viii ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
ARNON SAMBA Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix ABSTRACT
THE BENEFIT OF THE IMPLEMENTATION OF
COOPERATIVE LEARNING METHOD TYPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) ON ACCOUNTING SUBJECT
TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT
A Case Study on the Students of XI IPS 1 Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta
ARNON SAMBA Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
This research aims to assess the increasing achievement of the students in accounting subject after the application cooperative learning method type Teams Games Tournament (TGT).
The research was carried out in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. The subject of the research was the student of XI IPS 1. The main components of cooperative learning type TGT are: material presentation, group division, games, tournament, and reward to the groups. This class action research consists of four phases: planning, implementation, observation, and reflection. The data collection was conducted by applying teacher activity observation sheet, student activity observation sheet, class activity observation sheet, observation sheets of the teachers’ activities in teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets of the students’ activities on the group, and the instruments of the reflection. The collected data were analyzed by applying the descriptive analysis and comparative analysis.
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh : Arnon Samba NIM : 051334009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Jureselamatku
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
Bapak , Ibuku tercinta dan Ibu A.Pertiwi
Kakak - Adikku yang ku kasihi dan kusayangi
Semua teman-temanku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Masa sulit adalah masa yang paling menuntut pembuktian dari kemampuan kita untuk memperbaiki diri karena Target itu tumbuh, bukan ukurannya tapi pencapaiannya………
A successful person is one who can lay a firm
foundation with the bricks that others throw at him.
vi
viii ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
ARNON SAMBA Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai pre test dan post test yang dicapai oleh siswa. Rata-rata peningkatan nilai kelas adalah 2,10 atau 30%. Pada saat pre testrata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 4,91 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post testnaik menjadi 7,01. Nilai post test siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dituntut oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGTpada pembelajaran akuntansi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
ix ABSTRACT
THE BENEFIT OF THE IMPLEMENTATION OF
COOPERATIVE LEARNING METHOD TYPE
TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT)
ON ACCOUNTING SUBJECT
TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT
A Case Study on the Students of XI IPS 1 Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta
ARNON SAMBA Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
This research aims to assess the increasing achievement of the students in accounting subject after the application cooperative learning method type Teams Games Tournament (TGT).
The research was carried out in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. The subject of the research was the student of XI IPS 1. The main components of cooperative learning type TGT are: material presentation, group division, games, tournament, and reward to the groups. This class action research consists of four phases: planning, implementation, observation, and reflection. The data collection was conducted by applying teacher activity observation sheet, student activity observation sheet, class activity observation sheet, observation sheets of the teachers’ activities in teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets of the students’ activities on the group, and the instruments of the reflection. The collected data were analyzed by applying the descriptive analysis and comparative analysis.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
4. Ibu Benedecta Indah Nugraheni S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
xi
7. Bapak Drs. Djoko Wicoyo, M.S. yang telah menyempurnakan abstrak dalam bahasa inggris.
8. Dosen-dosenku yang baik : ”Pak Wid, Pak Ruby, Pak Bambang, Bu Cornel, Bu Catur” terimakasih atas ilmu dan didikan yang telah diberikan pada saya selama ini.
9. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.
10. Kepala Sekolah Pangudi Luhur Yogyakarta serta Pak FX. Eka Wibawa, S.Pd selaku guru yang telah membantu dalam penelitian ini.
11. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Sampe Samba dan Ibu Marthina R.P). Tiada kata dan tindakan yang mampu membalas semua kasih sayang, doa, dan perhatian kalian kepadaku.
12. Kakak dan Adikku, terima kasih atas segala doa dan dukungan sehingga penulis tetap semangat mengerjakan skripsi ini.
13. Bapak Yohanes Suhartono dan (†) Ibu Antonia Pertiwi ,terima kasih untuk segala perhatian, nasihat, dukungan moril.
14. Maria Goretti, Blasius Denny Fernantya, dan Hungke, terima kasih untuk segala perhatiannya.
15. Theresia Avilla Lisa Kurniastuti yang selalu memberikan cinta, kasih, saran dan bantuannya sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.
xii
xiii
HALAMAN JUDUL
...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
...
ii
HALAMAN PENGESAHAN
...
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
...
iv
HALAMAN MOTTO
...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
...
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
...
vii
ABSTRAK
... viii
ABSTRACT
...
ix
KATA PENGANTAR
...
x
DAFTAR ISI
... xiii
DAFTAR TABEL
... xiv
DAFTAR GAMBAR
...
xv
DAFTAR LAMPIRAN
... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
1
B. Rumusan Masalah ...
7
C. Tujuan Penelitian ...
7
D. Manfaat Penelitian ...
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ...
9
B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif...
14
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament ...
18
xiv
E. Akuntansi
...
28
F. Kerangka Teoritik ...
30
G. Hipotesis
...
31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...
32
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian ...
32
1. Lokasi Penelitian ...
32
2. Waktu Penelitian ...
32
C.
Subjek dan Objek Penelitian ...
33
1. Subjek Penelitian ...
33
2. Objek Penelitian ...
33
D. Prosedur Penelitian ...
33
1. Kegiatan Pra Penelitian ...
33
2. Pelaksanaan Penelitian ...
34
E. Instrumen Penelitian...
38
1.Instrumen pra penelitian...
38
2. Pelaksanaan Penelitian ...
40
F. Pengumpulan dan Analisis Data ...
41
1. Pengumpulan Data...
41
2. Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas...
42
G. Teknik Analisis Data...
43
1. Analisis Deskriptif...
43
2. Analisis Komparatif...
43
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Tujuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...
45
1. Visi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...
45
xv
B. Sistem Pendidikan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...
46
C. Kurikulum SMA ...
48
D. Organisasi Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...
49
E. Sumber Daya Manusia SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...
59
F. Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...
59
G. Kondisi Fisik, Lingkungan dan Fasilitas
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...
61
H. Proses Belajar Mengajar SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...
64
I.
Fasilitas Pendidikan dan Latihan ...
65
J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/ Komite Sekolah...
67
K. Hubungan antara Satuan Pendidikan
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan Instansi Lain ...
68
L. Usaha Meningkatkan Kualitas Lulusan ...
70
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian ...
72
1. Observasi Pra penelitian ...
72
2. PelaksanaanPenelitian……… 84
B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan
Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe
TGT
...
102
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 103
B. Keterbatasan Penelitian...
105
C. Saran...
105
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas ...
42
Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar
Siswa pada Siklus I dan Siklus ...
44
Tabel 4.1 Yayasan Pangudi Luhur ...
50
Tabel 4.2 Jumlah Siswa Tiap Rombongan Belajar ...
60
Tabel 4.3 Jumlah Siswa Tiap Kelas ...
60
Tabel 4.4 Fasilitas Sekolah ...
65
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru ...
74
Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa ...
78
Tabel 5.3 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran ...
80
Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Pelaksanaan Penelitian ...
92
Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Pelaksanaan Penelitian ...
95
Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas...
96
Tabel 5.7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen
Pembelajaran dan Metode
TGT
...
98
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Observasi Kegiatan Guru...
136
Lampiran 2
Lembar Observasi Kegiatan Siswa ...
138
Lampiran 3
Lembar Observasi Kegiatan Kelas...
140
Lampiran 4
Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses
Pembelajaran ...
142
Lampiran 5
Instrumen Pengamatan Kelas...
144
Lampiran 6
Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam
Kelompok...
146
Lampiran 7
Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen
Pembelajaran dan Model TGT ...
147
Lampiran 8
Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran
dan Model
TGT
...
148
Lampiran 9
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...
150
Lampiran 10 Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum
dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe TGT...
164
Lampiran 11 Soal
Pre Test
...
166
Lampiran 12 Soal
Post Test
...
168
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (KTSP), mata
pelajaran ekonomi membahas dua hal yang berbeda yaitu ekonomi dan
akuntansi. Materi ekonomi dipelajari siswa pada kelas I semester gasal dan
genap, kelas II semester gasal, kelas III semester genap. Sementara materi
akuntansi dipelajari siswa pada kelas II semester genap, dan kelas III semester
gasal. Mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk
dalam Ujian Nasional (UNAS). Oleh karenanya siswa seharusnya dapat
memahami materi mata pelajaran ini dengan baik.
Pengecekan indikator dilakukan oleh guru setelah guru selesai
menjelaskan satu kompetensi dasar atau satu indikator dengan memberi
ulangan. Pemberian ulangan ini tergantung pada keluasan materi yang dituntut
dalam kurikulum. Siswa dituntut untuk dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang sudah ditetapkan dalam setiap jenjang pendidikan.
Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh siswa sebagai hasil
belajar. Untuk mencapai kompetensi itu, penekanan dalam pembelajaran
adalah terciptanya atau ditingkatkannya serangkaian kemampuan dan potensi
2
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dituntut oleh SMA Pangudi
Luhur rata rata adalah 70. Nilai rata rata tersebut diperoleh dari nilai
ketuntasan masing-masing indikator yang penyusunannya sesuai dengan
panduan yang ada di KTSP. Namun demikian, nilai ini masih di bawah nilai
yang disyaratkan oleh Diknas yaitu 75. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti pada tanggal 27 Juli 2010 dikelas XI IPS 1 SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta, setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Karakteristik tersebut tergolong dalam tiga kelompok, yaitu siswa berprestasi
tinggi, siswa berprestasi sedang, dan siswa berprestasi rendah. Demikian pula
untuk motivasinya, ada yang mempunyai motivasi tinggi, motivasi sedang,
dan ada pula yang mempunyai motivasi rendah. Pada saat berdiskusi dengan
guru pengampu masalah yang dihadapi oleh guru yaitu mencari metode yang
sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran akuntansi. Selain itu kebanyakan
siswa kurang serius dan kurang fokus ketika mengikuti pelajaran akuntansi.
Ini bisa dilihat ketika pelajaran berlangsung, kebanyakan siswa ngobrol
dengan teman duduknya, ada yang sibuk menggambar, bermain, bahkan ada
siswa yang tidur ketika guru sedang menjelaskan materi. Siswa-siswanya juga
kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Refleksi yang dilakukan oleh guru menunjukkan beberapa kemungkinan
penyebab kekurangpahaman siswa terhadap materi akuntansi, yaitu:
1. Materi akuntansi merupakan materi yang cukup abstrak
Guru sudah berusaha untuk menjelaskan materi secara
guru tersebut tampaknya belum membuahkan hasil. Tampaknya siswa
belum mengalami langsung terkait contoh-contoh yang diberikan oleh
guru. Sehingga, walaupun guru memberikan contoh yang riil, namun bagi
siswa tetap saja abstrak.
2. Logika siswa kurang dilatih dengan baik
Apabila guru tidak dapat menyampaikan dengan baik materi
akuntansi, maka materi akuntansi merupakan materi yang sungguh
abstrak. Siswa belajar dengan tingkat abstraksi yang tinggi. Hal ini
disadari karena siswa belum pernah bekerja di bidang akuntansi. Siswa
hanya pernah mendengar cerita bagaimana seorang bekerja di bidang
akuntansi.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dale yang
mengemukakan bahwa penyampaian materi dengan menggunakan
ceramah menuntut siswa untuk memiliki abstraksi yang tinggi. Di samping
itu, apabila guru menyampaikan materi dengan menggunakan metoda
ceramah maka siswa hanya dapat menyerap 5% dari materi yang
disampaikan. Abstaksi yang tinggi menuntut kemampuan logika yang
baik. Apabila logika siswa kurang baik, maka siswa kurang dapat
memahami hal-hal yang abstrak.
3. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran
Keaktifan siswa akan memberikan dampak pada pemahaman
4
yang semakin aktif dalam proses pembelajaran akan memahami materi
yang disampaikan oleh guru lebih banyak daripada siswa yang tidak aktif.
Dalam kerucut Dale, siswa memahami materi dengan baik apabila siswa
mengajar temannya sendiri. Thomas (Arif,1994:76) mengemukakan bahwa
apabila siswa belajar dengan cara mengajarkan materi pada temannya
maka siswa tersebut akan dapat menyerap materi 90%. Tampak bahwa
keaktifan siswa diperlukan untuk memahami materi.
Namun demikian, banyak guru yang melakukan pembelajaran
dengan cara tradisional (ceramah). Beberapa alasan guru tidak mau
menggunakan metoda lain khususnya di kelas XII adalah bahan pelajaran
tidak selesai. Sementara itu, guru dituntut untuk menyiapkan siswa agar
dapat mengerjakan ujian nasional. Di pihak lain, bahan yang diujikan
dalam ujian nasional mencakup keseluruhan materi. Atas dasar ini, guru
jarang melakukan pembelajaran yang mengaktifkan siswa karena khawatir
bahan yang dituntut dalam kurikulum tidak selesai. Hal ini akan berakibat
pada ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan soal ujian nasional.
4. Siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengekspresikan
pengetahuannya
Metoda teacher centered mengurangi ruang gerak siswa untuk
dapat mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki. Dalam metoda
pembelajaran ini, guru menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswa tidak
menjadi subjek pembelajaran melainkan objek pembelajaran.
Gambar 1. Piramida Pembelajaran Dale
5. Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran akuntansi
Disadari, bahwa jurusan IPS merupakan jurusan “kelas dua” atau
jurusan yang kurang diminati oleh para siswa. Siswa lebih memilih jurusan
IPA karena jurusan IPA ini dianggap bergengsi, siswa yang pandailah
yang dapat masuk jurusan IPA dibandingkan jurusan IPS. Kondisi
semacam ini menyebabkan siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk
belajar.
Untuk memecahkan masalah kurangnya pemahaman siswa terhadap
materi akuntansi, maka perlu dicari akar permasalahan yang ada. Dari hasil
diskusi dengan guru, akar permasalahan yang mungkin menjadi penyebab
kurangnya pemahaman siswa adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran
rendah. Oleh karenanya, guru perlu mencoba memberikan materi
pembelajaran dengan menggunakan berbagai metoda pembelajaran yang
variatif dan menuntut keterlibatan siswa yang tinggi sehingga siswa aktif Sumber: http:www. dale`s.cone. cohesion.ohio-state.edu, dalam
6
dalam pembelajaran dan pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan.
Beberapa metoda pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk
memahamkan materi di antaranya adalah: Metode Diskusi, Metode
Pengamatan (observasi), Metode Simulasi, Metode Pemecahan Masalah,
Metode Pemberian Tugas, Metode Kerja Kelompok. Sementara pendekatan
yang dapat dilakukan oleh guru di antaranya adalah Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Pendekatan Sistem,
Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving), Pendekatan
Inquiry/Discovery, Pendekatan Proses, Pendekatan Keterampilan Proses,
Pendekatan Lingkungan (Environmental). Adapun model pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang
relatif sama atau sejajar adalah model pembelajaran kooperatif yang terbagi
atas lima yaitu : Student Teams Achievement Divisions (STAD, Teams Games
Tournaments (TGT), Jigsaw, Learning Together, Group Investigation.
Bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan yang cukup
menarik untuk digunakan adalah model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT). Metode pembelajaran ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar di dalam suatu kelas, maka peneliti memilih model pembelajaran
Teams Games Tournament untuk memecahkan permasalahan utama yang
sesuai dengan akar permasalahan yang ada. Mengingat penyebab utama
adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran rendah, maka diduga model
pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa.
. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan judul: Peningkatan Prestasi
Belajar Akuntansi Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament.
B. Rumusan masalah
Penelitian ini dirancang untuk menjawab masalah penelitian: apakah
model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) dapat
meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran
akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yaitu
peningkatan prestasi belajar akuntansi.
D. Manfaat Penelitian:
1. Bagi Siswa
Siswa dapat termotivasi untuk belajar akuntansi sehingga prestasi belajar
akuntansi siswa dapat meningkat.
2. Bagi Guru
Guru memiliki pengalaman dalam menentukan strategi pembelajaran yang
8
3. Bagi Peneliti
Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan
tuntutan pendidikan saat ini yaitu yang berpusat pada siswa.
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak pada peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas
sekolah.
5. Bagi Universitas
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran serta aktivitas
pengajaran di lapangan yang diperlukan dalam mempersiapkan tenaga
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian oleh sekelompok guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Wiriaatmadja, 2007:13). Sedangkan Aqib (2007:12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas atau yang disebut classroom action researchmengandung tiga pengertian yang dapat diterangkan, yaitu: 1. Penelitian
Kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas
10
Pendapat lain dikemukakan oleh Susento (2007:1) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan. Kekhususannya terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan (2) tindakan atau praktik yang dimaksud adalah pembelajaran dalam kelas tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep penelitian tindakan kelas ditujukan untuk memperbaiki suatu proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, sesuai dengan kurikulum yang ada saat ini. Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:1) menyatakan bahwa ada dua karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu:
1. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.
2. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada.
Dilakukannya sebuah penelitian dikarenakan terdapat suatu problema yang harus dipecahkan dan bukan tidak mungkin tidak ada manfaat yang dapat diperoleh. Begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Dalam Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:3) dijelaskan beberapa manfaat dari PTK, yaitu:
1. Inovasi Pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, dan kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
2. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan di Kelas
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk dapat lebih memahami hakikat tersebut secara empirik dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik. 3. Peningkatan Profesionalisme Guru
12
profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:5):
1. Perencanaan Tindakan
Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Observasi Tindakan
Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).
4. Refleksi Terhadap Tindakan
14
Gambar 2.1
Model Penelitian Tindakan Kelas
B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (Solihatin dan Raharjo, 2007:4) cooperative learningadalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut Lie (2007:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
Pelaksanaan Tindakan
Observasi Perencanaan
Tindakan
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Observasi Perencanaan
Ulang
Refleksi SIKLUS I
SIKLUS II
dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong-royong” atau cooperative learning. Dalam sisitem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, 2007:4). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil terdiri dari dua orang atau lebih yang anggotanya bersifat heterogen, dimana kerja sama kelompok sangat dibutuhkan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan (Lie, 2007:31-35):
1. Saling Ketergantungan Positif
16
mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil .
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penelitian dibuat menurut prosedur model pembelajaran pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Dalam teknik jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
3. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4. Komunikasi Antar Anggota
Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa.
Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:5-7): 1. Student Teams Achievment Division (STAD)
STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seseorang yang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, pengajar memberi kunci jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian pengajar mengadakan kuis.
2. Teams Games Tournament (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota kelompok akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
3. Jigsaw
18
mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar mengadakan ulangan/kuis.
4. Learning Together
Tipe learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah itu pelajar dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai hasil kerja individual.
5. Group Investigation
Tipe group investigationmerupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut (Slavin 1995:84-88):
1. Presentasi Kelas
Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu pendahuluan, pengembangan dan memandu latihan.
a. Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan mereka pelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari.
b. Pengembangan
1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi yang akan diujikan
2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga
20
4) Guru menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu jawaban salah, kecuali memang telah jelas
5) Segera berganti konsep jika siswa telah menangkap pengertian dari materi yang disampaikan.
c. Memandu Latihan
1) Guru mengkondisikan siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh guru
2) Guru memanggil siswa secara acak, hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru.
2. Kelompok (Teams)
dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.
3. Permainan (Games)
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa selama mengikuti kelas presentasi dan belajar dalam kelompok. Permainan ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan kelompok. Permainan dilakukan di meja turnamen oleh wakil dari masing-masing kelompok.
Permainan berupa pertanyaan yang dinomori pada selembar kertas, seorang siswa mengambil nomor kartu dan mencoba menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang diambil itu kemudian mencocokan jawaban bersama-sama dengan teman dalam satu meja turnamen.
4. Turnament (Tournament)
22
siswa dengan kemampuan rendah, dan meja V ada 2 siswa dengan kemampuan rendah.
Jalannya turnamen adalah sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang benar dalam menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.
5. Penghargaan Kelompok
Kelompok mendapat sertifikat penghargaan dalam bentuk penghargaan lainnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlah poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya.
Menurut Alitalya (2010 : 2) model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:
1. Kelebihan TGT :
a. Keterlibatan siswa dalam belajar lebih tinggi. b. Siswa menjadi bersemangat dalam belajar.
c. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga melalui konstruksi sendiri oleh siswa.
d. Dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta bias menerima pendapat orang lain.
e. Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya.
2. Kekurangan TGT :
a. Bagi para pengajar pemula, model ini membutuhkan waktu yang banyak.
b. Membutuhkan sarana dan prasana yang memadai. c. Dapat menumbuhkan suasana gaduh di kelas. d. Siswa terbiasa dengan adanya hadiah.
D. Prestasi Belajar
24
seseorang. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya (Masidjo, 1995:13).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai/angka hasil tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam kegiatan yang disebut belajar akan tampak dalam prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya. Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar, biasanya dilakukan dengan mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktik yang kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil dari pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar.
Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu (Dimyati dan Mujiono, 1999 : 236-254):
a. Faktor Internal
1) Sikap Terhadap Belajar
sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar.
2) Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi ini dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.
3) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.
4) Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika.
5) Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
26
pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.
6) Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.
7) Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. 8) Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
9) Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
10) Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, bergaya sok menggurui atau bergaya minta ”belas kasih” tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
11) Cita-cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan yang harus dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi siswa.
b. Faktor Eksternal
1) Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar
28
2) Prasarana dan Sarana Pembelajaran
Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti lengkapnya sarana dan prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.
3) Kebijakan Penilaian
Penilaian adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
4) Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Lingkungan dimana siswa tinggal yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan siswa. Siswa yang berada di lingkungan yang dikondisikan untuk belajar, misalnya dibuat jam belajar malam antara jam 19.00-21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa akan menjadi malas untuk belajar.
E. Akuntansi
siklus akuntansi perusahaan dagang dan penutupan siklus akuntansi perusahaan dagang.
Dalam mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa, siswa dituntut untuk memiliki kompetensi dasar sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi. 2. Menafsirkan persamaan akuntansi.
3. Mencatat transaksi berdasarkan mekanisme debit dan kredit. 4. Mencatat transaksi/dokumen ke dalam jurnal umum.
5. Melakukan postingdari jurnal ke buku besar. 6. Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa. 7. Menyusun laporan keuangan perusahaan jasa.
Sementara itu, dalam mempelajari siklus akuntansi perusahaan dagang, siswa diharapkan dapat memiliki kompetensi dasar sebagai berikut:
1. Mencatat transaksi/ dokumen ke dalam jurnal khusus. 2. Melakukan posting dari jurnal khusus ke buku besar. 3. Menghitung harga pokok penjualan.
4. Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan dagang. 5. Menyusun laporan keuangan perusahaan dagang.
Siswa dikatakan sudah memiliki kompetensi dasar untuk materi penutupan siklus akuntansi perusahaan dagang apabila siswa sudah dapat:
1. Membuat jurnal penutupan.
30
F. Kerangka Teoritik
Pada saat sekarang ini banyak dijumpai guru yang belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam proses belajar mengajar. Padahal banyak masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran yang dapat diperbaiki melalui bentuk PTK. Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK dalam proses pembelajaran di kelas. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu karena kurang dipahaminya profesi keguruan oleh guru, guru malas membaca, guru malas menulis, kurangnya rasa kepekaan dan sensitifitas guru terhadap waktu, guru sering terjebak ke dalam rutinitas kerja, kurangnya daya kreatifitas dan inovasi seorang guru, guru malas meneliti, serta guru kurang memahami PTK.
diterapkan dalam bentuk strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan untuk dapat meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Strategi yang dapat diterapkan di dalam PTK adalah model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model alternatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah.
Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik.
G. Hipotesis
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Ebbut dalam Wiriaatmadja, 2007:12). Penelitian tindakan
kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari
tindakan-tindakan tersebut. Dalam penelitian ini yang akan ditekankan adalah peserta
didik lebih terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga terjadi
peningkatan prestasi belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams
games tournament.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur, Jl. P. Senopati 18
Prawirodirjan ,Gondomanan, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah prestasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe teams games tournamentpada mata pelajaran
ekonomi.
D. Prosedur Penelitian
Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali
dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap
pembelajaran di kelas sebelum menggunakan modelTGT. Kegiatan yang
dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam
kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan
observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, guna mendukung data
yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan
siswa. Setelah mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan
34
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam satu siklus. Siklus
ini terdiri dari empat langkah dan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament,
yaitu:
1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
memetakan para siswa berdasar kemampuannya dan membagi
siswa secara heterogen. Kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5
siswa yang heterogen dilihat dari prestasi akademik, ras, atau
etnik. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini
adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe teams games tournament, latihan soal, lembar
jawab siswa, meja turnamen dan hadiah sebagai penghargaan.
2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
a) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas.
Instrumen observasi kegiatan guru di kelas disajikan dalam
lampiran 1.
b) Instrumen observasi kegiatan siswa dalam mengikuti proses
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas
disajikan dalam lampiran 2.
c) Instrumen observasi kegiatan kelas. Instrumen observasi
kegiatan kelas disajikan dalam lampiran 3.
d) Instrumen observasi refleksi siswa dan guru dalam kegiatan
kelompok kooperatif. Instrumen observasi refleksi siswa
dan guru dalam kegiatan kooperatif disajikan dalam
lampiran 7 dan lampiran 8.
b. Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif
tipe teams games tournament sesuai dengan rencana tindakan,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penyajian Kelas
Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan
diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat
dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang
lainnya. Hal yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini
adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu
siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
2) Membagi Siswa dalam Kelompok
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5
36
jenis kelamin, ras atau etnik. Sebelum penelitian guru membagi
siswa dalam empat kelompok dengan cara mengurutkan siswa
berdasarkan kemampuan akademik. Golongan pertama adalah
siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi, golongan kedua
adalah siswa yang memiliki prestasi akademik sedang,
golongan ketiga adalah siswa yang memiliki prestasi akademik
rendah, dan golongan keempat adalah siswa yang memiliki
prestasi akademik sangat rendah. Kemudian berdasarkan
golongan tersebut, guru membentuk empat kelompok dengan
prestasi akademik yang berbeda-beda.
3) Permainan (games)
Permainan ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
dengan materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan
kelompok. Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut : guru
membagi nomor urut/ nomor dada kepada masing-masing
kelompok. Nomor urut digunakan sebagai urutan anggota
kelompok untuk mengerjakan soal. Setiap anggota kelompok
maju satu persatu sesuai urutan nomor urut/ nomor dada
ketempat guru untuk mengambil amplop yang berisi soal dan 3
pilihan jawaban. Kemudian guru mencocokkan jawaban
bersama-sama.
4) Turnamen
Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi pembelajaran
yang sedang dibahas dan setelah siswa melakukan belajar
dalam kelompok. Turnamen ini berfungsi untuk mengetahui
kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai yang terbaik.
Turnamen di sini merupakan suatu pertandingan antar
anggota-anggota yang berbeda. Kegiatan ini berlangsung sebagai
berikut: Pada awal turnamen guru menampilkan soal yang ada
didepan kelas. Setiap satu soal siswa diberi kesempatan
secepat-cepatnya untuk menjawab dengan tunjuk jari terlebih
dahulu. Setelah guru menentukan yang paling cepat tujuk jari,
siswa maju ke depan untuk menentukan jumlah nominal
taruhan. Setelah itu siswa mengerjakan soal di papan tulis dan
guru menulis jumlah taruhan siswa di papan tulis kemudian
membahas jawaban siswa tersebut. Selanjutnya guru memberi
skor sesuai dengan jumlah taruhan siswa. Jika jawaban benar
akan mendapat skor sesuai taruhan siswa, jika jawaban salah
akor akan dikurangi sesuai taruhan siswa.
5) Penghargaan kelompok
Berdasarkan skor yang diperoleh dalam turnamen, guru akan
mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim
38
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap
tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil
atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: pengamatan
terhadap guru, pengamatan terhadap siswa, dan pengamatan
terhadap kelas. Pengamatan juga dilakukan menggunakan
perekaman dengan video camcorder.
d. Refleksi
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan
penyimpulan hasil observasi terhadap minat belajar siswa. Ada dua
macam refleksi yang dilakukan, yaitu:
1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, yaitu untuk
mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung.
2) Refleksi pada akhir pelaksanaan penelitian, digunakan untuk
mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator
keberhasilan tindakan telah tercapai. Refleksi ini dilakukan oleh
peneliti kemudian didiskusikan bersama guru.
E. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen Pra Penelitian
a. Pengamatan Terhadap Guru (Observing Teachers)
Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari
tentang metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya
tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas.
Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah catatan anekdotal.
Catatan anekdotal ini memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang
terjadi di kelas.
b. Pengamatan Terhadap Kelas (Observing Classrooms)
Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan
terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat
bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran
yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan ini dapat
menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala
dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal
kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya,
dan manajemen kelas.
c. Pengamatan Terhadap Siswa (Observing Students)
Pengamatan atau observasi terhadap perilaku siswa dapat
mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing individu siswa
dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum
pembelajaran dimulai, saat berlangsungnya pembelajaran, dan sesudah
usai pembelajaran. Perubahan pada tiap individu juga dapat diamati,
dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan,
40
2. Pelaksanaan penelitian
a. Perencanaan
Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum
dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan
aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus
dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh
karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat
perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan
diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode
pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi
pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang lebih
hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar
mengajar. Biasanya perencanaan dimasukkan ke dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga dapat dimasukkan ke dalam
silabus mata pelajaran ekonomi.
b. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
TGT yang telah direncanakan. Strategi apa yang digunakan, materi apa
yang akan diajarkan atau dibahas. Guru melakukan inovasi dalam
proses pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan kualitas
penilaian tentang tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
akuntansi yang akan diukur dari hasil belajar siswa.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti yang
memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat mengobservasi pengamat
haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas
penelitian. Seperti mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan
sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi yang diajarkan.
d. Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah
perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi
yang dilakukan oleh para partisipan yang terkait dengan suatu PTK
yang dilaksanakan. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah
adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan
refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya
ditentukan.
F. Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian
disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh, yaitu:
1. Pengumpulan Data
a. Observasi dilakukan dengan cara mengamati proses pembelajaran
yang sedang berlangsung baik kinerja kelas, kinerja guru dan kinerja
42
yang muncul dan juga melihat partisipasi siswa selama pembelajaran
berlangsung. Bentuk observasi dapat berupa lembar pengamatan yang
sudah dibuat dengan rinci menampilkan aspek-aspek dari proses yang
harus diamati.
b. Wawancara dilakukan terhadap siswa mendapat masukan dari siswa
mengenai kesulitan siswa dalam proses pembelajaran, harapan siswa
pada guru dan usulan siswa untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Wawancara pada siswa, ini dilakukan untuk mengetahui metode yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran, bagaimana proses
pembelajaran yang dilakukan guru, serta hambatan-hambatan yang
terjadi dalam proses pembelajaran.
c. Dokumentasi menyangkut para partisipan penelitian untuk
menyediakan kerangka bagi data yang mendasar, termasuk di
dalamnya hasil diskusi, keaktifan siswa, minat siswa, persiapan siswa
sebelum KBM, hubungan antara guru dan siswa.
[image:62.612.71.529.125.701.2]2. Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas
Tabel 3.1
Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas
No Kegiatan Petugas Output
1. Pengembangan Rencana Pembelajaran
Peneliti dan Guru
Rencana Pembelajaran dengan model TGT
2. Pengajaran di Kelas Guru Data keaktifan siswa bertanya
Interaksi siswa dalam kelompok
Interaksi guru dan siswa Minat siswa
No Kegiatan Petugas Output
Dinamika kelompok berdasarkan RPP yang dibuat
3. Evaluasi Guru Tingkat pemahaman materi akuntansi siswa
Skor masing-masing siswa Ketuntasan belajar
4. Refleksi Guru dan
Siswa
Rancangan pelaksanaan penelitian
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk
mengetahui perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa di dalam
proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/ informasi tentang suatu gejala
yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari model kooperatif tipe TGT
sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.
2. Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan peningkatan
prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra
penelitian dan pelaksanaan penelitian. Dari berbagai tahapan tersebut
kemudian dibandingkan bagaimana perubahan tingkat hasil belajar siswa.
44
penelitian tindakan ini menggunakan pre testdan post test. Berikut adalah
tabel analisis perbandingan tingkat perkembangan prestasi belajar siswa
[image:64.612.70.536.167.637.2]mulai pra penelitian dan pelaksanaan penelitian:
Tabel 3.2
Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar Siswa pada Pelaksanaan Penelitian
No Nama Pre-test Post- test Selisih Peningkatan pemahaman
1
2
3
4
45