• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010 2011"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN

DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA

REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

UTORO WAHYU SANTOSA

X7109118

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN

DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA

REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

UTORO WAHYU SANTOSA NIM. X7109118

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)
(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Utoro Wahyu Santosa. NIM X7109118. Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan Dua Angka Bilangan Bulat Melalui Media Realita Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011. Skipsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta: Maret 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menjumlahkan melalui media realita kelas I SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan menjumlahkan, sedangkan variable tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media realita.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas I SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali yang berjumlah 23 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan menjumlahkan, dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media realita. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, tes, dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis dan interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menjumlahkan ditandai meningkatnya kemampuan pada materi menjumlahkan cara pendek diperoleh rata-rata kelas 66,08 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 15 siswa (65.08%), sedangkan untuk kemampuan menjumlahkan cara panjang diperoleh rata-rata kelas 61,52 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 13 siswa (56,52). Untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang diperoleh rata-rata kelas 66.08 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 15 siswa (65,21%). Untuk materi penjumlahan cara panjang diulang pada siklus II dan menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti, yang semula rata-rata kelas 77,60 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 19 siswa (82,60), dan pada akhir siklus II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 20 siswa (86,95). Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan melalui media realita dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2010/2011.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Utoro Wahyu Santosa. NIM X7109118. Increasing Ability of Two Round Number Through the Reality Media in Elementary School Students Class I Kadireso Boyolali District School Year 2010/2011. Skipsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University: March 2011.

The purpose of this research is to improve the ability of adding up through the the media reality of grade Teras Elementary School District Kadireso Boyolali district.

The variables that become the changes targeted in this classroom action research to increas the ability to add, while the variable action that used in this research is the use of reality media.

The form of this classroom action research that held by using 2 cycles. Each cycle consists of four stages. They are: planning, implementation of the action, observation, and reflection. As a research subjects are the students class I Kadireso Sub Terrace Elementary School District Boyolali which consist of 23 students. Variable as a target of changement in the classroom action research is substraction, and variable this research is using real media. The data collection is held by observation, test, document. The data analysis techniques that used are analytical and interactive model which have three components, they are data reduction, data presentation, and conclusion or verification.

According on the results, concluded that a class action in the cycle I showed an increase in the ability to add up that marked by the increasing ability of the sum material adding up by short compound way obtained by a class average 66.08 with the students percentage that receive who score above KKM 63 were 15 students (65.08%), the sum of material for the ability to add up with a long compound way the average grade obtained by 61.52 with the students percentage who score above KKM 63 were 13 students (56.52). the sum of material for two digit numbers without saving techniques with a long compound way obtained by a class average of 66.08 with a percentage grade students who scored above KKM 63 were 15 students (65.21%). For the sum of material that used long compound way repeated in the second cycles and indicate a significant improvement that valuable, which the original value an average grade 77.60 with the students percentage who scored above the KKM 63 of 19 students (82.60), and at the end of the second cycle reached an average of 80.65 with a percentage grade students who scored above KKM 63 by 20 students (86.95). so, it can be put forward a recommendation that the sum learning of mathematics material of two digit numbers without saving techniques through the reality medium can improving the students ability of class I Elementary School District Kadireso Boyolali academic year 2010/2011.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

’’Man jadda wa jadda’’

Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil

(Pepatah Bangsa Arab)

Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk

mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan cara

menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah terjadi

(David J. Schartz)

’’Dadio uwong kang koyo blarak aji’’ (Pepatah Jawa)

’’Tan sopo seneng mlaku bakalan tinemu’’ ’’Tan sopo seneng melek bakalan pikolek’’ ’’Tan sopo seneng luwih bakalan linuwih’’

(Penulis)

Keinginan dan harapan tidak mungkin dapat tercapai tanpa ada usaha dan

doa

(Penulis)

Mudahlah tersenyum dalam segalanya karena dengan senyuman niscaya

akan membuka rejeki dan mempermudah urusan kita.

(Penulis)

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segenap hati yang terdalam, karya ini saya persembahkan kepada: 1. Ayah, Ibu, dan adik-adik tercinta.

2. Keluarga dan saudara-saudaraku tercinta.

3. Keluarga besar SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Boyolali. 4. Teman – teman di PGSD.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan Melalui Media Realita Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD dan Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program StudiPGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Lies Lestari, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Dra. Rukayah, M.Hum.

selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Sri Widati, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru SD Negeri Kadireso Teras kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin penelitian. 6. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak

(10)

commit to user

x

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, Juni 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ………..xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Tinjauan tentang penjumlahan dalam matematika ... 8

2. Tinjauan tentang media realita ... 31

B. Penelitian Yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berfikir... 35

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37

A. TempatdanWaktu Penelitian ... 37

(12)

commit to user

xii

C. SubjekPenelitian ... 39

D. Sumber Data ... 39

E. TeknikPengumpulan Data ... 39

F. Validitas Data ... 41

G. Anilis Data ... 42

H. Indikator Kinerja ... 44

I. ProsedurPenelitian... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 50

B. Deskripsi Kondisi Awal ………51

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ………..53

1. Pelaksanaan Siklus I………53

2. Pelaksanaan Siklus II ... 65

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 81

A. Simpulan ... 81

B. Implikasi ... 82

C. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir ... 36

Gambar 2. Model Tindakan Kelas Spiral ... 38

Gambar 3. Model Analisis Interaktif ... 43

Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 49

Gambar 5. Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ... 52

Gambar 6. Operasi penjumlahan cara bersusun pendek ... 54

Gambar 7. Grafik Nilai Tes Kognitif Siklus I Pertemuan 1 ... 56

Gambar 8. Operasi penjumlahan cara bersusun panjang ... 57

Gambar 9. Grafik Nilai Tes Kognitif Siklus I pertemuan 2 ... 58

Gambar10. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I ... 61

Gambar11. Operasi Penjumlahan Cara Bersusun Panjang ... 66

Gambar 12. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 1 ... 67

Gambar13. Operasi Penjumlahan Cara Bersusun Panjang ... 69

Gambar 14. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 2………...70

Gambar 15. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahan Siklus II... 73

Gambar 16. Grafik Rata-rata Nilai Kelas Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 78

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Kondisi Awal

Sebelum Tindakan ... 52 Tabel2. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I

Pertemuan 1 ... 55 Tabel 3. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I

Pertemuan 2 ………...58 Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa

Pada Siklus I ………60 Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada

Siklus I Pertemuan Ke-1 ………..67 Tabel 6. Daftar Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada

Siklus I Pertemuan Ke-2 ………..70 Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa

Pada Siklus II ... ………72 Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……...75 Tabel 9. Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……….76 Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum Tindakan,

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Waktu Penelitian ………87

Lampiran 2. Silabus ... . 88

Lampiran 3. RPP Siklus I ... 91

Lampiran 4. RPP Siklus II ... 106

Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I... 119

Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 124

Lampiran 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 127

Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 132

Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan Dua Angka Sebelum Tindakan ... 135

Lampiran 10. Nilai Penjumlahan Bersusun Pendek Siklus I Pertemuan 1 ………136

Lampiran 11. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus I Pertemuan 2 ………137

Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan Dua Angka Siklus I... 138

Lampiran 13. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus II Pertemuan 1 ………...139

Lampiran 14. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus II Pertemuan 2 ………...140

Lampiran 15. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan Dua Angka Siklus II ... 141

Lampiran 16. Gambar Media Realita ... 142

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sakolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistimatis, kritis dan kreatif serta berkemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemapuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Johnson dan Rising dalam Ruseffeandi (1994: 28) mengemukakan matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasi pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa akurat dengan simbol yang padat lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari dari bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide;matematika adalah seni, keindahannya terdapat pada keturunan dan keharmonisan. Sedangkan Kline dalam Ruseffendi (1994: 28) mengemukakan secara simpel matematika diartikan sebagai telaahan tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat, karenanya matematika bukan penegtahuan yang sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dam menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Adapun Reys dkk dalam Ruseffendi (1994: 28) adapun mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Potret pendidikan sekolah di Indonesia masih menyedihkan bila dilihat dari prestasinya. Meskipun banyak dari peserta didiknya yang menjurai berbagai lomba tingkat nasional maupun internasional dibidang kecakapan akademik dan lain-lain. Hal tersebut tidak seluruhnya mencerminkan keberhasilan pendidikan disekolah pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan d i sekolah pada umumnya masih banyak kekurangan disana sini dalam rangka mewujud kantujuan pendidikan sekolah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang.

(17)

commit to user

pengajaran dan pelatihan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan “Pendidikan adalah upaya sadar yang diarahkan untuk mempersiapakan peserta didik melalui kegiatan

pengajaran bimbingan atau latihan bagi peranannya di mas yang akan datang”.

Sedang pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal menyebutkan “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses pembelajaran agar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,

masyarakat dan bangsa”.

Masalah sampai saat ini banyak siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran matematika. Materi pelajaran matematika tentang berhitung penjumlahan, menurut anggapan sebagian siswa, memiliki tingkat kesukaran lebih tinggi dan menjadi momok dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran lainnya karena nilai pelajaran matematika lebih rendah dibanding nilai mata pelajaran lain(IPA, PKn, Bahasa Indonesia, IPS).Secara umum kenyataan ini dapat dilihat dari nilairapor semester I pada mata pelajaran matematika masih rendah di banding mata pelajaran yang lain.

Berdasarkan observasi awal penyebab rendahnya nilai ulangan matematika menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali yaitu guru dalam pembelajaran masih dengan metode ceramah dan belum menggunakan media dalam pembelajaran dengan maksimal. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah lebih banyak dari pada melaksanakan praktek langsung menggunakan media dengansiswa. Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Perkembangan siswa usia sekolah dasar pada hakikatnya lebih mudah menerima materi yang disampaikan melalui media realita benda konkret dari pada ceramah.

(18)

commit to user

kekurangmampuan penguasaan kompetensi dasar melakukan penjumlahan bilangan dua angka tidak baik, artinya penguasaan pada kompetensi tersebut yang menjadi dasar syarat penguasaan kompetensi dasar berikut tidak tuntas dikuasai oleh siswa kelas I, data dari 23 siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM 63 ke atas hanya 8 siswa (35%), sedangkan yang lain yaitu sebanyak 15 siswa (65%) belum tuntas dengan nilai rata-rata 52, sedangkan KKM 63.

Sebagai seorang guru tentunya sudah memahami betul bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh UU No 20 Tahun 2003, bukanlahhal yang mudah. Belum lagi guru dihadapkan pada permasalahan baru dengan adanya Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan yang lebih dikenal dengan KTSP, pada kurikulum tersebut guru dituntut harus bisa menyusun sendiri kurikulum tersebut agar dapat dilaksanakan pada sekolah yang menjadi tempatnya tersendiri.

Dalam pencapaian tujuan belajar tersebut guru sebagai pengajar harus mengutamakan tercapainya tujuan-tujuan dari pembelajaran matematika dan mewujudkan perkembangan kepribadian siswa.Gurubertugasmembimbingsiswa agar siswa memiliki pengetahuan dan paham akan nilai dalam pendidikan matematika, melaksanakan proses matematika, serta menumbuhkan rasa senang dan cinta akan belajar matematika di kalangan siswa, sebab selama ini dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit serta tidak disukai oleh para siswa.

Penjumlahan adalah salah satu materi pokok dalam mata pelajaran matematika karena penjumlahan merupakan dasar untuk mempelajari materi lain seperti perkalian dan pembagian. Maka siswa menguasai penjumlahan dengan baik. Rendahnya kemampuan siswa di SDN Kadireso dalam menguasai materi penjumlahan akan menghambat siswa dalam belajarnya kelak. Oleh sebab itulah guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi berhitung.

(19)

commit to user

baik oleh siswa. Padahal anggapan itu tidak selalu benar dan dapat menyesatkan guru. Sesuai dengan teori belajar Bruner, pembelajaran matematika di sekolah dasar terutama di kelas rendah sangat memerlukan benda konkrit atau nyata (realita) yang dapat diamati dan dipegang langsung oleh siswa ketika melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, peranan media dalam pembelajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak boleh dilupakan.

Media sebagai alat bantu yang dalam proses belajar mengajar merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri karena dapat menjembatani konsep abstrak matematika dengan dunia nyata. Dengan begitu siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Guru dalam mengajarkan penjumlahan harus menggunakan media. Salah satu media yang digunakan oleh guru adalah media realita yang ada disekitar, biasa siswa lihat dan menggunakannya dengan begitu punya daya tarik untuk siswa terutama kelas I.

(20)

commit to user

khususnya lembaga-lembaga di bawah naungan Depdiknas, termasuk di SDN Kadireso Boyolali.

Dengan keadaan tersebut, nampak bahwa ada permasalahan dalam penggunaan dan pemanfaatan media realita dalam pembelajaran matematika yang belum maksimal dalam pemaikaiannya. Secara fungsional, pembelajaran matematika akan lebih efektif manakala media realita dimanfaatkan, namun kenyataannya media sulit diadakan atau tidak dioperasionalkan dengan baik, sehingga media yang ada tidak memberikan hasil yang optimal.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan media pembelajaran matematika, khususnya media realita. Adapun judul yang

diangkat dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan DuaAngkaBilanganBulatMelalui Media Realita Pada Siswa Kelas ISDNKadireso Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diindetifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Guru dalam pembelajaran belum menggunakan media dalam pembelajaran matematika.

2. Rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan.

3. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit. 4. Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih secara konvensional ceramah. 5. Siswa kurang tertarik memperhatikan penjelasan guru dan ramai sendiri.

6. Siswa belum memahami tentang cara menjumlahkan dua angka bilangan bulat. 7. Rendahnya hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

(21)

commit to user

2. Penggunaan media realita dalam pembelajaran penjumlahan dua angka bilangan bulat.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah melalui media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan duaangkabilanganbulatpada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali tahun ajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menjumlahkan melalui media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali.

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk: Meningkatkan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat pada siswa kelas I SDN Kadireso melalui media realita.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat teoritis dari penelitian ini sebagai acuan peneliti lain dalam menyusun karya ilmiah (PTK) yang melaksanakan penelitian serupa. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada dunia pendidikan khususnya pembelajaran matematika. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar.

2) Memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran karena menggunakan media pembelajaran.

3) Kesulitan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa dapat disederhanakan melaui media realita.

b. Bagi Siswa

(22)

commit to user

2) Lebih memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran karena menggunakan media pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan masukan dalam pembelajaran matematika penjumlahan kelas I SD.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

(23)

commit to user

8

BAB II

PENDAHULUAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Matematika

a. Hakikat Matematika

Mata pelajaran adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran tentang bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin dan menghargai kegunaan matematika.

Matematika adalah terjemahan dari Mathematic. Namun arti atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Definisi dari matematika makin lama makin sukar untuk dibuat, karena cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lain.

Adapun pendapat dari Herman Hudojo mengatakan bahwa matematika merupakanide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarki dan penalaran deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.

(http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran

matematika)

(24)

commit to user

dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sedangkan menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007: 1-5) bahwa “belajar matematika adalah belajar mengenai komsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika itu”. Adapun menurut Reys dalam Endah Murniati (2008: 46) mengatakan matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Suatu pendapat lain dari Reys dkk dalam Ruseffendi (1994; 28) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Pendapat dari Aims dan Scope dalam jurnal internasional berpendapat. “In the international journal of mathematics, arithmetic or mathematics is a purely formal science that has an inverse relationship

between addition, pangurangan, and multiplication and division as well as

having important implications in relation to the flexible and efficient in

computation and for the assessment of students' conceptual understanding”. Dalam jurnal internasional matematika, aritmatika atau matematika merupakan ilmu murni formal yang mempunyai hubungan terbalik antara penambahan, pangurangan, dan perkalian dan pembagian serta memiliki implikasi penting dalam kaitannya dengan fleksibel dan efisien dalam perhitungan dan untuk penilaian konseptual siswa dalam pemahaman.

(http://www.tandf.co.uk/journals/pdf/TMES_virtualissue.pdf).

(25)

commit to user b. Karakteristik Matematika

Menurut Sumardyono (2004: 31) karakteristik umum matematika di antaranya sebagai berikut:

1) Memiliki objek kajian yang abstrak

Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak setiap objek abstrak adalah matematika.Sementara beberapa matematikawan

menganggap objek matematika itu “konkret” dalam pikiran mereka, maka

kita dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek mental atau pikiran.Ada empat objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi (relasi), konsep dan prinsip.

2) Bertumpu pada kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.

3) Berpola Pikir yang Deduktif

Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.

4) Konsisten dalam Sistemnya

Dalam matematika terdapat berbagai sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan lainnya. 5) Memiliki simbol yang kosong dari arti

(26)

commit to user

6) Memperhatikan Semesta Pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, maka bila kita menggunakannya kita seharusnya memperhatikan pula lingkup pembicaraannya.Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa sempit bisa juga luas.Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan, maka simbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.

Adapun menurut Chilmiy dalam (htttp://matematika-mania.blogspot. com), karakteristik matematika meliputi: (1) kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika; (2) kemapuan untuk mencatat kesamaan, perbedaaan dan analogi; (3) kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih prosedur yang benar; (4) kemempuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan; (5) kemampuan untuk menaksir dan menganalisis; (6) kemampuan untuk memvisualisasi dana menginterpretasi kuatitas atau ruang; (7) kemempuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh; (8) kemampuan untuk berganti metode yang telah diketahui; (9) mempunyai keberanian diri yang cukup dan merasa senang terhadap materinya.

Adapun beberapa karakteristik matematika menurut R. Soedjadi (2000: 13) adalah:(1) memiliki objek kajian abstrak; (2) bertumpu pada kesempatan; (3) berpola pikir deduktif; (4) memiliki simbol yang kosong dari arti; (5) memperhatikan semesta pembicaraan; (6) konsisten dalam sistemnya. Adapun menurut Depdikbud (1993: 1) matematika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) memiliki objek kajian yang abstrak, (2) memiliki pola pikir deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). (htt://www.Syarifartikel.blogspot.com)

(27)

commit to user c. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika merupakan komponen yang paling penting di dalam rencana pembelajaran matematika, karena tujuan pembelajaran matematika mendasari hampir semua komponen lain di dalam rencana pembelajaran matematika.Tujuan matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/MI 2007 (Depdiknas, 2007: 19) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masala; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagsan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikanmodel dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(28)

commit to user

denganbaik; (2) anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan tujuan utama). Hal ini dapat dicapai bila anak:

a) memahami operasi dasar matematika dan hubungan diantaranya;

b) menghafal fakta dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian);

c) melakukan perhitungan dengan terstruktur dan efisien, coretan dilakukan dengan rapi sehingga mudah diperiksa kembali;

d) melakukan mekanisme pengecekan ulang, melakukan perhitungan dengan cara yang berbeda untuk memastikan kebenaran jawaban atau mengurangi kemungkinan kesalahan karena ketidak telitian.

Sedangkan tujuan matematika di SD sesuai dengan (Depdiknas, 2004) yaitu mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu: (a) mempersiapkan siswa agar sanggup mengahadapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, malalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif; (b)mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kahidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu pada dasarnya matematika merupakan salahsatu bidang studi yang digunakan untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa yang bersumber pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alasan-alasan tersebut antara lain: dengan matematika manusia dapat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti berhitung, mencari luas volume benda dan sebagainya.

d. Prinsip Pembelajaran Matematika

(29)

commit to user

matematika; (2) mulai dari yang konkret ke yang abstrak; (3) penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang; (4) generalisasi ke dalam situasi yang baru; (5) bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa; (6) perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep dan ketrampilan matematika; (7) penyediaan program matematika yang seimbang (8) penggunaan kalkulator. Dalam Kurikulum (2004) pembelajaran matematika menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) prinsip Pedagogis (pendidikan); (2) kontruktivisme; (3) pendekatan pemecahan masalah; (4) variasi strategi pembelajaran; (5) variasi pengelolaan siswa; (6) lingkungan fisik, sosial, dan budaya; (7) masalah konstektual sebagai titik pangkal (starting point); (8) kelompok siswa normal, sedang, dan tinggi.

(http://pmatandy.blogspot.com/2008/12/prinsip-prinsip-pembelajaran-matematika.html).

1) Menyiapkan anak untuk belajar Matematika

Banyak anak berkesulitan belajar matematika yang penyebabnya adalah kurangya kesiapan siswa untuk mempelajari bidang studi tersebut. Diperlukan banyak waktu dan tenaga untuk membangun kesiapan belajar siswa tidak mengalami banyak masalah dalam bidang studi matematika. Berbagai bentuk kegiatan belajar dalam membangun kesiapan siswa belajar matematika diantaranya adalah sebagai berikut: (1) mengelompokkan benda-benda menurut sifatnya, (2) mengenal jumlah anggota kelompok benda, (3) menghitung benda-benda, (4) memberi nama angka yang muncul setelah tertentu, (5) menulis angak dari 0 sampai 10 dalam urutan yang besar, (6) mengukur dan membelah, (7) mengurutkan benda dari yang besar ke yang kecil, panjang ke yang pendek, (8) menyusun bagian-bagian menjadi keseluruhan.

2) Maju dari yang konkret ke abstrak.

(30)

commit to user

keterampilan. Pada tahap representasional, suatu gambar dapat mewakili objek nyata. Pada tahap abstrak, angka akhirnya menggantikan gambar atau simbol grafis.

3) Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang.

Jika siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep secara hampir otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan ulangan. Ada banyak cara menyediakan latihan dan guru hendaknya menggunakan banyak variasi.

4) Generalisai ke situasi baru.

Siswa hendaknya memperoleh kesempatan yang cukup untuk generalisasikan keterampilan mereka ke dalam banyak situasi.Sebagai contohnya, siswa dapat membuat komputasi dengan banyak soal sendiri. Tujuannya adalah untuk memperoleh keterampilan dalam mengenal dan mengaplikasikan operasi-operasi komputasioanal terhadap situasi yang berbeda-beda.

5) Menyadari kekutan dan kelemahan siswa.

Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang akan digunakan untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaaan matematika dan operasi-operasi yang dapat dilakukan siswa.

6) Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan matematika.

(31)

commit to user

yang diperlukan, dan (5) menggunakan program yang sistematis yang memungkinkan konsep dan keterampilan yang akan diajarkan berdiri di atas konsep dan keterampilan yang telah dikuasai dengan baik.

7) Menyajikan program matematika seimbang.

Program matematika yang seimbang mancakup kombinasi antar tiga elemen: (1) konsep, (2) keterampilan, (3) pemecahan masalah. Ketiga elemen tersebut harus diajarkan secara seimbang dan saling terkait.

8) Penggunaan kalkulator.

Kalkulator dapat digunakan siswa memiliki keterampilan kalkulasi. Dengan demikian, penggunaan kalkulator bukan untuk menanamkan penalaran matematika. Dengan menggunakan kalkulator anak dapat terbebas dari memahami untuk menghitung fakta-fakta dasar maupun proses matematika yang kompleks, dan dapat digunakan untuk latihan atau memeriksa pekerjaan sendiri (self checking).

Menurut beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran matematika mencakup persiapan anak untuk belajar dimulai dari yang konkret ke abstrak, adanya kesempatan untuk berlatih dan mengulang, generalisasi situasi baru, melihat kekuatan dan kelemahan siswa sebagai fondasi

e. Langkah-langkah pembelajaran Matematika di SD

Pendapat Heruman (2007: 2) konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: (1) pemahaman konsep dasar (penanaman konsep); (2) pemahaman konsep, dan; (3) pembinaan keterampilan.

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep),

(32)

commit to user

dasar ini, media atau alat peraga diaharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman Konsep,

Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian.Pertama,

merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

3) Pembinaan Keterampilan,

Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri dari dua pengertian.Pertemuan, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan.Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan kelanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep.Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

(33)

commit to user

pembelajaran; (2) sesuai dengan materi; (3) sesuai dengan karakteristik peserta didik; (4) kelengkapan langkah dan sesuaia dengan waktu. Adapun pendapat dari Nyimas Aisyah (2007: 8-15) langkah-langkah pembelajaran matematika di SD adalah sebagai berkut: (1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran; (2) kesesuaian dengan materi pembelajaran; (3) kesesuaian dengan karakteristik peserta didik; (4) kelengkapan langkah-langkah dan kesesuaian dengan alokasi waktu.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah pembelajaran matematika di SD harus dapat menanamkan konsep, pemahaman konsep, pembinaan keterampilan serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik peserta didik dan langkah-langkah yang tepat dengan alokasi waktu.

f. Kemampuan

Menurut El Zul Fajri (2008: 707) menyatakan bahwa “kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dalam berusaha”. Pendapat lain dari Poerwadarminto(2007: 497-498) menyatakan bahwa “kemampuan adalah kesanggupan, menguasai. Sedangkan begitu juga menurut pendapat lain dari Chaplin (1997, p.34) “ability” (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. (http://digilib.petra.ac.id.id/viewer.php?submit.x).

Kemampuan oleh One Look dianggap sebagai kualitas mampu melakukan, kualitas yang memungkinkan atau memudahkan pencapaian prestasi. Memiliki kualitas (terutama kualitas mental) yang diperlukan untuk melakukan sesuatu ataumendapatkan sesuatu.Your Dictionary mengatakan kemampuan sebagai kekuatan untuk melakukan (sesuatu yang bersifat fisik atau mental), keterampilan, kemahiran, atau bakat.

(http://translate.geoogle.co.id/translate?hl=iddanlangpair=en/iddanu=http://a

dvertt.com/definition/meaning-of-ability)

(34)

commit to user

sesuatu atau keterampilan yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk melakukan suatu perbuatan.

g. Menjumlahkan

Menjumlah berasal dari kata yang mendapat awalan me-Jumlah (banyaknya) berarti bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu, sedangkan menjumlah adalah menghitung (berapa banyaknya). (http/www.sms-anda.com/Indonesia/kamus/Indonesia-gratis lengkap).Operasi yang pertama diajarkan pertama-taman diajarkan kepada anak-anak ialah penjumlahan. Operasi hitung itu dilakukan terhadap dua bilangan, dengan kata lain operasi binar. Penjumlahan pada bilangan cacah merupakan aturan yang mengaitkan setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah yang lain. Jika a dan b bilangan cacah, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut dilambangkan

dengan “a + b”yang di baca “a tambah b”atau”jumlah dari a dan b”. Jumlah

dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan cacah gabungan himpunan yang mempunyai sebanyak a anggota dan himpunnan yang mempunyai b anggota, asalkan kedua himpunan terssebut tidak mempunyai unsur persekutuan. Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan bilangan tersebut a + b.

Menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan benda atau bilangan sehingga terjadi himpunan benda atau bilangan baku dengan menggunakan lambang (U) atau tanda tambah (+) untuk menggabungkan himpunan benda atau bilangan tersebut.

Depdiknas (2005: 408) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan. Sedangkan menurut El Zul Fajri (2008:

406) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah menyatukan bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu”. Menurut ensiklopedia matematika

(35)

commit to user

Penambahan adalah bentuk paling sederhana dan menggabungkan dua angka, seperti 1 + 1 = 2.

(http://www.newworldencyclopedia.org/entry/arithmetic).

Dalam (http://id.wilkipedia.org/wiki/penjumlahan) Khabi Bur Rahman mengatakan, bahwa penjumlahan merupakan penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.Adapun menurut Gatot Muhsetyo (2008: 3.12) menyatakan bahwa proses penggabungan dalam konsep himpunan dapat diartikan sebagai penjumlahan. Pendapat lain dari David Glover (2007: 26) In Arithmetic you add, substract, multiply, and divide numbers. You use arithmetic to find the answer to

problems and sums. See also addition, and subtraction. Aritmatika

berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, menggali dan membagi bilangan yang digunakan untuk menyelesaian masalah sehari-hari. Adapun menurut Riyanto dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/) berhitung secara harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan benda, bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu.

h. Bentuk Kegiatan Menjumlah

(36)

commit to user 2. Tinjauan tentang media

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media menurut pendapat Arif S. Sadiman (1993: 6)berasal dari bahasa latin dan merupakan jamak dari kata medium yang berati perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penarima pesan. Sedangkan Menurut M. Djauhar Siddiq (2009: 1-36) Kata media berasal dari kata “medium” yang berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran, karena sering digunakan guru menjadi perantara dalam menyampaikan pesan-pesan bidang studi, yaitu matematika, IPA, IPS, Bahasa, PKn dan sebagainya.

Ada banyak pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media. Mc. Luhan menyebutkan bahwa media adalah canel atau saluran karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas jarak, ruang dan waktu tertentu. NEA (National Education Association) menyebutkan bahwa media adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dilakukan untuk kegitan tersebut.Menurut Hamijaya (dalam Rohani, 1998: 3) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebarkan ide, sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima.(www.wordpress.com/2009/05/18/media).

Adapun menurut Aims dan Scope dalam jurnal internasional berpendapat. ” Educational Media International (EMI) is a scholarly journal that publishes research, evaluation, and development studies addressing the

issues, successes and challenges faced in the design, development,

(37)

commit to user

dihadapi dalam pengembangan, implementasi desain, dan evaluasi media pendidikan.

(http://www.tandf.co.uk/journals/access/emt.pdf).

Sedangkan menurut Hujair AH.Sanaky (2009: 3) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.Adapun menurut Heinich, dkk dalam Azhar Arsyad (2004: 4) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi saluran yang membawa pesan atau informasi yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut pendapat Hamalik dalam Azhar Arsyad (2007: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.Sedangkan menurut Livie dan Lentz dalam Hujair AH.Sananky (2009: 6) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kogniti, dan fungsi kompensatoris.

Secara umum bahan pembelajaran dalam bentuk media mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata, baik tulis maupun lisan).

(38)

commit to user

3) Mengatasi ruang, waktu dan daya indera (objek yang besar dapat dikecilkan, yang bergerak cepat dapat diperlambat, lambat dapat menjadi cepat, kejadian lampau dapat ditampilkan lagi).

4) Mengaktifkan siswa dalam belajar (belajar lebih bergairah, terjadi interaksi antar siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan serta memungkinkan siswa belajar secara sendiri).

5) Menyeragamkan pemahaman/persepsi siswa terhadap materi yang dipelajari menggunakan media.

Adapun Levie dan Lentz dalam Azhar Arsyad (2007: 16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi: (1) fungsi atensi; (2) fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; (4) fungsi kompensatoris.Menurut pendapat lain dari Seomarsono (2007: 70) mengemukakan media pembelajaran adalah untuk meningkatkan, mempertinggi kegiatan belajar mengajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai sarana yang dapat membangkitkan motivasi, keinginan, minat baru dan menimbulkan rangsangan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Kriteria Pemilihan Media

(39)

commit to user

pembelajaran yang tealah ditetapkan, (2) dukungan terhadap isi materi pembelajaran, artinya materi pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami, (3) kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh setidak-tidaknya mudah untuk dibuat oleh guru pada waktu pembelajaran, (4) keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya akan tetapi dampak dari penggunaannya dalam interaksi bagi siswa selam proses pembelajaran berlangsung, (5) sesuai dengan taraf berfikir siswa, memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Faktor-faktor dalam kriteriapemilihan media yang harus dipertimbangkan antara lain: (1) Karakteristik siswa; (2) Strategi belajar mengajar; (3) Organisasi kelompok belajar; (4) Alokasi waktu dan sumber; (5) Serta prosedur penilaian.Pendapat tersebut didukung dari pendapat Basuki Wibawa (2009: 99) bahwa alasan orang memilih media adalah untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan.Dengan demikian pemilihan media dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dick dan Carey dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 100) mengemukakan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media, adalah: (1) Tujuan; (2) Karakter Media; (3) Alokasi Waktu; (4) Ketersediaan; (5) Efektivitas; (6) Kompatibilitas.

1) Tujuan

(40)

commit to user

2) Karakteristik Siswa

Dalam pemilihan media harus memperhatikan berapa jumlah siswanya, dimana lokasi atau tempat media tersebut digunakan, gaya dalam belajarnya, serta berbagai karakteristik lainnya yang mempengaruhi pemilihan media.

3) Karakteristik Media

Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan keterbatasan masing-masing media itu. Media foto misalnya tentu kurang sesuai untuk mengajarkan gerakan. Sebaliknya media TV akan terlalu mahal untuk mengajarkan fakta yang tak bergerak yang dapat dijelaskan menggunakan slide.

4) Alokasi Waktu

Dalam hal ini perlu memperhatikan masalah tentang waktu untuk kegiatan perancangan, pengembangan, pengadaan ataupun penyajian cukup tidakkah. Semua hal ini menjadi bahan pertimbangan dalam memilih media.

5) Ketersediaan

Ketersediaan media yang di sekolah atau memungkinkan guru untuk mendesain sendiri media yang akan digunakan, merupakan hal perlu dipertimbangkan.

6) Efektivitas

Perlu diperhatikan efektif tidakkah penggunaan media apabila secara sistematis disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, merupakan hal yang harus dipertimbangkan.

7) Kompatibilitas

Harus diperhatikan apakah dalam penggunaan media sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tersediakah sarana penunjang (suku cadang dsb) dalam pengoperasiannya, praktis dan luweskah dalam penggunaanya, semua unsur tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.

(41)

commit to user

Masalah biaya harus melihat biaya yang akan dikeluarkan dalam pengadaan, pengelolaan, dan pemeliharaan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.

Melihat beberapa uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria pemilihan media harus dengan pertimbangan seperti melihat tujuan, karakteristik siswa, karakteristik media, alokasi waktu, ketersediaan, efektivitas, kompatibilitas, biaya.

d. Jenis-jenis Media Pembelajaran

(42)

commit to user

Adapaun menurut pendapat dari Deni Darmawan, Asra, Cepi Riana (2007: 5-8) menyatakan bahwa media terdiri atas: (1) media visual, (2) media audi, (3) media audio visual,(4) multimedia, (5) media realita.

Adapun penjabaran dari macam-macam media diatas menurut Deni, Asra, Cepi adalah sebagai berikut:

1) Media Visual

“Media visual” adalah jenis media yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual yang berkaitan erat dengan indera penglihatan. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian peasan dapat berhasil efisien (Arif S. Sadiman. 2009: 28). Contoh media visual adalah gambar, foto, diagram, bagan, grafik, sketsa,poster, peta dan lain-lain.

Kelebihan penggunaan dari media visual, antara lain: (1) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu karena semua benda, objek atau peristiwa tidak dapat dibawa ke kelas; (2) merangsang dan mengembangkan kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang disajikan; (3) meningkatkan keaktifan dan kreatifitas guru untuk dapat menyampaikan materi dalam bentuk gambar.

Kekurangan penggunaan dari media visual, antara lain: (1) ukuranya terbatas untuk kelompok yang besar; (2) memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan, serta kejelian guru untuk dapat memanfatkan.

a) Media visual yang tidak diproyeksikan

Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media yang sederhana, tidak membutuhkan projectorda alayar untuk memproyeksikan.Media ini digunakan oleh guru karena lebih mudah pembuatan maupun penggunaannya. Termasuk dalam jenis ini antara lain: gambar mati atau gambar diam, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta datar, realita dan model, berbagai jenis papan.

b) Media visual yang diproyeksikan

(43)

commit to user

ditampilkan beberapa jenis yang banyak digunakan dilapangan. Adapun jenis-jenisnya media yang visual yang diproyeksikan yaitu: Overhead Projector (OHP), Slide (film bingkai), Filmstrip (film rangkai), Opaque Projector.

Jenis-jenis media yang dapat digolongkan atau diklasifikasikan ke dalam media visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparasi, proyektor, dan tachitoscopes, serta grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe.

2) Media Audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif verbal, non verbal maupun kombinasinya. Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran (Basuki dan Farida, 2001: 35). Pendapat yang lain dari Ronald H. Anderson (1987: 127) mengatakan bahwa media audio merupakan sumber bahan ajaran yang ekonomis, menyenangkan, dan mudah disiapkan untuk digunakan oleh siswa. Sekali dikemas, materi pelajaran serta urutan penyajiannya jadi tetap, pasti, dan dapat berfungsi sebagai media instruksional untuk belajar sendiri.

(44)

commit to user

program tersebut kemudian melanjutkan program jika sudah siap; (6) suasana dan perilaku siswa dapat dipengaruhi melalui penggunaan musik atau suara latar belakang dan efek suara.

Kekurangan media audiomenurut pendapat Ronald H. Anderon (1987: 132-133) antara lain: (1) perlu berhati-hati apabila hanya audio yang digunakan, karena waktu yang lama tanpa memberikan rangsangan visual dapat menbosankan dan akan mengganggu pengajaran dengan kecepatan sendiri; (2) perbaikan biasanya menuntut diproduksinya rekaman induk baru dan dibuatnya copy rekaman yang baru. Hal ini akan memakan waktu dan biaya yang besar; (3) masalah pendistribusian akan timbul bila produksi gambar diselaraskan dengan audio. Hal ini disebabkan oleh adanya keragaman perangkat keras yang ada dan yang digunakan di berbagai tempat latihan. Pengembangan pelajaran harus mengetahui perlengkapan yang ada untuk disesuaikan dengan perangkat lunaknya (software); (4) pengembangan naskah audio yang baik (terutama yang akan digunakan untuk menunjang visual) dapat menyita waktu, dan membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus; (5) perlu berkali-kali dalam memperkirakan kecepatan penyajian materi verbal. Seandainya bahan disajikan terlalu cepat, atau pengajaran yang rumit diberikan terlalu, maka para siswa akan kehilangan jejak atau bingung. Dalam beberapa hal sebaiknya diberikan pengulangan kembali melalui peringatan visual, misalnya dituliskan kembali dalam perlengkapan buku kerja atau ditampilkan pada gambar diam; (6) siswa dapat menemukan kesulitan dan kebingungan, bila mereka menggunakan audio dan visual yang diselaraskan tetapi ternyata menyimpang dari keselarasan.

3) Media Audio Visual

(45)

commit to user

Kelebihan penggunaan media audio visual, antara lain: (1) memusatkan perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, (3) menampilkan gambar, suara, dan gerak, (4) menghindari pembelajaran yang verbalistik.

Kekurangan penggunaan media audio visual, antara lain: (1) biaya relatif mahal, (2) memerlukan peralatan yang kompleks dan, (3) memerlukan keahlian khusus.

Jenis-jenis media pembelajaran yang tergolong dalam media audio visual diam antara lain “slow scan TV”, “Time shared TV”, “TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. Sedang yang tergolong dalam media audio visual gerak adalah film bersuara, pita video, film TV, TV, Holografi, Video tapes dan gambar bersuara.

4) Multimedia

Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap (Asra dkk. 2007: 5-14), seperti suara, animasi, video, grafis dan film.Multimedia sendiri sering diidentikkan dengan computer, internet dan pembelajaran berbasis computer (CBI).

5) Media relita

Media realita adalah suatu media yang menggunakan benda-benda nyata seperti apa adanya ataupun aslinya tanpa perubahan. Dengan menggunakan media realita dalam proses pembelajran siswa akan lebih aktif, dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar yang serupa.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media realita yang berupa sedotan atau kelereng.Alasan peneliti menggunakan media realita berupa sedotan atau kelereng dalam penelitian ini karena mudah didapat dan murah oleh karena itu dapat dijangkau oleh para siswa.

(46)

commit to user e. Media Realita

Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya, tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses belajar siswa akan lebih aktif dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa. Realita atau benda sebenarnya mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media diatas (Audio, Visual, Audio Visual). Adapun menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 48) mengatakan realita adalah benda nyata yang dapat dihadirkan di ruang kuliah untuk keperluan proses pembelajaran. Sedangkan menurut Asra dkk (2007: 5-14) berpendapat media realita yaitu semua benda nyata yang ada dilingkungan alam, secara digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan. Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah. Pendapat dari Peter Salim dan Yeny Salim (1991: 1245) realita berarti kenyataan atau suatu hal yang benar-benar atau nyata terwujud. Penggunaan media realita dalam proses belajar itu sangat baik sebab realita dapat menampilkan ukuran, suara dan gerakan (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 81).

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 81) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam mempergunakan realita sebagai media pembelajaran, antara lain:(1) karena benda ralita atau nyata itu banyak macamnya, mulai dari benda hidup sampai benda mati, maka perlu dipertanyakan benda-benda atau mahluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien; (2) bagaimanakah caranya agar benda-benda itu sesuai dengan pola belajar mengajar di kelas; (3) dari manakah kita dapat memperoleh benda-benda itu.

Ketiga hal tersebut harus dipertimbangkan agar pemanfaatan media realita sebagai media pengajaran dan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar efektif.

(47)

commit to user

2) Gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

3) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas, dan tidak selalu bisa bila anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Untuk itu gambar dapat mengatasinya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media realita yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan dalam proses pembelajaran yang ada dilingkungan alam dan bisa digunakan dalam keadaan hidup maupun mati untuk membantu meningkatkan proses belajar siswa.

f. Tujuan Media Realita

Penggunaan media realita atau benda nyata (real life materials) di dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek suatu studi tertentu, atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2001: 207). Sedangkan menurut Aristo Rahadi ( 2003: 24) mengemukakan media realita dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya.

Beberapa contoh fungsi dari realita atau benda nyata yang dipergunakan dalam pelajaran adalah dengan cara memperkenalkan unit, penjelasan proses, menjawab pertanyaan, melengkapi perbandingan, dan unit akhir. Tujuan penggunaan suatu media membuat guru menyampaikan pesan secara lebih mudah kepada siswa, sehingga siswa dapat menguasai pesan tersebut lebih cepat dan akurat. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru dalam penggunaan media dimaksudkan agar siswa yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme.

(48)

commit to user

dipelajari, dibandingkan dengan melihatnya digambar (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 81).

Berdasarkan dari penadapat diatas disimpulkan bahwa tujuan media realita dalam pembelajaran untuk memperkenalkan suatu unit pembelajaran tertentu, proses kerja suatu objek studi tertentu, atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan untuk menampilkan ukuran, suara dan gerakan.

g. Langkah-langkah Penggunaan Media Realita

Guru menggunakan media realita untuk memudahkan siswa dalam melakukan kegiatan menjumlahkan dengan langkah-langkah sbb:

1) Guru mendemonstrasikan cara menggunakan media realita secara langsung dihadapan siswa sebagai contoh untuk menjumlahkan 12 ditambah 6 dengan media kelereng atau sedotan, yaitu langkahnya mengambil kelereng atau sedotan yang sejumlah 12 kemudian mengambil 6 kelereng atau sedotan untuk kemudian dijadikan satu dengan kelereng atau sedotan yang berjumlah 12 tadi. Selanjutnya dihitung jumlah keseluruhannya kelereng atau sedotansehingga didapat sejumlah 18 kelereng atau sedotan.

(49)

commit to user

3) Begitu juga dengan cara pendek yaitu tinggal menambahkan saja tanpa menggolongkan puluhan dan satuan, sebagai contoh 25 + 14 langkahnya yaitu 25 kelereng atau sedotan kita ambil, kemudian kita juga mengambil 14 kelereng atau sedotan lalu kita jadikan satu selanjutnya kita hitung total kelereng atau sedotan tersebut yang akan kita peroleh sejumlah 39 kelereng atau sedotan (25 + 14 = 39).

4) Guru melakukan peragaan dengan mengikut sertakan beberapa siswa, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.

5) Guru melatih siswa dalam melakukan penjumlahan dengan media realita kelereng atau sedotan secara berulang-ulang agar siswa lancar dalam menggunakan benda realita.

Jadi penerapan penggunaan media realita dalam pembelajaran penjumlahan yaitu dengan siswa melakukan kegiatan menjumlahkan menggunakan sedotan atau kelereng.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini yaitu:

Joko Muryono dengan judul “Penggunaan Media Realita Untuk

Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Konsep Bangun Ruang Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Ketaon Boyolali Tahun Pelajaran

2009”. Menyimpulkan bahwa penggunaan media realita berhasil meningkatkan

kemampuan belajar matematika siswa. Hal ini dilihat dari indikator keberhasilan yang mengalami peningkatan pada kemampuan belajar berupa nilai sebesar 0,5 dari rata-rata nilai awal. Disamping itu kemampuan siswa memahami konsep pengukuran mencapai ketuntasan 60%.

(50)

commit to user

Dalam penelitian ini lebih meningkatkan kemampuan menjumlahkan melalui media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011.

C. Kerangka Berfikir

Bidang studi matematika sangatlah abstrak, dalam hal ini adalah materi penjumlahan. Apalagi untuk anak SD kelas satu yang dalam perkembangan masih belum mengerti sesuatu yang abstrak. Siswa kelas satu yang pada dasarnya merupakan masa peralihan dari TK menuju jenjang SD yang secara kurikulum dan materi yang diajarkan berbeda. Dalam masa-masa inilah siswa mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan cara belajar yang berbeda pula.

Dengan adanya perbedaan tersebut, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami apa yang diajarkan terutama penjumlahan. Hal itu ditunjukkan dengan guru kelas dalam mengajarkan terutama mata pelajaran matematika materi penjumlahan masih dengan cara konvensional atau ceramah sehingga banyak siswa yang kurang mau memperhatikan dan kurang mengerti yang hasilnya mengakibatkan kemampuan menjumlahkan siswa kelas I yang rendah.Oleh karena itu guru harus pandai dalam menyiasati masalah tersebut. Salah satu yang dapat digunakan oleh guru pada saat pembelajaran matematika materi menjumlahkan yaitu dengan cara menerapkan media realita. Dalam hal ini media realita yang digunakan berupa sedotan atau kelereng.

Gambar

Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum Tindakan,
gambar, suara, dan gerak, (4) menghindari pembelajaran yang verbalistik.
gambar 1 berikut.
Gambar 2. Model Tindakan Kelas Spiral (Mulyasa, 2009: 112)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas Perencanaan, Pelaksanaan,

Penelitian tindakan kelas ( action research ) ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap tiap siklus, yaitu Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Observasi (evaluasi) dan Refleksi. Sesuai

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (action research) sebanyak dua siklus. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN 2 Bojong dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, maka dapat

Hasil analisis data menunjukkan dapat mencapai prestasi belajar yang baik Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus atau lebih, tiap siklus dilaksanakan