• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMITE ETIK DAN HUKUM RS MENGHADAPI KASUS HUKUM RS Jakarta, 21 Oktober 2016 BUDI SAMPURNA PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KOMITE ETIK DAN HUKUM RS MENGHADAPI KASUS HUKUM RS Jakarta, 21 Oktober 2016 BUDI SAMPURNA PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KOMITE ETIK DAN HUKUM RS

MENGHADAPI KASUS HUKUM RS

Jakarta, 21 Oktober 2016

BUDI SAMPURNA

PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA

(2)

SISTEMATIKA BAHASAN

• LANDASAN HUKUM KOMITE HUKUM DAN ETIKA

• PERAN UTAMA KOMITE HUKUM DAN ETIKA

• PERAN KOMITE HUKUM DAN ETIKA DALAM PENANGANAN KASUS PELANGGARAN ETIKA

• PERAN KOMITE HUKUM DAN ETIKA DALAM PENANGANAN KASUS HUKUM

(3)

MENGAPA PERLU KOMITE ETIK?

• Perkembangan teknologi kedokteran baru atau pemanfaatan baru

teknologi lama

• Pluralisme etik

• Nilai dan Perlindungan Otonomi pasien

• Materialisme vs Professionalisme

• Pembuatan keputusan bersama sejalan dengan perubahan

hubungan dokter-pasien

• Ancaman tuntutan malpraktik

• Peran media massa

(4)

LANDASAN HUKUM KOMITE ETIK DAN HUKUM Pasal 6 Perpres 77 tahun 2015

(1) Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:

– kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit;

– unsur pelayanan medis;

– unsur keperawatan;

– unsur penunjang medis;

– unsur administrasi umum dan keuangan;

– komite medis; dan

– satuan pemeriksaan internal.

(5)

LANDASAN HUKUM KOMITE ETIK DAN HUKUM

• (2) Unsur organisasi Rumah Sakit selain kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dapat berupa direktorat, departemen, divisi, instalasi, unit kerja, komite dan/ atau satuan sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja Rumah

Sakit.

• (3) Unsur organisas1 Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf e dapat digabungkan sesuai kebutuhan, beban kerja, dan/ atau klasifikasi Rumah Sakit.

(6)

LANDASAN HUKUM KOMITE ETIK DAN HUKUM Pasal 19 Perpres 77 tahun 2015

• (2) Komite lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa komite:

– keperawatan;

– farmasi dan terapi;

– pencegahan dan pengendalian infeksi;

– pengendalian resistensi antimikroba;

– etika dan hukum;

– koordinasi pendidikan; dan

– manajemen risiko dan keselamatan pasien.

(7)

LANDASAN HUKUM KOMITE ETIK DAN HUKUM Pasal 20

• Komite Medis dan komite lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 19 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Hingga saat ini Peraturan Perundang-undangan dimaksud untuk

Komite Etik dan Hukum belum diundangkan.

(8)

KEH RS

• Secara umum, nomenklatur “Komite”

menunjukkan bahwa KEH bukan satuan eksekutif, melainkan bersifat pemberi nasihat, konsultatif, pemikiran dan rekomendasi kebijakan-regulasi di bidang etik dan hukum RS

• Isu etik dan hukum dapat di lingkungan

manajemen, profesi, maupun di lingkungan klinis.

• Tugas dan Fungsi KE masih sesuai untuk KEH

(9)

TUGAS DAN FUNGSI KOMITE ETIK RS

• Edukasi Bioetik

• Memberikan konsultasi dan saran di bidang bioetik, terhadap pasien, keluarga pasien, dan tenaga kesehatan

• Evaluasi kasus dari sudut pandang bioetik, bukan untuk tujuan pendisiplinan

• Mengembangkan kebijakan dan pedoman praktik institusi, khususnya berkaitan dengan end of life dan transplantasi

• Mengembangkan pemecahan masalah distribusi sumber daya Dua point teratas adalah yang direkomendasikan oleh AMA

(10)

FUNGSI dan LINGKUP KOMITE ETIK

• McGee GE et al (2002):FUNGSI

– Fungsi Edukasi: edukasi umum, edukasi KE, edukasi ke pasien, komunitas,

dokter, staf RS – Fungsi Konsultasi

– Fungsi Kebijakan : penyusunan dan evaluasi,

– Kegiatan Administratif: logistik, adm umum,

• McGee GE et al (2002): ISSUE

– End of life

• Advance directive/DNR

• Persistent vegetative state

• Futility

• Umum

– Administrasi, Peraturan, Hukum

• Manajemen Risiko

• Kompetensi pasien

• Kepatuhan thd standar akrditasi

– Non End of Life clinical issues: Hak pasien

– Financial issues: managed care, cost containment

(11)

FUNGSI dan LINGKUP KOMITE ETIK dan HUKUM

• McGee GE et al (2002):FUNGSI

– Fungsi Edukasi: edukasi umum, edukasi KE, edukasi ke pasien, komunitas,

dokter, staf RS

– Fungsi Konsultasi, Review kasus – Fungsi Kebijakan : penyusunan dan

evaluasi,

– Kegiatan Administratif: logistik, adm umum,

• McGee GE et al (2002): ISSUE

– End of life

• Advance directive/DNR

• Persistent vegetative state

• Futility

• Umum

– Administrasi, Peraturan, Hukum

• Manajemen Risiko

• Kompetensi pasien

• Kepatuhan thd standar akreditasi

– Non End of Life clinical issues: Hak pasien

– Financial issues: managed care, cost containment

(12)

MENGHADAPI KASUS HUKUM

(13)

KASUS HUKUM

• Sengketa antara Pasien dengan Dokter /

Nakes / RS tentang pelaksanaan pelayanan kesehatanDI RS

–Ketidakpuasan pelayanan

–Dugaan pelanggaran hak pasien –Dugaan kesalahan / kelalaian

TUNTUTAN MEDIKOLEGAL

(14)

Ketidakpuasan

• Meliputi lingkup yang luas

– Pelayanan “hotel”: kesulitan mendapatkan kamar yg tepat, kualitas kamar beserta isinya, kebersihan, perjanjian waktu praktik, waktu dan kualitas

konsumsi, keamanan, kualitas linen, “pelayanan perawatan yg non medis”, dll

– Pelayanan administrasi: waktu pendaftaran, antrian, informasi, billing, besar dan cara

pembayaran, dll – Pelayanan medis

(15)

Pelanggaran Hak Pasien

• Terdapat beberapa Hak Pasien yg bila dilanggar sering berakibat tuntutan medikolegal:

– HAK ATAS INFORMASI, termasuk second opinion dan isi rekam medis

– HAK ATAS PRIVASI DAN KERAHASIAAN, dengan pengecualian tertentu

– HAK UNTUK MENENTUKAN DIRI SENDIRI (consent maupun refusal)

– HAK MATI BERMARTABAT (DNR, minimal treatment, withdraw-withhold)

Tuntutan dapat berupa “kelalaian” atau “perbuatan melawan hak

atau melanggar hukum”

(16)

Kelalaian medik

• Memiliki KEWAJIBAN untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

• Melakukan PELANGGARAN ATAS KEWAJIBAN tersebut

• Hasilnya adalah CEDERA atau KERUGIAN pada orang lain

• HUBUNGAN KAUSAL antara Pelanggaran yg dilakukan dengan Cedera yg terjadi

Masalah utama: Standar Profesi dan Standar Prosedur Operasional

(17)
(18)

Venn Diagram

All Healthcare Encounters All Errors

“Near Misses”

All Adverse Events

Preventable

Adverse Events Non-

Preventable Adverse Events

Negligent

adverse events

(19)

Malpraktik ?

• Dengan demikian, sebagian perbuatan yg disengketakan mungkin memang merupakan tindak-malpraktik (kelalaian atau perbuatan melanggar hukum atau melawan hak),

• sebagian lagi adalah ketidaktepatan interaksi antara kebutuhan dengan pelayanan.

Beckman et al (1994) : 70% sengketa berkaitan dengan komunikasi

(20)

Hak menuntut ganti rugi

Pasal 58 UU 36/2009 ttg Kesehatan

 (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau

penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

 (2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

(21)

Perlindungan hukum

Pasal 50 UU 29/2004 ttg Praktiik Kedokteran

• Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :

– memperoleh perlindungan hukum sepanjang

melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

– memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;

(22)

Tanggungjawab Institusi/ Korporasi

Pasal 46 UU 44/2009 ttg RS

• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

(23)

REVIEW KASUS HUKUM:

• Dalam rangka PATIENT SAFETY

– Analisis mencari kesalahan, mengapa terjadi, dan jalan keluar untuk pencegahan kasus serupa di masa mendatang

• Dalam rangka penyelesaian MEDIKOLEGAL

– Analisis mencari kesalahan dan siapa yg bersalah, menilai kasus-posisi, mencari dan memilih cara penyelesaian yg efektif dan efisien

(24)

Pembahasan Kasus

• Pembahasan bersama dalam KEH dan KM,

• Semua data dikumpulkan untuk dibahas, buat kronologi komprehensif

• Semua orang yang terlibat diikutsertakan, ditambah

“dokter lain” pengkaji kasus

– Pelayanan pra-pelayanan medis

– Pemeriksaan medis – kebutuhan medis – Indikasi – Kontra-indikasi – alternatif – Risiko, KTD dan Errors

– Prosedur: informed consent, Std Profesi, SOP – Pencegahan dan penanganan KTD

(25)

ANALISIS MEDIKOLEGAL

• Adakah Error atau Violation? Bukti? Alasan?

• Bagaimana posisi hukumnya? Defensible?

Hubungan dg pasien?

• Adakah kemungkinan tuntutan hukum? Pidana atau Perdata? Seberapa “besar” tuntutannya?

• Pertimbangkan penyelesaian yg efektif dan efisien. Dampak bagi dokter, RS, profesi?

• Tentukan langkah-langkahnya

(26)

PENYELESAIAN KASUS PIDANA Siapkah?

• “PENUNTUT” MELAPORKAN / MENGADUKAN KEPADA PENYIDIK (POLISI)

• PEMERIKSAAN PENYIDIK:

– SAKSI, DOKUMEN, AHLI, TERSANGKA – PENAHANAN ?

• BERKAS KE JAKSA PENUNTUT UMUM

– PEMERIKSAAN ?

• PENGADILAN

– PEMBUKTIAN HUKUM: SAKSI, DOKUMEN, AHLI – TINGKAT KEPASTIAN: BEYOND REASONABLE DOUBT

(27)

PENYELESAIAN KASUS PERDATA Siapkah?

• LITIGASI

– GUGATAN KE PENGADILAN NEGERI

– HAKIM MENGUPAYAKAN DAMAI DULU, KEMUDIAN

“RIGHT-BASED”

• PEMBUKTIAN OLEH PENGGUGAT

• BUKTI: SAKSI, DOKUMEN, AHLI, DLL

• TINGKAT KEPASTIAN: PREPONDERANCE OF EVIDENCE

• NON LITIGASI

– DAMAI DI LUAR PENGADILAN (ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION)

– “INTEREST BASED” (WIN-WIN SOLUTION)

(28)

KASUS DIANALISIS SECARA MEDIKOLEGAL DAN DINILAI

POSISI HUKUMNYA

KASUS HITAM KASUS KELABU KASUS PUTIH

PERDATA:

NON LITIGASI LITIGASI

(29)

PIDANA

KASUS DIANALISIS SECARA MEDIKOLEGAL DAN DINILAI

POSISI HUKUMNYA

POLISI

KONSULTASI

BP2A IDI / PDGI / PDSp

KONSULTASI HUKUM

SAKSI AHLI ADVOKAT

(30)

BENAR-SALAH

• Keputusan benar atau salahnya suatu perbuatan medis tetap

didasarkan kepada “upayanya” dan bukan kepada “hasil-akhirnya”

• Pembandingan perbuatan (rekam medis) dengan standar atau pendapat peer-group (ahli) masih merupakan cara utama.

• Dokumen Rekam medis dan Pertindok yg tidak lengkap merupakan kendala

• Defense menggunakan kerangka yang sama

(31)

STANDAR

• Standar merupakan acuan yg harus dipatuhi, dan dapat disimpangi hanya atas alasan

pembenar/pemaaf (unusual circumstances, e.g., extreme emergencies or unavailability of

equipment)

• Standar harus dibuat mudah dimengerti, berbasis bukti, mandatory, dan realistik-terukur. Kepatuhan kepada standar tidak menjamin keberhasilan, tetapi menjamin perlindungan hukum.

• Check-list seringkali membantu

(32)

Solusi Win-Win

• Penyelesaian win-win tidak mendasarkan kepada benar-salah (right-based), melainkan kepada kepentingan para pihak

(interest-based)

• Mediasi dijadikan salah satu cara terpopuler (Pasal 29 UU 36/2009 ttg Kesehatan juga menganjurkannya)

• Perlu penyiapan dana sebagai solusi atas risiko indemnity.

(33)

Penyelesaian Sengketa:

• Pasal 29 UU 36/2009 Kesehatan:

• Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam

menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

(34)

Kaitannya dg UU RS

Pasal 46

• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua

kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

• Harus ada Perjanjian Risk-Sharing antara RS dengan Tenaga Kesehatan

(35)

Take Home Message

• Sengketa pasien dengan RS memiliki lingkup yang luas, yang tidak seluruhnya termasuk ranah hukum kedokteran, atau ranah malpraktik.

• Peran KEH dalam perkara hukum adalah mereview kasus untuk membuat terang kasus, menemukan adakah “kesalahan”, apakah dapat dituntut hukum, apakah defensibel,

• Penyelesaian sengketa dicari yang paling efektif dan efisien

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka rumah sakit (sebagai atasan atau employer ) dapat bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat oleh dokter atau tenaga

Penerapan manajemen risiko berguna menberikan Perlindungan Hukum dan keselamatan pasien bagi pasien dan tenaga kesehatan di rumah sakit, dengan demikian, maka gambaran

Pemulihan Kerugian Korban Dalam Kasus Malpraktek Medis Pada Proses Persalinan, bahwa Rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan ganti kerugian terhadap pihak

Salah satu contoh kasus persekongkolan adalah pelaksanaan tender pengadaan alat kedokteran Polysomnograph di Rumah Sakit Duren Sawit Dinas Kesehatan Propinsi DKI

Rumah sakit bertanggung jawab secara moral dan hukum terhadap segala kerahasiaan isi dari informasi yang dimuat dalam catatan medik, sehingga berupaya untuk memjaga

Maka dari itu rumah sakit dibebankan tanggung jawab secara perdata atas tindakan kelalaian tenaga kesehatan di rumah sakit yang menolak pasien miskin pada keadaan gawat darurat

Pasal 4 menyatakan “ Setiap orang berhak atas kesehatan”.Rumah Sakit menjamin perlindungan hukum bagi dokter, tenaga kesehatan agar tidak menimbulkan kesalahan

Jika suatu rumah sakit tidak terbentuk Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit K3RS, maka rumah sakit harus bertanggung jawab secara hukum, baik secara pidana yang diatur