GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Secara geografis, letak Kabupaten Bekasi berada pada posisi 6o10’53”-6o30’6” Lintang Selatan dan 106o48’28”-107o27’29”Bujur Timur.
Posisi geografis ini menyebabkan Kabupaten Bekasi berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Kabupaten Bogor di sebelah Selatan, Kabupaten Karawang di sebelah Timur, sertaKota Bekasi dan DKI Jakarta di sebelah Barat.
Sebagai bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bekasi memiliki wilayah seluas 127.388 Ha atau 3,43 persen dari luas Provinsi Jawa Barat yang memiliki daratan seluas 3.710.061,32 Ha. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Muaragembong dengan luas 14.009 Ha atau sekitar 11 persen dari luas wilayah Kabupaten Bekasi.Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Sukakarya dengan luas 424 Ha atau sekitar 0,34 persen dari luas Kabupaten Bekasi.
Tabel berikut menunjukkan luas wilayah Kabupaten Bekasi menurut Kecamatan.
Tabel 2.1.
Luas Kabupaten Bekasi Menurut Kecamatan No. Kecamatan
Luas Wilayah
(Ha)
Luas Wilayah
(%)
1. Setu 6.216 4,88
2. Serang Baru 6.380 5,01
3. Cikarang Pusat 4.760 3,74
4. Cikarang Selatan 5.174 4,06
5. Cibarusah 5.039 3,96
6. Bojongmangu 6.006 4,71
7. Cikarang Timur 5.131 4,03
8. Kedungwaringin 3.153 2,48
9. Cikarang Utara 4.330 3,40
10. Karang Bahagia 4.610 3,62
11. Cibitung 4.530 3,56
12. Cikarang Barat 5.369 4,21
13. Tambun Selatan 4.310 3,38
14. Tambun Utara 3.442 2,70
15. Babelan 6.360 4,99
No. Kecamatan
Luas Wilayah
(Ha)
Luas Wilayah
(%)
16. Tarumajaya 5.463 4,29
17. Tambelang 3.791 2,98
18. Sukawangi 6.719 5,27
19. Sukatani 3.752 2,95
20. Sukakarya 4.240 3,33
21. Pebayuran 9.634 7,56
22. Cabangbungin 4.970 3,90
23. Muaragembong 14.009 11,00
Kabupaten Bekasi 127.388 100.00 Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Sejarah pemerintahan administratif awal Kabupaten Bekasi dapat dilacak dari penggantian nama Kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kabupaten di Jawa Barat, serta memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan mulai berlakunya Undang-Undang Nomor 12, 13, 14, dan 15 Tahun 1950.
Realisasi undang-undang tersebut baru dilaksanakan pada 15 Agustus 1950 yang kemudian diakui sebagai hari jadi Kabupaten Bekasi.
Kabupaten Bekasi terus mengalami perkembangan yang secara bertahap dari 187 desa, dimanadiantaranya telah berubah status menjadi kelurahan. Perkembangan terakhir terdapat 7 desa yang ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan. Hal ini terjadi sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bekasi. Saat ini, Kabupaten Bekasi terbagi ke dalam 23 kecamatan, 7 kelurahan, 180 desa, 1.816 RW, dan 6.729 RT.
Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 sampai 13 desa.
Kecamatan dengan jumlah desa yang paling sedikit adalah kecamatan Cikarang Pusat, Bojongmangu dan Muaragembong, masing- masing sebanyak 6 desa. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Pebayuran yaitu 13 desa. Adapun jumlah perangkat desa di tahun 2017 adalah sebanyak 1.980 orang, sementara jumlah perangkat kelurahan adalah sebanyak 42 orang. Gambar 2.1 memperlihatkan peta administratif Kabupaten Bekasi.
Gambar 2.1
Peta Administratif Kabupaten Bekasi
Berdasarkan rata-rata curah hujan pertahun, wilayah Kabupaten Bekasitermasuk dalam iklim tropis basah. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bekasi adalah 1.500-2.000 mm/tahun dengan kisaran suhu antara 28-320 Celcius. Sepanjang tahun 2015curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Oktober. Terjadi penurunan drastis curah hujan dari tahun 2014 ke tahun 2015, dari 1.676,9 mm pertahun menjadi 1.176,9 pertahun. Menurunnya curah hujan tersebut sangat berpengaruh pada kegiatan masyarakat Kabupaten Bekasi, seperti pertanian. Selain itu, jumlah hari hujan juga menurun drastis, dari 112 hari pertahundi tahun 2013menjadi
74 hari pertahun pada tahun 2015. Tabel 2.2 berikut menampilkan besarnya curah hujan dalam satu tahun yang terjadi di Kabupaten Bekasi.
Tabel 2.2
Curah Hujan menurut Bulan di Kabupaten Bekasi Tahun 2010 – 2015
Bulan Curah Hujan (mm)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 304.1 138.5 228.8 351.6 560.2 270,55 Februari 187.0 99.9 156.3 199.7 291.3 280.45 Maret 108.5 50.4 145.2 125.5 105.6 170,82 April 80.7 138.7 134.7 180.4 119.8 140,00
Mei 95.4 92.2 33.0 145.9 80.8 76,56
Juni 103.0 41.7 47.0 52.5 111.3 13,89
Juli 62.3 44.5 1.6 108.0 96.1 14,50
Agustus 49.3 4.5 22.5 16.3 10,00
September 196.0 2.1 12.6 8.3 4.3 25,50 Oktober 292.2 43.9 12.0 71.0 12.6 5,33 November 149.4 110.1 157.4 82.0 146.2 69,18 Desember 112.3 152.1 154.6 263.9 132.4 100,10 Total 1.739.9 918.5 1.082.2 1.611.3 1.676.9 1.176,9
Sumber: Profil Data Pembangunan Kabupaten Bekasi, 2016
Bila dilihat berdasarkan karakteristiktopografinya, Kabupaten Bekasi terbagi atas dua bagian, yaitu dataran rendah yang meliputi sebagian wilayah bagian Utara dan dataran bergelombang di wilayah bagian Selatan. Ketinggian daratan Kabupaten Bekasi berkisar antara 6 –
115 meter dengan kemiringan 0-250. Wilayah Kabupaten Bekasi yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, yaitu: Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Babelan dan Kecamatan Tarumajaya memiliki topografi berupa pantai (dataran rendah). Sementara di wilayah selatan, yakni Kecamatan Cibarusah dan Bojongmangu memiliki topografi sedikit berbukit. Kondisi topografi tersebut menyebabkan aktivitas pemukiman dan industri cenderung mengumpul di wilayah bagian Utara, sementara aktivitas pertanian serta perikanan banyak dijumpai di wilayah bagian Selatan.
Tabel 2.3
Jumlah Desa di Kabupaten Bekasi Menurut Tipe Dataran
No Lokasi Jumlah
1 Desa di Lembah DAS 0
2 Desa di Lereng 6
3 Desa di Dataran 172
4 Desa di Pesisir 9
Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Bekasi, 2016
Terdapat 18 sungai di wilayah Kabupaten Bekasi,yaitu:Kali Ulu, Cikarang, Cikedokan, Sadang, Cibeureum, Ciherang, Cilemahabang, Jaeran, Jambe, Sasak Jarang, Cipamingkis, Cibeet, CBL, Bekasi, Pisangan, Blencong, Babakan, Cikadu. Sungai-sungai tersebut digunakan untuk jaringan air baku untuk air minum, untuk irigasi/pengairan tanaman pangan, serta dimanfaatkan untuk kepentingan industri dan rumah tangga. Selain sungai, juga terdapat 14 situ di Kabupaten Bekasi, antara lain: Situ Bojongmangu, Burangkeng, Ceper, Ciantra, Cibereum, Cibungur, Cipalahlar, Lengsir, Liang Maung, Rawa Bingong, Taman, Tegal Abidin, Pagadungan, dan Been.
Kabupaten Bekasi membedakan penggunaan tanah atas tanah sawah dan tanah kering. Persentase tanah sawah pada tahun 2015 mencapai 40,66persen atau seluas 51.797Ha, sementara sisanya berupa tanah kering dengan luas 75.591 Ha atau 59,34 persen dari luas wilayah kabupaten. Lahan sawah dibagi kembali ke dalam lahan sawah irigasi (86,58 persen), tadah hujan (11,70 persen), dan tidak ditanami padi (1,71 persen). Sementara lahan kering terbagi ke dalam tegal/kebun (18,71 persen), ladang/huma (0,49 persen), perkebunan (0,68 persen), ditanami pohon/hutan rakyat (2,19 persen), pengembalaan/padang rumput (0,44 persen), tambak/kolam/empang/hutan negara (30,94 persen), tanah sementara tidak diusahakan (1,66 persen), dan bukan lahan pertanian (44,90 persen).
Wilayah dengan lahan sawah yang luas adalah Kecamatan Pebayuran, Sukawangi, dan Sukakarya, masing-masing memiliki lahan sawah dengan luas 6.827 Ha, 4.801 Ha dan 3.802 Ha. Tanah kering paling banyak digunakan sebagai lahan bukan pertanian seperti jalan, pemukiman, perkantoran dan sungai. Penggunaan lahan kering paling luas terdapat di Kecamatan Muaragembong, yaitu mencapai 12.079 Ha, kemudian Kecamatan Cikarang Selatan dengan luas 4.874 Ha, dan Kecamatan Cikarang Barat dengan luas 4.867 Ha.
Tabel 2.4
Luas Tanah menurut Penggunaannya Tahun 2015 Lahan Sawah
Irigasi 44.847 86,58%
Tadah Hujan 6.062 11,70%
Rawa Pasang Surut - 0%
Lahan Sawah
Rawa Lebak - 0%
Tidak ditanami padi 888 1,71%
Jumlah 51.797
Lahan Kering
Tegal,kebun 14.140 18,71%
Ladang, Huma 368 0,49%
Perkebunan 514 0,68%
Ditanam pohon, Hutan Rakyat 1.658 2,19%
Pengembalaan, padang rumput 332 0,44%
Tambak, kolam, empang hutan
negara 23.386 30,94%
Tanah sementara tidak
diusahakan 1.253 1,66%
Bukan lahan pertanian 33.940 44,90%
Jumlah 75.591
Total Lahan 127.388
Sumber: BPS Kabupaten Bekasi dalam angka, 2016
Indikasi pesatnya perkembangan demografis dan ekonomi Kabupaten Bekasi dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu kecenderungan perkembangan kawasan terbangun, pola spasial izin lokasi untuk perumahan dan industri, serta dampaknya terhadap kecenderungan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Sebagai salah satu kawasan yang lokasinya paling dekat, bahkan berbatasan dengan Jakarta, Kabupaten Bekasi terkena imbas pesatnya perkembangan ekonomi dan sosial ibukota negara.
Tingginya tuntutan kebutuhan atas lahan perumahan menyebabkan perubahan penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bekasi. Sawah, rawa, dan kawasan perkampungan penduduk asli berubah menjadi kawasan industri, kawasan perumahan permukiman realestate atau kawasan perumahan berkepadatan sedang-tinggi, dan penggunaan lahan non- pertanian lainnya. Perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bekasi berawal dari Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 yang menetapkan wilayah Bekasi sebagai salah satu wilayah pengembangan BOTABEK (Bogor-Tangerang-Bekasi), wilayah penyangga Provinsi DKI Jakarta.
Wilayah Penyangga dapat diartikan bahwa Bekasi
harus “berperan serta” dalam menyediakan lahan perumahan bagi kebutuhan warga Jakarta. Perubahan penggunaan lahan ini bertambah semarak sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.
13/1998, yang menetapkan Kabupaten Bekasi menjadi zona industri dan kawasan industri. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang JABODETABEKPUNJUR di dalam batang tubuhnya juga mengatur tentang arah pemanfaatan ruang Jabodetabekpunjur ke depan.
Perubahan penggunaan lahan ini tentu saja memberikan dampak pada pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bekasi. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Bekasi per tahun cukup tinggi, yakni sekitar 3,95%. Berdasarkan data tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Bekasi sebanyak 3.246.013 jiwa, meningkat dibandingkan jumlah penduduk Kabupaten Bekasi sebesar 2.225.177 jiwa pada tahun 2009. Angka jumlah penduduk ini memperlihatkan semakin bertambahnya kawasan permukiman di Kabupaten Bekasi dan kawasan-kawasan pendukung aktivitas hunian.
Perkembangan fisik yang terjadi di Kabupaten Bekasi sejak ditetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bekasi 2011- 2031 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011, pada dasarnya merupakan wujud implementasi rencana tersebut dalam tahap pemanfaatan ruang. Perkembangan fisik tata ruang tersebut juga merupakan manifestasi perkembangan atau pertumbuhan wilayah secara ekonomi dan demografis, baik yang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal maupun internal.
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Arah kebijakan pemanfaatan ruang dalam mendukung sektor pertanian di Kabupaten Bekasi dilihat dari RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jabodetabekpunjur, Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat dan RTRW Kabupaten Bekasi. Berikut ini merupakan penjelasan ketiganya.
1) Arah pemanfaatan ruang Kabupaten Bekasi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur
Menurut arahan pengembangan Kabupaten Bekasi dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Kawasan JABODETABEKPUNJUR, Kabupaten Bekasi termasuk kawasan Jabodetabekpunjur yang merupakan kawasan strategis nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu.Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jabodetabekpunjur secara umum berperan sebagai pusat perekonomian wilayah dan nasional sekaligus sebagai kawasan konservasi air dan tanah serta keanekaragaman hayati.
Gambar 2.2
Peta Pola dan Struktur Ruang KSN Jabodetabekpunjur
Berdasarkan peta struktur dan pola ruang Jabodetabekpunjur tersebut, wilayah Kabupaten Bekasi memiliki arahan pemanfataan ruang yaitu zona N1, zona B7/HP, zona B4/HP, zona B5, zona B2 dan zona B1.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing zona tersebut.
a. Zona N1 merupakan kawasan sempadan pantai dan kawasan pantai berhutan bakau. Pemanfaatan ruang zona N1 diarahkan untuk konservasi air dan tanah dalam rangka mencegah abrasi, erosi, amblesan, bencana banjir, dansedimentasi.
b. Zona B7/HP yaitu merupakan zona yang berdekatan dengan zona N1 pantaidengan karakteristik memiliki daya dukung lingkungan rendah,rawan intrusi air laut, rawan abrasi, dengan kesesuaian
untukbudi daya dan KLB yang disesuaikan dengan aturan daerah.
c. Zona B4/HP merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan rendah tetapi subur dan merupakan kawasan resapan air, serta merupakan areal pertanian lahan basah bukan irigasi teknis dan pertanian lahan kering.
d. Zona B5 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kesesuaian lingkungan untuk budi daya pertanian dan mempunyai jaringan irigasi teknis. Arah pemanfaatan ruang pada zona B5.
e. Zona B2 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yangmempunyai daya dukung lingkungan sedang dan tingkatpelayanan prasarana dan sarana sedang.
f. Zona B1 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yangmempunyai daya dukung lingkungan tinggi, tingkat pelayananprasarana dan sarana tinggi, dan bangunan gedung denganintensitas tinggi, baik vertikal maupun horizontal.
2) Arah pemanfaatan ruang Kabupaten Bekasi berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
Kabupaten Bekasi masuk ke dalam Wilayah Pengembangan (WP) bodebekpunjur. WP Bodebekpunjur merupakan wilayah pengembangan kawasanperkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran dengan kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta mengantisipasi terhadap perkembangan pembangunan wilayahperbatasan. Wilayahnya meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, KotaBekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur.
Sejalan dengan hal tersebut, secara khusus fungsi Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi dalam WP Bodebekpunjur diarahkan menjadi kawasan penyangga dalam sistem PKN kawasan perkotaanJabodetabek, serta untuk mengembangkan sektor industri ramah lingkungan dan hemat penggunaan air tanah, sertakegiatan pertambangan mineral logam dan non logamuntuk mendukung pembangunan di Bodebekpunjur.
Gambar 2.3
Penanganan Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan arahan pola ruang Kabupaten Bekasi, terdapat tiga pola ruang penting di Kabupaten Bekasi. Berikut penjelasan masing- masing pola ruang tersebut, antara lain:
a. Kawasan peruntukan industri
Untuk pengembangan dan optimalisasi kawasan industri di Kabupaten Bekasi pembangunan kawasan industri yang akan dikembangkan yaitu Kawasan Industri MM2100 (Cibitung), Kawasan Industri EJIP (NEGAI) Cikarang (Cibarusah), Kawasan Industri Internasional Bekasi (desa Sukaresmi), Kawasan Industri Jababeka (Cikarang), Kawasan Industri Lippo Cikarang (Cikarang), Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya (Cikarang), Kawasan Industri Gobel (Cibitung), dan Pusat Kawasan Industri dan Pergudangan Bertaraf Internasional Marunda.
Gambar 2.4
Peta Pola Ruang RTRW Jawa Barat
b. Kawasan peruntukan pertanian
Untuk pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan diarahkan untuk mempertahankan kawasan pertanian pangan irigasi teknis, mendukung ketahanan pangan provinsi dan nasional, meningkatkan produktivitas melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim, ditunjang dengan pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu menjamin ketersediaan air dan meningkatkan kesejahteraan petani dan dan pemanfaatan lahan yang lestari.
Terkait persebaran kawasan peruntukan pertanian akan didetailkan pada peraturan dibawahnya.
c. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan
Untuk pengembangan kawasan peruntukan permukiman perkotaan diarahkan melalui pengembangan hunian di kawasan perkotaan Kabupaten Bekasi.
3) Arah pemanfaatan ruang Kabupaten Bekasi berdasarkan Perda Kabupaten Bekasi Nomor 12Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2011-2031
Arahan pemanfaatan ruang dilihat berdasarkan wilayah pengembangan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2011- 2031, wilayah pengembangan dibagi menjadi empat yaitu:
a. Wilayah Pengembangan (WP) I meliputi Bekasi bagian tengah, dengan pusat di perkotaan Tambun dan meliputi wilayah pelayanan Tambun Selatan, Cibitung, Cikarang Utara, Cikarang Barat, Cikarang Timur, dan Cikarang Selatan. WP I diarahkan dengan fungsi utama pengembangan industri, perdagangan dan jasa, perumahan dan permukiman, pariwisata dan pendukung kegiatan industri.
b. Wilayah Pengembangan (WP) II meliputi Bekasi bagian selatan, dengan pusat di perkotaan Sukamahi dan meliputi wilayah pelayanan Cikarang Pusat, Setu, Serang Baru, Cibarusah, dan Bojongmangu. WP II diarahkan dengan fungsi utama pengembangan pusat pemerintahan kabupaten, industri, perumahan dan permukiman skala besar, pertanian, dan pariwisata.
c. Wilayah Pengembangan (WP) III meliputi Bekasi bagian timur, dengan pusat di perkotaan Sukamulya dan meliputi wilayah pelayanan Sukatani, Karang Bahagia, Pebayuran, Sukakarya, Kedungwaringin, Tambelang, Sukawangi, dan Cabangbungin. WP III diarahkan dengan fungsi utama pengembangan pertanian lahan basah, perumahan, dan permukiman.
d. Wilayah Pengembangan (WP) IV meliputi Bekasi bagian utara, dengan pusat di perkotaan Pantai Makmur, dan meliputi wilayah pelayanan Tarumajaya, Muaragembong, Babelan, dan Tambun Utara. WP IV diarahkan dengan fungsi utama pengembangan wilayah, simpul transportasi laut dan udara, pertambangan, Industri, perumahan dan permukiman, pertanian lahan basah, dan pelestarian kawasan hutan lindung.
Berdasarkan arahan pola ruang RTRW Kabupaten Bekasi, untuk kawasan peruntukan pertanian dijelaskan sebagai berikut:
a. Rencana kawasan peruntukan pertanian terdiri atas kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan holtikultura, kawasan perkebunan dan kawasan peternakan.
b. Kawasan pertanian tanaman pangan dibagi menjadi dua yaitu lahan basah dan lahan kering. Namun hanya pertanian lahan basah saja yang diusulkan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) sesuai dengan Surat Edaran dari Kementerian Pertanian.
Pertanian lahan basah dengan luas kurang lebih 35.244 Ha meliputi Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Sukawangi, KecamatanSukakarya, Kecamatan Sukatani, Kecamatan Karang Bahagia, Kecamatan Pebayuran, Kecamatan Kedungwaringin, Kecamatan Cikarang Timur, Kecamatan Setu, Kecamatan Serang Baru, Kecamatan Cibarusah dan Kecamatan Bojongmangu. Namun LP2B perlu diterapkan dengan perda tertulis terkait dengan luas dan wilayahnya.
Sementara untuk kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan lahan seluas kurang lebih 23.437 Ha, meliputi industri besar, industri menengah serta industri mikro dan rumah tangga. Berikut pembagiannya:
a. Industri besar meliputi Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan Cikarang Utara, Kecamatan Cikarang Selatan, Kecamatan Cikarang Timur, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Babelan dan Kecamatan Sukawangi.
b. Industri menengah meliputi Kecamatan Serang Baru, Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan Tambun Selatan, dan Kecamatan Karang Bahagia.
c. Industri mikro dan rumah tangga terdapat di Kecamatan Setu.
Gambar 2.5
Peta Pola Ruang Kabupaten Bekasi
Untuk kawasan peruntukan permukiman tersebar di seluruh kecamatan seluas kurang lebih 13.918 Ha. Untuk kawasan peruntukan permukiman yang direncanakan sebagai berikut:
a. Untuk rencana pengembangan kawasan permukiman perkotaan ditetapkan seluas kurang lebih 41.907 Ha meliputi Kecamatan Cibitung, Kecamatan Karang Bahagia, Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan Sukatani, Kecamatan Sukawangi, Kecamatan Cikarang Timur, Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Serang Baru, Kecamatan Setu, Kecamatan Cikarang Selatan dan Kecamatan Cikarang Barat.
b. Untuk rencana pengembangan kawasan permukiman perdesaan
ditetapkan seluas kurang lebih 3.515 Ha meliputi Kecamatan Babelan, Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Bojongmangu dan Kecamatan Serang Baru.
Gambar 2.5 merupakan peta pola ruang Kabupaten Bekasi dimana kawasan peruntukan pertanian digambarkan dengan warna hijau, kawasan peruntukan industri dengan warna abu-abu dan kawasan permukiman dengan warna kuning.
2.1.3 Wilayah Rawan Bencana
Indonesia sebagai negara kepulauan secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, diantara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia. Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap bencana alam.Bencana yang ditimbulkan pada umumnya disebabkan oleh teknologi, transportasi, gangguan ekologis, biologis serta kesehatan.Serangan teroris juga merupakan ancaman yang sudah terbukti menimbulkan bencana nasional. Terkait dengan hal tersebut, maka kebijakan otonomi daerah selain ditujukan untuk memberdayakan pemerintah daerah, mendekatkan, dan mengoptimalkan pelayanan dasar kepada masyarakat, juga sekaligus ditujukan untuk mengelola sumber daya dan resiko bencana secara bertanggung jawab.
Dalam paradigma baru, penanganan bencana adalah suatu pekerjaan terpadu yang melibatkan masyarakat secara aktif. Pendekatan terpadu semacam ini menuntut koordinasi yang lebih baik diantara semua pihak, baik dari sektor pemerintah, lembaga masyarakat, maupun badan internasional.Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bekasi, meliputi antara lain: banjir, tanah longsor, dan gelombang pasang. Karakteristik kawasan rawan bencana longsor dan banjir rata-rata memiliki kemiringan lebih curam dari 200 (kelerengan > 40 %) dengan karakteristik:
a Sifat fisik tanah dengan tekstur halus cenderung menimbulkan bahaya berupa gerakan tanah dan pergeseran muka tanah (longsor)
b. Kawasan yang rutin mengalami banjir yang cukup tinggi dan dalam jangka waktu relatif lama
Musibah banjir yang terjadi diakibatkan oleh aliran sungai yang tidak dapat menampung curah hujan, pendangkalan, serta penyempitan akibat perilaku manusia,seperti pembangunan bangunan liar pada daerah bantaran sungai. Selain itu, banjir juga disebabkan oleh adanya pasang air laut yang terjadi bersamaan dengan musibah banjir, juga oleh penyumbatan drainase di lingkungan permukiman, serta terganggunya daerah resapan di daerah hulu Bopunjur. Secara lebih rinci kawasan banjir di Kabupaten Bekasi diakibatkan oleh:
1. Curah hujan tinggi dan pasang air laut
2. Daerah resapan terganggu yang disebabkan karena meningkatnya pembangunan Bopunjur sehingga mengakibatkan debit air meluap di Kali Cibeet, Cipamingkis, Kali Bekasi
3. Sistem drainase di masing-masing DAS
• Terjadi penyempitan dan pendangkalan saluran CBL, Muara Citarum, Kali Bekasi, Kali Ulu (Lemahabang), Kali Cikarang (Cikarang-Sukatani)
• Penyumbatan Drainase di lingkungan permukiman dan perumahan.
4. Perilaku manusia
• Banyaknya bangunan ilegal di bantaran sungai
• Membuang sampah ke sungai
• Kurangnya kesadaran pemeliharaan lingkungan (penebangan pohon, pemeliharaan saluran, kurangnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang hijau dan asri, misalnya penanaman pohon atau tanaman keras lainnya di perumahan.
Berdasarkan hasil pengkajian potensi luas bahaya bencana berdasarkan indeks bahaya bencana sebagaimana yang tercantum dalam dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten Bekasi Tahun 2017-2021, diketahui bahwa terdapat potensi 8 (delapan) jenis potensi bencana. Secara spesifik dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.5
Potensi Bahaya di Kabupaten Bekasi
No Jenis Bencana Luas (Ha) Bahaya Kelas
1 Banjir 111.476 Tinggi
2 Banjir Bandang 2.467 TInggi
3 Cuaca Ekstrim 111.942 TInggi
4 Gempa Bumi 112.243 Sedang
5 Gelombang Ekstrim
dan Abrasi 826 Sedang
No Jenis Bencana Luas (Ha) Bahaya Kelas
6 Kekeringan 112.243 Tinggi
7 Kebakaran Hutan dan
Lahan 8.837 TInggi
8 Tanah Longsor 304 Tinggi
Sumber: Kajian Risiko Bencana Kabupaten Bekasi 2016
Adapun potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian di Kabupaten Bekasi dapat dilihat dalam tabel 2.6 dan 2.7.
Tabel 2.6
Potensi Penduduk Terpapar Bencana di Kabupaten Bekasi Jenis Bencana
Potensi Penduduk Terpapar (Jiwa)
Kelas Jumlah
Penduduk Terpapar
Kelompok Umur Rentan
Penduduk
Miskin Penduduk Cacat
Banjir 3.000.521 746.876 292.273 3.445 Tinggi Banjir
Bandang 11.124 2.967 3.287 34 Tinggi
Cuaca Ekstrim 2.977.851 741.612 291.160 3.464 Tinggi Gempa Bumi 3.012.352 749.991 294.380 3.469 Tinggi Gelombang
Ekstrim dan Abrasi
13 4 5 Rendah
Kekeringan 3.012.352 749.906 294.182 3.470 Tinggi Kebakaran
Hutan dan Lahan
- - - - Tinggi
Tanah
Longsor 2.209 567 331 1 Tinggi
Sumber: Kajian Risiko Bencana Kabupaten Bekasi 2016
Tabel di atas menunjukkan potensi penduduk terpapar bencana di Kabupaten Bekasi. Potensi penduduk terpapar dijabarkan untuk setiap bencana yang berpotensi di Kabupaten Bekasi. Berdasarkan tabel di atas potensi penduduk terpapar berada pada kelas tinggi kecuali untuk bencana gelombang ekstrim dan abrasi yang berada pada kelas rendah.
Tabel 2.7
Potensi Kerugian Bencana di Kabupaten Bekasi
Jenis Bencana
Kerugian (Juta Rupiah) Kerusakan Lingkungan
(Ha) Kerugian
Fisik Kerugian
Ekonomi Total
Kerugian Kelas Luas Kelas Banjir 6.089.737 541.307 6.631.044 Tinggi 225 Tinggi Banjir 61.179 33.950 95.129 TInggi 191 Tinggi
Jenis Bencana
Kerugian (Juta Rupiah) Kerusakan Lingkungan
(Ha) Kerugian
Fisik Kerugian
Ekonomi Total
Kerugian Kelas Luas Kelas Bandang
Cuaca
Ekstrim 15.008.048 1.537.947 16.545.995 Tinggi - - Gempa
Bumi 745.508 49.863 795.371 Tinggi - -
Gelombang Ekstrim
dan Abrasi 95 15 110 Rendah - -
Kekeringan - 924.681 924.681 Sedang 24.177 Tinggi Kebakaran
Hutan dan
Lahan - 268.736 268.736 Sedang 2.209 Tinggi Tanah
Longsor 18.443 15.993 34.436 Tinggi 27 Tinggi Sumber: Kajian Risiko Bencana Kabupaten Bekasi 2016
Adapun wilayah kecamatan di Kabupaten Bekasi yang berpotensi dari kelas tinggi – rendah berdasarkan jenis potensi bencana adalah sebagai berikut:
1. Banjir
1) Kecamatan Muara Gembong 2) Kecamatan Pebayuran 3) Kecamatan Babelan 4) Kecamatan Setu 5) Kecamatan Sukawangi 6) Kecamatan Cikarang Barat 7) Kecamatan Serang Baru 8) Kecamatan Cikarang Selatan 9) Kecamatan Tarumajaya 10)Kecamatan Cikarang Timur 11)Kecamatan Sukakarya 12)Kecamatan Bojongmangu 13)Kecamatan Cikarang Pusat 14)Kecamatan Cabangbungin 15)Kecamatan Karangbahagia 16)Kecamatan Cikarang Utara 17)Kecamatan Cibitung
18)Kecamatan Cibarusah
19)Kecamatan Tambun Selatan 20)Kecamatan Tambelang 21)Kecamatan Sukatani 22)Kecamatan Tambun Utara
23)Kecamatan Kedungwaringin 2. Banjir Bandang
1) Kecamatan Bojongmangu 2) Kecamatan Cibarusah 3) Kecamatan Cikarang Pusat 4) Kecamatan Serang Baru 5) Kecamatan Cikarang Timur 3. Cuaca Ekstrim
1) Kecamatan Muara Gembong 2) Kecamatan Pebayuran 3) Kecamatan Bebelan 4) Kecamatan Setu 5) Kecamatan Sukawangi 6) Kecamatan Serang baru 7) Kecamatan Cikarang Barat 8) Kecamatan Bojongmangu 9) Kecamatan Tarumajaya 10)Kecamatan Cikarang Selatan 11)Kecamatan Cikarang Timur 12)Kecamatan Sukakarya 13)Kecamatan Cikarang Pusat 14)Kecamatan Cabangbungin 15)Kecamatan Karangbahagia 16)Kecamatan Cibitung
17)Kecamatan Cikarang Utara 18)Kecamatan Tambun Selatan 19)Kecamatan Cibarusah
20)Kecamatan Sukatani 21)Kecamatan Tambelang 22)Kecamatan Tambun Utara 23)Kecamatan Kedungwaringin 4. GempaBumi
1) Kecamatan Muara Gembong 2) Kecamatan Pebayuran 3) Kecamatan Sukawangi 4) Kecamatan Babelan 5) Kecamatan Setu
6) Kecamatan Cikarang Barat 7) Kecamatan Bojongmangu 8) Kecamatan Serang Baru 9) Kecamatan Cikarang Timur 10)Kecamatan Tarumajaya 11)Kecamatan Cikarang Selatan 12)Kecamatan Sukakarya
13)Kecamatan Cikarang Pusat 14)Kecamatan Karangbahagia
15)Kecamatan Cabangbungin 16)Kecamatan Cibitung 17)Kecamatan Cibarusah
18)Kecamatan Tambun Selatan 19)Kecamatan Sukatani
20)Kecamatan Tambelang 21)Kecamatan Cikarang Utara 22)Kecamatan Tambun Utara 23)Kecamatan Kedungwaringin 5. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
1) Kecamatan Muara Gembong 2) Kecamatan Tarumajaya 3) Kecamatan Babelan 6. Kekeringan
1) Kecamatan Muara Gembong 2) Kecamatan Pebayuran 3) Kecamatan Sukawangi 4) Kecamatan Babelan 5) Kecamatan Setu
6) Kecamatan Cikarang Barat 7) Kecamatan Bojongmangu 8) Kecamatan Serang Baru 9) Kecamatan Cikarang Timur 10)Kecamatan Tarumajaya 11)Kecamatan Cikarang Selatan 12)Kecamatan Sukakarya
13)Kecamatan Cikarang Pusat 14)Kecamatan Cabangbungin 15)Kecamatan Cibitung
16)Kecamatan Karangbahagia 17)Kecamatan Tambun Selatan 18)Kecamatan Cibarusah
19)Kecamatan Sukatani 20)Kecamatan Tambelang 21)Kecamatan Cikarang Utara 22)Kecamatan Tambun Utara 23)Kecamatan Kedungwaringin 7. Kebakaran Hutan dan Lahan
1) Kecamatan Cikarang Selatan 2) Kecamatan Bojongmangu 3) Kecamatan Muara Gembong 4) Kecamatan Cikarang barat 5) Kecamatan Setu
6) Kecamatan Tambun Selatan 7) Kecamatan Cikarang Utara 8) Kecamatan Cibarusah
9) Kecamatan Cikarang Pusat 10)Kecamatan Babelan
11)Kecamatan Serang Baru 12)Kecamatan Cikarang Timur 13)Kecamatan Cibitung
14)Kecamatan Tarumajaya 15)Kecamatan Cabangbungin 16)Kecamatan Pebayuran 17)Kecamatan Sukakarya 18)Kecamatan Kedungwaringin 19)Kecamatan Tambun Utara 20)Kecamatan Karangbahagia 21)Kecamatan Sukawangi 22)Kecamatan Sukatani 23)Kecamatan Tambelang 8. Tanah Longsor
1) Kecamatan Bojongmangu 2) Kecamatan Setu
3) Kecamatan Cikarang Pusat 4) Kecamatan Cikarang Selatan 5) Kecamatan Serang Baru 6) Kecamatan Cibarusah 7) Kecamatan Cikarang Barat 8) Kecamatan Cikarang Utara
Gambar 2.6
Peta Rawan Banjir dan Rawan Longsor di Kabupaten Bekasi RTRW Kabupaten Bekasi 2011-2031
•
Jadi, kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bekasi yaitu kawasan rawan bencana gelombang pasang di Kecamatan Muaragembong dan kawasan rawan banjir di Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Cikarang Timur, Kecamatan Cikarang Utara, Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Kedungwaringin, Kecamatan Pebayuran, Kecamatan Sukakarya, Kecamatan Sukatani, Kecamatan Sukawangi, Kecamatan Tambelang dan Kecamatan Babelan, serta kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Bojongmangu. Sementara kawasan rawan bencana alam geologi abrasi di Kecamatan Muaragembong.