• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI

DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK

KETERAMPILAN MENDENGARKAN PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV

SEMESTER GASAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Windy Ariezona

091134143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI

DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK

KETERAMPILAN MENDENGARKAN PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV

SEMESTER GASAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Windy Ariezona

091134143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI

DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK

KETERAMPILAN MENDENGARKAN PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV

SEMESTER GASAL

Oleh:

Windy Ariezona

091134143

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Drs. Puji Purnomo, M.Si. Tanggal 11 Juni 2013

Pembimbing II

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI

DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK

KETERAMPILAN MENDENGARKAN PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV

SEMESTER GASAL

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Windy Ariezona

091134143

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 12 Juli 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ.B.S.T.M.A. . . .

Sekretaris : E. Catur Rismianti, S.Pd., M.A., Ed.D. . . .

Anggota : Drs. Puji Purnomo, M.Si. . . .

Anggota : Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. . . .

Anggota : Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A . . .

Yogyakarta, 12 Juli 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

(5)

MOTTO

Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat

mengerjakannya. (Abraham Lincoln)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Saat ini yang dibutuhkan hanya kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, mata yang akan menatap lebih

lama dari biasanya, leher yang akan sering melihat ke atas, lapisan tekat yang seribu kali lebih kuat dari baja,

hati yang bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang selalu berdoa.

(Film 5 cm)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya sederhana ini kepada:

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran dan kesehatan dalam

nafas kehidupan ini.

Kedua orang tua saya, Bapak Sudibyo, S.Pd dan Lasmi, S.Pd yang telah

memberikan dukungan baik moril serta materiil.

Semua orang yang ada di sekitar saya: adik, teman dekat, sahabat, dan

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Juni 2013

Penulis

(8)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Windy Ariezona

Nomor Mahasiswa : 091134143

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Mendengarkan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV Semester Gasal”

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 11 Juni 2013

Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Ariezona, Windy. 2013. Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Mendengarkan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal. Karakter yang dikembangkan ke dalam bahan ajar adalah jujur, tanggung jawab, dan kerjasama. Bahan ajar tersebut diuji kelayakannyadi kelas IV SD Negeri Daratan.

Pengembangan bahan ajar ini menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 7 langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk (prototipe), 4) validasi, 5) revisi desain, 6) uji coba desain, dan 7) revisi desain. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan untuk menghasilkan produk final berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dievaluasi dari unsur 1) tujuan dan pendekatan, 2) desain dan pengorganisasian, 3) isi, 4) keterampilan berbahasa, 5) topik, dan 6) metodologi. Berdasarkan validasi dari pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, guru Bahasa Indonesia kelas IV, dan siswa kelas IV SD Negeri Daratan. Pakar pembelajaran Bahasa Indonesia memberikan nilai dengan skor rata-rata 4,23 terhadap bahan ajar dengan kategori “sangat baik”. Pakar pendidikan karakter memberikan nilai dengan skor rata-rata 4,06 terhadap bahan ajar dengan kategori

“baik”. Guru Bahasa Indonesia kelas IV memberikan nilai dengan skor rata-rata 4,58 terhadap bahan ajar dengan kategori “sangat baik”. Siswa kelas IV SD Negeri Daratan memberikan nilai dengan skor rata-rata 4,5 terhadap bahan ajar

dengan kategori “sangat baik”. Bahan ajar tersebut memperoleh skor rata-rata 4,34 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Dengan demikian bahan ajar yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan mendengarkan kelas IV semester gasal.

(10)

ABSTRACT

Ariezona, Windy. 2013. The Development of Teaching Materials Integrated with Character Education for Listening Skills in Bahasa Indonesia for the Fourth Grade of Elementary School in the Odd Semester. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Departement. Sanata Dharma University.

This research was a development research which aimed to produce teaching materials which integrated with character education in listening skill of Bahasa Indonesia for fourth grade of elementary school. The character which inserted into the product were honesty, responsibility, and cooperativeness. The proper of the product has been tested in the fourth grade of Daratan Elementary School.

The development of this teaching material used the development procedure proposed by Jerol E Kemp and Borg and Gall. Both of the procedure are adopted and modified into a simpler development. There were seven steps done in developing teaching materials; 1) the potential and the problem, 2) data collection, 3) product design (prototype), 4) validation, 5) the design revision, 6) design trial, and 7) the design revision. Those steps were done to produce teaching materials which is integrated with character building for teaching listening skill in Bahasa Indonesia in Grade four of elementary school.

The result of the research showed that the development of teaching material was developed and evaluated by considering six aspects; 1) purpose, 2) design and organization, 3) content, 4) language use-skill, 5) topic, and 6) method. According to the validation result done by the expert of Bahasa Indonesia teaching materials for grade four, the product got the average score 4,23; included into very good category of teaching materials. From the character education expert, the product got the average score 4,06; included into good category of teaching materials. The Bahasa Indonesia teacher gave 4,58 for the product and included into very good teaching materials. The students gave 4,5 for the product and also included into very good category teaching materials. The average score is 4,34 and included into very good teaching materials. By considering the result of validation, the teaching materials was good enough to use for teaching and learning Bahasa Indonesia especially for listening skill of grade four students of first semester.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Mendengarkan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal” dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis

mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik

secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan

dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., B.S.T., M.A. selaku Ketua Program

Studi PGSD.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang

telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani penulis dengan baik.

6. Ibu Titi Purwaningsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Daratan

yang telah memberikan ijin penelitian untuk mengadakan penelitian di

sekolah.

7. Ibu Painem, S.Pd.SD. selaku guru kelas IV SD Negeri Daratan yang telah

(12)

8. Ibu Dr. Yuliana Setianingsih, M.Pd. selaku validator pembelajaran Bahasa

Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

9. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pendidikan Karakter

yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

10.Seluruh siswa kelas IV SD Negeri Daratan yang telah membantu selama

penelitian berlangsung.

11.Bapak Sudibyo, S.Pd. dan Ibu Lasmi, S.Pd. selaku orang tua yang setia

memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Adik saya Wiega Sonora yang telah memberikan dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman satu perjuangan skripsi xiaying Bahasa Indonesia: Intan

Reni Wulandari, Agnes Arinjani Puspaningrum, Margareta Erna

Wijayanti, Deny Adventy Sary, Rischa Kristiana, Yohanna Prisca

Apriyani, Domingos De Araujo, Fr. Gorius Geor, Pungki Martianingsih,

dan Hesti Wulandari terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

14.Teman-teman kelas A PGSD 2009 yang telah memberikan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk

bantuan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan

dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari

berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga

bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 11 Juni 2013

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kajian Teori ... 8

2.1.1 Pendidikan Karakter SD ... 8

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia SD ... 15

2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan di SD Berbasis Karakter ... 19

2.1.4 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 22

2.2 Penelitian yang Relevan ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 29

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Prosedur Pengembangan ... 31

3.3 Uji Coba Produk ... 34

3.3.1 Desain Uji Coba ... 34

3.3.2 Subjek Uji Coba ... 35

3.3.3 Instrumen Penelitian ... 35

3.3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.3.5 Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Data Analisis Kebutuhan ... 39

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 40

(14)

4.3.1 Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Revisi

Produk ... 44

4.3.2 Data Validasi Pakar Pendidikan Karakter dan Revisi Produk ... 45

4.3.3 Data Validasi Guru Bahasa Indonesia SD Kelas IV dan Revisi Produk ... 46

4.3.4 Data Validasi Lapangan dan Revisi Produk ... 48

4.3.5 Kajian Produk Akhir ... 51

4.4 Pembahasan ... 55

BAB V PENUTUP ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 58

5.3 Saran ... 58

DAFTAR REFERENSI ... 60

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 36

Tabel 3.2 Kriteria Skor Skala Lima ... 38

Tabel 4.1 Komentar dan Revisi dari Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 44

Tabel 4.2 Komentar dan Revisi dari Pakar Pendidikan Karakter ... 46

Tabel 4.3 Komentar dan Revisi dari Guru Bahasa Indonesia ... 47

Tabel 4.4 Komentar dan Revisi dari Siswa Kelas IV ... 51

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 62

Lampiran 2 Silabus ... 65

Lampiran 3 RPP ... 69

Lampiran 4 Hasil Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 81

Lampiran 5 Hasil Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 86

Lampiran 6 Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia SD Kelas IV ... 91

Lampiran 7 Hasil Validasi Siswa Kelas IV ... 100

Lampiran 8 Rekapitulasi Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 121

Lampiran 9 Rekapitulasi Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 125

Lampiran 10 Rekapitulasi Validasi Guru Bahasa Indonesia SD Kelas IV ... 129

Lampiran 11 Rekapitulasi Validasi Siswa Kelas IV ... 134

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian... 136

Lampiran 13 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 138

Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian ... 140

Lampiran 15 Biodata Penulis ... 143

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) merupakan usaha yang secara sadar dan

terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran jenjang tingkat pertama dalam

Program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun sehingga sangat berpengaruh

terhadap perkembangan dan pengetahuan siswa ke dalam tahap perkembangan

selanjutnya. Melalui pendidikan, siswa tidak hanya sebatas mengembangkan

aspek kognitifnya. Siswa juga harus mengembangkan aspek afektif dan

psikomotoriknya yang akan berpengaruh pada pembentukan karakter siswa.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang membimbing dan

mengembangkan karakter yang ada dalam diri siswa. Dalam Undang-undang No

20 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa, pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa,…” (UU Tahun 2003). Dalam UU ini secara jelas disampaikan bahwa

karakter merupakan salah satu aspek yang perlu terbentuk dalam diri bangsa

melalui pendidikan nasional.

Salah satu mata pelajaran wajib di SD yang dapat membantu pembentukan

karakter adalah Bahasa Indonesia. Bahasa sangat penting dalam membantu

pembentukan karakter siswa SD. Hal itu nampak pada pernyataan pemerintah

(19)

memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

bidang studi, sehingga pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik

mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain (Depdiknas, 2006:113).

Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa

yang perlu dikuasai oleh siswa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan

menulis. Peneliti memilih keterampilan mendengarkan untuk diintegrasikan

dengan pendidikan karakter karena melalui mendengarkan siswa dapat menerima

hal baik yang disampaikan oleh pembicara, kemudian ditanamkan dalam sikap.

Pendidikan karakter dapat ditanamkan kepada siswa dengan cara

mengintegrasikan nilai karakter ke dalam bahan ajar pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter. Peneliti mengintegrasikan

nilai karakter ke dalam materi Bahasa Indonesia kompetensi dasar “Membuat

gambar/denah berdasarkan penjelasan yang didengar”. Materi tersebut penting

agar siswa mampu memahami konsep denah dengan pembelajaran yang

berkarakter.

Menurut Trijoto (dalam Buana, 2010:44), pada kenyataannya banyak guru

yang belum memahami tentang pendidikan karakter. Selain itu banyak guru yang

mengalami kesulitan dalam membuat atau mengembangkan bahan ajar yang

terintegrasi dengan nilai karakter. Guru masih menggunakan bahan ajar berupa

buku paket yang di dalamnya belum terdapat integrasi antara materi dengan nilai

karakter. Selain itu, guru juga cenderung tidak mengembangkan materi yang

(20)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Painem, S.Pd.SD guru Bahasa

Indonesia kelas IV SD Negeri Daratan, pada hari Sabtu, tanggal 8 Desember

2012, pukul 09.00 WIB, diperoleh informasi bahwa guru membutuhkan bahan

ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk mata pelajaran Bahasa

Indonesia, khususnya pada keterampilan mendengarkan. Hal tersebut dikarenakan

pendidikan karakter sangatlah penting ditanamkan pada siswa SD. Karakter belum

terbentuk secara optimal pada siswa SD terutama karakter jujur, tanggung jawab,

dan kerjasama. Ada beberapa siswa di kelas IV yang suka mencontek pekerjaan

temannya, tidak mau mengerjakan tugas sekolah atau tugas rumah, dan cenderung

memilih-milih teman dalam berkelompok.

Guru menyadari bahwa pemahamannya terhadap pendidikan karakter

masih sangat terbatas karena kurang adanya sosialisasi dari dinas pendidikan.

Pemahaman guru terhadap pendidikan karakter hanya sebatas nilai yang berkaitan

dengan tingkah laku siswa, sedangkan penanamannya pada diri siswa masih

sangat kurang. Guru hanya menanamkan nilai karakter pada keseharian siswa di

sekolah. Guru belum mengintegrasikan pendidikan karakter pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia terutama dalam pengembangan bahan ajar karena guru masih

merasa kesulitan. Guru sulit dalam menghubungkan nilai karakter yang sesuai

dengan materi Bahasa Indonesia khususnya keterampilan mendengarkan.

Kesulitan guru dikarenakan buku-buku penunjangnya belum menampilkan

pendidikan karakter. Selain itu tingkat pemahaman dan perkembangan siswa

berbeda-beda. Faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya sangat

(21)

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti mencoba untuk mengembangkan

bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia untuk keterampilan mendengarkan pada kompetensi dasar

Membuat gambar/denah berdasarkan penjelasan yang didengar” kelas IV semester gasal guna membantu siswa dalam menanamkan nilai karakter

khususnya jujur, tanggung jawab, dan kerjasama. Ketiga karakter tersebut

dikembangkan karena belum terbentuk secara optimal dalam diri siswa.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan

pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan

karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia SD kelas IV semester gasal?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi

dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar yang terintegrasi

dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata

(22)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman melakukan pengembangan

bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk

keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD

kelas IV semester gasal dengan Research and Development.

1.4.2 Bagi guru

Guru dapat memiliki bahan ajar yang sudah terintegrasi dengan pendidikan

karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia SD kelas IV semester gasal.

1.4.3 Bagi siswa

1.4.3.1 Siswa dapat memahami materi Bahasa Indonesia khususnya keterampilan

mendengarkan pada kompetensi dasar “Membuat gambar/denah berdasarkan penjelasan yang didengar”.

1.4.3.2 Siswa dapat memperoleh pendidikan karakter dari setiap kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia.

1.4.4 Bagi sekolah

Sekolah dapat menambah bahan bacaan khususnya pengembangan bahan

ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan

mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV

(23)

1.4.5 Bagi Prodi PGSD

Prodi PGSD dapat menambah acuan untuk mengembangkan produk yang

lain.

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada dua hal

yaitu ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter individu yang lebih

fokus pada sikap, perilaku, dan cara berfikir individu.

1.5.2 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap

kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari unsur topik, SK, KD, indikator,

tujuan, motivasi, apersepsi, orientasi, uraian materi, kegiatan siswa, pos

tes, refleksi, tindakan siswa, pekerjaan rumah, rangkuman materi, evaluasi,

penilaian, kunci jawaban, glosarium, dan daftar pustaka.

1.5.3 Keterampilan mendengarkan adalah kegiatan menggunakan indra

pendengaran dengan penuh perhatian dan kesengajaan untuk memperoleh

informasi yang disampaikan oleh pembicara.

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1.6.1 Penelitian ini mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan

pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal. Karakter yang dikembangkan

adalah jujur, tanggung jawab, dan kerjasama.

1.6.2 Bahan ajar dikemas dalam bentuk buku teks yang memiliki komponen

(24)

motivasi, apersepsi, orientasi, uraian materi, kegiatan siswa, pos tes, refleksi,

tindakan siswa, pekerjaan rumah, rangkuman materi, evaluasi, penilaian, kunci

jawaban, glosarium, dan daftar pustaka. Selain itu bahan ajar rekaman kegiatan

mendengarkan dikemas dalam bentuk compact disk (CD).

1.6.3 Bahan ajar yang dikembangkan memuat indikator kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Indikator kognitif meliputi 1) menemukan pengertian denah; 2)

menjelaskan arah mata angin yang terdapat pada denah; 3) menyelesaikan soal

yang berkaitan dengan denah; 4) menguraikan letak tempat berdasarkan denah; 5)

memilih informasi penting berdasarkan penjelasan denah yang didengar; dan (6)

merencanakan pembuatan denah berdasarkan penjelasan yang didengar. Indikator

afektif meliputi 1) bersikap jujur dalam mengerjakan tugas kelompok; 2)

bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas kelompok; dan 3) bekerjasama

dalam mengerjakan tugas kelompok. Indikator psikomotorik meliputi 1)

menempelkan gambar suatu tempat pada denah dan 2) membuat denah

berdasarkan penjelasan yang didengar.

1.6.4 Bahan ajar yang dikembangkan berbasis pada aktifitas siswa yang dapat

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendidikan Karakter SD

2.1.1.1Pengertian Pendidikan Karakter

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2011:213), karakter adalah sifat-sifat

khas yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Menurut Hornby

dan Parnwell (dalam Hidayatullah, 2010:12), secara harfiah karakter artinya

kualitas mental atau moral, nama atau reputasi. Selaras dengan definisi tersebut,

Hermawan Kertajaya (dalam Hidayatullah, 2010:13) juga menjelaskan bahwa

karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.

Dari beberapa pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa

karakter adalah kualitas mental atau moral individu yang merupakan kepribadian

khusus, yang membedakan dengan individu lainnya. Karakter akan membuat

seseorang menjadi disukai atau dibenci oleh orang lain. Seseorang yang

mempunyai karakter yang baik akan disukai oleh orang lain, begitu juga

sebaliknya.

Menurut Zubaedi (2011:15), pendidikan karakter adalah usaha sengaja

(sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik

secara objektif. Kualitas kemanusiaan yang dimaksud bukan hanya baik untuk

individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan.

Menurut Williams & Schnaps (dalam Zubaedi, 2011:15), pendidikan karakter

(26)

conjuction with parent and community members, help children and youth become caring, principled and responsible.” Maknanya yaitu pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personel sekolah, bahkan

yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk

membantu anak agar memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.

Jadi dalam hal ini pihak sekolah bukanlah lingkungan utama yang dapat

mendukung keberhasilan pengembangan karakter, tetapi juga melibatkan orang

tua dan masyarakat.

Raharjo (dalam Zubaedi, 2011:16) memaknai pendidikan karakter sebagai

proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dengan

ranah sosial dalam kehidupan peserta didik. Pendidikan secara holistis merupakan

fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas, mampu hidup mandiri, dan

memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan. Creasy

(dalam Zubaedi, 2011:16) mengartikan pendidikan karakter sebagai upaya untuk

mendorong peserta didik berkembang dengan kompetensi berfikir dan berpegang

teguh pada prinsip-prinsip moral dalam kehidupnya. Menurut Koesoema (dalam

Zubaedi, 2011:19), pendidikan karakter merupakan upaya pengembangan

kemampuan yang terus-menerus dalam diri manusia untuk mengadakan

internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan individu yang baik.

Dari beberapa pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) yang dilakukan oleh para

personel sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai

kepribadian dalam diri anak agar memiliki sifat, watak, dan tabiat yang baik

(27)

2.1.1.2Tujuan Pendidikan Karakter

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa, pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung

jawab. Dalam UU ini secara jelas disampaikan bahwa karakter merupakan salah

satu aspek yang perlu terbentuk dalam diri bangsa melalui pendidikan nasional.

Menurut Narwanti (2011:16), pendidikan karakter bertujuan untuk

membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,

bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi

ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Menurut Mulyasa (2011:9),

pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter peserta didik secara utuh

sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

Menurut Zubaedi (2011:18), pendidikan karakter secara terperinci

memiliki lima tujuan yaitu 1) mengembangkan potensi afektif peserta didik

sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa, 2)

mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, 3)

(28)

generasi penerus bangsa, 4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi

manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, serta 5)

mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang

aman, jujur, penuh kreativitas, persahabatan, rasa kebangsaan yang tinggi, dan

penuh kegiatan.

Menurut Kesuma (dalam Narwanti, 2011:17), tujuan pendidikan karakter

yaitu 1) memfasilitasi pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam

perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah; 2)

mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang

dikembangkan sekolah; dan 3) membangun koneksi yang harmoni dengan

keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter

secara bersamaan.

Berdasarkan pendapat Zubaedi dan Kesuma terdapat persamaan dan

perbedaan tujuan pendidikan karakter. Persamaannya yaitu mengembangkan

perilaku peserta didik agar sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa.

Perbedaannya yaitu Zubaedi hanya mengarahkan pada pengembangan sekolah

sebagai lingkungan penanaman pendidikan karakter. Kesuma lebih menekankan

pada pengembangan sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai penanaman

pendidikan karakter.

Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, watak, dan

lingkungan pemegang peran penanaman karakter pada peserta didik (sekolah,

keluarga, dan masyarakat).

(29)

2.1.1.3Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada

satuan pendidikan maka Kemendiknas (2011) telah mengidentifikasi 25 nilai yang

bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu

1) kereligiusan,2)kejujuran,3)kecerdasan, 4)tanggung jawab, 5)kebersihan dan

kesehatan, 6) kedisiplinan, 7) tolong-menolong, 8) berfikir logis, kritis, kreatif,

dan inovatif, 9) kesantunan, 10) ketangguhan, 11) kedemokratisan, 12)

kemandirian, 13) keberanian mengambil resiko, 14) berorientasi pada tindakan,

15) berjiwa kepemimpinan, 16) kerja keras, 17) percaya diri, 18) keingintahuan,

19) cinta ilmu, 20) kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, 21)

kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, 22) menghargai karya dan prestasi orang

lain, 23) kepedulian terhadap lingkungan, 24) nasionalisme, dan 25) menghargai

keberagaman.

Menurut Koesoema (2011:124), nilai-nilai yang ditanamkan dapat berupa

nilai yang bersifat individual personal maupun yang lebih sosial. Nilai yang

bersifat individual personal adalah tanggung jawab, kemurahan hati, penghargaan

diri, kejujuran, pengendalian diri, bela rasa, disiplin, daya tahan, percaya diri, dan

rasa terimakasih. Nilai yang bersifat lebih sosial adalah tanggung jawab,

kewarganegaraan, kerjasama, keadilan, dan kesediaan mendengarkan. Tanggung

jawab termasuk ke dalam nilai karakter yang bersifat individual personal dan

individual sosial karena tanggung jawab bisa terhadap diri sendiri maupun orang

lain.

Dalam penelitian ini, nilai karakter yang akan dikembangkan adalah jujur,

(30)

karakter yang akan dikembangkan. Menurut Raka (2011:108), kejujuran tidak hanya mencakup pengertian tidak berbohong atau berkata benar, tetapi juga

tindakan tidak mengambil yang tidak menjadi haknya. Menurut Asmani

(2012:36-37), kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Hal ini diwujudkan dalam hal

perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain.

Secara lebih luas Hidayatullah (2010:83), mengungkapkan bahwa kejujuran

adalah suatu sifat/kebiasaan dimana seseorang memperoleh kepercayaan dengan

melaporkan fakta yang benar, tidak bohong, lurus hati, tidak khianat, dan selalu

melakukan yang benar. Berdasarkan pemaparan pengertian kejujuran di atas,

maka peneliti merumuskan aspek penilaian jujur yaitu dapat dipercaya dalam

pekerjaan dan dapat dipercaya dalam perkataan.

Menurut Wibowo (2012:104), tanggung jawab adalah sikap dan perilaku

seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),

Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Secara lebih luas Hidayatullah (2010:87)

mengungkapkan bahwa tanggung jawab adalah kemampuan memahami dan

melakukan apa yang sepatutnya dilakukan, kondisi yang mana menjadi tolak ukur

terhadap seseorang, kemampuan untuk mengambil keputusan yang rasional dan

bermoral, kemampuan untuk dipercaya. Berdasarkan pemaparan pengertian

tanggung jawab di atas, maka peneliti merumuskan aspek penilaian tanggung

jawab yaitu mengerjakan tugas sesuai perintah dan menyelesaikan tugas tepat

(31)

Menurut Johnson dkk (dalam Colaborative Learning, 2012:28), kerjasama adalah upaya umum manusia yang secara simultan mempengaruhi berbagai

keluaran instruksional. Menurut Slavin (dalam Cooperative, 2005:4), kerjasama adalah dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Para siswa

saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

pemahaman masing-masing.

Menurut Johnson dkk (2012:8-10), ada lima komponen kerjasama yaitu:

1) Interdependensi Positif

Setiap anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung antara

satu sama lain. Siswa harus menyadari bahwa usaha dari setiap anggota

kelompok akan bermanfaat bukan hanya bagi individu yang bersangkutan,

tetapi juga bagi semua anggota kelompok.

2) Interaksi yang Mendorong

Siswa saling membantu, mendukung, menyemangati, dan menghargai

usaha satu sama lain untuk belajar.

3) Tanggung Jawab Individual

Siswa belajar bersama-sama supaya mereka dapat menunjukkan performa

yang lebih baik sebagai individu. Tanggung jawab individual memastikan

bahwa semua anggota kelompok tahu siapa saja yang membutuhkan

bantuan, dukungan, dan dorongan yang lebih besar untuk menyelesaikan

tugas dan menyadari bahwa mereka tidak bisa hanya “menyontek” hasil

(32)

4) Kemampuan Interpersonal dan Kelompok kecil

Siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran dan kemampuan personal

yang dibutuhkan agar dapat berfungsi sebagai sebuah tim. Kemampuan

yang dimaksud seperti kepemimpinan, pengambilan keputusan,

membangun kepercayaan, komunikasi, dan manajemen konflik.

5) Pemprosesan Kelompok

Anggota kelompok berdiskusi seberapa baik mereka telah mencapai tujuan

dan seberapa baik mereka memelihara hubungan yang efektif. Kelompok

perlu menggambarkan anggota manakah yang telah sangat membantu atau

tidak membantu.

Berdasarkan pemaparan komponen kerjasama di atas, maka peneliti merumuskan

aspek penilaian kerjasama, yaitu 1) interdependensi, 2) interaksi yang mendorong,

3) tanggung jawab individual, 4) kemampuan interpersonal, dan 5) pemprosesan

kelompok.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat

Indonesia untuk keperluan sehari-hari, misalnya belajar, bekerja sama, dan

berinteraksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Bahasa Indonesia memiliki

kedudukan sebagai bahasa nasional. Berdasarkan hal tersebut penting bagi

seseorang untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Salah

satu upaya untuk melatih kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia dengan

(33)

selaras dengan pendapat Zulela (2012:4), pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi

dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:113) memberi gambaran

bahwa hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia di SD diharapkan membantu

peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan

analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu pembelajaran

Bahasa Indonesia harus melibatkan keaktifan siswa. Hal itu selaras dengan

pendapat Djuanda (2006:1), arah pembelajaran Bahasa Indonesia SD menekankan

keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaran.

Menurut Zulela (2012:4), tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yaitu 1) berkomunikasi secara

efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun

tulis; 2) menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa Negara; 3) memahami Bahasa Indonesia dan

menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4)

menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial; 5) menikmati dan memanfaatkan karya

sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta

(34)

membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual

manusia Indonesia.

2.1.2.2Keterampilan Mendengarkan di SD

Menurut Nurjamal (2011:2), pembelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang

SD meliputi empat aspek keterampilan berbahasa yaitu 1) mendengarkan, 2)

berbicara, 3) membaca, dan 4) menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa

tersebut berkaitan satu sama lain. Artinya, aspek yang satu berhubungan erat,

saling bergantung, dan tidak dapat dipisahkan dengan aspek yang lain. Keempat

aspek keterampilan berbahasa itu lazim disebut catur tunggal keterampilan

berbahasa atau empat serangkai keterampilan berbahasa karena hubungannya

yang sangat erat. Keempat keterampilan berbahasa tersebut diajarkan di sekolah.

Hal itu dilaksanakan agar penguasaan bahasa siswa menjadi lebih baik dan

memudahkan mereka dalam menguasai materi pelajaran.

Ketereampilan mendengarkan adalah salah satu keterampilan berbahasa

yang paling utama karena dari keterampilan ini kemudian siswa mampu

memproduksi bahasa. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan

mendengarkan dikembangkan dalam kegiatan, misalnya mendengarkan petunjuk.

Berawal dari keterampilan mendengarkan inilah kemudian siswa dapat

memproduksi sebuah karya kreativitas berbahasa atau bersastra. Oleh karena itu

peneliti akan mengembangkan keterampilan mendengarkan.

Keterampilan mendengarkan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

mendengar dan menyimak. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2011:92),

mendengar adalah dapat menangkap suara atau bunyi dengan telinga. Dalam

(35)

sesuatu dengan sungguh-sungguh, memasang telinga baik-baik untuk mendengar,

mengindahkan, dan menurut. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2011:498),

menyimak adalah memperhatikan atau mendengarkan baik-baik hal yang dibaca

atau diucapkan orang, meninjau atau memeriksa dengan teliti.

Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008:30), menyimak bermakna

mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Secara

lebih luas menurut Tarigan (2008:31), menyimak adalah suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,

apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau

pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang

pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Menurut Sutari dkk (1998:17), faktor

kesengajaan dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang

disimaknya, sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman

belum dilakukan.

Dari beberapa pengertian tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan

antara mendengarkan dan menyimak. Persamaannya yaitu keduanya merupakan

kegiatan menggunakan indra pendengaran untuk memperhatikan sesuatu yang

disampaikan oleh orang lain dengan penuh perhatian dan kesengajaan.

Perbedaannya terletak pada tingkat pemahamannya. Dalam kegiatan

mendengarkan tingkat pemahaman, apresiasi, dan interpretasi belum dilakukan.

Sebaliknya, dalam kegiatan menyimak tingkat pemahaman, apresiasi, dan

interpretasi sudah dilakukan.

Ketika mendengarkan ada beberapa kiat yang perlu kita perhatikan.

(36)

Menurut Yamin (2007:189), kiat-kiat yang perlu diperhatikan dalam

mendengarkan yaitu 1) ada keseriusan dan keinginan untuk mengetahui suatu

informasi; 2) kesiapan mental dan fisik untuk mendengarkan; 3) menghindari

gangguan-gangguan yang datang; 4) mencari gagasan pokok pembicaraan dan

kata kunci dari informasi yang disampaikan guru; 5) memperhatikan petunjuk dan

contoh yang diberikan guru di depan kelas; 6) mencatat istilah-istilah yang

penting; 7) membiasakan dengan kata-kata/istilah-istilah yang baru; 8)

mengajukan pertanyaan kepada guru, ketika pendengaran kita samar-samar atau

membingungkan, dan 9) menghindari bercakap-cakap ketika kita mendengarkan.

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan pengertian

mendengarkan yaitu kegiatan menggunakan indra pendengaran dengan penuh

perhatian dan kesengajaan untuk memperoleh informasi yang disampaikan oleh

pembicara. Seseorang akan berusaha mematuhi apa yang didengar melalui

kegiatan mendengarkan. Berdasarkan hal tersebut, nilai karakter dapat ditanamkan

dalam diri siswa melalui kegiatan mendengarkan. Dalam penelitian ini tugas

mendengarkan yang diberikan adalah membuat gambar/denah berdasarkan

penjelasan yang didengar. Siswa diharapkan mampu bertanggung jawab dalam

mendengarkan penjelasan yaitu menulis informasi penting, membuat denah

berdasarkan penjelasan, dan menceritakan kembali denah yang telah dibuat.

2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan di SD Berbasis Karakter

Menurut Prawiradilaga (2007:38), bahan ajar adalah format materi yang

diberikan kepada pembelajar. Format tersebut dapat dikaitkan dengan media

(37)

Majid (2009:173) menjelaskan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Bahan ajar juga merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk

perencanaan dan penelaah implementasi pembelajaran.

Tujuan bahan ajar menurut Prastowo (2011:26-27) ada empat yaitu 1)

membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu; 2) menyediakan berbagai

jenis pilihan bahan ajar sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta

didik; 3) memudahkan peserta dalam melaksanakan pembelajaran; dan 4) kegiatan

pembelajaran menjadi lebih menarik.

Bahan ajar tersebut dikembangkan dengan mengintegrasikan pendidikan

karakter. Nilai karakter yang akan diintegrasikan ke dalam bahan ajar tersebut ada

tiga yaitu jujur, tanggung jawab, dan kerjasama. Menurut Zubaedi (2012:138),

pendidikan karakter bukan mata pelajaran baru, standar kompetensi baru,

kompetensi dasar baru yang berdiri sendiri. Pendidikan karakter harus

diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengembangan diri, dan

budaya sekolah serta muatan lokal. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu

mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang

sudah ada.

Menurut Raka dkk (2011:64), terdapat dua hal yang harus diperhatikan

dalam mengembangkan bahan pelajaran untuk mengembangkan karakter siswa,

yaitu memberikan banyak perhatian pada aspek karakter yang ada dalam setiap

mata pelajaran dan mengembangkan substansi yang bermakna melalui

(38)

mengungkapkan adanya langkah-langkah pengintegrasian pendidikan karakter

dalam bahan ajar setiap mata pelajaran yaitu 1) mendeskripsikan kompetensi

dasar (KD) dari kurikulum yang berlaku; 2) mengidentifikasi nilai-nilai karakter

yang akan diintegrasikan ke dalam bahan ajar; 3) mengintegrasikan nilai-nilai

karakter ke dalam kompetensi dasar yang telah dipilih; 4) melaksanakan

pembelajaran dengan pendekatan metode atau teknik tertentu; 5) menentukan

metode; 6) menentukan evaluasi; dan 7) menentukan sumber belajar.

Menurut Raka dkk (2011:60), proses belajar karakter yang berpusat pada

siswa memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk melibatkan diri secara

aktif dan mengambil tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini

guru hanya sebagai fasilitator. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menyusun

bahan ajar yang berisi aktifitas siswa agar siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran yang berkarakter.

Jadi pengembangan bahan ajar berbasis karakter dalam penelitian ini

adalah suatu panduan berupa bahan ajar cetak untuk mendukung proses

pembelajaran guna membantu siswa dalam menanamkan karakter jujur, tanggung

jawab, dan kerjasama melalui aktifitas siswa. Bahan ajar yang dikembangkan

akan dievaluasi. Menurut Cunningsworth (1995:3), ada beberapa unsur untuk

(39)

2.1.4 Model Pengembangan Bahan Ajar

Model pengembangan bahan ajar yang dipilih dalam penelitian ini adalah

model Jerold E Kemp yang direvisi. Menurut Kemp dalam Trianto (2009:179),

pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Model

pengembangan perangkat pembelajaran ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kemp yang Direvisi (Trianto, 2009:179)

Pengembangan dapat dimulai dari langkah manapun pada siklus tersebut.

(40)

Pengembangan dapat berjalan dengan baik karena adanya layanan pendukung

(Suport Service).

Di bawah ini akan dipaparkan tahapan model pengembangan perangkat

menurut Kemp (Trianto, 2009:180-186):

a. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)

Tahap ini bertujuan untuk mengindentifikasi adanya kesenjangan antara

tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di

lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun

strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan

kajian, pokok bahasan, atau materi yang dikembangkan, selanjutnya disusun

alternatif atau cara pembelajaran yang sesuai dalam upaya pencapaian

tujuan seperti yang diharapkan dalam kurikulum.

b. Analisis Siswa (Learner Characteristic)

Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan

karakteristik yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu

maupun kelompok. Analisis siswa terdiri dari:

1) Tingkah Laku Awal Siswa

Menurut Kardi dalam Trianto (2009:180), perlu adanya identifikasi

keterampilan-keterampilan khusus yang dimiliki siswa sebelum

melaksanakan proses pembelajaran. Hal itu bertujuan untuk mengetahui

keterampilan khusus yang dapat dilakukan siswa untuk memulai

(41)

2) Karakteristik Siswa

Menurut Ibrahim dalam Trianto (2009:180), analisis siswa meliputi

karakteristik antara lain: kemampuan akademik, usia dan tingkat

kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman,

keterampilan psikomotor, kemampuan bekerja sama, keterampilan

sosial, dan sebagainya. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk

menyiapkan perangkat pembelajaran.

c. Analisis Tugas (Task Analysis)

Menurut Kemp dalam Trianto (2009:181), analisis tugas adalah kumpulan

prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran. Analisis tugas sejalan

dengan analisis tujuan. Analisis tugas ini dilakukan untuk menentukan

model pembelajaran. Analisis ini mencakup analisis isi pelajaran, konsep,

pemprosesan informasi yang digunakan untuk memudahkan penguasaan

tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam

bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja

Siswa (LKS).

d. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)

Indikator adalah tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis

tujuan. Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan

identifikasi tingkah laku awal.

e. Penyusunan Instrumen Evaluasi (Evaluation Instrument)

Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur

ketuntasan indikator setelah berlangsungnya proses pembelajaran.

(42)

f. Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)

Pemilihan strategi pembelajaran disusun berdasarkan tujuan yang akan

dicapai. Pada tahap ini dipilih strategi belajar mengajar yang sesuai dengan

tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan dan metode,

pemilihan format.

g. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran (Instructional Resource) Pemilihan media dan sumber belajar didasarkan pada hasil analisis tujuan,

karakteristik siswa, dan tugas. Keberhasilan pembelajaran sangat

bergantung pada pemilihan sumber belajar dan media pembelajaran.

h. Pelayanan Pendukung (Suport Service)

Selama proses pengembangan perangkat diperlukan layanan pendukung

yang berupa kebijakan kepala sekolah, guru, tenaga terkait, laboratorium,

perpustakaan, dana, fasilitas, bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga kerja,

serta jadwal penyelesaian tahap perencanaan dan pengembangan.

i. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)

Evaluasi formatif berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar

atau pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam mencapai

berbagai sasaran. Penilaian formatif dilaksanakan selama pengembangan

dan uji coba. Penilaian ini berguna untuk menentukan kelemahan dalam

perencanaan pengajaran sehingga kekurangan dapat dihindari sebelum

program terpakai secara luas.

j. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)

Evaluasi sumatif mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan utama pada

(43)

pos tes dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi; hasil

ujian akhir unit, dan uji akhir untuk pelajaran tertentu.

k. Revisi Perangkat Pembelajaran (Planing Revision)

Kegiatan revisi dilakukan secara terus menerus pada setiap langkah

pengembangan. Kegiatan revisi dimaksudkan memperbaiki rancangan

yang dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian yang

diperoleh dari kegiatan validasi perangkat pembelajaran oleh pakar,

simulasi terbatas dan uji coba terbatas, sehingga validasi ini lebih pada

tujuan kebenaran dan kesesuaian isi pada saat menerapkannya sebagai

perangkat pembelajaran di sekolah.

2.2 Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan tiga penelitian yang cukup relevan dengan penelitian

yang akan dilakukan peneliti, yaitu:

1) Penelitian pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh Bernadetta Lisa

Andika Permatasari (2012). Dalam skripsinya Bernadetta Lisa Andika Permatasari

meneliti “Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Berbicara Bahasa Indonesia Kelas VII Semester 1 dan 2”. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner dan daftar wawancara. Produk yang

dihasilkan berupa modul “Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Berbicara Bahasa Indonesia Kelas VII Semester 1 dan 2. Modul ini telah dinilai oleh pakar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta guru Bahasa Indonesia

kelas VII SMP Joannes Bosco untuk mengetahui kualitas produk pengembangan.

(44)

yang sudah direvisi kemudian diujicobakan kepada siswa kelas VII SMP Joannes

Bosco Yogyakarta. Produk pengembangan ini belum diujicobakan seluruhnya

karena modul ini dirancang untuk pembelajaran selama satu tahun.

2) Penelitian pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh Anastasia Tiur

Rohani (2012). Dalam skripsinya Anastasia Tiur Rohani meneliti “Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia Kelas VIII Semester 1 dan 2”. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner dan daftar wawancara. Produk yang dihasilkan berupa modul

pembelajaran “Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia Kelas VIII Semester 1 dan 2”. Modul ini telah dinilai oleh pakar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta guru Bahasa Indonesia kelas

VIII untuk mengetahui kualitas produk pengembangan. Hasil penelitian tersebut

kemudian dijadikan dasar untuk merevisi produk. Produk yang sudah direvisi

kemudian diujicobakan kepada siswa kelas VIII. Produk pengembangan ini belum

diujicobakan seluruhnya karena modul ini dirancang untuk pembelajaran selama

satu tahun.

3) Jurnal artikel ilmiah dengan judul “Prodigy: An Innovative Approach for Character Development” yang ditulis oleh Samsiah Mohd Jais, Ab.Aziz Md. Yatim, dan Mohammed Aziz Shah Mohammad Arip. Dalam tulisannya dijelaskan

bahwa pembentukan dan pembangunan karakter yang sehat di kalangan pelajar

berkaitan erat dengan peranan yang dimainkan oleh konselor/guru di sekolah.

Tujuan dari artikel ini adalah memperkenalkan prodigi, sebuah pendekatan yang

mampu membantu guru untuk melakukan bimbingan dan konseling dalam

(45)

komponen kognitif, afektif, dan tingkah laku dalam pembangunan karakter. Isi

dari artikel ini adalah memperbincangkan modul kursus yang berkaitan dengan

pembangunan karakter dan manfaat menggunakan Prodigi dalam memupuk

pembangunan karakter.

Ketiga penelitian tersebut relevan terhadap penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti. Pada penelitian pertama, peneliti mengembangkan bahan ajar yang

terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran berbicara Bahasa

Indonesia kelas VII semester 1 dan 2. Peneliti hanya mengembangkan bahan ajar

pada keterampilan berbicara untuk siswa SMP kelas VII. Berdasarkan penelitian

relevan pertama, maka peneliti ingin mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi

dengan pendidikan karakter untuk keterampilan yang lain yaitu mendengarkan.

Sasaran yang dituju bukan siswa SMP tetapi siswa kelas IV SD semester gasal.

Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang kedua. Peneliti

mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam

pembelajaran menulis Bahasa Indonesia kelas VIII semester 1 dan 2. Peneliti

hanya mengembangkan bahan ajar pada keterampilan menulis untuk siswa SMP

kelas VIII. Berdasarkan penelitian relevan kedua, maka peneliti ingin

mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk

keterampilan yang lain yaitu keterampilan mendengarkan. Sasaran yang dituju

juga bukan siswa SMP tetapi siswa kelas IV SD semester gasal.

Pada penelitian ketiga tampak pentingnya modul kursus yang berkaitan

dengan pembangunan karakter dan manfaat penggunaan Prodigi dalam memupuk

pembangunan karakter. Berdasarkan penelitian relevan ketiga, maka peneliti ingin

(46)

ke dalam mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia keterampilan mendengarkan

kelas IV semester gasal.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, kerangka berpikir yang

digunakan peneliti dalam pengembangan bahan ajar keterampilan mendengarkan

adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SD semester gasal dijadikan

sebagai ruang lingkup penelitian.

2. Keterampilan mendengarkan merupakan aspek keterampilan berbahasa

yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.

3. Keterampilan mendengarkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia akan

diintegrasikan dengan pendidikan karakter.

4. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia keterampilan mendengarkan akan dikembangkan melalui bahan

ajar berbasis aktifitas siswa.

5. Produk yang dihasilkan berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan

pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.

2.4 Pertanyaan Penelitian

2.4.1 Bagaimana prosedur penelitian pengembangan bahan ajar yang terintegrasi

(47)

kompetensi dasar ”Membuat gambar/denah berdasarkan penjelasan yang didengar”?

2.4.2 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan

karakter dalam keterampilan mendengarkan, kompetensi dasar ”Membuat gambar/denah berdasarkan penjelasan yang didengar” menurut pakar pembelajaran Bahasa Indonesia?

2.4.3 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan

karakter dalam keterampilan mendengarkan, kompetensi dasar ”Membuat gambar/denah berdasarkan penjelasan yang didengar” menurut pakar pendidikan karakter?

2.4.4 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan

karakter dalam keterampilan mendengarkan, kompetensi dasar ”Membuat gambar/denah berdasarkan penjelasan yang didengar” menurut guru Bahasa Indonesia SD kelas IV?

2.4.5 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan

karakter dalam keterampilan mendengarkan, kompetensi dasar ”Membuat

gambar/denah berdasarkan penjelasan yang didengar” menurut hasil uji

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian dan

pengembangan atau sering disebut Research and Development. Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009:407).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development karena akan menghasilkan produk yang berupa bahan ajar yang terintegrasi

dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal. Bahan ajar tersebut akan

diuji keefektifannya di kelas IV SD Negeri Daratan.

3.2 Prosedur Pengembangan

Pengembangan bahan ajar akan menggunakan prosedur pengembangan

bahan ajar Jerold E Kemp yang direvisi dan prosedur penelitan pengembangan

yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Ada 10 prosedur penelitian

pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall yaitu 1) potensi dan

masalah, 2) mengumpulkan informasi, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5)

perbaikan desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9)

revisi produk, dan 10) pembuatan produk masal. Kedua prosedur pengembangan

tersebut diadaptasi sesuaikan dengan kebutuhan peneliti sebagai landasan dalam

(49)

diadaptasi menjadi 7 langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data,

3) desain produk (prototipe), 4) validasi, 5) revisi desain, 6) uji coba desain, dan

7) revisi desain. Prosedur pengembangan tersebut dilakukan untuk menghasilkan

produk final berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter

khususnya keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

kelas IV SD semester gasal. Prosedur pengembangan tersebut dapat dijelaskan

melalui gambar di bawah ini:

(50)

Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah mengkaji potensi dan

masalah. Peneliti mengetahui adanya potensi dan masalah dengan melakukan

analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan melalui wawancara terhadap

guru Bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri Daratan. Analisis kebutuhan ini

bertujuan untuk mengetahui pandangan guru mengenai pendidikan karakter,

ketersediaan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter, dan

sekaligus dapat memperoleh gambaran mengenai karakteristik siswa.

Langkah kedua adalah pengumpulan data. Data diperoleh dari hasil

wawancara dengan guru dan kajian dokumen dari beberapa sumber yang

mendukung. Hasil dari pengumpulan data digunakan sebagai pertimbangan

perencanaan produk yang berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan

karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

kelas IV SD semester gasal.

Langkah ketiga adalah mendesain sebuah produk yang berupa bahan ajar

yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD semester gasal. Langkah ini

dimulai dengan mengkaji SK/KD dalam kurikulum KTSP, menentukan indikator,

menentukan tujuan pembelajaran, menentukan isi bahan ajar, menentukan strategi

pembelajaran, menyusun kegiatan belajar, menentukan sumber belajar, dan

menyusun evaluasi yang dapat mengukur ketercapaian kompetensi dasar.

Langkah keempat adalah validasi desain. Dalam Kamus Besar Indonesia

(2011:599), validasi adalah pengujian kebenaran atas sesuatu. Peneliti

menggunakan validasi pakar sebagai evaluasi formatif terhadap desain bahan

(51)

pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, dan dua guru Bahasa

Indonesia kelas IV. Validasi desain ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan

saran serta penilaian dari para pakar terhadap produk yang dikembangkan.

Berdasarkan kritik dan saran tersebut akan diketahui kelebihan dan kekurangan

produk yang dikembangkan serta perbaikan yang harus dilakukan.

Langkah kelima adalah revisi desain. Revisi desain dilakukan berdasarkan

hasil validasi para pakar. Revisi desain dilakukan untuk memperbaiki kekurangan

dari produk yang sudah divalidasi oleh pakar.

Langkah keenam adalah uji coba desain. Uji coba desain dilakukan kepada

siswa kelas IV SD Negeri Daratan. Setelah melakukan uji coba desain, siswa

diberi kuisioner untuk menilai apakah produk yang disusun sudah baik untuk

siswa atau belum. Hasil uji coba desain merupakan evaluasi sumatif terhadap

desain produk pengembangan bahan ajar.

Langkah ketujuh adalah revisi desain. Revisi desain dilakukan setelah uji

coba desain. Produk akan direvisi berdasarkan masukan dari siswa yang

mengikuti uji coba produk. Hasil dari revisi produk ini akan menjadi desain

produk final yaitu bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk

keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD

semester gasal.

3.3 Uji Coba Produk 3.3.1 Desain Uji Coba

Desain uji coba merupakan bagian yang terpenting karena bertujuan agar

Gambar

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ..........................................
Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ...................
Gambar 2.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kemp yang Direvisi
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian dan Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini dapat memberikan informasi berupa laporan mengenai detil transaksi yang dilakukan oleh karyawan yang terlibat dalam kegiatan administrasi pembelian

Tampilan menu laporan kerusakan pada gambar 4.34 merupakan form untuk memperlihatkan semua data kerusakan baru atau lama yang telah di inputkan sesuai dengan ID Alat, Nama

[r]

Ahli-ahli ekonomi boleh membuat analisis bahawa permintaan ke atas satu barang adalah diberi seperti persamaan (2), di mana seperti yang ditunjukkan oleh jadual 1.6 di

Namun karena banyaknya penyimpangan yang terjadi, tidak ada salahnya mengutip kembali konsideransi dalam keppres 80/2003: “Agar pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi urgensi dan akar permasalahan yaitu masih belum optimalnya kinerja guru otomotif SMK Negeri di

[r]

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN GREEN PRODUCT (Studi pada Konsumen Honda Vario Techno di Kota