HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI
DAN KECENDERUNGAN CINDERELLA COMPLEX PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Yosephine Andaresta Putri Aldiandari NIM: 189114081
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2022
ii
SKRIPSI
iii
SKRIPSI
iv
HALAMAN MOTTO
Amor Fati, Ego Fatum
-Cintailah takdir, karena kita adalah takdir- (Nietzsche)
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan.
(Yeremia 17:7)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Keluarga saya; Alm. Bapak, Ibu, dan Mas yang senantiasa memberikan dukungan berupa cinta dan kasih sayang tanpa henti.
Untuk diri saya sendiri, Yosephine Andaresta Putri Aldiandari. Terima kasih sudah berjuang sampai hari ini, kamu sudah berhasil menyelesaikannya dengan
baik!
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan di dalam kutipan dan daftar rujukan sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 September 2022 Yang membuat pernyataan,
Yosephine Andaresta Putri Aldiandari
vii ABSTRAK
Aldiandari, Yosephine A.P. 2022. Hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal.
Skripsi. Yogyakarta:Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal. Konsep diri merupakan variabel bebas dan Cinderella Complex merupakan variabel tergantung. Penelitian ini melibatkan 304 orang perempuan dewasa awal yang berkuliah di Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan mengisi Skala Konsep Diri dan Skala Cinderella Complex. Koefisien reliabilitas Skala Konsep Diri sebesar 0,890, sedangkan koefisien reliabilitas Skala Cinderella Complex sebesar 0,860. Data penelitian dianalisis dengan uji korelasi Spearman’s rho karena data tidak berdistribusi normal. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan (𝑟𝑥𝑦 = −0,202, 𝑝 < 0.05) antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex. Oleh karena itu, hipotesis diterima, yaitu terdapat hubungan yang negatif yang signifikan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal.
Kata kunci: Konsep Diri, Cinderella Complex, Perempuan Dewasa Awal.
viii ABSTRACT
Aldiandari, Yosephine A.P. 2022. The relationship between self-concept and Cinderella Complex in early adult women. Thesis.
Yogyakarta:Psychology, Psychology Faculty, Sanata Dharma University.
The current study was a quantitative research with correlational design to examine the relationship between self-concept and Cinderella Complex in early adult women. Self-concept is the independent variable and Cinderella Complex is the dependent variable. The study involved 304 early adult women who studied in Yogyakarta as participants. Data were collected by filling in the Self-Concept Scale and Cinderella Complex Scale. The reliability coefficient of the Self- Concept Scale was 0.890 and the reliability coefficient of the Cinderella Complex Scale was 0.860. The data were analyzed using the Spearman’s rho correlation technique because the data were not normally distributed. Data analysis showed that there was a negative significant correlation (𝑟𝑥𝑦= −0,202, 𝑝 < 0.05) between self-concept dan Cinderella Complex. Therefore, the hypothesis is accepted, that there was a significant negative relationship between self-concept and Cinderella Complex in early adult women.
Keywords: Self-Concept, Cinderella Complex, Early Adult Women.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILIMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yosephine Andaresta Putri Aldiandari Nomor Mahasiswa : 189114081
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN CINDERELLA COMPLEX PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL”
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan daya, menditribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Di buat di Yogyakarta
Pada tanggal: 20 September 2022 Yang menyatakan,
Yosephine Andaresta Putri Aldiandari
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta dan karunianya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Berkat penyertaanNya, penulis dapat melewati dengan baik berbagai macam dinamika dalam proses penyusunan skripsi. Banyak pelajaran yang dapat peneliti ambil selama proses penyususnan skripsi ini, peneliti belajar untuk lebih teliti dalam membaca dan sederhana dalam menulis. Tentunya, selama proses penyusunan skripsi ini peneliti memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak. Maka, pada bagian ini, izinkan peneliti menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini:
1. Bapak Dr.Yohannes Babtista Cahya Widiyanto M.Si., dan Bapak Dr.
Victorius Didik Suryo Hartoko M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Minto Istono, Bapak Agung Santoso Ph.D., dan Bapak Robertus Landung Eko Prihatmoko M.Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan perhatian dan bimbingan dari awal hingga akhir masa studi.
3. Prof. Dr. A. Supratiknya, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulisan dari awal seminar hingga akhir penulisan penelitian. Terima kasih atas kesabaran dan ketelitian dalam memberikan arahan, masukan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Titik Kristiani, M.Psi. dan Bapak Agung Santoso Ph.D., selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan pada penulisan skripsi ini.
5. Seluruh jajaran dosen, tenaga kependidikan, dan pengelola di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu serta bantuan selama peneliti menjalankan masa studi.
6. Alm. Bapak Yohanes Suwaldiyono dan Ibu Soni Prasundari yang selaku orang tua yang begitu luar biasa bagiku. Terima kasih sudah selalu memberikan cinta yang tak terbatas. Terima kasih sudah memberikan
xi
banyak sekali dukungan dan selalu mengingatkan tentang makna tanggung jawab. Terima kasih sudah selalu bangga pada anaknya.
7. Mas Angga yang selalu memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi. Terima kasih!
8. Manusia Hebat; Anis, Bunga, Lulu, dan Mia yang selama ini sudah menjadi teman berbagi cerita sejak SMP-SMA. Terima kasih sudah mau menjadi pendengar yang baik. Ayo kita sukses bersama.
9. Emil, Olga, Rachel, Novi, dan Clarissa yang sudah menjadi teman berbagi cerita selama berkuliah. Terima kasih sudah selalu memberikan dukungan dan memberikan warna baru selama berkuliah.
10. Psikologi 18 A Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi bagian di dalam kehidupan perkuliahan peneliti. Terima kasih untuk pengalaman berkuliah bersama kalian.
11. Teman-teman di WhatsApp, Instagram, dan Twitter terima kasih atas bantuannya menyebarkan kuesioner penelitian ini.
12. Semua responden yang sudah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang dibagiakan. Terima kasih ya, berkat bantuan kalian skripsi ini bisa selesai.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini, terima kasih banyak!
Saya menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka, saya sangat terbuka dengan adanya saran serta kritik yang membangun demi kepentingan perkembangan ilmu psikologi.
Peneliti,
Yosephine Andaresta Putri Aldiandari
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB 1 ... 1
Latar Belakang ... 1
Pertanyaan Penelitian ... 8
Tujuan Penelitian ... 8
Manfaat Penelitian ... 9
BAB II ... 10
Perempuan Dewasa Awal ... 10
Pengertian Perempuan Dewasa Awal ... 10
Konsep Diri ... 12
Pengertian Konsep Diri ... 12
Dimensi Konsep Diri ... 13
Cinderella Complex ... 15
Pengertian Cinderella Complex ... 15
xiii
Dimensi Cinderella Complex ... 17
Hubungan Antara Konsep Diri dan Cinderella Complex pada Perempuan Dewasa Awal ... 18
Kerangka Konseptual ... 18
Hipotesis ... 20
BAB III ... 23
Jenis dan Desain Penelitian ... 23
Subjek Penelitian ... 23
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24
Konsep Diri ... 24
Cinderella Complex ... 24
Prosedur Pengumpulan Data ... 25
Skala Konsep Diri ... 26
Skala Cinderella Complex ... 28
Pemeriksaan Kualitas Psikometrik Skala ... 30
Uji Validitas Skala ... 30
Pelaksanaan Uji Coba dan Seleksi Item Skala... 30
Bentuk Final Skala ... 31
Reliabilitas Skala ... 34
Daya Diskriminasi Skala ... 34
Analisis Data ... 35
BAB IV ... 36
Hasil Penelitiaan ... 36
Taraf Konsep Diri dan Kecenderungan Cinderella Complex pada Perempuan Dewasa Awal ... 37
Hubungan antara Konsep Diri dan Kecenderungan Cinderella Complex pada Perempuan Dewasa Awal ... 39
Uji Asumsi Normalitas ... 39
Uji Asumsi Linearitas ... 40
xiv
Uji Hipotesis ... 40
Analisis Tambahan ... 41
Uji Asumsi Normalitas ... 42
Uji Asumsi Homogenitas Varians ... 43
Uji Perbedaan ... 43
Pembahasan ... 44
BAB V ... 51
Kesimpulan ... 51
Keterbatasan Penelitian ... 52
Saran ... 52
1. Bagi peneliti selanjutnya ... 52
2. Bagi Perempuan Dewasa Awal ... 53
DAFTAR ACUAN ... 54
LAMPIRAN ... 59
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blueprint Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba ... 27
Tabel 2. Blueprint Skala Cinderella Complex Sebelum Uji Coba ... 29
Tabel 3. Bentuk Final Skala Konsep Diri ... 32
Tabel 4. Bentuk Final Skala Cinderella Complex ... 33
Tabel 5. Hasil Statistik Deskriptif ... 37
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Dinamika Psikologis Antara Konsep Diri dan Kecenderungan Cinderella Complex Pada Perempuan Dewasa Awal ... 22 Gambar 2. Grafik Scatter Plot Uji Linearitas ... 40 Gambar 3. Grafik Scatter Plot Uji Hipotesis ... 45
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ……….60
Lamprian 2. Reliabilitas dan Korelasi Item Total ……….70
Lampiran 3. Deskripsi Data Hasil Penelitian ………76
Lampiran 4. Uji Asumsi ………....80
Lampiran 5. Uji Hipotesis ……….82
Lampiran 6. Hasil Analisis Tambahan ………..84
1 BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal karena terdapat alasan yang bersumber dari pengalaman peneliti. Peneliti kerap menjumpai teman perempuannya memiliki kecenderungan bergantung pada orang lain khususnya teman laki-laki. Kecenderungan bergantung tersebut terlihat ketika mereka memiliki keinginan untuk dijaga dan dilindungi oleh seorang teman laki-laki. Hal ini ternyata sejalan dengan paparan Asriyanti et al. (2022) yang menyebutkan bahwa perempuan yang bergantung tampak ketika mereka memiliki kebutuhan untuk diperhatikan dan dilindungi oleh orang lain khususnya teman laki-laki.
Kebutuhan untuk diperhatikan dan dilindungi tersebut dapat tampak ketika seorang perempuan meminta bantuan dan bimbingan teman laki-laki dalam menyelesaikan tugas serta meminta ditemani saat berpergian. Dowling (1982, seperti dikutip dalam Asriyanti et al., 2022) menegaskan bahwa perempuan yang bergantung akan meminta komentar dan bimbingan dari orang lain ketika mereka melakukan suatu tindakan atau keputusan baru. Kebutuhan dan keinginan tersebut membuat perempuan takut kehilangan sosok teman laki-laki dalam kehidupan mereka. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka percaya bahwa mereka adalah sosok yang berada
2
dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dan perlindungan dari laki-laki (Zahrawaany & Fasikhah, 2019).
Secara lebih luas, peristiwa ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari masyarakat dan budaya yang kental dengan prinsip patriarki. Prinsip ini memperlihatkan pembatasan dalam hal gender dan menunjukkan kedudukan laki-laki lebih dominan. Saha dan Safri (2017) menegaskan bahwa masyarakat sekitar dapat membentuk ketergantungan pada kognisi perempuan. Selain masyarakat, budaya dengan prinsip patriarki juga membentuk pandangan perempuan bahwa dirinya adalah sosok yang tidak berdaya dan cenderung bergantung pada laki-laki. Saha dan Safri (2016) juga menyatakan bahwa perempuan sama sekali tidak dilatih untuk bebas, mereka justru dilatih untuk bergantung. Melalui hal tersebut, dapat dilihat bahwa masyarakat dan budaya secara tidak langsung juga mendorong perempuan untuk menggantungkan kehidupannya pada seorang teman laki-laki.
Kecenderungan bergantung ini dapat dialami oleh semua perempuan. Namun, Zahrawaany dan Fasikhah (2019) menuliskan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan bergantung pada remaja perempuan dan perempuan dewasa awal. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tuntutan dari tugas perkembangan yang harus mereka hadapi. Dalam tahap perkembangan Erikson, individu pada usia dewasa awal berada pada tahap keenam yang disebut dengan tahap intimacy (keakraban) vs isolation (keterkucilan) (Santrock, 2011). Pada tahap ini individu menghadapi tugas perkembangan yang berkaitan dengan relasi akrab dengan orang lain. Pada dasarnya, tahap ini merupakan masa transisi dari usia remaja menuju dewasa.
Arnett (1997) menemukan bahwa individu yang memasuki masa dewasa akan mulai memikul tanggung jawab atas tindakannya dan mencapai kemandirian. Selain itu, mereka memiliki tuntutan untuk membuat keputusan secara mandiri berdasarkan nilai yang diyakininya. Lebih lanjut Zahrawaany dan Fasikhah (2019) juga memaparkan bahwa perempuan usia dewasa akan mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat.
Individu yang mengahadapi tuntutan dan tugas perkembangan pada masa dewasa awal dapat memberikan respon yang beragam. Tidak semua individu mampu mengatasi tantangan pada tahap ini (Afnan et al., 2020). Sebagian dari mereka merasa khawatir dan takut dengan tuntutan tersebut. Hal ini sejalan dengan Afnan et al.
(2020) yang menyatakan bahwa masa ini merupakan masa yang sulit dan penuh kegelisahan sehingga terdapat individu yang merasa belum bisa mengatasi tantangan dan perubahan yang terjadi. Kondisi tersebut dapat memicu rendahnya konsep diri pada individu dewasa awal khususnya perempuan karena rasa tidak percaya diri yang dialaminya. Hal ini sejalan dengan Zahrawaany dan Fasikhah (2019) yang menyatakan bahwa perempuan yang memiliki konsep diri yang rendah akan menilai dirinya tidak lebih bernilai dibandingkan orang lain.
Konsep diri merupakan keseluruhan pandangan baik berupa perasaan maupun pikiran seseorang tentang dirinya (Rosenberg, 1979 seperti dikutip dalam Gecas, 1982). Perasaan dan pikiran individu ini dapat meliputi cara individu dalam memaknai, menerima, dan mengevaluasi kondisi dirinya sendiri. Konsep diri pada setiap individu dapat bergerak ke arah positif dan negatif.
4
Individu yang memiliki konsep diri negatif/rendah akan memandang dirinya sebagai individu yang lemah, tidak berdaya, dan pandangan negatif lainnya. Hal serupa dengan pemaparan Calhoun & Acocella (seperti dikutip dalam Zain, 2010) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dimungkinkan bahwa perempuan yang memiliki konsep diri negatif/rendah dapat berpotensi bergantung pada orang lain. Zain (2016) juga menyatakan bahwa keyakinan yang tumbuh di dalam konsep diri perempuan tentang harga diri yang rendah mengakibatkan perempuan mengalami kecenderungan Cinderella Complex.
Cinderella Complex merupakan kecenderungan perempuan untuk bergantung pada orang lain (Saha & Safri, 2016). Ketergantungan tersebut dapat berupa ketergantungan secara fisik dan psikis. Ketergantungan fisik dapat berupa kecenderungan atau keinginan untuk dijaga, dilindungi, dibantu, dan juga dapat berupa ketergantungan secara finansial. Sedangkan ketergantungan secara psikis dapat berupa ketergantungan secara emosional dan psikologis. Lebih lanjut, Saha dan Rahmath (2018) mengungkapkan bahwa perempuan yang mengalami kecenderungan Cinderella Complex cenderung menunggu laki-laki ideal untuk menolong dan membantunya mengatasi sebagian besar dari masalah mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas, diperoleh pemahaman bahwa perempuan yang memasuki masa dewasa awal akan mulai memikul tanggung jawab atas tindakannya dan berusaha mencapai kemandirian. Namun, kenyataannya tuntutan yang harus dihadapi oleh individu tersebut dapat mengakibatkan konsep dirinya
menjadi rendah/negatif karena rasa tidak percaya diri. Sejalan dengan Zahrawaany dan Fasikhah (2019) yang memaparkan bahwa individu yang tidak memiliki kemampuan untuk mentoleransi kondisi emosionalnya akan memiliki konsep diri yang rendah. Perempuan yang memiliki konsep diri negatif/rendah berpotensi menggantungkan kehidupan mereka pada orang lain khususnya pada teman laki-laki.
Kecenderungan perempuan untuk bergantung pada teman laki-laki ini disebut sebagai Cinderella Complex. Maka, sebagai suatu penelitian, hal ini akan diteliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional.
Kemudian, rumusan masalah sebagai tema penelitian ini adalah hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal.
Penelitian terdahulu terkait dengan tema Cinderella Complex sudah dilakukan oleh beberapa peneliti yang berasal baik dari luar maupun dalam negeri. Sejumlah penelitian berusaha mengungkap hubungan antara Cinderella Complex dan variabel lain seperti personal growth, kematangan pribadi, harga diri, dan pola asuh orang tua (Ananda, 2021; Azizah & Priyanggasari, 2021; Iswantiningrum, 2013; Oktinisa, 2017; Saha & Safri, 2016; Zahrawaany & Fasikhah, 2019). Terdapat juga penelitian yang berusaha mengeksplorasi fenomena Cinderella Complex pada subjek dengan latar belakang broken home (Auliasari, 2018). Penelitian lain juga ada berusaha melihat fenomena Cinderella Complex yang terjadi pada perempuan yang bekerja (Chastine & Darmasetiawan, 2019; Hapsari et al., 2019). Kemudian, sejumlah penelitian juga mencoba melihat dan menganalisis fenomena Cinderella Complex melalui literatur buku seperti, buku The Grass is Singing” karya Doris Lessing;
6
“Eiffel I’m in Love” karya Rahmania Arunita; “Fairish” karya Esti Kinasih; dan
“Little Women’s” karya Alcott (Hussein, 2020; Intan, 2019; Asriyanti et al., 2022).
Selain itu, ada juga penelitian yang berusaha mengembangkan alat ukur Cinderella Complex (Saha & Safri, 2017; Demir et al., 2021).
Kemudian, pada penelitian terdahulu, peneliti juga menemukan sejumlah penelitian yang mengungkap hubungan konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex dan dilakukan di Indonesia. Dari sejumlah penelitian yang dilakukan, terdapat penelitian menunjukkan hasil bahwa konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex memiliki hubungan negatif dan signifikan, yakni pada 126 mahasiswi angkatan 2008 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dan pada 100 mahasiswa remaja akhir di Universitas Kristen Satya Wacana (Karundeng, 2019;
Wulansari, 2010). Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafrina (2019), Faramita (2019), dan Saputri (2013) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan dan dipaparkan, peneliti menemukan dua defisiensi. Pertama, penelitiaan terdahulu yang mengangkat tema hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex memiliki hasil yang bertolak belakang, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex. Akan tetapi, penelitian lain juga ada yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara dua variabel tersebut. Maka, perlu dilakukan penelitian kembali untuk menegaskan korelasi antar dua variabel tersebut. Kemudian, terkait dengan partisipan penelitian, penelitian terdahulu memiliki partisipan rata-rata dibawah 300 partisipan dan memiliki jangkauan yang kecil yakni mahasiswi dari salah satu fakultas atau universitas tertentu. Jumlah sampel yang terbatas ini tentunya berpengaruh pada kemampuan hasil penelitian mengeneralisasikan hasilnya.
Guna menutup dan mengisi defisiensi penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal. Peneliti ini menggunakan subjek perempuan dewasa awal dengan rentang usia 18 hingga 25 tahun yang berkuliah di Yogyakarta karena Dowling (1992, seperti dikutip dalam Zahrawaany & Fasikhah, 2019) memaparkan bahwa kecenderungan Cinderella Complex dialami oleh perempuan mulai usia belasan tahun bahkan hal ini dialami pula oleh perempuan yang telah menempuh pendidikan perguruan tinggi saat mereka mulai terjun pada masyarakat sesungguhnya. Lebih lanjut, penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional. Peneliti akan membagikan dua skala, yakni Skala Konsep Diri dan Skala Cinderella Complex. Kedua skala tersebut akan dibagikan pada kelompok subjek dengan rentang usia 18 hingga 25 tahun yang berkuliah di Yogyakarta. Subjek penelitian akan diperoleh melalui teknik convenience sampling sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kemudian, setelah
8
mendapatkan data, data tersebut dianalisis dengan teknik analisis korelasional untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal.
Pertanyaan Penelitian
Peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seperti apa gambaran konsep diri pada subjek yang terlibat dalam penelitian ini?
2. Seperti apa gambaran kecenderungan Cinderella Complex pada subjek yang terlibat dalam penelitian ini?
3. Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang sudah dipaparkan, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ialah ingin mengungkap 3 hal yaitu, (1) gambaran konsep diri pada subjek yang terlibat dalam penelitian, (2) gambaran kecenderungan Cinderella Complex pada subjek yang terlibat dalam penelitian, dan (3) hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, sesuai dengan defisiensi atau celah yang diperoleh melalui tinjauan pustaka yang dilakukan, maka penelitian ini diharapkan mampu mengisi celah tersebut dan memberikan kontribusi baru bagi kepustakaan Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial terkait konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex. Kemudian, secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat luas secara khusus pada perempuan dewasa awal terkait kecenderungan bergantung pada orang lain khususnya pada teman laki- laki atau disebut sebagai Cinderella Complex.
10 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian berikut akan disajikan elaborasi konsep-konsep utama, serta kerangka konseptual yang menunjukkan dinamika psikologis hubungan antar konsep- konsep utama tersebut sebagai landasan teori dan ditutup dengan hipotesis.
Perempuan Dewasa Awal
Pengertian Perempuan Dewasa Awal
Perempuan dewasa awal adalah individu yang sedang berada di masa transisi menuju dewasa. Arnett (2000) mengusulkan bahwa masa transisi ini disebut sebagai emerging adulthood (masa beranjak dewasa) yang terjadi pada rentang usia 18 hingga 25 tahun. Individu yang berada pada masa ini memiliki latar belakang status dan pekerjaan yang beragam. Ada yang masih melanjutkan sekolah, kuliah, bekerja, dan ada juga yang sudah menikah. Masa ini merupakan puncak perkembangan yang menarik dan penuh tantangan bagi seorang individu. Masa ini akan memberikan keputusan penting dan menentukan arah kehidupan individu di masa yang akan datang.
Pada masa ini individu mulai mencapai kemandirian. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arnett (1997) yang menemukan bahwa
individu pada masa transisi memiliki kecenderungan untuk mencapai kemandirian. Ia menegaskan bahwa kemandirian dapat berupa kemandirian secara kognitif dan emosional. Arnett (1997) juga memaparkan bahwa individu pada tahap ini akan menentukan keyakinan dan nilai-nilai dirinya secara independen tanpa pengaruh dari orang lain.
Selain itu, individu pada masa ini juga mulai mengembangkan hubungan intim. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Conger et al. (2000 seperti dikutip dalam Rauer et al., 2013) yang mengatakan bahwa hubungan romantis atau hubungan intim merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting untuk menandai transisi individu ke masa dewasa awal. Pada masa ini, individu memiliki kecenderungan untuk memulai hubungan romantis dengan jangka waktu yang panjang. Selain itu, individu juga memiliki kemungkinan untuk melanjutkan hubungan romantis atau hubungan intim ini hingga jenjang pernikahan.
Berdasarkan uraian di atas, perempuan yang merupakan bagian dari individu dewasa awal sedang menghadapi berbagai penyesuaian pada kehidupan mereka. Pada masa ini mereka memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mencapai kemandirian.
Namun, kenyataannya tuntutan yang harus dihadapi tersebut membuat mereka merasa khawatir dan takut karena rasa tidak percaya diri. Hal tersebut bisa mengakibatkan konsep diri individu menjadi rendah. Kondisi semacam itu dijelaskan oleh beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa konsep diri cenderung menurun ketika individu memasuki masa remaja (Roid & Fitts, 1988; Simmons et al., 1973 seperti dikutip dalam Grain & Bracken, 1994).
12
Konsep Diri
Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan individu terhadap dirinya, baik berupa perasaan maupun pikiran (Rosenberg, 1979 seperti dikutip dalam Gecas, 1982). Perasaan individu ini dapat meliputi cara individu memaknai dan menerima kondisi dirinya sendiri. Sedangkan keseluruhan padangan berupa pikiran dapat meliputi cara individu dalam mengevaluasi dirinya yang melibatkan logika. Kemudian, Shavelson et al.
(1976) secara singkat mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi individu tentang dirinya sendiri. Persepsi ini dapat terbentuk dari pengalaman individu dengan orang lain dan lingkungannya. Maka, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah persepsi atau pandangan individu terhadap dirinya sendiri berupa pikiran dan perasaan.
Pada sebuah jurnal, Bracken et al. (2000) menuliskan bahwa sampai pada tahun 1970, konsep diri dianggap sebagai konstruk unidimensional. Namun, setelah dilakukan penelitian dengan kurun waktu 20 tahun, konsep diri dianggap sebagai konstruk multidimensional. Maka, Bracken et al. (2000) membagi konsep diri menjadi enam dimensi, yaitu academic self-concept, affect self-concept, competence self-concept, family self-concept, physical self-concept, dan social self-concept.
Peneliti memutuskan untuk menggunakan enam dimensi yang dipaparkan Bracken et al. (2000) karena peneliti merasa bahwa dimensi-dimensi tersebut dapat secara jelas
memperlihatkan konsep diri yang dimiliki oleh individu. Selain itu, peneliti juga merasa bahwa dimensi-dimensi yang dikemukakan Bracken et al. (2000) sesuai dengan konstruk penelitian dan sejalan dengan variabel terikatnya.
Dimensi Konsep Diri
Mengacu pada Bracken et al. (2000), ia membagi konsep diri menjadi enam dimensi, yaitu.
a. Academic Self-Concept
Academic Self-Concept adalah pikiran dan perasaan individu terkait dengan kemampuan akademiknya di lingkungan sekolah. Academic Self-Concept dapat dilihat dari beberapa faktor yakni, (1) keberhasilan dan kegagalan dalam kurikulum sekolah, (2) Kemudahan atau kesulitannya dalam memperoleh informasi, (3) kemampuan intelektual atau kognitif individu, (4) hubungan individu dengan teman sebaya dan orang yang lebih dewasa di lingkungan sekolah, dan (5) penerimaan ide, kontribusi, dan saran dari orang lain yang berada di lingkungan sekolah.
b. Affect Self-Concept
Affect Self-Concept adalah pikiran dan perasaan individu terkait penerimaan keadaan afektif yang sedang dialami. Selain itu, dimensi ini juga terkait dengan kemampuan individu dalam mengevaluasi diri dan melakukan penerimaan keadaan afektifnya. Misalnya terkait dengan perasaan malu, sedih, dan kecewa yang kemudian berusaha diatasi.
14
c. Competence Self-Concept
Competence Self-Concept adalah pikiran dan perasaan individu terkait evaluasi terhadap dirinya dan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dalam hal ini, individu dapat mengandalkan kemampuan intelektual, sosial, fisik, finansial, atau cara lainnya untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Family Self-Concept
Family Self-Concept adalah pikiran dan perasaan individu terkait individu sebagai bagian dari keluarga. Family Self-Concept berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental dalam keluarga serta gaya pengasuhan orang tua. Selain itu, dimensi ini juga berkaitan dengan respon keluarga terhadap keberhasilan atau kegagalan individu secara akademik dan sosial.
e. Physical Self-Concept
Physical Self-Concept adalah pikiran dan perasaan individu terkait dengan kondisi fisik yang mereka miliki. Hal ini terkait dengan penampilan fisik, keterbatasan kesehatan fisik, dan kecakapan fisik yang meliputi kelincahan, stamina, dan kemampuan atletik.
f. Social Self-Concept
Social Self-Concept adalah pikiran dan perasaan individu terkait kemampuannya untuk berinteraksi dan berpartisipasi dengan orang lain di lingkungan sosial.
Selain itu dimensi ini juga berkaitan dengan penerimaan individu di lingkungan sosialnya.
Berdasarkan uraian yang sudah dituliskan, dapat dilihat bahwa konsep diri merupakan perasaan dan pikiran individu yang berkaitan dengan kemampuan akademik, sosial, kondisi keluarga, dan kondisi fisiknya. Selain itu, perasaan dan pikiran individu tersebut juga berkaitan dengan penerimaan dan evaluasi terhadap perasaan afektif serta pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri pada setiap individu dapat bergerak ke arah positif dan negatif. Jika seorang individu memiliki konsep diri yang positif, mereka memiliki penerimaan diri yang baik akan dirinya sendiri.
Sedangkan, individu yang memiliki konsep diri negatif akan memandang dirinya sebagai individu yang lemah, tidak berdaya, dan pandangan negatif lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dimungkinkan bahwa perempuan yang memiliki konsep diri negatif/rendah dapat berpotensi memiliki ketergantungan pada orang lain khususnya pada sosok teman laki-laki atau disebut sebagai kecenderungan Cinderella Complex.
Cinderella Complex
Pengertian Cinderella Complex
Cinderella Complex adalah kecenderungan atau keinginan yang mendalam pada perempuan untuk dijaga oleh orang lain karena ia takut untuk mandiri.
Ketakutan tersebut dapat menyebabkan perempuan terhalang untuk berkembang.
Penelitian Saha dan Safri (2016) memaparkan bahwa kecenderungan Cinderella Complex dapat didasarkan pada pemikiran dan kepercayaan bahwa perempuan adalah
16
“damsels in distress in need of rescuing from a male suitor”. Artinya secara bebas,
“gadis merana yang mendamba uluran tangan pinangan dari seorang lelaki”.
Keyakinan perempuan bahwa seorang laki-laki dapat mengurus semua kebutuhan dan keinginannya membuat ia menjadi tergantung dan tunduk kepada laki-laki. Sikap tergantung ini dapat berupa ketergantungan secara fisik dan psikis (Saha & Safri, 2016).
Saha dan Safri (2017) memaparkan bahwa perempuan yang mengalami kecenderungan Cinderella Complex biasanya dididik untuk tunduk dan merasa lebih rendah dari laki-laki. Kemudian, mereka juga cenderung untuk tidak percaya diri dan tidak tahu bagaimana menghadapi kehidupan mereka. Perempuan yang memiliki kecenderungan ini biasanya mengidolakan ayahnya dan berusaha mencari perhatian laki-laki. Hal ini secara tidak sadar memicu perempuan menginginkan sosok
“pangeran” untuk menyelamatkan dan merawat mereka. Selain itu, perempuan yang memiliki kecenderungan ini juga berusaha mengidentifikasi identitas diri mereka seperti identitas laki-lakinya.
Cinderella Complex dapat terjadi karena beberapa faktor, yakni pengaruh dari pola asuh, kematangan pribadi, dan konsep dirinya. Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2013 seperti dikutip dalam Oktinisa et al., 2017) menemukan bahwa orang tua yang mendidik anaknya dengan pola asuh otoriter akan membentuk kecenderungan Cinderella Complex. Kemudian, kematangan pribadi yang rendah akan membuat perempuan bergantung pada orang lain (Zain, 2016). Selanjutnya, terkait dengan konsep diri, perempuan yang memiliki konsep diri negatif akan
memiliki penilaian yang rendah pada dirinya. Keyakinan yang tumbuh di dalam konsep diri perempuan terkait harga diri yang rendah akan mengakibatkan perempuan mengalami kecenderungan Cinderella Complex.
Dimensi Cinderella Complex
Saha dan Safri (2017) secara jelas membagi Cinderella Complex menjadi tiga dimensi, yaitu (a) society stimulated dependency, (b) psychological dependency, dan (c) men-oriented dependency.
a. Society stimulated dependency
Society stimulated dependency adalah kecenderungan perempuan untuk dijaga karena takut mandiri sebagaimana lazimnya berlaku dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh masyarakat dan budaya patriarki terhadap kognisi perempuan akan membentuk ketergantungan. Perempuan yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini biasanya menunjukkan kepatuhan pada peran gender di masyarakat. Selain itu, ia juga akan menemukan kenyamanan dalam menjalin hubungan yang berorientasi pada masyarakat.
b. Psychological dependency
Psychological dependency adalah kecenderungan perempuan untuk bergantung secara psikologis karena keinginan atau kebutuhan perempuan itu sendiri.
Perempuan yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini memiliki kecenderungan untuk membentuk batasan-batasan untuk diri mereka sendiri. Misalnya, mereka akan membatasi aspirasi mereka dan lebih fokus pada peran tradisional mereka.
18
c. Men-oriented dependency
Men-oriented dependency adalah kecenderungan perempuan untuk bergantung pada laki-laki. Perempuan yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini cenderung memiliki harapan yang besar pada laki-laki dalam mematuhi peran gender.
Perempuan yang menempatkan harapan yang tidak sehat pada laki-laki akan mengakibatkan ketergantungan adiktif pada dirinya. Hal ini memicu perempuan untuk memiliki anggapan bahwa ketika mereka mengalami kesulitan, laki-laki adalah sosok yang harus menjaganya.
Hubungan Antara Konsep Diri dan Cinderella Complex pada Perempuan Dewasa Awal
Kerangka Konseptual
Perempuan dewasa awal adalah perempuan yang sedang berada di masa transisi menuju dewasa. Individu pada masa ini kerap kali menemui banyak tantangan dan perubahan dalam kehidupan mereka. Selain itu, individu pada masa ini juga memiliki tuntutan untuk mencapai kemandirian (Arnett, 1997). Hal ini membuat individu mengalami perubahan besar pada pengalaman psikologis berupa perubahan tanggung jawab dan tuntutan pada kehidupannya(Arnett, 2000).
Namun, dalam proses perkembangannya kerap dijumpai individu pada masa ini memiliki perasaan khawatir dan takut dengan tuntutan yang harus mereka hadapi.
Pada berbagai karya ilmiah, pada masa ini banyak individu yang mengalami kondisi
stress. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Black Allison (2010 seperti dikutip dalam Afnan et al.,2020) yang memperlihatkan pengalaman individu yang berusia 18-29 tahun yang mengidentifikasi stressor yang lazim terjadi pada mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa respon emosional yang dialami selama masa transisi adalah bimbang, cemas, frustrasi, dan gelisah. Kondisi emosional yang dialami ini ditandai dengan perasaan tak berdaya, ragu akan kemampuan diri, dan ketakutan menghadapi kegagalan (Black seperti dikutip dalam Afnan et al., 2020). Kondisi emosional yang dialami dan tidak dapat ditoleransi oleh individu tersebut dapat memicu individu memiliki konsep diri yang rendah/negatif.
Hal ini sejalan dengan Zahrawaany dan Fasikhah (2019) memaparkan bahwa individu khususnya seorang perempuan yang memiliki konsep diri yang rendah tidak memiliki kemampuan untuk mentoleransi kondisi emosionalnya.
Konsep diri adalah persepsi atau pandangan individu terhadap dirinya sendiri berupa pikiran dan perasaan. Pada dasarnya, konsep diri pada setiap individu dapat bergerak ke arah positif dan negatif. Namun, apabila individu memiliki konsep diri rendah, ia cenderung memandang dirinya sebagai individu yang lemah, tidak berdaya, dan pandangan negatif lainnya. Konsep diri yang rendah ini akan menyebabkan perempuan memiliki kecenderungan untuk bergantung pada orang lain khususnya pada seorang laki-laki atau disebut sebagai kecenderungan Cinderella Complex. Hal ini sejalan dengan Zain (2016) yang menyatakan keyakinan yang tumbuh di dalam konsep diri perempuan tentang harga diri yang rendah mengakibatkan perempuan mengalami kecenderungan Cinderella Complex.
20
Cinderella Complex adalah ketergantungan perempuan pada orang lain khususnya pada seorang laki-laki. Melalui sebuah kajian yang dilakukannya, Zain (2016) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya Cinderella Complex adalah cara pandang terhadap dirinya atau bisa disebut sebagai konsep diri. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulansari (2010) yang menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex.
Berdasarkan pemaparan konseptual tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri dan Cinderella Complex saling berhubungan. Perempuan dewasa awal yang memiliki konsep diri yang rendah akan membentuk pandangan dan menganggap dirinya sebagai sosok yang lemah dan membutuhkan bantuan. Hal tersebut mengakibatkan perempuan memiliki kecenderungan untuk bergantung pada orang lain khususnya pada teman laki-laki. Maka, dapat dilihat bahwa semakin rendah konsep diri yang dimiliki oleh perempuan maka akan diikuti semakin tingginya ia mengalami kecenderungan Cinderella Complex.
Skema dinamika psikologis antara konsep diri dan Cinderella Complex dapat dilihat pada Gambar 1.
Hipotesis
Berdasarkan pemaparan kerangka konseptual, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: terdapat hubungan negatif dan signifikan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal. Hal ini berarti
semakin rendahnya tingkat konsep diri akan diikuti dengan semakin tingginya kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal.
22
Gambar 1.
Skema Dinamika Psikologis Antara Konsep Diri dan Kecenderungan Cinderella Complex Pada Perempuan Dewasa Awal
Tugas Perkembangan Perempuan Dewasa Awal
Menghadapi berbagai tugas perkembangan seperti memikul tanggung jawab, mencapai kemandirian, dan mengembangkan hubungan intim dengan lawan jenis.
Takut dan khawatir dengan berbagai tuntutan dari tugas perkembangan yang
harus dihadapi.
Percaya diri bahwa individu mampu menghadapi tuntutan dan tugas perkembangan yang harus dihadapi.
Konsep Diri Rendah Konsep Diri Tinggi
Kecenderungan Cinderella Complex Ketergantungan perempuan terhadap
orang lain khususnya pada laki-laki berupa ketergantungan fisik dan psikis.
Tidak mengalami kecenderungan Cinderella Complex
Individu memandang dirinya sebagai individu yang lemah, tidak berdaya, dan
pandangan negatif lainnya.
Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik akan dirinya sendiri.
23 BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa dan meneliti hubungan antar dua variabel, yaitu konsep diri dan Cinderella Complex.
Subjek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perempuan dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun. Namun penelitian ini hanya akan menggunakan sampel penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik non-random sampling yakni teknik convenience sampling yang berarti sampel diperoleh berdasarkan kemudahan aksesnya. Maka, sampel penelitian ini akan diperoleh dengan memberikan batasan kriteria yakni perempuan dewasa awal dengan rentang usai 18-25 tahun yang berkuliah di Perguruan Tinggi Yogyakarta. Besaran sampel penelitian ini sebanyak 300 orang. Sesudah melakukan pengambilan data, diperoleh partisipan penelitian yang terdiri dari 304 mahasiswi yang berasal dari 28 perguruan tinggi di Yogyakarta.
Mereka berusia antara 18 dan 25 tahun (Mean = 21,16; SD = 1,246), sebagian berstatus sedang menjalani hubungan romantis atau pacaran (n = 110; 36,2 %) sedangkan sisanya sedang tidak menjalin hubungan romantis (n = 194; 63,8%).
24
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yakni konsep diri sebagai variabel bebas dan Cinderella Complex sebagai variabel tergantung.
Konsep Diri
Konsep diri sebagai variabel bebas dapat dijelaskan sebagai pandangan individu terhadap dirinya baik berupa perasaan maupun pikiran. Konsep diri ini akan diukur dengan skala yang dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan enam dimensi yang dikemukakan oleh Bracken et al. (2000). Enam dimensi tersebut meliputi academic self-concept, affect self-concept, competence self-concept, family self- concept, physical self-concept, dan social self-concept. Skor total skala dari pengukuran konsep diri akan menunjukkan sejauh mana gambaran konsep diri yang dimiliki oleh perempuan dewasa awal. Apabila skor total skala yang diperoleh tinggi, maka individu memiliki gambaran konsep diri yang positif/tinggi. Sebaliknya, apabila skor total skala yang diperoleh rendah, maka individu memiliki gambaran konsep diri yang negatif/rendah.
Cinderella Complex
Cinderella Complex sebagai variabel tergantung dapat dijelaskan sebagai kecenderungan perempuan untuk bergantung pada orang lain. Cinderella Complex akan diukur dengan skala yang dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan tiga dimensi yang dikemukakan oleh Saha dan Safri (2017). Tiga dimensi yang akan
diukur tersebut meliputi society stimulated dependency, psychological dependency, dan men-oriented dependency. Skor total skala dari pengukuran kecenderungan Cinderella Complex akan menunjukkan sejauh mana gambaran kecenderungan Cinderella Complex yang dimiliki oleh perempuan dewasa awal. Apabila skor total skala yang diperoleh tinggi, maka individu memiliki gambaran kecenderungan Cinderella Complex yang tinggi. Sebaliknya, apabila skor total skala yang diperoleh rendah, maka individu memiliki gambaran kecenderungan Cinderella Complex yang rendah.
Prosedur Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, khususnya kuesioner berskala baku (standardized scale questionnaire) (Supratkinya, 2015). Pada kesempatan ini, peneliti akan menggunakan dua instrumen untuk mengukur konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex. Kedua instrumen tersebut diperoleh dengan mengembangkan alat ukur baru yang secara khusus disusun oleh peneliti dalam rangka penelitian ini. Hal ini dilakukan karena peneliti kesulitan menemukan Skala Konsep Diri dan Skala Cinderella Complex yang dapat diadaptasi untuk penelitian ini. Berikut ini merupakan skala dari masing- masing variabel penelitian:
26
Skala Konsep Diri
Skala Konsep Diri merupakan skala kepribadian yang mengukur personal conceptions pada diri seseorang. Dalam Skala Konsep Diri, peneliti memutuskan untuk menggunakan jenis penyataan I-statement. Pernyataan I-statement merupakan jenis pernyataan yang berfokus pada penilaian subjek terhadap dirinya (Komunikasi Pribadi, 2022). Skala Konsep Diri ini terdiri dari item pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable.
Instrumen ini menggunakan jenis skala Likert yang dikemukakan oleh Rensis Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian seseorang untuk mengukur disposisi kepribadian yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan atau statement. Peneliti menggunakan jenis Skala Likert berupa agreement scale dengan empat ruas (fourpoint Likert Scale). Kesesuaian- ketidaksesuaian tersebut dinyatakan dalam kontinum yang terdiri atas empat respon:
“Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Sesuai”, dan “Sangat Tidak Sesuai”. Penggunaan jumlah genap pada opsi jawaban dilakukan untuk menghindari kecenderungan subjek memilih jawaban netral sebagai jawaban yang aman (Supratiknya, 2014).
Cara pensekoran pada taraf item dapat dihitung dengan cara sebagai berikut, apabila pernyataan tersebut bersifat favorable, maka masing-masing respon mulai dari “Sangat Sesuai” sampai dengan “Sangat Tidak Sesuai” diberi skor berurutan dari 4, 3, 2, dan 1. Sebaliknya, untuk pernyataan yang bersifat unfavorable, masing- masing respon mulai dari “Sangat Sesuai” sampai dengan “Sangat Tidak Sesuai”
akan diberi skor berurutan dari 1, 2, 3, dan 4.
Kemudian pada taraf skala, tinggi-rendahnya taraf konsep diri ditunjukkan dengan melihat skor total pada skala. Skor total skala dari pengukuran konsep diri akan menunjukkan sejauh mana gambaran konsep diri yang dimiliki oleh perempuan dewasa awal. Apabila skor total skala yang diperoleh tinggi, maka individu memiliki gambaran konsep diri yang positif/tinggi. Sebaliknya, apabila skor total skala yang diperoleh rendah, maka individu memiliki gambaran konsep diri yang negatif/rendah.
Tabel 1.
Blueprint Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1. Academic Self Concept 2, 4, 32, 46, 52 8, 10, 18, 47, 60
10
2. Affect Self Concept 13,16, 23, 28, 51
7, 35, 43, 49, 55
10
3. Competence Self Concept 6, 27, 36, 42, 45
1, 5, 9, 14, 37 10
4. Family Self Concept 12, 15, 30, 31, 59
19, 26, 33, 40, 56
10
5. Physical Self Concept 3, 20, 24, 29, 41
17, 21, 34, 50, 57
10
6. Social Self Concept 22, 38, 48, 54, 11, 25, 39, 44, 10
28
58 53
Total 60
Skala Cinderella Complex
Skala Cinderella Complex merupakan tes kepribadian yang mengukur adjustment vs maladjustment pada diri seseorang. Dalam Skala Cinderella Complex ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan jenis penyataan I-statement. Pernyataan I-statement merupakan jenis pernyataan yang berfokus pada penilaian subjek terhadap dirinya (Komunikasi Pribadi, 2022). Skala Cinderella Complex terdiri dari item pertanyaan yang bersifat favorable dan unfavorable.
Instrumen ini menggunakan jenis skala Likert yang dikemukakan oleh Rensis Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian seseorang untuk mengukur disposisi kepribadian yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan atau statement. Peneliti menggunakan jenis Skala Likert berupa agreement scale dengan empat ruas (fourpoint Likert Scale). Kesesuaian- ketidaksesuaian tersebut dinyatakan dalam kontinum yang terdiri atas empat respon:
“Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Sesuai”, dan “Sangat Tidak Sesuai”. Penggunaan jumlah genap pada opsi jawaban dilakukan untuk menghindari kecenderungan subjek memilih jawaban netral sebagai jawaban yang aman (Supratiknya, 2014).
Cara penskoran pada taraf item dapat dihitung dengan cara sebagai berikut, apabila pernyataan tersebut bersifat favorable, maka masing-masing respon mulai dari “Sangat Sesuai” sampai dengan “Sangat Tidak Sesuai” diberi skor berurutan dari
4, 3, 2, dan 1. Sebaliknya, untuk pernyataan yang bersifat unfavorable, masing- masing respon mulai dari “Sangat Sesuai” sampai dengan “Sangat Tidak Sesuai”
akan diberi skor berurutan dari 1, 2, 3, dan 4.
Kemudian pada taraf skala, tinggi-rendahnya taraf kecenderungan Cinderella Complex ditunjukkan dengan melihat skor total pada skala. Skor total skala dari pengukuran kecenderungan Cinderella Complex akan menunjukkan sejauh mana gambaran kecenderungan Cinderella Complex yang dimiliki oleh perempuan dewasa awal. Apabila skor total skala yang diperoleh tinggi, maka individu memiliki gambaran kecenderungan Cinderella Complex yang tinggi. Sebaliknya, apabila skor total skala yang diperoleh rendah, maka individu memiliki gambaran kecenderungan Cinderella Complex yang rendah.
Tabel 2.
Blueprint Skala Cinderella Complex Sebelum Uji Coba
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1. Society Stimulated
Dependency
2, 8, 25, 29, 34, 36
11, 17, 19, 23, 26, 27
12
2. Psychological Stimulated Dependency
3, 6, 9, 14, 18, 32
1, 12, 22, 24, 31, 35
12
3. Man-Oriented Dependency 7, 13, 20, 21, 30, 33
4, 5, 10, 15, 16, 28
12
Total 36
30
Pemeriksaan Kualitas Psikometrik Skala
Uji Validitas Skala
Setelah menyusun item-item Skala Konsep Diri dan Skala Cinderella Complex secara mandiri, kedua skala tersebut diuji validitas isinya. Proses validasi isi ini dilakukan melalui expert judgement atau penilaian ahli yang berkompeten untuk memeriksa kesesuaian antara item-item skala dan konstruk pada alat ukur yang disusun. Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan dosen pembimbing untuk memberikan expert judgement. Setelah diperiksa, peneliti memperbaiki item skala sesuai saran dari dosen pembimbing. Kemudian, setelah memperbaiki item dan dinyatakan layak, peneliti melakukan uji coba dari kedua skala tersebut.
Pelaksanaan Uji Coba dan Seleksi Item Skala
Uji coba skala dilakukan secara luring menggunakan skala yang dicetak dan disebarkan oleh peneliti. Proses uji coba ini berlangsung pada tanggal 23 hingga 24 Mei 2022. Pada tahap ini, peneliti memperoleh 54 orang partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Setelah memperoleh data uji coba skala, peneliti melakukan seleksi item untuk memenuhi syarat penyusunan skala pengukuran. Pertama, peneliti memeriksa daya diskriminasi/daya beda pada tiap item dengan memeriksa korelasi antara distribusi skor item dan distribusi skor total masing-masing skala menggunakan bantuan program SPSS versi 26. Kedua, peneliti melakukan seleksi item
menggunakan dua kriteria, yaitu korelasi item total dan struktur skala yang ideal.
Peneliti menyingkirkan item dengan korelasi item total (𝑟𝑖𝑡) negatif. Setelah itu, peneliti akan mempertahankan item positif dengan korelasi item total (𝑟𝑖𝑡) ≥ 0,30.
Peneliti juga memperhatikan struktur skala dengan item yang ada, artinya tiap aspek/dimensi harus memiliki jumlah item yang sama dan secara keseluruhan memenuhi jumlah yang direncakan. Apabila struktur skala masih belum ideal, peneliti akan mempertahankan item skala dengan rit yang bergerak antara 0,20-0,30.
Hal tersebut mengikuti pendapat Klein (1986, seperti dikutip dalam Supratiknya, 2014) yang mengatakan bahwa item yang berkorelasi ≥ 0,20 dengan skor total masih layak untuk dipertahankan. Dengan kriteria dan prosedur seleksi item semacam itu, peneliti berusaha memperoleh jumlah item final yang baik sesuai dengan jumlah dimensi pada skala yang disusun.
Bentuk Final Skala
Setelah dilakukan proses uji coba kedua skala dan diperoleh data dari 54 subjek, peneliti melakukan pemeriksaan korelasi item total dengan bantuan program SPSS versi 26 untuk menentukan bentuk final kedua skala. Korelasi item total (𝑟𝑖𝑡) item- item Skala Konsep Diri yang diperoleh bergerak antara -0,183 dan 0,655; sedangkan korelasi item total item-item Skala Cinderella Complex bergerak antara -0,132 dan 0,633. Berpedoman pada dua kriteria dalam seleksi item seperti yang sudah diuraikan, yaitu mempertahankan item-item dengan korelasi item ideal (positif dan
32
sama/lebih besar dari 0,30) dan jumlah item yang sama pada tiap aspek, terpilih 30 dari 60 item yang dipandang memiliki kualitas baik dan diputuskan sebagai bentuk final Skala Konsep Diri (Tabel 3) serta terpilih 21 dari 36 item yang dipandang memiliki kualitas baik dan diputuskan sebagai bentuk final Skala Cinderella Complex (Tabel 4).
Tabel 3.
Bentuk Final Skala Konsep Diri
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1. Academic Self Concept 2 (0,471);
4 (0,450);
32 (0,366).
10 (0, 468);
47 (0,363).
5
2. Affect Self Concept 16 (0,346);
28 (0,277)**;
51 (0,357).
43 (0,511);
49 (0,249)**.
5
3. Competence Self Concept 27 (0, 345);
42 (0,454);
45 (0,455).
14 (0,334);
37 (0,526).
5
4. Family Self Concept 30 (0,544);
31 (0,463);
59 (0,403).
19 (0,464);
56 (0,608).
5
5. Physical Self Concept 3 (0,315); 34 (0,444); 5
29 (0,459);
41 (0,372).
57 (0,655).
6. Social Self Concept 22 (0,382);
38 (0,411);
48 (0,321).
25 (0,316);
39 (0,628).
5
Total 30
Tabel 4.
Bentuk Final Skala Cinderella Complex
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1. Society Stimulated
Dependency
8 (0,267)**;
29 (0,509);
34 (0,504);
36 (0,342).
17 (0,404);
23 (0,356);
27 (0,476).
7
2. Psychological Stimulated Dependency
6 (0,585);
9 (0,412);
14 (0,448);
32 (0,454).
1 (0,362);
12 (0,367);
35 (0,400).
7
3. Man-Oriented Dependency 7 (0,463);
13 (0,464);
20 (0,483);
21 (0,629).
4 (0,345);
15 (0,576);
16 (0,564).
7
Total 21
34
Reliabilitas Skala
Selanjutnya peneliti memeriksa reliabilitas kedua skala dengan teknik alpha Cronbach dan daya diskriminasi kedua skala dengan teknik delta Ferguson. Hasil pemeriksaan reliabilitas menunjukkan bahwa Skala Konsep Diri memiliki alpha Cronbach = 0,890, sedangkan Skala Cinderella Complex memiliki alpha Cronbach = 0,860. Hal ini menunjukkan bahwa kedua skala tersebut reliabel karena memiliki alpha Cronbach lebih besar dari 0,70 (Klein, 1986 seperti dikutip dalam Supratiknya, 2014).
Daya Diskriminasi Skala
Pemeriksaan daya diskriminasi skala dilakukan dengan cara menghitung koefisien delta Ferguson melalui rumus sebagai berikut (Supratiknya, 2022):
𝛿𝐺 = 1 + 𝑘 [𝑚 − 1])(𝑛2− Σ𝑓𝑖2)/ 𝑛2𝑘 (𝑚 − 1) Keterangan:
𝛿𝐺 = koefisien delta Ferguson umum k = jumlah item
m = panjang skala atau jumlah alternatif jawaban fi = frekuensi masing-masing skor tes
n = jumlah subjek
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Skala Konsep Diri memiliki delta Ferguson 0,985 dan Skala Cinderella Complex memiliki delta Ferguson 0,985. Hasil tesebut menunjukkan bahwa kedua skala yang disusun memiliki daya diskriminasi
yang baik. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Klein (1986, seperti dikutip dalam Supratiknya, 2014) yang menyebutkan bahwa tes yang baik lazimnya memiliki koefisien delta Ferguson lebih dari atau sama dengan 0,90.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam rangka menjawab tiga pertanyaan penelitian, yaitu: (1) taraf konsep diri perempuan dewasa awal, (2) taraf kecenderungan Cinderella Complex perempuan dewasa awal, dan (3) hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal. Maka, terdapat dua jenis analisis data yang perlu dilakukan. Pertama, analisis statistik deskriptif (Mean, SD, dan t) untuk menjawab dua pertanyaan pertama, yaitu taraf konsep diri dan taraf kecenderungan Cinderella Complex perempuan dewasa awal.
Kedua, analisis statistik korelasional untuk menjawab pertanyaan ketiga atau mengujii hipotesis terkait hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex pada perempuan dewasa awal. Untuk menentukan teknik statistik yang sesuai, yaitu parametrik atau nonparametrik, peneliti akan melakukan pengujian data tiap variabel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui (1) data memenuhi asumsi normalitas dan (2) apakah hubungan antara kedua variabel memenuhi asumsi lineraritas. Korelasi antara variabel konsep diri dan Cinderella Complex akan diujii pada taraf signifikansi 0,05.
36 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada tanggal 4 hingga 14 Juni 2022.
Peneliti menyebarkan kuesioner penelitian secara daring dengan memanfaatkan fasilitas google form. Kuesioner tersebut disebarkan melalui platform media sosial, seperti Whatsapp, Line, Instagram, Telegram, dan Twitter. Kriteria subjek dan prosedur pengisian kuesioner dalam penelitian sudah dicantumkan pada halaman awal google form. Selama sebelas hari menyebarkan kuesioner tersebut, peneliti memperoleh sebanyak 315 subjek. Namun terdapat sebanyak 11 subjek yang dinyatakan gugur karena tidak memenuhi kriteria subjek penelitian. Sehingga terdapat 304 data subjek yang akan dianalisis. Sebanyak 304 subjek ini merupakan mahasiswi yang berasal dari 28 perguruan tinggi di Yogyakarta. Mereka berusia antara 18 dan 25 tahun (Mean = 21,16; SD = 1,246), sebagian berstatus sedang menjalani hubungan romantis atau pacaran (n =110; 36,2 %) sedangkan sisanya tidak sedang berpacaran (n =194; 63,8%).
Hasil Penelitiaan
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian terkait tiga pertanyaan penelitian.
Taraf Konsep Diri dan Kecenderungan Cinderella Complex pada Perempuan Dewasa Awal
Data statistik deskriptif hasil pengukuran variabel konsep diri dan variabel Cinderella Complex disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5.
Hasil Statistik Deskriptif (N = 304)
Mean Perbedaan
Mean SD t df Sig. (2-
tailed) Teoritik Empirik
KD 75 89,21 14,21 11,977 129,872 303 0,000
CC 52,5 44,92 7,28 7,312 107,104 303 0,000
Tabel 5 menunjukkan bahwa subjek yang terlibat dalam penelitian memiliki konsep diri (mean=89,21; SD = 11,977) dan Cinderella Complex (mean=44,92; SD = 7,312). Mean teoritik konsep diri dan Cinderella Complex secara berurutan adalah 75 dan 52,5. Pada variable konsep diri, mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik.
Sedangkan pada variable Cinderella Complex, mean empirik lebih rendah daripada mean teoritik. Selisih mean konsep diri dan Cinderella Complex secara berurutan adalah 14,21 dan 7,28. Perbedaan mean tersebut terbukti signifikan (t(303)= 129,872;
t(303) = 107,104; p < 0,05). Oleh sebab itu, subjek yang terlibat dalam penelitian ini memiliki konsep diri yang lebih tinggi dan kecenderungan Cinderella Complex yang lebih rendah dari rata-rata skor kedua variabel tersebut.
38
Berdasarkan data yang ada, peneliti ingin mengkategorikan data konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex ke dalam tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi dengan rumus sebagai berikut:
Range : Xmaks- Xmin
SD : Range/ 6
Kategori Tinggi : X ≥ (mean teoritik + 1SD)
Kategori Sedang : (mean teoritik – 1SD) ≤ X < (mean teoritik + 1SD) Kategori Rendah : X < (mean teoritik – 1SD)
Berdasarkan hasil perhitungan data konsep diri didapatkan subjek yang berada pada kategori rendah ada 4 orang atau 1,3%, kategori sedang ada 143 orang atau 47%, dan kategori tinggi ada 157 orang atau 51,7%. Kemudian, hasil perhitungan data kecenderungan Cinderella Complex didapatkan subjek yang terlibat dalam penelitian berada pada kategori rendah ada 101 orang atau 33,3%, kategori sedang ada 202 atau 66,4%, dan kategori tinggi ada 1 atau 0,3%. Peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar subjek yang terlibat dalam penelitian ini memiliki konsep diri dalam kategori sedang-tinggi dan kecenderungan Cinderella Complex dalam kategori sedang-rendah.
Hubungan antara Konsep Diri dan Kecenderungan Cinderella Complex pada Perempuan Dewasa Awal
Kemudian, untuk menjawab pertanyaan ketiga terkait hubungan antara konsep diri dan kecenderungan Cinderella Complex, peneliti melakukan uji hipotesis yang didahului dengan dengan uji asumsi berupa uji normalitas dan linearitas. Uji asumsi ini dilakukan untuk menentukan teknik statistik yang sesuai, yaitu parametrik atau nonparametrik.
Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat normalitas, apakah data variabel konsep diri sebagai variabel bebas dan data variabel Cinderella Complex sebagai variabel terikat memenuhi asumsi distribusi normal. Proses ini dilakukan dengan menggunakan Lilliefors Significance Correction pada Kolmogorov- Smirnov dengan bantuan program SPSS versi 26. Hasil uji normalitas pada perhitungan variabel konsep diri sebesar (Z=0,056; p < 0,05) dan variabel Cinderella Complex sebesar (Z=0,065; p < 0,05). Berdasarkan aturan pengambilan keputusan uji normalitas adalah p > 0,05, maka hasil tersebut menunjukkan bahwa data penelitian dari kedua variabel tidak berdistribusi dengan normal.
40
Uji Asumsi Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat memiliki atau tidak memiliki hubungan linear. Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan Test of Linearity dengan bantuan program SPSS versi 26. Hasil uji linearitas pada variabel konsep diri dan Cinderella Complex sebesar (F(1,303)=
18,377; p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara konsep diri dan Cinderella Complex. Meskipun demikian, data terlihat agak menyebar dan renggang (Gambar 2).
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan pengukuran statistik non- parametrik dengan teknik Spearman’s rho dengan bantuan program SPSS versi 26.
Gambar 2.
Grafik Scatter Plot Uji Linearitas