• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS

PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

MUHAMMAD FADHLAN MUMTAZA NIM. 11170161000046

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

(2)

i

a

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Ekskresi disusun oleh Muhammad Fadhlan Mumtaza, NIM 11170161000046, Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya tulis ilmiah yang berhak disajikan pada Ujian Munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 14 Oktober 2021

Yang mengesahkan,

Pembimbing

Dr. Zulfiani, M.Pd.

NIP. 19760309 200501 2 002

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Ekskresi disusun oleh Muhammad Fadhlan Mumtaza, NIM 11170161000046, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 29 November 2021 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memeroleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Tadris Biologi.

Jakarta, 29 November 2021 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Program Studi)

Dr. Yanti Herlanti, M.Pd. ………. ………

NIP. 19710119 200801 2 010 Penguji I

Dr. Nengsih Juanengsih, M.Pd. ………. ………

NIP. 19790510 200604 2 001 Penguji II

Meiry Fadilah Noor, M.Si. ………. ………

NIP. 19800516 200710 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Sururin, M.Ag.

NIP. 19710319 199803 2 001 13-01-2022

15-12-2021

11-01-2022

(5)

iv

ABSTRAK

Muhammad Fadhlan Mumtaza (11170161000046) Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Ekskresi. Skripsi Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS) pada konsep sistem ekskresi, serta melihat respon dari guru dan peserta didik terhadap LKPD tersebut. Metode yang digunakan adalah Research and Development (R&D) dengan model pengembangan 4-D (Define, Design, Develop, Disseminate). Proses pengembangan melalui uji validitas oleh 3 ahli, uji keterbacaan oleh 12 peserta didik, serta uji coba lapangan oleh 1 guru biologi dan 90 peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD yang dikembangkan memiliki persentase validitas rata-rata sebesar 85,40% dengan kriteria sangat baik. Pada uji keterbacaan, persentase rata-rata LKPD mencapai 92,01% dengan kriteria sangat baik pula. Sementara pada uji coba lapangan, respon guru dan peserta didik menunjukkan kriteria yang sangat baik dengan persentase 87,42% dan 86,65%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa LKPD sangat layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Kata Kunci: Lembar Kerja Peserta Didik, Keterampilan Proses Sains, Konsep Sistem Ekskresi

(6)

v

ABSTRACT

Muhammad Fadhlan Mumtaza (11170161000046). Development of Student Worksheets Based on Science Process Skills on Excretory System Concepts.

Skripsi of Biology Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.

This research aims to produce Student Worksheet based on Science Process Skills (SPS) on the concept of the excretory system, and to see the responses of teacher and students to the worksheet. The method used is Research and Development (R&D) with a 4-D development model (Define, Design, Develop, Disseminate). The development process was through a validity test by 3 experts, a readability test by 12 students, and field trial by 1 biology teacher and 90 students.

The results showed that the developed worksheet had an average validity percentage of 85.40% with very good criteria. In readability test, the average percentage of worksheet reached 92.01% with very good criteria as well. While in field trial, the responses of teacher and students showed very good criteria with percentages of 87.42% and 86.65%. Based on the results of the research, it can be concluded that the Student Worksheet is very suitable to be used in learning activities.

Keywords: Student Worksheet, Science Process Skills, Excretory System Concepts

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji serta syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis tetap berada dalam keadaan sehat di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini dan dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Ekskresi”. Selawat dan salam, tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. sebagai teladan terbaik hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak yang selama ini membantu memberikan saran, masukan, bimbingan, serta semangat kepada penulis. Oleh karenanya, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, sebagai Ketua Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan motivasi kepada mahasiswanya, termasuk penulis, untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan, serta waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen, khususnya pada Program Studi Tadris Biologi, yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya selama kegiatan perkuliahan.

5. Ibu Dina Rahma Fadlilah, M.Si., sebagai dosen Pembimbing Akademik dan validator ahli media pada penelitian ini yang telah memberikan saran dan masukan, baik dalam kegiatan perkuliahan maupun dalam perbaikan LKPD.

6. Bapak Budi Heryawan dan Ibu Titin Puspitasari, S.Pd.Aud., sebagai orang tua, serta Aulia Herdiana Puspasari, M.Pd., sebagai kakak dari peneliti yang selalu memberikan doa dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

(8)

vii

7. Bapak Muhammad Ridhwan, S.Si., sebagai laboran Lab. Biologi FITK yang senantiasa memberikan masukan-masukan dan pembelajaran yang berharga, baik mengenai kegiatan perkuliahan maupun kegiatan di laboratorium.

8. Bapak Drs. H. Amir Kodir, M.Si., sebagai guru biologi dan validator ahli praktisi, beserta para staf di MAN 11 Jakarta yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Peserta didik kelas XI MIA di MAN 11 Jakarta, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Teman-teman Jangkrik Boss (Fakih Mahendra, Siddiq Ali Subhan, dan Fajar Riyanto) yang selalu membersamai selama perkuliahan serta saling menyemangati dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan dan skripsi.

11. Teman-teman Tadris Biologi, terutama kelas B angkatan 2017, yang selalu solid dan bekerja sama selama perkuliahan, serta banyak memberikan masukan, saran, motivasi, dan pengalamannya kepada penulis.

12. Muhammad Faishal Fadhil, yang telah membantu penulis dalam menggunakan aplikasi untuk mendesain LKPD.

Terima kasih banyak atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT. memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bagi pembaca.

Jakarta, Oktober 2021

Penulis

(9)

viii

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Pertanyaan Penelitian ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Deskripsi Teoritik... 7

1. Bahan Ajar... 7

2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 10

3. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 19

4. Sistem Ekskresi ... 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian... 35

C. Objek dan Subjek Penelitian ... 36

D. Desain Penelitian ... 36

(10)

ix

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Teknik Pengolahan Data ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan ... 85

C. Keterbatasan Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 99

TENTANG PENULIS ... 218

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Proses Sains ... 23

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Ceklis LKPD di Sekolah ... 41

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Wawancara Guru dan Peserta Didik ... 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Uji Validitas Isi LKPD ... 43

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Uji Keterbacaan LKPD ... 44

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Respon Guru dan Peserta Didik ... 45

Tabel 3.6 Kriteria Pengolahan Data pada Skala Guttman ... 46

Tabel 3.7 Kriteria Pengolahan Data pada Skala Likert ... 46

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Interpretasi Kualitas ... 47

Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Wawancara Guru ... 49

Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Ceklis LKPD ... 51

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Wawancara Peserta Didik ... 52

Tabel 4.4 Kompetensi Dasar Konsep Sistem Ekskresi ... 54

Tabel 4.5 Alat dan Bahan Sederhana untuk Percobaan... 56

Tabel 4.6 Rancangan Awal LKPD ... 59

Tabel 4.7 Hasil Validasi oleh Ahli Materi ... 64

Tabel 4.8 Hasil Validasi oleh Ahli Media ... 65

Tabel 4.9 Hasil Validasi oleh Ahli Praktisi ... 66

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas LKPD ... 66

Tabel 4.11 Poin-Poin Revisi Pertama Berdasarkan Uji Validitas... 68

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Uji Keterbacaan ... 74

Tabel 4.13 Poin-Poin Revisi Kedua Berdasarkan Uji Keterbacaan ... 75

Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Analisis Respon Guru ... 79

Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Analisis Respon Peserta Didik ... 80

Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Keterampilan Proses Sains ... 82

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Ginjal ... 27

Gambar 2.2 Struktur Kulit ... 29

Gambar 2.3 Struktur Hati ... 30

Gambar 2.4 Struktur Paru-Paru ... 31

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Penelitian... 34

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian Pengembangan ... 40

Gambar 4.1 Skema Warna Komplementer ... 58

Gambar 4.2 Sampul Depan ... 59

Gambar 4.3 Bagian Awal ... 59

Gambar 4.4 Dasar Teori ... 60

Gambar 4.5 Wacana ... 60

Gambar 4.6 Rumusan-Hipotesis ... 60

Gambar 4.7 Prediksi ... 60

Gambar 4.8 Klasifikasi ... 61

Gambar 4.9 Percobaan ... 61

Gambar 4.10 Alat/Bahan ... 61

Gambar 4. 11 Hasil Pengamatan ... 61

Gambar 4.12 Pembahasan ... 62

Gambar 4.13 Kesimpulan ... 62

Gambar 4.14 Daftar Pustaka ... 62

Gambar 4.15 Sampul Belakang ... 62

Gambar 4.16 Penggunaan Text Box untuk Pengisian LKPD ... 63

Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Kualitas LKPD di Sekolah dan LKPD yang Dikembangkan ... 67

Gambar 4.18 Tampilan Sampul Depan LKPD (a) Sebelum Revisi; dan (b) Sesudah Revisi ... 69

Gambar 4.19 Tampilan Bagian Wacana (Mengobservasi) (a) Sebelum Revisi; dan (b) Sesudah Revisi ... 69 Gambar 4.20 Penambahan Bagian Menginterpretasi Setelah Bagian Mengobservasi . 70

(13)

Gambar 4.21 Tampilan Bagian Mengklasifikasi (a) Sebelum Revisi; dan (b) Sesudah Revisi ... 71 Gambar 4.22 Tampilan Bagian Memprediksi (a) Sebelum; dan (b) Sesudah Revisi . 71 Gambar 4.23 Penambahan Gambar/Ilustrasi Sebelum Merumuskan Masalah ... 72 Gambar 4.24 Tampilan Bagian Pembahasan (a) Sebelum; dan (b) Sesudah Revisi .. 72 Gambar 4.25 Tampilan Bagian Kesimpulan (a) Sebelum; dan (b) Sesudah Revisi .. 73 Gambar 4.26 Tampilan Bagian Menerapkan Konsep (Halaman Kedua) ... 73 Gambar 4.27 Penambahan Bagian Daftar Isi... 76 Gambar 4.28 Tampilan Bagian Percobaan Kedua (a) Sebelum Revisi; dan (b)

Sesudah Revisi ... 76 Gambar 4.29 Tampilan Bagian Hipotesis (a) Sebelum; dan (b) Sesudah Revisi 77 Gambar 4.30 Tampilan Tabel Hasil Pengamatan (a) Sebelum; dan (b) Sesudah Revisi . 77 Gambar 4.31 Penambahan Bagian Lampiran Foto Percobaan ... 78 Gambar 4.32 Grafik Perbandingan Respon Guru dan Respon Peserta Didik ... 81

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kerja Peserta Didik di MAN 11 Jakarta ... 99

Lampiran 2. Instrumen dan Rekapitulasi Lembar Ceklis LKPD di MAN 11 Jakarta ... 101

Lampiran 3. Hasil Analisis Lembar Ceklis LKPD di MAN 11 Jakarta ... 103

Lampiran 4. Instrumen Lembar Wawancara Guru ... 105

Lampiran 5. Hasil Wawancara Guru ... 107

Lampiran 6. Instrumen Lembar Wawancara Peserta Didik ... 111

Lampiran 7. Hasil Wawancara Peserta Didik ... 113

Lampiran 8. Hasil Analisis Wawancara Guru dan Peserta Didik ... 121

Lampiran 9. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 134

Lampiran 10. Penentuan Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Keterampilan Proses Sains ... 136

Lampiran 11. Rancangan Awal LKPD Berbasis Keterampilan Proses Sains ... 140

Lampiran 12. Instrumen Uji Validitas LKPD... 144

Lampiran 13. Hasil Instrumen Uji Validitas LKPD ... 148

Lampiran 14. Hasil Analisis Uji Validitas LKPD ... 162

Lampiran 15. Instrumen Uji Keterbacaan LKPD ... 165

Lampiran 16. Hasil Instrumen Uji Keterbacaan LKPD ... 167

Lampiran 17. Hasil Analisis Uji Keterbacaan LKPD ... 171

Lampiran 18. Angket Respon Guru ... 172

Lampiran 19. Hasil Angket Respon Guru ... 174

Lampiran 20. Hasil Analisis Angket Respon Guru... 177

Lampiran 21. Daftar Peserta Didik dalam Uji Coba Lapangan ... 179

Lampiran 22. Angket Respon Peserta Didik ... 181

Lampiran 23. Hasil Angket Respon Peserta Didik ... 183

Lampiran 24. Hasil Analisis Angket Respon Peserta Didik ... 186

Lampiran 25. Rubrik Penilaian LKPD Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Ekskresi ... 188 Lampiran 26. Hasil Analisis Aspek Keterampilan Proses Sains dalam LKPD . 193

(15)

Lampiran 27. Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Ekskresi ... 194 Lampiran 28. Dokumentasi Pengerjaan LKPD Berbasis Keterampilan Proses

Sains dan Percobaannya ... 205 Lampiran 29. Surat-Surat Penelitian ... 206 Lampiran 30. Lembar Uji Referensi ... 208

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi suatu hal yang penting dalam menciptakan suasana serta proses belajar yang dirancang sedemikian rupa. Pendidikan harus semakin berkembang agar memiliki relevansi dan daya saing bagi semua peserta didik.

Pendidikan formal di sekolah melibatkan guru sebagai pembimbing peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Namun, rata-rata proses pembelajaran di sekolah masih lebih berpusat kepada guru. Hal ini membuat peserta didik menjadi kurang aktif untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.1

Perubahan paradigma pendidikan di Indonesia pun dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman tersebut. Perubahan utama terletak pada tujuan kurikulum, di mana proses pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada guru (teacher centered) diubah menjadi berpusat pada peserta didik (student centered). Hal ini bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam menemukan suatu pengetahuan, sementara guru hanya berperan sebagai perancang pembelajaran, motivator, dan fasilitator.2

Pendekatan saintifik (ilmiah) juga perlu diterapkan agar peserta didik dapat berpikir secara ilmiah, kritis, dan analitis. Prinsip-prinsip pendekatan saintifik ini berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang tidak terlepas dari temuan di bidang sains. Sains bukan hanya tentang kumpulan pengetahuan, tetapi juga merupakan proses aktif dalam menggunakan akal untuk mempelajari fenomena alam yang belum terbayangkan. Sains diwujudkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disusun melalui sebuah kurikulum.3

1 Salma Samputri, Science Process Skills and Cognitive Learning Outcomes Through Discovery Learning Models, European Journal of Education Studies, 6 (12), 2020, h. 181-182.

2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016, h. 2.

3 Candra Indi Kumala, Suyatno, dan Elok Sudibyo, Effectiveness of Guided Discovery Model Learning Materials for Practicing Student Science Process Skills, International Journal of Scientific and Research Publications, 10 (2), 2020, h. 124.

(17)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan pencarian secara sistematis sehingga tidak hanya penguasaan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, atau prinsip, tetapi juga proses penemuan.4 Saat ini, IPA lebih menekankan kepada proses dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Biologi adalah salah satu dari cabang IPA yang menggambarkan sebuah proses. Proses ini berarti menggunakan prosedur pemecahan masalah dengan metode ilmiah, seperti menyusun hipotesis hingga menyimpulkan.5 Penekanan proses ini dilakukan dengan mengembangkan suatu keterampilan yang disebut dengan Keterampilan Proses Sains (KPS).

Keterampilan proses sains adalah dasar pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah.6 KPS perlu dilatihkan sejak dini agar peserta didik lebih merasa senang dan tertantang untuk menemukan konsep-konsep pembelajaran. Peserta didik yang terlatih KPS-nya akan memiliki kemampuan yang beragam, karena melibatkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Salah satu contohnya adalah kegiatan praktikum, di mana peserta didik harus menggunakan pikiran, alat dan bahan, serta melakukan interaksi dengan teman lainnya.7 Oleh karena itu, KPS sejatinya dapat dikatakan menjadi dasar bagi proses pembelajaran pada peserta didik sehingga terbentuk suatu landasan untuk mereka mengembangkan diri.8

Tingkat pemahaman peserta didik terhadap KPS sebagai dasar pembelajaran masih sangat kurang, karena pelaksanaan proses pembelajaran yang belum kondusif bagi perkembangan KPS mereka. Rata-rata proses pembelajaran sains masih cenderung monoton, yang justru meningkatkan ketidakpahaman peserta didik terhadap proses dan sikap belajar yang diperolehnya. Pembelajaran yang monoton tersebut ditandai dengan kurang terlibatnya peserta didik dalam menemukan suatu konsep secara mandiri dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran aktif sangat diperlukan agar peserta didik dapat melatih KPS-nya.9

4 Ibid.

5 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 47.

6 Candra Indi Kumala, Suyatno, dan Elok Sudibyo, loc. cit.

7 Fitri Arsih, Pengembangan LKS IPA Biologi Kelas VIII SMP Berorientasi pada Pendekatan Keterampilan Proses Sains, Jurnal Ta’dib, 13 (1), 2010, h. 2-3.

8 Haryono, Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains, Jurnal Pendidikan Dasar, 7 (1), 2006, h. 3.

9 Salma Samputri, op. cit., h. 182.

(18)

3

Proses pembelajaran aktif dapat diwujudkan dengan bantuan suatu bahan ajar yang menjadi panduan bagi peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).10 LKPD berisikan petunjuk, panduan, atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh peserta didik.11 LKPD dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, karena materi-materi diperoleh dengan cara yang baru selain dari penjelasan guru. Penggunaan LKPD juga dapat membuat peserta didik menjadi tidak bosan dan lebih mudah menguasai materi.12 Hal ini sejalan dengan tujuan KPS yang menekankan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.

Akan tetapi, observasi yang dilakukan oleh Sari (2018) menunjukkan bahwa kebanyakan LKPD yang digunakan guru hanya berisi soal-soal dan langkah kerja, dengan ditambah proses pembelajaran yang hanya melibatkan penjelasan guru.13 Hal ini juga didukung dari hasil observasi yang dilakukan di MAN 11 Jakarta, di mana beberapa LKPD yang digunakan masih belum berorientasi pada KPS bagi peserta didik.14 LKPD seperti itu dapat membuat peserta didik merasa bosan, serta dapat membebaninya karena harus menjawab soal-soal tanpa kegiatan yang aktif.

Mereka juga menjadi kurang mampu dalam mengatasi permasalahan yang ada dalam materi, karena mereka cenderung mengandalkan temannya untuk bekerja.15

Berdasarkan permasalahan tersebut, LKPD perlu ditambahkan dengan aspek- aspek KPS agar dapat meningkatkan kesadaran peserta didik mengenai hubungan antara sains dan kehidupan sehari-hari, serta membantu mereka untuk belajar dan melakukan percobaan secara mandiri.16 Salah satu guru biologi di MAN 11 Jakarta juga menyebutkan bahwa KPS sangat perlu ditanamkan pada peserta didik, ditambah dengan bantuan LKPD untuk memudahkan pemahamannya.17

10 Fitri Arsih, op. cit., h. 3.

11 Weni Novita Sari dan Ramadhan S., The Validity of A Learner Based Worksheets Based Discovery Learning on The Matter of Biology for Grade 8 VII Students of Junior High School, International Journal of Progressive Sciences and Technologies, 10 (1), 2018, h. 195.

12 An Nisaa Rakhmi dan Yuliati, Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains untuk SMA Materi Sistem Reproduksi Manusia, Jurnal Prodi Pendidikan Biologi, 6 (5), 2017, h. 273-274.

13 Weni Novita Sari dan Ramadhan S., op. cit., h. 195-196.

14 Lampiran 3, Hasil Analisis Lembar Ceklis LKPD di MAN 11 Jakarta, h. 103-104.

15 Weni Novita Sari dan Ramadhan S., op. cit. h. 196.

16 Laila Puspita, Pengembangan Modul Berbasis Keterampilan Proses Sains Sebagai Bahan Ajar dalam Pembelajaran Biologi, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 5 (1), 2019, h. 86.

17 Lampiran 5, Hasil Wawancara Guru, h. 109.

(19)

Pengembangan LKPD berbasis KPS akan dapat membantu proses pembelajaran biologi, salah satunya pada konsep sistem ekskresi. Sistem ekskresi termasuk konsep yang bersifat abstrak dan berkaitan dengan proses fisiologi di dalam tubuh. Oleh karenanya, konsep ini tidak dapat dijelaskan dengan baik jika hanya secara lisan ataupun membaca buku sendiri.18 Peserta didik yang diwawancarai juga menjelaskan bahwa salah satu kesulitan dari konsep sistem ekskresi adalah mengingat bagian-bagian organ serta prosesnya sehingga perlu dilakukan kegiatan tambahan, seperti pengamatan alat peraga atau praktikum.19

Sehubung dengan pembelajaran yang dilaksanakan secara daring (online), kegiatan praktikum pun menjadi tidak terlaksana sehingga peserta didik tidak dapat melatih KPS-nya. Guru biologi di MAN 11 Jakarta berpendapat bahwa salah satu kesulitan dalam menerapkannya, yaitu keterbatasan guru dalam mengawasi proses praktikum mereka secara langsung. Selain itu, alat dan bahan praktikum yang hanya terdapat di laboratorium sekolah juga menjadi pertimbangan guru untuk tidak melaksanakan kegiatan praktikum.20 Namun di sisi lain, peserta didik berpendapat bahwa praktikum tetap perlu dilakukan meskipun dalam pembelajaran daring, tetapi dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana. Mereka menilai bahwa praktikum menjadi salah satu cara untuk lebih memahami materi.21

Berdasarkan fakta di atas, menunjukkan bahwa kegiatan praktikum sangat diperlukan bagi peserta didik. Oleh karenanya, perlu dikembangkan suatu panduan yang dapat membantu mereka dalam melakukan kegiatan praktikum sederhana.

Tentunya dengan alat dan bahan yang mudah dijumpai di sekitar rumah sehingga KPS peserta didik dapat tetap terlatih, meskipun dilakukan secara mandiri.

Berdasarkan.beberapa permasalahan yang telah dijabarkan, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Ekskresi”.

18 Salis Khoirun Nisa, Nurmiyati, dan Yudi Rinanto, Pengembangan Media Pembelajaran Laboratorium Virtual Berbasis Discovery Learning pada Materi Sistem Ekskresi untuk Kelas XI MIPA, Jurnal Pembelajaran Biologi, 8 (2), 2019, h. 120.

19 Lampiran 7, Hasil Wawancara Peserta Didik, h. 118.

20 Lampiran 5, loc. cit.

21 Lampiran 7, op. cit., h. 120.

(20)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pemahaman KPS peserta didik masih cenderung rendah, karena proses pembelajaran sains yang kurang melibatkan mereka dalam menemukan konsep.

2. LKPD yang digunakan hanya berisi soal-soal dan langkah kerja, serta belum berorientasi pada keterampilan proses sains sehingga peserta didik menjadi kurang aktif serta merasa bosan dan kurang mampu mengatasi permasalahan.

3. Konsep sistem ekskresi bersifat proses yang abstrak sehingga peserta didik merasa sulit memahami materi jika hanya melalui penjelasan dari guru.

4. Pembelajaran daring membuat praktikum menjadi tidak terlaksana sehingga KPS peserta didik menjadi tidak terlatih.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi:

1. Pengembangan LKPD berdasarkan 10 aspek KPS menurut Harlen dan Rustaman dalam Zulfiani22, yakni mengobservasi, mengklasifikasi, menginterpretasi, memprediksi, menanya, membuat hipotesis, melakukan percobaan, memakai alat/bahan, menerapkan konsep, serta mengkomunikasikan.

2. Pengembangan LKPD dirancang untuk konsep sistem ekskresi dengan penambahan beberapa praktikum/percobaan sederhana.

3. Melihat respon guru dan peserta didik terhadap LKPD yang dikembangkan.

4. Model yang digunakan adalah 4-D (Four D) milik Thiagarajan, Semmel, dan Semmel yang dimodifikasi menjadi Define, Design, dan Develop.

5. Penyusunan LKPD merujuk pada Depdiknas untuk struktur LKPD secara umum23, serta menurut Weni untuk komponen LKPD secara lebih rinci.24 6. LKPD digunakan secara daring dalam pembelajaran jarak jauh.

22 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, op. cit. h. 56.

23 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta:

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2008), h. 22.

24 Weni Novita Sari dan Ramadhan Sumarmin, op. cit., h. 196-197.

(21)

D. Pertanyaan Penelitian

Beberapa hal yang menjadi pertanyaan pada penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana tingkat kelayakan dari LKPD berbasis keterampilan proses sains pada konsep sistem ekskresi yang sudah dikembangkan?

2. Bagaimana respon guru dan peserta didik terhadap LKPD berbasis keterampilan proses sains pada konsep sistem ekskresi yang sudah dikembangkan?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan LKPD berbasis keterampilan proses sains pada konsep sistem ekskresi serta melihat respon guru dan peserta didik terhadap LKPD tersebut.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa kegunaan, seperti:

a. Bagi guru, dapat menjadi alternatif untuk diterapkan pada proses pembelajaran, terutama dalam pembelajaran daring;

b. Bagi peserta didik, dapat memberikan pengalaman baru dalam belajar, mengembangkan sikap ilmiah, serta meningkatkan kreativitas dan keterampilan proses sains; serta

c. Bagi peneliti dan peneliti lainnya, dapat menambah pengetahuan mengenai LKPD yang dikembangkan, serta menjadi masukan dan rujukan dalam melakukan pengembangan sejenis dengan variasi yang berbeda.

(22)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik 1. Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan sesuatu yang berisikan materi-materi sesuai dengan kurikulum dan mata pelajaran tertentu. Materi-materi tersebut disusun secara lengkap dan sistematis sehingga dapat digunakan oleh guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar yang sistematis memiliki arti bahwa bahan ajar disusun secara urut untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi belajar. Selain itu, bahan ajar harus unik dan spesifik agar penggunaan bahan ajar tersebut sesuai dengan tujuan dan sasaran.1

Bahan ajar juga dapat didefinisikan sebagai berbagai bentuk bahan, informasi, alat, ataupun teks yang berguna untuk membantu guru dalam proses pembelajaran. Bahan tersebut bisa dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis.

Secara garis besar, bahan ajar terdiri atas ranah-ranah pendidikan, yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga ranah ini perlu dipelajari oleh peserta didik sehingga mereka mampu menyerap materi dalam bahan ajar secara maksimal serta mencapai tujuan dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan.2

Bahan ajar perlu dipilih berdasarkan beberapa prinsip, seperti relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi berarti bahwa materi harus terkait dengan kompetensi inti maupun kompetensi dasar. Prinsip konsistensi berarti bahwa isi dalam buku ajar harus sesuai jumlahnya dan tidak mengalami perubahan. Sedangkan prinsip kecukupan berarti bahwa materi yang ada harus mencukupi kebutuhan peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.3

1 Anindya Fajarini, Membongkar Rahasia Pengembangan Bahan Ajar IPS, (Jember: Gema Press, 2018), h. 1-2.

2 Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 3.

3 Nana, Pengembangan Bahan Ajar, (Klaten: Lakeisha, 2019), h. 1.

(23)

Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan suatu bahan berisikan materi-materi pembelajaran yang disusun secara lengkap dan sisematis sesuai dengan kompetensi atau tujuan pembelajaran. Bahan ajar juga perlu memerhatikan ranah-ranah pendidikan agar memudahkan guru dan peserta didik dalam menjalankan kegiatan belajar dan mengajar. Oleh karenanya, bahan ajar perlu dipilih berdasarkan prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

b. Karakteristik Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki karakteristik yang perlu diperhatikan agar dapat menjadi bahan ajar yang baik dan sesuai. Beberapa karakteristik tersebut di antaranya:

1) Self instructional, artinya bahan ajar mampu membuat peserta didik belajar secara mandiri. Agar bahan ajar memiliki karakteristik ini, maka perlu terdapat tujuan pembelajaran yang jelas bagi peserta didik sehingga memudahkan mereka untuk belajar secara tuntas.

2) Self contained, artinya materi-materi yang ada di dalam bahan ajar tercantum secara menyeluruh sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang akan dipelajari. Hal ini dapat membantu peserta didik dalam belajar dan memahami materi yang disampaikan.

3) Stand alone, artinya bahan ajar yang digunakan tidak terlalu mengandalkan bahan ajar lain sehingga peserta didik tidak akan kesulitan dalam menggunakannya.

4) Adaptive, artinya bahan ajar memiliki kesesuaian yang tinggi terhadap kondisi ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang. Oleh karenanya, bahan ajar perlu disusun mengikuti perkembangan zaman sehingga peserta didik tidak mengalami ketertinggalan.

5) User friendly, berarti petunjuk-petunjuk dan informasi yang berada di dalam bahan ajar harus jelas sehingga dapat membantu dan memudahkan peserta didik dalam mengakses dan menggunakannya.4

4 Anindya Fajarini, op. cit., h. 2-3.

(24)

9

c. Jenis Bahan Ajar

Pengelompokkan bahan ajar dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan. Majid dalam Nana5 mengelompokkannya menjadi empat, yakni:

1) Bahan Ajar Dengar (Audio), ialah bahan ajar yang berbentuk audio. Misalnya adalah kaset dan radio.

2) Bahan Ajar untuk Pandang Dengar (Audio Visual), ialah bahan ajar yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan, contohnya film dan video.

3) Bahan Ajar Interaktif, ialah bahan ajar yang mampu membuat peserta didik menjadi aktif. Salah satu contohnya adalah CD interaktif.

4) Bahan Ajar Cetak, ialah bahan ajar yang dibuat melalui proses percetakan.

Beberapa contohnya antara lain: (a) buku, sejumlah lembaran kertas yang dijilid dan berisikan ilmu pengetahuan sebagai sumber referensi dalam pembelajaran; (b) handout, berisi gagasan yang telah disiapkan dengan mengutip dari beberapa literatur yang sesuai dengan materi; (c) modul, sebuah buku yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam belajar secara mandiri; serta (d) lembar kegiatan peserta didik, lembaran berisi petunjuk, langkah kegiatan, dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.6

d. Peranan Bahan Ajar

Bahan ajar mempunyai peranan dalam proses pembelajaran, yang dapat digolongkan menurut Belawati dalam Fajarini7, antara lain:

1) Bagi guru, berperan dalam (a) mengefektifkan waktu guru dalam mengajar;

(b) menjadikan guru sebagai seorang fasilitator; serta (c) membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.

2) Bagi peserta didik, berperan dalam membuat peserta didik menjadi mandiri karena mereka dapat belajar meskipun tanpa adanya guru. Selain itu, belajar dengan bahan ajar membantu peserta didik dalam memahami materi sesuai dengan tingkat pemahamannya.

5 Nana, op. cit., h. 1-2.

6 Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, op. cit., h. 16-17.

7 Anindya Fajarini, op. cit., h. 4-5.

(25)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Bahan ajar mampu membuat pembelajaran lebih terarah.

Salah satu bahan ajar yang sering digunakan adalah lembar kerja peserta didik.

2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) a. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) atau yang biasa disebut dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu media pembelajaran cetak yang berupa lembaran kertas berisi petunjuk-petunjuk serta pertanyaan-pertanyaan mengenai sebuah materi. LKPD dirancang untuk mendukung pengembangan pada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik.8 Hal tersebut karena ketiga ranah itu merupakan kualifikasi kemampuan lulusan pada kurikulum 2013.

Lembar kerja peserta didik juga berisikan sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan pemahamannya dalam rangka membentuk kemampuan dasar yang sesuai dengan indikator pembelajaran. Oleh karena itu, LKPD menjadi salah satu media pembelajaran yang penting dalam membantu dan mendukung, serta mengontrol dan mengevaluasi kemampuan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, juga berisikan tugas untuk meningkatkan keterampilan proses peserta didik.9

Tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam LKPD harus sesuai dengan kompetensi dasar. Pengerjaan tugas dalam LKPD membutuhkan sumber- sumber, seperti buku atau hal lain yang berkaitan dengan materi tersebut. Tugas tersebut dapat berupa tugas teoritis (seperti tugas meresume) ataupun tugas praktis (seperti kegiatan praktikum dan observasi, baik di dalam maupun di luar sekolah).10 Oleh karenanya, LKPD yang dirancang dengan baik dan sesuai dengan kompetensi dasar, dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar mandiri.

8 Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h. 117.

9 Niken Septantiningtyas, dkk., Pembelajaran Sains, (Klaten: Lakeisha, 2021), h. 140.

10 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta:

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2008), h. 12-13.

(26)

11

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa lembar kerja peserta didik merupakan suatu media pembelajaran yang berisikan panduan serta tugas- tugas bagi peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran. LKPD disusun sesuai dengan kompetensi dasar sehingga dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan pemahamannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b. Fungsi Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar kerja peserta didik digunakan oleh guru sebagai alat bantu dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena memuat rangkaian tugas bagi peserta didik sehingga pembelajaran menjadi terarah secara mandiri. Tugas-tugas dalam LKPD yang diberikan kepada peserta didik tersebut nantinya akan dievaluasi oleh guru dan dikembalikan agar mereka memahami kelebihan dan kekurangan dari pekerjaannya. Oleh karenanya, LKPD juga dapat dikatakan sebagai sumber belajar bagi peserta didik.11

Lembar kerja peserta didik yang diberikan oleh guru berfungsi untuk melihat dan memantau penguasaan materi dari peserta didik itu sendiri. LKPD dirancang untuk memudahkan guru dalam memfasilitasi tingkat kemampuan peserta didik. Penggunaan LKPD ini juga diharapkan mampu mengembangkan dan mempertajam konsep-konsep yang diberikan kepada peserta didik. Dengan begitu, peserta didik yang dirasa kurang dalam pemahamannya dapat diberikan tindakan yang sesuai oleh guru.12

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi utama LKPD adalah untuk membantu guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Bagi guru, LKPD dapat mengarahkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Selain itu, guru juga dapat mengontrol tingkat pemahaman peserta didik berdasarkan tugas-tugas yang dikerjakan. Sementara bagi peserta didik, LKPD dapat memberikan sebuah cara baru dalam memahami materi sehingga tidak hanya melalui penjelasan dari guru.

11 Muhammad Yaumi, loc. cit.

12 Niken Septantiningtyas, dkk., op. cit., h. 143.

(27)

c. Macam-Macam Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar kerja peserta didik mempunyai fungsi-fungsi utama seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Namun, fungsi-fungsi itu dapat semakin spesifik, tergantung pada macam atau jenis LKPD itu sendiri. LKPD yang digunakan pada pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan pendekatannya, seperti pendekatan keterampilan proses. Berdasarkan jenisnya, LKPD dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu LKPD untuk eksperimen dan LKPD untuk non-eksperimen.

Keduanya dapat meningkatkan keterampilan proses peserta didik, asalkan disusun dengan mengikuti pedoman penyusunan LKPD yang sesuai, baik dari tahapan ataupun aturan-aturan lainnya.13

LKPD eksperimen adalah LKPD yang berisikan petunjuk-petunjuk kegiatan praktikum dengan dilengkapi oleh daftar alat dan bahan yang digunakan.

Sementara LKPD non-eksperimen berisikan teks-teks yang dapat memberi petunjuk bagi peserta didik untuk melakukan diskusi mengenai suatu konsep pembelajaran. Kegiatan yang menggunakan LKPD non-eksperimen ini diistilahkan dengan D.A.R.T, yakni kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tulisan. D.A.R.T sendiri dibagi menjadi model rekonstruksi dan analisis.14

Berdasarkan manfaatnya, LKPD dapat dibagi menjadi: (1) LKPD yang membantu peserta didik dalam penemuan konsep; (2) LPKD yang membantu peserta didik dalam mengimplementasikan konsep yang mereka temukan; (3) LKPD yang menuntun peserta didik dalam proses pembelajaran; (4) LKPD yang menguatkan pemahaman peserta didik terkait suatu materi; dan (5) LPKD yang membimbing peserta didik dalam kegiatan praktikum.15

Lembar kerja peserta didik juga dapat dibedakan menjadi LKPD terstruktur dan LKPD tidak terstruktur. LKPD terstruktur disusun untuk mengarahkan peserta didik dalam proses pembelajaran dengan atau tanpa bimbingan oleh guru.

13 Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 32.

14 Ibid., h. 32-33.

15 Umbaryati, Pentingnya LKPD pada Pendekatan Scientific Pembelajaran Matematika, PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2016, h. 221.

(28)

13

LKPD struktur berisikan petunjuk, serta informasi, contoh, dan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Meskipun demikian, LKPD ini tidak serta-merta dapat menggantikan peranan guru dalam mengajar di kelas. Guru tetap berperan dalam memberikan pengawasan, arahan, serta motivasi bagi peserta didik. Contoh dari LKPD terstruktur ini yaitu LKPD konvensional (berbentuk buku/lembaran) serta LKPD interaktif (digunakan dengan bantuan perangkat lunak).16

Sementara itu, LKPD tidak terstruktur hanya berisikan materi-materi, baik yang sudah dijelaskan atau belum oleh guru. LKPD ini membantu peserta didik untuk mempelajari kembali materi sehingga dapat lebih memahaminya. Hal ini guna mempercepat proses pembelajaran, serta membimbing kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik.17

d. Struktur dan Susunan Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar kerja peserta didik untuk pelajaran biologi biasanya terdiri atas panduan kegiatan eksperimen atau praktikum, tabel hasil pengamatan, dan masalah-masalah yang harus didiskusikan oleh peserta didik.18 Sekurang- kurangnya, LKPD harus terdiri atas: (1) judul; (2) kompetensi dasar yang harus dicapai; (3) waktu penyelesaian tugas; (4) alat dan bahan yang diperlukan; (5) informasi singkat; (6) langkah kerja; serta (7) tugas dan laporan untuk dikerjakan.19

LKPD juga sebaiknya memiliki beberapa komponen lain, seperti nomor LKPD atau keterangan yang memudahkan penggunaannya, bisa juga ditambakan dengan daftar isi. Lalu tujuan belajar juga penting agar peserta didik mengetahui apa yang akan dikerjakannya serta menyesuaikan dengan kompetensi dasar.

Selain itu, tabel data dan kolom kosong juga diperlukan agar peserta didik dapat mencatat hasil pengamatan serta analisisnya. Terakhir, pertanyaan-pertanyaan dapat ditambahkan sebagai bahan diskusi serta penerapan konsep peserta didik.20

16 Niken Septantiningtyas, dkk., op. cit., h. 143-144.

17 Ibid., h. 144.

18 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 118.

19 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit. h. 22.

20 Tim Prodi Pendidikan Sosiologi FIS UNY, Instrumen Penilaian Keterampilan Mata Pelajaran Sosiologi SMA LKPD, (Yogyakarta: UNY Press, 2019), h. 11-12.

(29)

Komponen-komponen lain yang tidak boleh terlupakan dalam penyusunan LKPD adalah komponen linguistik, penyajian, dan grafik. Komponen linguistik meliputi keterbacaan, kejelasan informasi, kesesuaian dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) atau tata aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta menggunakan bahasan yang efektif dan efisien. Komponen penyajian meliputi kejelasan indikator pencapaian kompetensi, urutan, pemberian motivasi, daya tarik, adanya stimulus dan respons, serta kelengkapan informasi. Komponen grafik meliputi penggunaan jenis dan ukuran huruf, tata letak, ilustrasi dan gambar, serta desain yang menarik.21

Materi dalam LKPD dapat berupa informasi pendukung mengenai substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil berbagai sumber, baik dari buku, internet, ataupun hasil penelitian orang lain. Pemahaman peserta didik terhadap materi dapat diperkuat dengan mencantumkan referensi yang digunakan sehingga mereka dapat memahami lebih lanjut mengenai materi tersebut. Penugasan yang diberikan harus jelas agar mengurangi pertanyaan dari peserta didik yang seharusnya dapat mereka selesaikan secara mandiri.22

Akbar menyatakan bahwa LKPD yang baik sepatutnya memerhatikan beberapa poin berikut:

(1) Akurat (akurasi), seperti kesesuaian dalam penyajian dan teori yang terbaru;

(2) Relevan, yakni seluruh isi dari LKPD harus sesuai dengan kompetensi dasar;

(3) Komunikatif, yaitu bahasa dalam LKPD mudah dipahami pembaca;

(4) Lengkap dan sistematis, berguna agar isi mudah dikuasai oleh pembaca;

(5) Mengutamakan student centered, agar peserta didik menjadi aktif;

(6) Sesuai ideologi negara sehingga menumbuhkan rasa nasionalisme;

(7) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan pedoman kebahasaan; serta (8) Terbaca, yaitu panjang dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca.23

21 Weni Novita Sari dan Ramadhan S., The Validity of A Learner Based Worksheets Based Discovery Learning on The Matter of Biology for Grade 8 VII Students of Junior High School, International Journal of Progressive Sciences and Technologies, 10 (1), 2018, h. 196-197.

22 Departemen Pendidikan Nasional, loc. cit.

23 Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2017), h. 34-36.

(30)

15

Penyusunan lembar kerja peserta didik perlu memerhatikan beberapa syarat, antara lain sebagai berikut:

(1) Syarat didaktik, yaitu perlu mengikuti asas mengajar secara efektif dengan memerhatikan perbedaan tingkat pemahaman dari masing-masing peserta didik. Hal itu agar seluruh peserta didik bisa menggunakan LKPD tersebut dengan kemampuannya masing-masing dan menemukan pengalaman belajar;

(2) Syarat konstruksi, yaitu berhubungan dengan penyusunan LKPD yang harus mudah dipahami oleh peserta didik, baik dari segi penggunaan bahasa, tingkat kesulitan tugas dan kegiatan, maupun penggunaan ilustrasi; serta

(3) Syarat teknis, yang meliputi penggunaan huruf, gambar-gambar, serta tampilan yang disajikan di dalam LKPD. Hal ini perlu diperhatikan agar peserta didik merasa tertarik dan dapat meningkatkan pemahaman mereka.24

e. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik

Pengembangan merupakan sebuah kegiatan yang membuat sesuatu yang diinginkan menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan didasarkan pada fase desain. Fase ini berisi tahapan-tahapan yang melihat kebutuhan, membuat tujuan, mengembangkan alat penilaian, strategi, bahan, dan evaluasi pembelajaran.

Pengembangan pada proses pembelajaran menggunakan pendekatan yang sistematis, mulai dari perancangan, pembuatan, dan penerapan dalam pembelajaran.25

Pada dasarnya, alasan dalam melakukan kegiatan pengembangan dapat disimpulkan menjadi 4, antara lain: (1) meneruskan suatu produk yang telah ada tanpa mengubah rancangan utama; (2) melakukan perubahan terhadap bagian yang tidak diinginkan; (3) menyatukan bagian-bagian penting dari suatu produk dengan produk lainnya untuk menutupi kelemahan-kelemahan produk; dan (4) menciptakan produk baru secara mandiri dengan menganalisis kebutuhan, membuat desainnya, hingga menguji coba dan mengevaluasinya.26

24 Umbaryati, op. cit., h. 221-222.

25 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 83.

26 Ibid., h. 83-84.

(31)

Lembar kerja peserta didik termasuk salah satu alat pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan tingkat penguasaan materi dan keterampilan peserta didik.27 Pengembangan LKPD juga menjadi cara untuk memperbaiki dan memperbarui LKPD yang digunakan sebelumnya. Selain itu, mengembangkan LKPD dapat semakin menambah motivasi dan keaktifan peserta didik. Hal ini karena guru menambahkan inovasi-inovasi baru di dalam LKPD tersebut. Bahkan, LKPD dapat dikembangkan menjadi bentuk elektronik untuk digunakan secara daring yang berisikan tugas-tugas bagi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotoriknya.28

Langkah-langkah pengembangan LKPD menurut Devi, dkk. antara lain:

(1) Menelaah materi yang akan dipelajari peserta didik, seperti KD, indikator, dan sistematika keilmuannya.

(2) Menentukan jenis keterampilan proses yang dapat ditingkatkan ketika mempelajari materi tersebut.

(3) Menetapkan bentuk LKPD yang berhubungan dengan materi.

(4) Membuat rancangan kegiatan untuk dimasukkan ke dalam LKPD.

(5) Mengonversikan rancangan tersebut menjadi sebuah LKPD yang utuh, dengan memerhatikan struktur dan teknik penyusunannya.

(6) Mengujikan LKPD sebelum digunakan oleh peserta didik untuk mendapatkan kekurangan dan kelebihannya.

(7) Mengubah kembali LKPD jika terdapat koreksi atau evaluasi.29

Pengembangan LKPD untuk kegiatan pembelajaran dengan arah pengembangan bahan ajar serta media dan teknologi pembelajaran juga dapat dilakukan dengan model ASSURE. Kata ASSURE merupakan singkatan dari bahasa Inggris, yakni Analyze learner characteristics, State standard and objectives, Select strategies and resources, Utilize resources, Require learner participation, serta Evaluate and revise.30

27 Ibid., h. 118.

28 Ibid., h. 117.

29 Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin, op. cit., h. 36.

30 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 86.

(32)

17

Karakteristik peserta didik adalah hal pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan LKPD, karena hal itu dapat mengarahkan dalam membuat tujuan. Lalu menentukan standar dan tujuan pembelajaran yang berguna untuk memenuhi tiga komponen dasar, yaitu dasar perencanaan, dasar penilaian, dan dasar bagi harapan belajar peserta didik. Kemudian memilih strategi dan sumber pembelajaran dengan tujuan untuk membangun sebuah hubungan antara karakteristik dengan standar dan tujuan itu. Memilih strategi dan sumber tergantung pada kesiapan, kemampuan, dan ketersediaan.31

Langkah selanjutnya adalah memanfaatkan sumber, yang bertujuan untuk menentukan peranan dari setiap bagian dari proses pembelajaran dalam memanfaatkan sumber-sumber guna mencapai tujuan yang diinginkan. Setelah itu, peserta didik harus terlibat dalam proses pembelajaran agar informasi yang diperoleh mampu diterapkan, dan kemudian mereka akan mendapatkan feedback dari guru. Tahap terakhir adalah evaluasi dan revisi, yang berguna untuk melihat pengaruh dari proses pembelajaran yang dilakukan terhadap prestasi peserta didik.

Revisipun harus dilakukan untuk menyempurnakannya.32

Prosedur pengembangan juga dapat menggunakan model ADDIE, yang kepanjangannya adalah Analysis (Analisis), Design (Desain), Develop (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluate (Evaluasi).

Tahap analisis berguna untuk memeroleh dasar-dasar teoritis yang mendukung pengembangan dan memahami karakter peserta didik. Tahap desain dilakukan untuk merencanakan produk agar sesuai dengan yang diinginkan. Tahap pengembangan dilakukan sesuai dengan bidang dan materi instruksional. Tahap implementasi terdiri atas beberapa pengujian agar LKPD menjadi valid. Tahap evaluasi dilakukan agar peserta didik mendapatkan feedback.33

Model pengembangan lain yang dapat digunakan dalam mengembangkan LKPD adalah model 4D yang diperkenalkan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel pada 1974. Nama dari model ini

31 Ibid., h. 87-89.

32 Ibid., h. 89-90.

33 Yudi Hari Rayanto dan Sugianti, Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan R2D2:

Teori dan Praktek, (Pasuruan: Lembaga Academic dan Research Institute, 2020), h. 33-38.

(33)

didasarkan atas tahapannya, yaitu Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), dan Disseminate (Penyebaran).34 Tahap define bertujuan untuk menetapkan persyaratan pengembangan yang diawali dengan menganalisis beberapa hal, seperti peserta didik, tugas, materi, hingga tujuan pembelajaran. Tahap design bertujuan untuk menyiapkan prototype LKPD melalui perancangan yang didasarkan pada analisis sebelumnya. Tahap develop bertujuan untuk menghasilkan LKPD yang sudah diuji coba serta diberi masukan oleh para ahli melalui proses validasi. Tahap disseminate adalah terdiri atas kegiatan pengukuran ketercapaian tujuan, pengemasan, serta penyebarluasan produk. Model 4D tidak menyertakan tahap implementasi dan evaluasi seperti pada ADDIE, karena pada proses development sudah terdapat keduanya.35

Berdasarkan beberapa pendapat dan model-model pengembangan di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan pengembangan LKPD setidaknya memerlukan lima tahapan utama, yaitu (1) menelaah atau menganalisis karakteristik materi dan peserta didik; (2) menentukan dan menetapkan sebuah rancangan atau desain yang dinginkan; (3) memilih strategi dan melakukan pengembangan LKPD sesuai dengan analisis dan perencanaan; (4) menyebarkan dan menguji LKPD dengan melibatkan keaktifan peserta didik, serta (5) mengevaluasi dan merevisi LKPD untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat di dalamnya.

f. Evaluasi Lembar Kerja Peserta Didik

Evaluasi menjadi bagian akhir dalam suatu hal, termasuk dalam penyusunan atau pengembangan LKPD. Evaluasi berguna untuk menemukan kekurangan atau kelebihan dari LKPD itu sendiri sehingga dapat diperbaiki atau ditingkatkan jika sudah tepat. Teknik evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti evaluasi teman sejawat atau uji keterbacaan kepada peserta didik. Komponen evaluasi terdiri atas kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.36

34 Anindya Fajarini, op. cit., h. 40.

35 Endang Mulyatiningsih, Pengembangan Model Pembelajaran, Diakses dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808329/pengabdian/7cpengembangan-model-pembelajaran.pdf, pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 18.07 WIB, h. 1-4

36 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit. h. 24-25.

(34)

19

g. Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Peserta Didik

Sebagai suatu media pembelajaran, LKPD tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dari LKPD:

(1) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif karena harus melakukan kegiatan yang tertuang di dalam LKPD.

(2) Mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(3) Meningkatkan kemampuan berpikir dan berdiskusi pada peserta didik.

(4) Membentuk peserta didik yang lebih mandiri.

(5) Memudahkan guru dalam melihat tingkat penguasaan materi peserta didik.

Sementara itu, beberapa kekurangan dari penggunaan LKPD, antara lain:

(1) Peserta didik yang memiliki pemahaman materi dan kreatifitas lebih baik dapat meninggalkan peserta didik yang masih kurang.

(2) Guru juga dituntut untuk kreatif dalam membuat dan merancang LKPD, dengan tujuan untuk mencegah peserta didik mengalami kejenuhan.

(3) Rata-rata pertanyaan yang ada di dalam LKPD kurang bervariasi.

(4) Kebanyakan LKPD hanya membuat peserta didik menjawab pertanyaan- pertanyaan sehingga bisa menjadi tidak efektif.

(5) Gambar yang tidak bergerak sehingga memerlukan tambahan media lain.37

3. Keterampilan Proses Sains (KPS) a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Proses pembelajaran sepatutnya dilakukan dengan sebuah pendekatan yang memberikan pengalaman kepada peserta didik mengenai cara penyusunan suatu konsep dengan menggunakan keterampilan prosesnya. Pendekatan keterampilan proses juga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan konsep atau pengetahuan dari berbagai sumber. Selain itu, peserta didik juga menjadi aktif dalam meningkatkan keterampilan berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan serta memeroleh pengetahuan di masa yang akan datang.38

37 Niken Septantiningtyas, dkk., op. cit., h. 146-147.

38 Mamad Kasmad dan Suko Pratomo, Model-Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012), h. 75-76.

(35)

Pendekatan keterampilan proses juga dapat melatih kecakapan hidup peserta didik, karena mereka dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang nyata dalam proses pembelajaran. Keterampilan proses dan keterampilan pemecahan masalah menjadi contoh dari karakteristik pembelajaran sains. Keduanya didukung dengan penggunaan metode ilmiah dan pemikiran secara saintis. Oleh karenanya, keterampilan ini disebut juga Keterampilan Proses Sains.39

Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dalam pembelajaran sains. Peserta didik yang mempunyai keterampilan proses sains mampu membuat sebuah konsep, teori, prinsip, hukum, fakta, serta dapat membuktikan sesuatu. Keterampilan proses sains bisa diterapkan mulai dari sekolah menengah hingga tingkat yang lebih tinggi, asalkan memerhatikan tingkat perkembangan pemikiran peserta didik.40

KPS melibatkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif, peserta didik perlu menggunakan pemikirannya dalam menguasai KPS.

Pada ranah afektif, peserta didik perlu melakukan kerja sama dan berdiskusi dengan teman-temannya untuk menyelesaikan tugas. Pada ranah psikomotorik, peserta didik dituntut untuk mahir dalam menggunakan alat serta bahan.41

Proses melatih KPS pada peserta didik memerlukan metode yang tepat, salah satunya melalui kegiatan praktikum atau eksperimen. Hal tersebut karena praktikum menjadi sarana yang sangat baik dalam mengembangkan indera-indera peserta didik sehingga tujuan pembelajaran sains pun dapat tercapai.42

Berdasarkan uraian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa KPS merupakan keterampilan dalam melakukan metode ilmiah dan menyelesaikan permasalahan pada pembelajaran sains dengan melibatkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Praktikum dapat menjadi salah satu metode dalam menerapkan KPS.

39 Irsad Rosidi, Pengembangan LKS Berorientasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Learning) untuk Melatihkan KPS, Jurnal Pena Sains, 3 (1), 2016 h. 57.

40 Salma Samputri, Science Process Skills and Cognitive Learning Outcomes Through Discovery Learning Models, European Journal of Education Studies, 6 (12), 2020, h. 183.

41 Fitri Arsih, Pengembangan LKS IPA Biologi Kelas VIII SMP Berorientasi pada Pendekatan Keterampilan Proses Sains, Jurnal Ta’dib, 13 (1), 2010, h. 1-2.

42 An Nisaa Rakhmi dan Yuliati, Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains untuk SMA Materi Sistem Reproduksi Manusia, Jurnal Prodi Pendidikan Biologi, 6 (5), 2017, h. 273.

(36)

21

b. Macam-Macam Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA dapat dikembangkan menjadi berbagai macam kegiatan. Pengembangan ini tentu dengan melihat karakteristik peserta didik terlebih dahulu. Berikut beberapa macam KPS:

1) Mengobservasi

Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memanfaatkan seluruh panca indera peserta didik. Observasi berguna untuk menelusuri dan mengukur objek-objek yang dituju. Observasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, baik berdasarkan tekniknya (langsung/tak langsung) serta berdasarkan penggunaan alat bantu atau tidak.

2) Menjelaskan hasil observasi

Hasil observasi dapat dijelaskan dengan dua cara, yaitu interpretasi dan inferensi. Interpretasi terdiri atas pencatatan dan penghubungan hasil, penemuan pola, serta perolehan simpulan. Sementara inferensi merupakan penjelasan sementara mengenai hasil observasi yang didapatkan.

3) Mengelompokkan

Proses mengelompokkan dilakukan dengan cara menganalisis objek yang ditemukan, lalu dikumpulkan berdasarkan kesamaan karakteristik.

Pengumpulan dapat berupa perbandingan ataupun proses mengurutkan.

4) Memprediksi

Memprediksi merupakan suatu kegiatan yang dilandaskan atas pola- pola yang sudah ada sebelumnya sehingga hanya akan menjadi sebuah perkiraan.

5) Mengkomunikasikan

Karakteristik dari keterampilan mengkomunikasikan adalah adanya pemberian informasi kepada orang lain dengan cara ilmiah. Wujud dari komunikasi beragam, mulai dari lisan hingga gambar.

6) Menyusun hipotesis

Hipotesis tidak berbeda jauh dengan suatu prediksi, di mana keduanya memperkirakan bagaimana sesuatu dapat terjadi. Namun, prediksi didasarkan

(37)

atas data atau pola-pola, serta menggunakan metode induktif. Sementara hipotesis didasarkan pada pemahaman atas suatu teori, dan metodenya adalah deduktif. Hipotesis menjadi suatu hal yang diuji dalam sebuah penelitian.

7) Merancang eksperimen

Keterampilan merancang eksperimen sangat dibutuhkan dalam pembelajaran sains, karena memang tidak terlepas dari percobaan-percobaan.

Tentu rancangan dilakukan sebelum eksperimen dimulai sehingga hal yang perlu dirancang antara lain alat dan bahan, waktu eksperimen, hingga langkah kerjanya.

8) Mengimplementasikan konsep

Konsep menjadi kurang baik jika hanya dipahami, tetapi harus juga diimplementasikan. Konsep-konsep itu harus dapat menjelaskan kejadian- kejadian baru ataupun untuk merumuskan suatu pemecahan masalah yang baru. Hal ini juga dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari peserta didik.

9) Menanyakan

Kegiatan bertanya menjadi keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Pertanyaan yang diajukan, menunjukkan sejauh mana rasa ingin tahu peserta didik, dan keinginan mereka untuk memahami suatu konsep. Jenis-jenis pertanyaan yang sebaiknya digunakan oleh peserta didik antara lain “apakah itu?, “mengapa bisa seperti itu?”, “bagaimana hal tersebut dapat terjadi?”, dan “bagaimana cara untuk memecahkan masalah tersebut?”.

Guru juga dapat berperan dalam memberikan stimulus kepada peserta didik agar rasa percaya diri dan keberanian bertanyanya meningkat.

10) Menyimpulkan

Simpulan adalah salah satu bagian yang umumnya terletak di akhir. Hal ini juga berhubungan dengan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik.

Tingkat penguasaan konsep peserta didik dapat dilihat dari bagaimana cara mereka membuat simpulan.43

43 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 52-55.

(38)

23

c. Indikator Keterampilan Proses Sains

Pembelajaran sains dibangun melalui berbagai pengembangan keterampilan proses sains. Meskipun demikian, masing-masing jenis KPS perlu mempunyai indikator yang jelas, seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Proses Sains44 Keterampilan

Proses Sains Indikator

Observasi • Memakai alat indera sebanyak-banyaknya

• Memakai data yang sesuai dengan kenyataan

Klasifikasi

• Mencatat tiap pengamatan

• Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan

• Menunjukkan perbedaan ciri-ciri

• Membandingkan data yang diperoleh

• Mencari dasar pengelompokkan

Interpretasi

• Menghubungkan hasil pengamatan

• Menemukan pola dalam sebuah seri pengamatan

• Menyimpulkan

Prediksi

• Memakai pola/hasil pengamatan

• Menyatakan kemungkinan yang terjadi pada keaadan yang belum diamati

Menanyakan • Bertanya apa, bagaimana, mengapa

• Bertanya untuk meminta penjelasan

Berhipotesis

• Memahami bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian

• Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memeroleh bukti Merancang

eksperimen

• Memilih alat/bahan yang digunakan

• Menentukan variabel ekperimen

• Menentukan objek yang diukur, diamati, dicatat

44 Ibid., h. 56.

Gambar

Gambar 4.21 Tampilan Bagian Mengklasifikasi (a) Sebelum Revisi; dan (b)  Sesudah Revisi ...........................................................................
(5) Gambar yang tidak bergerak sehingga memerlukan tambahan media lain. 37
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Proses Sains 44 Keterampilan
Gambar 2.1 Struktur Ginjal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan pendekatan inquiry berbasis siklus belajar 5E yang layak untuk

Bahan ajar yang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dan yang dibutuhkan peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar

E-modul dapat dianggap baik jika mempunyai karakteristik sebagai berikut (Kemendikbud, 2017). 1) Self instructional, peserta didik dapat belajar secara mandiri tidak

Adapun saran untuk penelitian yaitu: Pengembangan LKPD perlu dilakukan dengan materi matematika yang berbeda, bertujuan untuk mempermudah peserta didik dan pendidik dalam proses

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan menghasilkan produk berupa lembar kerja peserta didik berbasis keterampilan proses sains pada materi pencemaran

Apakah ada keluhan peserta didik terhadap bahan ajar yang Bapak/Ibu gunakan dalam mengajar materi termokimia?. Pernah ada keluhan peserta didik terhadap bahan ajar yang digunakan dalam

Respon Siswa 86% Sangat Baik PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penilaian validator, guru biologi dan respon siswa yang didapatkan produk bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik

Tujuan :  Peserta didik dapat melakukan persiapan alat dan bahan untuk membuat pola dasar blus serta pecah pola dengan teliti dan bertangung jawab  Peserta didik dapat melakukan