• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Austroads 1992

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Austroads 1992"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Reka Racana-1

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

Menggunakan Metode Austroads 1992

RAJA BINTON SIMANJUNTAK

1

, DWI PRASETYANTO

2

1

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan

(Institut Teknologi Nasional)

2

Dosen Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan

(Institut Teknologi Nasional)

e-mail:ironman_aaa@yahoo.co.id

ABSTRAK

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan yang berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya (Sukirman, 2010). Berbagai metode digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan lentur antara lain AASHTO, Metode The Asphalt Istitute, Austroads, dan Analisa Komponen. Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari metode dalam perencanaan tebal perkerasan lentur menggunakan metode, Austroads 1992. Metode Austroads sendiri merupakan metode mekanistik yang dikembangkan berdasarkan teori matematis dari regangan pada setiap lapisan perkerasan akibat beban berulang dari lalu lintas (Austroads, 1992). Metode mekanistik yang banyak digunakan biasanya berdasarkan teori elastik yang membutuhkan modulus elastis dan poisson rasio dari setiap bahan lapis perkerasan. Adapun data yang digunakan adalah data lalu lintas, data tanah, geometrik jalan, umur rencana dan regangan vertikal. Parameter yang digunakan dalam metode Austroad ini adalah daya dukung tanah dasar, tempratur, faktor lalu lintas dan jenis material. Hasil yang didapat dari perencanaan tebal lapis perkerasan menggunakan metode Austroads 1992 sebagai berikut. Bahan lapis permukaan menggunakan beton aspal dengan modulus vertikal dan horizontal 2000MPa, volume bitumen 15%, angka posion rasio 0,4, menghasilkan tebal lapis beton aspal sebesar 11 cm sedangkan untuk lapis pondasi menggunakan bahan butiran yang dibagi menjadi 3 sub lapisan masing - masing setebal 12 cm, 12 cm, dan 11 cm dengan modulus vertikal secara berurut 63.572 MPa, 112.550 MPa, dan190 MPa dan angka posion rasio 0,35.

Kata kunci: Parameter, Regangan vertikal, Perkerasan Lentur

ABSTRACT

The construction of flexible pavement consist of many layers that placed on top of the compacted subgrade which is serves to receive the traffic load and pass it to the layer below it (Sukirman, 2010). Various methods are used in the planning of flexible pavement thickness such as AASHTO, The Asphalt Istitute method, Austroads,

(2)

Reka Racana-2

and Component Analysis. This study aimed to study the planning of flexible pavement thickness using Austroads 1992 method.

Austroads method is a mechanistic method that was developed based on the mathematical theory of strain at each layer of the pavement due to repeated traffic loads (Austroads, 1992). Mechanistic method that is widely used usually based on elastic theory that requires elastic modulus and poisson ratio of each materials for pavement layer.

The data which is used is data traffic in the form of: data traffic, soil data, road geometric, life plans and vertical stretch. The parameters used in this Austroad method are subgrade bearing capacity, temperature, traffic factors and type of material.

Material for surface is using asphalt concrete layer with vertical and horizontal modulus at 2000MPa, bitumen volumes 15%, posion ratio 0.4 and produces asphalt concrete layer thickness: 11 cm, while for the foundation layer, granular material is divided in three sub-layers, with the thickness 12 cm, 12 cm, and 11 cm for each in the vertical modulus of 63.572 MPa, 112.550 MPa, and 190 MPa and posion ratio rate of 0.35.

Keywords: Parameter, vertical strain, Flexible Pavement

1. PENDAHULUAN

Seiring meningkatnya beban kendaraan , maka diperlukan struktur perkerasaan jalan yang mampu menahan beban tersebut. Metoda yang tepat untuk merencanakan tebal perkerasan sangat diperlukan agar dapat menghasilkan perkerasan jalan yang dapat mendukung beban dan lalu lintas kendaraan serta memberikan pelayanan sampai akhir umur rencana. Mengingat banyaknya metode yang digunakan untuk merencanakan tebal lapis perkerasan lentur, penelitian ini akan membahas tentang salah satu metode dalam menghitung tebal lapis perkerasan lentur. Adapun metode yang akan dibahas adalah Austroads 1992. Pengajian metode ini dimaksudkan untuk mengetahui perencanaan tebal lapis perkerasan lentur dan parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan tebal lapis perkerasan lentur tersebut dengan mengambil data asumsi dan tugas akhir terdahulu sebagai data perencanaan tebal perkerasan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Perkerasan jalan sebagai prasarana transportasi perlu kokoh selama masa pelayanan sesuai yang ditetapkan oleh pengelolah jalan dan memberi rasa nyaman serta aman kepada pengguna jalan. Kostruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan yang berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya

2.1. Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

Perkerasan jalan dibangun untuk memberi keamanan dan kenyamanan dalam berkendara. Dengan demikian harus memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan tebal lapisan perkerasan seperti beban lalu lintas, daya dukung tanah dasar, fungsi jalan, faktor pertumbuhan serta kondisi lingkungan dimana lokasi jalan tersebut berada.

(3)

Reca Recana-3

2.2. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Austroads 1992 Metode Austroads merupakan metode mekanistik yang dikembangkan berdasarkan teori matematis dari regangan pada setiap lapisan perkerasan akibat beban berulang dari lalu lintas. Metode mekanistik yang banyak digunakan biasanya berdasarkan teori elastik yang membutuhkan modulus elastis dan rasio poisson dari setiap bahan lapis perkerasan. Parameter yang digunakan pada perencanaan perkerasan menggunakan metode Austroads 1992 ini adalah daya dukung tanah dasar, suhu, faktor lalu lintas dan jenis material

Faktor Equivalent Standard Axle (ESA)

Dalam perencanaan perkerasan menggunakan metode Austroads faktor ESA yang didapat ada 2 faktor ESA yaitu tanah dasar (Fsij) dan aspal (Fcij). Rumus 1 menunjukan cara perhitungannya.

Faij (atau Fcij atau Fsij)=(Lj/Li) EXP...(1) dengan:

Faij = nilai repetisi sumbu standar

Lj = beban roda gandar pada sumbu j (kN)

Li = beban standar pada roda gandar tipe i dilihat pada Tabel 1 (kN)

EXP = pangkat yang terdapat dalam hubungan antara batasan regangan dan regangan repetisi yang menjelaskan kinerja aspal, bahan bersemen, atau tanah dasar saat digunakan. Nilai pangkat 5 (aspal), 18 (bahan bersemen), dan 7,14 (tanah dasar) didapat dari kriteria kinerja.

Tabel. 1 Beban Sumbu yang Mengakibatkan Kerusakan Sama Konfigurasi

sumbu Tunggal Tunggal Tunggal Ganda Tandem Ganda Ganda Tripel

Beban (kN) 53 80 135 181

Sumber Austroad 1992

2.3. Lalu Lintas Rencana (Design Traffic)

Lalu lintas rencana adalah volume lalu lintas harian yang diperoleh dari nilai

rata-rata jumlah kendaraan selama satu tahun yang telah dikalikan dengan faktor ESA

dan faktor pertumbuhan lalu lintas. Rumus 2 sampai Rumus 4 untuk mencari lalu

lintas rencana.

NSi = LHRjalan dibuka x faktor ESA...(2) GF = ((1+0,01R)P-1)/0.01R...(3) Nilai Rencana ESAS = NSi x 365 x GF...(4) dengan :

ESAS = lalu lintas rencana (sumbu standar/umur rencana/lajur rencana)

NSi = lalu lintas harian rata-rata tahun awal pada nilai ESA i ( kendaraan/hari/2 arah) GF = faktor pertumbuhan kumulatif

R = pertumbuhan lalu lintas (%)

2.4. Lalu Lintas Rencana Disesuaikan (Modified Design Traffic)

Rumus 5 menunjukan cara untuk mendapatkan PLM total. PLM tidak dapat digunakan pada perkerasan yang terdiri dari bahan bersemen. PLM dibagi menjadi dua bagian yaitu PLMN dan PLMD. PLMN adalah faktor pengali pada malam hari sedangkan PLMD faktor pengali pada siang hari.

Faktor PLMN dan PMLD ditetapkan dari data di wilayah New Zealand yang terdapat pada Tabel 2

(4)

Reca Racana-4

Tabel 2 Nilai Faktor Ketebalan Aspal untuk Wilayah New Zealand

Sumber : Austroads 1992

PLM=100/(PD/PLMD +(100+PD)/PLMN )

...(5)

dengan:

PLM

= pavement life multipliers lalu lintas total

P

D

= % ESA selama siang (pukul 07.00-21.00)

PLM

D

= faktor PLM untuk siang hari

PLM

N

= faktor PLM untuk malam hari

Nilai lalu lintas rencana yang sudah disesuaikan dapat dihitung menggunakan

Rumus 6.

NA=N/PLM

...(6)

dengan:

N = bebab lalu lintas normal

N

A

= beban lalu lintas disesuaikan

PLM = pavement life multiplier total

2.5. Daya Dukung Lapis Perkerasan

Daya dukung lapis perkerasan pada metode Austroads 1992 menggunakan CBR dan parameter elastis. Parameter elastis pada perencanaan tebal perkerasan menggunakan Austroads 1992 adalah modulus vertikal (Ev), modulus horizontal (EH), angka poisson dan modulus geser. Angka poisson rasio adalah rasio kontraksi terhadap ekstensi atau rasio dari tegangan yang terjadi tegak lurus dengan beban terhadap tegangan aksial. Angka poisson rasio didapat dari Tabel 3.

Modulus vertikal dan modulus horizontal dapat ditentukan dari pengujian labolatorium sepesimen atau menggunakan Rumus empiris yang terdapat pada Rumus 7 untuk modulus vertikal sedangkan untuk modulus horizontal menggunakan Rumus 8. Modulus geser dapat dicari menggunakan Rumus 9.

EV = 10 x CBR...(7) EH = 0,5 x EV...(8) f= EV /((1+vv ))……….………...………..…..…(9) dengan:

EV = modulus vertikal (MPa) EH = modulus horizontal (MPa) f = modulus geser (MPa) vv = rasio poisson vertikal CBR = nilai CBR rencana (%)

Kota Tebal Aspal

≤ 50mm 75mm ≥100mm PLMD PLMN PLMD PLMN PLMD PLMN Whangarel 0,83 0,11 1,13 0,49 1,44 1 Auckland 0,73 0,14 1,05 0,53 1,38 1 Hamilton 0,58 0,07 0,99 0,45 1,36 1 Tauranga 0,63 0,11 0,98 0,5 1,32 1 Rotorua 0,39 0,07 0,83 0,46 1,23 1

(5)

Reca Recana-5

Tabel 3 Nilai Dugaan untuk Karakterisasi Elastis Material Berbutir Bawah Lapisan Permukaan Aspal Tipis

Elastic Property

Base quality materials

Subbase quality materials High standars chushed rock Normal standars chushed rock Base quality gravel Range of modulus vertical (MPa) 300-700 200-500 150-400 151-400 Typical of modulus vertical (MPa) 500 350 300 250 Range of poisson’s ratio vertical and horizontal 0,25-0,40 0,25-0,40 0,25-0,40 0,25-0,40 Typical value of poisson ratio 0,35 0,35 0,35 0,35 Sumber: Austroads 1992

Batasan standar regangan untuk tanah dasar ditunjukan oleh Rumus 10.

N=[ 8511/με]^7,14...(10) dengan:

N = jumlah repetisi yang diijinkan sebelum tingkat yang tidak dapat diterima dari kerusakan alur terbentuk

𝜇ε = vertical compressive strain (microstrain) didapat dari hasil program CIRCLY Faktor kerusakan didapat dari ESA rencana dibagi dengan ESA yang diijinkan seperti Rumus 11.

Faktor kerusakan = N/Nijin...(11)

Jumlah repetisi yang diijinkan pada lapis beton aspal dari beban tersebut dapat

dicari menggunakan Rumus

12.

N=[6918(0,856VB +1,08)/(Smix ^0,36 x με)]………..(12)

dengan:

N

= jumlah repetisi yang diijinkan (ESA)

Με

= vertical compressive strain (micristrain) didapat dari program CIRCLY

V

B

= persentase volume bitumen di aspal

S

mix

= kekakuan campuran (modulus) dalam MPa

Sub lapisan tidak diperlukan dan modulus dapat ditentukan secara langsung untuk bahan butiran yang diletakkan langsung pada fondasi dasar bersemen kaku. Namun untuk bahan butiran yang diletakkan langsung pada tanah dasar diperlukan sub lapisan Rasio modular (R) dapat didapat dengan menggunakan Rumus 13. Jumlah dari sub lapisan dilihat dari Tabel 4

(6)

Reca Racana-6

Tabel 4 Jumlah Sub Lapisan Bahan Berbutir Ketebalan dari bahan butiran ETop/Esubgrade <2 2-3,9 4-7,9 8-15,9 16-30 100-150 151-300 301-450 451-600 601-750 751-900 901-1050 1 2 3 4 5 6 7 2 2 3 4 5 6 7 3 3 3 4 5 6 7 - 4 4 4 5 6 7 - - 5 5 5 6 7 Sumber : Austroads, 1992 R=((E_Top )/Esubgrade )^(D_1⁄DB )………..(13) dengan : R = rasio modular

ETop of base = modulus vertikal fondasi (MPa) Esubgrade = modulus fertikal tanah dasar (MPa) D1 = tebal lapisan ke-n (mm)

DB = tebal total fondasi material (mm)

3. ISI DAN PEMBAHASAN

Perencana tebal lapis perkerasan lentur ini menggunakan data asumsi . Adapun data yang digunakan adalah lebar perkerasan jalan 2 x 7 meter dan umur rencana 10 tahun, sedangkan data perencanaan yang digunakan data asumsi berupa data lalu lintas, data tanah, geometrik jalan dan regangan vertikan diambil dari tugas akhir terdahulu (Sutrisno, 2011).

Berikut adalah perosedur perencanaan tebal perkerasan dari metode Austroads 1992: a. menentukan lamanya umur rencana;

b. menghitung nilai foktor ESA aspal dan tanah dasar menggunakan Rumus 1; c. menghitung lalu lintas rencana aspal dan tanah dasar menggunakan Rumus 4; d. menghitung PLMtotal menggunakan Rumus 5

e. menghitung lalu lintas rencana yang telah disesuaikan menggunakan Rumus 6; f. menentukan nilai parameter elastis

1) menentukan nilai parameter elastis tanah dasar:

a) nilai modulus vertikal dihitung menggunakan Rumus 7; b) nilai modulus horizontal dihitung menggunakan Rumus 8; c) nilai modulus geser dihitung menggunakan Rumus 9. 2) menentukan nilai parameter elastis bahan butiran:

a) nilai modulus vertikal dihitung menggunakan Rumus 7; b) nilai modulus horizontal dihitung menggunakan Rumus 8; c) nilai modulus geser dihitung menggunakan Rumus 9.

g. parameter-parameter yang sudah dihitung seperti modulus vertikal, modulus horizontal, modulus geser, poisson rasio, tebal perkerasan dimasukkan ke program CIRCLY versi 5.0;

h. menentukan nilai sumbu standar yang diijinkan:

1) jumlah repetisi yang diijinkan untuk tanah dasar dihitung menggunakan Rumus 10; 2) faktor kerusakan untuk tanah dasar dihitung menggunakan Rumus 11;

(7)

Reca Recana-7

3) jumlah repetisi yang diijinkan untuk aspal dihitung menggunakan Rumus 12; 4) faktor kerusakan untuk aspal dihitung menggunakan Rumus 11.

i. jika ESA ijin lebih besar dari nilai repetisi ESA rencana maka perkerasan dapat diterima. Jika tidak dapat diterima, maka perhitungan harus diulangi dari langkah g;

j. menentukan banyak lapisan butiran menggunakan Tabel 4; dan

k. nilai rasio modular setiap lapisan dapat dihitung menggunakan Rumus 13. 3.1. Data Perencanaan

Pada bab ini diberikan data perencaan tebal perencanaan tebal perkerasan lentur yang menggunakan data asumsi dan dari tugas terdahulu

Data Asumsi

a. Data Lalu Lintas

Data lalu lintas yang digunakan seperti yang disajikan pada Tabel 5 Tabel 5 Data Lalu Lintas Kendaraan jenis kendaraan Jumlah Kendaraan (kend/hari/2 arah) Berat Kendaraan

(ton) Sumbu (ton) Beban Tiap

Mobil Penumpang (1.1) 2101 2,7 0,9 + 1,8

Bus (1.2) 181 10 3,6 + 6,4

Truk 2 As (1.2) 120 13,6 5,4 + 8,2

Truk 3 As (1.22) 12 15,5 6,4 + 9,1

Lalu lIntas Harian Rata-rata 2416 b. Data Geometri

 Lebar badan jalan = 2 x 7 meter (4 lajur 2 arah)

 Fungsi jalan = arteri c. Umur Rencana = 10 tahun d. Pertumbuhan Lalu Lintas = 6% Data Tugas Akhir Terdahulu

a. Data Tanah

CBR tanah dasar = 3,59% b. Data Regangan Vertikal

 με tanah dasar = 946,29 microstrain

 με aspal = 439,07 microstrain

3.2. Perhitungan Tebal Perkerasan Menggunakan Metode Ausroads 1992 a) Faktor ESA

Contoh perhitungan nilai repetisi sumbu standar beton aspal (𝐹𝑐𝑖𝑗) dan nilai repetisi sumbu standar tanah dasar (𝐹𝑠𝑖𝑗) pada sumbu depan dan belakang kendaraan ringan menggunakan Rumus 1.

Fcij=[0,9/5,3]^(5 )=0,00014 (depan) Fcij=[1,8/5,3]^(5 )=0,00451 (belakang) Fsij=[0,9/5,3]^(7,14 )=0,0000031 (depan) Fsij=[1,8/5,3]^(7,14 )=0,00044 (depan)

Faktor ESA sumbu depan dan bekakang yang telah dihitung, selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat faktor ESA setiap kendaraan. Berikut hasil perhitungan faktor ESA beton aspal dan tanah dasar pada Tabel 6 dan Tabel 7

(8)

Reca Racana-8

Tabel 6 Perhitungan ESA Beton Aspal

Kelas Kendaraan Konfigurasi Beban Faktor ESA Total Depan Belakang Depan Belakang

Mobil Penumpang

(1.1) 0,9 1,8 0,00014 0,00451 0,00465

Bus (1.2) 3,6 6,4 0,01845 0,32768 0,34613

Truk 2 As (1.2) 5,4 8,2 0,14012 1,13140 1,27153 Truk 3 As (1.22) 6,4 9,1 0,32768 1,90439 2,23207

Tabel 7 Perhitungan ESA Tanah Dasar

Kelas Kendaraan Konfigurasi Beban Faktor ESA Total Depan Belakang Depan Belakang

Mobil Penumpang

(1.1) 0,9 1,8 3,17659E-06 0,00044 0,00045

Bus (1.2) 3,6 6,4 0,00334 0,20326 0,20660

Truk 2 As (1.2) 5,4 8,2 0,06042 1,19280 1,25322 Truk 3 As (1.22) 6,4 9,1 0,20326 2,50895 2,71222 perhitungan nilai ESA untuk beton aspal (NSA) dan nilai ESA tanah dasar (NSS) pada jenis kendaraan mobil penumpang. LHR yang dipakai pada saat jalan dibuka adalah LHR2014. NSA = LHRjalan dibuka x faktor ESA

NSA = 2102 x 0,00465 = 9,7743 sumbu standar/hari/2 arah NSS = LHRjalan dibuka x faktor ESA

NSA = 2102 x 0,00045 = 0,9459 sumbu standar/hari/2 arah

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ESA aspal dan ESA tanah dasar yang di sajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Perhitungan Nilai ESA Kelas Kendaraan 2014 LHR Faktor ESA Beton Aspal Faktor ESA Tanah Dasar NSA NSS Mobil Penumpang (1.1) 2102 0,00465 0,00045 9,79366 0,94837 Bus (1.2) 181 0,34613 0,20661 62,71665 37,43552 Truk 2 As (1.2) 121 1,27153 1,25322 153,5949 151,3837 Truk 3 As (1.22) 12 2,23207 2,71222 26,96234 32,76226 Total 253,0675 222,5298 Kedua lajur diasumsikan memiliki lalu lintas yang sama 50%-50%. Maka berikut contoh perhitungan lalu lintas rencana menggunakan Rumus 4.

Nilai rencana ESA beton aspal = NSA x 365 x GF x 0,5

Nilai rencana ESA beton aspal = 253,06758 x 365 x 13,18 x 0,5

Nilai rencana ESA Beton aspal = 608716 sumbu standar/UR/lajur rencana Nilai Rencana ESA tanah dasar = 222,52989 x 365 x 13,18 x 0,5

(9)

Reca Recana-9 b) Lalu Lintas Rencana yang Disesuaikan

Faktor PLMN dan PLMD ditetapkan pada wilayah New Zealand (Auckland) yang terdapat pada Tabel

Tebal perkerasan diasumsikan ≥ 100 mm PLMtotal didapat 1,329 mengunakan Rumus 20

Perhitungan lalu lintas rencana yang sudah disesuaikan menggunakan Rumus 5 NA beton aspal = 458025 (sumbu standar/umur rencana/lajur rencana) NA tanah dasar = 402756 (sumbu standar/umur rencana/lajur rencana) c) Parameter Pelastis

- Tanah Dasar

CBR Rencana yang digunakan adalah sebesar 3,59. Nilai parameter-parameter elastis untuk modulus vertikal 35,9 MPa didapat menggunakan Rumus 7, modulus horizontal 17,95 MPa didapat menggunakan Rumus 8, posion rasio vertikal dan horisontal di tetapkan 0,45 sedangkan modulus geser 24,764 didapat menggunakan Rumus 9.

- Material Berbutir

Nilai parameter elastis untuk modulus vertikal ditetapkan 190 MPa, modulus horizontal 95 MPa menggunakan Rumus 22, posion rasio vertikal dan horizontal ditetapkan 0,35 sedangkan modulus geser 140,741 MPa didapat menggunakan Rumus 23.

- Beton Aspal

Nilai parameter horisontal ditetapkan 2000 MPa dan posion ratio vertikal sebesar 0,4 d) Regangan Vertikal

Tebal lapis permukaan diasumsikan 110 mm dan tebal lapis berbutir 350 mm didapat dari Gambar . untuk με tanah dasar dan με tanah aspal menggunakan data Tugas akhir Adi Sutrisno 2011 yang besarnya masing masing adalah 946,29 microstrain dan 439,07 microstrain

e) Nilai Sumbu Standar yang Ijin

N ijin Tanah Dasar = 6475126,64 didapat menggunakan Rumus 9 Faktor kerusakan = 0,07170891 didapat menggunakan Rumus 10 Nijin Aspal = 561682,476 didapat menggunakan Rumus 11 Faktor kerusakan = 0,88568597 didapat menggunakan Rumus 10

Nilai Nijin lebih besar dari Nrencana maka asumsi tebal lapis permuakaan benar sehingga banyak tebal lapis lapis berbutir bisa dihitung dengan menggunakan Tabel 4 dengan menggunakan data sebagai berikut:

Etop/E(tanah dasar) =190/35,9=5,29

Tebal bahan berbutir ditetapkan sebesar 350 mm. Sesuai dengan tabel 2.4 maka jumlah sub lapisan berbutir 3 sub lapisan.setelah didapat banyak sub lapisan , nilai rasio modular setiap lapisan dan parameter elastis setiap lapisan dapat dihitung menggunakan Rumus 13. contoh perhitungan 𝑅1= [190 35,9] 120 350 ⁄ = 1,7705 VV = VH = 0,35 dari Tabel 2.3 EV1 = EV subbase x R1 = 35,9 x 1,7705 = 63,561 MPa EH1 = EV1 x 0,5 = 63,561 x 0,5 = 31,781 MPa

Berikut hasil perhitungan nilai rasio modular setiap lapisan dan parameter elastis yang dapat dilihat pada Tabel 9

(10)

Reca Racana-10

Tabel 9 Angka Posion Rasio dan Parameter Elastis Setiap Sub Lapisan

Lapisan Tebal Lapisan R Vv=Vh=0,35 Ev Eh

Lapisan 1 12 1,77043 0,35 63,57234 31,78617

Lapisan 2 12 1,7704 0,35 112,55052 56,27526

Lapisan 3 11 1,68813 0,35 190 95

Berikut adalah tebal lapis peerkerasan menggunakan metode Austroads 1992 Dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Tebal Lapis Perkerasan menggunakan Metote Austroads 1992 4 KESIMPULAN

1. Lapis permukaan menggunakan beton aspal dengan modulus vertikal/horizontal 2000MPa, VB 15%, angka posion rasio 0,4, dan tebal 11 cm

2. Lapis pondasi menggunakan bahan butiran yang dibagi 3 sub lapisan masing-masing setebal 12 cm, 12 cm, dan 11 cm dengan modulus vertikal tertinggi 190 MPa dengan angka posion rasio 0,35 serta tebal total 35 cm.

3. Perencanaan menggunakan Austroad menggunakan software CIRCILY untuk mendapatkan regangan vertikal pada lapis tanah dasar dan aspal.

DAFTAR RUJUKAN

Austroads, 1992, A Guide to the Structures Design of Road Pavements, Australia. Sukirman, S., 2010, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, Nova, Bandung.

Sutrisno, Adi, 2011, Analisa Tebal Perkerasan Lentur dengan Metode Analisa Komponen, AASHTO 1993, dan AUSTROADS 1992, Yogyakarta.

Lapis permukaan Beton Aspal 2000 MPa Sub Lapisan 3 dengan kekuatan 190 Mpa Sub Lapisan 2 dengan kekuatan 112,550 MPa

Sub Lapisan 1 dengan kekuatan 63,572 MPa

11 cm

12 cm 11 cm

Gambar

Tabel 2 Nilai Faktor Ketebalan Aspal untuk Wilayah New Zealand
Tabel 3 Nilai Dugaan untuk Karakterisasi Elastis Material Berbutir Bawah Lapisan  Permukaan Aspal Tipis
Tabel 4 Jumlah Sub Lapisan Bahan Berbutir  Ketebalan  dari bahan  butiran  E Top /E subgrade &lt;2 2-3,9 4-7,9  8-15,9  16-30  100-150  151-300  301-450  451-600  601-750  751-900  901-1050  1 2 3 4 5 6 7  2 2 3 4 5 6 7  3 3 3 4 5 6 7  -  4 4 4 5 6 7  - -
Tabel 7 Perhitungan ESA Tanah Dasar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Pelatihan budidaya tanaman obat dan lubang resapan biopori yang kami lakukan pada desa LemahIrengKecamatanBawenMerupakan suatu wadah pengembangan

Setelah selesai, sekarang kita coba jalankan pada sebuah emulator yang menggunakan android versi 4.0.3 atau 3.0 juga bisa. Akan muncul sebuah DialogBox yang sudah kita buat

Transverse samples showed higher strength and lower uniform elongation values as compared to longitudinal samples.. The yield strength of double forged material at 25 0 C is

Faktor pendukung kesuksesan startup adalah model bisnis yang baik, tiga keuntungan memiliki model bisnis yang baik, yaitu mampu memberikan pandangan kepada

URAIAN KEGIATAN KUANTITAS

Jika pada lilitan primer mengalir arus listrik sebesar 0,5 A, maka besar arus listrik yang mengalir pada kumparan sekunder adalah .... Sepotong kawat horisontal digerakkan ke

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat menembah wawasan dan membuka pemikiran baru khusus bagi peneliti dalam rangka mengetahui langkah dan respon positif

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan kasih karunia dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul