• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Local Access Fiber (Jarlokaf) (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jaringan Local Access Fiber (Jarlokaf) (2)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Jaringan Local Access Fiber

(Jarlokaf) (2)

(2)

Multiplexing

• FDM (Frequency Division Multiplexing)

– n buah kanal yang berbeda frekuensi carriernya ditransmisikan secara simultan dalam 1 kanal fisik – Digunakan untuk sinyal digital maupun analog

Kanal 1 = frek 1 Kanal 2 = frek 2

Kanal n = frek n n buah kanal ditransmisikan

simultan dalam 1 kanal

Multi-

plexer

(MUX)

(3)

• TDM (Time Division Multiplexing)

– merupakan proses multiplexing dengan cara membagi waktu menjadi slot-slot waktu yang menyatakan informasi dari tiap kanal.

– Hanya mungkin untuk sinyal digital

Multiplexing

Kanal 1 = frek A Kanal 2 = frek A

Kanal n = frek A n buah kanal ditransmisikan

simultan dalam 1 kanaldengan TS-TS yang berbeda

Multi-

plexer

(MUX)

(4)

PCM (PULSE CODE MODULATION)

Mengubah sinyal voice analog menjadi sinyal digital Proses yang terjadi dalam PCM :

• Sampling (pencuplikan)

• Quantizing (kuantiasasi)

• Encoding (pengkodean)

sampler

kuantiser

enkoder

(5)

PROSES PENCUPLIKAN (SAMPLING)

Lebar Pita / Bandwidth suara (BW)  4 kHz Frekuensi sampling minimum (f

S

)= 2.BW

= 2 X frekuensi informasi maksimum

(berdasarkan kriteria Nyquist)

(6)

SPEKTRUM HASIL SAMPLING

f

f

f sinyal informasi

Sinyal informasi setelah sampling

Sinyal informasi setelah sampling

terjadi Aliasing

tanpa Aliasing

(7)

Quant

PROSES KUANTISASI (QUANTIZATION)

Terdapat 2 jenis kuantiser yaitu :

Kuantiser Uniform (lebar selang kuantisasi seragam) Kuantiser Non-Uniform (lebar selang kuantisasi tidak seragam)

Kuantisasi : mengubah level amplituda menjadi diskret dengan jumlah terbatas.

Jumlah level kuantisasi = 2

L

L = jumlah bit pengkodean

(8)

KUANTISER UNIFORM

tegangan masukan (volt) tegangan keluaran (volt)

A

B

(9)

KUANTISER NON-UNIFORM

tegangan masukan (volt)

tegangan keluaran (volt)

A

B

(10)

Encod

PROSES PENGKODEAN (ENCODING)

Contoh di atas menunjukkan proses encoding, 1 simbol masukan dikodekan menjadi 8 bit

T

T

Jumlah bit untuk mengkodekan tiap simbol ditentukan oleh

perangkat ADC (Analog to Digital Converter)

(11)

BIT RATE KANAL VOICE

BW kanal suara = 4 kHz

Kecepatan sampling untuk tiap kanal suara = 2 x 4000 = 8000 sample/s

1 sample dikodekan menjadi 8 bit

Bit rate 1 kanal voice :

BR = 8000 x 8 bit/ detik = 64 kbps

(12)

Multiplexing merupakan proses penggabungan beberapa kanal sinyal informasi kedalam satu kanal informasi dengan tujuan agar sinyal informasi dapat dikirimkan secara simultan dalam satu kanal

Time Division Multiplexing merupakan proses multiplexing dengan cara membagi waktu menjadi slot-slot waktu yang menyatakan informasi dari tiap kanal

TDM – PCM (Time Division Multiplexing – Pulse Code Modulation) merupakan proses multiplexing sinyal yang menggunakan teknik pengkodean PCM

MULTIPEXING

(13)

0 1 2 15 16 17 29 30 31

x 0 0 1 1 0 1 1

x 1 P Y Y Y Y Y

bergantian

Frame alignment signal pada frame 1, 3, 5, dst

Service word pada frame 2, 4, 6, dst

8 bit

Informasi signaling 1 - 15 dan 17 - 30 adalah sinyal

telephon yang dikodekan/ data digital

x = bit reserved for international use Y = bit reserved for national use A = 0 tidak ada alarm A = 1 ada alarm

PCM-30 (E-1, Standar Eropa)

 1 TS = 8 bit

 Terdiri dari 32 TS = 30 kanal suara + 1 sinkronisasi + 1 signaling Sinkronisasi : TS 0

Signaling : TS 16

Voice : TS 1 – 15 + TS 17 – 31

 Dalam 1 detik terdapat 8000 sample, sehingga :

Bit rate = (8 x 8000 ) x 32 = 2048 kbps

(14)

Multiframe PCM-30

 1 MF = 16 frame

 Signaling lengkap untuk 30 kanal voice (1 TS 16 untuk signaling 2 kanal voice)

 TS-16 untuk frame ke-0 digunakan untuk alignment / sinkronisasi multiframe

0 1 16 31 0 1 16 31 0 1 16 31

 s

ms

0 1 16 31 0 1 16 31 0 1 16 31

0 1 2 8 15

0 0 0 0 1 A U 1 a b c d a b c d a b c d a b c d

Signaling time slot

channel 8 channel 23 channel 15 channel 30

Multiframe alignment signal

Signaling service wordl

Tidak ada Alarm A = 0

U = 1 A = 1 U = 0

urgent alarm non urgent alarm

Signaling bits a - d per channel

(15)

PCM-24 (T-1, Standar Amerika)

 1 TS = 8 bit

 Terdiri dari 24 TS = 24 kanal suara Dalam 1 detik tdp 8000

 Sinkronisasi menggunakan 1 bit tambahan (BF)

 Signaling diambil pada bit ke-8 tiap TS pada frame ke-6 dan kelipatannya

 Bit Rate = ((24 x 8) + 1) x 8000 = 193 x 8000 = 1544 kbps

 1 MF = 12 frame

B0 B1 ...

1

Channel A signaling : Bit ke 8 dari msg-msg time slot kanal pada frame 6

Frame B8 B0 B1 ... B8 B0 B1 ... B8 BF

Ch 1 Ch 2 Ch 24

125 s (193 bit)

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Multi Frame

Channel B signaling : Bit ke 8 dari msg-msg time slot kanal pada frame 12

BF

Frame aslignment signal (101010) pada frame ganjil (1,3,5,7,9,11)

Multi Frame aslignment signal (001110) pada frame genap (2,4,6,8,10,12) 1 bit

(16)

PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) -1

Terdapat 3 standar : Amerika, Eropa, Jepang

 1.544 Mbps = T1 = PCM-24 (Amerika)

 2.048 Mbps = E1 = PCM-30 (Eropa)

 Standar Jepang kurang populer

 Indonesia kebanyakan menggunakan sistem Eropa

Eropa Amerika

Utara Jepang

1 2.048 1.544 1544

1C - 3.152 -

2 8.448 6.312 6.312

3 34.368 44.736 32.064

4 139.264 274.176 97.728

5 564.992 400.352

Bit Rate (Mbps)

Level

(17)

Gambar Hierarchy PDH menurut Rekomendasi ITU-T (Standard Eropa) 4

3 2 1

4 3 2 1

4 3 2 1

4 3 2 1

1

30 BR = 2.048 kb/s - 30 Kanal

BR = 8.448 kb/s - 120 Kanal BR = 34.368 kb/s - 480 Kanal BR = 139.264 kb/s 1.920 Kanal Mux Dig

Order-1 (PCM)

Mux Dig Order-3

Mux Dig Order-2

Mux Dig Order-4

4 3 2 1

4 3 2 1

1

30

MULTIPLEX PDH

( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY)

(18)

MULTIPLEX PDH

Dibagi menjadi 2 kelompok :

1. ORDER RENDAH (LOW ORDER)

Sering juga disebut sebagai Order Pertama atau yang paling populer disebut “PCM-30”

2. ORDER TINGGI (HIGH ORDER)

Terdiri dari Order-2, Order-3 dan Order-4

(19)

PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) -2

Standar berdasarkan ITU-T G-702

2048 kbit/ s 64

1 2 048

2 8448

3 32 064 34 368

4 97 728 139264

Hie rarchical bit rate s (kbit/ s) for ne tworks with the digital base d on a first le ve l bit

rate of hie rarchy

44 736 1544 kbit/ s

64 1544 6312 Digital

Hie rarchy Le ve l

M12

M23

M34 (4)

(7)

T - 1 T - 2

T - 3

E - 4

(4) M12 E-1

(4) M12 E-2

(4) M12 E-3

E-4

(20)

PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) - 3

 Jaringan Plesiochronous (hampir sinkron) (Internally free running oscilator)

 Asynchronous multiplex

Jika suatu tributary dimultiplek ke tributary dengan bit rate lebih tinggi, digunakan bit stufing/ penambahan bit dan buffer memori untuk

menjadikannya sinkron dengan bit rate yang lebih tinggi tersebut.

 Bit rate tributare dengan orde lebih tinggi > daripada penjumlahan bit rate yang dimultiplex : untuk sinkronisasi, signaling dan bit stufing

 Setiap level multiplex mempunyai format frame tersendiri

 Bit by bit multiplexing

 Timing alignment menggunakan bit-by-bit justification/ stuffing

 Akses ke kanal individual hanya dimungkinkan setelah dilakukan proses demultiplexing

 Bit rate distandarkan sampai 140 Mbps

(21)

SDH (Synchronous Digital Hierarchy) ITU-T G-707

 Jaringan sinkron(osilator internal disinkronisasi dengan clock referensi external)

 Teknik multiplex sinkron

 Semua sinyal multiplex mempunyai struktur frame yang identik

 Byte by byte multiplexing

 Akses ke kanal individual bisa dilakukan menggunakan pointer, tanpa harus mendemultiplex semuanya lebih dulu.

 Bit rate distandarkan berbasis 155 Mbps

N STM-N

1 155.520 Mbps

4 622.080 Mbps

16 2,488.320 Mbps

64 9,953.280 Mbps

SDH

(22)

Kelebihan SDH

 Standarisasi bit rate di atas 140 Mbps secara internasional

 Sinyal optik yang ditransmisikan distandarkan/ Kompatibilitas antar vendor

 Struktrur modular

- Bit rate multiplex merupakan kelipatan dari bit rate dasar (155.52 Mbps)

- Struktur frame sinyal multiplex identik dengan struktur frame sinyal dasar

 Akses ke suatu kanal individual bisa dilakukan tanpa harus

mendemultiplex sinyal keseluruhan, hanya kanal yang diperlukan yang didemultiplex. Metode ini sangat bermanfaat untuk sistem cross connect dan pencabangan (add and drop multiplexer)

 Mengakomodasi sinyal PDH

 Transmisi sinyal broadband

(23)

Kelebihan SDH (2)

 Adanya proteksi (Self Healing Ring, Path protection , Multiplex section protection)

 Software configuration (add, drop, crossconnect)

 Centralized management - remote alarm

- remote reconfiguration/ rerouting (2 Mbps lines)

- remote service activation and configuration of interfaces

- S/W download to card level

(24)

Struktur Pembentukan STM-1

T1517950-95

× 1

× N

× 3

× 3

× 1

× 1

× 3

× 4

× 7 × 7 STM-N AUG AU-4 VC-4

AU-3 VC-3

C-4

C-3

C-2

C-12

C-11 VC-3

VC-2

VC-12

VC-11 TU-3

TU-2

TU-12

TU-11 TUG-2

TUG-3

AU-4

139264kbit/s (Note)

44736 kbit/s 34368 kbit/s (Note)

6312kbit/s (Note) 2048kbit/s (Note) Pointer processing

Multiplexing Aligning Mapping

NOTE–G.702 tributaries associated withcontainers C- xareshown.Other signals, e.g.ATM,canalsobeaccommodated (see10.2).

C-n Container-n

1544kbit/s (Note)

(25)

Format Frame SDH

 SOH (Section Overhead)

Bit-bit sinkr. ,operation, maintenance dan supervision (management)

 Pointer = penunjuk alamat

 Payload = data yang sebenarnya

 Format frame identik, di mana SOH selalu tergabung dengan SOH, dan payload selalu tergabung dengan payload

SOH

SOH Pointer

Payload 3

1 5

9 byte 261 byte

125 s

SOH

SOH Pointer

Payload 3

1 5

4 x9 byte 4 x261 byte

125 s

SOH

SOH Pointer

Payload 3

1 5

16 x9 byte 16 x261 byte

125 s

Frame STM-1 Frame STM-4 Frame STM-16

 Bit Rate STM-1 = ( 9 x 270 byte) x 8 x 1/125 us = 155, 52 Mbps

 Bit Rate STM-4 = 4 x 155, 52 = 622,08 Mbps

 Bit Rate STM-16 = 16 x 155,52 = 2488,32 Mbps (2,5 Gbps)

 Bit Rate STM-64 = 64 x 155,52 = 9953, 280 Mbps (10 Gbps)

(26)

SDH vs SONET

 Sonet (Synchronous Optical Network) : Bellcore Amerika

 Bit rate dasar sinyal : 50.688 Mbps (STS-1 = Synchronous Transport Signal)

N STM-N N STS-N

1 155.520 Mbps 1 51.840 Mbps

4 622.080 Mbps 3 155.520 Mbps

16 2,488.320 Mbps 9 466.560 Mbps

64 9,953.280 Mbps 12 622.080 Mbps

18 933.120 Mbps 24 1,244.160 Mbps 36 1,866.240 Mbps 48 2,488.320 Mbps

~

192 9,953.280 Mbps

SDH SONET

(27)

Interface V5.x

Standard interface ETSI

Menghubungkan jaringan akses (AN) dengan sentral lokal (LE)

Open interface (interface multivendor, memungkinkan AN dari vendor mana saja dapat berhubungan dengan LE mana saja) .

Interface V5.1 berdasarkan prinsip multiplex statik dan interface V5.2 berdasarkan prinsip multiplex dinamik dan konsentrator.

Keuntungan Penggunaan Interface V5.x

Tidak tergantung kepada salah satu vendor untuk penyediaan jaringan akses (access network).

Mendukung pengembangan teknologi dan struktur jaringan akses yang lebih efektif dari segi biaya.

Mendukung suatu standar interface bagi manajemen network.

(28)

Interface V5.1

Bekerja berdasarkan prinsip multipleks statis

Setiap link antara LE dan AN menggunakan 2Mb/s,

menghubungkan LE dengan AN via kabel tembaga, optik maupun media radio.

Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA.

Signalling time slot 15, 16 dan 31 digunakan sebagai TS

signalling, pada kondisi normal menggunakan TS 16 (TS 16

mandatory)

(29)

Kanal Signaling pada V5.1 ( 2 Mbps)

Frame - 0

0

TS 1 TS

2 TS

29 TS

30 TS

31 TS 14

TS 15 TS

16 TS

17 TS

0 1 2 14 15 16 17 29 30 31

0 1 2 14 15 16 17 29 30 31

0 1 2 14 15 16 17 29 30 31

Frame - 1 Frame - 2

Frame - 15

16 31

16

16

16 15

15

15

15 0

0 0

0

31

31

31

Satu Multiframe = 16 frame

(30)

Interface V5.2

Bekerja berdasarkan prinsip multipleks dinamis

 Menggunakan multilink sampai dengan 16 link 2048 kb/s (ETSI)

 Didukung fungsi konsentrator pada AN, sehingga lebih banyak pelanggan yang dapat dihubungkan.

 Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA.

 Memiliki sistem proteksi terhadap kegagalan yang mungkin terjadi pada

kanal signaling.

(31)

Kanal Signaling pada V5.2

Link ke-1 Link ke-2 Link ke-3

Link ke-16

0 1 2 14 15 16 17 29 30 31

0 1 2 14 15 16 17 29 30 31

0 1 2 14 15 16 17 29 30 31

TS 0

TS 1

TS 2

TS 14

TS 15

TS 16

TS 17

TS 29

TS 30 30

TS 31

30

30

30 0

0

0

0

16

16

31

31

PRIMARY LINK (UTAMA)

SECONDARY LINK (PROTEKSI)

31

31 16

16 15

15

15

15

REGULAR LINK

Catatan : Penentuan prim/sec/reg link untuk satu interface id V5.2 random

(32)

V5.1 dan V5.2

No Interface V5.1 Interface V5.2

1 Bekerja berdasarkan prinsip multipleks statis

Bekerja berdasarkan prinsip multipleks dinamis

2 Satu interface V5.1 terdiri dari hanya satu link E1 (2 Mbps) dengan maksimal 30 kanal pembicaraan

Satu interface V5.2 dapat terdiri dari maksimal 16 link E1 (16 link 2 Mbps) yang berarti maksimal 480 kanal pembicaraan

3 Jenis layanan : PSTN, ISDN BRA Jenis layanan : PSTN, ISDN BRA

4 Tidak ada konsentrasi tiap bearer channelnya

Terdapat konsentrasi tiap bearer

channelnya

(33)

OPTICAL LINE TERMINAL EQUIPMENT

(OLTE)

(34)

Konfigurasi OLTE

Receiver Optik B/U

Converter Unit

Coder Unit

Alarm Control

Unit

Alarm Unit

Optical Detector Unit Sinyal optik Sinyal optik

Decoder Unit

kanal sinyal output

U/B Converter

Unit

Sinyal listrik

kanal sinyal output

Sinyal listrik

Transmitter Optik

Optical Sender Unit

Fungsi utama OLTE

• Mengubah sinyal dengan daya listrik menjadi sinyal dengan daya optik dan sebaliknya.

• Menggabungkan sinyal-sinyal pelayanan (service bit) dengan sinyal utama.

• Memancarkan dan menerima sinyal dengan daya optik.

• Memberikan pengamanan bagi petugas dengan dilengkapi rangkaian laser diode shut-off.

• Menyediakan kanal order wire untuk koordinasi antar petugas

(35)

A. Pada Arah Kirim.

B/U Converter

Unit

Coder Unit

Alarm Control

Unit Alarm Unit

Sinyal optik kanal sinyal output

Sinyal listrik

Transmitter Optik

Optical Sender Unit

CARA KERJA OLTE

Alarm Control

Unit

Alarm Unit

Optical Detector Unit Sinyal optik

Receiver Optik

Decoder Unit

kanal sinyal output U/B

Converter Unit Sinyal listrik

(36)

1. Unit B/U Converter

- Menerima sinyal elektrik bipolar (CMI/HDB-3) dari multipleks.

- Memperbaiki karakteristik sinyal yang diakibatkan adanya redaman kabel (Equalisasi).

- Mengubah kode saluran sinyal elektrik dari bipolar ke unipolar (NRZ).

- Mengirimkan sinyal elektrik dari multipleks ke unit coder.

- Mengirimkan indikasi alarm ke unit pengontrol Alarm.

2. Unit Coder

•Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit B/U converter dan dari unit service channel /auxilary.

• Menggabungkan sinyal utama dengan sinyal service channel.

• Mengkodekan sinyal gabungan sesuai kode saluran optik yang digunakan.

• Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS.

• Mengirimkan sinyal alarm jika terjadi gangguan pada sinyal utama.

3. Unit Optical Sender

- Mengatur lebar pulsa dan bentuk pulsa listrik unipolar yang diterima dari unit coder.

- Mengendalikan arus listrik yang mengalir pada sumber optik.

- Mengubah sinyal pulsa listrik unipolar yang sudah dikondisikan menjadi sinyal pulsa optik.

- Mengirimkan sinyal pulsa optik ke terminal lawan melalui serat optik.

- Jika terjadi gangguan maka akan mengirimkan alarm signal.

- Melaksanakan pemutuskan pancaran sumber optik jika menerima sinyal shut-off.

(37)

Optical Sender

Ada 2 jenis Sumber Optik :

1. LED ( Light Emitting Diode ).

2. Diode LASER ( Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation )

Optical Receiver

Ada 2 jenis Optical Photodiode, yaitu :

1. Diode pin ( Positive Intrinsic Negative )

2. APD ( Avalanche Photo Diode )

(38)

1. Unit Detektor Optik

- Menerima sinyal optik yang dari lawan melalui serat optik.

- Mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik unipolar.

- Menguatkan sinyal elektrik unipolar.

- Mengirimkan sinyal elektrik unipolar ke unit decoder.

- Mengirimkan sinyal alarm ke unit pengonrtol alarm.

2. Decoder

Menerima sinyal elektrik unipolar yang dikirim unit detektor optik.

Mendekodekan kembali sinyal gabungan (sinyal utama dan service channel).

Memisahkan sinyal utama dengan sinyal service channel.

Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS.

Mengirimkan alarm signal jika terjadi gangguan pada sinyal utama.

3. U/B Converter

Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit decoder.

Mengubah sinyal elektrik unipolar menjadi sinyal elektrik bipolar.

Memperbaiki karakteristik sinyal akibat adanya redaman kabel.

Mengirimkan sinyal elektrik bipolar ke perangkat demultipleks.

Jika tidak menerima sinyal dari unit decoder, maka akan

mengirimkan sinyal alarm ke unit pengontrol alarm.

(39)

Teknologi JARLOKAF

No Teknologi Konfigurasi Dasar Tipe Jenis

Jasa Keterangan

1 Digital Loop Carrier (DLC)

Point to Point

•DLC konvensional IS-A Banyak digunakan di

dunia

•Next Generation DLC

IS-A dan IS-B

Relatif baru

2 Passive Optical Network (PON)

Point to Multipoint IS-A dan IS-B

Mulai dioperasikan secara komersial th 74

Pencabangan sinyal optik pasif

DS Konfigurasi sama, perangkat berbeda 3 Active Optical

Network (AON)

Point to multipoint melalui perangkat pencabangan aktif

IS-A dan IS-B

Belum banyak digunakan

(40)

CT RT LE

Keterangan :

LE = Local Exchange CT = Central Terminal RT = Remote Terminal

CAS, V5.x

Konfigurasi Umum DLC

(41)

FIBER

OLT

subscriber

subscriber ONU

ONU

LE

PS / AS

Keterangan :

LE = Local Exchange OLT = Optical Line Terminal ONU = Optical Network Unit PON = Passive Optical Network AON = Active Optical Network PS = Passive Splitter

AS = Active Splitter CAS, V5.x

Konfigurasi Umum PON/AON

(42)

1 . 30 .

LE

VF VF a/b

CB E1

CT/OLT RT

MDF IDF DDF

OLTE

1 . 30 .

1 . 30 .

1 .

30 . CB

1 . 30 .

1 . 30 .

PRA

1 .

14 . CB BRA

DDF

OLTE

ONU

PS

Konfigurasi DLC

Konfigurasi PON

DDF

ODF

ODF

ONU

Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON

tanpa Interface V5.x

(43)

LE

DDF DDF

V5.1 V5.1

V5.1 N

1 2 E1

E1

E1

RT

OLTE Pack Ass/Deass Card Plg IDF

OLTE

ONU

PS

Konfigurasi DLC

Konfigurasi PON CT/OLT

Battery ODF

ODF

N x 30 Plg POTS

ONU

(NxE1)

(NxE1)

N x 30 Plg POTS

Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON

dengan Interface V5.x

(44)

LE

DDF

E1

Multiplexer/Demultiplexer

Concentrator / Cross-connect Controller

DDF

E1 E1 1

2 3

8

1 2 3

8

Primary Secondary

None

None

E1

V5.2

RT

OLTE OLTE Packed Ass/Deass Card Plg IDF

OLTE

ONU

PS

Konfigurasi DLC

Konfigurasi PON CT/OLT

Battery ODF

ODF

960 Plg POTS (k =4)

ONU

1440 Plg POTS (k = 6)

Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON

tanpa Interface V5.2

(45)

LE MDF CT/OLT Transmisi RT/ONU

Transport 30

ab wire 1 . . ab wire 1 . . 30

1xE1

30

ab wire 1

. .

ab wire 1

. . 30

30

ab wire 1

. .

ab wire 1

. . 30 Transport

1 2 3 n

1

n

1 1

2 2

1 2 3 N

1 2 3 N

ab wire 1

2

512 / 720 k=4 / k=6 2

3

Channel Bank

V5.1

V5.2

Komparasi Konfigurasi Tanpa V5x (Channel Bank), V5.1 dan V5.2

4xE1

E1 E1

E1

E1

Transport ab wire

Interface ID 1 Interface ID 2 Interface ID 3 Interface ID n 1xE1

1xE1 1xE1

Interface ID xxx

N = max 16

(46)

Fungsi bagian Penyusun DLC (mengacu PPJT- KAF ver1.0)

Jarlokaf dengan topologi point-to-point (Single star)

Terdiri dari dua perangkat utama:

CT (Central Terminal) di sisi sentral, dan

RT (Remote terminal) di sisi pelanggan

Fungsi CT adalah :

Interfacing dengan sentral lokal

Multiplexer/Demultiplexer

Crossconnect dan Controller

Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)

Fungsi RT adalah :

Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)

Multiplexer/Demultiplexer

Interfacing dengan pelanggan

DLC

pada umumnya digunakan

untuk pelanggan yang terkonsentrasi atau untuk gedung bertingkat (high rise building)

Fungsi Masing-masing Komponen Jarlokaf

(47)

Merupakan sistem jarlokaf yang memiliki topologi jaringan point-to- multipoint (Multiple star).

Untuk membentuk jaringan point-to-multipoint digunakan komponen pencabang pasif (passive splitter).

Diterapkan untuk pelanggan dalam cluster-cluster yang berukuran kecil (4 ~ 120)

Jaringan optik PON dapat digunakan bersama-sama/diintegrasikan untuk jaringan distribusi/ broadcast (CATV).

Passive Optical Network

(48)

Fungsi Bagian Penyusun PON (mengacu PPJT-KAF ver1.0)

 OLT (Optical Line Terminal) berfungsi untuk :

 Interfacing dengan sentral lokal

 Multiplexing/Demultiplexing

 Cross-connect & Controller

 Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)

 ODN ( Optical Distribution Network) berfungsi untuk :

 Transport dan distribusi data dari OLT ke ONU

 PS (Passive Splitter) berfungsi untuk :

Mendistribusikan Daya Optik ke semua cabang

Ratio : 1 : 2 2 : 2 1 : 4 2 : 4 1 : 8 2 : 8 1 : 16 2 : 16 1 : 32 2 : 32

 ONU (Optical Network Unit) berfungsi untuk :

 Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)

 Multiplexing/Demultiplexing

 Interfacing dengan terminal pelanggan

(49)

Channel Bank System (CT/OLT)

(50)

V5.2 System (CT/OLT)

(51)

OLT

(52)

ODN ( Optical Distribution Network)

(53)

DDF (Digital Distribution Frame)

(54)

ODF (Optical Distribution Frame)

(55)

IDF

(56)

PS (Passive Splitter)

(57)

ONU (Optical Network Unit)

(58)

Connector F.O.

(59)

ADM (add and Drop Mux.)

(60)

Fiber Optic

(61)

• Kapasitas sistem Jarlokaf

Teknologi JARLOKAF

Pengganda Saluran

PON

DLC

Remote Switch Switch

0 4 8 120 1k 2k 5k

Kapasitas (n x 64 kbps)

(62)

Teknologi JARLOKAF

• Teknologi transmisi jasa interaktif narrowband

Skema Transmisi Skema Transmisi 2 arah

Jumlah

serat optik Panjang gelombang Keterangan Space Division

Multiplexing (SDM)

Simpleks 2 1310 nm sinyal kirim

& sinyal terima

Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim melalui serat optik yang berbeda Wave Division

multiplexing (WDM)

Dipleks 1 • 1550 nm sinyal

kirim & 1310 nm sinyal terima

• 1310/1550 +x nm sinyal kirim,

1310/1550 – x nm sinyal terima

Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang bersamaan tapi menggunakan

panjang gelombang yang berbeda

Time

Compression Multiplexing (TCM)

Dupleks 1 1310 nm sinyal kirim

dan sinyal terima

Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang berbeda dan bergantian

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada sekelompok remaja perempuan yang menderita asma bronkial dan menunjukkan hasil yang signifikan

Metode observasi dapat melatih mahasiswa untuk meningkatkan komunikasi dengan orang lain, melatih etika dan kepribadian, keberanian, dan membentuk rasa percaya diri yang

Total nilai tingkat kematangan tercapai dengan menambahkan semua nilai pada setiap tingkat ( 0 sampai 5 ) dalam proses tertentu. Berdasarkan perhitungan yang

Teman-teman di Laboratorium yang tercinta : Beathrine, Ling-ling, Etti, Shanty, Dea, Renita, Campaka, Vivi, Ayu Tya, Clara, Vivi Indriastri, Cindy Alfonsa yang telah

pnling scring tcrjadi pada laki-laki. Angka kejadian kanker prostat di Indonesia tercatat sebanyak 11.361 kasus dengan angka mortalitas sebesar 44%› pada tahun 2018

Menyetujui pengambilalihan PT Tunas Financindo Sarana oleh Perseroan melalui pembelian 51% saham dari seluruh jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam PT Tunas

Tiga puluh tahun yang lalu di Makasar, tepatnya pada tanggal 20 september 1981 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia ( ISMKI ) berdiri dan dideklarasikan sebagai

Untuk itu penulis tertarik mengangkat masalah kenakalan remaja di desa Sidodadi, kecamatan Birubiru, alasan penulis memilih desa Sidodadi, kecamatan Birubiru sebagai