• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Pendidikan Islam Dalam Syair Hikayat Malem Diwa Melalui Seni Budaya(Rapa’i) Studi Kasus Komunitas Budaya Rapa’i Aceh Meusyuhu (Bur’am)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Nilai Pendidikan Islam Dalam Syair Hikayat Malem Diwa Melalui Seni Budaya(Rapa’i) Studi Kasus Komunitas Budaya Rapa’i Aceh Meusyuhu (Bur’am)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SYAIR HIKAYAT MALEM DIWA MELALUI SENI BUDAYA (RAPA’I) STUDI KASUS KOMUNITAS BUDAYA RAPA’I ACEH MEUSYUHU

(BUR’AM)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

RAHMAT MAULANA NIM. 160201175

Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dpan Keguruan

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM – BANDA ACEH 2022 M/1443 H

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH/SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rahmat Maulana

NIM : 160201175

Prodi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Nilai Pendidikan Islam dalam Hikayat Malem Diwa Melalui Seni Budaya (Rapai) Studi Kasus Komunitas Budaya Rapai Aceh Meusyuhu (Bur’am).

Dengan menyatakan bahwa dalam Penelitian skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan;

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain;

3. Tidak menggunkan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya; dan

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Bila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan dan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

(5)

v ABSTRAK Nama : Rahmat Maulana

NIM : 160201175

Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam Judul : Nilai Pendidikan Islam Dalam Hikayat Malem Diwa

Melalui Seni Budaya (Rapa’i) Studi Kasus Komunitas Budaya Rapa’i Aceh Meusyuhu (Bur’am)

Tanggal Sidang : 27 Desember 2021 Tebal Skripsi : 67 Halaman

Pembimbing I : Dr. Saifullah Maysa M.A

Pembimbing II : Abdul Haris Hasmar, S.Ag. M.Ag.

Kata kunci : Nilai Pendidikan Islam, hikayat Malem Diwa, Rapa’i Komunitas Bur’am memilki visi dan misi membentuk generasi Aceh yang berkarakter, berbudaya, dan berintergritas tinggi. Peningkatan kualitas generasi muda Aceh dalam eksistensinya terhadap bentuk- bentuk kearifan lokal serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Hikayat Malem Diwa memuat tentang nilai pendidikan Islam didalamnya oleh karena itu upaya untuk melanjutkan warisan budaya tersebut komunitas Bur’am berinisiatif mengangkat kembali dengan merubah cara penyampaiannya dengan menggunakan instrumen musik Rapa’i. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Apa saja nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam syair hikayat Malem Diwa? 2.

Bagaimana cara komunitas Bur’am mengaransemen syair hikayat Malem Diwa ke dalam musik Rapa’i? Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi kemudian data tersebut dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam hikayat Malem Diwa pada kisah bujang juara yaitu cara beliau berdakwah melalui media yang erat kaitannya dengan kearifan lokal setempat dengan cara merubah perilaku yang buruk sesuai dengan ajaran agama Islam. 2. hikayat Malem Diwa pada kisah bujang juara dibawa dengan penyampaian yang berbeda dan diaransemen dengan menggabungkan berbagai motif-motif pukulan Rapa’i yang ada di daerah Aceh seperti motif pukulan Rapa’i Pase, Rapa’i pulot, Rapa’i daboh, dan Rapa’i geurimpheng. Untuk menjaga salah satu tradisi ini maka perlu adanya pembinaan dan pelatihan kesenian tentang cara berhikayat sehingga hal ini tidak hilang dan dapat di lestarikan oleh kawula muda Aceh khususnya.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kesehatan dan kesabaran serta proses yang cukup panjang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada ruh baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah memperjuangkan perubahan yang amat nyata di atas permukaan bumi ini.

Dengan izin Allah SWT dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai Pendidikan Islam Dalam Hikayat Malem Diwa melalui seni budaya (Rapa’i) studi kasus komunitas budaya rapa’i Aceh Meusyuhu (Bur’am) sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Ar-Raniry.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayah, ibu dan abang yang selalu mengirimkan doa-doa terbaiknya sehingga Allah berikan kemudahan bagi penulis untuk meraih gelar sarjana. Selanjutnya penulis menyampaikan rasa terimakasih yang amat sangat dalam kepada Bapak Dr. Saifullah Maysa M.A selaku pembimbing I dan Bapak Abdul Haris Hasmar, S.Ag., M.Ag. selaku pembimbing II atas waktu, ilmu serta pemikiran dan saran-saran yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa terimakasih penulis kepada bapak Dr. Muslim Razali, SH., M.Ag selaku penasehat akademik terbaik sejak penulis memasuki dunia kampus sampai saat ini. Terimakasih juga kepada bapak Dekan FTK

(7)

vii

UIN Ar-Raniry beserta seluruh jajarannya. Terimakasih juga kepada bapak Marzuki S. Pd. I., M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam beserta seluruh staff yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan berlangsung.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Muhammad Rizki Akbar, Riyan Rivaldi, Hajarul Fuad, Masyitah Hanum, Ridho Ramadhani, dan Rizqi Julianda, Khairil Wara yang telah memberikan dukungan baik secara materi dan nonmateri kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga kepada teman-teman PAI khususnya letting 2016 yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kata kesempurnaan.

Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis menerima kritikan dan saran yang dapat membangun dari berbagai pighak agar skripsi ini memiliki kualitas yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan bagi pembaca.

Banda Aceh, 15 Maret 2021

Rahmat Maulana

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN

PENGESAHAN PEMBIMBING PENGESAHAN SIDANG

LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN

ABSTRAK… ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

G. Kajian Terdahulu yang Relevan ... 8

H. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Nilai Pendidikan Islam ... 12

B. Syair... 29

C. Hikayat ... 31

D. Seni Budaya ... 35

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 41

B.

Kehadiran Peneliti di Lapangan... 41

C.

Lokasi Penelitian ... 42

D.

Subjek Penelitian ... 42

E.

Instrumen Pengumpulan Data... 42

F.

Prosedur Pengumpulan Data ... 43

G.

Analisisi Data ... 44

H.

Pengecekan Keabsahan Data ... 46

I.

Tahap-tahap Penelitian ... 48

(9)

ix BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Komuitas Bur’am ... 49 B. Nilai Pendidikan Islam dalam Hikayat Malem Diwa .. 50 Bagaimana Komunitas Bur’am Mengaransemen Hikayat Malem Diwa ke dalam Musik Melalui Seni Budaya Rapa’i ... 55 BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 64

B.

Saran ... 65 DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry

Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Ketua Komunitas Bur’am dan Pembina.

Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Anggota Komunitas Bur’am

Lampiran 5 Foto Penelitian di Komunitas Bur’am

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan telah ada sejak dahulu dan terus berubah mengikuti perubahan dan perkembangan zaman. Seiring berkembangnya zaman, masyarakat dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan-keterampilan yang dapat membuatnya berkembang mengikuti arah perkembangan dan perubahan zaman ini

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1

Mengenai pentingnya pendidikan, Islam sebagai agama Rahmatan Lil ‘alamin, mewajibkan untuk mencari ilmu pengetahuan melalui pendidikan di dalam maupun diluar pendidikan formal.

Bahwa Allah mengawali menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw untuk membaca. Artinya, dengan belajar pula manusia dapat mengembangkan pengetahuannya sekaligus memperbaiki kehidupannya.2 Jadi dapat disimpulkan tujuan akhir pendidikan.Islam ______________

1Ristekdikti. UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Diakses pada tanggal

21 Mei 2019 dari situs

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf

2Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2012), hal.16.

(12)

merupakan aplikasi nila-nilai Islam yang diwujudkan dalam pribadi peserta didik dengan konsep pendidikan Islam. Pendidikan Islam diharapkan mampu mewujudkan nilai-nilai pendidikan dalam pribadi peserta didik sehingga mampu menghasilkan lulusan intelektual yang berkualitas.

Perkembangan sastra di Indonesia berkaitan dengan dunia Islam, khususnya yang berisi tentang pendidikan Islam dapat dilihat dalam tradisi sastra klasik. Terutama jenis karya sastra yaitu hikayat.

Hikayat merupakan sastra Aceh dan Melayu yang berasal dari bahasa Arab hikayah. Tradisi sastra Aceh, hikayat selalu berbentuk puisi.

Hikayat ini sendiri sarat akan makna dan nilai-nilai pendidikan Islam yang disampaikan di dalamnya. Baik berupa pesan agama, politik, sejarah dan budaya.3

Berbicara mengenai hikayat tidak terlepas dari nilai, dan tersimpan makna yang dibalut dalam keindahan bahasa yang mengandung beberapa nilai, seperti nilai-nilai pendidikan. Sedangkan, nilai-nilai pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Menelaah hikayat dapat menggali nilai-nilai pendidikan yang dianggap sebagai cara yang tepat untuk menyerap nilai-nilai kearifan dan pendidikan di dalamnya.

Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah hikayat, kiranya kita dapat mengkaji dan menganalisis isi dan makna dalam hikayat itu sendiri. Hikayat Malem Diwa merupakan hikayat ______________

3Arief Budiman, Mozaik Sastra Indonesia dan Dimensi Sastra dari Berbagai Perspektif, (Bandung: Nuansa,2005), hal.50.

(13)

yang membawa nilai-nilai keislaman dan pendidikan di dalam syair- syairnya, seperti:

Deungon bismillah jinoe lon peuphon Lon lakèe ampon sibarang desya Lon lakèe ampon kepada tuhan Yang peujeut alam ban sigom donya Neu peujeut loh ka deungon kalam Laèn nibak nyan syurga neraka Neupeujeut ‘arasy deungon kurusi Bak nur nabi sinan keuh punca

Pada bait pertama jelaslah terlihat adanya ucapan bismillah memulainya dengan nama Allah yang Maha Esa dan memohon ampun kepada Allah SWT yang menciptakan alam ini beserta segala isi yang ada. Pada bait kedua menjelaskan bahwa Allah Lauh Mahfuz, menyatakan syurga dan neraka, bahwa ada permulaanya. Di sini dikatakan bahwa hari kemudian itu suatu saat akan nyata yang nantinya kita akan merasakan apakah kita masuk ke dalam surga ataupun neraka.

Maka dari sini ada unsur-unsur untuk mengingat bahwa adanya hari pembalasan.4

Berkurangnya proses pewarisan budaya oleh para tokoh adat, kurangnya penelitian tentang hikayat , dan semakin longgarnya ikatan adat dan norma dalam masyarakat. Ditambah lagi ketidakpedulian generasi muda terhadap budaya masa lalu, semakin berkurangnya perhatian dari pihak yang terkait dan merebaknya media massa dan elektronik, maka hikayat akan terus hilang dari ingatan masyarakat, dari ______________

4Fauzi Ismail, Potret Budaya Lokal di Wilayah Syariat Kontribusi Seni Tari Seudati, (Banda Aceh : Ar-Rijal Institute, 2009), hal. 156.

(14)

berbagai macam pada hal dalam hikayat ini banyak menceritakan tentang kisah-kisah nenek moyang kita saat memimpin dalam membela agama dan Negeri.

Oleh karena itu, hikayat pada zaman ini perlu di kembangkan kembali melalui seni budaya, misalnya Rapa’i, tari tradisi dan lain-lain.

Salah satu cara yang dapat kita lakukan dengan memadukan hikayat ke dalam alat musik tradisional dan modern agar pesan dan nilai yang terkandung dalam hikayat tersampaikan secara menyeluruh kepada masyarakat. Supaya pesan dan nilai tersebut menjadi pedoman bagi kehidupan sehari-hari.

Bur’am, merupakan salah satu komunitas yang bergerak di bidang seni budaya Rapa’i yang ingin melestarikan hikayat lama ke dalam nuansa baru dengan cara merubah bentuk penyampaiannya dari personalitas menjadi komunitas. Salah satunya dengan menciptakan alunan musik dan motif pukulan Rapa’i yang bervariasi, agar masyarakat yang menikmati tidak mudah bosan dengan penyampain hikayat itu sendiri

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: Nilai Pendidikan Islam dalam Hikayat Malem Diwa Melalui Seni Budaya (Rapa’i) Studi Kasus Komunitas Budaya Rapa’i Aceh Meusyuhu (Bur’am)

(15)

B. Pembatasan Masalah

Adapun yang penulis maksudkan dengan nilai pendidikan Islam dalam penelitian ini adalah nilai tauhid dan ibadah Adapun hikayat Malem Diwa yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah hikayat Malem Diwa dalam kisah Bujang Juara.

C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelititan ini adalah:

1. Apa saja nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam syair hikayat Malem Diwa?

2. Bagaimana cara komunitas Bur’am mengaransemen syair hikayat malem diwa ke dalam musik Rapa’i?

D. Tujuan Penelitian

Dalam pembahasan skripsi ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai pendidikan islam dalam syair hikayat Malem Diwa

2. Bagaimana Komunitas Bur’am Mengaransemen hikayat Malem Diwa ke Dalam Musik Melalui Seni Budaya Rapa’i

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Bagi penulis untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan berfikir kritis guna melatih kemampuan, memahami dan menganalisis masalah masalah nilai pendidikan dalam syair hikayat Malem Diwa tersebut.

(16)

b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian dan pengetahuan bagi pembaca.

2. Secara Praktis

a.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan kepada pembaca pada umumnya pendidik pada khususnya, tentang nilai- nilai pendidikan yang terkandung dalam hikayat Malem Diwa.

b.

Bagi para pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan dalam mengembangkan Nilai Pendidikan Islam dalam hikayat Malem Diwa.

F. Definisi Operasional 1. Nilai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Nilai adalah (a) harga (dalam arti taksiran harga), (b) harga uang yang dibandingkan dengan harga uang yang lain, (c) angka kepandaian, (d) banyak atau sedikitnya isi, (e) kadar atau mutu, (f) sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusian, (g) sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.5

Adapun Nilai yang penulis maksudkan dalam skripsi lebih mendekati kepada sifat-sifat atau hal-hal yang dipandang penting dan berguna bagi kehidupan kemanusian, sehingga dapat menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya yang terdapat dalam syair hikayat Malem Diwa.

______________

5Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal 801.

(17)

2. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam, menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al- Touny al- Syaebani memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatanya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan dan perubahan dilandasi nilai-nilai Islam.6

Adapun pendidikan Islam yang penulis maksudkan dalam skripsi ini ialah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatanya melalui nilai pendidikan Islam dalam syair Hikayat Malem Diwa. Adapun Syair yang peneliti maksudkan dalam skripsi ini ialah perkataan yang di ungkapkan seseorang yang memberikan pengaruh terhadap manusia dalam hikayat Malem Diwa pada kisah bujang juara melalui seni budaya Rapa’i.

Syair merupakan “perkataan yang memiliki wazn (musikalitas) dan qafiiyah (sajak) yang mengungkapkan imajinasi dan gambaran indah yang memberikan pengaruh.7 Adapun Syair yang penulis maksudkan dalam skripsi ini ialah syair dalam hikayat Malem Diwa dalam kisah bujang juara.

3. Hikayat

Hikayat merupakan cerita yang dikarang dalam bentuk prosa dan puisi, baik kisah sejarah maupun kisah-kisah roman percintaan.8 Adapun ______________

6Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2006) , hal.18.

7Ahmad Badawı, “Ushul al-Naqd al-Adabi”, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al- Mishriyyah,1964), cet. ke-3, hal.117.

8Nab Bahany, Warisan Kesenian Aceh, (Banda Aceh: Aceh Multivision, 2016), hal. 89.

(18)

hikayat yang dimaksudkan penulis dalam skripsi ini karya sastra Aceh yang memilki nilai budaya dan nilai keislamannya dalam hikayat Malem diwa pada kisah bujang juara.9

G. Kajian Terdahulu yang Relevan

Dari telaah pustaka yang peneliti telusuri dari berbagai sumber, maka peneliti hanya mengambil sumber yang berkenaan dengan hikayat Malem Diwa atau yang hampir bersamaan. Hal ini agar mudah mengetahui letak perbedaan antara peneliti dengan penelitian sebelumnya antara penelitian yang lain. Berikut ini beberapa penulusuran yang di temukan, dapat peneliti paparkan diantaranya:

1. Tesis ini ditulis oleh Mutia Agustita 2019. Beliau adalah mahasiswi pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, dengan judul “Kajian Nilai-nilai Kesejarahan Pada hikayat Prang Sabi Karya Teungku Chik Pante Kulu dan Pemanfaatannya Sebagai Buku Pengayaan Pengetahuan di SMA”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hikayat ini dijalin dengan mengambil peristiwa sejarah, tokoh sejarah dan latar sejarah. Peristiwa sejarah terlihat pada kisah Kisah Pasukan Gajah. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam kisah ini sebagian besar adalah tokoh- tokoh sejarah yaitu Nabi Muhammad saw, Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Bilal bin Rabah.

Adapun latar yang disajikan dalam kisah ini yang merupakan latar sejarah adalah Makkah yaitu latar pada Kisah Pasukan Gajah. Selain dari keempat kisah ini, tokoh-tokoh sejarah lainnya ______________

9Hikayat Malem Diwa pada kisah bujang juara sampai saat ini belum diketahui persis karya siapa.

(19)

yang disinggung pengarang yaitu Nabi Sulaiman as., Qarun dan juga Firaun dalam proses penceritaan hikayat ini. Pada pembukaan hikayat juga pengarang menyebutkan tokoh sejarah yaitu Teungku Chik di Tiro dan juga beberapa latar sejarah di Aceh yaitu Idi, Meureudu, Pidie, Peusangan, Sawang, Pasai, Geudong dan Lhokseumawe dalam penceritaannya. Berbagai peristiwa, tokoh, dan juga latar tersebut memiliki guna edukatif, inspiratif dan interaktif dalam kehidupan.10 Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Agustita lebih berfokus kepada tokoh- tokoh pemuka agama Islam masa nabi Muhammad Saw.

Sedangkan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis ialah lebih mengarah kepada nilai pendidikan Islam dalam syair hikayat Malem Diwa.

2. Jurnal ini ditulis oleh Darmawati 2019. Beliau adalah mahasiswi Universitas Serambi Mekkah, dengan judul “Analisis Struktur Dalam Hikayat Aceh Manoe Ie Mata Karya TGK. Sofyan Mus.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan analisis struktur berdasarkan tema, amanat, tokoh/penokohan, setting/latar, sudut pandang dan motif. Hasil penelitian adalah sebagai berikut.

a. Temanya adalah menceritakan tentang mengenang kisah duka musibah gempa bumi dan tsunami yang menimpa Aceh.

______________

10Mutia Agustita, “Kajian Nilai-nilai Kesejarahan Pada Hikayat Prang Sabi Karya Teungku Chik Pante Kulu dan Pemanfaatannya Sebagai Buku Pengayaan Pengetahuan di SMA”,(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia), hal. vii. Diakses

pada tanggal 25 November pada situs:

http://repository.upi.edu/40306/1/T_BIND_1706453_Title.pdf.

(20)

b. Amanatnya adalah mengajak masyarakat untuk saling tolong menolong secara ikhlas.

c. Tokoh atau Penokohannya adalah masyarakat Aceh yang menimpa musibah “tsunami”.

d. Latarnya adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

e. Sudut pandagnya adalah menggunakan sudut padang orang ketiga.

f. Motifnya adalah motif ikan.11

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Darmawati lebih berfokus kepada analisis struktur dalam hikayat Manoe Ie Mata karya Tgk Sofyan Mus berdasarkan tema, amanat, tokoh/penokohan, setting/latar, sudut pandang dan motif. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis lebih mengarah kepada nilai pendidikan Islam dalam hikayat Malem Diwa pada kisah bujang juara.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan memahami skripsi ini, maka disusun dalam kerangka sistematika pembahasan yaitu:

Bab I yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, kajian terdahulu yang relevan, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

______________

11Darmawati, Analisis Struktur Dalam Hikayat Aceh Manoe Ie Mata Karya TGK.

Sofyan Mus, Jurnal Serambi Konstruktivis, Vol. 1, No.12 Juni 2019. (Banda Aceh:

Universitas Serambi Mekkah), hal. 116. Diakses pada tanggal 25 November 2020 pada situs: http://jurnal.serambimekkah.ac.id/Konstruktivis/article/viewFile/1430/1132.

(21)

Bab II yang terdiri dari pengertian nilai, macam-macam nilai, pengertian pendidikan Islam , pengertian hikayat . Macam-macam hikayat.

Bab III yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti di lapangan, lokasi penelitian, subyek penelitian, instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan diakhiri dengan tahap-tahap penelitian.

Bab IV yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, nilai pendidikan Islam dalam hikayat Malem Diwa dan bagaimana komunitas Bur’am mengaransemen hikayat Malem Diwa ke dalam instrumen musik melalui seni budaya Rapa’i,

Bab V yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

(22)

12 BAB II LANDASAN TEORI A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai dalam bahasa Inggris adalah “Value”. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia nilai mempunyai beberapa pengertian yaitu “harga”

(dalam arti taksiran tinggi), harga sesuatu (uang misalnya) jika di ukur dan dapat di tukar dan dapat di tukar dengan yang lain.1 Secara umum, nilai adalah konsep yang menunjuk pada hal-hal yang dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang dianggap baik, layak, pantas, benar, penting, indah dan dikehendaki oleh masyarakat dalam kehidupannya. Sebaliknya, hal-hal yang tidak pantas, buruk, salah atau tidak bernilai. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai, apabila mempunyai kegunaan, kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Contohnya emas dianggap bernilai karena ia bermanfaat, berguna serta berharga.

Sedangkan limbah dianggap tidak bernilai karena sifatnya buruk, jelek dan merugikan.2

Dengan begitu, maka nilai adalah konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik dimana keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama didalam kelompok masyarakat tersebut.

Mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga yang besar, mulai dari ______________

1Poerwadimarta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 677.

2Mirza Mutiasari, Nilai-Nilai Penididikan Akhlak Dalam Hikayat Kalilah Wa Dimnah Karya Ibn Al Muqafa, Skripsi, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2019), hal. 21.

Diakses Pada Tanggal 3 Maret tahun 2021.

(23)

lingkup suku, bangsa, hingga masyarakat internasional. Nilai adalah suatu bentuk penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia sebagai penentu dan acuan dalam menilai dan melakukan suatu tindakan. Dengan mengacu kepada sebuah nilai, seseorang dapat menentukan bagaimana ia harus berbuat dan bertingkah laku yang baik sehingga tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku.

Nilai merupakan sesuatu yang melekat pada suatu hal yang lain yang menjadi bagian dari identifitas nya. Bentuk material dan abstrak di alam ini tidak boleh lepas dari nilai. Nilai memberikan definisi, identitas, dan indikasi dari setiap hal konkret ataupun abstrak. Macam- macam nilai, substansi nilai merupakan suatu hal yang komplek dan beragam. Nilai berdasarkan sumbernya dapat diklasifikasikan menjadi dua macam3, yaitu:

a.

Nilai Ilahiyah (nash) yaitu nilai yang lahir dari keyakinan (believe), berupa petunjuk dari supernatural atau Tuhan.4. Nilai yang diwahyukan melalui Rasul yang berbentuk iman, taqwa, yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Nilai ini merupakan nilai yang pertama dan paling utama bagi para penganutnya dan akhirnya nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, nilai ini bersifat statis dan kebenrannya mutlak. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah:

______________

3Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hal. 111.

4Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hal. 98.

(24)

َيِقَّتُمْلِل ىًدُه ِهيِف ََۛبْيَر َلَ ُباَتِكْلا َكِلََٰذ

Artinya: “Kitab (al - Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Al-Baqarah : 2).

Nilai-nilai Ilahiyah selamanya tidak mengalami perubahan. Nilai Ilahiyah ini mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat, serta tidak berkecenderungan untuk berubah mengikuti selera hawa nafsu manusia dan berubah-rubah sesuai dengan tuntutan perubahan sosial dan tuntutan individu.

b.

Nilai insaniyah (produk budaya yakni nilai yang lahir dari kebudayaan masyarakat baik secara individu maupun kelompok)5. Nilai ini tumbuh atas kesepakatan manusia serta berkembang dan hidup dari peradaban manusia. Nilai insani ini kemudian melembaga menjadi tradisi-tradisi yang diwariskan turun-menurun mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Disini peran manusia dalam melakukan kehidupan di dunia ini berperan untuk melakukan perubahan kearah nilai yang baik, sebagaimana firmal Allah dalam surat Al-Anfal ayat 53:

َأَو ۙ ْمِهِسُفْ نَِبِ اَم اوُِِيَّغُ ي ََّٰتََّح ٍمْوَ ق َٰىَلَع اَهَمَعْ نَأ ًةَمْعِن اًِِيَّغُم ُكَي َْلَ ََّللَّا َّنَِبِ َكِلََٰذ ٌعيَِسَ ََّللَّا َّن

ٌميِلَع

Artinya: Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu ______________

5Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam…, hal. 99.

(25)

merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.Al-Anfal : 53).

2. Macam-macam Nilai

Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kulaitas rendah. Dari uraian pengertian diatas maka Notonegoro menyebutkan adanya 3 macam nilai.

Dari ketiga jenis nilai tersebut adalah sebagai berikut:

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan material ragawi manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, nilai kerohanian dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Nilai kebenaran yang bersumber dari akal (rasio, budi dan cipta manusia).

2) Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan emotion manusia.

3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia

4) Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Pada nilai religius ini bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.6

______________

6Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta:Paradigma,2008), hal. 89.

(26)

3. Nilai Pendidikan Islam

a. Pengertian Nilai Pendidikan Islam

Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang mendukung terhadap pelaksanaan pendidikan bahkan salah satu yang terpenting digunakan untuk pengembangan jiwa anak sehingga dapat memberikan hasil yang baik bagi pendidikan Islam sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat maupun dunia pendidikan itu sendiri.

Pendidikan Islam juga bisa dikatakan sebagai proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran pelatihan, proses perbuatan, cara mendidik yang didalamnya berlandaskan Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah sebagai sumber utamanya.

Jadi, nilai-nilai pendidikan Islam dapat dikatakan bahwa suatu proses pengembangan kepribadian peserta didik dengan mengasah dan menanamkan nilai-nilai kehidupan sehingga membentuk kepribadian yang berakhlakul karimah berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah meliputi aspek nilai akidah, nilai syari’ah/Ibadah, dan nilai akhlak.

Mengenai karya sastra dahulu seperti Hikayat juga ditemukan nilai pendidikan Islam sebagai pokok pemikiranya novel-novel religius ini tidak hanya fiktif belaka, tetapi juga diperkuat dengan dalil-dalil dari Al- Qur’an maupun hadits sehingga cerita yang dipaparkan tidak hanya sebatas menghibur semata tetapi juga sebagai nilai pendidikan.

Banyaknya nilai-nilai pendidikan Islam peneliti mencoba membatasi pembatasan dari penulisan skripsi ini dengan membatasi nilai

(27)

pendidikan Islam meliputi nilai aqidah/tauhid, nilai syari’ah/ibadah.7 b. Macam-macam Nilai Pendidikan Islam

1) Nilai Tauhid/Aqidah

Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “Aqada-ya’qidu-, aqidatan” yang berarti ikatan, simpulan, perjanjian tokoh. Aqidah bisa diartikan juga sebagai iman, keyakinan, dan kepercayaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aqidah yaitu keyakinan yang menghujam pada hati manusia. Tauhid adalah menghambakan dirinya hanya kepada Allah, dan tiada patut Tuhan yang kita sembah kecuali Allah dan meyakininya dalam hati serta mengikrarkan melalui perbuatan dan melaksanakannya sesuai dengan perbuatan.

Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Aqidah al-Wasithiyah” yang dikutip oleh Muhaimin, menerangkan bahwa aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantab tidak dipengaruhi oleh keraguan. Sedang Syekh Hasan Al-Bannah dalam bukunya “Al-Aqaid”

menyatakan Aqidah sebagai suatu pengharusan hati membenarkanya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu- raguan.8

Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi pokok yang harus di emban oleh para Nabi, baik tidaknya seseorang dapat ditentukan dari aqidahnya. Karena aqidah adalah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan perlu ditetapkan ______________

7Muhaimin, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama,1994),hal.

241-242.

8Muhaimin, Dimensi-dimensi Studi Islam…, hal.241-242

(28)

prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Prinsip-prinsip aqidah tersebut sebagai berikut:

a) Aqidah didasarkan atas at-Tauhid yakni mengesahkan Allah dari segala dominasi yang lain. Prinsip Tauhid tidak hanya mengesahkan Allah SWT seperti yang diyakini oleh kaum monoteis, melainkan meyakini kesatuan pencipta. Karena itu semua aktivitas Tauhid hanya Allah semata, bahkan Allah tidak mengampuni dosa-dosa orang yang menyekutukan-Nya, karena dosa syirik menyalahi prinsip utama dalam aqidah Islam.

Firman Allah dalam QS.An-Nisa ayat 48:

ِدَقَ ف َِّللَِّبِ ْكِرْشُي ْنَمَو ۚ ُءاَشَي ْنَمِل َكِلََٰذ َنوُد اَم ُرِفْغَ يَو ِهِب َكَرْشُي ْنَأ ُرِفْغَ ي َلَ ََّللَّا َّنِإ ََتْفا اًميِظَع اًْثِْإ َٰى

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.

Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Qs.An Nisa‟

ayat 48) 9

b) Aqidah harus dipelajari secara terus-menerus dan diamalkan sampai akhir hayat kemudian didakwahkan ______________

9Muhaimin, Dimensi-dimensi Studi Islam…, hal.241-242

(29)

kepada orang lain. Sumber aqidah adalah dzat Allah, dzat yang maha benar, oleh karena itu dalam mempelajari aqidah harus melalui wahyu-Nya dan Rasul-Nya serta pendapat yang disepakati umat terdahulu. Sedangkan cara mengamalkan aqidah dengan cara mengikuti semua perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

c) Akal diperguankan untuk memperkuat aqidah bukan untuk mencari aqidah. Karena aqidah Islamiyah didalamnya sudah ada didalam Al-Qur’an dan As- Sunnah.

Aqidah atau tauhid merupakan asas dinul Islam, pilar agama dari inti dari risalah Ilahi serta tujuannya. Ia adalah proses sekaligus sederhana agama, umat Islam agar membutuhkan lebih dari sekedar kebutuhan. Sebab hati tidak akan hidup, tidak akan memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan kecuali dengan mengenal Tuhan-Nya dan pencipta-Nya.10

Aspek pengejaran tauhid dalam dunia pendidikan Islam pada dasarnya merupakan proses pembentukan fitrah bertauhid. Fitrah bertauhid merupakan unsur hakiki yang melekat pada diri manusia sejak penciptanya. Ketika berada di alam arwah, manusia telah mengikrarkan ketauhidannya itu sebagaiman di tegaskan dalam surat Al-A’raf ayat 172 yang berbunyi:

______________

10Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz As-Sulaimani Qordawi, Cara Mudah Memahami Tauhid, (Solo, At-Tibyan, 2000), hal.19

(30)

ِإَو ُتْسَلَأ ْمِهِسُفْ نَأ َٰىَلَع ْمُهَدَهْشَأَو ْمُهَ تَّ يِِرُذ ْمِهِروُهُظ ْنِم َمَدآ ِنَِب ْنِم َكُّبَر َذَخَأ ْذ

َيِلِفاَغ اَذََٰه ْنَع اَّنُك َّنَِإ ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي اوُلوُقَ ت ْنَأ َۛ َنَْدِهَش َۛ َٰىَلَ ب اوُلاَق ۖ ْمُكِِبَرِب

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman:

“Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan)”.

(Qs Al-A’raf ayat 172).11

Pendidikan Islam pada akhirnya ditujukan untuk menjaga dan mengaktualisasikan potensi ketauhidan melalui berbagai upaya edukatif yang tidak bertentangan dengan ajarasn Islam.

2) Nilai Syari’ah/Ibadah

Secara etimologi syariah berarti jalan yang lurus (Thariqah mustaqim) yaitu jalan yang dilalui air untuk diminum, atau juga tangga atau tempat naik yang bertingkat-tingkat. At-Tahnawi dalam bukunya al-Kasyasyaf Isthilahat al-Funun menjelasakn bahawa syaria’ah adalah hokum-hukum yang diadakan oleh Allah SWT yang dibawakan oleh salah satu Nabi termasuk Nabi Muhammad baik hukum yang berkaitan dengan cara berbuat yang disebut dengan “Fi’liyah atau amaliyah”

______________

11Yusron Razak dan Tohiri, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi dan Umum (Jakarta: Uhamka press, 2011), hal,137

(31)

yang dihimpun dalam ilmu fiqh, maupun yang berkaitan dengan

“Ashliyah atau I’tiqdiyah”.12

Syari’ah selanjutnya berkembang menjadi hukum Islam yang nanti hukum Islam tersebut membutuhkan pelestarian melalui perwujudan (Tahqiq) dan pemeliharaan (Mudfazhah) dengan menunaikan ibadah oleh Hamba. Secara bahasa ibadah dapat diartikan sebagai rasa tunduk (thaat), melakukan pengabdian (tanassuk), merendahkan diri (Khudlu), menghindarkan diri (tadzallul). Ibadah adalah suatu bentuk ketundukan kepada eksitensi Allah yang memberikan nikmat dan anugerah tertinggi kepada manusia.13

Ibadah begitu akrab sebutannya dengan ‘Abd yang artinya hamba. Mengingat tugas hamba tuhan yang paling esensi adalah beribadah kepada khaliknya. Sedangkan ibadah secara harfiah adalah rasa tunduk, melakukan pengabdian, merendahkan diri, menghinakan diri, dan istikhanah. Istilah ibadah bagi Al-Azhari tidak boleh digunakan kecuali hanya untuk menyembah Allah, karena menyembah selain Allah termasuk orang merugi.

Kemudian Ibnu Taimiyah memformulasikan makna ibadah dengan segala usaha yang diperintahkan oleh Allah kepada hamba- hamba-Nya. Sedangkan menurut Abu A’la Al-Maududi menyatakan bahwa ibadah dari akar ‘abd yang artinya pelayan atau budak. Jadi hakikat ibadah adalah penghambaan dan perbudakan, sedangkan secara terminologinya adalah usaha mengikuti hukum-hukum dan aturan- ______________

12Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 277.

13Yusron Razak dan Tohirin, Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta: Uhamka Press, 2011), hal. 137.

(32)

aturan Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan perintah-Nya.

Jadi, dapat disimpulkan hakikat ibadah adalah penghambaan atau mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah. Sedangkan ibadah menurut istilah adalah usaha mengikuti hukum-hukum dan aturan Allah dalam menjalankan hidup sesuai dengan perintah-perintah-Nya, mulai akil baliq sampai meninggal dunia. Indikasi ibadah adalah kesetiaan, kepatuahan, dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah serta dilakukan tanpa adanya batasan waktu serta bentuk khas tertentus. Allah juga berfirman dalam Al-Qur’an Qs. Adz Dzariyat ayat 56 yang menjelaskan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada Allah. Firman Allah sebagai berikut:

نوُدُبْعَ يِل َّلَِإ َسْنِْلْاَو َّنِْلْا ُتْقَلَخ اَمَو

Artinya: aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs Adz Dzariyat ayat 56).

Secara garis besar ibadah dalam Islam dibagi menjadi 2 bagian yaitu antara lain:

a) Ibadah Mahdah, Ibadah mahdah adalah bisa disebut juga ibadah khusus yang artinya adalah segala bentuk aktivitas ibadah yang waktu, tempat, dan kadarnya telah ditentukan Allah dan Rasul-rasul-Nya seperti shalat, puasa dan haji. Seseorang tidak mengetahui ibadah ini kecuali melaui penjelasan dari Allah melalui Al-Qur’an atau penjelasan rasul melalui hadist. Tata cara pelaksanaannya juga harus mengikuti sedemikian

(33)

rupa seperti yang dikerjakan nabi, tidak boleh menambah dan tidak boleh menguranginya.

b) Ibadah Gairul mahdah yaitu ibadah yang tata caranya tidak ditentukan oleh Allah. Hal ini menyangkut amal kebaikan yang diridhai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Ibadah-ibadah yang seperti ini cakupan luas dan bisa berubah setiap saat, seperti berinfak menyantuni anak yatim, mencintai Al- Qur’an, menepati janji dan menuntut Ilmu14

c. Dasar Pendidikan Islam

Prof. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani menyatakan bahwa dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan Islam.

Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Qur‟an dan Hadits.

Selain kedua sumber umum tadi pada pendidikan Islam juga dibantu berbagai metode dan pendekatan seperti Ijtihad.15 Dari penejelasan diatas maka akan diuraikan apa saja yang menjadi landasan dasar religius sumber dasar Pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut:

1) Al-Qur‟an

Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat yang pertama kali turun adalah berkenaan dengan masalah pendidikan di samping juga masalah keimanan yaitu pada wahyu pertama yang diturunkan kepada umat manusia, Allah berfirman QS.Al-Alaq 1-5

______________

14Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan,1992), hal. 324-32

15Jalaluddin, “Teologi Pendidikan” (Jakarta: Grafindo Persada,2003), hal.82.

(34)

( قَلَخ يِذَّلا َكِِبَر ِمْسِبِ ْأَرْ قا َقَلَخ ) ١

( ٍقَلَع ْنِم َناَسْنِْلْا ( ُمَرْكَْلْا َكُّبَرَو ْأَرْ قا ) ٢

٣ )

( ِمَلَقْلِبِ َمَّلَع يِذَّلا ( ْمَلْعَ ي َْلَ اَم َناَسْنِْلْا َمَّلَع ) ٤

٥ )

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4), Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).”

2) As-Sunnah

As sunnah adalah dasar kedua sesudah Al-Qur‟an terhadap segala aktivitas umat Islam termasuk aktivitas dalam pendidikan. As sunnah dapat dijadikan sebagai dasar kedua dari pendidikan Islam karena Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk menaati Rasulullah dan wajib berpegang teguh atau menerima segala yang datang dari Rasulullah. Pribadi Rasulullah dan segala aktivitasnya merupakan teladan bagi umat Islam sebagaimana dijelaskan Allah dalam Surat Al Ahzab ayat 21.

ِخ ْلْا َمْوَ يْلاَو ََّللَّا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ َِّللَّا ِلوُسَر ِفِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل ََّللَّا َرَكَذَو َر

اًيِّثَك

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

(35)

3) Al Ijtihad, yang dimaksud ijtihad dengan kaitanya sebagai dasar pendidikan Islam adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan ulama Islam di dalam memahami nas-nas Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi yang berhubungan dengan penjelasan dan dalil tentang dasar pendidikan Islam sistem dan arah pendidikan Islam.16

d. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan ysng berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan- tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Kalau kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam, akan terlihat jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwa kepada Allah Swt. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya.

______________

16Jalaludin, Teologi Pendidikan…, hal. 8-10.

(36)

Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai.

Tetapi dengan kerja keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu yang mustahil.17 Ada beberapa tujuan pendidikan.

1) Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.

Tujuan itu meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola taqwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah di didik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat- tingkat tersebut.

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah proses pengajaran, pengalaman, pemtahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah, madrasah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional.18

______________

17Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 29- 30.

18Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam…, hal. 30

(37)

2) Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.

Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah taqwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah:

َنوُمِلْسُم ْمُتْ نَأَو َّلَِإ َّنُتوَُتَ َلََو ِهِتاَقُ ت َّقَح ََّللَّا اوُقَّ تا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ َيَ

Artinya: “wahai orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)”

(Q.S Ali imran : 102).

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari taqwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap tuhannya yang merupakan tujuan akhir dari proses

(38)

pendidikan Islam. 19

3) Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak dididik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat diangap tujuan sementara dengan sifat agak berbeda.20

Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana sekurang- kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang mengambarkan bentuk insan kamil itu. Disinilah barangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya.

4) Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan ______________

19Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam…, hal. 31

20Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam…, hal. 31-32

(39)

diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.

Pendidikan formal, tujuan opersional ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK).

Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.21

B. Syair

1. Pengertian Syair

Secara terminologis, para sastrawan mendefinisikan syair sebagai

“perkataan yang memiliki wazn (musikalitas) dan qafiiyah (sajak) yang mengungkapkan imajinasi dan gambaran indah yang memberikan pengaruh. Ibnu Khaldun menjelaskan syair dengan meninjau unsur- unsur yang terkandung di dalamnya. Ia menyebutkan bahwa syair mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu: al-kalam al- baligh (bahasa yang tinggi nilai sastrawinya), al-khayal (imajinasi), al- wazn (pola irama), dan alqafiyah (kesesuaian huruf akhir setiap bait).

Syair juga harus memiliki corak khusus seperti madh (pujian), hija’

(ejekan), ghazl (romantis) dan lain-lain. Melihat definisi yang dikemukakan oleh para tokoh di atas, jelaslah bahwa antara puisi (syair) dan musik atau irama ada kaitan yang erat.22

Syair merupakan jenis puisi yang berasal dari kesusastaraan Arab. Dalam bahasa Arab sya’ir berarti penyair, sedangkan syi’ir berarti ______________

21Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam…, hal. 32-33

22Ahmad Badawı, “Ushul al-Naqd al-Adabi”, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al- Mishriyyah,1964), cet. ke-3, hal.117.

(40)

puisi. Ini artinya telah terjadi kekeliruan pungutan kata syair untuk maksud puisi. Di nusantara, syair popular setelah masuknya agama Islam melalui Aceh. Pada awal mula, syair di nusantara umumnya berisi ajaran agama namun, kemudian berkembang dengan mengusung masalah-masalah lain, seperti masalah sosial dan kemasyarakatan. Di antara syair yang sangat terkenal adalah Syair Perahu karya Hamzah Al Fansuri, penyair sufi yang hidup di kerajaan Aceh Darussalam pada masa sultan Iskandar Muda (1607-1636). Dia pulalah yang mula pertama menuliskan syairnya dalam bahasa Melayu, yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia.

Meskipun masyarakat Aceh sangat mengemari syair atau cae’, tidak berarti syair itu terdapat dalam berbagai karya puisi. Syair kebanyakan dituliskan dalam bentuk sastra kitab dan romansa. Syair itu lazimnya digubah dalam bentuk sambung-menyambung lebih dari satu bait dan satu bait wajib terdiri atas empat baris bersajak akhir /aaaa/.

Sementara pantun merupakan puisi lisan yang sering terdiri atas satu bait. Akan tetapi, yang terpenting adalah bahwa bentuk syair tersebut ditemukan sebagai salah satu media ucap lisan Aceh.23

Adapun syair perahu yang ditulis oleh Hamzah Al Fansuri yang terkenal tersebut adalah sebagai berikut:

Inilah gerangan suatu madah Mengarangkan syair terlalu indah Membetuli jalan tempat berpindah Disanalah i’tiqad diperbetuli

Wahai muda kenali dirimu Ialah perahu tamsil tubuhmu ______________

23Mohd Harun, “Pengantar Sastra Aceh”, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,2012), hal. 212.

(41)

Dialah gerangan dalam hidupmu Ke akhirat jua kepergian mu Hai muda arif Budiman

Hasilkan kemudi dengan pedoman Alat perahumu jua kerjakan Itulah jalan membetuli insan

Perteguh jua alat perahumu Hasilakn bekal air dan kayu Dayung pengayuh taruh disitu Supaya laju perahumu itu Sudahlah hasil kayu dan ayar Angkatlah pula sauh dan layar Pada beras bekal jantanlah taksir Niscaya sempurna jalan yang Kabir

Perteguh jua alat perahumu Muara sempit tempat mu lalu Banyaklah disana ikan dan hiu Menanti perahumu lalu disitu Muaranya dalam ikan pun banyak Disanalah perahumu karam dan rusak Karangnya tajam seperti ombak Keatas pasir kamu tersesak

Ketahuilah olehmu hai anak dagang Riaknya rencam ombaknya karang Ikanpun banyak datang menyerang Hendak membawa ketengah sawang C. Hikayat

1. Pengertian Hikayat

Hikayat merupakan cerita yang dikarang dalam bentuk prosa dan puisi, baik kisah sejarah maupun kisah-kisah roman percintaan. Hikayat Aceh memiliki ciri tersendiri, antara lain, hikayat Aceh dipermulaan karangannya selalu dimulai dengan menyebut “Nama Allah”, kemudian

(42)

dilanjutkan dengan puja puji kepada tuhan, dan seterusnya dilengkapi dengan permintaan berkah dari nabi-nabi dan para aulia.

Ketika hikayat disampaikan oleh pembawa hikayat dengan berlagu di depan pendengar dan penonton kadang-kadang mengalami perubahan. Hal itu dilakukan pembawa cerita untuk menyesuaikan lingkungan budaya atau selera penikmatnya. Dalam hal ini hikayat telah memberikan fungsi ke indahan, manfaat dan mencerahkan jiwa. Fungsi keindahan dalam hikayat misalnya terdapat pada hikayat Malem Diwa dan hikayat Indra Bangsawan. Fungsi manfaat terdapat dalam hikayat Bayan Budiman, hikayat Meudeuhak, hikayat Budak Meuseukin dan Tajussalatin. Serta epos yang mengandung sejarah seperti, hikayat Pocut Muhammad, hikayat Perang Gedong. Lebih jauh hikayat juga mempunyai fungsi, hiburan, penyelamatan norma dan nilai budaya, di daktis dan fungsi kekeramatan.24

Dalam perkataan parsi, Arab, didapati kitab, hikayat-hikayat , cerita-cerita rakyat dan sebagainya. Sastra Melayu dibagi terbagi kepada genre-genre yang berlainan berdasarkan bentuk-bentuknya. Misalnya sastra kitab (karya-karya agama), sastra hikayat (cerita-cerita roman), sastra sejarah dan silsilah (asal usul, kitab-kitab petunjuk raja-raja dan tulisan-tulisan sejarah), serta hukum qanun.

“Hikayat” dibaca untuk hiburan dan untuk menimbulkan semacam semangat jihad. Dalam sastra Arab “hikayat ” mengandung makna yang berbeda dan dikenal sejak tahun 1098 M dibawah nama

“Dastan”, dan tidak begitu terkenal pada awal-awalnya. Hikayat berbeda ______________

24L.K Ara, Sastra Aceh Hikayat Jenis dan Tokohnya, (Banda Aceh: Yayasan Mata Air Jernih, 2008), hal. 1

(43)

dengan pelipur lara yang biasanya mempunyai teks yang mengandung cerita-cerita Islam dan bukan Islam. Ia maupun cerita yang berlaku pada zaman Islam atau pra Islam dan telah disesuaikan dengan unsur-unsur tempatnya dan dimasukkan ke dalam suatu kategori agama, pada tahun 1511 M di India dan Malaka, pembacaan dan periwayatan hikayat dilakukan di rumah-rumah penduduk pada waktu malam dan mendapat perlindungan dari raja.

Hikayat di turunkan dari bahasa Arab, yang berarti kisah, cerita, dongeng. Pengetahuan hikayat dapat ditelusuri dalam sastra Arab, sastra Melayu lama, dan sastra Indonesia. Dalam sastra Indonesia, hikayat diartikan sebagai cerita rekaan berbentuk prosa cerita Panjang yang ditulis dalam bahasa Melayu yang bersifat sastra lama dan sebagian besar mengisahkan kehebatan serta kepahlawanan orang ternama seperti raja atau orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan mukjizat tokoh utamanya.25 Hikayat dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:

a. Jenis rekaan, misalnya hikayat Malem Diwa dan hikayat Si Miskin.

b. Jenis sejarah, misalnya hikayat Petani dan hikayat raja-raja Pasai.

c. Jenis biografi, misalnya hikayat Sultan Ibrahim ibn Adham dan hikayat Abdullah. Di antaranya dapat disebut jenis ini adalah hikayat Abu Nawas, hikayat Abu Samah, hikayat ______________

25Misri A. Muchsin, Apresiasi Seni Budaya Aceh (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2004), hal. 139-140.

(44)

Hang Tuah, hikayat Indrapatra, hikayat Iskandar Zulkarnain, dan hikayat Si Miskin.26

2. Fungsi Hikayat dan Makna-makna Simbolik yang Terkandung dalam Hikayat.

Hikayat Malem Diwa yang dianggap masih mengandung kekuatan magis tersebut, itu merupakan salah satu sisa dari jenis cerita masa lalu yang kemudian dirubah ke dalam bentuk hikayat ketika genre ini diperkenalkna ke dalam sastra Arab.

a. Periode Hikayat

Hikayat adalah salah satu genre sastra yang berkembang setelah masyarakat Indonesia berkenalan dengan kebudayaan Islam. Dalam sastra Melayu hikayat berarti karangan prosa, sebagai lawan dari karangan berbentuk syair sejajar dengan penegertian roman (prosa).

Dalam sastra Aceh, rumusan hikayat sebagai salah satu sastra yang terbesar dalam lingkungan sastra Aceh belum pernah dirumuskan.

Apakah istilah hikayat hanya merupakan pengambilan istilah dari bahasa Arab yaitu hikayat yang berarti cerita, kisah, dongeng yang berasal dari bentuk kata kerja haka yang berarti menceritakan, mengatakan sesuatu kepada orang lain, atau diterima begitu saja dari sastra Melayu. Mengingat karya-karya hikayat dalam sastra Aceh, menurut Snouck Hurgronje banyak juga yang merupakan saduran sastra Melayu, atau dialih bentuknya dari prosa menjadi puisi.27

______________

26Misri A. Muchsin, Apresiasi Seni Budaya Aceh…, hal.141.

27Nab Bahany, Warisan Kesenian Aceh, (Banda Aceh: Aceh Multivision, 2016), hal. 144

(45)

b. Pengaruh Qira’atul Qur’an

Hikayat disampaikan dengan memakai lagu (Aceh: lagee), secara tradisional dikenal dua macam lagu, ialah lagèe Aceh dan lagèe Pidie.

Kedua lagu ini masih mengenal dua macam gaya irama yang disebut:

lagèe bagaih (irama cepat) dan lagèe jareung (irama lambat). Kedua irama dipakai bergantian dengan tujuan untuk menghilangkan monotonous disamping juga dipakai untuk menyesuaikannya dengan suasana cerita, melukiskan sesuatu yang tragis atau sesuatu yang bersuasana gembira.

Kedua macam lagèe dalam resitasi hikayat dewasa ini barangkali sudah banyak kali mengalami variasi seperti terlihat misalnya dalam teknik resitasi Adnan PMTOH. PMTOH sudah merupakan semacam performance art seni drama, karena sudah membutuhkan alat-alat visualisasi, meskipun secara sederhana seperti mengganti pakaian, memakai pedang, berakting sebagai aktor sejauh kemampuan yang dimungkinkan, oleh karena itu corak berdialog jadi lebih dipentingkan.

Selanjutnya kedua lagèe, yaitu lagèe Pidie dan lagèe Aceh juga dikenal dalam masyarakat sebagai lagu dalam membaca Al-Qur’an, tentu saja yang dimaksudkan di sini.28

D. Seni Budaya

1. Pengertian Seni Budaya

Seni adalah ciptaan manusia yang indah, baik dan benar dalam mengekspresikan rasa keindahan dalam dirinya. Karena itu, seni budaya dapat dipahami sebagai pengungkapan dari aspek rasa keindahan ______________

28Nab Bahany, Warisan Kesenian Aceh, (Banda Aceh: Aceh Multivision, 2016), hal.147.

(46)

manusia dalam mengekspresikan lingkungan di luar dirinya yang tidak lain merupakan aktivitas dari proses pembentukan budaya itu sendiri.

Termasuk ke dalam seni budaya seperti seni ukir, seni suara, seni sastra dan seni tari.29 Kebudayaan dipahami menyangkut semua potensi manusia yang digerakkan guna merespon berbagai tuntutan dari berbagai aspek kehidupan.

Kebudayaan pada dasarnya merupakan segalam macam bentuk gejala dari aktifitas kemanusiaan, baik yang mengacu pada sikap, konsepsi, ideologi, perilaku, kebiasaan, karya kreatif, dan sebagainya.

Secara kongkret kebudayaan bisa mengacu pada adat istiadat yang dipraktekkan masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari seperti bentuk-bentuk tradisi lisan, karya seni, bahasa, pola interaksi dan sebagainya. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan fakta kompleks tentang manusia yang selain memiliki keunikan pada batas tertentu juga memiliki ciri yang bersifat universal.30

Kebudayaan dipersepsikan demikian karena manusia dalam merespon berbagai fenomena, baik yang terkait langsung atau tidak, yang ada di dalam masyarakat sebagai sistem tanda yang terkandung makna tertentu, merupakan proses membentuk dan pengabstraksikan pemahaman secara rasional dari fenomena kebudayaan yang hadir dalam kesadaran masyarakat itu sendiri yang terkait dengan konsepsi, nilai, kebiasaan, pola interaksi, aspek kesejarahan, kesenian, maupun berbagai bentuk fenomena budaya. Fenomena budaya dapat berbentuk ______________

29Fauzi Ismail, Potret Budaya Lokal di Wilayah Syariat Kontribusi Seni Tari Seudati, (Banda Aceh : Ar-Rijal Institute, 2009), hal. 40.

30Fauzi Ismail, Potret Budaya Lokal …, hal. 40.

Referensi

Dokumen terkait

Solusi terbaiknya adalah disimpan pada toko buah dan sayuran yang menyediakan sistem pendinginan yang komplit seperti yang ada di mall-mall kota besar, sedangkan

Rencana kegiatan pembelajaran adalah memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran, dengan mengkoordinasikan (mengatur dan menetapkan)

Lactobacillus Plantarum 1a5 serta aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri patogen. Institur

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan penelitian

14 guru. Karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar atau mentransfer ilmu. Akan tetapi jauh daripada itu, seorang guru adalah pendidik dari semua aspek yang ada

Maka dari permasalahan yang ada, penelitian ini memili tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kombinasi omegasqua dan klorofil terhadap fekunditas, daya tetas dan

Dalam definisi ini ada tiga ide pikiran penting yaitu proses transformasi nilai-nilai, ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian dan menjadi satu dalam perilaku.7 Sementara itu,

[r]