• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN JERUK MENJADI LAHAN KOPI DI KABUPATEN KARO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN JERUK MENJADI LAHAN KOPI DI KABUPATEN KARO"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN KARO

(Kasus : Konversi Lahan di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH : LOVINA GINTING

140304121 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

DI KABUPATEN KARO

(Kasus : Konversi Lahan di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

LOVINA GINTING 140304121 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)
(5)

LOVINA GINTING (140304121/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Jeruk Menjadi Lahan Kopi di Kabupaten Karo (Kasus : Konversi Lahan di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)”.

Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir Rahmanta Ginting, M.Si dan Bapak Rulianda P Wibowo, SP, M.Ec, P.hD.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahan jeruknya menjadi kopi di daerah peneitian. Penentuan daerah penelitian yaitu secara purvosive (sengaja) dengan sistem Snowball Sampling diperoleh sebanyak 71 orang sample.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan primer. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas areal jeruk dari tahun 2010-2017 sebesar 82,14% dan produksi sebesar 73,69%, dimana dalam periode yang sama terjadi peningkatan luas areal kopi sebesar 47,14 % dan produksi sebesar 50,18%.Faktor internal variabel tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan petani berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk. Sedangkan umur petani dan luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk tersebut. Faktor eksternal variabel jumlah produktifitas tanaman jeruk, harga pupuk dan harga pestisida berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk tersebut.

Sedangkan harga komoditi jeruk tidak berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk tersebut.

Kata Kunci : jeruk, kopi, faktor yang mempengaruhi, konversi lahan.

(6)

LOVINA GINTING (140304121/AGRIBISNIS) with the tittle “THE FACTORS THAT AFFECTING THE OCCURRENCE OF LAND CONVERSION OF LAND ORANGE INTO COFFEE IN THE KABUPATEN KARO. (Case of Wetland Orange Conversion in Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)”.

This research led by Committee Bapak Dr. Ir Rahmanta Ginting, M.Si and Bapak Rulianda P Wibowo, SP, M.Ec, P.hD.

The purpose of the research was to analyze factors that affecting the occurrence of land conversion of land orange into coffee in the area of research. The determination of the area of research in purvosive (intentionally) while the samplingis done by the method of Snowwball Sampling obtained about 71 samples.

The data consisted of primary and secondary data. Methods of data analysis used in this study is the method of logistic regression. The results showed that a decrease of orange plantation area in Karo during 2010-2017 about 82,14% and production 73,69%, while in the same period the area of coffee plantation increasing with of 47,14% and production 50,18%. The results internal showed that education, experience of farming, and number of dependents effect in real in land conversion orange. While the age of farmers and land area have no effect in real the orange land conversion. The results eksternal showed that orange productivity, price of fertilizers and price of pesticides effect the land conversion orange. While commodity price of orange has no effect in real the orange land conversion.

Keywords: orange, coffee, factors affecting, conversion of land

(7)

Lovina Ginting lahir di Magelang pada tanggal 15 Agustus 1996, anak tunggal dari bapak Pt. Drs. Tulis Ginting, M.Si dan ibu Luksi Warni Am.Keb.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2000 masuk di TK Sint Xaverius Kabanjahe dan lulus pada tahun 2002 2. Tahun 2002 masuk di SD Swasta Sint Yoseph Kabanjahe dan lulus pada tahun

2008

3. Tahun 2008 masuk di SMP Negeri 1 Kabanjahe dan lulus pada tahun 2011 4. Tahun 2011 masuk di SMA 1 Raya melalui jalur seleksi siswa plus yang dididik

dalam Yayasan Partuha Maujana Simalungun (PMS) dan lulus tahun 2014 5. Tahun 2014 masuk di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara melalui jalur SBMPTN

Adapun kegiatan yang pernah diikuti penulis selama duduk dibangku kuliah adalah sebagai berikut:

1. Delegasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumater Utara (IMASEP FP USU) dalam kegiatan Latihan Kepeminpinan Manajemen Mahasiswa yang diselenggarakan Perhimpunan Organisasi Profesi Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI) di Universitas Andalas Padang dari tanggal 10-13 September 2017

2. Delegasi dan finalis mewakili IMASEP FP USU dalam kegiatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Kewirausahaan dan Rapat Evaluasi yang diselenggarakan POPMASEPI di Universitas Syiah Kuala, Aceh dari tanggal 12- 16 November 2017

(8)

4. Melaksanakan penelitian skripsi di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo pada bulan Desember 2017 sampai Januari 2018

5. Finalis kegiatan Ilmiah Semarak Tani yang diselenggarakan oleh Forum Mahasiswa Agroteknologi/ Agroekoteknologi Indonesia (FORMATANI) di Universitas Riau 21-24 Februari 2018

Adapun organisasi-organisasi yang telah diikuti Penulis selama duduk di bangku kuliah adalah sebagai berikut:

1. Anggota Tetap Ikatan Alumni SMA PLUS PMS RAYA (IKASPRA) mulai tahun 2014 sampai sekarang

2. Anggota Khusus IMASEP FP USU mulai tahun 2014

3. Anggota Tetap di Ikatan Mahasiswa Simalungun Universitas Sumatera Utara (IMAS-USU) mulai tahun 2014

4. Anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Sumatera Utara

5. Dewan Pengurus Organisasi (DPO) IMAS-USU menjadi Divisi Tri Dharma Perguruan Tinggi IMAS-USU Periode 2016/2017

6. Wakil Sekretaris Umum IMASEP FP USU Periode 2016/2017.

(9)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat dan karuniaNya serta segala hikmat, kekuatan, kemampuan dan kesempatan yang telah dianugrahkanNya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Jeruk Menjadi lahan Kopi di Kabupaten Karo (Kasus: Konversi Lahan di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo). Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta Bapak Pt. Drs. Tulis Ginting, M.Si dan Ibu Luksi Warni, Am.Keb atas segala doa dan dukungannya baik spiritual, emosional maupun material yang diberikan mulai Penulis lahir hingga selesai mengcam pendidikan di bangku kuliah.

Skripsi ini saya khususnkan kepada almarhum bibi tua saya (Alm. Nd Mardi) yang dipanggil Tuhan pada tanggal 7 April 2018 yang sabar menemani saya menjumpai selurus sample petani dalam penelitian ini. Mejuah-juah kam ibas ingan pengadi- ngadinndu, ertuah sangap jumpa pencarin kami si itadingkenndu.

Penyelesaian sekripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Rulianda P. Wibowo, SP, M.Ec, P.hD selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, motivasi, waktunya dan membantu penulis dalam menyelesaikan sekripsi ini.

(10)

Sumater Utara yang telah meminpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat Program Studi.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada Penulis selama masa perkuliahan.

4. Teman-teman saya di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sematera Utara stambuk 2014.

5. Teman-teman KOMAGE (Desi Sinta, Ika Rosalia Saragih, Binaria Sinaga, Selly Rizkianty, Andini Sulviyah dan Syahnia Ariani Hsb) yang selalu mengingatkan tugas kuliah.

6. Rekan kerja saya selama menjadi Dewan Pengurus Organisasi IMAS-USU (DPO IMAS-USU) Periode 2016/2017 yaitu, Abang Sardo Sinaga, Kakak Patria Ari Hanida Saragih, Juliana Safrika Saragih, Afandy Sanro Simbolon, Anita Gresiva Saragih, Kakak Andhika Patrio Purba, Fetty Immanuela Purba, Rikki Fernando Saragih yang telah banyak membantu dan media pembelajaran saya selama kuliah, kalian spesial.

7. Seluruh anggota IMASEP FP USU serta seluruh rekan kerja saya selama menjadi Pengurus IMASEP FP USU Periode 2016/2017 terkhusus Badan Pengurus Harian (BPH) yaitu abang (Rachmat Rizalul Arief, Resa Muttaqien Siregar, Richardo F. Napitupulu) dan Kakak Cintya Ayu Permana. Semoga IMASEP FP USU selalu selangkah lebih maju sebagai media pembelajaran semua anggotanya.

(11)

semua pihak guna menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Medan, Mei 2018

Penulis

(12)

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT ... ... ii

RIWAYAT HIDUP ... ... iii

KATA PENGANTAR ... ... v

DAFTAR ISI ... ... viii

DAFTAR TABEL... ... x

DAFTAR GAMBAR... ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikas Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Kegunaan Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka... ... 8

2.1.1. Konversi Lahan ... 8

2.1.2. Tinjauan Sosial Ekonomi dan Budaya ... 9

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengambilan Keputusan dalam Usahatani ... 11

2.2.2. Land Rent ... 14

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Land Rent ... 17

2.3. Penelitian Terdahulu ... 22

2.4. Kerangka Pemikiran ... 24

2.5. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 27

3.2. Metode Pengambilan Sample... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4. Metode Analisis Data ... 29

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 34

3.5.1. Defenisi ... 34

3.5.1. Batasan Operasional ... 35

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 36

4.1.1. Luas dan Letak Geografis ... 36

4.2.2. Keadaan Penduduk ... 37

(13)

4.6 Karakteristik Petani Menurut Produktifitasnya ... 45 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Penurunan Luas Lahan Jeruk di Kabupaten Karo ... 46 5.2. Peningkatan Luas Lahan Kopi di Kabupaten Karo ... 47 5.3. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Mengkonversi

Tanaman Jeruk Menjadi Tanaman Kopi di Desa Suka ... 49 5.3.1.Faktor Internal (Karakteristik Petani)... 49 5.4.2. Faktor Eksternal (Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Petani)... ... 61 BAB IV PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 75 3.2 Saran... ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(14)

No.

Tabel

Judul Halaman

1.1. Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo Tahun 2010 Sampai 2016.

2 1.2. Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman

Kopi di Kabupaten Karo Tahun 2010 Sampai 2016.

4 1.3. Luas Lahan (Ha) Tanaman Kopi di Kabupaten Karo

Menurut Kecamatan Mulai Tahun 2010 Sampai 2016

5 3.1. Distribusi Keputusan Petani Dalam Mengkonversikan

Lahannya

28

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 37

4.2. Komosisi Penduduk Menurut Umur 38

4.3. Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan yang Dianut.

38 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 39

4.5. Pola Penggunaan Lahan Desa Suka 39

4.6. Sarana-Sarana yang ada di Desa Suka 41

4.7. Fasilitas-Fasilitas Pemerintahan 41

4.8. Komposisi Sample Berdasarkan Kelompok Umur 42 4.9. Komposisi Sample Berdasarkan Tingkat Pendidikan 43 4.10. Komposisi Sample Berdasarkan Tingkat Pengalaman

Bertani

43 4.11. Komposisi Sample Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Petani

44 4.12. Komposisi Sample Berdasarkan Luas Lahan 45 4.13. Komposisi Sample Berdasarkan Produktifitasnya 45

Faktor Internal

5.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mengkonversikan Lahannya

49

5.2. Hosmer and Lemeshow Test 51

5.3. Uji Seluruh Variabel (uji G) 51

Faktor Eksternal

5.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mengkonversikan Lahannya

61

5.5. Hosmer and Lemeshow Test 63

5.6. Uji Seluruh Variabel (uji G) 63

(15)

No.

Gambar

Judul Halaman

1 Land Rent Ricardian 15

2 Kerangka Pemikiran 26

3 Perkembangan Luas Lahan Jeruk di Kabupaten Karo 46

4 Jumlah Produksi Jeruk di Kabupaten Karo 47

5 Perkembangan Luas Lahan Jeruk di Kabupaten Karo 48 6 Perkembangan Produksi Jeruk di Kabupaten Karo 48

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten yang terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan keadaan alam yang mendukung perkembangan pertanian. Kabupaten ini dikenal sebagai sentra produksi tanaman hortikultura, tanaman hias dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan pasar Sumatera Utara, nasional bahkan eksportir.

Perekonomian Kabupaten Karo berkembang cukup baik, hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan peran sektor tanaman jeruk. Tanaman jeruk merupakan salah satu primadona di Kabupaten Karo, sehingga perkembangannya memberi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani jeruk dikarenakan besarnya peluang terutama dari segi ekologi yang mendukung. Hal itu menempatkan Kabupaten Karo menjadi sentra produksi jeruk terbesar di Provinsi Sumatera Utara dan perkembangannya yang terus meningkat menjadikan provinsi ini sebagai sentra produksi jeruk terbesar di Indonesia.

Kenyataannya, hal tersebut tidak sejalan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat.

Banyak kendala-kendala yang dihadapi petani jeruk dalam melaksanakan usahataninya. Belakangan ini fenomena konversi lahan tanaman jeruk marak terjadi disejumlah daerah di Kabupaten Karo. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan penurunan luas lahan dan jumlah produksi tanaman jeruk. Tabel 1.1 menunjukkan penurunan luas lahan dan jumlah produksi tanaman jeruk selama periode 2010- 2016 di Kabupaten Karo.

(17)

Tabel 1.1. Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo Tahun 2010 Sampai 2016.

No. Tahun Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Ton)

1. 2010 26.966 890.091

2. 2011 29.215 502.493

3. 2012 7.451 250.127

4. 2013 6.710 193.526

5. 2014 13.005 281.087

6. 2015 5.308 242.779

7. 2016 4.817 234.200

Pertumbuhan (%) - 82,14 - 73,69

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2017

Tabel 1.1. terlihat perubahan luas lahan jeruk yang sangat signifikan setiap tahunnya di Kabupaten Karo. Pada tahun 2010 luas lahan jeruk sebesar 26.966 Ha kemudian menurun menjadi 4.817 Ha pada tahun 2016. Penurunan pertumbuhan luas lahan jeruk sebesar 82,14 %.

Penurunan luas lahan jeruk tersebut diikuti dengan berkurangnya jumlah produksi jeruk di Kabupaten Karo. Pada tahun 2010 jumlah produksi jeruk sebesar 890.091 ton berkurang menjadi 234.200 ton pada tahun 2016, sehingga terjadi penurunan pertumbuhan produksi jeruk sebesar 73,69%.

Karakteristik tanaman jeruk membutuhkan pemeliharaan yang intensif seperti pemupukan, penyemprotan, pemangkasan, dan penjarangan buah. Tingginya modal pemeliharaan tanaman jeruk dipengaruhi oleh harga pupuk dan pestisida yang digunakan. Sehingga pada kenyataannya antara pemeliharaan yang intensif dan tingginya modal yang dikeluarkan, tidak seimbang dengan harga buah jeruk sehingga hal tersebut berpengaruh pada jumlah pendapatan yang diterima petani.

Secara umum tingkat pengelolaan kebun jeruk oleh petani sangat bervariasi, belum optimal dan belum sepenuhnya menerapkan inovasi teknologi anjuran hasil

(18)

penelitian. Oleh karena itu walaupun produktivitasnya tidak terlalu rendah, namun mutu buah yang dihasilkan tidak memuaskan. Bahkan kondisi buah ini juga diperburuk dengan perlakuan pascapanen yang sekedarnya sehingga buah jeruk kita tidak memiliki daya saing pasar yang kuat baik sebagai substitusi impor maupun untuk ekspor. Kelembagaan petani masih sangat lemah sehingga dalam pemasaran jeruk tidak memiliki posisi tawar yang kuat dan cenderung sering merugikan petani.

Fenomena konversi lahan tanaman jeruk menjadi tanaman kopi semakin berkembang di Kabupaten Karo. Hal terebut berbanding lurus dengan peningkatan prospek peluang pasar kopi di dunia. United States Departemen of Agriculture (USDA) memprediksi produksi kopi dunia pada tahun 2015 konsumsi kopi dunia

diperkirakan mencapai 115 juta karung (1 karung = 60 kilogram). Menurut data International Coffee Organisation (ICO), sejak tahun 2010 trand peningkatan

konsumsi kopi dunia sebesar 2,5% tahun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 165 juta hingga 73 juta karung (Rukmana, 2014).

Peluang dan faktor pendongkrak ekspor kopi dunia terus meningkat adalah terjadinya peningkatan konsumsi dunia dari tahun ke tahun. Kopi termasuk minuman paling populer di dunia setelah air. Setiap hari lebih dari 1 miliar cangkir kopi dikonsumsi manusia di seluruh dunia. Tidak mengherankan apabila kopi menjadi komoditas paling banyak di perdagangkan di dunia setelah minyak bumi.

Kebutuhan kopi meningkat dari 8 gram menjadi 15 gram percangkir. Di samping itu, juga terdapat perubahan budaya dalam pola minum kopi dari sistem konvensional (drip coffee) ke pola modern (espresso) (Rukmana 2014).

(19)

Besarnya peluang tersebut diikuti oleh perkembangan tanaman kopi di Kabupaten Karo. Selama tujuh tahun terakhir semakin banyak petani yang tertarik untuk membudidayakan tanaman kopi. Tabel 1.2. menggambarkan peningkatan jumlah luas lahan dan produksi kopi di Kabupaten Karo. Konversi lahan tanaman jeruk menjadi tanaman kopi diharapkan memberikan keuntungan bagi petani sehingga berdampak bagi kesejahteraan petani.

Tabel 1.2. Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Kopi di Kabupaten Karo Tahun 2010 Sampai 2016.

No. Tahun Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Ton)

1. 2010 5.261 4.984,50

2. 2011 5.516 4.845,31

3. 2012 6.281 4.962,03

4. 2013 6.203 4.766,62

5. 2014 7.669 6.429,64

6. 2015 7.595 5.785,86

7. 2016 7.741 7.485,85

Pertumbuhan (%) 47,14 50,18

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2017

Berdasarkan Tabel 1.2. terlihat perubahan luas lahan kopi di Kabupaten Karo. Pada tahun 2010 luas lahan kopi sebesar 5.261 Ha kemudian meningkat menjadi 7.741 Ha pada tahun 2016. Terjadi peningkatan pertumbuhan luas lahan sebesar 47,14 %.

Peningkatan luas lahan diikuti dengan bertambahnya jumlah produksi kopi di Kabupaten Karo. Pada tahun 2010 jumlah produksi kopi sebesar 4.984,50 ton meningkat menjadi 7.485,85 pada tahun 2016. Terjadi peningkatan pertumbuhan produksi kopi sebesar 50,18%.

Memandang kondisi tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor apa saja yang menjadi alasan petani mengkonversi lahan tanaman jeruk. Salah satu daerah di Kabupaten karo terkait dengan fenomena ini adalah

(20)

Kecamatan Tigapanah yang merupakan sentra produksi jeruk dan kopi. Pada Tabel 1.3. menggambarkan peningkatan jumlah luas lahan kopi yang semakin meningkat tiap tahunnya di kecamatan tersebut.

Tabel 1.3. Luas Lahan (Ha) Tanaman Kopi di Kabupaten Karo Menurut Kecamatan Mulai Tahun 2010 Sampai 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2017

Desa Suka merupakan desa terluas di Kecamatan Tigapanah dengan luas wilayah seluas 51,70 km2 yang merupakam sentra produksi jeruk dan kopi. Produksi jeruk 29.832 ton dan kopi sebesar 140,43 ton pada tahun 2016 yang merupakan terbesar se-Kecamatan Tigapanah. Hal tersebut didukung dengan kondisi alam dan lokasi yang strategis dekat dengan pusat pasar. Terdapat sample petani yang dulunya melakukan usahatani jeruk yang kini beralih menjadi kopi, sehingga studi kasus dalam penelitian ini di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo,

No. Kecamatan TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1. Mardinding 172 182 197 147 122 112 112

2. Laubaleng 145 145 145 104 104 54 54

3. Tigabinanga 211 270 270 270 48 41 41

4. Juhar 323 486 391 386 396 396 381

5. Munte 356 414 421 357 449 449 449

6. Kutabuluh 306 326 326 326 312 312 312

7. Payung 323 340 348 353 440 445 445

8. Tiganderket 147 157 137 137 137 137 127

9. Simpang Empat 332 332 837 1037 1.037 1.037 1.037

10. Naman Teran 251 253 421 453 391 391 391

11. Merdeka 179 189 189 189 189 180 155

12. Kabanjahe 153 163 170 120 120 120 120

13. Berastagi 90 119 129 129 129 126 126

14. Tigapanah 382 384 449 449 930 930 1.450

15. Dolat Rakyat 192 192 198 201 242 242 242

16. Merek 1.242 1.247 1.258 1.253 1.332 1332 958 17. Barusjahe 457 317 322 292 1.291 1.291 1.341 TOTAL 5.261 5.516 6.218 6.203 7.669 7.595 7.741

(21)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apakah faktor umur mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan

lahannya di daerah penelitian?

2. Apakah faktor lamanya pendidikan mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian?

3. Apakah faktor lamanya pengalaman bertani mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian?

4. Apakah faktor jumlah tanggungan mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian?

5. Apakah faktor luas lahan mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian?

6. Apakah faktor jumlah produksi mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian?

7. Apakah faktor harga pupuk mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian?

8. Apakah faktor harga pestisida mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian?

9. Apakah faktor harga jeruk mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini sebagai berikut :

1. Menjelaskan faktor umur mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

(22)

2. Menjelaskan faktor lamanya pendidikan mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

3. Menjelaskan faktor lamanya pengalaman bertani mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

4. Menjelaskan faktor jumlah tanggungan mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

5. Menjelaskan faktor luas lahan mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

6. Menjelaskan faktor jumlah produksi mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

7. Menjelaskan faktor harga pupuk mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

8. Menjelaskan faktor harga pestisida mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

9. Menjelaskan faktor harga jeruk mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi petani jeruk dan kopi di daerah penelitian untuk mengelola dan mengembangkan usahataninya dengan baik.

2. Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak pemerintah untuk terus mengembangkan kebijakan pertanian terutama di Kabupaten Karo.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat menambah dan memperkaya

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konversi Lahan

Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 pasal 1 Nomor 15 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan menyatakan bahwa. Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah perubahan fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan menjadi bukan lahan pertanian pangan berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara.

Pengertian konversi atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Konversi lahan pertanian ini tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut maka konversi lahan pertanian dapat dikatakan sebagai suatu fenomena pembangunan yang pasti terjadi selama proses pembangunan masih berlangsung. Begitu pula selama jumlah penduduk terus mengalami peningkatan dan tekanan penduduk terhadap lahan terus meningkat maka konversi lahan pertanian sangat sulit dihindari (Kustiawan, 1997).

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan, Sihaloho (2004) membagi konversi lahan ke dalam tujuh pola atau tipologi yaitu:

1. Konversi gradual-berpola sporadis; pola konversi yang diakibatkan oleh dua faktor penggerak utama (lahan yang kurang produktif/bermanfaat secara ekonomi dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi).

2. Konversi sistematik berpola ‘enclave’; pola konversi yang mencakup wilayah dalam bentuk ‘sehamparan lahan’ secara serentak dalam waktu relatif sama.

(24)

3. Konversi adaptasi demografi (population growth driven land conversion); pola konversi yang terjadi karena kebutuhan tempat tinggal atau pemukiman akibat pertumbuhan penduduk.

4. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven land conversion); pola konversi karena motivasi untuk berubah dari masyarakat

meninggalkan kondisi lama dan bahkan keluar dari sektor pertanian (utama).

5. Konversi ‘tanpa beban’; pola konversi yang dilakukan oleh pelaku (baik warga lokal) untuk melakukan aktivitas menjual lahan kepada pihak pemanfaat yang selanjutnya dimanfaatkan untuk peruntukan lain.

6. Konversi adaptasi agraris; pola konversi yang terjadi karena keinginan meningkatkan hasil pertanian dan juga minat untuk bertani di suatu tempat tertentu sehingga lahan dijual dan membeli lahan baru di tempat lain yang lebih bernilai produktif dan merupakan tempat yang ‘dipandang tepat’.

7. Konversi multi bentuk atau tanpa pola; konversi yang diakibatkan oleh berbagai faktor khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, untuk perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak spesifik dijelaskan dalam konversi adaptasi demografi.

2.1.2. Tinjauan Sosial Ekonomi dan Budaya

Hubungan sosial bagi suku Karo sangat spesial, digambarkan dari hubungan kekeluargaan dimanapun mereka berada menggunakan kekerabatan dan merga mereka. Merga adalah identitas masyarakat karo yang artinya setiap orang karo mempunyai merga, yaitu salah satu dari kelima merga (yang disebut dalam bahasa Karo merga silima), yaitu Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Tarigan dan Perangin-

(25)

disebut beru) yang dibawa oleh ibunya. Hal lain yang penting bagi masyarakat Karo adalah rakut sitelu yang berarti ikatan yang tiga. Rakut sitelu adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah

lembaga sosial yang terdapat dalam orang karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu Kalimbubu, Anak Beru dan Senina.

Hubungan sosial yang kuat dalam kekeluargaan tersebut berpengaruh pada kegiatan pertaniannya. Pembagian lahan yang menjadi warisan orang tua merupakan salah satu sumber kepemilikan tanah bagi generasi berikutnya. Hal tersebut menyebabkan semakin berkurangnya luas tanah yang dimiliki setiap keluarga yang dapat menjadi alasan untuk melakukan alih fungsi lahan pertanian menjadi kegiatan usaha atau perumahan yang dianggap memiliki untung lebih.

Kegiatan perekonomian di Kabupaten Karo bertumpu pada sektor pertaniannya.

Sektor ini dianggap penting karena sebagian besar masyarakat karo merupakan petani atau mata pencaharian utamanya bukan bertani (PNS, wiraswasta dll) namun sebagian besar dari mereka memiliki lahan pertanian sebagai usaha sampingan.

Perekonomian di karo didukung keberadaan pajak (pasar) yang tersebar hampir di setiap kecamatan. Pasar dijadikan tempat berjualan hasil produksi lahan antara petani dengan pedagang perantara/agen yang kemudian dikirim untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di sumatera stara, nasional dan internasional. Namun, berbagai kendala tetap terjadi di sini salah satunya fluktuasi harga-harga barang.

Kehidupan sosial dan ekonomi orang karo tergambar dari keinginan tolong menolong yang kemudian menjadi budaya. Budaya saling membantu bagi masyarakat karo dapat terlihat dari budaya “aron” yaitu sebuah apresiasi budaya

(26)

kerjasama yang sampai saat ini masih hidup, walaupun sudah mendapat pergeseran- pergeseran nilai dalam prakteknya.

Praktek budaya aron merupakan aplikasi dalam penyediaan tenaga kerja dalam melaksanakan usahataninya. Aron digambarkan bahwa petani memiliki kelompok, yang dimana setiap anggota kelompok saling bekerjasama bergantian mendatangi lahan untuk melaksanakan kegiatan usahatani bersama. Dulunya, kegiatan ini hanya mengandalkan tenaga dan ucapan terimakasih namun kini tidak jarang tenaga tersebut digantikan uang yang menjadi upah tenaga kerja. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi di masyarakat tersebut sebagian besar juga terjadi di usahatani kopi dan jeruk.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengambilan Keputusan Dalam Usahatani

Teori keputusan adalah teori mengenai cara manusia memilih pilihan yang diantara pilihan-pilihan yang tersedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih (Hansson, 2005). Teori keputusan dibagi menjadi dua, yaitu : (1) teori keputusan normatif yaitu teori tentang bagaimana keputusan seharusnya dibuat berdasarkan prinsip rasionalitas, dan (2) teori keputusan deskriptif yaitu teori tentang bagaimana keputusan secara faktual dibuat.

Pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih satu cara atau arah tindakan dari beberapa alternatif yang ada demi tercapainya hasil yangdiinginkan.

Pemilihan (choosing) menandakan adanya pilihan; yaitu ada alternatif untuk dipilih. Bila tidak ada alternatif maka tidak ada keputusan yang akandiambil. Dan alternatif harus layak, harus realistik dan dapat dijangkau.Pengambilan keputusan

(27)

yang efisien menuntut bahwa tujuan yang jelas telah ada dibenak pengambil keputusan. Proses pengambilan keputusan hanyalahmerupakan prosedur yang logis untuk mengidentifikasi masalah, menganalisanya, dan menghasilkan pemecahan.

Hal itu dapat dilaksanakan secara formal, tetapidapat juga berlangsung secara tidak formal setelah minum kopi selama beberapa menit tanpa laporan tertulis sama sekali. Makin penting persoalan, makin cenderung diadakan proses yang bersifat formal (Downey dan Erickson, 2009).

Membantu membuat keputusan yang tepat, petani dapat melakukanberbagai cara, misalnya intuisi yaitu berdasarkan pada keyakinan dan perasaan sendiri. Secara memohon bantuan kepada kekuatan gaib, contohnya bila kesulitan air akan sembahyang meminta hujan. Memohon bantuan kekuatan duniawi, contohnya memohon bantuan kepada dukun. Secara akal sehat yaitu mendasarkan diri pada pengetahuan dan kemampuan sendiri yang menurut pendapatnya merupakan keputusan yang paling tepat tanpa mendengar pendapat orang lain. Secara logika murni, yaitu dengan kemampuan sendiri membuat beberapa alternatif, lalu menimbang-nimbang dan akhirnya mengambil suatu yangpaling tepat dan sesuai.

Secara metode ilmiah, yaitu menurut prosedur dan sistematis seperti mencari masalahnya, mengumpulkan data dan fakta yang relevan, mengolah dan menganalisis, menemukan beberapa alternatif.Menentukan cara pemecahan yang terbaik. Memperoleh hipotesis, dicoba, dievaluasi, kemudian diputuskan apakah cara pemecahan tersebut dapatdilaksanakan atau tidak (Suratiyah, 2008).

Secara ekonomi ada empat prinsip pengambilan keputusan oleh individu:

Prinsip 1. Orang menghadapi pertukaran (tradeoff); Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, individu biasanya harus mengorbankan sesuatu lain yang

(28)

samasama berharga untuk suatu tujuan. Tradeoff lain yang dihadapi oleh masyarakatadalah efisiensi (efficiency) berarti masyarakat mendapatkan manfaat yang optimal atas penggunaan sumber-sumber daya yang langka. Menyadari tradeoff yang harus dihadapi sangatlah penting karena semua orang akan dapat mengambilkeputusan terbaik jika semua pilihan yang ada dimengerti.

Prinsip 2.Biaya adalah apa yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu; Karena semua orang menghadapi tradeoff, maka untuk mengambil keputusan harus membandingkan biaya dan manfaat dari setiap tindakan yang akan dilakukan.

Prinsip 3. Orang rasional berpikir pada batas-batas; Keputusan dalam hidupjarang ada yang benar-benar hitam atau putih, tetapi biasanya berada di daerah abu-abu.

Para ekonom menggunakan istilah perubahan marginal (marginal changes) untuk menjelaskan penyesuaian sebuah rencana kerja sebelumnya.

Dengan membandingkan keuntungan marginal dan biaya marginal. Seorang pengambilkeputusan yang rasional akan bertindak, jika dan hanya jika, keuntungan daritindakan tersebut melebihi biaya marginalnya.

Prinsip 4. Orang tanggap terhadapinsentif; Karena manusia mengambil keputusan dengan cara membandingkan keuntungan dan biaya, kebiasaan mereka akan berubah jika ada perubahan padakeuntungan atau biayanya. Artinya, kita tanggap terhadap insentif. Pembuat kebijakan publik tidak boleh melupakan pentingnya insentif, karena banyakkebijakan yang bisa mengubah biaya atau keuntungan bagi orang-orang, sehinggamengubah perilaku mereka (Mankiw, 2006).

(29)

2.2.2. Land Rent

Alih fungsi lahan tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomitumbuh dengan cepat sehingga sektor tersebut membutuhkan lahan yang lebihluas. Lahan sawah yang terletak dekat dengan sumber ekonomi akan mengalami pergeseran penggunaan kebentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena land rent persatuan luas yang diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan sawah (Prayudho, 2009).

Menurut suatu lahan sekurang-kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu:

1. Ricardian rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan.

2. Locational rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan.

3. Ecological rent, menyangkut fungsi ekologi lahan.

4. Sosiological rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan.

Umumnya land rent yang mencerminkan mekanisme pasar hanya mencakup Ricardian Rent dan Locational Rent, Ecological Rent dan Sosiological Rent tidak

sepenuhnya terjangkau mekanisme pasar.

Hal tersebut sesuai dengan teori lokasi neo klasik yang menyatakan substitusi diantara berbagai penggunaan faktor produksi dimungkinkan agar dicapai keuntungan maksimum. Artinya alih fungsi lahan terjadi akibat penggantian faktor produksi sedemikian rupa semata-mata untuk memperolehkeuntungan maksimum.

Model Ricardiant Rent dijelaskan bahwa adanya alokasi penggunaan lahan ke penggunaan lain dikarenakan perbedaan land rent yang memberikan penggunaan

(30)

yang lebih menguntungkan. Alih fungsi komoditi disebabkan oleh perbedaan land rent komoditi pengganti yang secara ekonomis dianggap lebih menguntungkan.

Kondisi ini diilustrasikan seperti pada Gambar 1.

A. Lahan Biaya Rendah

Harga ekuilibrium p*, pada gambar diatas menunjukkan lahan yang berbiaya produksi rendah menerima keuntungan (jangka panjang) yang lebih tinggi. Karena besarnya marginal cost lebih besar dari average cost yang dikeluarkan.

B. Lahan Biaya Menengah

Hargaekuilibrium p*, pada gambar diatas lahan yang berbiaya produksi menengah menerima keuntungan (jangka panjang), Karena besarnya marginal cost lebih besar dari average cost yang dikeluarkan. Namun kentungan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan lahan yang berbiaya produksi rendah.

(31)

C. Lahan Marginal

“Lahan marjinal” menerima keuntungan ekonomi sama dengan nol, karena besarnya marginal cost sama dengan nilai average cost yang dikeluarkan.

D. Pasar

Gambar 1. Land Rent Ricardian

Gambar 1. menjelaskan misalkan ada banyak petak lahan yang dapat ditanami jeruk. Lahan-lahan tersebut bervariasi dari sangat subur dengan biaya produksi rendah sampai sangat jelek dan kering dengan biaya produksi tinggi. Biaya produksi jeruk tersebut paling banyak adalah biaya yang dikeluarkan untuk pupuk dan pestisida. Kurva penawaran jangka panjang untuk jeruk dibangun sebagai berikut: ketika harga rendah, hanya lahan yang sangat subur digunakan untuk memproduksi jeruk, dan jumlah yang diproduksi yang dikeluarkan pun sedikit.

Ketika output meningkat, lahan kering yang membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi digunakan dalam proses produksi. Harga yang sekarang lebih tinggi,

(32)

menanam jeruk pada tanah jenis ini akan menguntungkan. Peningkatan biaya berhubungan dengan penggunaan tanah yang kurang subur, kurva penawaran jangka panjang untuk padi slopenyapositif (Nicholson, 2000).

Ekuilibrium pasar dalam situasi ini digambarkan pada kurva D. Lahan-lahan dengan biaya produksi yang lebih tinggiberada di luar pasar karena mereka akan rugi jika berproduksi pada harga p*.Sebaliknya, keuntungan yang dihasilkan oleh lahan intra-marjinal dapat bertahandalam jangka panjang, karena masih memiliki sumber daya yang langka yaitu lahan pertanian yang rendah biaya. Penjumlahan dari keuntungan jangka panjang ini menghasilkan total surplus produsen seperti yang digambarkan pada bidang P*EB. Keuntungan jangka panjang yang diiustrasikan pada Gambar 1. sering disebut sebagai sewa Ricardian (Ricardian rent). Keuntungan ini merupakan penerimaan yang diperoleh pemilik sumber daya

yang langka (lahan yang subur).

2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Land Rent A. Lahan

Sebagai salah satu sumber daya alam, lahan memegang peranan yang sangat penting sebagai faktor produksi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Lahan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia diantaranya sebagai tempat tinggal, tempat mencari nafkar, tempat wisata dan lain sebagainya.

Sebagai tempat mencari nafkah besar kecilnya luas lahan mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahannya. Apabila lahan yang dimilikinya luas maka peluang untuk memperoleh keuntungan dari usahatani lebih besar. Namun, apabila lahan yang dimilikinya sempit maka petani akan mempertimbangkan keputusannya

(33)

mengkonversikan lahan menjadi komoditi lain yang dianggap menguntungkan atau bahkan menjadi pemukiman.

Aktivitas pertanian dengan tingkat resiko ketidakpastian yang tinggi akan menurunkan nilai harapan dari tingkat produksi, harga dan keuntungan. Dengan demikian penggunaan lahan yang mempunyai resiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi akan cendrung dikonversi ke penggunaan lain yang resikonya lebih rendah (Nasution, 2000).

B. Jumlah Produktivitas

The law of deminishing return tingkat produksi yang terbaik dengan sumberdaya

yang terbatas. Prinsip ini menuntun petani kepada tingkatan produksi yang harus diperoleh yaitu dengan penggunaan sumberdaya yang sesuai penggunaannya tidak berlebihan dan tidak kurang sehingga tidak mengurangi kenaikan hasil baik secara fisik maupun dari nilai komoditi (Shinta, 2011).

C. Biaya usahatani

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja, pupuk juga perlu di tambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah- ubah tergantung besar kecilnya produksi yang di inginkan (Soekartawi, 1995).

(34)

Biaya usaha tani salah satunya adalah tenaga kerja yang diperlukan meliputi hampir seluruh proses produksi yang berlangsung, kegiatan ini meliputi beberapa jenis tahapan pekerjaan, antara lain yaitu: (a) persiapan tanaman, (b) pengadaan sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, obat hama/penyakit yang digunakan sebelum tanam), (c) penanaman/persemaian, (d) pemeliharaan yang terdiri dari penyiangan, pemupukan, pengobatan, pengaturan air dan pemeliharaan bangunan air, (e) panen dan pengangkutan hasil, (f) penjualan (Shinta, 2011).

Salah satu usaha petani untuk meningkatkan hasil produksi pertanian adalah melalui pemupukan. Pupuk adalah zat atau bahan makanan yang diberikan kepada tanaman dengan maksud agar makanan tersebut dapat diserap oleh tanaman. Pupuk merupakan zat yang berisi satu atau lebih nutrisi yang digunakan untuk mengembalikan unsur-unsur yang habis terhisap tanaman dari tanah, sehingga membutuhkan penambahan biaya produksi.

Biaya untuk penggunaan pestisida semakin meningkat dilihat dari kebutuhannya yang selalu bertambah. Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pestisida dapat secara cepat menurunkan populasi hama yang menyerang tanaman. Pestisida pada hakikatnya merupakan racun apabila pemakaiannya terlalu banyak akan bersifat merugikan.

D. Harga

Pada dasarnya perubahan harga jual akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap petani. Salah satu pengaruhnya yaitu tingkat pendapatan para petani, yang selanjutnya sangat berpengaruh untuk memotivasi atau meningkatkan produktivitas

(35)

kerja para petani. Darwis (2006), menyatakan bahwa “harga jual merupakan salah satu perangsang (motivator) untuk melakukan pekerjaannya”.

Faktor ekonomi yang menentukan alih fungsi lahan adalah nilai kompetitif komoditi yang dihasilkan terhadap komoditi lain yang menurun dan adanya peningkatan respon petani atau pengusaha perkebunan terhadap dinamika pasar, lingkungan dan daya saing usahatani yang pada akhirnya akan merujuk pada tingkat biaya dan pendapatan yang dihasilkan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan meningkat (Ilham, 2009).

E. Keadaan Sosial Pedesaan

Kondisi sosial menggambarkan keadaan masyarakat pedesaan berdasarkan kependudukan, tingkat pendidikan, usia, jumlah tanggungan dan lain sebagainya.

Tingkat pendidikan di pedesaan tergambarkan bahwa orang tua di desa mementingkan pendidikan bagi anaknya. Mereka berpandangan bahwa anak harus sekolah lebih tinggi untuk memperoleh ijazah dan bekerja di luar desa untuk penghidupan yang lebih layak. Hal itu menyebabkan petani yang ada sekarang memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Hubungan pendidikaan yang ditamatkan dengan pekerjaan menunjukkan bahwa mayoritas penduduk lulusan sekolah dasar bekerja sebagai petani. Menurut pengakuan beberapa penduduk, persaingan di sektor nonpertanian dengan hanya lulusan sekolah dasar sangatlah berat oleh karena itu mereka lebih memilih bekerja di sektor pertanian. Selain itu dengan bekerja di sektor pertanian dapat meneruskan keberlangsungan usahatani yang turun temurun di keluarganya.

(36)

Karakteristik penduduk dengan jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang bahkan lebih mendominasi keluarga petani di desa. Banyaknya tanggungan keluarga tentunya pengeluaran keluarga juga semakin besar. Untuk mendapatkan penghasilan rumah tangga yang besar tentunya akan dilakukan berbagai upaya, tidak sedikit orang yang memiliki lahan pertanian akan mengalihfungsikan lahan pertaniannya untuk menghasilkan tambahan agar dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

F. Minat Petani

Sikap petani terhadap resiko berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yaitu apabila petani berani menanggung resiko maka akan lebih optimal dalam mengalokasikan faktor produksi sehingga efsiensi juga lebih tinggi.

Perilaku petani dalam menghadapi resiko terbagi dalam tiga macam fungsi utilitas (Lyncolin,1995) yaitu :

a. Fungsi utilitas untuk risk averter atau orang yang enggan terhadap resiko b. Fungsi utilitas untuk risk neutral atau orang yang netral terhadap resiko c. Fungsi utilitas untuk risk lover atau orang yang berani menanggung resiko.

Setiap pekerjaan yang telah direncanakan secara maksimal akan meminta pertimbangan antara pengorbanan dan faedah. Begitu pula pada sektor produksi, untuk setiap kebutuhan ekonomis perlu diadakan perhitungan antara hasil yang diharapkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan/hasil tersebut. Demikian pula sektor pertanian, khususnya dalam usahatani dimana kegiatan tersebut harus dianggap suatu perusahaan, agar biaya dan hasil yang

(37)

didapatkan harus diadakan perhitungan untuk mengetahui pendapatan dan efsiensi serta tingkat resiko dari usahatani tersebut.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Berdasarkan penelitian Wulandari (2017) dengan judul “Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Melakukan Konversi Lahan Sawah dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Konversi Lahan Sawah Di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember)”. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui laju konversi lahan sawah dan faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan konversi lahan sawah. Tujuan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis laju alih fungsi lahan dan regresi logistik. Sehingga hasil penelitiannya adalah laju konversi lahan sawah di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember mengalami penyusutan. Selama kurun waktu 2006-2015 laju konversi lahan sawah sebesar 4,359% atau seluas 38,48 Ha per tahunnya. Faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan konversi lahan sawah di Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember adalah harga lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan saluran air irigasi.

Berdasarkan penelitian Fitriyana (2017) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Kebun Kelapa Sawit Di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten”. Tujuan

(38)

dari penelitian untuk faktor-faktor mempengaruhi keputusan petani melakukan dalam melakukan alih fungsi lahan sawah ke lahan kelapa sawit dan merumuskan konsep pengendaliannya. Tujuan tersebut dianalisis dengan menggunakan regresi logistik dan analisis SWOT. Sehingga hasil penelitiannya adalah faktor alih fungsi lahan adalah pendapatan, biaya produksi, tingkat pendidikan, dimana pendapatan dan biaya produksi berpengaruh dengan arah yang positif sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh dengan arah negativ. Hasil analisa SWOT yang dilakukan adalah (a) menetapkan zona lahan persawahan tanaman pangan di masing-masing desa, disertai dengan sosialisasi tentang aturan alih fungsi lahan, (b) Melakukan perbaikan jaringan reklamasi rawa pasang surut serta mendorong kelompok tani mengelolaan jaringan reklamasi rawa pasang surut.

Berdasarkan penelitian Alamsyah (2011) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konversi lahan pertanian menjadi permukiman di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian Untuk mengetahui seberapa besar jumlah penurunan luas lahan pertanian akibat konversi di daerah penelitian.

Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhi keputusan petani dalam mengkonversi lahan. Tujuan tersebut dianalisis dengan metode deskriptif dan model logistik. Sehingga hasil penelitiannya penurunan luas lahan pertanian di Kota Medan sebesar 4.088 Ha atau berkurang sebesar 36,5%.

Mempengaruhi keputusan adalah produktivitas, dan proporsi pendapatan, harga jual lahan dan luas lahan.

Berdasarkan penelitian Luckita (2017) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Kopi Ke Lahan Jeruk (Kasus: Desa Pegagan Julu

(39)

menganalisis konversi lahan yang terjadi di daerah penelitian mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya konversilahan di daerah penelitian Tujuan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan regresi linier berganda.

Sehingga hasil penelitiannya konversi lahan terjadi karena harga jual kopi lebih rendah dari harga jual jeruk dan karena adanya petani jeruk yang pindah akibat erupsi Gunung Sinabung dan tingginya biaya hidup keluarga petani. Jumlah tanggungan petani dan pengeluaran keluarga petani yang berpengaruh nyata terhadap konversi lahan kopi, sedangkan harga komoditi kopi, usia petani dan peranan lembaga penyuluhan tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan penelitian Putra (2017) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Dalam Melakukan Alih Fungsi Lahan Di Kabupaten Jember”. Tujuan dari penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan ditingkat petani. Tujuan tersebut dianalisis dengan regresilogistik. Sehingga hasil penelitiannya faktoryang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan alih fungsi lahan dipengaruhi oleh tingkat umur dan produktivitas lahan. Luas lahanyang mengalami alih fungsi lahan paling banyak adalah dibawah 0,5Ha dan penggunaan hasil dari alihfungsi lahan untuk bangun rumah di tabung, membeli rumah,modal bengkel, biaya sekolah anak,buat kosan, membeli sawah kembalidan memperbaiki rumah.

2.4. Kerangka Pemikiran

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting dengan

(40)

demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.”

Tanaman jeruk merupakan primadona pertanian di Kabupaten Karo yang pada awalnya memiliki lahan yang cukup luas namun akhir-akhir ini semakin menyusut.

Luas lahan jeruk sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal bagi pemenuhan kebutuhan pasar nasional dan internasional. Namun seiring dengan konversi lahan yang terjadi, luas lahan jeruk semakin menurun. Perubahan dari penggunaan lahan yang awalnya digunakan untuk tanaman jeruk berubah menjadi tanaman kopi disebabkan banyak faktor yang dipertimbangkan oleh petani.

Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi petani mengkonversi lahannya maka dipilih beberapa faktor konversi lahan yang sesuai dengan karakteristik daerah penelitian yaitu faktor internal (tingkat usia petani, lama pendidikan petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan petani, luas lahan) dan faktor eksternal (jumlah produktifitas jeruk, harga pupuk, harga pestisida dan harga jeruk). Secara sistematis dibuat dengan skema berikut :

(41)

Keterangan : : Menyatakan Hubungan : Menyatakan Keputusan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran 2.5.Hipotesis Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di daerah penelitian yaitu : tingkat usia petani, lama pendidikan petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan petani, luas lahan, jumlah produksi jeruk, harga pupuk, harga pestisida dan harga jeruk.

Lahan Jeruk Siam Lahan Kopi

Konversi Lahan

Faktor Internal : 1. Tingkat umur

petani

2. Lama pendidikan petani

3. Pengalaman bertani 4. Jumlah

tanggungan petani 5. Luas lahan

Keputusan

Melakukan Konversi Tidak Melakukan koversi

Faktor Eksternal:

1. Jumlah Produktivitas Jeruk

2. Harga pupuk 3. Harga pestisida 4. Harga Jeruk

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purpose sampling (disengaja). Purpose Sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu. Penelitian dilaksanakan di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo terdapat beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar pemilihan wilayah Kabupaten Karo sebagai daerah penelitian, antara lain :

1. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi jeruk di Provinsi Sumatera Utara.

2. Berdasarkan data luas lahan dan jumlah produksi tanaman jeruk tiap tahunnya menurun (Tabel 1.1.) dan berbanding terbalik dengan data luas lahan dan produksi kopi yang mengalami peningkatan di Kabupaten Karo (Tabel 1.2.).

3. Pemilihan Kecamatan Tigapanah ditetapkan dengan alasan merupakan kecamatan yang paling besar mengalami peningkatan pertumbuhan luas lahan kopi di Kabupaten Karo dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (Tabel 1.3.) 4. Desa Suka mempunyai wilayah terluas yang menjadikannya sentra produksi

jeruk dan kopi terbesar di Kecamatan Tigapanah.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani kopi yang telah mengkonversi tanaman jeruknya menjadi tanaman kopi dalam priode 2010-2017. Metode pengambilan sample yang digunakan adalah Nonprobality Sampling dengan teknik snowball

(43)

diketahui secara pasti. Cara ini dilakukan dengan mencari sample pertama dan mewawancarinya. Setelah itu peneliti meminta sample pertama tadi untuk menunjukkan orang lain yang sekirannya dapat diwawancarai sesuai dengan kriteria yang diinginkan, dan begitu pula seterusnya. Populasi yang akan diteliti untuk memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sample.

Besar sample yang dalam penelitian ini adalah petani jeruk yang melakukan konversi lahan menjadi kopi dan petani jeruk yang tetap mempertahankan usahataninya. Berikut merupakan distribusi keputusan petani dalam mengkonversikan lahannya.

Tabel 3.1. Distribusi Keputusan Petani Dalam Mengkonversikan Lahannya Keputusan Keputusan untuk Mengkonversi

Total (Orang) Persentase (%)

Ya 57 80,3

Tidak 14 19,7

TOTAL 71 100

Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

Tabel 3.1. memperlihatkan jumlah persentase keputusan petani di daerah penelitian dalam mengkonversikan lahannya, yaitu sebanyak 57 sampel atau sebesar 80,3%, mengubah tanaman jeruk mereka menjadi tanaman kopi. Sisanya yaitu sebanyak 14 sampel atau sebesar 19,7%, petani mempertahankan usahatani jeruknya. Adapun kuesioner yang disebarkan sebanyak 71 kuesioner.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan hasil wawancara mendalam. Sementara data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi

(44)

pemerintahan atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data skunder diperolehdari Kantor Desa Suka dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian. Selain itu data sekunder juga diperoleh melalui literatur-literatur penunjang lainnya seperti buku, makalah dan jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang dilakukan, maka keterkaitan antara variabel penelitian dapat digambarkan secara spesifik dalam “Analisis Regresi Logistik”. Analisis ini dapat digunakan untuk menerangkan tingkat ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas.

Variabel terikat yang dimasukkan adalah konversi lahan, sedangkan untuk variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi logistik adalah:

1. Tingkat Umur (Tahun)

Tingkat umur menunjukkan produktivitas seseorang dalam bekerja. Semakin tinggi usia seseorang maka produktivitas dalam bekerja akan semakin menurun.

2. Lama Pendidikan Petani (Tahun)

Lama pendidikan menunjukkan tingkat pendidikan yang dicapai. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin bijaksana dalam pengambilan keputusan.

3. Pengalaman Bertani (Tahun)

Semakin lama pengalaman bertani yang petani miliki, maka petani akan lebih

(45)

4. Jumlah Tanggungan Petani (Jiwa)

Banyak jumlah tanggungan petani maka biaya yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin tinggi sehingga petani akan cenderung untuk memilih membudidayakan tanaman yang dianggap memberikan keuntungan lebih.

5. Luas Lahan (Ha)

Semakin besar luas lahan jeruknya yang dimiliki oleh petani, maka petani akan mempertahankan lahan jeruknya.

6. Jumlah Produktivitas (Ton/ha)

Semakin tinggi hasil panen akan memberikan tingkat pengembalian yang besar, sehingga akan mendorong petani untuk mempertahankan lahannya.

7. Harga Pupuk (Rp/kg)

Semakin meningkatnya harga pupuk, maka petani akan lebih memilih melakukan konversi lahan jeruknya daripada mempertahankan lahannya dengan pertimbangan harga pupuk yang tinggi.

8. Harga Pestisida (Rp/liter)

Semakin meningkatnya harga pestisida, maka petani akan memilih melakukan konversi lahan daripada mempertahankan lahan jeruknya dengan kondisi harga pestisida yang tinggi.

9. Harga Jeruk (Rp/Kg)

Harga jerukyang tinggi mengakibatkan petani mempertahankan lahan jeruknya.

Analisis regresi logistik digunakan untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam mengkonversi lahan jeruk menjadi kopi. Menurut Nachrowi et all (2002), model logit adalah model non linear, baik dalam parameter

(46)

maupun dalam variabel. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik yang dapat dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda 2009):

Pi=F(Zi)=F(∝ + βXi)= 1

1+ e-z= 1 1+ e-(α+ βXi)

Dimana e mempresentasikan bilangan dasar logaritma natural (e = 2.718....).

Dengan aljabar biasa, persamaan dapat di tunjukkan menjadi : ez= Pi

1-Pi

Peubah Pi/1 - Pi dalam persamaan diatas disebut sebagai odds, yaitu rasio peluang terjadinya pilihan 1 terhadap peluang terjadinya pilihan 0 alternatif. Parameter model estimasi logit harus diestimasi dengan metode maximum likelihood (ML).

Dengan persamaan logaritma natural, maka : Zi= ln Pi

1-Pi→ ln Pi

1-Pi=Zi = α + βXi

Persamaan model regresi logistik untuk mengetahui faktor internal petani (karakteristik sample petani) yang mempengaruhi alih fungsi lahan adalah sebagai berikut :

ln Pi

1-Pi= Z = α+ β1𝑋1 + β2𝑋23𝑋3 + β4𝑋4 + β5𝑋5 + ϵ Dimana:

Pi = Peluang petani mengkonversikan lahannya (Y=0) 1-Pi = Peluang petani tidak mengkonversikan lahanna (Y=1)

Y = Keputusan petani α = Intersep

βi = Koefisien regresi

(47)

X1 = Umur (Tahun) X2 = Pendidikan (Tahun)

X3 = Pengalaman Bertani (Tahun) X4 = Tanggungan Petani (Jiwa) X5 = Luas Lahan (Ha)

Persamaan model regresi logistik untuk mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan konversi lahan adalah sebagai berikut :

ln Pi

1-Pi= Z = α+ β1𝑋1 + β2𝑋23𝑋3 + β4𝑋4 + ϵ Dimana:

Pi = Peluang petani mengkonversikan lahannya (Y=0) 1-Pi = Peluang petani tidak mengkonversikan lahanna (Y=1)

Y = Keputusan petani α = Intersep

βi = Koefisien regresi 𝜖 = Error Term

X1 = Produktivitas (Ton/Ha) X2 = Harga Pupuk (Rp) X3 = Harga Pestisida (Rp) X4 = Harga Jeruk (Rp/Kg)

Agar diperoleh hasil analisis regresi logit yang baik perlu dilakukan pengujian untuk melihat model logit yang dihasilkan keseluruhan dapat menjelaskan keputusan pilihan secara kualitatif. Pengujian parameter yang dilakukan dengan

(48)

menguji semua secara keseluruhan dan menguji masing–masing parameter secara terpisah. Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

A. Uji Hosmer and Lemeshow

H0 : (1 - B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak ada perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi, sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan.

H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi.

Sig > 0,05 ; tolak H1 ,terima H0

Sig. ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0

B. Uji Seluruh Variabel (uji G)

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, dimana tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.

H1 : βx ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.

Sig > 0,05 : tolak H1 ,terima H0

Sig ≤ 0,05 : terima H1, tolak H0

C. Uji Wald

Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas.

H0 : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

H1: βj ≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Wj ≤ 𝑥𝑎,12 atau Sig. > 0,05; tolak H1, terima H0

Wj > 𝑥𝑎,12 atau Sig. < 0,05; terima H1, tolak H0

(49)

D. Efek Marginal

Efek marginal dapat melihat rata-rata perubahan dengan cara menghitung suatu variabel bebas yang mempengaruhi sementara variabel lain dianggap konstan.

Untuk model logit, tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah peristiwa adalah sebagai berikut :

Efek Marjinal = β i. Pi . (1 - Pi) P = probabilitas petani melakukan konversi

β = koefisien dari variabel independen

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi

1. Petani sampel adalah petani jeruk dan petani kopi yang sebelumnya pernah menanam tanaman jeruk yang melakukan konversi pada periode 2010 – 2017.

2. Konversi lahan adalah peralihan dari lahan jeruk ke lahan kopi.

3. Luas lahan yang dikonversi adalah peralihan fungsi lahan dari tanaman jeruk menjadi kopi yang diukur dalam bentuk ukuran luas yakni Ha.

4. Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam mengoperasikan usahatani jeruknya yang diukur dalam bentuk Rp/bulan.

5. Pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengusahatanikan jeruk.

6. Harga adalah harga yang berada ditingkat petani jeruk sebelum konversi lahan yang diukur dalam satuan rupiah.

7. Pendapatan petani adalah imbalan yang diterima oleh petani jeruk dari hasil kegiatan usahatani yang diperoleh dari selisih penerimaan petani dengan total

(50)

biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam usahataninya yang diukur dalam bentuk Rp/bulan.

8. Keadaan alam adalah kondisi di daerah penelitian yang kini terkena paparan erupsi Gunung Sinabung

9. Penyakit tanaman jeruk adalah lalat buah yang merusak buah menjadi berulat, rusak dan busuk oleh kontaminasi bakteri. Sedang tanamannya sendiri tidak terganggu, tetap normal, tumbuh sehat, serta akan berbunga dan berbuah seperti biasa pada tahun-tahun berikutnya.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani jeruk dan petani kopi yang sebelumnya pernah menanam tanaman jeruk tahun (2010-2017).

3. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2018.

Gambar

Gambar 1. Land Rent Ricardian
Gambar 2. Kerangka Pemikiran  2.5.Hipotesis Penelitian
Gambar 3: Perkembangan Luas Lahan Jeruk di Kabupaten Karo  Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2017
Gambar 4. Jumlah Produksi Jeruk di Kabupaten Karo  Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2017
+2

Referensi

Dokumen terkait

Inventarisasi Permasalahan Guru Pemula dan Upaya Guru Pakar serta Kepala Sekolah dalam Mengatasi Permasalahan Guru Pemula (Terkait Empat Kompetensi Guru dalam Pembelajaran

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Skripsi / Tugas Akhir yang berjudul “ Korelasi Koefisien Permeabilitas dari Uji Constant Head dan Hasil Permeabiltas dari Uji

respon siswa dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. menggunakan metode copy

rasio gula dengan asam oleat yaitu 9 : 1 pada sintesis surfaktan karbohidrat ester secara.. enzimatik dapat memberikan konversi 93

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian sistem yang dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu Hasil deteksi dari plasmodium falciparum dengan jumlah data

[r]

Produk dianalisis dengan melakukan penentuan bilangan asam untuk memperoleh persen konversi fruktosa ester, penentuan nilai Hydrophilic Liphophilic Balance, spektoroskopi

Hasil Pencarian Rute Semut pada beberapa pengujian rute, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan algoritma ACS untuk rute dan panjang rute yang telah diukur memiliki