• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi belajar akuntansi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) : studi kasus pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan prestasi belajar akuntansi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) : studi kasus pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta."

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

ARNON SAMBA Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(2)

ix ABSTRACT

THE BENEFIT OF THE IMPLEMENTATION OF

COOPERATIVE LEARNING METHOD TYPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) ON ACCOUNTING SUBJECT

TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT

A Case Study on the Students of XI IPS 1 Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta

ARNON SAMBA Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

This research aims to assess the increasing achievement of the students in accounting subject after the application cooperative learning method type Teams Games Tournament (TGT).

The research was carried out in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. The subject of the research was the student of XI IPS 1. The main components of cooperative learning type TGT are: material presentation, group division, games, tournament, and reward to the groups. This class action research consists of four phases: planning, implementation, observation, and reflection. The data collection was conducted by applying teacher activity observation sheet, student activity observation sheet, class activity observation sheet, observation sheets of the teachers’ activities in teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets of the students’ activities on the group, and the instruments of the reflection. The collected data were analyzed by applying the descriptive analysis and comparative analysis.

(3)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Arnon Samba NIM : 051334009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Jureselamatku

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

Bapak , Ibuku tercinta dan Ibu A.Pertiwi

Kakak - Adikku yang ku kasihi dan kusayangi

Semua teman-temanku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)

v

MOTTO

Masa sulit adalah masa yang paling menuntut pembuktian dari kemampuan kita untuk memperbaiki diri karena Target itu tumbuh, bukan ukurannya tapi pencapaiannya………

A successful person is one who can lay a firm

foundation with the bricks that others throw at him.

(8)

vi

(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

ARNON SAMBA Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai pre test dan post test yang dicapai oleh siswa. Rata-rata peningkatan nilai kelas adalah 2,10 atau 30%. Pada saat pre testrata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 4,91 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post testnaik menjadi 7,01. Nilai post test siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dituntut oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGTpada pembelajaran akuntansi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

(11)

ix ABSTRACT

THE BENEFIT OF THE IMPLEMENTATION OF

COOPERATIVE LEARNING METHOD TYPE

TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT)

ON ACCOUNTING SUBJECT

TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT

A Case Study on the Students of XI IPS 1 Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta

ARNON SAMBA Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

This research aims to assess the increasing achievement of the students in accounting subject after the application cooperative learning method type Teams Games Tournament (TGT).

The research was carried out in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. The subject of the research was the student of XI IPS 1. The main components of cooperative learning type TGT are: material presentation, group division, games, tournament, and reward to the groups. This class action research consists of four phases: planning, implementation, observation, and reflection. The data collection was conducted by applying teacher activity observation sheet, student activity observation sheet, class activity observation sheet, observation sheets of the teachers’ activities in teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets of the students’ activities on the group, and the instruments of the reflection. The collected data were analyzed by applying the descriptive analysis and comparative analysis.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Ibu Benedecta Indah Nugraheni S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

(13)

xi

7. Bapak Drs. Djoko Wicoyo, M.S. yang telah menyempurnakan abstrak dalam bahasa inggris.

8. Dosen-dosenku yang baik : ”Pak Wid, Pak Ruby, Pak Bambang, Bu Cornel, Bu Catur” terimakasih atas ilmu dan didikan yang telah diberikan pada saya selama ini.

9. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.

10. Kepala Sekolah Pangudi Luhur Yogyakarta serta Pak FX. Eka Wibawa, S.Pd selaku guru yang telah membantu dalam penelitian ini.

11. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Sampe Samba dan Ibu Marthina R.P). Tiada kata dan tindakan yang mampu membalas semua kasih sayang, doa, dan perhatian kalian kepadaku.

12. Kakak dan Adikku, terima kasih atas segala doa dan dukungan sehingga penulis tetap semangat mengerjakan skripsi ini.

13. Bapak Yohanes Suhartono dan (†) Ibu Antonia Pertiwi ,terima kasih untuk segala perhatian, nasihat, dukungan moril.

14. Maria Goretti, Blasius Denny Fernantya, dan Hungke, terima kasih untuk segala perhatiannya.

15. Theresia Avilla Lisa Kurniastuti yang selalu memberikan cinta, kasih, saran dan bantuannya sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.

(14)

xii

(15)

xiii

HALAMAN JUDUL

...

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

...

ii

HALAMAN PENGESAHAN

...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

...

iv

HALAMAN MOTTO

...

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

...

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

...

vii

ABSTRAK

... viii

ABSTRACT

...

ix

KATA PENGANTAR

...

x

DAFTAR ISI

... xiii

DAFTAR TABEL

... xiv

DAFTAR GAMBAR

...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...

1

B. Rumusan Masalah ...

7

C. Tujuan Penelitian ...

7

D. Manfaat Penelitian ...

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ...

9

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif...

14

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament ...

18

(16)

xiv

E. Akuntansi

...

28

F. Kerangka Teoritik ...

30

G. Hipotesis

...

31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...

32

B.

Lokasi dan Waktu Penelitian ...

32

1. Lokasi Penelitian ...

32

2. Waktu Penelitian ...

32

C.

Subjek dan Objek Penelitian ...

33

1. Subjek Penelitian ...

33

2. Objek Penelitian ...

33

D. Prosedur Penelitian ...

33

1. Kegiatan Pra Penelitian ...

33

2. Pelaksanaan Penelitian ...

34

E. Instrumen Penelitian...

38

1.Instrumen pra penelitian...

38

2. Pelaksanaan Penelitian ...

40

F. Pengumpulan dan Analisis Data ...

41

1. Pengumpulan Data...

41

2. Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas...

42

G. Teknik Analisis Data...

43

1. Analisis Deskriptif...

43

2. Analisis Komparatif...

43

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Tujuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...

45

1. Visi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...

45

(17)

xv

B. Sistem Pendidikan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...

46

C. Kurikulum SMA ...

48

D. Organisasi Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...

49

E. Sumber Daya Manusia SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...

59

F. Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...

59

G. Kondisi Fisik, Lingkungan dan Fasilitas

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...

61

H. Proses Belajar Mengajar SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...

64

I.

Fasilitas Pendidikan dan Latihan ...

65

J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/ Komite Sekolah...

67

K. Hubungan antara Satuan Pendidikan

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan Instansi Lain ...

68

L. Usaha Meningkatkan Kualitas Lulusan ...

70

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian ...

72

1. Observasi Pra penelitian ...

72

2. PelaksanaanPenelitian……… 84

B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan

Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe

TGT

...

102

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 103

B. Keterbatasan Penelitian...

105

C. Saran...

105

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas ...

42

Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar

Siswa pada Siklus I dan Siklus ...

44

Tabel 4.1 Yayasan Pangudi Luhur ...

50

Tabel 4.2 Jumlah Siswa Tiap Rombongan Belajar ...

60

Tabel 4.3 Jumlah Siswa Tiap Kelas ...

60

Tabel 4.4 Fasilitas Sekolah ...

65

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru ...

74

Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa ...

78

Tabel 5.3 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran ...

80

Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Pelaksanaan Penelitian ...

92

Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Pelaksanaan Penelitian ...

95

Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas...

96

Tabel 5.7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen

Pembelajaran dan Metode

TGT

...

98

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Observasi Kegiatan Guru...

136

Lampiran 2

Lembar Observasi Kegiatan Siswa ...

138

Lampiran 3

Lembar Observasi Kegiatan Kelas...

140

Lampiran 4

Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses

Pembelajaran ...

142

Lampiran 5

Instrumen Pengamatan Kelas...

144

Lampiran 6

Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam

Kelompok...

146

Lampiran 7

Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen

Pembelajaran dan Model TGT ...

147

Lampiran 8

Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran

dan Model

TGT

...

148

Lampiran 9

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...

150

Lampiran 10 Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum

dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe TGT...

164

Lampiran 11 Soal

Pre Test

...

166

Lampiran 12 Soal

Post Test

...

168

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (KTSP), mata

pelajaran ekonomi membahas dua hal yang berbeda yaitu ekonomi dan

akuntansi. Materi ekonomi dipelajari siswa pada kelas I semester gasal dan

genap, kelas II semester gasal, kelas III semester genap. Sementara materi

akuntansi dipelajari siswa pada kelas II semester genap, dan kelas III semester

gasal. Mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk

dalam Ujian Nasional (UNAS). Oleh karenanya siswa seharusnya dapat

memahami materi mata pelajaran ini dengan baik.

Pengecekan indikator dilakukan oleh guru setelah guru selesai

menjelaskan satu kompetensi dasar atau satu indikator dengan memberi

ulangan. Pemberian ulangan ini tergantung pada keluasan materi yang dituntut

dalam kurikulum. Siswa dituntut untuk dapat menguasai

kompetensi-kompetensi yang sudah ditetapkan dalam setiap jenjang pendidikan.

Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang

dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh siswa sebagai hasil

belajar. Untuk mencapai kompetensi itu, penekanan dalam pembelajaran

adalah terciptanya atau ditingkatkannya serangkaian kemampuan dan potensi

(22)

2

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dituntut oleh SMA Pangudi

Luhur rata rata adalah 70. Nilai rata rata tersebut diperoleh dari nilai

ketuntasan masing-masing indikator yang penyusunannya sesuai dengan

panduan yang ada di KTSP. Namun demikian, nilai ini masih di bawah nilai

yang disyaratkan oleh Diknas yaitu 75. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan peneliti pada tanggal 27 Juli 2010 dikelas XI IPS 1 SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta, setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Karakteristik tersebut tergolong dalam tiga kelompok, yaitu siswa berprestasi

tinggi, siswa berprestasi sedang, dan siswa berprestasi rendah. Demikian pula

untuk motivasinya, ada yang mempunyai motivasi tinggi, motivasi sedang,

dan ada pula yang mempunyai motivasi rendah. Pada saat berdiskusi dengan

guru pengampu masalah yang dihadapi oleh guru yaitu mencari metode yang

sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran akuntansi. Selain itu kebanyakan

siswa kurang serius dan kurang fokus ketika mengikuti pelajaran akuntansi.

Ini bisa dilihat ketika pelajaran berlangsung, kebanyakan siswa ngobrol

dengan teman duduknya, ada yang sibuk menggambar, bermain, bahkan ada

siswa yang tidur ketika guru sedang menjelaskan materi. Siswa-siswanya juga

kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Refleksi yang dilakukan oleh guru menunjukkan beberapa kemungkinan

penyebab kekurangpahaman siswa terhadap materi akuntansi, yaitu:

1. Materi akuntansi merupakan materi yang cukup abstrak

Guru sudah berusaha untuk menjelaskan materi secara

(23)

guru tersebut tampaknya belum membuahkan hasil. Tampaknya siswa

belum mengalami langsung terkait contoh-contoh yang diberikan oleh

guru. Sehingga, walaupun guru memberikan contoh yang riil, namun bagi

siswa tetap saja abstrak.

2. Logika siswa kurang dilatih dengan baik

Apabila guru tidak dapat menyampaikan dengan baik materi

akuntansi, maka materi akuntansi merupakan materi yang sungguh

abstrak. Siswa belajar dengan tingkat abstraksi yang tinggi. Hal ini

disadari karena siswa belum pernah bekerja di bidang akuntansi. Siswa

hanya pernah mendengar cerita bagaimana seorang bekerja di bidang

akuntansi.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dale yang

mengemukakan bahwa penyampaian materi dengan menggunakan

ceramah menuntut siswa untuk memiliki abstraksi yang tinggi. Di samping

itu, apabila guru menyampaikan materi dengan menggunakan metoda

ceramah maka siswa hanya dapat menyerap 5% dari materi yang

disampaikan. Abstaksi yang tinggi menuntut kemampuan logika yang

baik. Apabila logika siswa kurang baik, maka siswa kurang dapat

memahami hal-hal yang abstrak.

3. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran

Keaktifan siswa akan memberikan dampak pada pemahaman

(24)

4

yang semakin aktif dalam proses pembelajaran akan memahami materi

yang disampaikan oleh guru lebih banyak daripada siswa yang tidak aktif.

Dalam kerucut Dale, siswa memahami materi dengan baik apabila siswa

mengajar temannya sendiri. Thomas (Arif,1994:76) mengemukakan bahwa

apabila siswa belajar dengan cara mengajarkan materi pada temannya

maka siswa tersebut akan dapat menyerap materi 90%. Tampak bahwa

keaktifan siswa diperlukan untuk memahami materi.

Namun demikian, banyak guru yang melakukan pembelajaran

dengan cara tradisional (ceramah). Beberapa alasan guru tidak mau

menggunakan metoda lain khususnya di kelas XII adalah bahan pelajaran

tidak selesai. Sementara itu, guru dituntut untuk menyiapkan siswa agar

dapat mengerjakan ujian nasional. Di pihak lain, bahan yang diujikan

dalam ujian nasional mencakup keseluruhan materi. Atas dasar ini, guru

jarang melakukan pembelajaran yang mengaktifkan siswa karena khawatir

bahan yang dituntut dalam kurikulum tidak selesai. Hal ini akan berakibat

pada ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan soal ujian nasional.

4. Siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengekspresikan

pengetahuannya

Metoda teacher centered mengurangi ruang gerak siswa untuk

dapat mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki. Dalam metoda

pembelajaran ini, guru menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswa tidak

menjadi subjek pembelajaran melainkan objek pembelajaran.

(25)

Gambar 1. Piramida Pembelajaran Dale

5. Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran akuntansi

Disadari, bahwa jurusan IPS merupakan jurusan “kelas dua” atau

jurusan yang kurang diminati oleh para siswa. Siswa lebih memilih jurusan

IPA karena jurusan IPA ini dianggap bergengsi, siswa yang pandailah

yang dapat masuk jurusan IPA dibandingkan jurusan IPS. Kondisi

semacam ini menyebabkan siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk

belajar.

Untuk memecahkan masalah kurangnya pemahaman siswa terhadap

materi akuntansi, maka perlu dicari akar permasalahan yang ada. Dari hasil

diskusi dengan guru, akar permasalahan yang mungkin menjadi penyebab

kurangnya pemahaman siswa adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran

rendah. Oleh karenanya, guru perlu mencoba memberikan materi

pembelajaran dengan menggunakan berbagai metoda pembelajaran yang

variatif dan menuntut keterlibatan siswa yang tinggi sehingga siswa aktif Sumber: http:www. dale`s.cone. cohesion.ohio-state.edu, dalam

(26)

6

dalam pembelajaran dan pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan.

Beberapa metoda pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk

memahamkan materi di antaranya adalah: Metode Diskusi, Metode

Pengamatan (observasi), Metode Simulasi, Metode Pemecahan Masalah,

Metode Pemberian Tugas, Metode Kerja Kelompok. Sementara pendekatan

yang dapat dilakukan oleh guru di antaranya adalah Pendekatan Pembelajaran

Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Pendekatan Sistem,

Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving), Pendekatan

Inquiry/Discovery, Pendekatan Proses, Pendekatan Keterampilan Proses,

Pendekatan Lingkungan (Environmental). Adapun model pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang

relatif sama atau sejajar adalah model pembelajaran kooperatif yang terbagi

atas lima yaitu : Student Teams Achievement Divisions (STAD, Teams Games

Tournaments (TGT), Jigsaw, Learning Together, Group Investigation.

Bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan yang cukup

menarik untuk digunakan adalah model pembelajaran Teams Games

Tournaments (TGT). Metode pembelajaran ini merupakan salah satu model

pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar di dalam suatu kelas, maka peneliti memilih model pembelajaran

Teams Games Tournament untuk memecahkan permasalahan utama yang

sesuai dengan akar permasalahan yang ada. Mengingat penyebab utama

adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran rendah, maka diduga model

pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa.

(27)

. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan judul: Peningkatan Prestasi

Belajar Akuntansi Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament.

B. Rumusan masalah

Penelitian ini dirancang untuk menjawab masalah penelitian: apakah

model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) dapat

meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran

akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yaitu

peningkatan prestasi belajar akuntansi.

D. Manfaat Penelitian:

1. Bagi Siswa

Siswa dapat termotivasi untuk belajar akuntansi sehingga prestasi belajar

akuntansi siswa dapat meningkat.

2. Bagi Guru

Guru memiliki pengalaman dalam menentukan strategi pembelajaran yang

(28)

8

3. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan

tuntutan pendidikan saat ini yaitu yang berpusat pada siswa.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak pada peningkatan mutu

pembelajaran di sekolah yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas

sekolah.

5. Bagi Universitas

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran serta aktivitas

pengajaran di lapangan yang diperlukan dalam mempersiapkan tenaga

(29)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian oleh sekelompok guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Wiriaatmadja, 2007:13). Sedangkan Aqib (2007:12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas atau yang disebut classroom action researchmengandung tiga pengertian yang dapat diterangkan, yaitu: 1. Penelitian

Kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan

Sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas

(30)

10

Pendapat lain dikemukakan oleh Susento (2007:1) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan. Kekhususannya terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan (2) tindakan atau praktik yang dimaksud adalah pembelajaran dalam kelas tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep penelitian tindakan kelas ditujukan untuk memperbaiki suatu proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, sesuai dengan kurikulum yang ada saat ini. Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:1) menyatakan bahwa ada dua karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.

2. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada.

Dilakukannya sebuah penelitian dikarenakan terdapat suatu problema yang harus dipecahkan dan bukan tidak mungkin tidak ada manfaat yang dapat diperoleh. Begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Dalam Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:3) dijelaskan beberapa manfaat dari PTK, yaitu:

(31)

1. Inovasi Pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, dan kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.

2. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan di Kelas

Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk dapat lebih memahami hakikat tersebut secara empirik dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik. 3. Peningkatan Profesionalisme Guru

(32)

12

profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.

Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:5):

1. Perencanaan Tindakan

Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Observasi Tindakan

Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).

(33)

4. Refleksi Terhadap Tindakan

(34)
[image:34.612.69.537.121.611.2]

14

Gambar 2.1

Model Penelitian Tindakan Kelas

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Solihatin dan Raharjo, 2007:4) cooperative learningadalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut Lie (2007:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

Pelaksanaan Tindakan

Observasi Perencanaan

Tindakan

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

Observasi Perencanaan

Ulang

Refleksi SIKLUS I

SIKLUS II

(35)

dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong-royong” atau cooperative learning. Dalam sisitem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, 2007:4). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil terdiri dari dua orang atau lebih yang anggotanya bersifat heterogen, dimana kerja sama kelompok sangat dibutuhkan.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan (Lie, 2007:31-35):

1. Saling Ketergantungan Positif

(36)

16

mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil .

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penelitian dibuat menurut prosedur model pembelajaran pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Dalam teknik jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi Antar Anggota

(37)

Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa.

Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:5-7): 1. Student Teams Achievment Division (STAD)

STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seseorang yang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, pengajar memberi kunci jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian pengajar mengadakan kuis.

2. Teams Games Tournament (TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota kelompok akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

3. Jigsaw

(38)

18

mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar mengadakan ulangan/kuis.

4. Learning Together

Tipe learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah itu pelajar dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai hasil kerja individual.

5. Group Investigation

Tipe group investigationmerupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

(39)

kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut (Slavin 1995:84-88):

1. Presentasi Kelas

Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu pendahuluan, pengembangan dan memandu latihan.

a. Pendahuluan

Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan mereka pelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari.

b. Pengembangan

1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi yang akan diujikan

2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga

(40)

20

4) Guru menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu jawaban salah, kecuali memang telah jelas

5) Segera berganti konsep jika siswa telah menangkap pengertian dari materi yang disampaikan.

c. Memandu Latihan

1) Guru mengkondisikan siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh guru

2) Guru memanggil siswa secara acak, hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru.

2. Kelompok (Teams)

(41)

dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.

3. Permainan (Games)

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa selama mengikuti kelas presentasi dan belajar dalam kelompok. Permainan ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan kelompok. Permainan dilakukan di meja turnamen oleh wakil dari masing-masing kelompok.

Permainan berupa pertanyaan yang dinomori pada selembar kertas, seorang siswa mengambil nomor kartu dan mencoba menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang diambil itu kemudian mencocokan jawaban bersama-sama dengan teman dalam satu meja turnamen.

4. Turnament (Tournament)

(42)

22

siswa dengan kemampuan rendah, dan meja V ada 2 siswa dengan kemampuan rendah.

Jalannya turnamen adalah sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang benar dalam menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

5. Penghargaan Kelompok

Kelompok mendapat sertifikat penghargaan dalam bentuk penghargaan lainnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlah poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya.

Menurut Alitalya (2010 : 2) model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:

1. Kelebihan TGT :

a. Keterlibatan siswa dalam belajar lebih tinggi. b. Siswa menjadi bersemangat dalam belajar.

(43)

c. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga melalui konstruksi sendiri oleh siswa.

d. Dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta bias menerima pendapat orang lain.

e. Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya.

2. Kekurangan TGT :

a. Bagi para pengajar pemula, model ini membutuhkan waktu yang banyak.

b. Membutuhkan sarana dan prasana yang memadai. c. Dapat menumbuhkan suasana gaduh di kelas. d. Siswa terbiasa dengan adanya hadiah.

D. Prestasi Belajar

(44)

24

seseorang. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya (Masidjo, 1995:13).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai/angka hasil tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam kegiatan yang disebut belajar akan tampak dalam prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya. Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar, biasanya dilakukan dengan mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktik yang kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil dari pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar.

Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu (Dimyati dan Mujiono, 1999 : 236-254):

a. Faktor Internal

1) Sikap Terhadap Belajar

(45)

sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar.

2) Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi ini dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.

3) Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.

4) Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika.

5) Menyimpan Perolehan Hasil Belajar

(46)

26

pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.

6) Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.

7) Kemampuan Berprestasi

Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. 8) Rasa Percaya Diri Siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.

9) Intelegensi dan Keberhasilan Belajar

(47)

menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

10) Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, bergaya sok menggurui atau bergaya minta ”belas kasih” tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

11) Cita-cita Siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan yang harus dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi siswa.

b. Faktor Eksternal

1) Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar

(48)

28

2) Prasarana dan Sarana Pembelajaran

Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti lengkapnya sarana dan prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.

3) Kebijakan Penilaian

Penilaian adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

4) Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah

Lingkungan dimana siswa tinggal yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan siswa. Siswa yang berada di lingkungan yang dikondisikan untuk belajar, misalnya dibuat jam belajar malam antara jam 19.00-21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa akan menjadi malas untuk belajar.

E. Akuntansi

(49)

siklus akuntansi perusahaan dagang dan penutupan siklus akuntansi perusahaan dagang.

Dalam mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa, siswa dituntut untuk memiliki kompetensi dasar sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi. 2. Menafsirkan persamaan akuntansi.

3. Mencatat transaksi berdasarkan mekanisme debit dan kredit. 4. Mencatat transaksi/dokumen ke dalam jurnal umum.

5. Melakukan postingdari jurnal ke buku besar. 6. Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa. 7. Menyusun laporan keuangan perusahaan jasa.

Sementara itu, dalam mempelajari siklus akuntansi perusahaan dagang, siswa diharapkan dapat memiliki kompetensi dasar sebagai berikut:

1. Mencatat transaksi/ dokumen ke dalam jurnal khusus. 2. Melakukan posting dari jurnal khusus ke buku besar. 3. Menghitung harga pokok penjualan.

4. Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan dagang. 5. Menyusun laporan keuangan perusahaan dagang.

Siswa dikatakan sudah memiliki kompetensi dasar untuk materi penutupan siklus akuntansi perusahaan dagang apabila siswa sudah dapat:

1. Membuat jurnal penutupan.

(50)

30

F. Kerangka Teoritik

Pada saat sekarang ini banyak dijumpai guru yang belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam proses belajar mengajar. Padahal banyak masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran yang dapat diperbaiki melalui bentuk PTK. Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK dalam proses pembelajaran di kelas. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu karena kurang dipahaminya profesi keguruan oleh guru, guru malas membaca, guru malas menulis, kurangnya rasa kepekaan dan sensitifitas guru terhadap waktu, guru sering terjebak ke dalam rutinitas kerja, kurangnya daya kreatifitas dan inovasi seorang guru, guru malas meneliti, serta guru kurang memahami PTK.

(51)

diterapkan dalam bentuk strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan untuk dapat meningkatkan

hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Strategi yang dapat diterapkan di dalam PTK adalah model pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model alternatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah.

Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik.

G. Hipotesis

(52)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (Ebbut dalam Wiriaatmadja, 2007:12). Penelitian tindakan

kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik

pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam

pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari

tindakan-tindakan tersebut. Dalam penelitian ini yang akan ditekankan adalah peserta

didik lebih terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga terjadi

peningkatan prestasi belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams

games tournament.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur, Jl. P. Senopati 18

Prawirodirjan ,Gondomanan, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2010.

(53)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah prestasi belajar siswa melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe teams games tournamentpada mata pelajaran

ekonomi.

D. Prosedur Penelitian

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam

penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pra Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali

dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap

pembelajaran di kelas sebelum menggunakan modelTGT. Kegiatan yang

dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam

kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan

observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, guna mendukung data

yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan

siswa. Setelah mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan

(54)

34

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam satu siklus. Siklus

ini terdiri dari empat langkah dan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

penyiapan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament,

yaitu:

1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk

memetakan para siswa berdasar kemampuannya dan membagi

siswa secara heterogen. Kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5

siswa yang heterogen dilihat dari prestasi akademik, ras, atau

etnik. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini

adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe teams games tournament, latihan soal, lembar

jawab siswa, meja turnamen dan hadiah sebagai penghargaan.

2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

a) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas.

Instrumen observasi kegiatan guru di kelas disajikan dalam

lampiran 1.

b) Instrumen observasi kegiatan siswa dalam mengikuti proses

(55)

siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas

disajikan dalam lampiran 2.

c) Instrumen observasi kegiatan kelas. Instrumen observasi

kegiatan kelas disajikan dalam lampiran 3.

d) Instrumen observasi refleksi siswa dan guru dalam kegiatan

kelompok kooperatif. Instrumen observasi refleksi siswa

dan guru dalam kegiatan kooperatif disajikan dalam

lampiran 7 dan lampiran 8.

b. Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif

tipe teams games tournament sesuai dengan rencana tindakan,

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Penyajian Kelas

Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan

diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat

dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang

lainnya. Hal yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini

adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang

disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu

siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.

2) Membagi Siswa dalam Kelompok

Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5

(56)

36

jenis kelamin, ras atau etnik. Sebelum penelitian guru membagi

siswa dalam empat kelompok dengan cara mengurutkan siswa

berdasarkan kemampuan akademik. Golongan pertama adalah

siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi, golongan kedua

adalah siswa yang memiliki prestasi akademik sedang,

golongan ketiga adalah siswa yang memiliki prestasi akademik

rendah, dan golongan keempat adalah siswa yang memiliki

prestasi akademik sangat rendah. Kemudian berdasarkan

golongan tersebut, guru membentuk empat kelompok dengan

prestasi akademik yang berbeda-beda.

3) Permainan (games)

Permainan ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang sesuai

dengan materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan

kelompok. Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut : guru

membagi nomor urut/ nomor dada kepada masing-masing

kelompok. Nomor urut digunakan sebagai urutan anggota

kelompok untuk mengerjakan soal. Setiap anggota kelompok

maju satu persatu sesuai urutan nomor urut/ nomor dada

ketempat guru untuk mengambil amplop yang berisi soal dan 3

pilihan jawaban. Kemudian guru mencocokkan jawaban

bersama-sama.

(57)

4) Turnamen

Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi pembelajaran

yang sedang dibahas dan setelah siswa melakukan belajar

dalam kelompok. Turnamen ini berfungsi untuk mengetahui

kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai yang terbaik.

Turnamen di sini merupakan suatu pertandingan antar

anggota-anggota yang berbeda. Kegiatan ini berlangsung sebagai

berikut: Pada awal turnamen guru menampilkan soal yang ada

didepan kelas. Setiap satu soal siswa diberi kesempatan

secepat-cepatnya untuk menjawab dengan tunjuk jari terlebih

dahulu. Setelah guru menentukan yang paling cepat tujuk jari,

siswa maju ke depan untuk menentukan jumlah nominal

taruhan. Setelah itu siswa mengerjakan soal di papan tulis dan

guru menulis jumlah taruhan siswa di papan tulis kemudian

membahas jawaban siswa tersebut. Selanjutnya guru memberi

skor sesuai dengan jumlah taruhan siswa. Jika jawaban benar

akan mendapat skor sesuai taruhan siswa, jika jawaban salah

akor akan dikurangi sesuai taruhan siswa.

5) Penghargaan kelompok

Berdasarkan skor yang diperoleh dalam turnamen, guru akan

mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim

(58)

38

c. Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap

tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil

atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: pengamatan

terhadap guru, pengamatan terhadap siswa, dan pengamatan

terhadap kelas. Pengamatan juga dilakukan menggunakan

perekaman dengan video camcorder.

d. Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan

penyimpulan hasil observasi terhadap minat belajar siswa. Ada dua

macam refleksi yang dilakukan, yaitu:

1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, yaitu untuk

mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung.

2) Refleksi pada akhir pelaksanaan penelitian, digunakan untuk

mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator

keberhasilan tindakan telah tercapai. Refleksi ini dilakukan oleh

peneliti kemudian didiskusikan bersama guru.

E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen Pra Penelitian

a. Pengamatan Terhadap Guru (Observing Teachers)

(59)

Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari

tentang metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya

tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas.

Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah catatan anekdotal.

Catatan anekdotal ini memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang

terjadi di kelas.

b. Pengamatan Terhadap Kelas (Observing Classrooms)

Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan

terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat

bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran

yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan ini dapat

menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala

dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal

kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya,

dan manajemen kelas.

c. Pengamatan Terhadap Siswa (Observing Students)

Pengamatan atau observasi terhadap perilaku siswa dapat

mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing individu siswa

dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum

pembelajaran dimulai, saat berlangsungnya pembelajaran, dan sesudah

usai pembelajaran. Perubahan pada tiap individu juga dapat diamati,

dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan,

(60)

40

2. Pelaksanaan penelitian

a. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum

dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan

aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus

dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh

karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat

perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan

diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode

pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi

pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang lebih

hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar

mengajar. Biasanya perencanaan dimasukkan ke dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga dapat dimasukkan ke dalam

silabus mata pelajaran ekonomi.

b. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

TGT yang telah direncanakan. Strategi apa yang digunakan, materi apa

yang akan diajarkan atau dibahas. Guru melakukan inovasi dalam

proses pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan kualitas

(61)

penilaian tentang tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

akuntansi yang akan diukur dari hasil belajar siswa.

c. Observasi

Pengamatan atau observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti yang

memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat mengobservasi pengamat

haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas

penelitian. Seperti mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan

sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi yang diajarkan.

d. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah

perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi

yang dilakukan oleh para partisipan yang terkait dengan suatu PTK

yang dilaksanakan. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah

adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan

refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya

ditentukan.

F. Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian

disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh, yaitu:

1. Pengumpulan Data

a. Observasi dilakukan dengan cara mengamati proses pembelajaran

yang sedang berlangsung baik kinerja kelas, kinerja guru dan kinerja

(62)

42

yang muncul dan juga melihat partisipasi siswa selama pembelajaran

berlangsung. Bentuk observasi dapat berupa lembar pengamatan yang

sudah dibuat dengan rinci menampilkan aspek-aspek dari proses yang

harus diamati.

b. Wawancara dilakukan terhadap siswa mendapat masukan dari siswa

mengenai kesulitan siswa dalam proses pembelajaran, harapan siswa

pada guru dan usulan siswa untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Wawancara pada siswa, ini dilakukan untuk mengetahui metode yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran, bagaimana proses

pembelajaran yang dilakukan guru, serta hambatan-hambatan yang

terjadi dalam proses pembelajaran.

c. Dokumentasi menyangkut para partisipan penelitian untuk

menyediakan kerangka bagi data yang mendasar, termasuk di

dalamnya hasil diskusi, keaktifan siswa, minat siswa, persiapan siswa

sebelum KBM, hubungan antara guru dan siswa.

[image:62.612.71.529.125.701.2]

2. Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas

Tabel 3.1

Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas

No Kegiatan Petugas Output

1. Pengembangan Rencana Pembelajaran

Peneliti dan Guru

 Rencana Pembelajaran dengan model TGT

2. Pengajaran di Kelas Guru  Data keaktifan siswa bertanya

 Interaksi siswa dalam kelompok

 Interaksi guru dan siswa  Minat siswa

(63)

No Kegiatan Petugas Output

 Dinamika kelompok berdasarkan RPP yang dibuat

3. Evaluasi Guru  Tingkat pemahaman materi akuntansi siswa

 Skor masing-masing siswa  Ketuntasan belajar

4. Refleksi Guru dan

Siswa

 Rancangan pelaksanaan penelitian

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk

mengetahui perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa di dalam

proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/ informasi tentang suatu gejala

yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari model kooperatif tipe TGT

sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan peningkatan

prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra

penelitian dan pelaksanaan penelitian. Dari berbagai tahapan tersebut

kemudian dibandingkan bagaimana perubahan tingkat hasil belajar siswa.

(64)

44

penelitian tindakan ini menggunakan pre testdan post test. Berikut adalah

tabel analisis perbandingan tingkat perkembangan prestasi belajar siswa

[image:64.612.70.536.167.637.2]

mulai pra penelitian dan pelaksanaan penelitian:

Tabel 3.2

Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar Siswa pada Pelaksanaan Penelitian

No Nama Pre-test Post- test Selisih Peningkatan pemahaman

1

2

3

4

(65)

45

Gambar

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas................................................
Gambar 1. Piramida Pembelajaran Dale
Gambar 2.1Model Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Migrasi sebgai suatu gerak suatu gerak penduduk yang menjadi masalah global, yaitu emigrasi (perpindahan penduduk menuju Negara lain yang akan menetap di Negara

 Jumlah Stasiun yang dikelola pada Tahun 2017 : 75 Stasiun  Jumlah Rangkaian yang beroperasi (Trainset) : 81 Trainset..  Jumlah Dipo yang dikelola pada Tahun 2017 :

Sesuai dengan SK pada matakuliah PTK yang mengharuskan mahasiswa menyusun laporan PTK dari praktik mini penelitian dalam sendiri dengan responden teman sekelas yang

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dengan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) dari jumlah neutrofil pada ketiga

Produk sebagai bahan kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang beredar dan diperdagangkan apabila status kehalalannya dijamin dan dilindungi, dapat memberikan rasa aman

Non- maximum Suppression Double Thresholding Proses Otsu Edge Tracking Mulai Baca citra aras keabuan Selesai Citra Gradient magnitude Dapat nilai threshold roberts Citra biner

Implementasi grading kualitas kopi dengan teknik image processing bisa diimplementasikan dengan menggunakan sample kopi arabica, teknik treshold mampu membaca grading

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu (1) mahasiswa FTI maupun FE mempunyai persepsi yang sama dalam intensi peng- gunaan aktual, yaitu bahwa