap bangsa dan negara. Setelah berlangsungnya momen Perang Dunia kedua pun juga salah satu saksi sejarah dulu. Sampai saat ini bermunculan negara baru. Dimana negara-negara ini juga pasti akan memiliki dasar hukum yang kuat agar roda pemerintahannya berjalan dengan baik. Negara-negara ini mempelopori upaya untuk memperbaharui hukum pidana. Di Indonesia sendiri, masih menggunakan KUHP peninggalan Belanda yang mana juga diadakan upaya pembaharuan tersebut. Upaya pembaharuan ini dipandang perlu mengingat kini Indonesia sudah merdeka dan terdapat urgensi untuk menyusun suatu KUHP nasional yang baru.

Tentu saja didalam menyusun suatu kitab undang-undang hukum pidana yang baru dan bersumber dari jati diri bangsa tidaklah mudah. Ada banyak permasalahan yang muncul didalam penyusunan KUHP nasional ini. Sejalan dengan pemikiran tersebut tidak terlepas dari pasal dan pembahasan isu hukum terbaru yang berkembang di masyarakat.

Jika menurut Rancangan KUHP 2015, aturan hukumnya yakni dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun. Sedangan untuk pidana denda dikenakan 3 kategori I, II, IV dengan rincian denda Rp 6.000.000,- sampai Rp 300.000.000,-. Berikut pasal yang mengatur tentang tindak pidana pemalsuan mata uang :

Rancangan KUHP 2015 BAB XII tentang TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS

Pasal 435Rancangan KUHP 2015

Setiap orang yang memalsu atau meniru mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai uang

(15)

9

asli dan tidak dipalsu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun.

Pasal 436 Rancangan KUHP 2015

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun, setiap orang yang :mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank sebagai mata uang atau uang kertas yang asli dan tidak dipalsu padahal ditiru atau dipalsu olehnya sendiri atau yang pada waktu diterimanya diketahui palsu atau dipalsu;

ataumenyimpan, membawa, atau memasukkan ke wilayah negara Republik Indonesia mata uang atau uang kertas yang palsu atau dipalsukan dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai uang asli atau tidak dipalsu;

Pasal 437 Rancangan KUHP 2015

Setiap orang yang mengurangi nilai mata uang dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang yang dikurangi nilainya, dipidana karena merusak mata uang, dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun.

Pasal 438 Rancangan KUHP 2015

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun, setiap orang yang:

mengedarkan mata uang yang nilainya dikurangi atau mengedarkan mata uang yang pada waktu diterimanya diketahui bahwa mata uang tersebut rusak, sebagai mata uang yang tidak rusak ataumenyimpan, memasukkan ke wilayah negara Republik Indonesia mata uang sebagaimana dimaksud pada huruf a, dengan maksud mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai mata uang yang tidak rusak.

Pasal 439 Rancangan KUHP 2015

(16)

10

Setiap orang yang mengedarkan mata uang yang tidak asli, dipalsu atau dirusak, atau mengedarkan uang kertas negara atau bank yang palsu atau dipalsu, kecuali yang ditentukan dalam Pasal 436 dan Pasal 438, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori II.

Pasal 440 Rancangan KUHP 2015

Setiap orang yang membuat atau mempunyai persediaan bahan atau benda yang diketahuinya bahwa bahan atau benda tersebut digunakan atau akan digunakan untuk meniru, memalsu, atau mengurangi nilai mata uang, meniru, atau memalsu uang kertas negara atau bank, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

Pasal 441 Rancangan KUHP 2015

(1) Setiap orang yang tanpa izin pejabat yang berwenang menyimpan atau memasukkan ke wilayah negara Republik Indonesia keping‑keping atau lembaran perak, baik yang ada cap maupun tidak, atau yang sudah mempunyai cap diulangi lagi capnya, atau yang setelah dikerjakan sedikit dapat dianggap sebagai mata uang, padahal nyata‑nyata tidak digunakan sebagai perhiasan atau tanda peringatan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori II.

(2) Setiap orang yang membuat, mengedarkan, atau menyediakan untuk dijual atau diedarkan, atau membawa masuk ke wilayah negara Republik Indonesia barang cetakan, potongan logam atau benda lain yang menyerupai uang kertas atau uang kertas bank atau mata uang, atau yang menyerupai emas atau perak yang memakai cap negara, menyerupai meterai, atau pos segel, dipidana dengan pidana denda paling banyak Kategori I.

Pasal 442 Rancangan KUHP 2015

(17)

11

(1) Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 435, Pasal 436, Pasal 437, atau Pasal 438 dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan/atau huruf d.

(2) Mata uang yang palsu, dipalsu atau dirusak, uang kertas negara atau bank yang palsu atau dipalsu, bahan‑bahan atau benda‑benda yang menurut sifatnya digunakan untuk meniru, memalsu, atau mengurangi nilai mata uang atau uang kertas yang digunakan untuk melakukan tindak pidana atau menjadi pokok dalam tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dirampas.

Dari Rancangan KUHP 2015 di atas masih lebih efektif menurut UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang. Dimana jika dasar hukum tersebut menjadi landasan pengambilan keputusan, namun memang hal tersebut juga kembali lagi ke Hakim sudah bisa dikatakan menjadi putusan yang positif dan memberikan efek jera bagi masyarakat.

Salah satunya yakni pembaharuan Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu yang juga termuat dalam Rancangan KUHP 2015yang sampai saat ini tidak disahkan. Untuk Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu pada Rancangan KUHP 2015 sudah dicantumkan pada Bab XII mulai dari Pasal 435 sampai Pasal 442. Dimana disebutkan bahwasanya pelaku Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu mendapatkan pidana kurungan paling singkat yakni 3 (tiga) tahun dan yang paling lama masih tetap 15 (lima belas) tahun. Sedangkan untuk denda yakni terdapat istilah Golongan atau Kategori. Untuk Pasal Pemalsuan Uang

(18)

12

dikenakan denda mulai dari Rp 6.000.000,- (enam juta rupiah) hingga Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)

Pembaharuan Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu pada Rancangan KUHP kedepan masih tidak efektif jika dibandingkan dengan UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, karena tidak memberikan hukuman yang setimpal akan perbuatannya. Hal ini patut dikhawatirkan dikarenakan masyarakat menilai hukuman yang diberikan tidak diatur secara rinci.

III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bab hasil pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaturan Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu pada 2 aturan yang mengatur yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang. Yakni masih terdapat tidak efektifnya sanksi hukum yang diberikan. Namun dari kedua aturan tersebut pada aturan UU No. 7 tahun 2011tentang Mata Uang yang efektif dalam memberikan sanksi hukumyang bisa mengakibatkan para pelaku jera akan hal yang diperbuatnya.

2. Pembaharuan dasar hukum pidana dalam Rancangan KUHP 2015memang sangat dibutuhkan karena pasal dan penjelasan yang masih dimuat dalam KUHP lama sudah tidak relevan lagi.

Pada Rancangan KUHP 2015Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu diberikan sanksi penjara 3 (tiga) sampai 15 (lima belas) tahun dan denda Rp 6.000.000,- (enam juta rupiah) hingga Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

(19)

13

3.2 Saran

Analisis dari putusan hakim tentang putusan No.

817/Pid.Sus/2014/PN Dps:

1. Untuk sanksi hukum yang diberikan agar lebih berat daripada apa yang sudah diputus padaputusan diatas. Karena nantinya akan memberikan efek jera.

2. Untuk pembaharuan aturan mengenai tindak pidana pengedaran mata uang palsu harusnya lebih diberikan sanksi hukum yang jelas dan tidak menimbulkan tumpang tindih dalam setiap peraturan perundang-undangan yang memuat tindak pidana pengedaran mata uang palsu.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Ali, Mahrus, 2012, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta.

Boediono, 1990, Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta.

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2004, Dasar-Dasar Filsaf at dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Marzuki, Peter Mahmud, 2008, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.

Muladi dan Barda Nawawi Arif, 1998,Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung.

Sudarto, 1986, Kapita Selekta Hukum Pidana , Alumni Bandung, Bandung.

Jurnal

Ike Setyarini, DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PADA KASUS TINDAK PIDANA PEREDARAN UANG PALSU (STUDI DI PENGADILAN NEGERI MALANG), 2014, Malang.

(20)

14

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Rancangan KUHP Tahun 2015

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/14/Pbi/2004 Tentang Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan, Serta Pemusnahan Uang Rupiah

Referensi

Dokumen terkait

“ Barangsiapa meniru atau memalsukan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan

[r]

Menurut Undang-Undang KUHP pasal 244‘’Barang siapa meniru atau memalsu mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan negara atau bank, dengan

Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan di luar Indonesia “Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank, ataupun mengenai

Pelaku dalam melakukan perbuatan meniru dan memalsu uang kertas negara atau uang kertas bank atau mata uang, didorong oleh suatu kehendak (maksud) yang ditujukan untuk mengedarkan

“Barangsiapa meniru atau memalsukan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan

“Barangsiapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu,

Delik pemalsuan uang ini diatur pula dalam Pasal 245 KUHPidana yang menjelaskan bahwa: Barangsiapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara