• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan cairan tubuh secara berlebihan disebabkan oleh asupan cairan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan cairan tubuh secara berlebihan disebabkan oleh asupan cairan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dehidrasi

1. Definisi Dehidrasi

Hidrasi difenisikan sebagai keseimbangan cairan dalam tubuh yang memiliki peran penting dalam fungsi metabolisme sel tubuh. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh secara berlebihan disebabkan oleh asupan cairan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dikarenakan terbuangnya cairan lebih banyak dari pada cairan yang masuk (Buanasita et al., 2015). Konsumsi cairan dalam tubuh yang tidak tercukupi dapat mempengaruhi kebugaran,penurunan konsesntrasi, kelelahan dan status hidrasi (Ramdhan &

Rismayanthi, 2016).

Cairan dalam tubuh manusia bekerja secara terus menerus terutama pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik, semakin banyak serta tingginya aktivitas fisik yang dilakukan menyebabkan terjadinya panas yang dihasilkan oleh metabolisme energi dalam tubuh ikut serta mengalami peningkatan, terjadinya kelebihan panas dalam tubuh akan di keluarkan melaui keringat.

Kringat bukan hanya yang dihasilkan oleh air dalam proses metabolisme, namun air juga dapat di peroleh melalui konsumsi asupan cairan sehari-hari, sehingga apabila cairan di dalam tubuh berkurang dan jika terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama serta tidak segera diimbangi dengan mengkonsumsi cairan yang cukup maka tubuh dapat mengalami terjadinya dehidrasi (Panggalih et al., 2016).

(2)

11

Status hidrasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok (Ratih &

Dieny, 2017) :

a. Euhidrasi: status cairan normal atau seimbang dalam tubuh

b. Hiperhidrasi: status cairan dalam kondisi berlebih pada tubuh (awater excess)

c. Hipohidrasi: status cairan berkurang dalam tubuh (awater deficit) d. Dehidrasi: proses kehilangan air di dalam tubuh yang menyebabkan

tubuh mengalami kekurangan cairan

e. Rehidrasi: suatu proses mengembalikan cairan tubuh, sehingga tubuh dapat terhidrasi kembali

Secara fisiologis, dehidrasi merupakan suatu proses ketika cairan dalam tubuh seimbang (euhidrasi) ke status cairan dalam tubuh berkurang (hipodehidrasi). Dehidrasi yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan elektrolit dapat menjadi parah bila disertai lamanya aktivitas fisik yang berada di udara panas serta adanya faktor individu seperti usia, status gizi, dan kebiasaan pola minum pada remaja (Nilamsari et al., 2018). Dehidrasi dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan,pusing, lemas, menurunnya urinasi, serta adanya peningkatan denyut nadi dan respirasi (Merita et al., 2018).

Kondisi dehidrasi yang berkelanjutkan dapat memicu terjadinya pengentalan pada sirkulasi darah yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi organ (Penggalih et al., 2014). Dehidrasi di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu pertama dehidrasi ringan, kedua dehidrasi sedang, dan ketiga dehidrasi berat (Abdillah & Jusoh, 2018). Dehidrasi ringan dapat

(3)

12

dilihat dari 4% berat badan, dehidrasi sedang 6% dari berat badan dan dehidrasi berat 8% dari berat badan (Leksana, 2015).

2. Gejala dan Tanda Dehidrasi

Rasa lemas, rasa haus berlebih , pusing, pegal, kram otot , cepat lelah dan pandangan menjadi gelap pada posisi berdiri lama, perubahan suasana hati (mood), penurunan konsentrasi merupakan tanda dan gejala yang dirasakan pada

tingkat dehidrasi ringan (Bahrudin & Nafara, 2019). Pada tingkat yang lebih berat ketika tubuh mengalami kehilangan cairan <6% berat badan dapat menimbulkan kekakuan pada otot, kegagalan fungsi ginjal, bibir membiru dan bisa berakibat fatal atau menyebabkan kematian (Sari & Nindya, 2017)

Table 1.1 Presentasi Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda dan Gejalanya (Sumber : Ratih & Dieny, 2017)

% Kehilangan Berat Badan Karna Air

Tanda yang ditimbulkan

1-2 Rasa haus yang begitu kuat, perasaan tidak nyaman, dan kehilangan cita rasa 3-5 Mulut terasa kering, kosentrasi menurun

pada saat bekerja dan menjadi sulit untuk fokus dalam bekerja, gemetar berlebihan, kulit terasa panas, muntah, mengantuk, tidak sadarkan diri, ketidak stabilan emosi, pengeluaran urin berkurang 6-8 Peningktan suhu tubuh, kenaikan denyut

jantung serta laju pernafasan, sesak nafas, sakit kepala, artikulasi berbicara tidak lancer otot lemah dan membiru 9-11 Mengalami kejang, berhalusinasi, lidah

terlihat membengkak,sirkulasi keseimbangan lemah, gagal ginjal dan menurunnya volume tekanan darah

(4)

13

3. Faktor Risiko Terjadinya Dehidrasi a. Usia

Batasan usia remaja menurut para ahli diklasifikaskan menjadi tiga rentan usia yaitu usia 10-14 tahun merupakan usia remaja awal , usia 15-17 tahun merupakan usia remaja menengah, usia 18-20 tahun merupakan usia remaja akhir dan usia 20-30 tahun merupakan tahap awal remaja dewasa (Febriyanti & Widartika, 2018). Menurut Briawan et al., (2011) usia remaja seringkali mengelami dehidrasi disebabkan oleh tingginya aktivitas fisik yang tidak diimbangi dengan asupan cairan serta kurangnya kesadaran, pengetahuan tentang konsumsi air minum yang cukup.

b. Jenis Kelamin

Menurut Febriyanti & Widartika (2018) berdasarkan Dietary Recommendation International laki laki membutuhkan asupan cairan 2,4-3,7

liter/hari sedangkan wanita 2,1-2,7 liter/hari, hal tersebut dikarenakan laki- laki lebih sering melakukan aktivitas fisik daripada wanita sehingga membutuhkan asupan cairan yang lebih banyak untuk menggantikan cairan yang dikeluarkan. Selain itu komponen air dalam tubuh laki-laki lebih banyak daripada perempuan dikarenakan pada saat menginjak usia remaja wanita mengalami masa pubertas dan masa lemak tubuh yang lebih tinggi, sehingga presentasi air pada wanita lebih rendah daripada remaja laki-laki.

Pengaruh hormonal terhadap wanita memicu terjadinya kerentanan dehidrasi, dimana pengaruh hormonal tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan elektrolit sehingga menyebabkan kecenderungan

(5)

14

mengkonsumsi makanan pada wanita lebih tinggi daripada mengkonsumsi minuman (Ernovitania & Sumarmi, 2017)

c. Status gizi

Status gizi cukup dan baik dapat mempengaruhi proses pertumbuhan perkembangan yang optimal pada usia remaja, komposisi nilai gizi yang cukup dapat mempengaruhi ketahanan tubuh sehingga tubuh tidak rentan terkena penyakit. Selain itu status gizi juga dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah kesehatan salah satunya dehidrasi. Asupan cairan pada seseorang dengan status gizi normal dan non obesitas berbeda dengan asupan cairan pada obesitas yaitu asupan cairan pada obesitas 2 kali lebih banyak daripada seseorang dengan status gizi normal (Bakri, 2019).

d. Overweight

Kelebihan berat badan (overweight) menjadi salah satu faktor terjadinya dehidrasi hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga menekan seseorang untuk meningkatkan nafsu makan. Meningkatnya nafsu makan dapat menurunkan konsumsi asupan cairan dalam tubuh, kandungan air dalam tubuh obesitas lebih sedikit daripada non obesitas hal tersebut dikarenakan kandungan air dalam sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air dalam sel otot, sehingga dengan orang yang mengalami obesitas lebih sering terjadi kekurangan asupan cairan dan mengalami dehidrasi daripada orang dengan non obesitas (Merita et al., 2018)

(6)

15

e. Aktivitas fisik

aktivitas fisik merupakan gerak tubuh yang melibatkan otot-otot skeletal dan menyebabkan pengeluaran energi. Akivitas fisik tergolong menjadi 3 yaitu, aktivitas fisik ringan,sedang,berat. Selama aktivitas ringan yang dilakukan di suhu lingukan dingin atau sedang tubuh dapat memproduksi keringat mencapai 100 mL/jam sedangkan aktivitas fisik pada lingkungan panas individu dapat mengeluarkan keringat mencapai lebih dari 3000 mL/jam (Merita et al., 2018). Semakin tinggi aktivitas fisik yang dilakukan oleh tubuh, maka semakin banyak konsumsi air yang di butuhkan dan semakin berpeluang untuk mengalami dehidrasi.

4. Dampak Dehidrasi

Seorang mahasiswi mempunyai berbagai macam aktivitas serta kegiatan pengembangan diri yang menuntut untuk mempunyai ketahanan serta kondisi fisik yang kuat. Kondisi fisik yang kuat dapat dipenuhi dengan asupan cairan yang cukup sehingga tubuh dapat terhidrasi dengan baik. Asupan cairan yang tidak terpenuhi dapat memicu terjadinya faktor dehidrasi pada tubuh, dehidrasi memiliki dampak negatif yang dapat menggu aktivtas sehari-hari seperti sakit kepala, mengantuk ,mual, perubahan mood, menurunkan daya tahan tubuh, ingatan jangka pendek, gangguan keseimbangan, serta dapat berdampak pada penurunan kognitif yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar pada mahasiswi (Ramadhan, 2020).

Menurut Kramer et al., (2012) dehidrasi dapat berdampak buruk terhadap kardiovaskular yaitu dapat memicu terjadinya penurunan volume darah, tekanan darah menurun, peningkatan denyut nadi serta penuruhan curah jantung.

(7)

16

Dehidrasi berkepanjangan dapat meningkatan kekentalan darah (visikositas) terjadinya peningkatan visikositas dapat mempengaruhi penurunan plasma darah yang diakibatkan dari kurangnya cairan dalam darah, dan membuat aliran darah menjadi lambat sehingga jantung harus ekstra bekerja untuk memompa darah hal tersebut dapat memicu terjadinya tekanan darah tingi (Samodra, 2020).

5. Fisiologi Dehidrasi

Air merupakan komponen terbesar dalam tubuh manuisa 60% pada orang dewasa terdiri atas air. Jumlah cairan dalam tubuh terkait pada usia, jenis kelamin serta drajat status gizi pada seseorang. Cairan tubuh terbagi menjadi dua komponen : (William, 2017)

a. Cairan Intraseluler

Ciran intraseluler merupakan cairan yang terdapat di dalam sel, terdiri kurang lebih 2/3 cairan dalam tubuh pada orang dewasa.

b. Cairan Ekstraseluler

Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di luar sel, cairan ekstraseluler mencangkup plasma dan cairan interstitial. Cairan interstitial meiliki jumlah yang lebih banyak dari pada plasma, 4/5 cairan interstitial terdiri dari cairan ekstraseluler sedangkan plsma terdiri dari 1/5 cairan intraseluler.

Dehidrasi merupakan suatu hal yang berhubungan dengan keseimbangan cairan dalam tubuh. Keseimbangan cairan adalah suatu bentuk kontrol tubuh untuk menjaga homeostasis. Homeostasis merupakan kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri serta menjaga keseimbangan

(8)

17

kondisi cairan di dalam tubuh mengenai perubahan lingkungan skitar (Amalia et al., 2016)

Terdapat dua jenis faktor untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh yaitu : (William, 2017)

a. Proses Volume Cairan Ekstraseluler

Volume cairan ekstraseluler penting untuk di jaga keseimbangannya karna bisa mempengaruhi tekanan darah, tubuh dapat menjaga volume cairan ekstraseluler dengan mengatur kadar natrium (garam) dalam tubuh. Apabila volume cairan ekstraseluler menurun dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah. Jumlah kandungan garam di dalam tubuh sebanyak 10,5 g/hari, sementara itu pengeluaran garam dari dalam tubuh sebnyak 0.5 g/hari melwati keringat dan fases, sedangkan 10 g/hari garam pengeluarannya terkontrol oleh ginjal.

Manusia mengkonsumsi garam bukan karna untuk memunhi kebutuhan tubuh, tetapi manusia mengkonsumsi garam karna rasa garam yang membuat masakan menjadi lebih enak, akibatnya natrium dalam tubuh mengalami peningkatan dan penumpukan di dalam cairan ekstraseluler. Natrium yang meningkat dapat menghambat keseimbangan cairan dalam tubuh , terhambatnya keseimbangan cairan dalam tubuh dapat memicu terjadinya faktor dehidrasi. Untuk mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh ,cairan ekstraseluler mengalami peningkatan yang menyebabkan kerja tubuh dalam memompa darah juga mengalami peningkatan sehingga terjadinya tekanan darah tinggo. Selain itu ginjal ikut serta berperan dalam proses

(9)

18

sekresi natirum yang dapat menjadi faktor risiko adanya gangguan fungsi ginjal.

b. Proses Osmolaritas Cairan Ekstraseluler

Osmolaritas merupakan jumlah volume zat terlarut dan pelarut yang berpengaruh terhadap tekanan osmotik yang menyebabkan pergerakan cairan tubuh (Rambert, 2014). Terjadinya peningkatan osmolaritas dapat menyebabkan rangsangan pada hipotalamus yang kemudian akan dibawa menuju ke rangsan neuron hipotalamus. Proses ini merupakan sinyal tubuh ketika osmolaritas dalam tubuh terlalu tinggi, sehingga menyebabkan rasa haus dan membuat orang lebih banyak mengkonsumsi air minum.

Osmolaritas cairan ekstraseluler dapat di turunkan dengan mengkonsumsi air minum agar tubuh mengurangi terjadinya faktor dehidrasi

5. Pengukuran Status Dehidrasi

Pengukuran status dehidrasi di dapat dilakukan mdengan cara melakukan observasi langsung berdasarkan Urine Chart Colour. Metode ini dipilih karna mudah untuk dilakukan, waktu analisis singkat, sering dilakukan, ketepatan baik serta rendahnya resiko bagi subjek. Pengambilan sample urin menggunakan botol kaca bening, setalah itu urin di bandingkan dengan warna yang ada di UCC (Fitriah et al., 2018)

(10)

19

Gambar 2.1 Urine Chart Colour (Megahed et al., 2019)

Setelah dilakukannya pengambilan urine melakukan botol pot kaca, selanjutnya warna urin akan dibandingkan dengan nomer 1-3 mengalami dehidrasi dengan baik, nomer 4-6 bersatus dehidrasi sedang, dan nomer 7-8 mengalami dehidrasi berat.

B. Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah diefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan oleh jantung pada saat menekan darah terhadap arteri ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh (Puspita & Widajati, 2017). Tekanan darah terbagi menjadi dua yaitu tekanan sistolik dan tekanan darah diastolik.

Tekanan darah sistolik merupakan tekanan tertinggi akibat jantung bilik kiri memompa darah ke arteri, sedangkan tekanan darah diastolik merupakan tekanan rendah karena pada saaat jantung beristirhat.Tekanan darah dapat

(11)

20

dikatakan normal pada saat tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg (Amiruddin et al., 2015)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah a. Usia

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang yaitu usia. Hubungan antara usia dan tekanan darah dikarenakan semakin bertmabahnya usia seseorang maka akan menyebabkan terjadinya kelenturan atau elastisitas pembuluh darah semakin berkurang (Nilamsari et al., 2018)

b. Jenis kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang terlalu relavan terhadap tekanan darah pada perempuan atau laki laki. Laki laki cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi setalah masa pubertas, sedangkan pada wanita tekanan darah bisa meningkat setalah masa menopouse, hal ini sebabkan karena adanya produksi hormone estrogen yang mengalami penrunan saat terjadi menopause (Aristoteles, 2018) c. Genetik

Faktor genetik merupakan risiko terbesar seseorang dapat terkena hipertensi dari pada dengan seseorang yang tidak memiliki faktor genetik. Selain itu faktor genetik juga berhubungan dengan metabolisme pengaturan garam serta renin membran sel (Agustina & Raharjo, 2015).

(12)

21

d. Gaya hidup

Gaya hidup pada remaja terutama pola makan yang sering dilakukan yaitu mengkonsumsi makanan cepat saji yang mengandung tinggi natrium, lebih sering mengkonsumsi makanan-makanan berlemak serta jarang mengkonsumsi buah dan sayuran hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sistol (Merdianti et al., 2019).

3. Jenis Tekanan Darah

a. Tekanan Darah Normal (Nermotensi)

Tekanan darah dikatakan normal yaitu ketika darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg

b. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi merupakan penurunan tekanan darah sistolik ≥ 20 mmHg atau terjadinya penurunan tekanan darah ≤ 90 mmHg pada saat tekanan darah sisitolik ≤ 100 mmHg, sehingga pada setiap organ dari badan tidak menerima aliran darah yang cukup dapat menimbulkan terjadinya gejala darah rendah (Hamonangan et al., 2014)

c. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keaadan dimana tekanan sistolik pada seseorang ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg, menurut WHO hipertensi adalah terjadinya peningkatan sistolik

(13)

22

sebesar 160 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 95mmHg (Agustina &

Raharjo, 2015).

4. Efek Dehidrasi Terhadap Tekanan Darah

Perubahan tekanan darah dapat di picu oleh 2 faktor utama yaitu volume darah dalam sisitem sirkulasi dan adanya hambatan terhadap tekanan darah.

Pada saat seseorang melakukan aktivitas berat dapat memicu terjadinya pengeluaran keringat sehingga dapat meningkatkan osmolalitas plasma, kepadatan volume darah dan tekanan darah (Krisnawati et al., 2011)

Dehidrasi pada tubuh apabila berkelanjutkan dapat mengakibatkan pengentalan pada darah, kondisi dehidrasi dapat mempengaruhi keadaan tekanan darah serta denyut jantung seseorang yang di amati dengan menggunakan pengukuran ortostatik atau disebut hipotensi artostatik. Hipotansi artostatik adalah terjadinya penurunan terhadap tekanan darah sistolik 20 mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg dimana seseorang merasakan pusing ketika hendak berdiri dari duduk, konsentrasi menurun, pandangan menjadi kabur, dan merasa lemas (Anggraeni & Fayasari, 2020)

5. Fisiologi Tekanan Darah

Menurut Chalik (2016) fisilogis tekanan darah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Curah Jantung

Tekanan darah menggambarkan hubungan antara curah jantung, resistensi perifer, volume darah , kekentalan darah dan elastisitas arteri.

Curah jantung dapat meningkat saat waktu melakukan pekerjaan berat,peningkatan suhu lingkungan,strees, serta dalam keadaan hamil,

(14)

23

dan curah jantung dapat menurun ketika waktu tidur atau beristirahat, penurunan atau peningkatan curah jantung dapat mengakibatkan perubahan yang sebanding pada tekanan darah. Volume darah dapat berkurang disebabkan oleh terjadinya perdarahan berat, muntah, diare atau asupan cairan yang kurang, volume darah yang berkurang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah

b. Resistensi Perifer

Resistensi perifer yaitu perlawanan terhadap aliran darah yang terjadi karena adanya gesekan darah terhadap dinding pembuluh darah.

Kenaikan resistensi perifer dapat menyebabkan adanya peningkatan pada tekanan darah, sedangkan penurunan resisteni perifer dapat menurunkan tekanan darah. Resistensi perifer dipengaruhi oleh diameter dan tonus otot pada pembuluh darah. Semakin besar ukuran lumen pada pembuluh darah maka semakin meningkat resistensinya terhadap aliran darah, adanya peningkatan resistensi aliran darah dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah , sedangkan pada saat dilatasi akan terjadi penurunan resistensi dan tekanan darah menurun

c. Volume Darah

Volume darah yang bersikulasi pada system vaskular dapat berpengaruh terhadap tekanan darah. sebagian besar orang dewasa mempunyai 500mL volume darah. volume tekanan darah biasanya tetap, jika terjadi peningkatan pada volume darah maka akan memicu terjadinya peningkatan tekanan terhadap dinding arteri. Sebagai contoh

(15)

24

pada saat cairan infus dimasukan melalui intervena jika pergerakannya cepat dan tidak terkontrol dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah, dan pada saat volume darah berkurang (terjadinya dehidrasi) tekanan darah akan menurun.

d. Kekentalan Darah (Visikositas)

Visikositas atau kekentalan pada darah dapat mempengaruhi percepatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil. Kekentalan darah di tentukan oleh hematocrit (presentase sel darah merah dalam darah). Jika terjadi peningkatan hematocrit maka laju darah akan melambat dan tekanan arteri mengalami peningkatan, sehingga membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah pada system sirkulasi.

e. Elastisitas Arteri

Dinding arteri normal mempunyai sifat elastis serta dapat memanjang. Adanya peningkatan tekanan dalam arteri menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan diameter pada pembuluh darah.

Disensibilitas arteri dapat mengurangi terjadinya fluktasi besar dalam tekanan darah, akan tetapi pada penyakit tertentu seperti artericlorosis yaitu hilangnya elastisitas dinding pembuluh darah, yang di gantikan dengan jaringan fibrosis tidak dapat mengalami peregangan dengan baik sehingga resistensi terhadap jaringan darah semakin meningkat, akibatnya pada saat ventrikal kiri memompakan stroke volume pembuluh darah tidak dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan.

(16)

25

Gambar

Table 1.1 Presentasi Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda dan   Gejalanya (Sumber : Ratih &amp; Dieny, 2017)
Gambar 2.1 Urine Chart Colour (Megahed et al., 2019)

Referensi

Dokumen terkait

CT Thorax dengan kontras memperlihatkan intralobar bronchoplumonary sequester (A,B)panah kuning memperlihatkan daerah hiperdens pada lobus kiri bawah paru dengan lesi kistik

Dengan asumsi data SST Niño3.4 dapat diwakili oleh data ESPI, maka sesuai dengan landasan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa akan terjadi kering yang relatif sangat

Teknik ini biasanya digunakan untuk mendapatkan atau mengenali DNA dari korban – korban kecelakaan yang sulit diidentifikasi oleh tim forensik.Bioteknologi

NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued) For the Years Ended June 30, 2020 and December 31, 2019 (In Thousand of Rupiah, unless otherwise stated) Perusahaan untuk

Mahasiswa mampu memahami dan mengeterapkan langkah-langkah dasar pengembangan alat ukur atribut kognitif dan non kognitif.. Serta penetapan validitas dan reliabilitas instrument

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan serta peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model Project Based

identitas tidak hanya dialami oleh imigran-imigran generasi kedua atau ketiga dalam negara yang didatangi oleh pendahulunya (orang Jepang atau Karibia generasi

Sehingga diharapkan siswa dapat menemukan minat dan juga termotifasi dalam pembelajaran menulis poster, sehingga dalam pelaksanaanya yaitu dengan menggunakan media