13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang kualitas pengungkapan Sustainability Report. Berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan Sustainability Report.
Wulandari (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan laverage terhadap sustainability disclosure. Hasil dari penelitian ini ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap laporan keberlanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka mendorong perusahaan untuk mengungkapkan laporan keberlanjutan. Sedangkan profitabilitas dan laverage tidak berpengaruh pada pengungkapan keberlanjutan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa stakeholder perusahaan tidak mempermasalahkan keadaan keuangan.
Afsari et al., (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh leverage, ukuran perusahaan, komite audit dan kepemilikan institusional terhadap luas pengungkapan Sustainabilty Report pada perusahaan yang mengikuti Isra Periode 2013-2015. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap luas pengungkapan sustainability report. Variabel ukuran perusahaan, komite audit dan variabel kepemilikan institusional
berpengaruh positif signifikan terhadap luas pengungkapan sustainability report.
Wulanda (2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan dan corporate governance terhadap publikasi sustainability report yang dilakukan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Karakteristik perusahaan dalam penelitian ini menggunakan variabel aktivitas perusahaan, dan ukuran perusahaan. Sedangkan corporate governance menggunakan variabel komite audit dan dewan direksi. Penelitian ini menunjukan hasil bahwa : pertama, variabel aktivitas perusahaan berpengaruh positif siginifikan terhadap publikasi sustainability report. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi rasio aktivitas perusahaan menandakan kemampuan perusahaan yang efisien dalam mengelolah aktivanya dan memperlihatkan kondisi keuangan yang stabil dan rendah resiko. Kedua, variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif siginifikan terhadap publikasi sustainability report. Temuan ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan cenderung memiliki pengaruh yang lebih potensial atas masyarakat dalam membiayai pengungkapan sustainability report. Ketiga, komite audit tidak berpengaruh siginifikan terhadap publikasi sustainability report.
Hal ini karena semakin banyak jumlah komite audit tidak menentukan meningkatnya pengungkapan sustainability report. Tujuan utama terbentuknya komite audit adalah untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan perusahaan sehingga komite audit akan fokus terhadap kualitas laporan keuangan daripada sustainability report yang bersifat voluntary. Keempat, dewan direksi berpengaruh positif siginifikan terhadap publikasi sustainability report. Menunjukan bahwa dewan direksi bertugas menentukan tujuan strategik perusahaan dalam operasionalnya sehingga mempengaruhi luas pengungkapan sustainability report.
Suharyani (2019) melakukan penelitian tentang tekanan stakeholder dan corporate governance terhadap kualitas sustainability report pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan stakeholder berpengaruh positif sigifikan terhadap kualitas sustainability report dengan berdasarkan teori stakeholder. Lingkungan investor, pekerja, dan konsumen akan mendorong perusahaan untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Adanya tekanan stakeholders akan mendorong perusahaan untuk melakukan tanggung jawab social yang lebih transparan untuk kelangsungan perusahaan dalam jangka Panjang.
Corporate governance yang diwakili oleh komite audit, kepemilikan saham manajerial,dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas sustainability report memiliki pengaruh yang kuat untuk mengawasi dan mengendalikan manajemn perusahan sehingga akan menghasilkan informasi yang berkualitas.
Dewi (2019) melakukan penelitian tentang pengaruh good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014-2016. Dalam penelitian ini variabel independen good corporate governance terdiri dari komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Hal ini dikarenakan semakin banyak komite audit tidak mempengaruhi pengungkapan sustainability report karena komite audit hanya digunakan sebagai formalitas untuk memenuhi kriteria BAPEPAM No. IX. 15 tentang pedoman pelaksanaan kerja komite audit karena tujuan dibentuk komite audit yaitu untuk meningkatkan laporan keuangan daripda melaporkan sustainability report. Komisaris independen tidak berpengaruh karena kemampuan komisaris independen dalam memantau keterbukaan informasi akan dibatasi oleh manajemen karena manajemen lebih mengandalkan dewan komisaris secara keseluruhan sehingga komisaris independen merasa tidak perlu melakukan pengungkapan sustainability report. Kepemilikan intitusional tidak berpengaruh karena investor institusi terutama investor yang berorientasi jangka pendek cenderung mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan tanggung jawab social perusahaan. Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh karena perusahaan kecilpun melakukan pengungkapan, perusahaan besar cenderung menahan informasi alasannya untuk menghidari kenaikan pajak.
Maiza et al., (2016) melakukan penelitian tentang the effect of political connection of corporate social responsibility disclosure- evidence from listed companies in Malaysia. Dalam penelitian tersebut pengukuran koneksi politik terbagi menjadi 2 yaitu kepemilikan pemerintah dan ukuran dewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Kepemilikan pemerintah menunjukkan bahwa pemerintah melalui kuasanya untuk menekan manajer perusahaan dalam menyampaikan informasi mengenai tanggungjawab social perusahaan.
Namun ukuran dewan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Politisi yang mengisi jajaran dewan menggunakan kuasanya untuk mencari keuntungan pribadi. Pengungkapan CSR dianggap banyak mengeluarkan biaya dan tidak secara langsung memberikan keuntungn untuk perusahaan.
Tabel 2.1
Reviu Penelitian terdahulu N
o
Nama (Tahun)
Judul/Jurnal Objek/Variabel/Anal isis
Hasil 1. Wulanda
ri (2017)
Pengaruh ukuran perusahaan,
Objek: non
keuangan dan nonperbankan di BEI tahun 2013-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan leveragetidak berpengaruh
profitabilitas dan leverage terhadap
Sustainabilty disclousure
2015.
Variabel: IV=
leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
DV= Sustainability Disclosure
Teknik Analisis:
ordinary least square
terhadap sustainability disclousure. Variabel ukuran perusahaan, berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap sustainability disclousure
2. Afsari et al., (2017)
Pengaruh leverage, ukuran perusahaan, komite audit dan
kepemilikan institusional terhadap luas pengungkapan Sustainabilty Report pada perusahaan yang
mengikuti Isra Periode 2013- 2015.
Objek: 63
perusahaan yang mengikuti Isra Variabel: IV=
leverage, ukuran perusahaan, komite
audit dan
kepemilikan institusional
DV= Sustainability Report
Teknik Analisis:
analisis regresi linear berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negative signifikan terhadap pengungkapan
sustainability report.
Variabel ukuran perusahaan, komite audit dan kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan
sustainability report.
3.
.
Wulanda (2017)
Pengaruh karakteristik perusahaan dan corporate governance terhadap publikasi sustainability report yang dilakukan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2011-2014
Objek: perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI
Variabel: IV=
karakteristik
perusahaan (aktivitas perusahaan dan ukuran perusahaan) dan corporate governance (komite audit dan dewan direksi)
DV= sustainability report.
Teknik Analisis:
analisis regresi logistik
Hasil penelitian ini adalah variabel karakteristik yang terdiri atas aktivitas perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadp publikasi sustainability report.
Variabel dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap publikasi sustainabilty report.
Sedangkan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap publikasi sustainability report sedangkan variabel
4. Suharyan i (2019)
Pengaruh tekanakan stakeholder dan corporate governance terhadap kualitas pengungkapan sustainability report pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia
Objek: perusahaan yang terdaftar di BEI Variabel: IV=
corporate
governance (komite audit, dewan direksi, dewan direksi, dewan
komisaris,komite
audit dan
kepemilikan saham manajerial)
DV= kualitas sustainability report Teknik Analisis:
analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknan stakeholder dan corporate governance berpangruh positif dan signifikan terhadap kualitas sustainability report.
5. Dewi (2019)
pengaruh good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kkualitas pengungkapan sustainability report pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014-2016
Objek: perusahaan yang terdaftar di BEI Variabel: IV=
corporate
governance (komite audit, komisaris independen dan kepemilikan
institusional) dan ukuran perusahaan DV= sustainability report
Teknik Analisis:
analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel corporate governance (komite audit, komisaris independen dan kepemilikan
institusional) dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan sustainability report.
6 Maiza et al., (2016)
the effect of political
connection of corporate social
responsibility disclosure- evidence from listed
companies in Malaysia.
Objek: perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia Variabel: IV=
political connection DV= corporate sosical responsibility disclosure
Teknik Analisis:
analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa political connection yang diwakilkan dengan kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR sementara ukuran dewan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Laporan Berkelanjutan (Sustainabiltiy Report)
Menurut sustainability report merupakan sistem pelaporan yang memungkinkan perusahaan untuk mengukur dan mengungkapkan aktivitas perusahaan mengenai informasi ekonomi, lingkungan, dan sosial perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab kepada stakeholder internal maupun ekternal yang berkaitan dengan kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Laporan berkelanjutan disusun berdasarkan standar GRI G4 Guidelines sebagai standar pengungkapan pelaporan dari tindakan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdiri dari indikator kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja masyarakat, hak asasi manusia, praktek tenaga kerja, dan indikator kinerja tanggung jawab produk.
GRI menetapkan prinsip-prinsip dalam penyusunan sustainability report. Prinsip tersebut digunakan untuk menghasilkan informasi yang ada didalam sustainability report agar berkualitas dan layak dinilai oleh stakeholder. Prinsip-prinsip tersebut diantara lain (1) keseimbangan, sustainability report menyajikan informasi dari aspek positif dan negatif dari kinerja perusahaan untuk dapat dinilai secara keseluruhan kinerja perusahaan tersebut. (2) Dapat dibandingkan, informasi dalam pengungkapan sustainability report sebaiknya dipilih, dikumpulkan dan dilaporkan secara konsisten sehingga informasi tersebut dapat disajikan kepada stakeholder untuk menilai kinerja perusahan dari waktu ke waktu. (3) Kecermatan, informasi dalam sustainability report dibuat dengan teliti dan detail sehingga stakeholder akan mudah memahami isi laporan. (4) Ketepatan waktu,
sustainability report dijadwalkan dan tersedia kapapun dibutuhkan oleh para stakeholder untuk mengambil keputusan. (5) Kejelasan, isi sustainability report harus dapat dimengerti dan mudah diakses oleh para stakeholder yang menggunakan laporan. (6) Ketrandalan, yang terdapat dalam sustainability report harus diproses dengan dikumpulkan, direkam, dikompilasi, dianalisis dan diungkapkan dengan suatu cara yang dapat di uji dan membentuk kualitas dan materialitas dari laporan.
World Bussines Council for Sustainable Development (WBCSD) menjelaskan manfaat dari pengungkapan sustainability report antara lain :
1) Sustainability report memberikan informasi kepada stakeholder (pemegang saham, pemerintah dan komunitas) untuk menciptakan transparansi dan meningkatkan prospek kerja perusahaan.
2) Sustaianability report sebagai alat untuk menciptakan reputasi perusahaan sebagai upaya meningkatkan brand value, loyalitas dan market share.
3) Sustainability report sebagai fasilitas dalam pengimplementasian dari sistem manajemen yang lebih baik dalam mengelolah dampak sosial, ekonomi dan lingkungan.
4) Sustainability report digunakan untuk menciptakan leadership thinking dan performance yang didukung dengan semangat kompetisi.
5) Sustainability report secara tidak langsung mencerminkan kemampuan dan kesiapan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan stakeholder yang bersifat jangka panjang.
6) Sustainability report membantu menciptakan ketertarikan stakeholder dengan visi jangka panjang dan mendemonstrasikan upaya manajemen dalam meningkatkan nilai perusahaan yang terkait dengan isu soail, ekonomi dan lingkungan.
2. Kualitas Pengungkapan Sustainability Report
Kualitas pengungkapan sustainability report yang baik terdiri dari dua ikhtisar pengungkapan yaitu standar khusus dan standar umum pada laporan.
Standar khusus menyampaikan informasi mengenai pengungkapan perusahaan dengan berdasarkan pada tiga kategori yang terdiri dari social, linkungan dan ekonomi (GRI,2013). Berdasarkan kualitas pengungkapan dalam penelitian ini menggunakan kualitas pengungkapan dengan standar khusus yang melihat dari sisi social, ekonomi dan lingkunan perusahaan.
Pengungkapan sustainability report di Indonesia masih bersifat voluntary (sukarela) hal ini karena masih belum ada peraturan yang mewajibkan untuk mengungkapkan informasi tersebut. Sebagaimana yang tertulis dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 Tahun 2009 paragraf 12:
“Perusahaan dapat menyajikan laporan tambahan seperti mengenai laporan lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (valueaddedstatement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memiliki peranan penting dan bagi industri menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang
memeiliki peranan penting, laporan tambahan tersebut diluar ruang lingkun Standar Akuntansi Keuangan”.
Berdasarkan PSAK No.1 tahun 2009 menjelaskan bahwa setiap perusahaan diharapkan untuk mengungkapkan informasi yang berhubungan dengan aktivitas sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan. Hasil pengungkapan akan dilaporkan dalam bentuk Laporan Nilai Tambah (valueaddedstatement). Hal ini diperjelas dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi: “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”.
Laporan berkelanjutan menyajikan informasi yang berkaitan dengan aspek ekonomi, lingkungan dan aspek sosial yang secara langsung berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh stakeholder.
Sustainability report berdasarkan GRI G4 Guidelines terdiri dari 3 dimensi diantaranya :
1) Sosial
a) Praktik Ketenagakerjaan dan kenyamanan Bekerja
Indikator dalam praktik ketenagakerjaan dan kenyaman bekerja meliputi lapangan pekerjaan, kondisi pekerja (jumlah, komposisi gender, pekerja purna waktu dan paruh waktu), relasi buruh dengan manajemen, kesehatan, keselamatn kerja serta peluang dan kebergaman.
b) Hak Asasi Manusia
Indikator dalam hak asasi manusia menuntut organisasi untuk memperhatikan asas kesetaraan yang terdiri atas praktik investasi dan pengadaan, kerja paksa, tenaga kerja usia anak-anak, penerapan prinsip nondiskriminasi dan hak adat.
c) Masyarakat
Indikator dalam masyarakat dilihat dari dampak dimana perusahaan tersebut beroperasi yang meliputi kebijakan publik, anti korupsi, prilaku anti monopi dan dampak bagi masyarakat lokal.
d) Tanggung jawab atas produk
Indikator yang mencakup tanggung jawab produk meliputi kesehatan dan keselamatan konsumen, privasi konsumen dan komunikasi pemasaraan.
2) Ekonomi
Aspek keberlanjutan ekonomi berkaitan dengan dampak aktivitas organisasi sehingga mempengaruhi keadaan ekonomi dari pemangku kepentingan dan sistem ekonomi dilevel lokal, nasional dan internasional.
3) Lingkungan
Aspek keberlanjutan lingkungan berkaitan dampak aktivitas organisasi yang mempengaruhi alam seperti udara, air, tanah dan ekosistem. Dampak lingkungan dibagi menjadi 2 diantaranya
input (seperti air dan energi) dan output (seperti limbah, dan emisi). Selain itu aspek keberlanjutan lingkungan juga berkaitan dengan keanekaragaman hayati, transportasi, dampak yang berkaitan dengan produk dan jasa serta biaya lingkungan.
3. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Teori legitimasi menurut Lindblom (1994) mengatakan bahwa perusahaan akan bertahan apabila masyarakat menerima keberadaan perusahaan dan beroperasi sesuai dengan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
Ghozali (2007) mengatakan landasan teori legitimasi adalah kontrak sosial yang terjadi antara masyarakat dan tempat beroperasinya perusahaan dan menggunakan sumber ekonomi. Ini berarti bahwa keberadaan perusahaan akan berlanjut apabila diterima oleh masyarakat dan menerapkan nilai-nilai serta norma yang berlaku dilingkungan perusahaan.
Teori legitimasi mengharuskan perusahaan untuk menyampaikan aktivitas dan kinerjanya secara transaparan agar mendapat kepercayaan dari masyarakat. Legitimasi yang dari masyarakat merupakan sumber daya operasional perusahaan untuk menentukan keberlanjutan usahanya. Laporan yang tertuang dalam sustainability report mengenai informasi pertanggungjawab sosial dan lingkungan yang digunakan sebagi bukti perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial. Teori legitimasi memberikan pandangan bahwa informasi sosial yang dituangkan di dalam sustainability report dapat bersifat positif maupun negatif. Melalui
pengungkapan, perusahaan akan mendapatkan legitimasi dan pada akhirnya akan tetap going concern.
Lindblom (1994) dalam Guthrie et al (2006) mengatakan bahwa, jika legitimasi perusahaan masih dipertanyakan maka dapat mengambil beberapa tindakan sebagai berikut :
1) Menjelaskan perubahan yang terjadi didalam perusahaan kepada stakeholder.
2) Merubah pandangan stakeholder tanpa mengganti prilaku perusahaan.
3) Perusahaan berupaya mengalihkan persepsi yang menjadi perhatian stakeholder terhadap perusahaan dengan isu yang menarik.
4) Perusahaan berupaya mengganti harapan pihak eksternal mengenai kinerja perusahaan.
4. Teori Stakeholder (Stakeholders Theory)
Penemu teori stakeholders pertama kali adalah Richard E. Freeman.
Freeman (1984) mendefinisikan teori stakeholder sebagai berikut:
“any group or individual who can affect or is affected by the achievement of the organization’s objectives “. Terjemahannya adalah semua individu ataupun kelompok yang dapat saling mempengaruhi/dipengaruhi atas dasar suatu pencapaian tertentu.
Berdasarkan karakteristik stakeholder dibagi menjadi 2 yaitu stakeholder primer dan stakeholder sekunder (Clarkson, 1995). Stakeholders primer terdiri dari seseorang atau kelompok yang berperan penting dalam perusahaan agar tetap going concern terdiri ata investor, pemasok dan
konsumen, komunitas dan pemerintah. Sedangkan stakeholders sekunder yaitu seseorang atau kelompok yang saling mempengaruhi atau dipengaruhi tetapi tidak mempengaruhi kelangsungan perusahaan dan tidak diikut sertakan dalam transaksi perusahaan. Teori stakeholders merupakan teori yang menggambarkan tentang keberadaan perusahaan dalam melakukan operasionalnya yang memberikan manfaat bagi stakeholder-nya (kredit, pemegang saham, pemerintah, masyarakat, supplier dan konsumen). Menurut Ghozali (2007) teori stakeholder adalah upaya perusahaan dalam menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan cara mengakomodasi kebutuhan dan keinginan stakeholder terutama yang memiliki pengaruh terhadap ketersediaan sumber daya (pemilik, tenaga kerja dan customers) yang berdampak terhadap aktivitas perusahaan. Strategi yang dapat dilakukan perusahan untuk menjaga hubungan dengan stakeholder-nya melalui pengungkapan informasi sosial dan lingkungan.
Melalui pengungkapan, perusahaan memberikan informasi kepada pemangku kepentingan agar menarik dan mendapat dukungan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini sesuai penelitian Gray et al., (1996) menyatakan bahwa hubungan komunikasi perusahaan dan stakeholders terjadi dalam pengungkapan informasi sosial, keuangan, dan lingkungan serta memberikan infromasi mengenai aktivitas perusahaan yang mengubah ekspetasi dan persepsi stakeholders. Jika diperhatikan secara seksama definisi diatas menjelaskan bahwa semua stakeholders memiliki hak untuk mengetahui informasi aktivitas perusahaan.
Menurut Donaldson, T. & Preston (1995) terdapat 3 aspek yang ada didalam teori stakeholder diantaranya :
1) Normative, menjelaskan teori stakeholder berhubungan dengan fungsi perusahaan, gambaran aktivitas dan manajemen serta mengidentfikasi pedoman moral perusahaan.
2) Instrumental, menjelaskan hubungan antara manajemen stakeholder dengan profitabilitas, perumbuhan dll.
3) Descriptive/Emprical, menjelaskan perilaku dan karakter khusus perusahaan.
5. Profitabilitas
Pengukuran profitabilitas merupakan aktivitas perusahaan untuk mengukur kemampuannya dalam menghasilkan laba. Menurut Suryono (2011) mengatakan bahwa profitabilitas merupakan kebebasan yang dilakukan manajemen perusahaaan dalam pengungkapan tangungjawab sosial yang luas kepada pemangku kepentingan sehingga, semakin tinggi tingkat laba maka akan semakin luas tugas perusahaan dalam melaksanakan pengungkapan tanggung jawab sosial. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan menentukan tingkat daya saing perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan membuka cabang baru sehingga akan memperbesar keuntungan investasi maupun membuka investasi baru yang berhubungan dengan perusahaan induk.
Menurut Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi maka memiliki hutang
yang relatif kecil. Hal tersebut karena perusahaan memiliki tingkat laba ditahan yang tinggi sehingga dapat membiayai kebutuhan pendanaannya.
Nilai yang dihitung dalam profitabilitas menggambarkan tingkat keberhasilan manajemen dalam mengelolah perusahaan. Tanpa laba yang dihasilkan, maka perusahaan sulit mendapatkan tambahan dana dari investor atau menggambarkan bahwa perusahaan tidak mampu mengoperasikan sumber daya secara optimal.
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari total aktiva, total penjualan, rata-rata total aktiva dan rata-rata total penjualan (Andriyanti, 2007). Aktiva merupakan sumber ekonomi perusahaan yang diharapkan memberikan manfaat dimasa yang akan datang. Penentuan ukuran perusahaan dilihat dari jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Pada umumnya, perusahaan yang besar tentu memiliki total aktiva yang besar. Menurut Lundhom dan Lung (dalam Benardi, dkk (2009) mengatakan bahwa penyampaian informasi mengenai pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan semakin meningkat sering semakin besarnya ukuran perusahaan, hal ini karena perusahaan yang besar memiliki tuntutan yang lebih besar dibanding dengan perusahaan yang kecil.
Sementara, menurut Tristanti (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang besar sehingga mempengaruh luas penyampaian informasi untuk stakeholder dan memperoleh keuntungan dari pengungkapan informasi yang bersifat sukarela.
Menurut keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM) No. IX.C.7 terdapat 3 jenis komponen yang digunakan untuk menentukan tingkat perusahaan yaitu:
1) Total Aset
Merupakan jumlah aktiva yang perusahaan miliki pada waktu tertentu.
2) Tingkat Penjualan
Merupakan tingkat kapasitas penjualan dari perusahaan dalam periode satu tahun.
3) Total Utang Ditambah Dengan Nilai Pasar saham biasa
Merupakan keseluruhan utang dan nilai pasar untuk saham biasa dalam suatu tanggal tertentu.
4) Tenaga Kerja
Merupakan total dari jumlah karyawan tetap dari suatu perusahaan pada periode tertentu.
7. Kepemilikan Institusional
Menurut Dharmawan (2014) kepemilikan institusional adalah intitusi atau suatu lembaga (perusahaan asuransi, perusahaan investasi, bank dan institusi lainnya) dengan jumlah saham tertentu di perusahaan. Tingginya tingkat kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan berdampak terhadap pengawasan yang besar dari investor institusional sehingga akan menghalangi tindakan oppurtunistic manajer (Nurrahman, 2013).
Salah satu prinsip penerapan corporate governance dalam perusahaan yaitu keterbukaan informasi atau transparansi dan resposibilitas. Investor intitusional yang memiliki power dan bertanggung jawab dalam penerapan corporate governance cenderung menekan perusahaan untuk melakukan komunikasi yang transparan kepada stakeholder. Karena itu, investor institusional mendukung pengungkapan sustainability report. Pengungkapan sustainability report merupakan salah satu bentuk komunikasi perusahaan dengan stakeholder-nya karena perusahaan bertanggungjawab atas seluruh operasional yang dilakukan dan berdampak terhadap kinerja sosial dan lingkungan.
8. Political Connection
Menurut Fisman (2001) political connection adalah perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang terdiri atas direksi dan komisaris yang mempunyai kedekatan khusus dengan pemerintah. Hal tersebut diperjelas dalam penelitian yang dilakukan Faccio (2006) menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki political connection jika paling sedikit satu pemegang saham utama (orang yang memiliki 10 persen hak suara berdasarkan jumlah saham yang dimiliki) atau terdapat satu dari pimpinan (terdiri CEO, presiden direktur, kepala bagian atau sekretaris) merupakan anggota parlemen, menteri, atau memiliki hubungan yang erat dengan tokoh maupun partai politik. Perusahaan yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah diartikan sebagai perusahaan milik pemerintah yaitu perusahaan yang berstatus BUMN dan BUMD. Pemilik perusahaan yang memiliki
hubungan dekat dengan pemerintah adalah pemilik perusahaan yang menjadi toko politik terkemuka (Gomez dan Jomo, 2009). Tokoh politik tersebut merupakan anggota dewan di pemerintah pusat atau merupakan anggota parta di suatu negara.
Hubungan istimewa antara perusahaan dengan political connection dapat memberikan kemudahan dalam mendapatkan pendanaan untuk memutuskan modal yang akan digunakan dalam membiayai kinerja perusahaan (Wulandari, 2013). Perusahaan yang berkoneksi politik cenderung membangun legitimacy melalui program-program yang sesuai pertanggungjawabnya. Implementasi yang optimal akan menghasilkan citra perusahaan dengan baik. Sebaliknya adanya politisi dalam struktur organisasi perusahaan akan mendorong perusahaan untuk melakukan pertanggungjawabn sehingga akan meningkatkan kepercayaan stakeholder (Rahman, I. M. A., & Ismail, 2016).
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh profitabilitas Terhadap Kualitas Pengungkapan Sustainability Report
Profitabilitas merupakan perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah laba yang dihasilkan perusahaan. Tingkat profitabilitas akan menggambarkan keberhasilan manajemen dalam mengelolah kekayaan perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi laba yang didapatkan maka kebutuhan stakeholders akan terpenuhi. Penelitian ini mendukung teori stakeholders yang menjelaskan bahwa perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya tidak mementingkan diri sendiri melainkan
selalu berusaha memenuhi kebutuhan stakeholdernya. Hubungan profitabilitas dengan teori stakeholders yaitu perusahaan dengan kemampuan kinerja keuangan yang stabil, akan memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menginformasikan kepada pemegang saham, karena perusahaan dapat menunjukkan keberhasilannya dalam memenuhi kebutuhan stakeholders terutama kreditur dan investor. Informasi yang diberikan mengenai cara perusahaan dalam menghasilkan profit, sehingga pengungkapan SR menjadi media komunikasi bagi manajemen dengan stakelodiners.
Stakeholders membutuhkan informasi tersebut sebagai upaya mengawasi dan mengendalikan perputaran modal yang mendanai aktivitas operasional perusahaan sehingga besar ataupun kecilnya keuntungan dari aktivitas tersebut dapat diketahui oleh stakeholder. Oleh karena itu, hal ini dapat mengurangi tindakan manipulasi manajemen dalam laporan keungan.
Melalui pengungkapan SR dapat mempertahankan dukungan stakeholder karena berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan. Akibatnya, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung memilih melakukan pengungkapan SR karena salah satu indikator kinerja dalam SR berasal dari profitabilitas perusahaan. Biasanya penyampaian informasi tersebut kepada stakeholders selain kreditur dan debitur dilatarbelakangi atas kepentingan ekonomi.
Beberapa penelitian yang mendukung logika diatas dan mampu menunjukan hubungan kinerja keuangan dengan kualitas pengungkapan sustainability report. Laraswita dan Indrayani (2010) menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif siginifikan terhadap kelengkapan dalam pengungkapan laporan SR. Penelitian Dilling (2010) menemukan bahwa ROA (Profit Margin) berhubungan positif dalam pengungkapan SR yang berdasarkan G3. Robert (dalam Rismanda, 2003 ) menemukan hubungan positif antara laba perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial .Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:
H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Pengungkapan Sustainability Report
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah asset yang dimiliki dan dapat dipergunakan untuk aktivitas perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin mendapat sorotan dari para stakeholders, membutuhkan kredibilitas yang baik sehingga perlu memiliki kontribusi dalam pertumbuhan sosial dan lingkungan disekitar perusahaan. Artinya semakin besar ukuran perusahaan maka pemegang saham akan semakin memperhatikan aktivitas-aktivitas perusahaan dalam laporan keuangan.
Perusahaan yang besar dianggap memiliki kemampuan dan sumber daya yang cukup dalam melakukan laporan keberlanjutan.
Penelitian ini mendukung teori stakeholders mengatakan bahwa untuk mengakomodasi kepentingan stakeholders perusahaan membutuhkan cara untuk menjalin hubungan yang baik sebab, stakeholders mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya operasional perusahaan seperti pemilik,
tenaga kerja dan pelanggan (I. & A. C. Ghozali, 2007). Keterkaitan ukuran perusahaan dengan teori stakeholders yaitu semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin mempengaruhi luasnya pengungkapan SR karena biaya yang dikeluarkan untuk pengungkapan tidak sedikit. Manajemen membutuhkan stakeholders sebagai pemiliki sumber daya digunakan untuk membiayai kegiatan pengungkapan SR. Dalam kondisi demikian, perusahaan membutuhkan usaha yang besar untuik memperoleh legitimasi stakeholders .
Menurut Cowan (2007) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang besar lebih memiliki pengaruh dan aktivitas yang lebih kompleks untuk masyarakat, sehingga membuat stakeholders untuk lebih memperhatikan aktivitas aktivitas sosial dari perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari (2011) mengatakan bahwa ukuran perusahaan yang besar mampu melakukan pengungkapan secara luas karena memiliki kemampuan dan sumber daya yang besar sehingga mampu membiayai informasi kepada pihak eksternal. Semakin besar ukuran perusahaan menghasilkan pengeluaran yang lebih banyak untuk menghasilkan legitimasi perusahaan. Legitimasi dibutuhkan perusahaan untuk menyesuikan aktivitas perusahaan dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:
H2: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
3. Pengaruh Kepemilikan Saham Institusional Terhadap Kualitas Pengungkapan Sustainability Report
Struktur kepemilikan intitusional timbul dikarenakan terdapat perbedaan proporsi saham, sehingga mempengaruhi tingkat pengungkapan informasi perusahaan. Pihak institusi saat menanamkan modal mendapat hak istemwa yaitu menguasai mayoritas saham di perusahaan. Oleh karena itu, pihak intitusi mempunyai kemampuan untuk mengawasi tindakan manajemen yang sering melakukan kecurangan. Hal tersebut sesuai teori stakeholders hubungan antara para stakeholders dan perusahaan dapat dilihat dari segi kepemilikan saham. Hal ini karena kepemilikan institusional memiliki peran yang penting dalam keberlangsungan perusahaan. Artinya jika kepemilikan institusi yang terdiri dari asuransi, bank dan perseroan terbatas berinvestasi saham pada perusahaan maka akan membantu perusahaan dalam mengawasi dan mengontrol kebijakan manajer.
Pengawasan kepada manajer yang dimaksud adalah meminimalisir terjadinya kecurangan dalam pengungkapan sustainability report (Hardiningsih, 2010). Hal ini terjadi karena, pihak institusi cenderung memiliki sumber dana yang kuat sehingga pada perusahaan kedudukan kepemilikan institutional menguasai persentase kedudukan saham diperusahaan. Selain itu. kepemilikan saham yang besar memiliki kemampuan untuk mengawasi keputusan pihak manajemen perusahaan.
Dengan kepemilikan institusional memiliki peranan penting karena akan menimalisir konflik keagenan antara pihak manajer dengan pihak pemegang saham. Untuk itu, keberadaan investor institusional diharapkan mendorong
pengumgkapan SR sebagai upaya komunikasi dengan para stakeholder yang membukikan bahwa perusahaan bertanggung jawab atas aktivitasnya.
Penelitian Summa dan Ben Ali (2006) dalam Motoussi dan Chackroun (2008), menemukan bahwa investor institusional memiliki pengalamn dan kekuatan unuk bertanggung jawab dalam menerapkan prinsip corporate governance yang bertujuan melindungi seluruh kepentingan pemegang saham sehingga menuntuut perusahaan untuk menyampaikan informasi dan komunikasi yang berisifat transparan (Waryanto 2010). Hal ini bebarti, dengan kepemilikan institusional dapat mendorong pengungkapan SR yang berdampak terhadap kualiatas informasi utnuk para stakeholder. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:
H3: kepemilikan saham institusional berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
4. Pengaruh Political Connection Terhadap Kualitas Pengungkapan Sustainability Report
Political connection diartikan sebagai mayoritas pemegang saham atau eksekutif perusahaan dengan pengalaman bekerja dibidang pemerintahan atau memiliki hubungan dekat dengan pejabat pemerintah (Wang et al.,2015). Perusahaan yang memiliki sumber pendanaan yang besar lebih cenderung berpartisipasi dalam melakukan tanggungjawab sosial dan sumber dana keuangan yang besar mengakseskan perusahaan dengan koneksi politik.
Selain sumber keuangan, manajemen perusahan yang merupakan politisi cenderung lebih aktif berpartisipasi dalam mengungkapkan tanggungjawab
sosial agar reputasinya terjaga (Wang et al.,2015). Perusahaan yang memiliki hubungan dengan koneksi politik akan cenderung mendapat banyak sorotan dari media dan pelanggan.
Hal tersebut mendukung teori legitimacy yang menjelaskan bahwa masyarakat akan menerima perusahaan, jika mengoperasikan sumber daya ekonomi diselaraskan dengan nilai dan norma yang ada dilingkungan perusahaan. Artinya perusahaan akan mendapatkan opini baik dari publik (masyarakat) apabila melakukan tanggungjawab sosial dan lingkungan dengan begitu perusahaan akan dapat going concern. Biasanya opini baik terdapat pada perusahaan BUMN sebab perusahaan tersebut melaporkan secara detail dan lengkap mengenai aktivitas perusahaan yang tertuang dalam annual report sehingga tercipta transparansi dan akuntabilitas. Perusahaan BUMN biasanya merupakan perusahaan yang terkoneksi politik (political connection). Perusahaan yang berkoneksi politik biasanya dilihat dari struktur organisasi yang dilengkapi jajaran politisi seperti dewan direksi ataupun komisaris utama. Perusahaan yang dipengaruhi politisi biasanya menjalankan aktivitas dengan berpedoman kepada peraturan perundang- undangan. Hal tersebut untuk menghindari persepsi buruk oleh publik bahwa perusahaan menjalankan bisnisnya yang menfaatkan kekayaan alam tidak mementingkan pemeliharaan lingkungan dan tanggung jawab sosialnya. Oleh karena itu, peran publik terutama pelanggan memiliki kekuatan untuk mempertahankan posisi mereka bagi perusahaan (Huang & Zhao, 2016).
Perusahaan milik pemerintah yang terkoneksi politik lebih banyak melakukan aktivitas sosial dan pengungkapan aktivitas sosial dimedia milik perusahaan, hal ini dilakukan bahwa perusahaan bertanggungjawab dan mempertahankan hubungan yang baik dengan pemerintah.
H4: Political Connection berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
D. Kerangka Pemikiran
(H1)
(H2)
(H3)
(H4) (H4)
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
Ukuran Perusahaan (X2)
Political Connection (X4)
(X3)
Pengungkapan Sustainabilty Report (Y) Kepemilikan Institusional (Y)
(X3) Profitabilitas
(X1)
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
H3 : Kepemilikan saham institusional berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
H4 : Political Connection berpengaruh terhadap kualitass pengungkapan sustainability report.