• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan media mind map dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA Bopkri 2 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan media mind map dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA Bopkri 2 Yogyakarta."

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

xi ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI

2 YOGYAKARTA: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS Gede Wija Kusuma

051334075

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2010

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui penggunaan media mind map. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan jumlah 18 siswa, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah media mind map. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh randahnya motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Rendahnya motivasi siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR (61%), siswa sering tidur dan keluar masuk kelas ketika pelajaran berlangsung, serta rendahnya prestasi dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian (40,21)

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan alur perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi untuk setiap siklusnya. Dalam tahap perencanaan, peneliti membuat mind map, menyiapkan lembar observasi dan penilaian. Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa di kelas serta memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan selajutnya mengadakan observasi dokumen. Refleksi dilakukan dengan menganalisis data observasi dan penilaian dengan menggunakan indikator tinggi (sesuai perhitungan dengan menggunakan PAP II) untuk variabel motivasi, sedangkan untuk variabel prestasi dengan indikator nilai rata-rata 60,0 pada siklus I serta nilai rata-rata 70,0 pada siklus II.

(2)

xii ABSTRACT

THE USE OF MIND MAP MEDIA TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND PERFORMANCE OF THE TENTH GRADE B STUDENTS OF BOPKRI 2 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA: A

CLASS ACTION RESEARCH Gede Wija Kusuma

051334075

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

This research aims to improve learning motivation and performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta through the use of mind map media. The subjects of the study were18 students of tenth grade B BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta while the object of study was the use of mind map media. The rationale of this study was the low motivation and the performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta. The low motivation could be indicated from the high percentage of student who did not complete their homework (61%), students sleeping in the clasroom, going into and out the clasroom during class activities, and the low performance was indicated by the low a daily test result of 40,21.

The processes of the data analysis in this research were planing path, action implementation, observation and reflection for each cycle. During the planing stage, the researcher made the mind map, prepared the observation and evaluation sheets. During the implementation teacher and the student actions were observed in the clasroom to evaluate the action implementation, and the document observation were carried out. The reflection was carried by analyzing the observation data and evaluating results with high indicator (in accordance with PAP II comput ation) for motivation variable, while for performance variable the indicator of mean a was 60.0 at cycle I and mean of 70.0 at cycle II.

(3)

i

PENGGUNAAN MEDIA MID MAP DALAM MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

Studi Kasus: SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh : GEDE WIJA KUSUMA

NIM: 051334075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha

Esa) atas karunia yang telah diberikanya

Bapak tercinta I Nyoman Putrana

Ibu tercinta Wayan Rempianing

(7)

v

MOTO

BERHENTI DI TENGAH PERJALANAN AKAN LEBIH SULIT

DAN TERASA LEBIH MELELAHKAN, DARIPADA TERUS

BERJALAN HINGGA SAMPAI KETUJUAN

HIDUP MEMERLUKAN PENGORBANAN, PENGORBANAN

MEMERLUKAN PERJUANGAN, PERJUANGAN MEMERLUKAN

KETABAHAN, KETABAHAN MEMERLUKAN KEYAKINAN

KEYAKINAN PULA MENENTUKAN KESUKSESAN

KESUKSESAN PULA MENENTUKAN KEBAHAGIAAN

(8)
(9)
(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

ix

4. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd.,M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk semuanya.

5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.

6. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas semua pelayanan dalam membantu penulis selama kuliah di USD.

7. Ibu Sri Rahayuningsih, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Nuning Praptiria Utami S.Pd., selaku guru mitra yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian sekripsi saya.

9. Siswa-siswi kelas XB yang telah membantu sehingga penelitia ini dapat berjalan dengan lancar

10. Bapak dan Ibu tercinta, kakak-kakakku tersayang, yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.

(12)

x

12. Buat Ika (alm) yang selalu mendoakan aku dari surga, kamu selalu di hatiku dan selalu menjadi inspirasiku.

13. Seluruh sahabat angkatan 2005 (Riri, Tri, Rina, Andri, Marsya, Lilis, Galuh, Asih, Widi, Villa, Setya Rini, Novi, Whilda, Dwi, Lik Kis, Mas Eka, Lek Kris, Chopy, Rita, Katarina, Maya, Madam, Mas Adi, Tia, Didot, Febran, Yansen, Yanto, Itok, Budiman, Robert, Merry, Boim, Wulan, Mas Bangkit, Singgih, Mas Filip, Ferry, Arnon, Titex, Candra, Leni, Kurnia, Vivi, Eka Fansiska, Yuni, Siska, Era, Vita, Ida, Selly, Lely, Mita, Luci, Santy, Niken, Rini). Terima kasih atas bantuannya selama ini.

14. Teman-teman di pingit yang selalu memberikan semangat sehingga saya berhasil menyelesaikan sekripsi saya. (RILEX)

15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Penulis,

Gede Wija Kusuma

(13)

xi ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XB SMA BOPKRI

2 YOGYAKARTA: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS Gede Wija Kusuma

051334075

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2010

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui penggunaan media mind map. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan jumlah 18 siswa, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah media mind map. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh randahnya motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Rendahnya motivasi siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR (61%), siswa sering tidur dan keluar masuk kelas ketika pelajaran berlangsung, serta rendahnya prestasi dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian (40,21)

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan alur perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi untuk setiap siklusnya. Dalam tahap perencanaan, peneliti membuat mind map, menyiapkan lembar observasi dan penilaian. Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa di kelas serta memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan selajutnya mengadakan observasi dokumen. Refleksi dilakukan dengan menganalisis data observasi dan penilaian dengan menggunakan indikator tinggi (sesuai perhitungan dengan menggunakan PAP II) untuk variabel motivasi, sedangkan untuk variabel prestasi dengan indikator nilai rata-rata 60,0 pada siklus I serta nilai rata-rata 70,0 pada siklus II.

(14)

xii ABSTRACT

THE USE OF MIND MAP MEDIA TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND PERFORMANCE OF THE TENTH GRADE B STUDENTS OF BOPKRI 2 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA: A

CLASS ACTION RESEARCH Gede Wija Kusuma

051334075

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

This research aims to improve learning motivation and performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta through the use of mind map media. The subjects of the study were18 students of tenth grade B BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta while the object of study was the use of mind map media. The rationale of this study was the low motivation and the performance of the tenth grade B students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta. The low motivation could be indicated from the high percentage of student who did not complete their homework (61%), students sleeping in the clasroom, going into and out the clasroom during class activities, and the low performance was indicated by the low a daily test result of 40,21.

The processes of the data analysis in this research were planing path, action implementation, observation and reflection for each cycle. During the planing stage, the researcher made the mind map, prepared the observation and evaluation sheets. During the implementation teacher and the student actions were observed in the clasroom to evaluate the action implementation, and the document observation were carried out. The reflection was carried by analyzing the observation data and evaluating results with high indicator (in accordance with PAP II comput ation) for motivation variable, while for performance variable the indicator of mean a was 60.0 at cycle I and mean of 70.0 at cycle II.

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DARTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

(16)

xiv BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas ... 12

B. Mind Mapping ... 17

C. Motivasi ... 21

D. Prestasi ... 26

E. Interaksi Edukatif pada Pelajaran Ekonomi ... 27

F. Belajar ... 28

G. Media ... 32

H. Kerangka Berpikir ... 42

I. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

C. Subyek Penelitian ... 45

D. Data yang dibutuhkan ... 45

E. Variabel ... 46

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 48

G. Pengumpulan Data ... 49

H. Prosedur Penelitian ... 51

I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 56

(17)

xv

B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 66

C. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 67

D. Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 68

E. Organisasi Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 78

F. SDM SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 88

G. Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 91

H. Kondisi Fisik dan lingkungan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.... 92

I. Hubungan antara Sekolah dengan Instansi lain ... 96

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 98

B. Pembahasan ... 118

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 123

C. Keterbatasan Penulis ... 124

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi angket Kuesioner ...47

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Motivasi ...57

Tabel 3.3 Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ...61

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ...61

Tabel 4.1 Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...68

Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...88

Tabel 4.3 Data Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ...91

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru di Kelas pada Siklu I ... 104

Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada Siklus I ... 106

Tabel 5.3 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I ... 107

Tabel 5.4 Daya Serap Siklus I ... 108

Tabel 5.5 Hasil Observsi dan Tidakan Siklus I ... 109

Tabel 5.6 Hasil Observasi Kegiatan Guru di Kelas pada Siklus II ... 112

Tabel 5.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada Siklus II ... 114

Tabel 5.8 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II ... 115

Tabel 5.9 Daya Serap Siklus II ... 116

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Kuesioer ... 129

Lampiran 2 Perhitungan Manual ... 133

Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 145

Lampiran 4 Silabus dan RPP ... 146

Lampiran 5 Mind Map ... 163

Lampiran 6 Surat Ijin ... 164

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang sedang gencar dalam melaksanakan pembangunan. Usaha mewujudkan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung jawab dunia pendidikan demi mempersiapkan peserta didik yang makin berperan dalam peningkatan profesionalismenya. Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2002:21). Kegiatan belajar merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakan guna meningkatkan pengetahuan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur itu menimbulkan adanya interaksi edukatif. Pada hakekatnya belajar adalah “perubahan”, maka hakekat belajar mengajar adalah “pengaturan” yang dilakukan oleh guru (Syaiful, 2002:32). Wadah yang digunakan untuk belajar tersebut adalah sekolah.

(22)

Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003, yaitu mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi masyarakat yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk itu diperlukan adanya perubahan dalam pembelajaran sesuai perkembangannya. Perubahan yang dilakukan oleh guru antara lain dapat memperbaiki kondisi lingkungan belajar, perubahan metode mengajar, pemberian PR secara rutin, maupun penggunaan media pembelajaran yang dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran karena sesuai dengan taraf berpikir siswa. Tahap berpikir siswa dimulai dari cara berpikir sederhana ke cara berpikir yang kompleks. Dengan menggunakan media hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan dan hal yang kompleks dapat disederhanakan. Dengan demikian, pengaruh media dalam pembelajaran oleh peserta didik begitu besar sehingga dapat menghasilkan perubahan tingkah laku.

(23)

menghafal. Padahal kurikulum yang ditetapkan pada saat ini adalah kurikulum yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap kompetensi tertentu. Pendekatan yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan dalam menghafal ini adalah dengan membuat peta pemikiran atau mind map.

Dengan menggunakan peta pikiran ini catatan bisa diringkas dengan berupa kesimpulan, serta materi dapat diingat dengan cepat karena catatan dapat dibuat secara sistematik. Dengan menggunakan media mind map diharapkan siswa dapat merasa senang dalam mengikuti pelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar. Dengan demikian, kualitas pendidikan dan pengajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan media Mind Map (Wicoff, 2005:44).

(24)

yang muncul berkaitan dengan motivasi dan prestasi. Permasalahan tersebut diantaranya:

1. Kondisi Siswa

(25)

2. Kondisi Guru

Dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru, guru terlalu mengutamakan ringkasan yang ada dalam lembar kerja siswa (LKS) sebagai media dalam pembelajaran, guru juga jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sedang dibahas, sehingga guru tidak tahu apakah siswa benar-benar paham terhadap materi yang sedang dibahas. Begitu juga sebaliknya guru jarang memberikan pertanyaan kepada kelas maupun kepada setiap siswa. Hal ini akan membuat siswa menjadi kurang aktif dan kurang mau berpikir. Selain itu guru tidak pernah memberikan tugas untuk meringkas sesuai dengan kreativitas yang dimiliki oleh siswa, yang sering dilakukan oleh guru hanya memberikan tugas berupa soal tentang pokok bahasan yang baru saja diberikan. Hal yang terjadi siswa tidak mengerjakan tugas itu dengan kemampuannya sendiri, akan tetapi hanya saling mencontek pekerjaan teman. Hal ini membutuhkan kreativitas dari guru dalam mengajar agar tidak ada gambaran negatif terhadap mata pelajaran ekonomi yang sebagian besar materinya berupa hafalan.

Dari uraian tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA MIND

MAP DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI

(26)

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan, dimana penggunaan media dalam belajar merupakan salah satu komponennya. Sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan media dalam belajar sangat penting dalam pembentukan belajar.

(27)

Sumber ( Suharsimi Arikunto, 2007: 16)

Guru melaksanakan serangkaian pembelajaran di kelas yang telah direncanakan kurang lebih sama dengan kegiatan pembelajaran yang pernah dilakukan oleh guru. Rencana tindakan guru tersebut dilaksanakan melalui tindakan-tindakan observasi di kelas, wawacara dengan siswa, dan observasi dokumen berupa catatan siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru adalah:

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Siklus I Refleksi

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

(28)

1. Pada saat memulai pelajaran guru memberikan umpan balik (feedback) untuk mengingatkan materi pada pertemuan sebelumnya, tetapi siswa tidak diminta untuk membuat catatan ringkasan sesuai dengan kreativitas siswa. Siswa kurang siap dalam menerima pelajaran karena tidak mempersiapkan materi.

2. Dalam menerangkan pelajaran, guru melibatkan siswa dengan cara mengajukan pertanyaan secara klasikal. Sebagian siswa menjawab secara serentak sehingga suasana kelas terlihat gaduh. Interaksi antar siswa dalam tanya jawab belum ada.

3. Pemanfaatan media oleh guru masih kurang. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar dan cenderung mengalami kebosanan.

4. Dalam mengerjakan soal, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja secara pribadi atau berdiskusi dengan temannya. Guru berkeliling di kelas untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru jarang meminta siswa untuk menampilkan hasilnya di papan tulis.

5. Siswa lebih memperhatikan jika guru menugaskan siswa untuk mengerjakan di papan tulis,

(29)

7. Siswa cenderung tidak bertanya meskipun sebenarnya kurang jelas. Mereka lebih berani bertanya pada saat siswa disuruh mengerjakan di papan tulis.

8. Siswa merasa senang jika guru memperhatikan hasil pekerjaan siswa dengan memberikan dorongan dan pujian.

9. Prestasi siswa cenderung dapat dikatakan rendah yang dapat dilihat melalui nilai ulangan harian yaitu dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 6 serta nilai rata-rata kelas 40,21.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, tidak semua masalah akan dicakup sekaligus. Peneliti membatasi pada masalah-masalah yang dapat segera diatasi guru dengan serangkaian tindakan yang sesuai dengan kondisi yang ada selama ini yaitu masalah meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.

D. Rumusan Masalah

(30)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui penggunaan media mind map.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah 1. Bagi guru

Hasil dari penelitian ini dapat dipakai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan motivasi serta prestasi belajar siswa.

2. Bagi siswa/siswi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mempermudah mereka dalam memahami materi dan meningkatkan motivasi serta prestasi belajarnya.

3. Bagi Peneliti/penulis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang pengelolaan kelas yang lebih baik sehingga bermanfaat dalam membantu guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Bagi Sekolah

(31)

kegiatan belajar mengajar penggunaan media belajar, khususnya media mind map sebagai salah satu cara memecahkan masalah pembelajaran yang terkait dengan motivasi dan prestasi belajar yang rendah.

5. Bagi Universitas

(32)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari

Classroom Action Research (CAR), yakni suatu action research yang

dilakukan di kelas. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut

maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan (Suharsimi

Arikunto:2-3)

1. Penelitian

Penelitian ini berhubungan dengan kegiatan mencermati suatu

objek dengan cara menggunakan cara dan aturan metodologi

tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat

dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

penting bagi peneliti.

2. Tindakan

Menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian

(33)

3. Kelas

Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang

sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama.

Selain itu dalam website PPPG tertulis Bandung Penelitian

Tindakan Kelas adalah bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek

pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Jadi dapat

disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu

bentuk tindakan-tindakan secara terstruktur terhadap sekelompok

siswa pada waktu yang sama serta menerima pelajaran dari guru

yang sama dalam rangka peningkatan kualitas proses

pembelajaran.

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki

(34)

berkesinambungan, tujuan ini melekat pada diri guru dalam

penunaian misi profesional kependidikan. Peningkatan ini

dilakukan oleh guru melalui serangkaian tindakan yang dirancang,

dilaksanakan, dan dievaluasi. Selain tujuan yang tertulis diatas

Penelitian Tindakan Kelas juga bertujuan meningkatkan

kinerja-kinerja yang dilaksankan oleh guru, mengidentifikasi, menemukan

solusi dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas, menghasilkan

dan mengeksplorasi inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran

misalnya metode, strategi, pendekatan dan media.

Penelitian Tindakan Kelas mempunyai manfaat yang dapat

dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakannya. Hal yang

terkait dengan komponen tindakan pembelajaran antara lain :

1. Inovasi Pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk

mengubah, mengembangkan, meningkatkan gaya mengajarnya

agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan

tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini guru selalu berhadapan

dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu jika

guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri dan berangkat dari

persoalannya tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat

(35)

2. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan kelas.

Untuk kepentingan pengembangan kurikulum Penelitian

Tindakan Kelas sangat bermanfaat sebagi salah satu masukan. Hal

ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak

netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh

gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan,

pengetahuan, dan pengajaran. Penelitian Tindakan Kelas dapat

membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut

secara empiris, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat

teoritis.

3. Peningkatan Profesionalisme Guru

Guru yang profesional tidak akan merasa enggan melakukan

berbagai perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan

kondisi kelasnya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu

media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang

terjadi di kelas dan kemudian meningkatkannya secara profesional

menuju kearah perbaikan-perbaikan.

Model PTK secara umum dilakukan melalui proses yang

berulang-ulang, dimana pada setiap siklus terdiri dari 4 langkah

(36)

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara

optimal teori-teori yang relevan. Selain itu kita juga harus

mempersiapkan skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas

dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, serta

mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan, dan yang terakhir

mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk

menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa yang melakukan, apa,

kapan, di mana, dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan

yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual.

Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan

kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan

refleksi.

3. Observasi

Pada saat pelaksanaan tindakan kegiatan observasi dilakukan

secara bersamaan. Secara umum kegiatan observasi dilakukan

dengan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran

(37)

4. Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk

memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil yang

terjadi sebagi akibat adanya tindakan yanag dilakukan.

B. Mind Mapping

1. Pengertian Mind Mapping

Metode mecatat yang baik harus membantu mengingat,

meningkatkan pemahaman, dan membantu mengorganisasikan materi.

Peta pikiran (mind map) adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan

secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008:4).

Catatan yang dibuat tersebut membentuk gagasan yang saling

berkaitan, dengan topik utama di tengah dan subtopik serta perincian

mejadi cabang-cabangnya.

Membuat catatan dengan mind map sangat menyenangkan dan

dapat mengurangi tingkat kebosanan dalam belajar. Motivasi

merupakan kata kunci untuk mencapai sukses dari pada melihat

sesuatu yang membosankan. Mind map terbaik adalah peta pikiran

yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol,

sehingga biasanya nampak seperti karya seni. Suatu materi akan

mudah diingat dalam bentuk gambar warna-warni dan simbol yang

(38)

dan simbol dengan warna tersebut akan mengurangi tingkat kebosanan

siswa (Svatensson, 2004:106).

2. Cara membuat Mind Map

Materi dapat dicatat dengan cepat dan efisien dengan membuat

mind map pada saat kegiatan belajar mengajar. Adapun cara-cara

untuk membuat mind map adalah (Buzan, 2008:15):

a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya

diletakkan vertikal atau horizontal.

b) Gunakanlah gambar atau foto untuk ide sentral anda.

c) Gunakanlah warna, karena warna akan membuat mind map lebih

hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif.

d) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan

seterusnya.

e) Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus.

f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

g) Gunakan gambar.

3. Kiat dalam membuat Mind Map

Dalam membuat mind map diperlukan beberapa kiat. Adapun

(39)

a) Gunakan warna yang berbeda untuk setiap topik utama atau

gunakan warna yang berselang-seling.

b) Tunjukkan asosiasi dengan menggambarkan panah antara

cabang-cabang.

c) Kembangkan stemo sendiri untuk menggunakan gambar simbol

dan singkatan.

d) Atur informasi dan urutan secara kronologis dengan menomori

cabang-cabang.

Agar siswa dapat belajar lebih cepat dan efektif, maka siswa

harus menguasai lima keterampilan yang merangsang untuk belajar.

Lima keterampilan yang merangsang untuk belajar tersebut adalah

(Porter, 2004:178):

a) Konsentrasi fokus

b) Cara mencatat

c) Organisasi dan persiapan tes

d) Membaca cepat

e) Teknik mengingat

Siswa akan dapat secara sukses dalam menerima pelajaran jika

(40)

untuk menghadapi ujian, meningkatkan kecepatan membaca, dan

kemampuan untuk menghafal.

4. Manfaat Mind Map

Mind Map mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat

mind map tersebut antara lain (Porter, 2004:179):

a) Mind Map sangat berguna untuk sesi curah gagasan, terutama saat

siswa bekerja kelompok dan banyak orang mengusulkan gagasan.

b) Informasi dapat direkam dengan cepat .

c) Mind Map dibuat agar sesuai dengan lompatan yang terjadi dalam

pikiran, sebab peta pikiran bekerja seperti otak, benar-benar

mendorog wawasan dan gagasan cemerlang.

d) Dalam mengerjakan tugas menulis yang menantang, peta pikiran

membantu siswa menyusun informasi dan melancarkan aliran

pikiran.

5. Unsur-unsur Pemetaan Pikiran

Teknik pemetaan pikiran merupakan satu keterampilan yang

efektif dalam belajar. Dalam pemetaan pikiran tersebut terdapat

beberapa unsur. Adapun unsur-unsur pemetaan pikiran adalah sebagai

berikut (Wicoff, 2005:67):

a) Fokus pusat yang berisi citra atau lambang gambar masalah atau

(41)

b) Gagasan dibiarkan mengalir bebas tanpa penilaian.

c) Kata-kata kunci digunakan untuk menyatakan gagasan.

d) Hanya kata kunci yang ditulis perbaris.

e) Gagasan kata kunci dihubungkan ke fokus pusat dengan garis.

f) Warna digunakan untuk menerangi dan menekankan pentingnya

sebuah gagasan.

g) Gambar dan lambang digunakan untuk menyoroti gagasan dan

merangsang pikiran agar membentuk kaitan yang lain.

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Dalam bahasa latin, kata motivum menunjukkan bahwa ada

alasan tentang mengapa sesuatu itu bergerak. Motivasi adalah salah

satu prasyarat yang sangat penting dalam belajar (Wuryani, 1989:143).

Motivasi dalam belajar tidak hanya merupakan suatu energi yang

menggerakkan siswa untuk belajar, tapi juga sebagai suatu yang

mengarahkan aktifitas siswa untuk mencapai tujuan belajar. Thomas L

Good dan Jere B Brophy (1986) yang dikutip dalam buku Motivasi

dalam Belajar mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi

penggerak, pengarah dan memperkuat tigkah laku (Prayitno, 1989:10).

Menurut Ngalim Purwanto (1984:70) pada umumnya motivasi

(42)

organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan

(goal) atau perangsang (incentive). Motivasi tidak lepas dari adanya

rangsangan. Rangsangan dapat dalam bentuk hadiah atau hukuman

yang diberikan oleh guru. Motivasi juga menyangkut kebiasaan yang

telah dimiliki oleh siswa. Kebiasaan bekerja yang baik dapat

memperkuat motivasi, seperti kebiasaan menyelesaikan tugas atau

pekerjaan sampai tuntas, kerja keras, rapi dan tepat waktu (Prayitno,

1989:9).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan untuk

memahami dan mengembangkan motivasi siswa, guru hendaknya

mampu membangkitkan kebutuhan siswa akan berprestasi. Untuk itu,

guru harus membangun dan mengembangkan kebiasaan yang baik

dalam diri siswa.

2. Tipe-tipe Motivasi

a) Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan

faktor pendorong dari dalam diri (internal) idividu. Tingkah laku

terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan.

Individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh

tingkah laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar.

(43)

intrinsik, maka kegiatannya adalah untuk mendapatkan tujuan

yang merupakan hasil kegiatan itu (Prayitno, 1989:10-11).

Grage dan Berlin (1988) dalam Prayitno (1989:11) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasya lebih baik dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitasnya yang tinggi dalam belajar.

b) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya

aktifitas belajar dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang

tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar (Winkel,

1984:27). Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau

keinginan yang sebenarnya ada di dalam diri siswa untuk belajar,

dinamakan demikian karena tujuan utama individu melakukan

kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar

aktifitas belajar itu sendiri (Prayitno, 1989:14).

Antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah

dan memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat

membangkitkan motivasi intrinsik disamping itu perlu diingat pula

bahwa motivasi ekstrinsik dapat melemahkan motivasi intrinsik.

Motivasi instrinsik yang pada mulanya sudah ada tetapi kalau

sering diberi hadiah maka motivasi intrinsik itu akan menurun

(44)

3. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada

kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa

tercapai. Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada beberapa

motivasi yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

Motivasi siswa merupakan faktor psikis, yang bersifat non intelektual.

Peranannya yang khas adalah dalam hal gairah atau semangat belajar,

siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar (Winkel, 1984;27).

4. Ciri-ciri Orang Yang Termotivasi

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, walaupun

seringkali mengalami kegagalan, justru akan tetap dapat meningkatkan

motivasinya kembali. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang

tinggi mempuyai ciri-ciri sebagai berikut (Imron, 1996:88):

a) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus

menerus dalam waktu lama.

b) Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa.

(45)

d) Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam

masalah belajar.

e) Lebih suka bekerja sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

f) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

g) Tidak mudah melepas apa yang diyakini.

h) Senang mencari dan memecahkan masalah.

5. Usaha Untuk Meingkatkan Motivasi

Usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat

meningkatkan motivasi belajar siswanya adalah (Irawan, 1995:28):

a) Setiap subyek yang diajarkan perlu dibuat menarik, setiap proses

belajar harus dibuat aktif, yaitu dengan mengajak siswa

menemukan atau membuktikkan sesuatu, dan sedapat mungkin

berguna.

b) Terapkan modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja

keras.

c) Siswa harus tahu apa yang dikerjakan, dan bagaimana mereka

harus mengetahui bahwa tujuan telah tercapai.

d) Guru harus memperhitungkan perbedaan individual antar siswa

dalam hal kemampuan, latar belakang, dan sikap mereka terhadap

(46)

e) Usaha untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu

kebutuhan rasa aman, psikologis, diakui oleh kelompoknya serta

penghargaan dengan jalan :

1) Memperhatikan kondisi fisik siswa.

2) Memberi rasa aman.

3) Menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka.

4) Mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga

setiap siswa pernah memperoleh kepuasan dan

penghargaan.

5) Membuat siswa menerapkan apa yang telah dipelajari dan

ingin belajar lebih banyak lagi, dengan cara :

a. Menghubungkan subyek yang diajarkan dengan

orang-orang yang disenangi dan dikagumi di masyarakat.

b. Mengatur kondisi belajar sedemikian rupa sehingga

mereka merasa betah dan senang.

c. Menimbulkan perasaan bahwa mereka berhasil dengan

baik dalam proses belajarnya.

D. Prestasi

1. Pengertian Prestasi

Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,

(47)

(Arifin, 1990:2-3). Sedangkan WS Winkel (1985:16) prestasi

didefinisikan sebagai suatu kecakapan nyata yang dimiliki oleh

seseorang dari hasil yang dilakukan.

Pengungkapan perubahan tingkah laku dari hasil usaha

sangatlah sulit. Hal itu disebabkan perubahan hasil belajar itu tidak

ada yang bersifat intangiable atau tidak dapat diraba (Muhibbinsyah,

1995:150). Prestasi tersebut dapat dilihat secara nyata dan dapat

diukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes.

2. Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimya ditunjukkan dengan

hasil tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Surakhmad,

1990:70).

E. Interaksi Edukatif pada Pelajaran Ekonomi

Pengajaran yang dilakukan oleh guru merupakan bagian dalam

pendidikan yang tidak dapat terpisahkan. Proses interaksi antara guru

dengan siswa harus merupakan proses dan interaksi pendidikan, yang

merupakan proses dan interaksi edukatif. Adapun ciri-ciri interaksi

(48)

1. Ada tujuan yang jelas yang akan dicapai (guna menjawab pertanyaan

“untuk apa?”)

2. Ada bahan yang menjadi proses (“dengan materi yang mana?”)

3. Ada pelajar yang aktif mengalami (“ditunjukan pada siapa?”)

4. Ada guru yang melaksanakan (“diselenggarakan oleh siapa?”). Ada

metode tertentu untuk mencapai tujuan (“bagaimana caranya?”)

5. Proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional (“dalam

keadaan yang bagaimana?”)

Dengan diungkapkan konsep edukatif interaksi tersebut di atas

menjadi jelas bahwa mengajar bukanlah suatu pristiwa dan usaha yang

terbuka. Mengajar merupakan peristiwa dan usaha yang terbimbing dan

terikat oleh tujuan, materi, sasaran, pelaksanaan, metode dan situasi

tertentu.

F. Belajar

1. Pengertian Belajar

Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya

memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai

yang dapat menunjang perkembangannya.

(49)

kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar (Winkel, 1987:35).

Definisi belajar berbeda menurut teori yang dianut. Secara

tradisional belajar dapat menambah pengetahuan, yang diutamakan

adalah aspek intelektual. Pendapat lain yang lebih populer ialah

memandang belajar dengan perubahan kelakuan.

Seseorang belajar bila ia ingin melakukan kegiatan sehingga

kelakuannya berubah. Ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumya

tidak bisa dilakukan. Ia menghadapi situasi dengan cara lain. Kelakuan

harus kita pandang dalam arti yang luas yang meliputi pengamatan,

pengenalan, perbuatan, keterampilan, minat, penghargaan, sikap dan

lain-lain. Jadi, belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual saja,

akan tetapi seluruh pribadi anak, kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Nasution, 2003:59).

2. Prinsip-prinsip Belajar

Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Gestalt (Nasution,

2003:72-80) adalah :

a) Belajar itu berdasarkan keseluruhan

Pendidik-pendidik modern berpendapat bahwa mata

pelajaran-mata pelajaran kurang manfaatnya sebab tidak berdasarkan

(50)

hubungan antara berbagai mata pelajaran yang disebut korelasi

antara mata pelajaran. Hal ini malahan dapat meniadakan segala

batas-batas antara mata pelajaran-mata pelajaran dengan

mengintegrasikannya.

b) Anak yang belajar merupakan keseluruhan

Sekolah hendaknya dijadikan bukan hanya tempat anak

mempelajari berbagai ilmu, akan tetapi juga tempat mereka hidup

dan belajar hidup. Kurikulum sekolah disesuaikan dengan apa

yang diperlukan anak bagi kehidupannya sehari-hari. Dengan

demikian dicegah adanya jurang yang sering terdapat antara

sekolah dengan kehidupan di luar sekolah untuk mencapai

integrasi siswa.

c) Belajar berkat insight

Dengan insight dimaksud suatu saat dalam proses belajar, sewaktu

seseorang melihat dan mendapat pengertian tentang seluk beluk

sesuatu, atau melihat hubungan tertentu antara unsur-unsur dalam

suatu situasi yang mengandung suatu problema atau kepelikan.

d) Belajar berdasarkan pengalaman

Belajar memberikan hasil sebaik-baiknya bila didasarkan pada

pengalaman. Pengalaman merupakan suatu interaksi yakni aksi

(51)

pengaruh dari lingkungan. Jadi ada aksi dari lingkungan terhadap

individu, akan tetapi sebaliknya individu beraksi terhadap

pengaruh lingkungan itu.

e) Belajar adalah suatu proses perkembangan

Manusia adalah suatu organisme yang tumbuh dan berkembang

menurut cara-cara tertentu. Kita tidak dapat mengajarkan semua

sesuatu yang kita kehendaki. Anak-anak baru dapat mempelajari

dan mencernakannya bila ia telah matang untuk pelajaran itu.

Kesiapan anak untuk mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan

melalui kematangan atau taraf pertumbuhan batiniah, tetapi juga

dipengaruhi oleh lingkungan, yakni oleh pengalaman-pengalaman

yang telah diperoleh.

f) Belajar adalah proses yang kontinu

Kontinuitas diusahakan dengan meniadakan adanya tinggal kelas.

Anak yang tinggal kelas tidak kontinu pelajarannya, oleh sebab itu

ia harus mengulangi bahan yang sama selama satu tahun.

Kurikulum hendaknya disusun sedemikian, sehingga setiap anak

terus maju sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kontinuitas

harus pula ada dalam pelajaran sekolah rendah, menengah dan

(52)

Demikian pula anak itu harus pula maju dari sekolah rendah ke

sekolah menengah dan seterusnya.

g) Belajar lebih berhasil bila dengan minat, keinginan dan tujuan

anak

Hal ini tercapai apabila pelajaran itu langsung berhubungan

dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari

atau apabila mereka tahu dan memerima tujuannya. Akan tetapi

dalam hubungannya dengan cita-cita anak itu, ia yakin akan ada

faedah bagi kehidupannya dan karena itu ia giat belajar. Dikatakan

anak itu didorong oleh motivasi yang intrinsik, sebab ia ingin

mencapai tujuan yang terkandung dalam pelajaran itu sendiri.

G. Media

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau

pengantar. Dalam proses belajar mengajar, media mempunyai arti

yang sangat penting. Media merupakan wahana penyalur informasi

atau penyalur pesan (Syaiful, 2002:136). Dengan penggunaan media

tersebut, materi akan lebih mudah disampaikan oleh guru, pelajaran

(53)

Media dapat mewakili apa yang kurang mampu disampaikan

oleh guru melalui kalimat, keabstrakan bahasa dapat dikonkritkan

melalui media. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah mencerna

materi dari pada tanpa bantuan media. Penggunaan media dapat

dipergunakan sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar (Mulyasa,

2002:136)

a) Media sebagai Alat Bantu

Tanpa batuan media, maka bahan pelajaran sulit untuk dipahami

oleh setiap siswa. Bagi pelajaran yang rumit, penggunaan media

ini akan sangat bermanfaat, mengingat setiap pelajaran mempunyai

tingkat kesukaran yang bervariasi. Penggunaan media juga dapat

digunakan sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar agar

siswa tidak cepat bosan dalam menerima pelajaran. Sebagai alat

bantu, media berfungsi sebagai pelicin jalan dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar dengan bantuan

media diharapkan dapat menghasilkan proses dan hasil yang lebih

baik dari pada tanpa bantuan media. Untuk itu, guru harus

mempertimbangkan media yang dapat menunjang proses

(54)

b) Media sebagai Sumber Belajar

Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah

nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik (Syaiful,

2002:138-139). Syarifudin (1991) mengelompokkan sumber-sumber belajar

menjadi lima kategori yaitu manusia, buku atau perpustakaan,

media masa, alam atau lingkungan, dan media pedidikan. Karena

itu, sumber belajar segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai

tempat dimana bahan pelajaran terdapat atau asal untuk belajar

seseorang (Sayiful, 2002:139).

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu

guru dalam memperkaya pengetahuan anak didik. Macam, bentuk, dan

jenis pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu bagi

anak. Akan tetapi, penggunaan media masih jarang dilakukan. Salah

satu menjadi penyebab adalah terbatasnya dana untuk membeli media

tersebut. Untuk itu, guru cukup membuat media pendidikan yang

sederhana selama dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Fungsi Media

Menurut Derek Rowntrie (1982:168) yang dikutip oleh Dientje

Rumampuk (1988:12) menyebutkan fungsi media sebagai berikut :

(55)

e) Give speedy feedbck (memberikan balikan dengan cepat)

f) Encourage appropriate practice (menggagalkan latihan yang serasi)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media mempunyai nilai

praktisnya sebagai berikut (Rumampuk, 1988:12-13):

a) Media pendidikan dapat membangkitkan motivasi belajar.

b) Media dapat membuat konsep yang abstrak mejadi konkrit,

misalnya dalam menjelaskan sejarah dengan film, grafik dan

lain-lain.

c) Media dapat menghilangkan batas-batas ruang kelas misalnya

dalam menampilkan obyek yang terlalu besar seperti Candi

Borobudur atau pasar.

d) Media dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa yang

mampu seperti pegalaman terhadap film, TV, dan lain-lain.

e) Media dapat menampilkan obyek yang terlalu kecil untuk diamati

secara langsung seperti molekul atau sel dapat digunakan gambar,

slide, film dan sebagainya.

f) Media dapat menggantikan penampilan obyek yang berbahaya

atau sukar dibawa ke ruang kelas seperti letusan gunung berapi,

[image:55.612.94.533.190.587.2]

binatang buas dan sebagainya, dapat digunakan film atau slide,

gambar dan lain-lain.

(56)

h) Media dapat menyajikan pesan secara serempak.

i) Media dapat menyajikan benda atau peristiwa masa lampau, seperi

film perang kemerdekaan.

j) Media memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota

kelompok belajar.

k) Media dapat mengatasi pengamatan terhadap obyek yang sangat

kompleks misalnya cara kerja sistem listrik pada pesawat terbang

atau tentang organ tubuh.

l) Media dapat mengatasi penampilan obyek yang terlalu cepat

terlalu halus untuk di dengar misalya suara-suara yang terlalu

kecil.

m) Media bisa mengatasi apabila obyek terlalu lambat gerakannya.

3. Manfaat Media

Dalam Encyclopedia of Educational Research (Hamalik,

1986:27) manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :

a) Melekatkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir dan oleh

karena itu mengurangi “verbalisme”.

b) Memperbesar perhatian siswa.

c) Melekatkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar

(57)

d) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan

kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini

terutama terdapat dalam gambar hidup.

f) Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu

perkembangan kemampuan berbahasa.

g) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh

dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang

lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar

(Sadiman, 1984:16-17).

Media pendidikan secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan

sebagai berikut:

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra seperti

misalnya:

1) Obyek yang terlalu besar dapat digantikan realitas, gambar,

film bingkai, film, atau model.

2) Obyek yang kecil dapat dibantu dengan proyek mikro, film

(58)

3) Kejadian yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film, video, film bingkai, foto maupu secara verbal.

4) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu

dengan time please atau high speed photographi.

5) Obyek yang terlalu komplek dapat disajikan dengan model

atau diagram.

6) Konsep yang terlalu luas.

c) Dengan meggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi

dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media berguna

untuk :

1) Menimbulkan kegairahan belajar.

2) Memungkinkan interaksi yang lebih luas langsung antara anak

didik dengan lingkungan dan kenyataan.

3) Memungkinkan anak didik untuk belajar sendiri-sendiri

menurut kemampuan dan minatnya.

d) Dengan sifat unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum

dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka

guru akan banyak mengalami kesulitan bila semuanya itu harus

(59)

siswa yang berbeda. Masalah ini juga dapat diatasi dengan media

pendidikan yaitu dengan kemampuannya dalam :

1) Memberikan perangsang yang sama.

2) Menyamakan pengalaman.

3) Menimbulkan persepsi yang sama.

4. Ciri-ciri Media

Ciri-ciri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut

(Hamalik, 1986:22-23):

a) Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan

yang berasal dari kata raga artinya sesuatu yang dapat diraba,

dilihat, didengar dan yang dapat diamati melalui panca indera kita.

b) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat

atau didengar.

c) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan atau

komunikasi dalam pengajaran antara guru dan siswa.

d) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar,

baik dalam kelas maupun di luar kelas.

e) Berdasarkan poin (3) dan (4), maka pada dasarnya media

pendidikan merupakan suatu perantara dan digunakan dalam

(60)

f) Media pendidikan mengandung aspek-aspek: sebagai alat dan

sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode

mengajar.

Jadi yang dimaksud media pendidikan adalah alat, metode dan teknik

yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan

pengajaran di sekolah (Hamalik, 1986:23).

5. Prinsip-Prinsip Media

Dalam pemilihan media ada beberapa prinsip yang harus

diperhatikan. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah (Rumampuk,

1988:19):

a) Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.

b) Pemilihan media harus secara objektif bukan semata-mata atas

dasar kesenangan atau sekedar selingan atau hiburan. Hendaknya

pemilihan media itu benar-benar berdasarkan atas pertimbangan

untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa.

c) Tidak ada satupun media yang dipakai untuk semua tujuan.

Tiap-tiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan.

d) Pemilihan media hendakya disesuaikan dengan metode mengajar

yang digunakan, materi pelajaran, mengingat media adalah bagian

(61)

e) Untuk dapat memilih media dengan cepat, guru hedaknya

mengenal cirri-ciri media.

1) Pemilihan media supaya disesuaikan dengan kondisi fisik

lingkungan.

2) Pemilihan media juga harus didasarkan pada kemampuan gaya

atau pola belajar siswa.

Tersedianya sejumlah media pengajaran memberikan sejumlah

alternatif kepada guru untuk melihat alat mana yag paling sesuai,

dengan melihat keuntungan dan kelemahan dari masing-masing media

pengajaran. Adanya alternatif mengenai penggunaan media tersebut

didasarkan pada beberapa hasil penelitian mengenai media yang

menunjukkan bahwa :

a) Tidak setiap media pengajaran dapat dimanfaatkan untuk

mencapai sembarang tujuan pelajaran.

b) Semua media pengajaran dapat membantu guru dalam

melaksanakan satu atau beberapa fungsi dalam pegajaran. Seperti

memisahkan, mengontrol atau mengecek, memberikan penguatan

dan mengadakan evaluasi. Bahkan ada kemungkinan, media itu

mengambil alih fungsi itu.

c) Efektifitas penggunaan media tidak tergantung dari perbedaan

(62)

H. Kerangka Berpikir

Penggunaan media mind map diyakini dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi siswa kelas XB SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Mata

pelajaran ekonomi bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada

umumnya adalah mata pelajaran yang kurang disukai oleh siswa karena

sebagain materinya berupa hafalan. Dalam pembelajaran guru terlalu

mengutamakan ringkasan yang ada pada lembar siswa sebagai media serta

kurang memanfaatkan media yang lain.

Kurangnya media tersebut membuat siswa cepat merasa bosan

dalam mengikuti pelajaran yang berakibat rendahnya motivasi dan prestasi

belajar. Rendahnya motivasi dan prestasi belajar tersebut bisa dilihat dari

pekerjaan rumah (PR) yang tidak dikerjakan oleh siswa dan nilai rata-rata

ulangan harian 40,21. Oleh karena itu guru dituntut untuk memperhatikan

cara mengajar dan memecahkan masalah tersebut. Apabila dalam kegiatan

belajar mengajarnya guru banyak mengguakan media, maka cara

mengajar guru cenderung tidak membosankan sehingga dapat

meningkatkan motivasi siswa.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

kesulitan siswa dalam menerima materi yang berbentuk hafalan tersebut

adalah dengan menggunakan media mind map. Dengan menggunakan

(63)

itu penggunaan media mind map dapat memacu semangat belajar siswa

karena siswa dapat membuat media mind map dengan berbagai simbol dan

warna-warni yang dapat membuat siswa merasa senang dalam belajar

sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa pada pelajaran Ekonomi

akan meningkat.

Indikator peningkatan motivasi dalam penelitian ini adalah dari

situasi awal dengan motivasi rendah menjadi motivasi yang tinggi (sesuai

dengan perhitungan menggunakan PAP II). Sedangkan untuk variabel

prestasi meningkat dari nilai rata-rata ulangan harian 40,21 menjadi paling

tidak mencapai nilai rata-rata 60,0 pada siklus I, dan menjadi 70,0 pada

siklus II.

I. Hipotesis

Ada pengingkatan motivasi dan pretasi belajar siswa kelas XB

(64)

44 BAB III

METODE PENENLITAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan ini diharapkan dapat

memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang tidak atau kurang memuaskan dan atau untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kawasan kelas untuk meningkatkan praktik pembelajaran yang ada (Kasbolah, 2001:9).

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas karena masalah

yang diangkat berdasarkan pada masalah yang terjadi di lapangan. Dalam hal

ini yang diteliti adalah penggunaan media mind map di kelas XB SMA

BOPKRI 2 Yogyakarta.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini diadakan di SMA BOPKRI 2

Yogyakarta, jalan Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta. Waktu penelitian ini

(65)

C. Subyek Penelitian

a. Subyek penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XB SMA BOPKRI 2

Yogyakarta.

b. Obyek penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek adalah penggunaan media mind

map dalam pembelajaran ekonomi.

D. Data yang dibutuhkan

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu

siswa-siswi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta kelas XB melalui observasi

langsung (pengamatan kelas), wawancara dengan siswa, kuesioner, dan

observasi dokumen (buku siswa).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh

pihak lain. Data tersebut biasanya diperoleh dengan menyalin data dari

guru, yaitu data tentang jumlah siswa, nilai ulangan harian, dan ketuntasan

(66)

E. Variabel

1. Variabel penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2003:31).

2. Kategori Kecenderungan Variabel

Kategori kecenderungan variabel dinilai dengan menggunakan

Penilaian Acuan Patokan. Penilaian dengan menggunakan PAP II adalah

sebagai berikut (Masidjo, 1995:157):

Tingkat penguasaan kompetensi Kategori kecenderungan variabel

81%-100% Sangat tinggi

66%-80% Tinggi

56%-65% Cukup

46%-65% Rendah

Dibawah 46% Sangat rendah

3. Pengukuran Variabel

Data mengenai prestasi diukur dengan membandingkan nilai ulangan

harian sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan.

Sedangkan data mengenai motivasi diukur berdasarkan persepsi

responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan

(67)

alternatif jawaban yang tersedia. Jawaban yang diperoleh dari responden

itu bersifat kualitatif, untuk itu diperlukan model skala likert.

Variabel motivasi belajar ini diukur dengan menggunakan 5 kategori

dimana untuk pertanyaan positif (mendukung) jawaban memiliki skor

dengan kategori sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak setuju =

2, sangat tidak setuju = 1. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif (tidak

mendukung) jawaban memiliki skor dengan kategori sangat setuju = 1,

setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, sangat tidak setuju = 5.

Mengenai indikator dan nomor butir pertanyaan dalam kisi-kisi dapat

[image:67.612.97.534.197.695.2]

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Kisi-kisi angket motivasi

No Indikator No. item positif No. item negatif

1 Mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru

1 9

2 Keinginan untuk berprestasi 5, 7

3 Mampu mengerjakan tugas,

ujian dari guru tanpa bantuan orang lain

2 10

4 Mengerjakan soal-soal yang

ada pada buku pelajaran atau LKS

8

5 Mempunyai keinginan untuk

memperoleh ilmu pengetahuan

3, 11 6

6 Siswa memperhatikan materi

yang dijelaskan oleh guru

13, 14 12

7 Siswa mempunyai keinginan

untuk mendapatkan tambahan nilai

15

(68)

untuk mendapatkan pujian dari guru atau orang lain

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Mind map

Mind map merupakan media yang dapat memudahkan mengingat

banyak informasi, karena catatan dapat diringkas sehingga dapat

memudahkan dalam belajar. Mind map terbaik adalah peta pikiran yang

warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol, sehingga

biasanya nampak seperti karya seni. Suatu materi akan mudah diingat

dalam bentuk gambar warna-warni dan simbol yang menarik.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegairahan dalam belajar, pengaruh dan

memperkuat tingkah laku pada kegiatan belajar. Variabel motivasi belajar

meliputi ketekunan, adanya keinginan dan keyakinan serta niat yang besar

untuk meningkatkan prestasi.

3. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa merupakan tingkat baik buruknya atau keadaan

mutu atau hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian siswa pada

(69)

G. Pengumpulan Data

1. Cara pengumpulan data

Pada penelitian ini data dikumpulkan lewat observasi langsung

(pengamatan kelas), wawancara dengan siswa, kuesioner, dan observasi

dokumen.

a. Observasi langsung

Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap

suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Apa yang

dikatakan ini adalah pengamatan langsung (Arikunto, 2002:133).

Observasi langsung dapat dilakukan dengan pengamatan secara

langsung pada saat kegiatan belajar mengajar dalam bidang studi

Ekonomi dengan menggunakan media mind map.

b. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2003:131).

Teknik kuesioner dilakukan dengan membuat pertanyaan tertulis yang

dibagikan kepada responden untuk memperoleh data tentang identitas

responden mengenai manfaat media mind map untuk kegiatan

(70)

c. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu

di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Wiriatmojo,

2005:117). Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang tidak

terjangkau oleh observasi dan kuesioner.

Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam

menggunakan metode wawancara dan kuesioner adalah sebagai

berikut :

1) Bahwa subjek atau responden adalah yang paling tahu tentang

dirinya sendiri

2) Bahwa apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar

dan dapat dipercaya.

3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

dimaksud dengan oleh peneliti (Hadi, 1986:86).

2. Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

(71)

3. Jenis Data

Data yang terkumpul dari penelitian ini berupa data kualitatif dan

kuantitatif.

H. Prosedur Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, dapat direncanakan serangkaian

tindakan yang akan dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas

pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan media mind map. Oleh

karena penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas maka rancangan

penelitian ini berupa siklus yang secara garis besar mencakup 4 kegiatan

sebagai berikut :

1. Perencanaan, yaitu penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan.

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

3. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan

tindakan.

4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan, dan penyimpulan.

Berkaitan dengan permasalahan dengan penelitian ini, maka dirancang 2

(72)

Siklus I:

Kegiatan dalam siklus I adalah membahas sub pokok bahasan tertentu.

Agar siswa memahami penggunaan media mind map, kegiatan yang dilakukan

pada siklus ini adalah:

1. Tahap Perencanaan

a. Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berdasarkan

pengamatan guru bersama peneliti terhadap masalah yang dihadapi di

kelas.

b. Peneliti membuat peta pikiran (mind map), berdasarkan materi

pembelajaran, guru membuat soal tugas.

c. Peneliti menyusun istrumen pengumpulan data, meliputi :

1) Kriteria keberhasilan berdasarkan pelaksanaan tindakan.

2) Instrumen observasi kegiatan guru dan siswa di kelas.

3) Lembar penilaian tugas siswa.

4) Angket kuesioner.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan yang sudah direncanakan untuk

mengatasi masalah-masalah yang terungkap dalam rumusan masalah.

Pada tahap ini guru bertindak sebagai guru kelas dan peneliti bertindak

sebagai observer. Kegiatan yang dilakukan adalah:

(73)

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Orgaisasi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ..........................79
gambar dan lain-lain.
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket motivasi
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan layanan bimbingan kelompok ini ada beberapa macam teknik yang diberikan. Pada penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok yang pertama adalah layanan

PtrI'BACA^N SUTTU RUANCAN SNNTNAL. IADA YT.TELtrKOMUNTXASI

Permasalahan dari perusahaan ini adalah tinggi rendahnya kinerjakaryawan, Karena kualitas sumber daya manusia merupakan gambaran terhadap perlakuan yang diberikan suatu

• Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan atau pada waktu hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati, tetapi jarang

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Dokumen Kualifikasi dengan ini POKJA II Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Bangka Tengah mengundang Saudara

Juga didorong faktor alami dari pertumbuhan badan yang pasti memerlukan ukuran-ukuran baru serta selera masyarakat yang selalu berubah juga trend yang selalu update

Di tengah-tengah krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif tersebut tidak terlepas dari daya tahan permintaan domestik yang kuat, sektor perbankan yang tetap sehat

1) Pembajakan laut harus melibatkan tindakan kriminal seperti kekerasan, penyekapan atau penjarahan. 2) Pembajakan laut harus dilakukan di laut lepas atau tempat lain diluar