• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Kinerja Multiprotocol Label Switching dengan Mekanisme Label Distribution Protocol dan Traffic Engineering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Perbandingan Kinerja Multiprotocol Label Switching dengan Mekanisme Label Distribution Protocol dan Traffic Engineering"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya 5077

Analisis Perbandingan Kinerja Multiprotocol Label Switching dengan Mekanisme Label Distribution Protocol dan Traffic Engineering

Rahmat Yani1, Primantara Hari Trisnawan2, Mochammad Ali Fauzi3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Email: 1rahmatyani37@gmail.com, 2prima@ub.ac.id, 3moch.ali.fauzi@ub.ac.id

Abstrak

MPLS adalah sebuah metode forwarding untuk meneruskan paket bersamaan dengan label yang melekat pada setiap paket, proses ini dinamakan label switching. Mekanisme routing protokol untuk melakukan distribusi label pada MPLS terbagi menjadi dua jenis, yaitu Label Distribution Protocol (LDP) dan Traffic Engineering (TE). LDP merupakan routing protokol dasar dalam jaringan MPLS, yaitu dengan menggunakan label switching. TE adalah teknik memanipulasi lalu lintas jaringan untuk mengontrol beban trafik dalam jaringan. Dengan perbedaan mekanisme yang digunakan pada MPLS menggunakan LDP dan MPLS menggunakan TE tentunya membuat perbedaan pada cara kerja dan kinerja kedua routing protokol. Graphical Network Simulator 3 (GNS 3) digunakan untuk menyimulasikan MPLS dengan menggunakan LDP dan TE pada topologi Universitas Brawijaya (UB). Skenario pengujian dilakukan dengan mengirimkan paket antara 2 jaringan lokal yang terdapat diluar jaringan utama topologi UB. Parameter yang digunakan adalah round trip delay untuk mengetahui kecepatan pengiriman dan waktu convergence untuk mengetahui kecepatan pemilihan rute terbaik saat terdapat link yang mati saat pengiriman berlangsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kinerja dari MPLS dengan menggunakan LDP dan MPLS dengan menggunakan TE. Pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa MPLS-TE memiliki kinerja yang lebih baik karena pengiriman dilakukan menggunakan rute eksplisit dalam tunnel sehingga tidak perlu mecari designated router seperti pada MPLS LDP yang akan melakukan pencarian best path saat terjadinya percabangan. Penggunaan rute cadangan juga membantu MPLS-TE untuk mempersingkat waktu convergence saat terjadinya kegagalan dalam pengiriman.

Kata kunci: MPLS, LDP, TE, round trip delay, convergence, GNS3 Abstract

MPLS is a forwarding method to forward a package together with the label attached to each package, this process is called label switching. Routing protocol mechanism to distribute label on MPLS is divided into two types; those are Label Distribution Protocol (LDP) and Traffic Engineering (TE). LDP is a basic routing protocol used in MPLS network, using label switching. TE is a technique to manipulate network traffic to control the traffic load on the network. With the differences of MPLS mechanism using LDP and TE, indubitably the way of working and the performance of those routing protocol are also different. Graphical Network Simulator 3 (GNS 3) is employed to simulate MPLS using LDP and TE with Brawijaya University (UB) topology. Examination scenario are performed by sending package between 2 local networks outside the main network of UB’s topology. The parameters are round trip delay to find out delivery speed and convergence time to know the speed of choosing the best route to reach destination when dead link occurs at delivery process. The purpose of this research is to compare the performance of MPLS using LDP and TE on the computer network routers. The results are, MPLS using TE has better performance because the delivery uses the explicit route on the tunnel. There’s no need to search for designated router as used in MPLS LDP that makes the router looking for the best path when branching occurs. Using backup route also helps MPLS using TE to reduce convergence time when failure occurs at the delivery of the package.

Keywords: MPLS, LDP, TE, round trip delay, convergence, GNS3

(2)

1. PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan jaringan komputer berkembang pesat. Seiring dengan adanya perkembangan ini maka kebutuhan untuk menghubungkan antara suatu jaringan dengan jaringan lainnya semakin meningkat. Maka diciptakanlah teknologi yang disebut dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS) untuk mengirimkan paket secara cepat antara perusahaan besar satu dengan yang lain dalam jaringan backbone yang luas. Pada jaringan IP biasa, setiap router melakukan proses routing untuk menentukan next hop berdasarkan tabel routing dan melanjutkan paket kepada next hop yang telah ditentukan. Proses ini dilakukan berulang-ulang pada setiap router.

Untuk menggunakan MPLS dalam suatu jaringan masih dibutuhkan jaringan routing protokol biasa sebagai dasar yang nantinya ditambahkan MPLS sebagai mekanisme pengiriman paket.

Berbeda dengan jaringan IP biasa yang melakukan IP lookup atau lookup routing table, MPLS melakukan proses yang dinamakan label switching. Hampir sama seperti IP lookup, router pertama melakukan routing tetapi bukan untuk menentukan next hop melainkan untuk menentukan node tujuan. Router pertama memberikan label berdasarkan informasi ini.

Dari label yang telah ada, router pertama selanjutnya akan mengirimkan paket berdasarkan label yang diberikan dengan node tujuan yang telah ditentukan. Router ke dua akan menerima paket dan label yang dibawa oleh router pertama, label lama kemudian akan ditukarkan pada paket dengan label baru untuk dikirimkan ke router selanjutnya. Proses ini dilakukan sampai ke router terakhir. Saat paket sampai pada router terakhir dalam jaringan backbone, label akan dilepas dan dikirimkan melalui routing IP secara biasa. Proses pengiriman menggunakan MPLS tergolong lebih cepat dibandingkan IP lookup karena hanya diperlukan alamat tujuan pada awal pengiriman. MPLS juga mempunyai kelebihan lain yaitu dengan melakukan implementasi Traffic Engineering (TE). TE memiliki kemampuan untuk mengontrol kemana dan bagaimana lalu lintas diarahkan pada jaringan, mengelola kapasitas bandwidth, memberikan prioritas yang berbeda pada setiap layanan dan mencegah kemacetan (Cisco, 2004).

Mekanisme routing protokol untuk melakukan distribusi label pada MPLS terbagi

menjadi dua jenis, yaitu Label Distribution Protocol (LDP) dan Traffic Engineering (TE).

LDP merupakan routing protokol dasar yang digunakan untuk menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu node ke node lainnya dalam satu jaringan MPLS (Garg & Chaudhary, 2017). TE adalah teknik memanipulasi lalu lintas jaringan dengan melakukan pemilihan saluran data traffic untuk mengontrol beban trafik pada berbagai rute dan titik dalam jaringan. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan jaringan beroperasi secara efisien dan dapat diandalkan, sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan kinerja lalu lintas (Wulansari, Munadi, & Mayasari, 2016).

Dengan perbedaan mekanisme yang digunakan pada MPLS menggunakan LDP dan MPLS menggunakan TE tentunya membuat perbedaan pada cara kerja dan kinerja kedua routing protokol. Penelitian ini akan berfokus pada MPLS dengan menggunakan Label Distribution Protocol (LDP) dan MPLS dengan menggunakan Traffic Engineering (TE) dengan membandingkan kinerja dan menganalisa hasil pengujian dari kedua mekanisme tersebut dalam sebuah topologi jaringan dan kondisi yang sama saat dalam kondisi idle dan saat terjadinya gangguan pada salah satu path dengan round trip delay dan waktu convergence sebagai acuan.

2. DASAR TEORI 2.1. MPLS

MPLS (Multiprotocol Label Switching) adalah sebuah teknologi penerusan paket pada jaringan backbone (jaringan utama) berkecepatan tinggi berdasarkan label pada paket. label berfungsi untuk menandakan ke mana paket harus dikirimkan pada router berikutnya yang dinamakan dengan label switching. Setiap router melakukan pengecekan terhadap label yang ada pada paket lalu mengubah nomor label untuk dapat meneruskan paket. Pada MPLS, router pertama akan menentukan alamat tujuan dan menempelkan label yang akan diteruskan pada router berikutnya. Router berikutnya akan lebih memperhatikan label yang melekat pada paket sebelumnya dibandingkan pencarian terhadap alamat tujuan. Saat paket sampai pada tujuan label akan dilepaskan. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Untuk menggunakan MPLS dalam suatu jaringan masih dibutuhkan jaringan routing protokol biasa sebagai dasar yang nantinya

(3)

ditambahkan MPLS sebagai mekanisme pengiriman paket. MPLS adalah arsitektur network yang didefinisikan sebagai Layer 2.5 yaitu menyatukan mekanisme label swapping pada Layer 2 dengan routing pada Layer 3 untuk mempercepat pengiriman paket. Disamping itu dijelaskan juga bahwa MPLS terdiri dari Control Plane dan Data Plane seperti yang terdapat pada Gambar 2.

Gambar 1 Label Switching Sumber : (Cisco, 2004)

Gambar 2 Arsitektur MPLS Sumber : (Cisco, 2004)

Control Plane berfungsi mengurus pertukaran informasi routing (routing protokol yang dipakai) dan pertukaran label (LDP), sementara Data Plane berfungsi untuk meneruskan paket berdasarkan alamat tujuan atau label. Dalam Data Plane terdapat Forwarding Tabel yange berisi dua buah tabel yaitu Forwarding Information Base (FIB) dan Label Forwarding Instannce Base (LFIB) yang masing-masing saling berhubungan untuk menentukan next hop pada setiap jaringan. FIB berisi tabel next hop dan exit interface hasil proses dari routing tabel. LFIB berisi tabel next hop hasil proses MPLS yang nantinya akan melakukan pengecekan label, menukarkan label dan menentukan exit interface dari label baru yang merupakan hasil FIB (Cisco, 2004).

Pada Gambar 4 dapat dilhat beberapa komponen yang terdapat dalam topologi MPLS antara lain:

• Label, adalah nilai yang diberikan pada

suatu paket, yang berisi semua informasi yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket data dari sumber ke tujuan. Tidak seperti paket IP, label tidak berisi alamat IP tetapi berisi nilai numerik yang disetujui oleh dua router MPLS untuk membentuk suatu LSP.

Gambar 3 Header Label Sumber : (Cisco, 2004)

Pada Gambar 3 dapt dilihat header label MPLS memiliki ukuran sebesar 4-byte (32 bit, 1 byte = 8 bit).

Dimana pada Gambar 3 header label terdiri dari :

1. 20 bit pertama (0-19) merupakan nomor label.

2. 3 bit selanjutnya (20-22) untuk IP Precedence atau CoS (Class of Service).

3. 1 bit selanjutnya untuk memberikan atribut untuk menentukan multiple label/label stacking.

Saat bit ini memiliki nilai (1) artinya terdapat lebih dari 1 label yang terdapat pada header ini, sedangkan saat bit ini memiliki nilai (0) maka hanya terdapat 1 label yang ada pada header ini.

4. 8 bit terakhir untuk TTL (time-to-live).

• Label Switching Router (LSR), adalah MPLS node yang mampu meneruskan paket- paket dengan melakukan penukaran label hingga paket sampai pada router tujuan. Router ini juga bisa disebut sebagai Provider karena router ini bekerja pada jaringan backbone dan tidak terlibat secara langsung dengan costumer.

• Label Edge Router (LER) / Edge LSR, adalah MPLS node yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node yang berada di luar MPLS domain. Router ini juga bisa disebut sebagai Provider Edge (PE) karena router ini terhubung langsung dengan costumer.

Router ini juga bertindak sebagai Ingress dan Egree Node.

• Ingress Node, adalah MPLS node yang mengatur trafik saat akan memasuki MPLS domain dengan cara menambahkan label.

• Egress Node, adalah MPLS node yang mengatur trafik saat meninggalkan MPLS domain dengan cara melepaskan label.

• Label Switch Path (LSP), adalah rute yang terbentuk dalam melewati jaringan MPLS untuk mencapai tujuan. Paket diteruskan oleh label switching berdasarkan LFIB. LSP bersifat searah, walau pengambilan rute sama tetapi karena label yang dipakai untuk mengembalikan

(4)

paket berbeda maka rute LSP tersebut dapat dibilang berbeda dari LSP yang ada (Wulansari, et al., 2016).

Gambar 4 Topologi MPLS Sumber : (Ahn & Chun, 2002)

2.2. LDP

LDP adalah sebuah protokol yang berfungsi untuk menukarkan label pada paket yang akan datang pada sebuah LSR dan mengirimkannya pada LSR tetangga. Saat ini, beberapa protokol yang digunakan untuk distribusi label seperti LDP, CR-LDP, RSVP, RSVP-TE dan BGP.

Arsiterktur MPLS tidak mengharuskan penggunaan salah satu protokol tersebut secara sembarang, melainkan protokol yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan jaringan (Porwal, et al., 2008).

LDP adalah protokol standar pada setiap LSR untuk saling bertukar informasi label dan menyimpannya ke dalam LIB (Label Information Base) masing-masing. Setelah itu, informasi label dalam LIB diakses ke dalam data plane untuk ditawarkan pada fungsionalitas MPLS untuk menambahkan label ke dalam FIB untuk menghubungkan ke next hop, hasil dari penggabungan antara LIB dan FIB adalah LFIB yang berisi nomor label, alamat tujuan, outgoing interface (exit interface) dan next hop (Garg &

Chaudhary, 2017).

2.3. RSVP

Resource Reservation Protocol (RSVP) adalah protokol layer transport yang berfungsi untuk mengatur rute searah antara ingress router dan egress router. RSVP didesain agar host dapat menentukan bandwidth yang tersedia dari suatu flow. RSPV juga dirancang untuk menyimpan informasi pada setiap router bersama dengan rute stream data. Pada Gambar 5 dapat dilihat proses signaling RSVP yaitu, ketika rute dibangun dan RSVP diaktifkan, entrance router (ingress) mengirimkan pesan kepada way out router (egress). Setelah menerima pesan yang berupa Path Message, way out router kemudian

mengirimkan pesan kembali ke entrance router sebagai respon, pesan ini adalah Reservation Message. Selama pengiriman Reservation Message rute dibangun pada setiap switch yang dilewati kembali ke entrance router, rute inilah yang nantinya akan digunakan untuk mengirimkan paket.

Gambar 5 Proses signaling RSVP Sumber : (Garg & Chaudhary, 2017) 2.4. RSVP-TE

RSVP-TE adalah sebuah protokol signaling yang memiliki beberapa tambahan dari RSVP biasa, yaitu LSP tunnel. LSP tunnel berfungsi untuk mengijinkan network administrator untuk menyediakan lalu lintas dari satu jaringan ke jaringan lainnya. LSP tunnels bersifat searah yang berarti hanya dapat berjalan pada satu arah (Zhi, et al., 2005). Kegunaan lainnya dari fitur ini adalah bisa menyambungkan Customer Edge router dengan Provider Edge router menggunakan RSVP LSP dan selanjutnya melakukan tunneling pada Edge router di dalam RSVP LSP untuk perjalanan dalam jaringan backbone seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.7. Secara singkat RSVP-TE adalah RSVP yang mendukung distribusi label dan pemilihan rute routing secara ekplisit yang memenuhi kebutuhan TE untuk membangun sebuah tunnel.

RSPV-TE digunakan dalam MPLS untuk membangun MPLS-TE (Garg & Chaudhary, 2017).

Gambar 6 RSPV-TE dalam MPLS Sumber : (Lobo, 2005) 2.5. MPLS-TE

(5)

MPLS-TE secara umum dibangun dari MPLS dan RSVP-TE. Dengan kata lain MPLS yang memiliki fitur TE yang berfungsi untuk memanipulasi trafik agar sesuai dengan kebutuhan jaringan. TE memiliki kemampuan untuk mengontrol kemana dan bagaimana lalu lintas diarahkan pada jaringan, mengelola kapasitas bandwidth, memberikan prioritas yang berbeda pada setiap layanan dan mencegah kemacetan (Saputra & Sulistyo, 2017).

Prinsip dasar dari MPLS-TE adalah lebih baik mengambil rute yang terbebas dari kemacetan walaupun memungkinkan rute tersebut memiliki resiko latensi yang lebih tinggi, daripada memngambil rute tercepat tetapi mempunyai resiko kemacetan tinggi dan membiarkan bandwidth tersedia tidak digunakan pada rute lain. Pada MPLS-TE jaringan direkayasa untuk tidak menggunakan best path untuk mencapai tujuan dengan memberitahu secara ekplisit rute mana yang harus diambil agar sampai ke tujuan. Best path ini nantinya akan digunakan sebagai rute cadangan saat terjadinya gangguan pada rute eksplisit. Tunnel yang digunakan pada MPLS-TE pada dasarnya tetap menggunakan label switching dalam pengirimannya, yang membuat penggunaan tunnel pada MPLS TE adalah dengan adanya stack label yang menandakan label tunnel untuk mengirimkan pekat pada jalur yang telah ditentukan dalam tunnel.

2.6. Round Trip Delay

Waktu Round trip delay adalah waktu yang dibutuhkan saat sebuah paket dikirimkan ke suatu alamat dan mendapatkan balasan dari alamat tujuannya. Delay yang terjadi antara dua buah endpoint yang sesekali mempunyai nilai asimetris, dimana nilai dari pengiriman dan balasan dari alamat tujuan tidak selalu sama.

Akurasi dari nilai yang didapatkan bergantung pada komunikasi yang terjadi antara dua endpoints (Acharya & Salts, 1998). Untuk menghitung round trip delay dilakukan menggunakan perintah PING di dalam jaringan.

PING menggunakan Internet Control Message Protocol (ICMP) paket request untuk dikirimkan ke alamat tujuan dan menunggu balasan paket reply dari alamat tujuan. PING melaporkan error, packet loss, dan statistik jumlah nilai dari hasil yang didapatkan, seperti nilai minimum, nilai maksimum dan rata-rata dari waktu round trip yang didapat.

2.7. Waktu Convergence

Waktu convergence adalah perhitungan seberapa cepat sebuah grup router untuk mencapai kondisi konvergensi. Salah satu dari tujuan utama dan indikator penting sebuah routing protokol untuk mengimplementasikan mekanisme yg mengizinkan semua router dapat mencapai konvergensi adalah ukuran dari jaringan. Jaringan yang besar akan mencapai konvergensi lebih lambat dibandingkan jaringan kecil (Abdulkadhim, 2015).

Proses terjadinya konvergensi dimulai ketika roting protokol diaktifkan. Setap router dalam jaringan akan berusahan mengirim dan menerima paket. Luasnya pertukaran, cara pertukaran dan jenis paket yang ditukarkan secara luas ditanggung oleh routing protokol yang digunakan. Keadaan konvergensi terjadi ketika semua router menukarkan semua informasi terkait jaringan mereka satu sama lain.

Setiap perubahan dalam jaringan yang mempengaruhi tabel routing akan mempengaruhi konvergensi sementara sampai perubahan ini berhasil disampaikan ke semua router lain dalam jaringan.

3. METODOLOGI

Metodologi menjelaskan tentang proses- proses yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk membandingkan kinerja dari MPLS dengan menggunakan LDP dan MPLS dengan menggunakan TE.

Gambar 7 Diagram Alir Penelitian

Pada Gambar 7 penelitian akan dimulai dengan Studi Literatur dari penelitian-penelitian terdahulu untuk menjadi panduan dalam penelitian, dilanjutkan dengan melakukan analisis kebutuhan. Kemudian setelah

(6)

melakukan analisis kebutuhan, dilakukan simulasi pengujian MPLS menggunakan LDP dan MPLS menggunakan TE. Lalu setelah melakukan simulasi pengujian selanjutnya adalah menganalisa hasil pengujian yang telah didapatkan. Dan tahap terakhir yang dilakukan adalah mengambil kesimpulan atas hasil penelitian yang telah dilakukan.

4. PERANCANGAN DAN PENGUJIAN 4.1. Perancangan

Perancangan pengujian dilakukan dengan menyimulasikan topologi Universitas Brawijaya kedalam Graphical Network Simulator 3 (GNS 3). Bagian router yang dipakai pada desain topologi hanya menggunakan bagian dari router distribusi dari topologi yang telah ada. Simulasi topologi UB pada GNS 3 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Desain topologi UB

4.2. Pengujian

Pengujian dilakukan dengan menghitung round trip delay, dan waktu convergence pada pada router Test1 pada jaringan lokal menuju router Test2 dan router Test3 pada jaringan lokal lainnya dan sebaliknya dari router Test2 dan router Test3 menuju router Test1 pengiriman antar router ini dilakukan melalui jaringan backbone seperti yang terihat pada Gambar 9.

Pengujian dilakukan dengan menjalankan masing-masing mekanisme routing protokol MPLS yang telah diimplementasikan pada topologi UB. Pengujian round trip delay dilakukan menggunakan ICMP PING berukuran 1000 bytes yang diulang sebanyak 100 kali ke alamat IP tujuan. Waktu yang dibutuhkan pengiriman paket dari router pengirim hingga mendapat balasan paket dari alamat tujuan disebut dengan round trip delay (RTD).

Sedangkan pengujian waktu convergence dilakukan dengan menggunakan ICMP PING berukuran 100 bytes yang diulang sebanyak

1000 kali ke alamat IP tujuan dan disaat pengiriman berlangsung salah satu link akan diputus sehingga router akan memperbaharui rute dan mencari rute terbaik yang lain. Waktu untuk melakukan penghitungan link alternatif ini disebut dengan waktu convergence.

Gambar 9 Skenario pengiriman 5. HASIL PENGUJIAN DAN

PEMBAHASAN

5.1. Pengujian Round Trip Delay

Gambar 10 RTD router Test1 menuju Test2

Gambar 11 RTD router Test1 menuju Test3 0

20 40 60 80 100 120 140 160

test1 menuju test2

milisecond

Round Trip Delay

LDP TE

0 20 40 60 80 100 120 140 160

test1 menuju test3

milisecond

Round Trip Delay

LDP TE

(7)

Gambar 12 RTD router Test2 menuju Test1

Gambar 13 RTD router Test3 menuju Test1 Hasil pengujian berdasarkan perbandingan round trip delay antara LDP dan TE pada topologi UB dengan rute pengujian router Test1 menuju router Test2, router Test1 menuju router Test3, router Test2 menuju router Test1 dan router Test3 menuju router Test1 dapat dilihat pada Gambar 10, 11, 12 dan 13 dengan penjelasan sebagai berikut:

• MPLS menggunakan LDP yang memperoleh rata-rata waktu round trip delay ditunjukan pada Gambar 10 dari Test1 menuju Test2 memerlukan waktu 142,6 ms, pada Gambar 11 dari Test1 menuju Test3 memerlukan waktu 149,5 ms, pada Gambar 12 dari Test2 menuju Test1 memerlukan waktu 142 ms dan pada Gambar 13 dari Test3 menuju Test1 memerlukan waktu 145,9 ms.

• MPLS menggunakan TE yang memperoleh rata-rata waktu round trip delay ditunjukan pada Gambar 10 dari Test1 menuju Test2 memerlukan waktu 99,8 ms, pada Gambar 11 dari Test1 menuju Test3 memerlukan waktu

100,2 ms, pada Gambar 12 dari Test2 menuju Test1 memerlukan waktu 100,2 ms dan pada Gambar 13 dari Test3 menuju Test1 memerlukan waktu 98,1 ms.

• Kecepatan MPLS menggunakan LDP lebih lambat daripada MPLS menggunakan TE, karena TE menggunakan interface tunnel dalam pengiriman paket. MPLS-TE menggunakan rute ekplisit yang telah dibuat sehingga tidak membutuhkan pencarian designated router seperti dalam MPLS menggunakan LDP.

• Hasil dari pengujian membuktikan bahwa MPLS dengan menggunakan TE memiliki keunggulan dibanding dengan MPLS menggunakan LDP pada Round trip delay.

5.2. Pengujian Waktu Convergence

Gambar 14 Waktu convergence router Test1 menuju Test2

Gambar 15 Waktu convergence router Test1 menuju Test3

0 20 40 60 80 100 120 140 160

test2 menuju test1

milisecond

Round Trip Delay

LDP TE

0 20 40 60 80 100 120 140 160

test3 menuju test1

milisecond

Round Trip Delay

LDP TE 0

1 2 3 4 5 6 7

test1 menuju test2

second

Waktu Convergence

LDP TE

0 1 2 3 4 5 6 7 8

test1 menuju test3

second

Waktu Convergence

LDP TE

(8)

Gambar 16 Waktu convergence router Test2 menuju Test1

Gambar 17 Waktu convergence router Test3 menuju Test1

Hasil pengujian berdasarkan waktu convergence perbandingan antara LDP dan TE pada topologi UB dengan rute pengujian router Test1 menuju router Test2, router Test1 menuju router Test3, router Test2 menuju router Test1 dan router Test3 menuju router Test1 dapat dilihat pada Gambar 14, 15, 16 dan 17 dengan penjelasan sebagai berikut:

• MPLS menggunakan LDP membutuhkan rata-rata waktu convergence yang ditunjukan pada Gambar 14 dari Test1 menuju Test2 memerlukan waktu 6,2 s, pada Gambar 15 dari Test1 menuju Test3 memerlukan waktu 6,8 s, pada Gambar 16 dari Test2 menuju Test1 memerlukan waktu 6 s dan pada Gambar 17 dari Test3 menuju Test1 memerlukan waktu 6 s.

• MPLS menggunakan TE membutuhkan rata- rata waktu convergence yang ditunjukan pada Gambar 14 dari Test1 menuju Test2 memerlukan waktu 2 s, pada Gambar 15 dari Test1 menuju Test3 memerlukan waktu 2 s,

pada Gambar 16 dari Test2 menuju Test1 memerlukan waktu 2 s dan pada Gambar 17 dari Test3 menuju Test1 memerlukan waktu 2 s.

• Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa MPLS dengan menggunakan TE memiliki waktu convergence yang lebih cepat dibanding dengan MPLS menggunakan LDP hal ini dikarenakan saat terjadinya kegagalan TE mempunyai rute cadangan yang siap mengganti rute utama untuk mengirimkan paket, sedangkan LDP harus mencari lagi rute yang akan dilewati.

• Hasil dari pengujian membuktikan bahwa MPLS dengan menggunakan TE memiliki keunggulan dibanding dengan MPLS menggunakan LDP pada Waktu convergence.

6. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian round trip delay, dapat diambil kesimpulan bahwa MPLS menggunakan TE memiliki kinerja pengiriman yang jauh lebih baik karena pengiriman dilakukan menggunakan rute-rute yang telah ditentukan dalam rute eksplisit dalam tunnel sehingga tidak perlu mecari lagi designated router seperti pada MPLS menggunakan LDP. Hal ini dikarenakan saat terjadinya percabangan dalam sebuah rute maka MPLS menggunakan LDP akan tetap melakukan pencarian designated router yang membuat router akan melakukan pencarian best path, dari informasi ini paket akan dikirimkan pada router selanjutnya. Dapat dilihat dari hasil pengujian round tip delay dengan perbedaan waktu 42 ms sampai 49,5 ms lebih cepat menggunakan MPLS-TE dibandingkan MPLS menggunakan LDP. Dari hasil pengujian waktu convergence, MPLS menggunakan TE lebih unggul dibandingkan MPLS menggunakan LDP karena penggunaan rute cadangan yang membantu MPLS menggunakan TE untuk mempersingkat waktu convergence saat terjadinya kegagalan dalam pengiriman paket. Dapat dilihat dari hasil pengujian waktu convergance, dimana rata-rata waktu convergence MPLS menggunakan TE lebih cepat 4,25 s dibandingkan MPLS menggunakan LDP.

7. DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadhim, M. (2015). Routing Protocols Convergence Activity and Protocols Related Traffic Simulation With It's

0 1 2 3 4 5 6 7

test2 menuju test1

second

Waktu Convergence

LDP TE

0 1 2 3 4 5 6 7

test3 menuju test1

second

Waktu Convergence

LDP TE

(9)

Impact on the Network. International Journal of Computer Science Engineering and Technology( IJCSET), 5(3), 40-43.

Acharya, A., & Salts, J. (1998). A Study of Internet Round-trip Delay. Maryland:

UMIACS and Department of Computer Science Maryland University.

Ahn, G., & Chun, W. (2002). Design and Implementation of MPLS Network Simulator Supporting LDP and CR-LDP.

Singapore: IEEE International Conference on Networks 2000 (ICON 2000).

Athira, M., Abrahami, L., & Sangeetha, R. G.

(2017). Study on Network Performance of Interior Gateway Protocols - RIP, EIGRP and OSPF. Chennai: 2017 International Conference on Nextgen Electronic Technologies: Silicon to Software (ICNETS2).

Chowdhury, S. A., Islam, M. T., Jaigirdar, F. T., Faruqui, M. R., & Noor, S. A. (2009).

Performance study and simulation analysis of CSMA and IEEE 802.11 in Wireless Sensor Networks and limitations of IEEE 802.11. Proceedings of 2009 12th International Conference on Computer and Information Technology (ICCIT 2009) (pp. 431-436). Dhaka: IEEE.

Cisco. (2004). MPLS Student Guide (2.1 ed., Vol. Volume 1). United States: Cisco Systems, Inc.

Dordal, L. P. (2018, February 19). An Introduction to Computer Networks.

Dipetik April 23, 2018, dari An Introduction to Computer Networks:

https://intronetworks.cs.luc.edu/current/C omputerNetworks.pdf

Floyd, S., & Jacobson, V. (1993). Random Early Detection Gateways for Congestion Avoidance. IEEE/ACM Transactions on Networking, 1(4), 392-413.

Garg, S., & Chaudhary, A. (2017). A Study of Performance Analysis of Signaling Protocols in MPLS. IEEE-CICT 2017.

Kontothanasis, N. (2016). Network Fashion.

Retrieved July 1, 2018, from https://www.networkfashion.net/random- early-detection-red/

Kurose, J. F., & Ross, K. W. (2012). Computer

Networking: A Top-Down Approach (6th Edition). Pearson.

Lobo, L. (2005). MPLS Configuration on Cisco IOS Software (1st ed.). Indianapolis:

Cisco Press.

Masruroh, S. U., Fiade, A., Iman, M. F., &

Amelia. (2017). Performance Evaluation of Routing Protocol RIPv2, OSPF, EIGRP With BGP . Salatiga: 2017 International Conference on Innovative and Creative Information Technology (ICITech).

Pan, R., Natarajan, P., Piglione, C., Prabhu, M.

S., Subramanian, V., Baker, F., &

VerSteeg, B. (2013). PIE: A Lightweight Control Scheme to Address the. 2013 IEEE 14th International Conference on High Performance Switching and Routing (HPSR) (pp. 148-155). Taipei: IEEE.

Porwal, M. K., Yadav, A., & Charhate, S.

(2008). Traffic Analysis of MPLS and Non MPLS Network including MPLS Signaling Protocols and Traffic distribution in OSPF and MPLS. Nagpur:

First International Conference on Emerging Trends in Engineering and Technology.

Saputra, L. D., & Sulistyo, W. (2017).

ANALISIS QOS DIFFERENTIATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS

MENGGUNAKAN ALGORITMA

THRESHOLD. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK), 4(4), 227-236.

Wu, T.-E., Deng, D.-J., & Chen, K.-C. (2015).

Quality of Experience in Dense CSMA Networks. 2015 IEEE International Conference on Communication Workshop (ICCW) (pp. 1759-1764). London: IEEE.

Wulansari, F., Munadi, R., & Mayasari, R.

(2016). Analisis Jaringan MPLS-TE Fast Reroute Menggunakan Metode QoS Diffserv Berbasis Server OpenIMSCore.

Yogyakarta: Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SENTIKA).

Zhi, J., Lung, C.-H., Xu, X., Srinivasan, A., &

Lei, Y. (2005). Securing RSVP and RSVP-TE Signalling Protocols and Their Performance Study. Hsinchu: 3rd International Conference on Information Technology: Research and Education 2005 (ITRE 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) di Kota Bogor, berupaya untuk dapat melayani kepentingan masyarakat dalam

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

H.A Bastari Seberang Ulu I - Palembang, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Kantor / Pokja ULP Regional VII BKN Palembang Tahun Anggaran 2016, telah diadakan rapat evaluasi penawaran

Guru mempersilakan setiap peserta didik untuk menunjukan sikap-sikap berdoa yang baik dan benar. mereka boleh memilih sikap yang paling disukainya. Baik sekali apabila mereka

[r]

gambar, Guru memberi penjelasan kepada para peserta didik untuk menentukan gambar mana saja yang menunjukkan sikap anak berbakti. • Guru meminta peserta didik menulis nomor

Demikian pengumuman ini untuk diketahui, selanjutnya kepada peserta Pelelangan Sederhana yang merasa tidak puas atas pengumuman ini, diberi kesempatan untuk

Usaha Simpan pinjam dengan pola syariah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan Koperasi, tetapi usaha tersebut belum dapat beroperasi dengan baik dan