xi ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI
2 YOGYAKARTA: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS Gede Wija Kusuma
051334075
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2010
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui penggunaan media mind map. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan jumlah 18 siswa, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah media mind map. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh randahnya motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Rendahnya motivasi siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR (61%), siswa sering tidur dan keluar masuk kelas ketika pelajaran berlangsung, serta rendahnya prestasi dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian (40,21)
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan alur perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi untuk setiap siklusnya. Dalam tahap perencanaan, peneliti membuat mind map, menyiapkan lembar observasi dan penilaian. Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa di kelas serta memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan selajutnya mengadakan observasi dokumen. Refleksi dilakukan dengan menganalisis data observasi dan penilaian dengan menggunakan indikator tinggi (sesuai perhitungan dengan menggunakan PAP II) untuk variabel motivasi, sedangkan untuk variabel prestasi dengan indikator nilai rata-rata 60,0 pada siklus I serta nilai rata-rata 70,0 pada siklus II.
xii ABSTRACT
THE USE OF MIND MAP MEDIA TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND PERFORMANCE OF THE TENTH GRADE B STUDENTS OF BOPKRI 2 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA: A
CLASS ACTION RESEARCH Gede Wija Kusuma
051334075
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
This research aims to improve learning motivation and performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta through the use of mind map media. The subjects of the study were18 students of tenth grade B BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta while the object of study was the use of mind map media. The rationale of this study was the low motivation and the performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta. The low motivation could be indicated from the high percentage of student who did not complete their homework (61%), students sleeping in the clasroom, going into and out the clasroom during class activities, and the low performance was indicated by the low a daily test result of 40,21.
The processes of the data analysis in this research were planing path, action implementation, observation and reflection for each cycle. During the planing stage, the researcher made the mind map, prepared the observation and evaluation sheets. During the implementation teacher and the student actions were observed in the clasroom to evaluate the action implementation, and the document observation were carried out. The reflection was carried by analyzing the observation data and evaluating results with high indicator (in accordance with PAP II comput ation) for motivation variable, while for performance variable the indicator of mean a was 60.0 at cycle I and mean of 70.0 at cycle II.
i
PENGGUNAAN MEDIA MID MAP DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Studi Kasus: SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh : GEDE WIJA KUSUMA
NIM: 051334075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa) atas karunia yang telah diberikanya
Bapak tercinta I Nyoman Putrana
Ibu tercinta Wayan Rempianing
v
MOTO
BERHENTI DI TENGAH PERJALANAN AKAN LEBIH SULIT
DAN TERASA LEBIH MELELAHKAN, DARIPADA TERUS
BERJALAN HINGGA SAMPAI KETUJUAN
HIDUP MEMERLUKAN PENGORBANAN, PENGORBANAN
MEMERLUKAN PERJUANGAN, PERJUANGAN MEMERLUKAN
KETABAHAN, KETABAHAN MEMERLUKAN KEYAKINAN
KEYAKINAN PULA MENENTUKAN KESUKSESAN
KESUKSESAN PULA MENENTUKAN KEBAHAGIAAN
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
ix
4. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd.,M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk semuanya.
5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.
6. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas semua pelayanan dalam membantu penulis selama kuliah di USD.
7. Ibu Sri Rahayuningsih, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Nuning Praptiria Utami S.Pd., selaku guru mitra yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian sekripsi saya.
9. Siswa-siswi kelas XB yang telah membantu sehingga penelitia ini dapat berjalan dengan lancar
10. Bapak dan Ibu tercinta, kakak-kakakku tersayang, yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.
x
12. Buat Ika (alm) yang selalu mendoakan aku dari surga, kamu selalu di hatiku dan selalu menjadi inspirasiku.
13. Seluruh sahabat angkatan 2005 (Riri, Tri, Rina, Andri, Marsya, Lilis, Galuh, Asih, Widi, Villa, Setya Rini, Novi, Whilda, Dwi, Lik Kis, Mas Eka, Lek Kris, Chopy, Rita, Katarina, Maya, Madam, Mas Adi, Tia, Didot, Febran, Yansen, Yanto, Itok, Budiman, Robert, Merry, Boim, Wulan, Mas Bangkit, Singgih, Mas Filip, Ferry, Arnon, Titex, Candra, Leni, Kurnia, Vivi, Eka Fansiska, Yuni, Siska, Era, Vita, Ida, Selly, Lely, Mita, Luci, Santy, Niken, Rini). Terima kasih atas bantuannya selama ini.
14. Teman-teman di pingit yang selalu memberikan semangat sehingga saya berhasil menyelesaikan sekripsi saya. (RILEX)
15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Penulis,
Gede Wija Kusuma
xi ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI
2 YOGYAKARTA: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS Gede Wija Kusuma
051334075
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2010
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui penggunaan media mind map. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan jumlah 18 siswa, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah media mind map. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh randahnya motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Rendahnya motivasi siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR (61%), siswa sering tidur dan keluar masuk kelas ketika pelajaran berlangsung, serta rendahnya prestasi dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian (40,21)
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan alur perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi untuk setiap siklusnya. Dalam tahap perencanaan, peneliti membuat mind map, menyiapkan lembar observasi dan penilaian. Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa di kelas serta memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan selajutnya mengadakan observasi dokumen. Refleksi dilakukan dengan menganalisis data observasi dan penilaian dengan menggunakan indikator tinggi (sesuai perhitungan dengan menggunakan PAP II) untuk variabel motivasi, sedangkan untuk variabel prestasi dengan indikator nilai rata-rata 60,0 pada siklus I serta nilai rata-rata 70,0 pada siklus II.
xii ABSTRACT
THE USE OF MIND MAP MEDIA TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND PERFORMANCE OF THE TENTH GRADE B STUDENTS OF BOPKRI 2 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA: A
CLASS ACTION RESEARCH Gede Wija Kusuma
051334075
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
This research aims to improve learning motivation and performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta through the use of mind map media. The subjects of the study were18 students of tenth grade B BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta while the object of study was the use of mind map media. The rationale of this study was the low motivation and the performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta. The low motivation could be indicated from the high percentage of student who did not complete their homework (61%), students sleeping in the clasroom, going into and out the clasroom during class activities, and the low performance was indicated by the low a daily test result of 40,21.
The processes of the data analysis in this research were planing path, action implementation, observation and reflection for each cycle. During the planing stage, the researcher made the mind map, prepared the observation and evaluation sheets. During the implementation teacher and the student actions were observed in the clasroom to evaluate the action implementation, and the document observation were carried out. The reflection was carried by analyzing the observation data and evaluating results with high indicator (in accordance with PAP II comput ation) for motivation variable, while for performance variable the indicator of mean a was 60.0 at cycle I and mean of 70.0 at cycle II.
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DARTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
xiv BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas ... 12
B. Mind Mapping ... 17
C. Motivasi ... 21
D. Prestasi ... 26
E. Interaksi Edukatif pada Pelajaran Ekonomi ... 27
F. Belajar ... 28
G. Media ... 32
H. Kerangka Berpikir ... 42
I. Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44
C. Subyek Penelitian ... 45
D. Data yang dibutuhkan ... 45
E. Variabel ... 46
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 48
G. Pengumpulan Data ... 49
H. Prosedur Penelitian ... 51
I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 56
xv
B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 66
C. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 67
D. Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 68
E. Organisasi Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 78
F. SDM SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 88
G. Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 91
H. Kondisi Fisik dan lingkungan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.... 92
I. Hubungan antara Sekolah dengan Instansi lain ... 96
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 98
B. Pembahasan ... 118
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 123
C. Keterbatasan Penulis ... 124
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket Kuesioner ...47
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Motivasi ...57
Tabel 3.3 Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ...61
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ...61
Tabel 4.1 Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...68
Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...88
Tabel 4.3 Data Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...91
Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru di Kelas pada Siklu I ... 104
Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada Siklus I ... 106
Tabel 5.3 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I ... 107
Tabel 5.4 Daya Serap Siklus I ... 108
Tabel 5.5 Hasil Observsi dan Tidakan Siklus I ... 109
Tabel 5.6 Hasil Observasi Kegiatan Guru di Kelas pada Siklus II ... 112
Tabel 5.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada Siklus II ... 114
Tabel 5.8 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II ... 115
Tabel 5.9 Daya Serap Siklus II ... 116
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Kuesioer ... 129
Lampiran 2 Perhitungan Manual ... 133
Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 145
Lampiran 4 Silabus dan RPP ... 146
Lampiran 5 Mind Map ... 163
Lampiran 6 Surat Ijin ... 164
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara yang sedang gencar dalam melaksanakan pembangunan. Usaha mewujudkan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung jawab dunia pendidikan demi mempersiapkan peserta didik yang makin berperan dalam peningkatan profesionalismenya. Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2002:21). Kegiatan belajar merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakan guna meningkatkan pengetahuan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur itu menimbulkan adanya interaksi edukatif. Pada hakekatnya belajar adalah “perubahan”, maka hakekat belajar mengajar adalah “pengaturan” yang dilakukan oleh guru (Syaiful, 2002:32). Wadah yang digunakan untuk belajar tersebut adalah sekolah.
Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003, yaitu mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi masyarakat yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk itu diperlukan adanya perubahan dalam pembelajaran sesuai perkembangannya. Perubahan yang dilakukan oleh guru antara lain dapat memperbaiki kondisi lingkungan belajar, perubahan metode mengajar, pemberian PR secara rutin, maupun penggunaan media pembelajaran yang dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran karena sesuai dengan taraf berpikir siswa. Tahap berpikir siswa dimulai dari cara berpikir sederhana ke cara berpikir yang kompleks. Dengan menggunakan media hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan dan hal yang kompleks dapat disederhanakan. Dengan demikian, pengaruh media dalam pembelajaran oleh peserta didik begitu besar sehingga dapat menghasilkan perubahan tingkah laku.
menghafal. Padahal kurikulum yang ditetapkan pada saat ini adalah kurikulum yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap kompetensi tertentu. Pendekatan yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan dalam menghafal ini adalah dengan membuat peta pemikiran atau mind map.
Dengan menggunakan peta pikiran ini catatan bisa diringkas dengan berupa kesimpulan, serta materi dapat diingat dengan cepat karena catatan dapat dibuat secara sistematik. Dengan menggunakan media mind map diharapkan siswa dapat merasa senang dalam mengikuti pelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar. Dengan demikian, kualitas pendidikan dan pengajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan media Mind Map (Wicoff, 2005:44).
yang muncul berkaitan dengan motivasi dan prestasi. Permasalahan tersebut diantaranya:
1. Kondisi Siswa
2. Kondisi Guru
Dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru, guru terlalu mengutamakan ringkasan yang ada dalam lembar kerja siswa (LKS) sebagai media dalam pembelajaran, guru juga jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sedang dibahas, sehingga guru tidak tahu apakah siswa benar-benar paham terhadap materi yang sedang dibahas. Begitu juga sebaliknya guru jarang memberikan pertanyaan kepada kelas maupun kepada setiap siswa. Hal ini akan membuat siswa menjadi kurang aktif dan kurang mau berpikir. Selain itu guru tidak pernah memberikan tugas untuk meringkas sesuai dengan kreativitas yang dimiliki oleh siswa, yang sering dilakukan oleh guru hanya memberikan tugas berupa soal tentang pokok bahasan yang baru saja diberikan. Hal yang terjadi siswa tidak mengerjakan tugas itu dengan kemampuannya sendiri, akan tetapi hanya saling mencontek pekerjaan teman. Hal ini membutuhkan kreativitas dari guru dalam mengajar agar tidak ada gambaran negatif terhadap mata pelajaran ekonomi yang sebagian besar materinya berupa hafalan.
Dari uraian tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA MIND
MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan, dimana penggunaan media dalam belajar merupakan salah satu komponennya. Sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan media dalam belajar sangat penting dalam pembentukan belajar.
Sumber ( Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
Guru melaksanakan serangkaian pembelajaran di kelas yang telah direncanakan kurang lebih sama dengan kegiatan pembelajaran yang pernah dilakukan oleh guru. Rencana tindakan guru tersebut dilaksanakan melalui tindakan-tindakan observasi di kelas, wawacara dengan siswa, dan observasi dokumen berupa catatan siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru adalah:
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan Siklus I Refleksi
Perencanaan
Siklus II Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
1. Pada saat memulai pelajaran guru memberikan umpan balik (feedback) untuk mengingatkan materi pada pertemuan sebelumnya, tetapi siswa tidak diminta untuk membuat catatan ringkasan sesuai dengan kreativitas siswa. Siswa kurang siap dalam menerima pelajaran karena tidak mempersiapkan materi.
2. Dalam menerangkan pelajaran, guru melibatkan siswa dengan cara mengajukan pertanyaan secara klasikal. Sebagian siswa menjawab secara serentak sehingga suasana kelas terlihat gaduh. Interaksi antar siswa dalam tanya jawab belum ada.
3. Pemanfaatan media oleh guru masih kurang. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar dan cenderung mengalami kebosanan.
4. Dalam mengerjakan soal, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja secara pribadi atau berdiskusi dengan temannya. Guru berkeliling di kelas untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru jarang meminta siswa untuk menampilkan hasilnya di papan tulis.
5. Siswa lebih memperhatikan jika guru menugaskan siswa untuk mengerjakan di papan tulis,
7. Siswa cenderung tidak bertanya meskipun sebenarnya kurang jelas. Mereka lebih berani bertanya pada saat siswa disuruh mengerjakan di papan tulis.
8. Siswa merasa senang jika guru memperhatikan hasil pekerjaan siswa dengan memberikan dorongan dan pujian.
9. Prestasi siswa cenderung dapat dikatakan rendah yang dapat dilihat melalui nilai ulangan harian yaitu dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 6 serta nilai rata-rata kelas 40,21.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, tidak semua masalah akan dicakup sekaligus. Peneliti membatasi pada masalah-masalah yang dapat segera diatasi guru dengan serangkaian tindakan yang sesuai dengan kondisi yang ada selama ini yaitu masalah meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui penggunaan media mind map.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah 1. Bagi guru
Hasil dari penelitian ini dapat dipakai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan motivasi serta prestasi belajar siswa.
2. Bagi siswa/siswi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mempermudah mereka dalam memahami materi dan meningkatkan motivasi serta prestasi belajarnya.
3. Bagi Peneliti/penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang pengelolaan kelas yang lebih baik sehingga bermanfaat dalam membantu guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Bagi Sekolah
kegiatan belajar mengajar penggunaan media belajar, khususnya media mind map sebagai salah satu cara memecahkan masalah pembelajaran yang terkait dengan motivasi dan prestasi belajar yang rendah.
5. Bagi Universitas
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari
Classroom Action Research (CAR), yakni suatu action research yang
dilakukan di kelas. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut
maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan (Suharsimi
Arikunto:2-3)
1. Penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan kegiatan mencermati suatu
objek dengan cara menggunakan cara dan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat
dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian
3. Kelas
Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.
Selain itu dalam website PPPG tertulis Bandung Penelitian
Tindakan Kelas adalah bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
bentuk tindakan-tindakan secara terstruktur terhadap sekelompok
siswa pada waktu yang sama serta menerima pelajaran dari guru
yang sama dalam rangka peningkatan kualitas proses
pembelajaran.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki
berkesinambungan, tujuan ini melekat pada diri guru dalam
penunaian misi profesional kependidikan. Peningkatan ini
dilakukan oleh guru melalui serangkaian tindakan yang dirancang,
dilaksanakan, dan dievaluasi. Selain tujuan yang tertulis diatas
Penelitian Tindakan Kelas juga bertujuan meningkatkan
kinerja-kinerja yang dilaksankan oleh guru, mengidentifikasi, menemukan
solusi dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas, menghasilkan
dan mengeksplorasi inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran
misalnya metode, strategi, pendekatan dan media.
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai manfaat yang dapat
dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakannya. Hal yang
terkait dengan komponen tindakan pembelajaran antara lain :
1. Inovasi Pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk
mengubah, mengembangkan, meningkatkan gaya mengajarnya
agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini guru selalu berhadapan
dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu jika
guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri dan berangkat dari
persoalannya tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat
2. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan kelas.
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum Penelitian
Tindakan Kelas sangat bermanfaat sebagi salah satu masukan. Hal
ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak
netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh
gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan,
pengetahuan, dan pengajaran. Penelitian Tindakan Kelas dapat
membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut
secara empiris, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat
teoritis.
3. Peningkatan Profesionalisme Guru
Guru yang profesional tidak akan merasa enggan melakukan
berbagai perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan
kondisi kelasnya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu
media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang
terjadi di kelas dan kemudian meningkatkannya secara profesional
menuju kearah perbaikan-perbaikan.
Model PTK secara umum dilakukan melalui proses yang
berulang-ulang, dimana pada setiap siklus terdiri dari 4 langkah
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara
optimal teori-teori yang relevan. Selain itu kita juga harus
mempersiapkan skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas
dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, serta
mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan, dan yang terakhir
mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk
menguji keterlaksanaan rancangan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa yang melakukan, apa,
kapan, di mana, dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan
yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual.
Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan
kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan
refleksi.
3. Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan kegiatan observasi dilakukan
secara bersamaan. Secara umum kegiatan observasi dilakukan
dengan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran
4. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk
memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil yang
terjadi sebagi akibat adanya tindakan yanag dilakukan.
B. Mind Mapping
1. Pengertian Mind Mapping
Metode mecatat yang baik harus membantu mengingat,
meningkatkan pemahaman, dan membantu mengorganisasikan materi.
Peta pikiran (mind map) adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008:4).
Catatan yang dibuat tersebut membentuk gagasan yang saling
berkaitan, dengan topik utama di tengah dan subtopik serta perincian
mejadi cabang-cabangnya.
Membuat catatan dengan mind map sangat menyenangkan dan
dapat mengurangi tingkat kebosanan dalam belajar. Motivasi
merupakan kata kunci untuk mencapai sukses dari pada melihat
sesuatu yang membosankan. Mind map terbaik adalah peta pikiran
yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol,
sehingga biasanya nampak seperti karya seni. Suatu materi akan
mudah diingat dalam bentuk gambar warna-warni dan simbol yang
dan simbol dengan warna tersebut akan mengurangi tingkat kebosanan
siswa (Svatensson, 2004:106).
2. Cara membuat Mind Map
Materi dapat dicatat dengan cepat dan efisien dengan membuat
mind map pada saat kegiatan belajar mengajar. Adapun cara-cara
untuk membuat mind map adalah (Buzan, 2008:15):
a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan vertikal atau horizontal.
b) Gunakanlah gambar atau foto untuk ide sentral anda.
c) Gunakanlah warna, karena warna akan membuat mind map lebih
hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif.
d) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan
seterusnya.
e) Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus.
f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
g) Gunakan gambar.
3. Kiat dalam membuat Mind Map
Dalam membuat mind map diperlukan beberapa kiat. Adapun
a) Gunakan warna yang berbeda untuk setiap topik utama atau
gunakan warna yang berselang-seling.
b) Tunjukkan asosiasi dengan menggambarkan panah antara
cabang-cabang.
c) Kembangkan stemo sendiri untuk menggunakan gambar simbol
dan singkatan.
d) Atur informasi dan urutan secara kronologis dengan menomori
cabang-cabang.
Agar siswa dapat belajar lebih cepat dan efektif, maka siswa
harus menguasai lima keterampilan yang merangsang untuk belajar.
Lima keterampilan yang merangsang untuk belajar tersebut adalah
(Porter, 2004:178):
a) Konsentrasi fokus
b) Cara mencatat
c) Organisasi dan persiapan tes
d) Membaca cepat
e) Teknik mengingat
Siswa akan dapat secara sukses dalam menerima pelajaran jika
untuk menghadapi ujian, meningkatkan kecepatan membaca, dan
kemampuan untuk menghafal.
4. Manfaat Mind Map
Mind Map mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat
mind map tersebut antara lain (Porter, 2004:179):
a) Mind Map sangat berguna untuk sesi curah gagasan, terutama saat
siswa bekerja kelompok dan banyak orang mengusulkan gagasan.
b) Informasi dapat direkam dengan cepat .
c) Mind Map dibuat agar sesuai dengan lompatan yang terjadi dalam
pikiran, sebab peta pikiran bekerja seperti otak, benar-benar
mendorog wawasan dan gagasan cemerlang.
d) Dalam mengerjakan tugas menulis yang menantang, peta pikiran
membantu siswa menyusun informasi dan melancarkan aliran
pikiran.
5. Unsur-unsur Pemetaan Pikiran
Teknik pemetaan pikiran merupakan satu keterampilan yang
efektif dalam belajar. Dalam pemetaan pikiran tersebut terdapat
beberapa unsur. Adapun unsur-unsur pemetaan pikiran adalah sebagai
berikut (Wicoff, 2005:67):
a) Fokus pusat yang berisi citra atau lambang gambar masalah atau
b) Gagasan dibiarkan mengalir bebas tanpa penilaian.
c) Kata-kata kunci digunakan untuk menyatakan gagasan.
d) Hanya kata kunci yang ditulis perbaris.
e) Gagasan kata kunci dihubungkan ke fokus pusat dengan garis.
f) Warna digunakan untuk menerangi dan menekankan pentingnya
sebuah gagasan.
g) Gambar dan lambang digunakan untuk menyoroti gagasan dan
merangsang pikiran agar membentuk kaitan yang lain.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Dalam bahasa latin, kata motivum menunjukkan bahwa ada
alasan tentang mengapa sesuatu itu bergerak. Motivasi adalah salah
satu prasyarat yang sangat penting dalam belajar (Wuryani, 1989:143).
Motivasi dalam belajar tidak hanya merupakan suatu energi yang
menggerakkan siswa untuk belajar, tapi juga sebagai suatu yang
mengarahkan aktifitas siswa untuk mencapai tujuan belajar. Thomas L
Good dan Jere B Brophy (1986) yang dikutip dalam buku Motivasi
dalam Belajar mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi
penggerak, pengarah dan memperkuat tigkah laku (Prayitno, 1989:10).
Menurut Ngalim Purwanto (1984:70) pada umumnya motivasi
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan
(goal) atau perangsang (incentive). Motivasi tidak lepas dari adanya
rangsangan. Rangsangan dapat dalam bentuk hadiah atau hukuman
yang diberikan oleh guru. Motivasi juga menyangkut kebiasaan yang
telah dimiliki oleh siswa. Kebiasaan bekerja yang baik dapat
memperkuat motivasi, seperti kebiasaan menyelesaikan tugas atau
pekerjaan sampai tuntas, kerja keras, rapi dan tepat waktu (Prayitno,
1989:9).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan untuk
memahami dan mengembangkan motivasi siswa, guru hendaknya
mampu membangkitkan kebutuhan siswa akan berprestasi. Untuk itu,
guru harus membangun dan mengembangkan kebiasaan yang baik
dalam diri siswa.
2. Tipe-tipe Motivasi
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan
faktor pendorong dari dalam diri (internal) idividu. Tingkah laku
terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan.
Individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh
tingkah laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar.
intrinsik, maka kegiatannya adalah untuk mendapatkan tujuan
yang merupakan hasil kegiatan itu (Prayitno, 1989:10-11).
Grage dan Berlin (1988) dalam Prayitno (1989:11) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasya lebih baik dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitasnya yang tinggi dalam belajar.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya
aktifitas belajar dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar (Winkel,
1984:27). Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau
keinginan yang sebenarnya ada di dalam diri siswa untuk belajar,
dinamakan demikian karena tujuan utama individu melakukan
kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar
aktifitas belajar itu sendiri (Prayitno, 1989:14).
Antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah
dan memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat
membangkitkan motivasi intrinsik disamping itu perlu diingat pula
bahwa motivasi ekstrinsik dapat melemahkan motivasi intrinsik.
Motivasi instrinsik yang pada mulanya sudah ada tetapi kalau
sering diberi hadiah maka motivasi intrinsik itu akan menurun
3. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada
kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa
tercapai. Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada beberapa
motivasi yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.
Motivasi siswa merupakan faktor psikis, yang bersifat non intelektual.
Peranannya yang khas adalah dalam hal gairah atau semangat belajar,
siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar (Winkel, 1984;27).
4. Ciri-ciri Orang Yang Termotivasi
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, walaupun
seringkali mengalami kegagalan, justru akan tetap dapat meningkatkan
motivasinya kembali. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang
tinggi mempuyai ciri-ciri sebagai berikut (Imron, 1996:88):
a) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus
menerus dalam waktu lama.
b) Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa.
d) Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam
masalah belajar.
e) Lebih suka bekerja sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
f) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
g) Tidak mudah melepas apa yang diyakini.
h) Senang mencari dan memecahkan masalah.
5. Usaha Untuk Meingkatkan Motivasi
Usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat
meningkatkan motivasi belajar siswanya adalah (Irawan, 1995:28):
a) Setiap subyek yang diajarkan perlu dibuat menarik, setiap proses
belajar harus dibuat aktif, yaitu dengan mengajak siswa
menemukan atau membuktikkan sesuatu, dan sedapat mungkin
berguna.
b) Terapkan modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja
keras.
c) Siswa harus tahu apa yang dikerjakan, dan bagaimana mereka
harus mengetahui bahwa tujuan telah tercapai.
d) Guru harus memperhitungkan perbedaan individual antar siswa
dalam hal kemampuan, latar belakang, dan sikap mereka terhadap
e) Usaha untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu
kebutuhan rasa aman, psikologis, diakui oleh kelompoknya serta
penghargaan dengan jalan :
1) Memperhatikan kondisi fisik siswa.
2) Memberi rasa aman.
3) Menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka.
4) Mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga
setiap siswa pernah memperoleh kepuasan dan
penghargaan.
5) Membuat siswa menerapkan apa yang telah dipelajari dan
ingin belajar lebih banyak lagi, dengan cara :
a. Menghubungkan subyek yang diajarkan dengan
orang-orang yang disenangi dan dikagumi di masyarakat.
b. Mengatur kondisi belajar sedemikian rupa sehingga
mereka merasa betah dan senang.
c. Menimbulkan perasaan bahwa mereka berhasil dengan
baik dalam proses belajarnya.
D. Prestasi
1. Pengertian Prestasi
Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,
(Arifin, 1990:2-3). Sedangkan WS Winkel (1985:16) prestasi
didefinisikan sebagai suatu kecakapan nyata yang dimiliki oleh
seseorang dari hasil yang dilakukan.
Pengungkapan perubahan tingkah laku dari hasil usaha
sangatlah sulit. Hal itu disebabkan perubahan hasil belajar itu tidak
ada yang bersifat intangiable atau tidak dapat diraba (Muhibbinsyah,
1995:150). Prestasi tersebut dapat dilihat secara nyata dan dapat
diukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes.
2. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimya ditunjukkan dengan
hasil tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Surakhmad,
1990:70).
E. Interaksi Edukatif pada Pelajaran Ekonomi
Pengajaran yang dilakukan oleh guru merupakan bagian dalam
pendidikan yang tidak dapat terpisahkan. Proses interaksi antara guru
dengan siswa harus merupakan proses dan interaksi pendidikan, yang
merupakan proses dan interaksi edukatif. Adapun ciri-ciri interaksi
1. Ada tujuan yang jelas yang akan dicapai (guna menjawab pertanyaan
“untuk apa?”)
2. Ada bahan yang menjadi proses (“dengan materi yang mana?”)
3. Ada pelajar yang aktif mengalami (“ditunjukan pada siapa?”)
4. Ada guru yang melaksanakan (“diselenggarakan oleh siapa?”). Ada
metode tertentu untuk mencapai tujuan (“bagaimana caranya?”)
5. Proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional (“dalam
keadaan yang bagaimana?”)
Dengan diungkapkan konsep edukatif interaksi tersebut di atas
menjadi jelas bahwa mengajar bukanlah suatu pristiwa dan usaha yang
terbuka. Mengajar merupakan peristiwa dan usaha yang terbimbing dan
terikat oleh tujuan, materi, sasaran, pelaksanaan, metode dan situasi
tertentu.
F. Belajar
1. Pengertian Belajar
Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya
memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai
yang dapat menunjang perkembangannya.
kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar (Winkel, 1987:35).
Definisi belajar berbeda menurut teori yang dianut. Secara
tradisional belajar dapat menambah pengetahuan, yang diutamakan
adalah aspek intelektual. Pendapat lain yang lebih populer ialah
memandang belajar dengan perubahan kelakuan.
Seseorang belajar bila ia ingin melakukan kegiatan sehingga
kelakuannya berubah. Ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumya
tidak bisa dilakukan. Ia menghadapi situasi dengan cara lain. Kelakuan
harus kita pandang dalam arti yang luas yang meliputi pengamatan,
pengenalan, perbuatan, keterampilan, minat, penghargaan, sikap dan
lain-lain. Jadi, belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual saja,
akan tetapi seluruh pribadi anak, kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Nasution, 2003:59).
2. Prinsip-prinsip Belajar
Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Gestalt (Nasution,
2003:72-80) adalah :
a) Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Pendidik-pendidik modern berpendapat bahwa mata
pelajaran-mata pelajaran kurang manfaatnya sebab tidak berdasarkan
hubungan antara berbagai mata pelajaran yang disebut korelasi
antara mata pelajaran. Hal ini malahan dapat meniadakan segala
batas-batas antara mata pelajaran-mata pelajaran dengan
mengintegrasikannya.
b) Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Sekolah hendaknya dijadikan bukan hanya tempat anak
mempelajari berbagai ilmu, akan tetapi juga tempat mereka hidup
dan belajar hidup. Kurikulum sekolah disesuaikan dengan apa
yang diperlukan anak bagi kehidupannya sehari-hari. Dengan
demikian dicegah adanya jurang yang sering terdapat antara
sekolah dengan kehidupan di luar sekolah untuk mencapai
integrasi siswa.
c) Belajar berkat insight
Dengan insight dimaksud suatu saat dalam proses belajar, sewaktu
seseorang melihat dan mendapat pengertian tentang seluk beluk
sesuatu, atau melihat hubungan tertentu antara unsur-unsur dalam
suatu situasi yang mengandung suatu problema atau kepelikan.
d) Belajar berdasarkan pengalaman
Belajar memberikan hasil sebaik-baiknya bila didasarkan pada
pengalaman. Pengalaman merupakan suatu interaksi yakni aksi
pengaruh dari lingkungan. Jadi ada aksi dari lingkungan terhadap
individu, akan tetapi sebaliknya individu beraksi terhadap
pengaruh lingkungan itu.
e) Belajar adalah suatu proses perkembangan
Manusia adalah suatu organisme yang tumbuh dan berkembang
menurut cara-cara tertentu. Kita tidak dapat mengajarkan semua
sesuatu yang kita kehendaki. Anak-anak baru dapat mempelajari
dan mencernakannya bila ia telah matang untuk pelajaran itu.
Kesiapan anak untuk mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan
melalui kematangan atau taraf pertumbuhan batiniah, tetapi juga
dipengaruhi oleh lingkungan, yakni oleh pengalaman-pengalaman
yang telah diperoleh.
f) Belajar adalah proses yang kontinu
Kontinuitas diusahakan dengan meniadakan adanya tinggal kelas.
Anak yang tinggal kelas tidak kontinu pelajarannya, oleh sebab itu
ia harus mengulangi bahan yang sama selama satu tahun.
Kurikulum hendaknya disusun sedemikian, sehingga setiap anak
terus maju sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kontinuitas
harus pula ada dalam pelajaran sekolah rendah, menengah dan
Demikian pula anak itu harus pula maju dari sekolah rendah ke
sekolah menengah dan seterusnya.
g) Belajar lebih berhasil bila dengan minat, keinginan dan tujuan
anak
Hal ini tercapai apabila pelajaran itu langsung berhubungan
dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari
atau apabila mereka tahu dan memerima tujuannya. Akan tetapi
dalam hubungannya dengan cita-cita anak itu, ia yakin akan ada
faedah bagi kehidupannya dan karena itu ia giat belajar. Dikatakan
anak itu didorong oleh motivasi yang intrinsik, sebab ia ingin
mencapai tujuan yang terkandung dalam pelajaran itu sendiri.
G. Media
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau
pengantar. Dalam proses belajar mengajar, media mempunyai arti
yang sangat penting. Media merupakan wahana penyalur informasi
atau penyalur pesan (Syaiful, 2002:136). Dengan penggunaan media
tersebut, materi akan lebih mudah disampaikan oleh guru, pelajaran
Media dapat mewakili apa yang kurang mampu disampaikan
oleh guru melalui kalimat, keabstrakan bahasa dapat dikonkritkan
melalui media. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah mencerna
materi dari pada tanpa bantuan media. Penggunaan media dapat
dipergunakan sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar (Mulyasa,
2002:136)
a) Media sebagai Alat Bantu
Tanpa batuan media, maka bahan pelajaran sulit untuk dipahami
oleh setiap siswa. Bagi pelajaran yang rumit, penggunaan media
ini akan sangat bermanfaat, mengingat setiap pelajaran mempunyai
tingkat kesukaran yang bervariasi. Penggunaan media juga dapat
digunakan sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar agar
siswa tidak cepat bosan dalam menerima pelajaran. Sebagai alat
bantu, media berfungsi sebagai pelicin jalan dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar dengan bantuan
media diharapkan dapat menghasilkan proses dan hasil yang lebih
baik dari pada tanpa bantuan media. Untuk itu, guru harus
mempertimbangkan media yang dapat menunjang proses
b) Media sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah
nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik (Syaiful,
2002:138-139). Syarifudin (1991) mengelompokkan sumber-sumber belajar
menjadi lima kategori yaitu manusia, buku atau perpustakaan,
media masa, alam atau lingkungan, dan media pedidikan. Karena
itu, sumber belajar segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai
tempat dimana bahan pelajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang (Sayiful, 2002:139).
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu
guru dalam memperkaya pengetahuan anak didik. Macam, bentuk, dan
jenis pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu bagi
anak. Akan tetapi, penggunaan media masih jarang dilakukan. Salah
satu menjadi penyebab adalah terbatasnya dana untuk membeli media
tersebut. Untuk itu, guru cukup membuat media pendidikan yang
sederhana selama dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Fungsi Media
Menurut Derek Rowntrie (1982:168) yang dikutip oleh Dientje
Rumampuk (1988:12) menyebutkan fungsi media sebagai berikut :
e) Give speedy feedbck (memberikan balikan dengan cepat)
f) Encourage appropriate practice (menggagalkan latihan yang serasi)
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media mempunyai nilai
praktisnya sebagai berikut (Rumampuk, 1988:12-13):
a) Media pendidikan dapat membangkitkan motivasi belajar.
b) Media dapat membuat konsep yang abstrak mejadi konkrit,
misalnya dalam menjelaskan sejarah dengan film, grafik dan
lain-lain.
c) Media dapat menghilangkan batas-batas ruang kelas misalnya
dalam menampilkan obyek yang terlalu besar seperti Candi
Borobudur atau pasar.
d) Media dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa yang
mampu seperti pegalaman terhadap film, TV, dan lain-lain.
e) Media dapat menampilkan obyek yang terlalu kecil untuk diamati
secara langsung seperti molekul atau sel dapat digunakan gambar,
slide, film dan sebagainya.
f) Media dapat menggantikan penampilan obyek yang berbahaya
atau sukar dibawa ke ruang kelas seperti letusan gunung berapi,
[image:55.612.94.533.190.587.2]binatang buas dan sebagainya, dapat digunakan film atau slide,
gambar dan lain-lain.
h) Media dapat menyajikan pesan secara serempak.
i) Media dapat menyajikan benda atau peristiwa masa lampau, seperi
film perang kemerdekaan.
j) Media memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota
kelompok belajar.
k) Media dapat mengatasi pengamatan terhadap obyek yang sangat
kompleks misalnya cara kerja sistem listrik pada pesawat terbang
atau tentang organ tubuh.
l) Media dapat mengatasi penampilan obyek yang terlalu cepat
terlalu halus untuk di dengar misalya suara-suara yang terlalu
kecil.
m) Media bisa mengatasi apabila obyek terlalu lambat gerakannya.
3. Manfaat Media
Dalam Encyclopedia of Educational Research (Hamalik,
1986:27) manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Melekatkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir dan oleh
karena itu mengurangi “verbalisme”.
b) Memperbesar perhatian siswa.
c) Melekatkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar
d) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.
e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini
terutama terdapat dalam gambar hidup.
f) Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu
perkembangan kemampuan berbahasa.
g) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh
dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang
lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar
(Sadiman, 1984:16-17).
Media pendidikan secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan
sebagai berikut:
a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra seperti
misalnya:
1) Obyek yang terlalu besar dapat digantikan realitas, gambar,
film bingkai, film, atau model.
2) Obyek yang kecil dapat dibantu dengan proyek mikro, film
3) Kejadian yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat
rekaman film, video, film bingkai, foto maupu secara verbal.
4) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu
dengan time please atau high speed photographi.
5) Obyek yang terlalu komplek dapat disajikan dengan model
atau diagram.
6) Konsep yang terlalu luas.
c) Dengan meggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi
dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media berguna
untuk :
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
2) Memungkinkan interaksi yang lebih luas langsung antara anak
didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik untuk belajar sendiri-sendiri
menurut kemampuan dan minatnya.
d) Dengan sifat unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka
guru akan banyak mengalami kesulitan bila semuanya itu harus
siswa yang berbeda. Masalah ini juga dapat diatasi dengan media
pendidikan yaitu dengan kemampuannya dalam :
1) Memberikan perangsang yang sama.
2) Menyamakan pengalaman.
3) Menimbulkan persepsi yang sama.
4. Ciri-ciri Media
Ciri-ciri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut
(Hamalik, 1986:22-23):
a) Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan
yang berasal dari kata raga artinya sesuatu yang dapat diraba,
dilihat, didengar dan yang dapat diamati melalui panca indera kita.
b) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat
atau didengar.
c) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan atau
komunikasi dalam pengajaran antara guru dan siswa.
d) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar,
baik dalam kelas maupun di luar kelas.
e) Berdasarkan poin (3) dan (4), maka pada dasarnya media
pendidikan merupakan suatu perantara dan digunakan dalam
f) Media pendidikan mengandung aspek-aspek: sebagai alat dan
sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode
mengajar.
Jadi yang dimaksud media pendidikan adalah alat, metode dan teknik
yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah (Hamalik, 1986:23).
5. Prinsip-Prinsip Media
Dalam pemilihan media ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah (Rumampuk,
1988:19):
a) Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.
b) Pemilihan media harus secara objektif bukan semata-mata atas
dasar kesenangan atau sekedar selingan atau hiburan. Hendaknya
pemilihan media itu benar-benar berdasarkan atas pertimbangan
untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa.
c) Tidak ada satupun media yang dipakai untuk semua tujuan.
Tiap-tiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan.
d) Pemilihan media hendakya disesuaikan dengan metode mengajar
yang digunakan, materi pelajaran, mengingat media adalah bagian
e) Untuk dapat memilih media dengan cepat, guru hedaknya
mengenal cirri-ciri media.
1) Pemilihan media supaya disesuaikan dengan kondisi fisik
lingkungan.
2) Pemilihan media juga harus didasarkan pada kemampuan gaya
atau pola belajar siswa.
Tersedianya sejumlah media pengajaran memberikan sejumlah
alternatif kepada guru untuk melihat alat mana yag paling sesuai,
dengan melihat keuntungan dan kelemahan dari masing-masing media
pengajaran. Adanya alternatif mengenai penggunaan media tersebut
didasarkan pada beberapa hasil penelitian mengenai media yang
menunjukkan bahwa :
a) Tidak setiap media pengajaran dapat dimanfaatkan untuk
mencapai sembarang tujuan pelajaran.
b) Semua media pengajaran dapat membantu guru dalam
melaksanakan satu atau beberapa fungsi dalam pegajaran. Seperti
memisahkan, mengontrol atau mengecek, memberikan penguatan
dan mengadakan evaluasi. Bahkan ada kemungkinan, media itu
mengambil alih fungsi itu.
c) Efektifitas penggunaan media tidak tergantung dari perbedaan
H. Kerangka Berpikir
Penggunaan media mind map diyakini dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Mata
pelajaran ekonomi bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada
umumnya adalah mata pelajaran yang kurang disukai oleh siswa karena
sebagain materinya berupa hafalan. Dalam pembelajaran guru terlalu
mengutamakan ringkasan yang ada pada lembar siswa sebagai media serta
kurang memanfaatkan media yang lain.
Kurangnya media tersebut membuat siswa cepat merasa bosan
dalam mengikuti pelajaran yang berakibat rendahnya motivasi dan prestasi
belajar. Rendahnya motivasi dan prestasi belajar tersebut bisa dilihat dari
pekerjaan rumah (PR) yang tidak dikerjakan oleh siswa dan nilai rata-rata
ulangan harian 40,21. Oleh karena itu guru dituntut untuk memperhatikan
cara mengajar dan memecahkan masalah tersebut. Apabila dalam kegiatan
belajar mengajarnya guru banyak mengguakan media, maka cara
mengajar guru cenderung tidak membosankan sehingga dapat
meningkatkan motivasi siswa.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kesulitan siswa dalam menerima materi yang berbentuk hafalan tersebut
adalah dengan menggunakan media mind map. Dengan menggunakan
itu penggunaan media mind map dapat memacu semangat belajar siswa
karena siswa dapat membuat media mind map dengan berbagai simbol dan
warna-warni yang dapat membuat siswa merasa senang dalam belajar
sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa pada pelajaran Ekonomi
akan meningkat.
Indikator peningkatan motivasi dalam penelitian ini adalah dari
situasi awal dengan motivasi rendah menjadi motivasi yang tinggi (sesuai
dengan perhitungan menggunakan PAP II). Sedangkan untuk variabel
prestasi meningkat dari nilai rata-rata ulangan harian 40,21 menjadi paling
tidak mencapai nilai rata-rata 60,0 pada siklus I, dan menjadi 70,0 pada
siklus II.
I. Hipotesis
Ada pengingkatan motivasi dan pretasi belajar siswa kelas XB
44 BAB III
METODE PENENLITAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan ini diharapkan dapat
memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang tidak atau kurang memuaskan dan atau untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kawasan kelas untuk meningkatkan praktik pembelajaran yang ada (Kasbolah, 2001:9).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas karena masalah
yang diangkat berdasarkan pada masalah yang terjadi di lapangan. Dalam hal
ini yang diteliti adalah penggunaan media mind map di kelas XB SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diadakan di SMA BOPKRI 2
Yogyakarta, jalan Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta. Waktu penelitian ini
C. Subyek Penelitian
a. Subyek penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XB SMA BOPKRI 2
Yogyakarta.
b. Obyek penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek adalah penggunaan media mind
map dalam pembelajaran ekonomi.
D. Data yang dibutuhkan
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu
siswa-siswi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta kelas XB melalui observasi
langsung (pengamatan kelas), wawancara dengan siswa, kuesioner, dan
observasi dokumen (buku siswa).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh
pihak lain. Data tersebut biasanya diperoleh dengan menyalin data dari
guru, yaitu data tentang jumlah siswa, nilai ulangan harian, dan ketuntasan
E. Variabel
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2003:31).
2. Kategori Kecenderungan Variabel
Kategori kecenderungan variabel dinilai dengan menggunakan
Penilaian Acuan Patokan. Penilaian dengan menggunakan PAP II adalah
sebagai berikut (Masidjo, 1995:157):
Tingkat penguasaan kompetensi Kategori kecenderungan variabel
81%-100% Sangat tinggi
66%-80% Tinggi
56%-65% Cukup
46%-65% Rendah
Dibawah 46% Sangat rendah
3. Pengukuran Variabel
Data mengenai prestasi diukur dengan membandingkan nilai ulangan
harian sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan.
Sedangkan data mengenai motivasi diukur berdasarkan persepsi
responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan
alternatif jawaban yang tersedia. Jawaban yang diperoleh dari responden
itu bersifat kualitatif, untuk itu diperlukan model skala likert.
Variabel motivasi belajar ini diukur dengan menggunakan 5 kategori
dimana untuk pertanyaan positif (mendukung) jawaban memiliki skor
dengan kategori sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak setuju =
2, sangat tidak setuju = 1. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif (tidak
mendukung) jawaban memiliki skor dengan kategori sangat setuju = 1,
setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, sangat tidak setuju = 5.
Mengenai indikator dan nomor butir pertanyaan dalam kisi-kisi dapat
[image:67.612.97.534.197.695.2]dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1
Kisi-kisi angket motivasi
No Indikator No. item positif No. item negatif
1 Mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
1 9
2 Keinginan untuk berprestasi 5, 7
3 Mampu mengerjakan tugas,
ujian dari guru tanpa bantuan orang lain
2 10
4 Mengerjakan soal-soal yang
ada pada buku pelajaran atau LKS
8
5 Mempunyai keinginan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan
3, 11 6
6 Siswa memperhatikan materi
yang dijelaskan oleh guru
13, 14 12
7 Siswa mempunyai keinginan
untuk mendapatkan tambahan nilai
15
untuk mendapatkan pujian dari guru atau orang lain
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Mind map
Mind map merupakan media yang dapat memudahkan mengingat
banyak informasi, karena catatan dapat diringkas sehingga dapat
memudahkan dalam belajar. Mind map terbaik adalah peta pikiran yang
warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol, sehingga
biasanya nampak seperti karya seni. Suatu materi akan mudah diingat
dalam bentuk gambar warna-warni dan simbol yang menarik.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegairahan dalam belajar, pengaruh dan
memperkuat tingkah laku pada kegiatan belajar. Variabel motivasi belajar
meliputi ketekunan, adanya keinginan dan keyakinan serta niat yang besar
untuk meningkatkan prestasi.
3. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa merupakan tingkat baik buruknya atau keadaan
mutu atau hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian siswa pada
G. Pengumpulan Data
1. Cara pengumpulan data
Pada penelitian ini data dikumpulkan lewat observasi langsung
(pengamatan kelas), wawancara dengan siswa, kuesioner, dan observasi
dokumen.
a. Observasi langsung
Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Apa yang
dikatakan ini adalah pengamatan langsung (Arikunto, 2002:133).
Observasi langsung dapat dilakukan dengan pengamatan secara
langsung pada saat kegiatan belajar mengajar dalam bidang studi
Ekonomi dengan menggunakan media mind map.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2003:131).
Teknik kuesioner dilakukan dengan membuat pertanyaan tertulis yang
dibagikan kepada responden untuk memperoleh data tentang identitas
responden mengenai manfaat media mind map untuk kegiatan
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu
di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Wiriatmojo,
2005:117). Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang tidak
terjangkau oleh observasi dan kuesioner.
Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode wawancara dan kuesioner adalah sebagai
berikut :
1) Bahwa subjek atau responden adalah yang paling tahu tentang
dirinya sendiri
2) Bahwa apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya.
3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksud dengan oleh peneliti (Hadi, 1986:86).
2. Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
3. Jenis Data
Data yang terkumpul dari penelitian ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif.
H. Prosedur Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas, dapat direncanakan serangkaian
tindakan yang akan dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas
pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan media mind map. Oleh
karena penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas maka rancangan
penelitian ini berupa siklus yang secara garis besar mencakup 4 kegiatan
sebagai berikut :
1. Perencanaan, yaitu penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan.
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
3. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan
tindakan.
4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan, dan penyimpulan.
Berkaitan dengan permasalahan dengan penelitian ini, maka dirancang 2
Siklus I:
Kegiatan dalam siklus I adalah membahas sub pokok bahasan tertentu.
Agar siswa memahami penggunaan media mind map, kegiatan yang dilakukan
pada siklus ini adalah:
1. Tahap Perencanaan
a. Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berdasarkan
pengamatan guru bersama peneliti terhadap masalah yang dihadapi di
kelas.
b. Peneliti membuat peta pikiran (mind map), berdasarkan materi
pembelajaran, guru membuat soal tugas.
c. Peneliti menyusun istrumen pengumpulan data, meliputi :
1) Kriteria keberhasilan berdasarkan pelaksanaan tindakan.
2) Instrumen observasi kegiatan guru dan siswa di kelas.
3) Lembar penilaian tugas siswa.
4) Angket kuesioner.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan yang sudah direncanakan untuk
mengatasi masalah-masalah yang terungkap dalam rumusan masalah.
Pada tahap ini guru bertindak sebagai guru kelas dan peneliti bertindak
sebagai observer. Kegiatan yang dilakukan adalah: