BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu yang dilihat dari aspek konteks, input, proses, dan produk; menganalisis kendala-kendala yang dihadapi serta menganalisis dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis deskriptif kualitatif yang didukung dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2014), kedua metode tersebut dapat digunakan bersama- sama namun digunakan secara bergantian. Tahap pertama menggunakan metode kualitatif dan tahap kedua menggunakan metode kuantitatif terhadap hasil yang diperoleh di lapangan.
Penelitian kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan kunci yaitu Kepala Desa Kesiman Kertalangu dan Pengelola Desa Budaya Kertalangu untuk mengetahui pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu serta kendala-kendala yang dihadapi. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis dampak-dampak yang ditimbulkan melalui hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden. Responden dalam penelitian ini yaitu
masyarakat Desa Kesiman Kertalangu. Untuk penentuan responden dilakukan dengan cara disproportionate stratified random sampling yaitu teknik penentuan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, metode wawancara mendalam, kuesioner, dokumentasi, focus group discussion dan triangulasi. Perhitungan hasil kuesioner dilakukan dengan metode persentase menggunakan skala Guttman. Skala pengukuran menggunakan tipe jawaban “Ya” dan “Tidak”.
Untuk penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Sumber data tersebut dianggap mengetahui atau paling tahu tentang apa yang peneliti ingin cari atau ketahui. Dalam hal ini, peneliti menentukan sendiri dengan pertimbangan bahwa para informan tersebut memiliki kemampuan yang handal dalam memberikan informasi dan data terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar Provinsi Bali, tepatnya di Desa Kesiman Kertalangu yang difokuskan pada Desa Budaya Kertalangu.
Desa ini berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai No. 88 X, Tohpati, Kecamatan Denpasar Timur. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa pertama, desa budaya ini merupakan salah satu dari empat belas objek wisata yang ada di Kota Denpasar (Data Pariwisata Kota
Denpasar, 2013) yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan budaya setempat; kedua, salah satu daya tarik wisata di Bali yang memperoleh penghargaan Cipta Award.
Pertimbangan ketiga karena desa budaya ini merupakan daya tarik wisata yang relatif bisa dibilang “baru” muncul namun pengembangannya belum optimal sehingga desa budaya ini seakan kurang dikenal dikalangan wisatawan. Dilihat dari rencana induk yang dimiliki, tentu sangat disayangkan jika desa budaya ini akhirnya tidak mampu dikembangkan atau bahkan akhirnya tutup mengingat potensi-potensi yang dimilikinya dan keempat, belum pernah ada penelitian serupa oleh peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkat Desa Budaya Kertalangu sebagai lokasi dalam penelitian ini. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
(Sumber: http://maps.google.co.id yang diunduh 11 Oktober 2014)
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka, biasanya berupa uraian dan informasi yang berisi keterangan-keterangan terkait dengan penelitian. Miles dan Huberman (dalam Silalahi, 2012), menjelaskan data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kukuh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.
Dengan data kualitatif maka akan dapat dipahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat,
dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu uraian maupun keterangan mengenai kondisi geografis, lingkungan alam, keadaan masyarakat, program-program pengembangan Desa Budaya Kertalangu dan kendala-kendala yang dihadapi yang diperoleh melalui hasil pengamatan, dokumentasi dan wawancara yang dilakukan terhadap pihak pengelola, maupun Kepala Desa Kesiman Kertalangu.
Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka dan dapat dihitung.
Jika data hasil serangkaian observasi atau pengukuran dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam angka, kumpulan data tersebut dinamakan data kuantitatif (Silalahi, 2012). Data kuantitatif misalnya data yang didapat langsung dari lapangan melalui kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat yang dijadikan responden serta data yang berhubungan dengan pengembangan Desa Budaya Kertalangu seperti data jumlah kunjungan, jumlah penduduk, luas wilayah, dan lain-lain.
3.3.2 Sumber Data
Menurut Arikunto (2010), sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung pada tempat penelitian. Wardiyanta (2006), menyebutkan bahwa data primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber-sumber primer yakni yang asli, informasi dari tangan pertama atau responden. Sumber data
primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari stakeholders baik itu masyarakat setempat, unsur pemerintah maupun pengelola Desa Budaya Kertalangu termasuk hasil observasi yang dilakukan selama penelitian.
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak diperoleh secara langsung oleh peneliti melainkan dari data pendukung seperti jurnal, tesis, hasil publikasi, media cetak, maupun penelitian dari berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini. Wardiyanta (2006), data sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari responden, tetapi dari pihak ketiga. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu data dari instansi terkait seperti Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Kantor Desa Kesiman Kertalangu dan data pendukung seperti jurnal, brosur dan media internet.
3.4 Instrumen Penelitian
Arikunto (2010:203) menyebutkan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti itu sendiri atau penulis. Alat bantu/instrumen yang digunakan untuk memudahkan pengumpulan data dilakukan dengan pedoman wawancara dan kuesioner. Pedoman wawancara ditujukan kepada Kepala Desa Kesiman Kertalangu dan pengelola Desa Budaya Kertalangu agar wawancara dapat
terfokus terhadap permasalahan yang diteliti. Kuesioner ditujukan kepada masyarakat Desa Kesiman Kertalangu untuk mendapatkan pendapat masyarakat tentang dampak pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tanpa mengetahui teknik yang tepat, maka peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi sesuai standar yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam (in-depth interview), dokumentasi, kuesioner (angket), Focus Group Discussion (FGD) dan triangulasi.
3.5.1 Observasi
Observasi yaitu suatu bentuk pengamatan, meliputi kegiatan memberikan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Artinya dilakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian dalam hal ini Desa Budaya Kertalangu. Marshall (dalam Sugiyono, 2014:226) menyatakan bahwa :
through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior
Maksudnya adalah melalui observasi, peneliti mampu belajar mengenai perilaku dan arti atau makna dari perilaku tersebut.
Data yang dikumpulkan terkait dengan program-program yang dilaksanakan, fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata, potensi-potensi yang
dimiliki, dan bentuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan catatan-catatan dan menggunakan kamera atau handphone. Observasi dilakukan menggunakan pedoman yang tercantum pada Lampiran 2 dalam penelitian ini.
3.5.2 Wawancara mendalam
Wawancara mendalam atau in-depth interview adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut informan melalui suatu percakapan yang sistematis dan terorganisasi (Silalahi, 2012). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara langsung terhadap informan utama (key informan). Informan dalam penelitian ini yaitu Bapak Ida Bagus Bima Putra selaku Kepala Desa Kesiman Kertalangu, Bapak Dewa Kaler dan Bapak Made Sastrawan selaku pengelola Desa Budaya Kertalangu, perwakilan tokoh masyarakat dan wisatawan.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu yang dilihat dari aspek konteks, input, proses dan produk. Kegiatan ini dilakukan dengan merekam dan mencatat segala informasi yang disampaikan oleh informan sehingga data yang ingin diketahui oleh peneliti dapat diperoleh dengan baik.
Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman yang tercantum pada Lampiran 4 dalam penelitian ini.
3.5.3 Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010). Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang aktivitas yang terjadi di Desa Budaya Kertalangu.
Informasi tersebut bisa diperoleh dari jurnal, brosur, literatur serta media internet.
3.5.4 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang diberikan kepada masyarakat di Desa Kesiman Kertalangu mengenai pendapat mereka tentang dampak pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagaimana tercantum pada Lampiran 3.
3.5.5 Focus Group Discussion
Focus group discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tujuan mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
FGD digunakan untuk menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu. Diskusi ini melibatkan perwakilan stakeholder sebanyak 5 orang yaitu wakil dari
pengelola (2 orang), wakil masyarakat (2 orang) dan wakil pemerintah (1 orang). Pedoman pelaksanaan FGD tercantum pada lampiran 5.
3.5.6 Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014). Dalam penelitan ini, triangulasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil pengamatan dengan hasil wawancara terhadap program-program yang direncanakan/dilaksanakan oleh pengelola Desa Budaya Kertalangu.
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu kepala keluarga yang berada di lokasi penelitian yaitu Desa Kesiman Kertalangu. Sugiyono (2014: 80) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun jumlah kepala keluarga di Desa Kesiman Kertalangu sesuai dengan Profil Desa Kesiman Kertalangu tahun 2014 yaitu sebanyak 2.767 kepala keluarga.
Lebih lanjut, Sugiyono (2014: 81) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jika peneliti memiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu dalam penelitian tersebut, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut. Hal ini dimungkinkan mengingat jumlah populasi yang besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi.
Penentuan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Riduwan, 2010), yaitu :
n =
N (1 + N (e)2)
n = ukuran sampel
N = populasi (jumlah kepala keluarga di Desa Kesiman Kertalangu e = tingkat presisi yang ditetapkan
Dalam penelitian ini digunakan tingkat presisi ketidaktelitian 10%
sehingga ukuran sampel dalam penelitian ini yaitu :
n =
2.767 (1 + 2.767(e)2) n = 96, 512
dibulatkan menjadi 97 sampel.
Jadi, dalam penelitian ini terdapat 97 kepala keluarga yang dijadikan sampel, yang kemudian disebut sebagai responden. Responden adalah orang yang dapat merespon, memberikan data dan keterangan tentang diri pribadi atau pandangannya untuk penyusunan sampel yang representatif. Untuk penentuan responden digunakan teknik disproportionate stratified random sampling. Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsinal (Sugiyono, 2014).
Penentuan jumlah responden dilakukan berdasarkan kedekatan lokasi penelitian dengan wilayah responden. Semakin dekat dengan lokasi penelitian, semakin banyak masyarakat yang dijadikan responden. Lokasi Desa Budaya Kertalangu berada di Banjar Tohpati dan berbatasan dengan Banjar Kertajiwa dan Banjar Kertalangu. Oleh karena itu, responden terbanyak berada di Banjar Tohpati dan diikuti oleh Banjar Kertalangu dan Banjar Kertajiwa. Persebaran jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Persebaran Jumlah Kuesioner di Desa Kesiman Kertalangu
NO BANJAR JUMLAH RESPONDEN
(Orang)
PERSENTASE (%)
1. Tohpati 45 46,10%
2. Kertajiwa 10 10,20%
3. Kesambi 3 3,10%
4. Biaung 4 4,10%
5. Tangguntiti 4 4,10%
6. Tangtu 3 3,10%
7. Kertalangu 12 12,50%
8. Kertapura 5 5,30%
9. Kertagraha 5 5,30%
10. Batursari 3 3,10%
11. Biaung Asri 3 3,10%
Jumlah 97 100%
Sumber: Hasil penelitian Tahun 2015
Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling.
Informan adalah orang yang memberikan informasi atau jawaban-jawaban atas pertanyaan tentang data yang dibutuhkan melalui wawancara. Informan
dalam penelitian ini yaitu pihak pengelola Desa Budaya Kertalangu, tokoh masyarakat Desa Kesiman Kertalangu dan Kepala Desa Kesiman Kertalangu.
3.7 Identifikasi Variabel
Untuk menjawab rumusan permasalahan yang telah diuraikan pada Bab I tentang evaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu, maka parameter penilaian yang akan digunakan dalam penelitian ini diambil dari penafsiran penulis terhadap implementasi dari teori Evaluasi model CIPP dan teori Pengembangan Destinasi Pariwisata, dimana parameter penilaian tersebut diuraikan dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.
Tabel 3.2
Aspek dan Parameter Penilaian Evaluasi Program dengan Model CIPP
NO ASPEK PARAMETER INDIKATOR
1. Konteks Tujuan program Uraian program pengembangan DBK Kekuatan dan kelemahan
program
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan program pengembangan DBK
2. Input Personil Ketersediaan personil program
pengembangan DBK Organisasi Pendukung Ketersediaan organisasi
pendukung
Dana/anggaran Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program pengembangan DBK Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan program pengembangan DBK Waktu Waktu yang diperlukan dalam
pelaksanaan program pengembangan DBK
3. Proses Promosi Bentuk promosi dalam
pelaksanaan program pengembangan DBK Pelaksanaan Hal-hal yang telah
dilaksanakan
Pengawasan Pihak yang terlibat dalam pengawasan pengembangan DBK
Pemeliharaan Pemeliharaan terhadap fasilias pendukung DBK
4. Produk Hasil Tingkat partisipasi masyarakat
Tingkat kunjungan wisatawan Persepsi dari wisatawan Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel 3.3
Aspek dan Parameter Penilaian Dampak
NO ASPEK PARAMETER INDIKATOR
1. Ekonomi Perekonomian Masyarakat
a. Peningkatan pendapatan masyarakat lokal Masyarakat merasakan adanya perubahan pendapatan/penghasilan akibat
pengembangan DBK b. Tingkat Pengangguran
Pengembangan DBK mampu menyerap tenaga kerja lokal
c. Terbukanya lapangan kerja dan usaha baru Pengembangan DBK memberikan peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha baru d. Memasarkan produksi petani/pengrajin
lokal
Pengembangan DBK berkontribusi terhadap pemasaran produksi petani/pengrajin lokal 2. Sosial Budaya Kerukunan Tingkat kerukunan masyarakat
Pengembangan DBK menyebabkan konflik internal masyarakat Desa Kesiman
Kertalangu terkait dengan retribusi pengelolaan DBK
Kebudayaan a. Peningkatan kegiatan pelestarian kesenian tradisional
Pengembangan DBK memanfaatkan dan memberikan ruang bagi sekaa-sekaa yang ada di Desa Kesiman Kertalangu
b. Perubahan tingkat pendidikan Adanya keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di bidang pariwisata akibat pengembangan DBK c. Perubahan mata pencaharian
Adanya perubahan mata pencaharian masyarakat Desa Kesiman Kertalangu menjadi pekerja di bidang pariwisata d. Perubahan penguasaan bahasa
Adanya keinginan masyarakat untuk memberikan pendidikan/kursus bahasa asing bagi anak-anaknya akibat pengembangan DBK
e. Pemanfaatan SDM lokal
Pengembangan DBK lebih mengutamakan SDM lokal sebagai tenaga kerja
3. Lingkungan Kondisi fisik lingkungan
a. Tingkat pelestarian
Pengembangan DBK berkontribusi terhadap upaya pelestarian lingkungan di Desa Kesiman Kertalangu
b. Tingkat pencemaran
Pengembangan DBK berkontribusi terhadap pencemaran yang terjadi di Desa Kesiman Kertalangu
Sumber: Hasil pengolahan data
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dan teknik analisis deskriptif kualitatif.
3.8.1 Analisis Model Evaluasi CIPP
Untuk menganalisis evaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu digunakan model evaluasi CIPP yang meliputi empat aspek yaitu context, input, process dan product.
Aspek context yang dievaluasi dilihat dari tujuan program serta kekuatan dan kelemahan dari program tersebut. Untuk aspek input, difokuskan pada evaluasi terhadap ketersediaan personil, organisasi pendukung, dana/anggaran, sarana dan prasarana serta waktu pelaksanaan program. Evaluasi pada tahap process meliputi kegiatan promosi, pelaksanaan, pemantauan dan pemeliharaannya. Tahap terakhir yaitu evaluasi product yang meliputi hasil dari pelaksanaan program tersebut yang ditinjau dari tingkat pendapatan masyarakat dan tingkat kunjungan wisatawan ke Desa Budaya Kertalangu.
Analisis dengan model evaluasi ini akan dinarasikan berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan kunci untuk mendapatkan data atau informasi yang akurat terkait dengan pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif yang ditinjau dari keempat aspek tersebut.
3.8.2 Analisis Deskriptif Kualitatif
Teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antara fenomena yang diteliti dengan cara sistematis, faktual dan akurat (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000). Teknik ini digunakan untuk membahas kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu melalui focus group discussion (FGD) dan dampak-dampak yang ditimbulkan sebagai akibat pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu yang dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden.
Untuk data kuantitatif yang didapat dari responden akan diukur dengan menggunakan skala Guttman. Menurut Sugiyono (2014) bahwa skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya- tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; positif-negatif” dan lain-lain.
Lebih lanjut Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist.
Penelitian ini menggunakan skala pengukuran tipe jawaban “ya” dan
“tidak”. Dari sebaran kuesioner, tiap-tiap jawaban responden akan dipisahkan sesuai dengan jawaban “Ya” dan “Tidak” dan dihitung dengan metode prosentase. Total jawaban “Ya” dibagi jumlah responden dikalikan 100%.
Jumlah jawaban memberikan gambaran tanggapan responden terhadap kondisi masyarakat Desa Kesiman Kertalangu sebagai akibat pelaksanaan
pengembangan Desa Budaya Kertalangu melalui pertanyaan yang disebarkan melalui kuesioner.
3.9 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Secara garis besar, hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan dalam delapan bab baik dalam bentuk narasi maupun tabel. Bab I berupa pendahuluan yang terdiri atas latar belakang kenapa penelitian ini dilaksanakan. Pada bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang diangkat, tujuan penelitian serta manfaat dari penelitian tersebut.
Pada Bab II terdiri atas tinjauan pustaka yang berisikan penelitian- penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, konsep, landasan teori dan model penelitian yang merupakan abstraksi antara teori dan permasalahan penelitian yang digambarkan dalam bentuk gambar.
Pembahasan mengenai bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan, baik pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan datanya seperti apa serta bagaimana bentuk analisis datanya diuraikan pada Bab III.
Gambaran umum daerah penelitian diuraikan pada Bab IV. Pada Bab V menjelaskan tentang evaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). Bab VI menyajikan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini diuraikan secara deskriptif kualitatif berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap informan.
Bab VII membahas tentang dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu berdasarkan hasil kuesioner yang dianalisis dengan skala guttman. Terakhir, simpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi saran-saran yang dapat dilakukan bagi pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar diuraikan pada Bab VIII.