Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak
Kewajiban
Perpajakan bagi Dokter
PJ.091/PL/S/008/2014-00
Gambaran Umum
Apa Itu Pajak?
Subjek Pajak Objek Pajak
Sumber Penghasilan Dokter Kewajiban Pajak
Penghasilan (PPh) Dokter
Daftar Hitung Bayar Lapor Kewajiban PPh
Wanita Dokter Kewajiban Perpajakan Lainnya
Contoh Penghitungan PPh
Dokter
APA ITU PAJAK?
”Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pasal 1 ayat (1) UU KUP
Outline
SUBJEK PAJAK
Subjek pajak
OP dan warisan
Orang Pribadi
Warisan yang belum terbagi Badan
Bentuk Usaha Tetap
Dimulai sejak saat orang pribadi tersebut dilahirkan, berada, atau berniat untuk bertempat tinggal di
Indonesia
Berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya
Outline
OBJEK PAJAK
Sejak memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
• Setiap
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
atau untuk
Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa
pun.
Jenis Penghasilan Keterangan Penghasilan dari pekerjaan seperti : gaji, honor,
tunjangan, bonus, insentif, gratifikasi, komisi, uang
pensiun Umumnya di potong PPh Pasal 21 oleh
pemberi kerja/pemberi hadiah. Harus
dilaporkan dan dihitung kembali besarnya PPh dalam SPT Tahunan
Hadiah (kecuali dari undian) atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
Laba usaha Dapat diperoleh melalui hasil pembukuan dan
pencatatan. Harus dilaporkan dan di hitung besarnya PPh di SPT Tahunan
Keuntungan karena penjualan harta, misalnya penjualan perhiasan, kendaraan dsb
Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan
Bunga di luar bunga bank
Royalti, keuntungan karena pembebasan utang, keuntungan selisih kurs
Tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum dikenakan PPh
Jenis Penghasilan Keterangan Bantuan atau sumbangan bagi pihak yang menerima bukan
merupakan objek pajak sepanjang diterima tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan atau hubungan pengusaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
Harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh
Namun
tidak
diperhitungkan dalam penentuan pajakterutang/pajak yang dibayarkan Harta hibahan bagi pihak yang menerima bukan merupakan
objek pajak apabila diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu sederajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan Menkeu, sepanjang diterima tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Warisan, klaim asuransi, beasiswa
Outline
SUMBER
PENGHASILAN
DOKTER
Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan bebas Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter
Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
Penghasilan dalam negeri lainnya yang bersifat tidak final Penghasilan dari luar negeri
Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
Penghasilan yang dikenakan PPh yang bersifat final
Antara lain:
a. Praktik dokter sendiri (membuka klinik pribadi);
b. Praktik dokter di rumah sakit atau klinik (atas penghasilan berupa jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui rumah sakit atau klinik tersebut):
• dokter tetap;
• dokter tamu;
• dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit sebagai tempat praktiknya.
c. Pekerjaan bebas selain dari praktik dokter di rumah sakit/ klinik
Misalnya: honorarium sebagai pembicara.
Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan bebas
Misalnya:
a. Usaha apotek;
b. Rumah makan;
c. Toko
*) dapat bersifat final apabila memiliki peredaran bruto tertentu (PP No. 46 Tahun 2013)
Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *)
Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
Antara lain:
a. pengurus atau pimpinan rumah sakit atau klinik;
b. pegawai tetap di rumah sakit, universitas (dosen), atau
perusahaan.
Antara lain:
a. komisi, hadiah atau imbalan lain, misalnya dari produsen obat- obatan dan alat kesehatan;
b. royalti;
c. sewa harta selain tanah/bangunan;
d. penghargaan dan hadiah;
e. keuntungan dari penjualan/pengalihan harta.
Antara lain:
a. dividen;
b. royalti;
c. bunga,
d. honor sebagai dokter di luar negeri.
Penghasilan dalam negeri lainnya yang bersifat tidak final
Penghasilan dari luar negeri
Antara lain:
a. warisan;
b. bagian laba dari firma atau CV yang modalnya tidak terbagi atas saham;
c. pembayaran klaim asuransi jiwa, asuransi dwiguna, kecelakaan, kesehatan dan beasiswa.
Antara lain:
a. bunga tabungan atau deposito;
b. dividen;
c. penjualan saham di bursa efek;
d. sewa tanah dan/atau bangunan.
Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
Penghasilan yang dikenakan PPh yang bersifat final
Outline
KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
DOKTER
DAFTAR HITUNG
BAYAR
LAPOR
DAFTAR
KANTOR
PELAYANAN PAJAK
Syarat Subjektif Syarat Objektif
Wilayah tempat tinggal
ORANG PRIBADI (Dokter)
Pasal 2 PP Nomor 74 Tahun 2011
Caranya:
1. Menyampaikan formulir permohonan secara langsung ke KPP
2. Menyampaikan formulir permohonan melalui kantor pos/jasa pengiriman ke KPP
3. Melalui internet dengan
menggunakan e-registration
Pasal 2 PP Nomor 74 tahun 2011
Peraturan Dirjen Pajak No. PER-20/PJ/2013 s.t.d.d PER-38/PJ/2013
Outline
HITUNG
1. Penghasilan Neto dari:
a. kegiatan usaha dan pekerjaan bebas Rp ...
b. pekerjaan Rp ...
c. dalam negeri lainnya Rp ...
d. luar negeri Rp ... +
Jumlah Penghasilan Neto Rp ...
dikurangi:
2. Zakat/ sumbangan keagamaan yang wajib Rp ...
3. Kompensasi Kerugian Rp ...
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp ... +
Jumlah Pengurang Penghasilan Neto Rp ... -
Penghasilan Kena Pajak Rp ...
5. PPh Terutang
(Penghasilan Kena Pajak x tarif Pasal 17 UU PPh) Rp ...
6. Kredit Pajak Rp ... -
7. PPh Kurang/(Lebih Bayar) Rp ...
Dapat diperoleh dengan 2 cara:
1. menyelenggarakan pembukuan; atau 2. menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (Norma).
peredaran usaha yang lebih dari atau sama dengan Rp 4.800.000.000 dalam setahun
wajib menyelenggarakan pembukuan
(Pasal 14 ayat (2) UU PPh)
Penghasilan Neto = Penghasilan Bruto – Biaya 3M
Dokter menyelenggarakan pembukuan
Penghasilan Bruto:
seluruh penghasilan yang diterima dokter sehubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sebagai dokter.
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M):
biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh, menagih dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang tidak
dikenai PPh Final.
Biaya-biaya yang boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
Biaya 3M antara lain:
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha;
Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi;
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan (untuk OP);
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta;
Kerugian dari selisih kurs;
(Pasal 6 UU PPh)
28Biaya-biaya yang boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto (lanjutan)
• Sumbangan khusus untuk :
- Penanggulangan Bencana Nasional,
- Penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia,
- Pembangunan infrastruktur sosial, - Fasilitas pendidikan , dan
- Pembinaan olahraga.
(Pasal 6 UU PPh jo. PP No. 93 Tahun 2010)
29Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh WP OP
Penggantian/imbalan pekerjaan/jasa yg diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan
Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
Pajak penghasilan
Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wp atau orang yang menjadi tanggungan
Sanksi administrasi serta sanksi pidana di bidang perpajakan
Pasal 9 UU PPh
Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari Penghasilan Bruto
Biaya yang tidak termasuk 3M antara lain:
Penghasilan Neto = Penghasilan Bruto x Norma
Dokter menggunakan Norma
Besarnya persentase Norma untuk pekerjaan bebas dokter *):
No. Daerah Persentase
1. 10 Ibu kota Provinsi (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak)
45%
2. Ibu kota Propinsi lainnya 42,5%
3. Daerah lainnya 40%
*) KEP-536/PJ./2000
Syarat-syarat penggunaan Norma
Dokter dapat menggunakan Norma apabila:
1. jumlah peredaran bruto dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas kurang dari Rp4.800.000.000,00 setahun;
2. memberitahukan penggunaan Norma kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lama 3 (tiga) bulan
sejak awal tahun pajak yang bersangkutan.
• Ditentukan berdasarkan penghasilan neto yang tertera dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 yang diberikan oleh pemberi kerja atas penghasilan dokter sebagai pegawai tetap.
• Penghasilan Neto tersebut dihitung dengan cara penghasilan bruto (gaji, tunjangan, bonus, penghasilan lainnya), dikurangi dengan:
1. Biaya jabatan (5% dari penghasilan bruto; maksimal Rp6.000.000,00 setahun);
2. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
• Penghasilan selain dari usaha/pekerjaan bebas dan pekerjaan serta bukan merupakan penghasilan yang dikenakan PPh Final.
• Antara lain:
- bunga pinjaman;
- royalti;
- Sewa (selain tanah dan/atau bangunan) - Hadiah/penghargaan;
- Keuntungan dari penjualan/ pengalihan harta.
• Pelaporan dan penghitungan penghasilan neto dari Luar Negeri (LN):
- untuk penghasilan dari usaha di LN dilaporkan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut sebesar laba usaha yang diperoleh;
- untuk penghasilan selain dari usaha dilaporkan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut sebesar penghasilan yang diterima.
• Pajak Penghasilan (Income Tax) yang dibayar atau terutang di LN
atas penghasilan dari LN dapat dikreditkan terhadap Pajak
Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan UU PPh.
• Keluarga merupakan satu kesatuan ekonomis.
• Bagi Wajib Pajak yang telah menikah (sebagai suami/kepala keluarga) berlaku penggabungan penghasilan dari seluruh anggota keluarga:
1. Penghasilan atau kerugian istri dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya dan dikenai pajak sebagai satu kesatuan, kecuali:
a. penghasilan tersebut semata-semata dari bekerja pada satu pemberi kerja yang telah dipotong PPh Pasal 21; dan
b. pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suaminya atau anggota keluarga lainnya.
2. Penghasilan anak yang belum dewasa (belum berusia 18 tahun)
digabung dengan penghasilan orang tuanya.
3. Penggabungan Penghasilan Suami-Istri
- Kewajiban PPh atas penghasilan keluarga merupakan tanggung jawab kepala keluarga (suami);
- Apabila:
a. suami istri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis, atau
b. istri menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri (suami dan istri memiliki NPWP yang berbeda),
penghitungan PPh dilakukan berdasarkan penjumlahan
penghasilan neto suami-isteri dan masing-masing memikul beban
PPh sebanding dengan besarnya penghasilan neto.
• Zakat atau sumbangan keagamaan lainnya yang bersifat wajib kepada lembaga/badan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
• Dibuktikan dengan dokumen pembayaran
Zakat/
Sumbangan Keagamaan yang
sifatnya wajib
• Berlaku bagi Dokter yang menyelenggarakan pembukuan
• Kerugian pada suatu tahun pajak dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai dengan 5 tahun.
Kompensasi kerugian
• Disesuaikan status Wajib Pajak dan jumlah tanggungan
PTKP
1. Badan Amil Zakat Nasional, 2. LAZ Dompet Dhuafa Republika, 3. LAZ Yayasan Amanah Takaful, 4. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat, 5. LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat, 6. LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah, 7. LAZ Baitul Maal Hidayatullah, 8. LAZ Persatuan Islam,
9. LAZ Yayasan Baitul Mal Umat Islam PT Bank Negara Indonesia,
10. LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, 11. LAZ Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 12. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia,
13. LAZ Yayasan Baitul Maal wat Tamwil, 14. LAZ Baituzzakah Pertamina,
15. LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT),
16. LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia, 17. LAZIS Muhammadiyah,
18. LAZIS Nahdlatul Ulama (LAZIS NU),
19. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI),
20. Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI), dan
21. Badan Dharma Dana Nasional Yayasan Adikara Dharma Parisad (BDDN YADP).
(PER-33/PJ/2011 sebagaimana telah diubah dengan PER-15/PJ/2012)
Keterangan PTKP Setahun
(Mulai 1 Januari 2013)
Untuk diri Wajib Pajak 24.300.000
Tambahan pegawai kawin 2.025.000
Tambahan anggota keluarga sedarah & semenda dalam garis keturunan lurus, anak angkat,
maksimum 3 orang
2.025.000
Pasal 1 PMK No. 162/PMK.011/2012
WP Tidak Kawin Kode PTKP
0 Tanggungan TK/0 24.300.000 1 Tanggungan TK/1 26.325.000 2 Tanggungan TK/2 28.350.000 3 Tanggungan TK/3 30.375.000
WP Kawin Kode PTKP
0 Tanggungan K/0 26.325.000
1 Tanggungan K/1 28.350.000
2 Tanggungan K/2 30.375.000
3 Tanggungan K/3 32.400.000
WP Kawin + Penghasilan Istri Digabung Kode PTKP
0 Tanggungan K/I/0 50.625.000
1 Tanggungan K/I/1 52.650.000
2 Tanggungan K/I/2 54.675.000
3 Tanggungan K/I/3 56.700.000
NO. LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF
1.
s.d. Rp50.000.000,00 5%
2.
Di atas Rp50.000.000,00 s.d.
Rp250.000.000,00
15%
3.
Di atas Rp250.000.000,00 s.d.
Rp500.000.000,00
25%
4.
Di atas Rp500.000.000,00 30%
Pasal 17 UU PPh
PPh terutang = tarif PPh x Penghasilan Kena Pajak.
Tarif PPh Orang Pribadi:
Pemotongan dan/atau pemungutan PPh:
- PPh Pasal 21 (Pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan, jasa atau kegiatan).
- PPh Pasal 22 (Pemungutan PPh atas impor atau transaksi tertentu lainnya)
- PPh Pasal 23 (Pemotongan PPh antara lain atas persewaan harta selain tanah dan/atau bangunan)
Pembayaran PPh oleh Wajib Pajak sendiri (angsuran PPh Pasal 25)
PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri (PPh Pasal 24)
Kredit Pajak PPh Pasal 24
• Besarnya PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah yang lebih kecil antara:
a. PPh yang dipotong/dibayarkan di luar negeri; atau b. Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).
44
Batas maksimum KPLN = Penghasilan di Luar Negeri
Penghasilan Kena Pajak x PPh Terutang
Jika Penghasilan Kena Pajak lebih kecil dari pada Penghasilan di Luar Negeri:
-- Batas maksimum KPLN adalah sebesar PPh terutang atas Penghasilan Kena Pajak
PPh Kurang Bayar:
- PPh terutang > kredit pajak
- Kekurangan pembayaran (PPh Pasal 29) harus dilunasi sebelum SPT Tahunan disampaikan ke KPP.
PPh Lebih Bayar:
- PPh terutang < kredit pajak
Outline
BAYAR
1. Pembayaran dalam tahun berjalan:
a. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25
b. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak lain c. Pembayaran PPh yang bersifat final
2. Pembayaran pada akhir tahun pajak (PPh Pasal 29)
Pembayaran Angsuran PPh Pasal 25
• Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan
• Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
48
Angsuran PPh Pasal 25 = PPh terutang – Kredit Pajak (PPh Pasal 21, 22, 23, 24)
12
Angsuran PPh Pasal 25 bagi WP Baru
• Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.
49
Angsuran PPh Pasal 25 = Tarif PPh OP x (Pengh. Neto Sebulan Disetahunkan – PTKP) 12
PerMenkeu No. 255/PMK.03/2008 stdd PerMenkeu No. 208/PMK.03/2009
Pemotongan/Pemungutan oleh Pihak Lain
• Pemotongan PPh Pasal 21
Cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
• Pemungutan PPh pasal 22
Cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan oleh Wajib Pajak atas penghasilan antara lain sehubungan dengan impor barang dan pembelian barang sangat mewah, yang dipungut oleh pihak lain.
• Pemotongan PPh Pasal 23
Cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan oleh pihak lain antara lain bunga, dividen, royalti, hadiah, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, jasa teknik, jasa manjemen, jasa konsultan, dan jenis jasa lainnya.
50
Pembayaran PPh Yang Bersifat Final
Antara lain:
• Bunga deposito dan tabungan
• Bunga obligasi dan SUN
• Hadiah undian
• Transaksi saham
• Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
• Persewaan tanah dan/atau bangunan
• Penghasilan atas usaha WP yang memiliki peredaran bruto tertentu (PP No. 46 Tahun 2013)
Outline 51
LAPOR
Dokter wajib:
- mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Masa dan Tahunan, dan
- menyampaikannya ke KPP tempat terdaftar.
Media Penyampaian
SPT Tahunan
Langsung
KPP/KP2KP
Tempat lain
Pojok Pajak
Drop Box
Mobil Pajak Kantor Pos
Perusahaan ekspedisi/kurir
e-Filing
melalui website DJP (www.pajak.go.id) khusus formulir 1770 S & 1770 SS
dengan bukti pengiriman surat ke KPP tempat WP terdaftar
Media Penyampaian SPT Tahunan
Batas Waktu Pelaporan
Kewajiban Tanggal Penyetoran Tanggal Pelaporan PPh Pasal 25 Paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir *) PPh Pasal 4 ayat (2)
“Setor Sendiri”
Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir *) PPh Pasal 29 Paling lama dilunasi sebelum
SPT Tahunan disampaikan
3 bulan setelah akhir tahun pajak
55
*) SSP atas pembayaran PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dengan peredaran bruto tertentu yang telah mendapat validasi NTPN,
tidak perlu melaporkan SPT Masa.
Outline
KEWAJIBAN PPh
WANITA DOKTER
Kewajiban PPh (DHBL)
- Belum kawin - Hidup berpisah
berdasarkan Putusan Pengadilan
Kawin - Kawin dengan
perjanjian pisah harta dan penghasilan
- Kawin dan memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakan sendiri
Daftar Wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP atas namanya sendiri
Tidak wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
Dapat mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP atas namanya sendiri
Hitung Penghitungan PPh terutang atas penghasilan sendiri
Penghasilan atau kerugian dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suami.
Penghitungan PPh terutang didasarkan pada penggabungan penghasilan neto suami isteri dan besarnya PPh terutang bagi isteri tersebut dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto antara suami dan isteri.
Bayar Sebesar PPh terutang atas penghasilan sendiri
Tidak bayar (karena sudah diperhitungkan dalam penghasilan suami)
Sebesar PPh terutang bagi isteri sesuai dengan perbandingan penghasilan neto antara suami dan isteri
57
Kewajiban PPh (DHBL)
- Belum kawin - Hidup berpisah
berdasarkan Putusan Pengadilan
Kawin - Kawin dengan
perjanjian pisah harta dan penghasilan
- Kawin dan memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan sendiri
Lapor Lapor SPT Tahunan PPh WP OP atas namanya sendiri
Tidak perlu menyampaikan SPT Tahunan PPh WP OP-nya sendiri (cukup suaminya saja yang menyampaikan SPT Tahunan PPh)
- Wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh WP OP atas namanya sendiri terpisah dengan SPT Tahunan PPh suaminya
- Penghasilan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan
PPh adalah seluruh
penghasilan yang diterima atau diperoleh wanita kawin tersebut dalam suatu tahun pajak, tidak termasuk penghasilan anak yang belum dewasa.
- Harta dan kewajiban/utang yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh adalah harta dan kewajiban yang dimiliki
dan/atau dikuasai wanita kawin tersebut pada akhir tahun pajak.
Outline 58
KEWAJIBAN
PERPAJAKAN LAINNYA
• Dokter yang melakukan pekerjaan bebas merupakan orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong pajak.
• Pemotong pajak wajib memotong PPh pasal 21 atas penghasilan karyawan.
• Tata cara penghitungan mengikuti ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-31/PJ/2012.
• Setor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kode MAP : 411121, KJS : 100
• Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir
Pasal 2 PMK No. 184/PMK.03/2007 s.t.d.d. PMK No. 80/PMK.03/2010
• Dokter yang melakukan pekerjaan bebas wajib melaporkan angsuran PPh Pasal 25 setiap bulannya
• Setor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
kode MAP : 411125, KJS : 100
• Lapor paling lama tanggal 20 bulan berikutnya
Pasal 2 PMK No. 184/PMK.03/2007 s.t.d.d. PMK No. 80/PMK.03/2010
• Dokter yang melakukan pekerjaan bebas merupakan orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong (harus ada surat penunjukan yang diterbitkan oleh Kepala KPP)
• Pemotong wajib memotong PPh pasal 4 ayat (2) atas sewa tanah dan/atau bangunan
• Tarif = 10 % dari jumlah bruto nilai sewa dan bersifat final
• Setor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir (Pasal 4 ayat (2)
“Pemotongan”)
kode MAP : 411128, KJS : 403
• Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir
Pasal 2 PMK No. 184/PMK.03/2007 s.t.d.d. PMK No. 80/PMK.03/2010
• Dokter yang melakukan pekerjaan bebas merupakan orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong (harus ada surat penunjukan yang diterbitkan oleh Kepala KPP) sesuai dengan KEP-50/PJ./1994.
• Pemotong wajib memotong PPh pasal 23 atas sewa selain tanah dan/atau bangunan.
• Tarif = 2% dari jumlah bruto nilai sewa dan bersifat tidak final.
• Setor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kode MAP : 411124, KJS : 100
• Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir.
Pasal 2 PMK No. 184/PMK.03/2007 s.t.d.d. PMK No. 80/PMK.03/2010
Outline
CONTOH
PENGHITUNGAN
PPh DOKTER
1. Nama Dokter Riko Jaya
2. Alamat Jalan Abadi No. 25 Jakarta 3. Jabatan Wakil Direktur Rumah Sakit
Mawar
4. Status/Tanggungan Kawin/3 Anak
5. NPWP 06.234.567.8-035.000
6. Masa Kerja Januari – Desember 2013
“ Contoh penghitungan kewajiban PPh bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dokter yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan (sebagai pegawai),
pekerjaan bebas, dan penghasilan dari istri yang bekerja”
Ilustrasi
Membayar zakat melalui Badan amil Zakat sebesar Rp16.500.000,00.
Menyetor angsuran PPh Pasal 25 bulan Januari sampai dengan Maret 2013 masing-masing sebesar Rp2.000.000,00 dan untuk bulan April sampai Desember 2013 masing-masing sebesar Rp3.500.000,00.
Telah menyampaikan pemberitahuan penggunaan norma ke KPP tempat terdaftar pada tanggal 27 Maret 2013 dan berdasarkan pencatatannya diketahui bahwa peredaran bruto selama tahun 2013 kurang dari Rp4.800.000.000,00, sehingga memenuhi syarat untuk menghitung penghasilan neto atas pekerjaan bebasnya menggunakan norma (Besarnya norma untuk profesi dokter yang melakukan pekerjaan bebas di wilayah Jakarta berdasarkan KEP-536/PJ./2000 adalah 45%).
Istri dr. Riko Jaya, Melisa, bekerja pada PT Aman Sentosa. Untuk kepentingan
pemotongan PPh Pasal 21 oleh PT Aman Sentosa, Melisa menggunakan NPWP
suami (06.234.567.8-035.001).
Ilustrasi
1 228.000.000
2 300.000.000
3 275.000.000
a. Narasumber Talkshow di salah satu stasiun TV 5.000.000 b. Narasumber pada "Seminar Kesehatan Ibu dan Bayi" yang
diselenggarakan Yayasan Ibu dan Anak Jakarta
5.000.000
c. Hadiah/ imbalan berupa Paket wisata ke Singapura dari PT Pharma (produsen obat)
15.000.000
d. Hadiah/ imbalan berupa telepon seluler dari PT Kuat (produsen obat & alat kesehatan)
5.000.000
e. Keuntungan dari penjualan logam mulia 50.000.000 f. Royalti atas penerbitan buku karangan dr. Riko dari PT Oke 10.000.000
g. Persewaan Ruko dengan PT Asri 100.000.000
h. Persewaan kamar kos-kosan (indekos) 24.000.000 i. Bunga tabungan dari Bank Abadi 1.000.000 Penghasilan dr. Riko Jaya (Rp)
4
Penghasilan neto (gaji, tunjangan, bonus) sebagai Wakil Direktur (pegawai tetap) RS Mawar setelah dikurangi biaya jabatan
(Rp6.000.000,00) dan iuran pensiun(Rp6.000.000,00) (sesuai formulir 1721-A1)
Penghasilan bruto dari praktik dokter ahli kandungan di Rumah Sakit Mawar
Penghasilan bruto dari praktik dokter di klinik pribadi Penghasilan lainnya
Ilustrasi
Praktik di RS Mawar Praktik Klinik Pribadi Januari 27.000.000 23.000.000 Februari 25.000.000 21.000.000 Maret 28.000.000 25.000.000 April 25.000.000 20.000.000 Mei 25.000.000 23.000.000 Juni 23.000.000 22.000.000 Juli 25.000.000 25.000.000 Agustus 22.000.000 23.000.000 September 15.000.000 22.000.000 Oktober 35.000.000 20.000.000 Nopember 20.000.000 25.000.000 Desember 30.000.000 26.000.000 Jumlah 300.000.000 275.000.000
Jasa Dokter yang dibayar Pasien (Rp) Bulan
Perincian Penghasilan Bruto atas Pekerjaan Bebas berupa praktik dokter
Peredaran bruto tersebut merupakan jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien dari praktik dr. Riko di RS Mawar dan klinik pribadi
Ilustrasi
1 468.000.000
a. Hadiah undian berupa uang tunai dari Bank Jaya 100.000.000
b. Bunga Deposito dari Bank Jaya 2.000.000
Penghasilan Melisa, istri dr. Riko Jaya (Rp)
2
Penghasilan neto (gaji, tunjangan, bonus) sebagai kepala bagian keuangan PT Aman Sentosa (sesuai formulir 1721-A1) setelah dikurang biaya jabatan Rp6.000.000,00 dan iuran pensiun Rp6.000.000,00
Penghasilan Lainnya:
Ilustrasi
1 24.340.000
2 15.625.000
3 80.925.000
4 125.000
5 125.000
6 1.500.000
a. bunga tabungan dr. Riko Jaya dari Bank Abadi 200.000 b. persewaan Ruko dengan PT Asri 10.000.000
c. hadian undian Melisa 25.000.000
d. bunga deposito Melisa dari Bank Jaya 400.000 PPh Pasal 21 dr. Riko Jaya sebagai narasumber Talkshow
PPh Pasal 21 dr. Riko Jaya sebagai narasumber seminar 7
PPh Pasal 23 atas royalti
PPh yang telah dipotong Pemotong Pajak (didasarkan pada bukti Pemotongan PPh, Rp) PPh Pasal 21 dr. Riko Jaya atas penghasilan sebagai wakil direktur
Rumah Sakit Mawar
PPh Pasal 21 dr. Riko Jaya atas penghasilan dari praktik dokter di Rumah Sakit Mawar
PPh Pasal 21 Melisa atas penghasilan sebagai kepala bagian keuangan PT Aman Sentosa
Pajak Penghasilan yang bersifat Final (Pasal 4 ayat (2)):
Ilustrasi
No Uraian Aset
Nilai Perolehan (Rp)Tahun Perolehan
1 Rumah 600.000.000 2006
2 Tanah 400.000.000 2010
3 Mobil 182.000.000 2010
4 Mobil 220.000.000 2011
5 Tabungan di Bank Abadi 100.000.000 2009 6 Deposito di Bank Jaya 35.000.000 2012 7 Ruko di Jl. Pemuda 25 400.000.000 2010
8 Sepeda Motor 13.750.000 2007
Penghitungan PPh terutang dr. Riko Jaya Tahun Pajak 2013 1. Penghasilan Neto dari:
a. kegiatan usaha dan pekerjaan bebas 1) Praktek di Rumah Sakit Mawar
45% x 300.000.000 135.000.000
2) Praktek di klinik pribadi
45% x 275.000.000 123.750.000
3) Narasumber Talkshow
50% x 5.000.000 2.500.000 4) Narasumber Seminar
50% x 5.000.000 2.500.000
Penghasilan neto dari usaha dan pekerjaan bebas 263.750.000 b. pekerjaan
Wakil Direktur Rumah Sakit Mawar 228.000.000
c. dalam negeri lainnya
1) Hadiah/imbalan dari PT Pharma 15.000.000 2) Hadiah/imbalan dari PT Kuat 5.000.000 3) Keuntungan dari penjualan logam mulia 50.000.000
4) Royalti dari PT Oke 10.000.000
Penghasilan neto dalam negeri lainnya 80.000.000
Jumlah Penghasilan Neto 571.750.000
*) Penghasilan sebagai narasumber dikategorikan sebagai pekerjaan bebas (PER-31/PJ/2012)
**) Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk pekerjaan bebas bidang profesi lainnya wilayah Jakarta (KEP-536/PJ./2000)
*)
*)
**)
**)
2. Zakat 16.500.000
3. Kompensasi Kerugian -
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/3)
Wajib Pajak Sendiri 24.300.000
Tambahan untuk Wajib Pajak Kawin 2.025.000
Tambahan untuk 3 orang tanggungan 6.075.000
Jumlah PTKP 32.400.000
5. Penghasilan Kena Pajak 522.850.000
6. PPh Terutang
a. 5% x 2.500.000
b. 15% x 30.000.000
c. 25% x 62.500.000
d. 30% x 22.850.000 6.855.000
PPh yang terutang 101.855.000
50.000.000 200.000.000
250.000.000
7. Kredit Pajak
a. PPh yang dipotong/ dipungut oleh pihak lain:
PPh Pasal 21 dan 23 (sesuai bukti potong):
1) BukPot. 1721-A1 dari RS Mawar 24.340.000 2) BukPot. PPh dari praktik di RS Mawar 15.625.000 3) BukPot. PPh Ps. 21 honor pembicara talkshow 125.000 4) BukPot. PPh Ps. 21 honor pembicara seminar 125.000 5) BukPot. PPh Ps. 23 royalti 1.500.000 Jumlah PPh yang dipotong/dipungut pihak lain 41.715.000 b. PPh yang dibayar sendiri
Angsuran PPh Pasal 25 37.500.000
Jumlah kredit pajak 79.215.000
8. PPh yang kurang dibayar/PPh Pasal 29
22.640.000Penghitungan angsuran PPh Pasal 25 untuk Tahun Pajak 2014 1. Penghasilan Neto
Jumlah Penghasilan Neto 571.750.000
Penghasilan Neto tidak teratur:
1) Hadiah/imbalan dari PT Pharma 15.000.000 2) Hadiah/imbalan dari PT Kuat 5.000.000 3) Keuntungan dari penjualan logam mulia 50.000.000
Jumlah Penghasilan Neto tidak teratur 70.000.000
Penghasilan Neto teratur 501.750.000
2. Zakat 16.500.000
3. Kompensasi Kerugian -
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/3)
Wajib Pajak Sendiri 24.300.000
Tambahan untuk Wajib Pajak Kawin 2.025.000 Tambahan untuk 3 orang tanggungan 6.075.000
Jumlah PTKP 32.400.000
5. Penghasilan Kena Pajak 452.850.000
6. PPh Terutang
a. 5% x 2.500.000
b. 15% x 30.000.000
c. 25% x 50.712.500
d. 30% x - -
PPh yang terutang 83.212.500
7. Kredit Pajak
PPh yang dipotong/ dipungut oleh pihak lain
1) BukPot. 1721-A1 dari RS Mawar 24.340.000 2) BukPot. PPh dari praktik di RS Mawar 15.625.000 3) BukPot. PPh Ps. 21 honor pembicara talkshow 125.000 4) BukPot. PPh Ps. 21 honor pembicara seminar 125.000
5) BukPot. PPh Ps. 23 royalti 1.500.000
Jumlah kredit pajak PPh Pasal 21 dan 23 41.715.000
8. PPh yang kurang dibayar 41.497.500
9. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak 2014:
1/12 x Rp 41.497.500 3.458.125
50.000.000 200.000.000
202.850.000
Penghasilan Melisa tidak perlu digabung dengan penghasilan suaminya, dr. Riko Jaya, karena:
- penghasilan Melisa hanya dari satu pemberi kerja, dan - atas penghasilan tersebut telah dipotong PPh oleh
pemberi kerja yang bersangkutan.
tidak diperhitungkan dalam menghitung PPh Terutang Tahunan, namun wajib dilaporkan pada SPT Tahunan 1770 lampiran III.
a. telah dipotong PPh Final oleh pemberi penghasilan:
- persewaan ruko dengan PT Asri, - bunga tabungan dari Bank Abadi, - hadiah undian dari Bank Jaya, dan - bunga deposito dari Bank Jaya,
b. tidak dipotong PPh Final oleh pemberi penghasilan:
- persewaan kamar kos-kosan (indekos),
dr. Riko Jaya wajib membayar sendiri PPh
Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah
bruto nilai sewa paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
1. melakukan pencatatan atas semua penghasilan yang diterima;
2. menghitung jumlah PPh terutang atas penghasilan yang diterima selama tahun 2013;
3. menyetor kekurangan pembayaran PPh (PPh Pasal 29) menggunakan SSP sebesar Rp22.640.000,00 ke Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan sebelum pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi;
4. melakukan pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2013 paling lambat tanggal 31 Maret 2014;
5. menyampaikan pemberitahuan penggunaan norma ke KPP tempat terdaftar (apabila dr. Riko masih memilih untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dalam menghitung PPh terutang Tahun 2014 atas pekerjaan bebas yang dilakukan);
6. melakukan pembayaran angsuran PPh Pasal 25 sebesar
Rp3.458.125,00 untuk tiap masa pajak tahun 2014 paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya.
“ Contoh penghitungan PPh terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dokter atas penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh bersifat final”
dr. Riko Jaya pada contoh kasus 1 membuka apotik di klinik pribadinya
Apotik mulai beroperasi tanggal 10 Januari 2014
Peredaran bruto apotik per Januari 2014 = Rp50.000.000,00.
Peredaran bruto apotik selama Tahun 2014:
Bulan Peredaran Bruto Januari 50.000.000 Februari 65.000.000 Maret 55.000.000 April 60.000.000
Mei 65.000.000
Juni 68.000.000 Juli 55.000.000 Agustus 65.000.000 September 52.000.000 Oktober 75.000.000 Nopember 55.000.000 Desember 60.000.000 Jumlah 725.000.000
Peredaran bulan Januari 2014 yang disetahunkan
= 12 x Rp50.000.000,00 = Rp600.000.000,00
Peredaran bruto usaha apotek yang disetahunkan tersebut tidak melebihi Rp4.800.000.000,00
Dengan demikian, pada tahun 2014, penghasilan dari usaha apotek tersebut termasuk dalam kriteria penghasilan yang dikenai PPh bersifat final (PP No. 46 Tahun 2013)
Tarif PPh final adalah 1% dikalikan peredaran bruto apotek
tiap bulan.
Bulan Peredaran Bruto Tarif PPh Ps 4 ayat (2) final Januari 50.000.000 1% 500.000 Februari 65.000.000 1% 650.000 Maret 55.000.000 1% 550.000 April 60.000.000 1% 600.000 Mei 65.000.000 1% 650.000 Juni 68.000.000 1% 680.000 Juli 55.000.000 1% 550.000 Agustus 65.000.000 1% 650.000 September 52.000.000 1% 520.000 Oktober 75.000.000 1% 750.000 Nopember 55.000.000 1% 550.000 Desember 60.000.000 1% 600.000 Jumlah 725.000.000 7.250.000
Penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) atas usaha apotek dr. Riko untuk masa Januari
sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) bersifat final setiap masa pajak dengan SSP ke Kantor Pos/bank yang ditunjuk Menteri Keuangan atau melalui ATM)*, paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
2. Dalam hal:
a. SSP telah mendapat validasi NTPN, atau
b. telah menerima Bukti Penerimaan Negara (BPN) berupa cetakan struk ATM,
dr. Riko tidak perlu melakukan pelaporan SPT PPh Pasal 4 ayat (2) ke KPP.
3. Pembayaran PPh Pasal 4 ayat (2) bersifat final oleh dr. Riko tidak perlu diperhitungkan kembali dalam menghitung PPh terutang dalam SPT Tahunan PPh OP, namun tetap dilaporkan rincian PPh Pasal 4 ayat (2) bersifat final pada lampiran III SPT 1770.
)* = ATM Bank BRI, BCA, BNI atau Bank Mandiri
1. Nama dr. Budiman Jaya
2. Alamat Jalan Sakti No. 18 Jakarta
3. Jabatan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Negeri X di Jakarta 4. Pangkat/Golongan Pembina / IVa
5. Status/Tanggungan Kawin/2 Anak
6. NPWP 48.999.666.2-035.000
7. Masa Kerja Januari – Desember 2013
“ Contoh penghitungan dan pengisian SPT Tahunan PPh atas kewajiban PPh bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dokter yang memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan (sebagai PNS) dan pekerjaan bebas”
A. Dari Pemberi Kerja: Penghasilan dari profesi Dosen Fakultas Kedokteran di Universitas X sudah dipotong oleh pemberi kerja
B. Dari pekerjaan bebas: Dr. Budiman juga membuka praktik dokter dengan omzet sebesar Rp 100.000.000. Norma Penghitungan Penghasilan Netto yang diperkenankan untuk usaha tersebut adalah sebesar 45% (KEP-536/PJ./2000)
C. Dari Harta: Bunga Deposito dari Bank Mandiri Rp 10.000.000.
D. Penghasilan Lain-lain:
1. dr. Budiman juga mendapatkan honorarium sebagai Tim Penyusun Materi Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah di Kementerian Kesehatan dan atas penghasilan tersebut telah dipotong pajak.
2. dr. Budiman juga mendapatkan honorarium sebagai Pembicara Ahli Acara Bimbingan Teknis Kesehatan di Kementerian Kesehatan dan atas penghasilan tersebut telah dipotong pajak.
3. dr. Budiman juga mendapatkan honorarium sebagai Narasumber Seminar yang diselenggarakan oleh media swasta dan atas penghasilan tersebut telah dipotong pajak.
4. Menerima warisan dari orang tua berupa perhiasan senilai Rp50.000.000 pada tahun 2013.
Ilustrasi
Ilustrasi
A. Angsuran PPh Pasal 25 yang telah dibayar selama tahun 2013 sebesar Rp750.000;
B. PPh Pasal 21 yang telah dipotong pemberi kerja (Universitas Negeri X) sebesar Rp635.900;
C. PPh Pasal 21 yang telah dipotong oleh pemberi kerja lainnya (Media Kesehatan)
sebesar Rp1.500.000.
1. Rumah yang ditempati dibeli tahun 1990 dengan harga Rp 50.000.000;
2. Mobil Toyota Kijang tahun 1990 dibeli tahun 1999 dengan Harga Perolehan Rp60.000.000;
3. Mobil Toyota Avanza di beli tahun 2010 dibeli kredit dengan harga Rp 100.000.000 melalui lembaga pembiayaan Oto Multi Finance;
4. Tanah di Jalan Ceger No. 12, Tangerang, luas tanah (500m2) dibeli tahun 2000 dengan harga Rp. 600.000.000;
5. Deposito di Bank Mandiri cabang Senayan semenjak tahun 1999 sejumlah Rp150.000.000 dengan bunga per tahun Rp 10.000.000. PPh final atas bunga deposito telah dipotong oleh Bank Mandiri (tarif PPh atas bunga deposito sebesar 20%);
6. Perhiasan senilai Rp50.000.000 pada tahun 2013 (warisan);
7. Pinjaman kepada Lembaga Leasing Oto Multi Finance Tahun 2012 sejumlah Rp.
104.000.000 (selama 5 tahun) dengan sisa pinjaman pada akhir tahun 2013 sebesar Rp 80.000.000.
Data Wajib Pajak Tahun 2013
PERINCIAN PENGHASILAN TAHUN 2013 (Formulir 1721-A2)
:
:
:
:
: (+)
: *)
: **)
=
(-)
= Rp 2,845,320 Rp 1,138,128 Rp 11,760,000 Rp 2,786,400 Rp -
= Rp 46,983,048
Rp 2,349,152 Penghasilan Bruto
1,540,741 Rp
Rp 3,889,893 Pengurangan :
Tunjangan struktural/fungsional Tunjangan istri/suami
Tunjangan anak
Tunjangan lain-lain
Gaji pokok Rp 28,453,200
- Biaya Jabatan 5% x46.983.048
- Iuran Pensiun
Penghasilan Neto Rp 43,093,155
Tunjangan beras
BIAYA JABATAN = 5% x Penghasilan Bruto (Maksimal
: 6.000.000/Th, 500.000/Bln
IURAN PENSIUN =
4.75% x (Gaji Pokok+Tunjangan Keluarga) = 4.75% x32.436.648
=
:
:
:
(+)
= (-)
=
=
= (-)
*)
**)
N I H I L
Biaya jabatan yaitu biaya untuk mendapatk an, menagih, dan memelihara penghasilan sebesar 5 % dari penghasilan bruto dengan jumlah mak simum sebesar Rp 6.000.000,- setahun atau Rp 500.000,- sebulan.
Rp 12.718.155
PPh Telah Dipotong
PPh yang kurang atau lebih dibayar
Penghasilan Neto Rp 43.093.155
Rp 635.900
Rp 635.900 - Anak 2 orang @ Rp 2.025.000
Penghasilan Kena Pajak
Total Penghasilan Tidak Kena Pajak
Rp 24.300.000
Iuran pensiun sebesar 4,75 % x (gaji pok ok +tunjangan k eluarga)
Rp 12.718.000 Rp 2.025.000
Rp 4.050.000 PTKP ( K/3 )
- Wajib Pajak
PPh Terutang 5 % x Rp 12.718.000 = 635.900 - Status Kawin
Rp 30.375.000
Pembulatan Penghasilan Kena Pajak adalah Ribuan
Penuh (000)
Honorarium Instansi
Pemotong Pajak/ NPWP
Penghasilan Bruto
PPh 21 FINAL + NON
FINAL
Nomor & Tanggal Bukti Potong
Juni 2013 Kemenkes( 00.094.420.1.061.000) Rp 2.000.000 Rp 300.000 BP21-02/VI/2013 ( 15/06/2013) September
2013
Kemenkes( 00.094.420.1.061.000) Rp 4.000.000 Rp 600.000 BP21-10/IX/2013 ( 10/09/2013)
Oktober 2013 Media Kesehatan(01.090.209.1.014.000) Rp60.000.000 Rp 1.500.000 BP21-05/RT/X/2013 (29/10/2013)
Jumlah Total Rp 66.000.000 Rp 2.400.000
2
3 1
Dr. Budiman Jaya juga mendapatkan honorarium sebagai Narasumber Seminar yang diselenggarakan oleh salah satu media sebesar Rp60.000.000 dan telah melakukan pemotongan PPh 21 sesuai ketentuan Pasal 17. (Bukti
Pemotongan PPh 21 Non Final Nomor : BP21-05/RT/X/2013 Tanggal 29/10/2013).
Dr. Budiman Jaya juga mendapatkan honorarium sebagai Tim Penyusun Materi Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah di Kementerian Kesehatan sebesar Rp 2.000.000 dan bendahara telah melakukan pemotongan PPh Final sesuai ketentuan yaitu 15%. ( Bukti Pemotongan PPh Nomor : BP21-02/VI/2013 Tanggal 15/06/2013)
Dr. Budiman Jaya juga mendapatkan honorarium sebagai Pembicara Ahli Acara Bimbingan Teknis Kesehatan di
Kementerian Kesehatan sebesar Rp 4.000.000 dan bendahara telah melakukan pemotongan PPh Final sesuai ketentuan yaitu 15%. (Bukti Pemotongan PPh 21 Final Nomor : BP21-10/IX/2013 Tgl10/09/2013)
Diisi dengan tahun pajak bersangkutan
Di isi dengan jenis harta
wajib pajak
Diisi dengan harga perolehan atau harga/nilai pada
saat membeli/
menerima harta Perhitungan Menggunakan
Norma Diisi dengan
NPWP dan nama sesuai
dengan formulir 1721 –
A1/A2
Diisi dengan tahun perolehan atau tahun mendapatkan/
menerima harta
Diisi dengan Hasil Penjumlahan Seluruh Harta pada
kolom (4).
Diisi dengan NOP Tanah/Bangunan, nomor BPKB atau
keterangan lain
Diisi dengan jumlah seluruh kewajiban
termasuk bunganya
Diisi dengan Nama sesuai Akte
Diisi dengan pekerjaan
Diisi dengan Tanggal Lahir sesuai Akte
Diisi dengan Hubungan Keluarga
Diisi dengan jumlah bunga yang diperoleh
Diisi dengan PPh yang terhutang
Jangan lupa mengisi
kolom- kolom
ini
Diisi dengan jumlah PPh yang
terhutang
Diisi dengan jumlah penghasilan bruto dari warisan yang diterima
(bila ada)
Jangan lupa mengisi kolom-
kolom ini
Diisi dengan nama pemotong/ pemungut bila ada dalam tahun 2013 dan bila lampiran
tidak cukup dapat ditambah
Diisi dengan nomor bukti/tanggal, jenis, dan
jumlah PPh yang dipotong/pungut sumbernya
dari bukti potong/pungut yang diterima wajib pajak
Diisi dengan jumlah seluruh
PPh yang dipotong/
dipungut
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15 dst
*) - =
- Kolom (6) diisi dengan pilihan sebagai berikut : 21 / 22 / 23 / 24 /26/ DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri (lihat buku petunjuk tentang Lampiran II Bagian A dan Induk SPT angka 4)
1 dari 1 halaman Lampiran-II Pindahkan Jumlah Bagian A Kolom 7 ke Formulir 1770 Angka 15 PPh Ditanggung Pemerintah
2.135.900
Halaman ke - JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI
JBA
DTP
JUMLAH BAGIAN A
Jumlah peredaran usaha
dikali norma yang ditetapkan
Jangan lupa mengisi kolom-
kolom ini
Norma penghitungan penghasilan netto yang telah ditetapkan dalam
KEP-536/PJ./2000 Diisi dengan jumlah peredaran
usaha (omzet) selama setahun
Jumlah penghasilan
neto
*) Penghasilan sebagai narasumber dikategorikan sebagai pekerjaan bebas (PER-31/PJ/2012)
**) Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk pekerjaan bebas bidang profesi lainnya wilayah Jakarta (KEP-536/PJ./2000)
LAMPIRAN
Jenis Penghasilan Penghasilan Bruto
(Rp) Norma Penghasilan Neto (Rp)
Penghasilan Jasa Dokter dari praktek di klinik pribadi 100.000.000 45% 45.000.000 Honorarium Pembicara Seminar 60.000.000 50% 30.000.000
Total 160.000.000 75.000.000
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI PEKERJAAN BEBAS (Sebagaimana Dimaksud Lampiran 1770-I hal 2)
*) **)
Diisi dengan NPWP dan nama
pemberi kerja
Diisi dengan penghasilan bruto selama satu tahun
Diisi dengan pengurang penghasilan bruto
Diisi dengan penghasilan neto
(Ph bruto- pengurang)
Jumlah penghasilan
netto
Jangan lupa mengisi kolom-
kolom ini
Karena menggunakan
norma, maka semua Bagian A
ini kosong
Jangan lupa mengisi kolom-kolom
ini
Diisi dengan angka dari lampiran 1 halaman 2 bagian B Diisi dengan klasifikasi lapangan
usaha sesuai dengan jenis usaha/pekerjaan
Hitung PTKP sesuai status dan
jumlah tanggungan Di isi dengan
nomor telepon dan atau faksimili yang
dapat dihubungi
Pilih sesuai status perkawinan dan diisi dengan jumlah tanggungan
Diisi dengan angka dari lampiran 1 halaman 2 bagian D
Yang masih harus dibayar
dengan SSP
Angsuran PPh Pasal 25 Kredit pajak yang
diperoleh dari 1770-II bagian a
kolom 7 Kredit pajak dari
angsuran PPh pasal 25 setiap
bulan selama tahun 2013
Jangan lupa memberi tanda silang pada bagian yang akan dilampirkan
Jangan lupa tanda tangan
Perhitungan Sendiri
Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak 2014 Form Induk 1770 Nomor 21
Nama : Dr. Budiman Jaya
NPWP : 48.999.666.2-035.000
Penghasilan Selama Tahun Pajak 2013
1 Penghasilan Neto atas Gaji PNS Rp 43.093.155
2 Penghasilan Neto atas Kegiatan Usaha Rp 45.000.000
3 Honor sebagai Narasumber seminar Rp 30.000.000 (+)
4 Penghasilan Total Tahun 2013 Rp 118.093.155
-/- Penghasilan Tidak Teratur Rp 0 (-)
5 Penghasilan Teratur Tahun 2013 Rp 118.093.155
6 Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2) Rp 30.375.000 (-)
7 Penghasilan Kena Pajak Rp 87.718.000
8 PPh Terutang Rp 8.157.700
-/- Kedit Pajak : PPh 21 Telah Dipotong Rp 2.135.900
9 Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2014 Rp 6.021.800
10 Angsuran PPh Pasal 25 setiap Bulan Rp 501.817
Wajib Pajak
Budiman Jaya
Budiman Jaya