• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI DAERAH"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

II-1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 BAB II

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Kondisi Geografi

Kabupaten Minahasa Utara merupakan salah satu kabupaten di

Provinsi Sulawesi Utara yang terletak di antara 0025’ – 1059’ Lintang Utara

dan 124020’ – 1250 59’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut

Sulawesi dan Kabupaten Kepulauan Sitaro, sebelah barat berbatasan dengan

Laut Sulawesi dan Kota Manado, sebelah timur berbatasan dengan Laut

Maluku dan Kota Bitung, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Minahasa. Kabupaten Minahasa Utara merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Minahasa, terbentuk berdasarkan Undang - Undang No. 33 tahun 2003 dan diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004, dengan Airmadidi sebagai ibukota kabupaten. Luas wilayah Kabupaten

Minahasa Utara adalah sekitar 1.059.244 km2 dengan garis pantai sepanjang

292,20 km, memiliki pulau sebanyak 46 buah dan 1 pulau terluar yaitu Pulau

Mantehage.

Keadaan topografi wilayah sebagian besar merupakan dataran dan

perbukitan pada ketinggian di sekitar 0 – 650 meter tinggi dari permukaan

laut, kecuali wilayah sekitar pegunungan terutama Gunung Klabat yang mencapai sekitar 1.995 meter tinggi dari permukaan laut.

Karakter topografi hampir sama untuk semua wilayah kecamatan, yaitu dikategorikan datar, landai dan bergelombang. Wilayah dengan

kemiringan tanah antara 0 – 30 adalah sekitar 30,49 persen, antara 30 – 150

adalah sekitar 43,42 persen, antara 150 – 45 adalah sekitar 19,66 persen,

dan sisanya yaitu kemiringan lebih dari 450 adalah sekitar 6,43 persen.

Kedalaman efektif tanah rata-rata 0 – 3 m, PH tanah rata-rata 6,0 sampai 8,0 dengan tekstur tanah yang bervariasi dari liat (alluvial), liat berpasir (latosol), liat berlempung (meditrean) dan lempung berpasir (regosol).

(2)

II-1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

(3)

II-1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

(4)

II-2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Tipe iklim di daerah ini adalah type A (iklim basah), dengan musim kemarau pada bulan Mei – Oktober dan iklim hujan pada bulan-bulan November – April. Curah hujan maksimum pada bulan Desember – Maret yang sering dibarengi dengan angin kencang sehingga sering mengakibatkan banjir dan gelombang laut maksimum. Secara umum suhu udara harian rata-rata di Kabupaten Minahasa Utara bervariasi mulai 25,5°C sampai 27,8°C, pada pagi hari suhu udara minimum berkisar antara 20,8°C sampai 22,8°C, sedangkan pada siang hari suhu udara maksimum terkadang mencapai lebih dari 34,6°C. Kondisi semacam ini umumnya berlangsung antara bulan Agustus dan November. Dari gambaran topografi dan iklim ini, menunjukan kondisi daerah di mana sebagian besar wilayah merupakan wilayah yang subur dan potensial untuk dimanfaatkan bagi pengembangan pertanian pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan secara keseluruhan bagi kepentingan masyarakat dan pembangunan.

Namun, masalah erosi tanah yang merupakan salah satu persoalan lingkungan, perlu menjadi perhatian untuk penanggulangannya. Terdapat sekitar 65.000 ha wilayah di luar kawasan hutan yang mengalami erosi ringan (lebih kecil 14 mm/tahun). Selain itu, terdapat sekitar 8.000 ha yang mengalami erosi sedang (antara 14 s/d 60 mm/tahun). Di lokasi Gunung Klabat, Gunung Saoan dan Gunung Wiau, juga terdapat sekitar 16.000 ha yang mengalami erosi berat (lebih besar dari 60 mm/tahun) di lokasi Gunung Saoan, Gunung Wiau, Gunung Lembean Utara, dan di Pulau Bangka.

Kawasan wilayah rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam diwilayah Kabupaten Minahasa Utara meliputi :

1. Kawasan rawan bencana pada jalur sesar; Kawasan rawan bencana

jalur sesar dan amblesan adalah berada di sepanjang garis sesar Manado-Kema dan garis sesar Likupang – G.Tayapu/G.Werot dengan luas keseluruhan kurang lebih 1.985,70 Ha ;

2. Kawasan rawan gerakan tanah/longsor; Kawasan rawan gerakan

tanah/longsor yang dimaksud adalah kawasan yang berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran, lahan yang memiliki

kemiringan lereng 40 % sangat berpotensi untuk terjadinya longsor.

Kawasan rawan longsor di Kabupaten Minahasa Utara tersebar di Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Kema, dan Kecamatan Airmadidi.

(5)

II-3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

3. Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami, adalah kawasan di pesisir

pantai yang mengalami hempasan gelombang laut yang besar dan kawasan ini berada di Pulau Mantehage dan sekitarnya , Pulau Naen dan sekitarnya , Pulau Talise dan sekitarnya, Pulau Gangga dan sekitarnya, Pulau Bangka dan sekitarnya, Pesisir Pantai Kecamatan Wori, Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan Likupang Timur dan Kecamatan Kema. Luas keseluruhan kawasan rawan gelombang pasang/tsunami kurang lebih 2.339 Ha ;

4. Kawasan rawan banjir tersebar di dataran rendah di muara sungai di

Kecamatan Likupang Timur, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan diperkirakan 1.582 Ha.

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah dapat diidentifikasikan wilayah yang memilki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat, Kawasan Peruntukan Pertanian, Kawasan Peruntukan Perikanan, Kawasan Peruntukan Pertambangan, Kawasan Peruntukan Permukiman, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Peruntukan Pariwisata, dan Kawasan Peruntukkan lainnya (Kawasan Tempat Ibadah, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pertahanan Keamanan dan Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa) dengan berpedoman pada pada rencana tata ruang wilayah Kabupaten Minahasa Utara.

Potensi Kawasan Peruntukan Hutan Produksi yaitu Hutan Produksi Terbatas Gunung Wiau kurang lebih 3.336,27 Ha, Hutan Produksi Terbatas Gunung Saoan kurang lebih 4.734,95 Ha, Hutan Produksi Terbatas Pulau Talise kurang lebih 106,76 Ha, Hutan Produksi Terbatas Pulau Bangka kurang lebih 1.506,64 Ha dengan luas keseluruhan kurang lebih 9.684,62 Ha. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat adalah kawasan di luar kawasan hutan yang yang memiliki tingkat kelerengan lebih dari 30% yang sudah tidak sesuai untuk pengembangan kegiatan budidaya pertanian dan perkebunan dan dapat dikembangkan oleh masyarakat untuk budidaya tanaman/vegetasi hutan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat ini tersebar di Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan Likupang Timur, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan kurang lebih 4.027,60 Ha.

(6)

II-4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan yang secara teknis sesuai dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan basah yang didukung prasarana irigasi, tersebar di Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan kurang lebih 3.716,50 Ha.

Kawasan pertanian hortikultura adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan hortikultura, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan kurang lebih 27.721,62 Ha, dengan komoditas unggulan Pisang Barangan, komoditi andalan adalah Nenas, Mangga damar Merah, Rambutan dan Pepaya, sedangkan komoditi potensi adalah Durian dan Manggis. Kawasan perkebunan adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perkebunan, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan kurang lebih 54.222,94 Ha, dengan komoditas unggulan Kelapa, Pala, Kakao dan Jambu Mente.

Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara teknis dapat di

manfaatkan untuk pengembangan kegiatan peternakan dengan

meminimalisir dampak pencemaran, yaitu minimal 500 meter dari lokasi pemukiman terdekat, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan sama dengan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering yaitu kurang lebih 27.721,62 Ha, dengan komoditas unggulan Sapi, Babi, Ayam dan Itik.

Kawasan peruntukkan perikanan adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan :

a. perikanan darat;

b. perikanan air payau;

c. perikanan air laut; dan

d. budidaya perikanan.

Kawasan perikanan darat sebagaimana yang dimaksud adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar disawah, kolam dan perairan yang tersebar dikecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan dengan luas keseluruhan kurang lebih 2.549,56 Ha.

(7)

II-5 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Kawasan perikanan air payau adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan budidaya perikanan air payau di tambak sepanjang pantai yang tersebar di Kecamatan Kema, Kecamatan Wori dan

Kecamatan Likupang Timur dengan luas keseluruhan kurang lebih 117,12 Ha.

Kawasan perikanan laut adalah kawasan yang secara teknis seusia untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut maupun untuk kegiatan perikanan tangkap jalur IA. Pengelolaan laut untuk kegiatan penangkapan ikan wilayah kurang dari 4 mil di wilayah laut Kecamatan Wori, Likupang Barat, Likupang Timur dan Kema.

Kawasan budidaya perikanan yang dimaksud didukung oleh Loka Budidaya Air tawar di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe dan Balai Benih Ikan Pantai di Desa Likupang II Kecamatan Likupang Timur. Pengembangan budidaya tawar yaitu di Kecamatan Kema, Kecamatan Kauditan, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, dan Kecamatan Likupang Selatan. Kawasan perikanan sentra pengolahan sebagaimana sesuai untuk pengembangan pengolahan hasil perikanan yang tersebar di Kecamatan Kema, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Likupang Barat dan Kecamatan Wori.

Kawasan pertambangan yang berpotensi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu kawasan yang secara teknis-geologis memiliki potensi deposit bahan tambang, atau area kontrak karya pertambangan/kuasa pertambangan/izin pertambangan daerah/tambang rakyat baik yang sudah di lakukan kegiatan pertambangan ataupun belum, yang berada di luar kawasan lindung, tersebar di wilayah Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan Likupang Timur, Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Wori, Kecamatan Kema, Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan.

Potensi Kawasan peruntukan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dengan luas keseluruhan kurang lebih 5.141,78 hektar yang terdiri dari : Permukiman perkotaan meliputi permukiman yang terbentuk kawasan perkotaan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten, yaitu : Permukiman perdesaan meliputi pemukiman yang terbentuk kawasan perdesaan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten, permukiman baru skala besar dikembangkan di Kecamatan Talawaan, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kauditan.

(8)

II-6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Kawasan peruntukan industri di wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah kawasan yang diperuntukan pengembangannya bagi pemusatan kegiatan industri pengolahan hasil pertanian maupun industri manufaktur yang terdiri atas:

a. Kawasan Peruntukan Industri besar meliputi Kauditan-Bitung-Kema di

Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung yang mencakup Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema.

b. Kawasan Peruntukan Industri Sedang di Kecamatan Likupang Barat.

c. Kawasan Peruntukan Industri Kecil dan Ringan tersebar diseluruh

Kabupaten.

d. Kawasan Pergudangan terbatas dan terkendali terletak di Kecamatan

Kalawat dan di kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan industri. Potensi Kawasan pariwisata di wilayah Kabupaten Minahasa utara yaitu kawasan yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam, wisata budaya, wisata agro dan wisata lainnya baik yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Potensi dan objek wisata alam antara lain: di Pulau Bangka, Pulau Sahaung, Pantai Surabaya, Pantai Kalinaun di Kecamatan Likupang Timur, Pantai Makalisung, Pantai Batu Nona, Danau Tasik Oki di Kacamatan Kema, Arung Jeram Sungai Tondano, Pemandian Air Panas Tanggari, Gunung Klabat di Kecamatan Airmadidi, Air Terjun Tunan di Kecamatan Talawaan, Danau Zepper di Kecamatan Kauditan, Pulau Naen dan Pulau Mentehage di Kecamatan Wori. Potensi dan Objek Wisata Budaya antara lain : Taman Purbakala di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Taman Waruga di Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi, Mata Air Tumatenden di Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi, Goa Jepang di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Waruga di Desa Kokoleh Satu Kecamatan Likupang Selatan, Penjara Tua di Desa Kema Dua Kecamatan Kema. Potensi dan objek wisata agro antara lain : kebun kelapa hibrida di Kecamatan Wori dan Kecamatan Likupang Barat, kebun rambutan di Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan, kolam ikan mas dan nila di Kecamatan Dimembe. Potensi dan objek wisata lainnya antara lain : Gangga Island Resort di Kecamatan Likupang Barat, Pulisan Jungle Resort di Desa Pulisan Kecamatan Likupang Timur, Kima Bajo Resort di Desa Kima Bajo di Kecamatan Wori, penangkaran satwa langka di Desa Pimpim Kecamatan Kema.

(9)

II-7 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Potensi perdagangan dan jasa di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu kawasan yang dapat memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran). Kawasan perdagangan dan jasa menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB yaitu di sepanjang kawasan perkotaan Manado – Bitung.

Dari sisi perwilayahan, letak Kabupaten Minahasa Utara sangat strategis, karena berada di antara 2 kota utama yang pertumbuhannya cepat, yaitu Kota Manado dan Kota Bitung, dan di antara 2 pintu gerbang utama lokal, nusantara, dan internasional, yaitu Pelabuhan Bitung dan Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi. Dimana Kabupaten Minahasa Utara masuk dalam koridor cepat tumbuh Manado-Bitung yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang terdiri dari Kecamatan Kalawat, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema. Adanya rencana pembangunan Jalan Tol Manado-Bitung dan Pembangunan Jalur Kereta Api Pulau Sulawesi, memperkuat posisi strategis Kabupaten Minahasa Utara terhadap perkembangan ekonomi dan rencana pengembangan metropolitan BIMINDO. Hal ini perlu dikelola secara baik agar dapat

memberikan dampak positif bagi percepatan pembangunan di Kabupaten

Minahasa Utara dengan tetap memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan.

2.1.2 Kondisi Demografi

Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2010 memiliki 10 (sepuluh) kecamatan dengan jumlah penduduk sesuai hasil sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 188.467 jiwa terdiri dari laki-laki berjumlah 95.879 jiwa (50,87%) dan perempuan berjumlah 92.588 jiwa (49,13%), dengan tingkat kepadatan pendudk 178/km². Persebaran penduduk terbanyak di Kecamatan

Kalawat yaitu 26.624 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 682,12/km²

sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Likupang Selatan yaitu 5.107 jiwa namun menduduki peringkat kedua tingkat kepadatan penduduk

432,03/km², sedangkan Kecamatan Likupang Timur dengan jumlah

penduduk sebanyak 16.503 jiwa dengan tingkat kepadatan yang paling

(10)

II-8 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 Tabel II-1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tahun 2010 Menurut Kecamatan

Kabupaten Minahasa Utara

No. Kecamatan Luas (Km²)

Jumlah Penduduk Tingkat

Kepadatan Penduduk per

KM² Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7=6/3 1. Kema 78,755 7.695 7.285 14.980 190,21 2. Kauditan 108,202 11.825 11.733 23.585 217,98 3. Airmadidi 86.660 13.480 13.112 26.592 306,85 4. Kalawat 39,031 13.391 13.233 26.624 682,12 5. Dimembe 166,433 11.508 11.105 22.613 135,87 6. Talawaan 82,508 8.981 8.505 17.486 211,93 7. Wori 90,704 9.163 8.803 17.966 198,07 8. Likupang Barat 104,289 8.761 8.250 17.011 163,11 9. Likupang Timur 290,841 8.462 8.077 16.503 56,74 10. Likupang Selatan 11,821 2.622 2.485 5.107 432,03 Jumlah 1,059,244 95.879 92.588 188.467 177,93

Sumber : Hasil Olah Cepat Sensus Penduduk 2010. BPS

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Minahasa Utara 5 (lima) tahun terakhir rata-rata sebesar 2,41% dan yang paling menonjol pada tahun 2010 sebesar 6,79 %, sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini.

Tabel II-2

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2006 – 2010 per kecamatan

Jumlah Penduduk No. Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010 1. Kema 13.167 13.499 13.637 13.795 14.980 2. Kauditan 21.836 22.111 22.337 22.596 23.585 3. Airmadidi 23.592 24.050 24.296 24.578 26.592 4. Kalawat 21.811 22.381 22.610 22.873 26.624 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Penduduk 167,512 170,340 172,690 174,455 176,480 188,467 155,000 160,000 165,000 170,000 175,000 180,000 185,000 190,000 195,000 Gambar II -1

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2005 - 2010

(11)

II-9 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 5. Dimembe 21.136 21.508 21.728 21.980 22.613 6. Talawaan 12.472 12.556 12.684 12.831 17.486 7. Wori 18.139 18.169 18.355 18.568 17.966 8. Likupang Barat 16.932 16.952 17.125 17.324 17.011 9. Likupang Timur 21.255 21.464 21.683 21.935 16.503 10. Likupang Selatan - - - - 5.107 Jumlah 170.340 172.690 174.455 176.480 188.467

Pertumbuhan penduduk rata-rata selang 5 (lima) tahun terakhir di Kecamatan Talawaan sebesar 10,05 % dengan kepadatan penduduk 211,93/km², sedangkan terkecil di Kecamatan Dimembe sebesar 1,75 %,

dengan kepadatan penduduk 135,87/km²

Gambar II-2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2009

Sumber : BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2009

Dilihat dari struktur umur dan jenis kelamin masyarakat Kabupaten Minahasa Utara, kelompok umur 5-9 tahun merupakan kelompok yang terbesar, diikuti oleh kelompok umur 10-14 tahun. Umur 50-54 tahun hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan, Pada kisaran umur 25-29 tahun, jumlah penduduk laki-laki berkurang dibandingkan dengan perempuan dan pada kisaran umur 65-69 jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 0-4 T ah u n 5-9 T ah u n 10 -14 T ah u n 15 -19 T ah u n 20 -24 T ah u n 25 -29 T ah u n 30 -34 T ah u n 35 -39 T ah u n 40 -44 T ah u n 45 -49 T ah u n 50 -54 T ah u n 55 -59 T ah u n 60 -64 T ah u n 65 -69 T ah u n 70 -74 T ah u n 75 + Laki-laki Perempuan Mengurus

Rumah Tangga Bersekolah

Pengangguran

Terbuka Bekerja Persentasi Penduduk 15 tahun

keatas menurut jenis kegiatan 25.84 7.73 8.55 54 0 10 20 30 40 50 60 Gambar II-3 .

Persentasi Penduduk 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan

Sumber : BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2010 Sumber : BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2011

(12)

II-10 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran terhadap kualitas sumberdaya manusia. Pengukuran nilai IPM didasarkan pada tiga komponen yaitu : (a) Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup pada saat kelahiran, (b) Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua pertiga)

dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas gross enrollment ratio

(bobot satu per tiga), (c) standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP

perkapita gross domestic product dalam paritas kekuatan beli atau

purchasing power parity (dollar US). Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara terus berupaya meningkatkan pembangunan disegala sektor, termasuk pembangunan sumberdaya manusia. Ini tercermin dari nilai IPM yang terus mengalami peningkatan, bahkan Nilai IPM Kabupaten Minahasa Utara menempati peringkat ke 56 Tingkat Nasional dan peringkat ke-3 Tingkat Provinsi Sulawesi Utara.

Berdasarkan Komponen penyusunan IPM, angka harapan hidup rata-rata masyarakat Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2008 adalah 75.33 tahun, angka melek huruf rata-rata adalah 99.68%, angka rata-rata lama sekolah adalah 9.07 tahun dan pengeluaran perkapita rata-rata adalah Rp. 622.710 secara keseluruhan, IPM Minahasa Utara pada tahun 2008 adalah 75.16.

Tabel II-3

Komponen Penyusun IPM Minahasa Utara per tahun

Tahun

Komponen 2006 2007 2008

Angka Harapan Hidup 71.8 75.35 72.2

Angka Melek Huruf 99.7 99.68 99.68

Rata-rata lama sekolah 9.07 9.07 9.07

Pengeluran per kapita (OOO rp) 611.30 617.82 622.71

IPM 74.2 76.06 75.16

Sumber : BPS Kabupaten Minahasa Utara, Tahun 2008

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi. 1. Pertumbuhan PDRB.

Kondisi perekonomian daerah dapat digambarkan dengan nilai pertambahan barang dan jasa di suatu daerah yang ditunjukkan dari perhitungan PDRB. Sementara itu pertumbuhan ekonomi dapat dihitung

(13)

II-11 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

menggunakan pertumbuhan nilai PDRB atas dasar harga konstan. Kabupaten Minahasa Utara tahun 2005, nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar Rp. 997.712.28,-. Tahun 2006 sebesar 1,036,632.29,-. Tahun 2007 1.094,809.40,-, Tahun 2008 1.162,576.55 dan Tahun 2009 sebesar 1,242 trilyun rupiah menurut harga konstan. Dengan berbagai kebijakan dan program yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara serta iklim investasi yang semakin membaik, pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010 menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan. Pertumbuhan ekonomi Tahun 2005 sebesar 4,7%, berturut-turut naik pada tahun 2006 menjadi 4,90%, pada Tahun 2007 sebesar 5,61%, pada Tahun 2008 sebesar 6,19% serta pada Tahun 2009 sebesar 6,68%.

Tabel II-4

Nilai dan kontribusi Sektor Dalam PDRB tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan

* Angka Sementara

Sumber :BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2009

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengatahui kondisi ekonomi suatu daerah / wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai usaha dalam sutu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung berdasarkan atas harga Konstan (ADHK) , kinerja sektor-sektor atas dasar konstan

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tahun 2006 sebesar Rp. 1.036,632.28,- , tahun 2007 sebesar Rp.1.094,809.40,- , tahun 2008

sebesar 1,162.576.65,- dan tahun 2009 sebesar Rp. 1.242.362.72,-

No Sektor 2006 2007 2008 2009 2010* Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % 1. Pertanian 307,568.19 29,67 320,340.38 29,26 337,221.66 29,01 352,006.28 28,34 352,066.28 28,34 2. Pertambangan 130,766.73 12,61 138,191.39 12,62 147,456.64 12,68 158,706.54 12,77 158,706.54 12,77 3. Industri pengolahan 65,215.30 6,29 66,813.08 6,10 68,274.54 5,87 71,142.07 5,73 71,142.07 5,73

4. Listrik gas dan air Bersih 6,619.65 0,63 6,826.68 0,62 6,974.28 0,60 7,333.30 0,59 7,333.30 0,59 5. Bangunan /Konstruksi 210,024.32 20,26 229,822.92 20.99 252,133.04 21,68 281.380.47 22,65 281.380.47 22,65 6. Perdagangan,Hotel & Restauran 126,701.90 12,23 134,510.54 12,29 142,142.53 12,24 152,651.71 12,29 152,651.71 12,29 7. Pengangkutan &Komunikasi 58,536.65 5,64 61,975,39 5,66 65,869.23 5,67 69,948.19 5,63 69,948.19 5,63 8. Keuangan, Sewa &jasa perusahaan 25,819.07 2,50 27,058,46 2,47 28,536.53 2,45 30,051.58 2,42 30,051.58 2,42 9. jasa-jasa 105,470,47 10,17 109,270.56 9,99 113,978.10 9,80 119,080.59 9,58 119,080.59 9,59 Total PDRB 1,036,632.28 100 1,094,809.40 100 1,162.576.65 100 1,242,360,72 100 1,242,360,72 100

(14)

II-12 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Utara tidak terlepas dari pertumbuhan kinerja sektor yang dominan, yakni sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan hotel/restauran dan sektor pertambangan diikuti oleh sektor –sektor lainnya.

Tabel II-5

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006-2010 Atas Dasar harga Berlaku (ADHB)

* Angka Sementara

Sumber :BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2009

Kinerja nilai dan kontribusi sektor-sektor dalam PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan dimana pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.550.212.67,- , pada tahun 2007 sebesar RP. 1.755.184.44,- , tahun 2008 sebesar Rp. 2.033.992.00,- dan pada tahun 2009 sebesar 2.328.984.14,- perkembangan 5 (lima ) tahun kinerja sektor-sektor atas dasar harga berlaku (ADHB) mengalami peningkatan, dan menunjukan kinerja yang cukup baik dengan sektor pertanian masih memegang peranan yang sangat dominan dalam kontribusi sektor.

Gambar II-4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2001 s/d 2009 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Primer 4.09 3.79 2.1 6.64 4.08 2.45 4.6 5.7 5.9 Sekunder 4.47 3.68 6.52 4.72 5.2 4.75 7.64 7.88 9.86 Tersier 2.31 3.31 7.03 5.68 5.14 5.21 5.21 5.32 5.28 P. Ekonomi 3.66 3.62 4.72 5.83 4.7 3.9 5.61 6.19 6.86 0 2 4 6 8 10 12 No Sektor 2006 2007 2008 2009 2010* Rp. % Rp % Rp % Rp % Rp % 1 Pertanian 412,543.39% 26,61 449,513.08 25,61 489,901.78 24,09 554,352.21 23,80 554,352.21 23,80 2 pertambangan 134,507.22 8,68 161,152.24 9,18 229,189.40 11,27 256,893.81 11,03 256,893.81 11,03 3 Industri pengolahan 128,843.10 8,31 146,543.22 8,35 173,630.64 8,54 194,293.54 8,34 194,293.54 8,34

4 Listrik gas dan air Bersih 11,226.36 0,72 12,463.46 0,71 13,824.07 0,68 14,729.95 0,63 14,729.95 0,63 5 Bangunan /Konstruksi 343.613.52 22,17 390,226.54 22,23 442,487.52 21,75 530,824.26 22,79 530,824.26 22,79 6 Perdagangan,Hotel & Restauran 198,361.91 12,80 224.376.57 12,78 255,515.67 12,56 290,547.25 12,48 290,547.25 12,48 7 Pengangkutan &Komunikasi 124,401.77 8,02 150,905.91 8,60 183,241.54 9,01 197,766.50 8,50 197,766.50 8,50 8 Keuangan, Sewa &jasa perusahaan 32,186.44 2,08 34,750.32 1,98 37,536.50 1,85 41,434.32 1,78 41,434.32 1,78 9 jasa-jasa 164,529.06 10,61 185,253.10 10,56 208,664.88 10,25 248,142.29 10,65 248,142.29 10,65 Total PDRB 1,550,212.67 100 1.755,184.44 100 2,033,992.00 100 2,328,984.14 100 2,328,984.14 100

(15)

II-13 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Dengan berbagai kebijakan dan program yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara serta iklim investasi yang semakin membaik, pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan adanya kenaikan yang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 sebesar 4,90%, dan pada tahun 2007 naik sebesar 5,61%, dan berturut-turut naik pada tahun 2008 sebesar 6,19% serta pada tahun 2009 sebesar 6,86%. Adapun kontribusi terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Minahasa Utara masih bersumber sektor pertanian, pertambangan dan penggalian ( sektor Primer), sektor industri pengolahan, listrik, gas & air bersih, bangunan (sektor sekunder) , sektor perdagangan , hotel dan restauran, pengangkutan & komunikasi, Keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan , serta jasa- jasa lainnya ( sektor tersier)

Berdasarkan hasil evaluasi perkembangan ekonomi makro Kabupaten Minahasa Utara pada tahun - tahun sebelumnya serta dengan memperhatikan kebijakan fiskal dan investasi, tingkat inflasi, sistem kelembagaan disegala bidang (ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya) serta faktor-faktor lainnya yang berdampak terhadap ekonomi makro, maka diharapkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Utara pada Tahun 2011 akan lebih besar dari tahun sebelumnya (2010) yang besarnya 7,2%. Nilai PDRB Tahun 2011 juga diharapkan akan lebih besar dari tahun sebelumnya, dimana pada Tahun 2009, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar 2,328 trilyun rupiah dan Atas Dasar Harga Konstan sebesar 1,242 trilyun rupiah dengan menekan tingkat inflasi dari tahun sebelumnya yang hingga akhir tahun diperkirakan rata-rata sebesar 9,38%.

Dilihat dari struktur ekonomi maka perekonomian di Kabupaten Minahasa Utara pada Tahun 2009 pada sektor pertanian masih memegang peranan terbesar dalam memberikan kontribusi guna pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Minahasa Utara, yaitu sebesar 23,80%, kemudian diikuti oleh sektor bangunan sebesar 22,79%, sektor pertambangan dan penggalian, perdagangan hotel dan restoran masing-masing memberikan peranan tidak lebih 13%, sektor industri, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor listrik, gas dan air serta sektor jasa – jasa peranannya masing-masing masih dibawah 10%.

(16)

II-14 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 23.8 11.03 8.34 0.63 22.79 12.48 8.49 1.78 10.65

Pertanian Pertambangan Industri

Listrik Bangunan Perdagangan

Angkutan &Komunikasi Keuangan Jasa

Sumber : BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2010

1. Laju Inflasi

Inflasi Kabupaten Minahasa Utara berpatokan pada inflasi Kota Manado, karena Kota Manado sebagai Ibukota Provinsi yang merupakan sebagai pusat Perdagangan dan Jasa dan merupakan salah satu dari 48 kota yang dijadikan dasar pengukuran tingkat inflasi di Indonesia. Tingkat Inflasi Tahun 2005 sebesar 18,72%, Tahun 2006 sebesar 5,04%, Tahun 2007 meningkat menjadi 10,71%, Tahun 2009 sebesar 2,31% dan tingkat inflasi Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010 sebesar 6,28%. Inflasi dipengaruhi oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) terutama pada bulan Desember perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukan adanya kenaikan yaitu beberapa komoditas yang mengalami kenaikan yaitu : kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau dan sandang. Inflasi selama tahun kalender selama Januari sampai Desember 2010 mencapai 6,28%.

Tabel II-6

Inflasi Kabupaten Minahasa Utara

Tahun 2006 s/d 2009

Sumber : BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2010 2. PDRB Perkapita

Seiring dengan semakin meningkatnya perekonomian Kabupaten Minahasa Utara yang tercermin dengan meningkatnya PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, maka PDRB perkapita Kabupaten Minahasa Utara selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2008 PDRB perkapita masing-masing penduduk Kabupaten

Uraian (n-5) 2006 (n-4) 2007 (n-3) 2008 (n-2) 2009 (n-1)* 2010 Rata-rata pertumbuhan Inflasi 5,09 10,13 9,71 6,31 6,28 - 1,28

Gambar II-5. Struktur Ekonomi Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2009 ( % )

(17)

II-15 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Minahasa Utara sebesar 11,65 juta rupiah per tahun menurut harga berlaku dan 6,66 juta rupiah menurut harga konstan dan tahun 2009 PDRB perkapita masing-masing penduduk Kabupaten Minahasa Utara sebesar 13,19 juta rupiah per tahun menurut harga berlaku dan sekitar 7,04 juta rupiah menurut harga konstan.

Gambar II-6 PDRB Perkapita Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2000 s/d 2009

Sumber : BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2010 3. Ketimpangan Kemakmuran

Indeks Gini

Pembangunan sebagai suatu proses dalam meningkatkan kehidupan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat, dll. Pembangunan harus diukur agar dapat mengevaluasi kegiatan. Mengukur pembangunan dapat dilakukan dengan mengukur kekayaan rata – rata, pemerataan, kualitas kehidupan, kerusakan lingkungan dan keadilan sosial dan kesinambungan.

Ketimpangan kemakmuran merupakan salah satu alat evaluasi mengukur pembangunan khususnya terhadap pemerataan. Koefisien Gini merupakan salah satu indikator mengukur ketimpangan atau distribusi pendapatan antar golongan masyarakat ( size distribution ). Indeks ini diturunkan dari kurva Lorenz, yakni kurva yang memotret distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat. Perhitungan dengan cara matematis dan Perhitungan Indeks Gini diukur dengan angka antara 0 sampai dengan 1 seperti disajikan pada tabel dibawah ini :

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 ADHB 5.50 5.90 6.5 7.2 7.6 8.3 9.2 10.16 11.65 13.19 ADHK 5.50 5.50 5.6 5.8 5.7 5.9 6.1 6.34 6.66 7.04 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 ADHB ADHK J ut aan Ru pi ah

(18)

II-16 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 Tabel II-7

Perhitungan Indeks Gini

Angka Tingkat Ketimpangan

1 Maksimal

0.51-1 Tinggi

0.4-0.5 Sedang

0.1-0.39 Kecil

0 Tidak Ada

Sumber : Bappelitbang Kabupaten Minahasa Utara, 2011

4. Ketimpangan Regional

Indeks Ketimpangan Regional ( Indeks Ketimpangan Wiliamson)

Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Regional

Sjafrizal (2008) ketimpangan pembangunan ekonomi regional merupakan aspek yang umum terjadi di suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam, dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing – masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong pembangunan ekonomi juga menjadi berbeda.

Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Disparitas atau biasa disebut dengan ketimpangan dalam suatu wilayah dapat ditunjukkan dengan disparitas antar pusat kota (pusat kegiatan dalam

wilayah) dan desa hinterland-nya, yang lebih dikenal dengan disparitas

desa-kota. Disparitas ini dapat digambarkan sebagai transmisi spasial

impuls-impuls yang lemah dari pusat ke hinterland-nya (Stohr, 1980).

Perbedaan-perbedaan antar kabupaten dan kota dalam tingkatan kehidupan pada suatu skala wilayah merupakan fenomena lain yang akan menunjukkan perlunya aplikasi kebijakan-kebijakan regional secara spesifik. Dalam kondisi dimana indeks yang menyatakan tingkatan kehidupan tidak

(19)

II-17 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

lengkap membuat penjelasan terhadap unit-unit sub kawasan, maka harus menggunakan pendapatan perkapita dengan catatan bahwa kecenderungan distribusi pendapatan perkapita akan terkonsentrasi pada daerah yang dekat dengan sumber-sumber modal ataupun pusat administrasi seperti ibukota daerah atau kota.

Disparitas ekonomi wilayah dapat diekspresikan oleh hubungan antara kapasitas ekonomi suatu wilayah dengan ukuran penduduk yang berada di dalamnya. Indikator-indikator yang dinyatakan dengan hubungan per kapita dan kepadatan penduduk, diekspresikan dalam penentuan tipologi wilayah yang membaginya ke dalam empat bagian besar yaitu : (1) wilayah inti; (2) wilayah periferi aktif; (3) wilayah periferi aktif dan wilayah periferi netral (Stohr, 1980); (4) tipe wilayah ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam aspek ekonomi, sosial dan politik. Perbedaan karakteristik ini disebabkan

oleh spread effect dan backwash effect yang menghasilkan transfer-transfer

yang berbeda terhdap determinan-determinan pembangunan wilayah (sosial, ekonomi dan politik). Siebert (1969) dan Stohr (1980) menyatakan bahwa jika determinan-determina itu bergerak dengan baik maka tidak akan terjadi disparitas spasial dalam pembangunan.

Secara teoritis permasalahan ketimpangan pembagunan antar wilayah mula-mula dimunculkan oleh Douglas C. North dalam analisanya tentang teori pertumbuhan Neo-Klasik, dalam teori tersebut dimunculkan sebuah prediksi tentang hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu Negara dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah.

Ukuran dalam ketimpangan pembangunan antar wilayah yang mula-mula ditemukan adalah Williamson Index yang digunakan dalam studinya pada

tahun 1966 secara ilmu statistic, indeks ini sebenarnya adalah coefficient of

variation yang lazim digunakan untuk mengukur suatu perbedaan.

Istilah Williamson Index muncul sebagai penghargaan kepada Jeffrey G. Williamson yang mula-mula menggunakan teknik ini untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah, walaupun index ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu antara lain sensitif terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan, namun demikian index ini cukup lazim digunakan untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah.

Dalam proses pengukurannya William Index mengunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita sebagai data dasar, formulasi Indeks Williamson ini dapat juga digunakan untuk menggambarkan

(20)

II-18 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

ketimpangan kabupaten/kota, yang dihitung dengan formulasi sebagai berikut: √∑ ̅ ̅ Iw = Indeks Williamson yi = PDRB perkapita di Kab/Kota

y = PDRB perkapita rata-rata di Provinsi Sulut fi = Jumlah penduduk di Kab/Kota i

n = Jumlah penduduk di Prov. Sulut

Indeks Williamson besarnya antara nol dan satu. Semakin kecil angka yang dihasilkan menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil pula atau dapat dikatakan semakin merata. Tetapi jika angka mendekati satu maka ketimpangan semakin lebar.

Tabel II-8

Indikator untuk menghitung Indeks Wiliamson Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2006-2009

Tahun yi fi yi-y ̅

fi/n

̅ x fi/n 2006 6.085.665 170,340 926,426 858,265,956,966 0.079 67,663,727,158 2007 6.339.738 17,269 202,955.08 41,190,763,249 0,009 350,165,966 2008 6.664.048 174,455 956,325 914,558,388,387 0,079 72,259,246,619 2009 7.039.668 17,648 440,578.33 194,109,267,803 0,009 1,654,879,537

Sumber : Bappelitbang Kabupaten Minahasa Utara, 2011

Selain Indeks Williamson dalam mengukur ketimpangan yang terjadi

antar kab/kota bisa juga menggunakan Analisis Klassen Typology, yang

digunakan untuk menggambarkan kesenjangan klasifikasi tiap

kabupaten/kota yang ada. Menurut Sjafrizal (1997) analisis ini didasarkan pada dua indikator utama yaitu rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pendapatan per kapita suatu daerah. Analisis ini membagi empat klasifikasi daerah yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yaitu:

(21)

II-19 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

a) Kuadran I yaitu daerah maju dan cepat tumbuh (high growth and

high income) merupakan daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi (Rij) dan pendapatan per kapita (Yij) yang lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi (Rj) dan pendapatan per kapita Provinsi (Yj).

b) Kuadran II yaitu daerah maju tapi tertekan (low growth but high

income) merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah tapi pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding rata-rata Provinsi.

c) Kuadran III yaitu daerah berkembang pesat (high growth but low

income) merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi.

d) Kuadran IV yaitu daerah relative tertinggal (low growth and low

income) merupakan daerah pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding Provinsi.

Gambar II-7

Klasifikasi Kabupaten Minahasa Utara menurut Klassen Typology

Y

R

Yij > Yj Yij < Yj

Rij > Rj (I) (III)

Rij < Rj (II) (IV)

Kabupaten Minahasa Utara Sumber : Bappelitbang Kabupaten Minahasa Utara, 2011

Kabupaten Minahasa Utara berada pada posisi dimana baik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Utara maupun Pedapatan Per Kapita Kabupaten Minahasa Utara kedua nilai indikator tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai di tingkat provinsi. Dengan kondisi tersebut,

Kabupaten Minahasa berada pada lasifikasi berdasarkan Klassen Typology

pada Kuadran keempat, sebagai daerah yang relative tertinggal (low growth

(22)

II-20 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM). Kabupaten Minahasa Utara pada Tahun 2010 memiliki sekolah sebanyak 419 sekolah dari beberapa tingkatan dengan 1.742 ruang kelas/belajar, diminati 43.385 murid yang dibimbing oleh 2.275 guru.

Untuk tingkat sekolah TK memiliki 126 sekolah, dengan 6.612 murid, 68 guru dan 122 ruang kelas. SD/MI memiliki 191 sekolah, dengan 23.372 murid, 1.301 guru dan 1.146 ruang kelas/belajar. SMP/ MTs memiliki 74 sekolah, dengan 8.527 murid, 645 guru dan 312 ruang kelas/belajar. SMA/SMK/MA memiliki 28 sekolah, dengan 4.874 murid, 261 guru dan 162 ruang kelas/belajar hal ini dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel II-9

Jumlah Sekolah, Murid, Guru, Ruang Kelas

No. Tingkat Sekolah Sekolah Jumlah Jumlah Murid Jumlah Guru Jumlah Ruang Kelas/Belajar

1. TK 126 6.612 68 122

2. SD/MI 191 23.372 1.301 1.146

3. SMP/MTs 74 8.527 645 312

4. SMA/SMK/MA 28 4.874 261 162

Jumlah 419 43.385 2.275 1.742

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2010

Data diatas sudah termasuk sekolah bertaraf internasional yaitu Manado International School (MIS) untuk tingkat pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama dan sekolah menengah tingkat atas yang terletak di Kecamatan Kalawat.

Untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi maka di Kabupaten Minahasa Utara memilki 3 (tiga) Perguruan Tinggi yaitu Universitas Klabat (UNKLAB), Akademi Keperawatan dan Sekolah Tinggi Alkitab.

(23)

II-21 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 Tabel II-10.

Data APK dan APM Tahun 2009-2010

No. Sekolah Tahun 2009 Tahun 2010

APK APM APK APM

1. SD/MI/SDLB 105,24 82,09 105,29 82,51

2. SMP/MTs/SMPLB 70,53 49,16 70,54 49,57

3. SMA/SMK/MA/SMALB 49,31 27,21 50,94 28,01

Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2010

Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Minahasa Utara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di setiap tingkat pendidikan. Untuk tingkat sekolah dasar Angka Partisipasi Kasar (APK) diatas 100 %. Hal ini disebabkan masih terdapat anak berusia diatas 12 tahun yang masih disekolah dasar.

Penurunan APK dan APM dari setiap tingkat pendidikan karena putus sekolah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi ekonomi masyarakat yang terbatas.

Gambar II-8

Sumber data :BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2009

Angka melek Huruf Kabupaten Minahasa Utara tahun 2010 sebesar 99,76%, mengalami peningkatan di bandingkan tahun 2009 yaitu sebesar 99,70%. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II-11

PERKEMBANGAN ANGKA MELEK HURUF TAHUN 2006 s.d 2010 KABUPATEN MINAHASA UTARA

NO. URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010

1. Jumlah penduduk usia

15 tahun yang bisa membaca dan menulis

120.679 122.320 123.570 125.046 133.602

2. Jumlah penduduk usia

15 tahun keatas 121.043 122.713 123.967 125.422 133.924

3. Angka Melek huruf 99.70 99.68 99.68 99,70 99,76 Sumber : Bappelitbang Kabupaten Minahasa Utara, 2011

2006 2007 2008

AMH 99.7 99.68 99.68

99.66 99.68 99.7

(24)

II-22 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Angka Melek Huruf tertinggi terdapat di Kecamatan Airmadidi sebesar 99,95%, diikuti oleh Kecamatan Kalawat sebesar 99,91%. Sedangkan Angka Melek Huruf terendah terdapat di Kecamatan Likupang Barat sebesar 99,41%. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel II-12

ANGKA MELEK HURUF TAHUN 2010 Menurut Kecamatan

No. Kecamatan Jumlah penduduk

usia diatas 15 tahun yang bisa membaca

dan menulis Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas Angka Melek huruf 1. Kema 10.625 10.645 99,81 2. Kauditan 16.738 16.760 99,87 3. Airmadidi 18.886 18.896 99,95 4. Kalawat 18.901 18.918 99,91 5. Dimembe 16.042 16.069 99,83 6. Talawaan 12.398 12.426 99,77 7. Wori 12.693 12.767 99,42 8. Likupang Barat 12.016 12.087 99,41 9. Likupang Timur 11.687 11.727 99,66 10. Likupang Selatan 3.616 3.629 99,64 Jumlah 133.602 133.924 99.76

Sumber : Bappelitbang Kabupaten Minahasa Utara, 2011

a. Angka Partisipasi Murni (APM)

Tabel II-13

Angka Partisipasi Murni Tahun 2010 Kabupaten Minahasa Utara

NNo Uraian Umur Jumlah

No. 7-12 13-15 16-18

1. Banyaknya murid 18.316 5.992 2.699 27.007

2. Banyaknya penduduk 22.197 12.087 9.633 43.917

APM 82,52 49,57 28,02 61,50

Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan untuk usia 7-12 tahun sebesar 82,52, untuk usia 13-15 tahun sebesar 49,57, sedangkan usia 16-18 tahun sebesar 28,02. Dengan demikian secara keseluruhan APM tahun 2010 Kabupaten Minahasa Utara sebesar 61,50.

(25)

II-23 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 b. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Tabel II-14

Angka Partisipasi Kasar Tahun 2010 Kabupaten Minahasa Utara

No. Uraian Jenjang pendidikan Jumlah SD SLTP SLTA 1. Banyaknya murid 23.372 8.527 4.874 36.773 2. Banyaknya penduduk 7-18 tahun 22.197 12.087 9.633 43.917 3. APK 105,29 70,55 50,60 83,73

Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang pendidikan sekolah dasar sebesar 105,29, untuk tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama sebesar 70,55 sedangkan sekolah lanjutan tingkat atas 50,60 secara keseluruhan APK tahun 2010 Kabupaten Minahasa Utara sebesar 83,73.

c. Angka Pendidikan yang ditamatkan

Pada tahun 2010, jumlah siswa yang ditamatkan untuk tingkat sekolah dasar sebanyak 4.326 lulusan, sekolah lanjutan tingkat pertama sebanyak 1.774 lulusan dan untuk sekolah lanjutan tingkat atas sebanyak 1.072 lulusan serta sekolah lanjutan tingkat atas (kejuruan) sebanyak 301 lulusan. Secara keseluruhan jumlah siswa yang ditamatkan sebanyak 7.473 lulusan dan angka pendidikan yang ditamatkan untuk tahun 2010 sebesar 4,00 lulusan.

2. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan secara umum dapat digambarkan bahwa penyebaran sarana pelayanan kesehatan Puskesmas dan Rumah sakit serta sarana kesehatan lainya termasuk sarana penunjang upaya kesehatan relatif merata. Tahun 2010, sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Minahasa Utara terdiri dari 1 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Maria Walanda Maramis di Kelurahan Saronsong I Kecamatan Airmadidi, 2 Rumah Sakit Umum Swasta (RSU Hermana di Lembean Kecamatan Kauditan dan RSU Tonsea di Kelurahan Airmadidi Kecamatan Airmadidi), 10 Pusat Kesehatan Masyarakat, 30 Pos Bersalin Desa (Polindes), 42 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), 33 Puskesmas pembantu (Pustu) dan 162 posyandu aktif, didukung oleh 100 desa siaga dan ditunjang dengan 11 unit puskesmas Sumber : BPS Kabupaten Minahasa Utara, 2010

(26)

II-24 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

keliling darat kendaran bermotor roda 4 dan 41 unit kendaraan bermotor roda 2 serta 4 unit Speedboat puskesmas keliling (Pusling) laut untuk pelayanan kesehatan di wilayah kepulauan/pesisir.

Kinerja pembangunan kesehatan digambarkan berdasarkan situasi derajat kesehatan kabupaten yang diukur dengan 3 jenis indikator pencapaian utama yaitu : angka kematian, angka kesakitan dan status gizi.

Angka kematian bayi di Kabupaten Minahasa Utara cenderung menurun sebagai dampak dari hasil pelaksanaan pembangunan disegala bidang termasuk pemerataan pelayanan kesehatan sampai ke desa, serta ditunjang dengan program penempatan tenaga medis, Paramedis khususnya bidan sampai ke wilayah terpencil. Di mana proporsi kematian bayi di Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2009 adalah sebanyak 12/3094 menurun dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 32/3990. Sedangkan proporsi kematian ibu di Tahun 2009 yaitu 7/3865 kelahiran hidup (0,23%) sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan Tahun 2008 yaitu 4/3990 (0,10%).

Tabel II-15.

Angka Kematian Ibu dan Bayi

Tahun Proporsi Kematian Bayi Proporsi Kematian Ibu

2006 35/3155 = 1,10 7/3155 = 0,22

2007 25/3020 = 0,82 4/3020 = 0,13

2008 32/3990 = 0,80 4/3990 = 0,10

2009 12/3094 = 0,38 7/3865 = 0,18

2010 14/2865 = 0,49 3/2846 = 0,10

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Utara, 2011 Tabel II-16

Data Perkembangan Proporsi Kematian Bayi, Angka Kematian Bayi dan Angka Kelangsungan Hidup Bayi sejak Tahun 2006 s.d 2010

Tahun Proporsi

Kematian Bayi Angka kematian Bayi Angka Kelangsungan Hidup Bayi

2006 1,10 11 989

2007 0,82 8 992

2008 0,80 8 992

2009 0,83 4 996

2010 0,49 5 995

(27)

II-25 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Tabel II-17

Angka Kematian dan Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Tahun Proporsi Kematian Bayi Angka Kelangsungan Hidup Bayi *)

2006 35/3155 = 1,11 989

2007 25/3020 = 0,83 992

2008 32/3990 = 0,80 992

2009 12/3094 = 0,39 996

2010 14/2865 = 0,49 995

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara, 2011 *) data olahan

Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kabupaten Minahasa Utara selang 5 (lima) tahun terakhir tertinggi pada tahun 2009 sebesar 996, sedangkan terendah pada tahun 2006 sebesar 989.

b. Angka Usia Harapan Hidup :

Tabel II-18

Angka Harapan Hidup Kabupaten Minahasa Utara

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

AHH 71,60 71,80 72,10 72,20 72,40

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Utara, 2011

Angka Harapan Hidup adalah perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup (selama rata-rata). Indikator ini sering digunakan untuk evaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Angka Harapan Hidup dihitung menggunakan pendekatan tidak langsung. Ada 2 jenis data yaitu anak lahir hidup dan anak masih hidup. Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masing-masing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara (195 negara). Pada komponen untuk Angka harapan Hidup tertinggi batas atas untuk perhitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun.

(28)

II-26 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 c. Persentasi Balita Gizi Buruk

Status Gizi Balita dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) untuk tahun 2010 yang diperoleh dari laporan 10 Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II-19

Status Gizi Balita Kabupaten Minahasa Utara Menurut Kecamatan Tahun 2010

No Kecamatan Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

1 Likupang Timur - 58 1297 78 2 Likubang Selatan - 9 431 -3 Dimembe - 35 1771 14 4 Talawaan - 19 1471 4 5 Wori 2 79 1575 6 6 Kema - 39 1242 8 7 Kauditan - 66 2373 5 8 Airmadidi - 15 1588 0 9 Kolongan - 56 1781 67 10 Likupang Barat - 129 1338 26 2 505 14867 208 Kabupaten

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Utara, 2011

Dari data di atas dapat dilihat bahwa status gizi Balita pada tahun 2010 menunjukkan peningkatan. Balita dengan gizi buruk berjumlah 2 orang atau 0,01 % dari balita yang ada lebih kecil dibanding dengan tahun 2009 yang mencapai 0,02%. Persentase Balita Gizi Buruk dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel II-20

Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2005-2010

Tahun Jumlah Balita

Gizi Buruk Jumlah Balita (Jiwa) Persentase

1 2 3 4=2/3 2005 18 13.771 0,13 2006 14 14.633 0,10 2007 8 15.278 0,05 2008 4 15.188 0,03 2009 3 15.606 0,02 2010 2 15.582 0,01

(29)

II-27 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 d. Penyakit-penyakit yang menonjol di Kabupaten Minahasa Utara

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada Tahun 2010 ada 10 besar penyakit yang menonjol di Kabupaten Minahasa Utara yang di dominasi oleh penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan) sebanyak 49.655 kasus dan diikuti oleh Hipertensi sebesar 14.949 dan Penyakit pada sistem jaringan otot dan jaringan pengikat 8.115.

Diikuti penyakit Gastritis 7.383, kemudian penyakit kulit dan jaringan subkutan 6.187 kasus, penyakit infeksi pada usus berjumlah 2.889 kasus, diikuti penyakit pada saluran pernapasan bagian bawah berjumlah 2.383 kasus, penyakit rongga mulut 2.330 kasus, kecelakaan dan rudapaksa berjumlah 2.158 kasus dan yang paling sedikit adalah penyakit mata berjumlah 1.612 kasus. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel II-21.

10 Besar Penyakit Menonjol di Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010

No. Jenis Penyakit Jumlah

1. Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas 49.655

2. Hipertensi 14.949

3. Penyakit pada sistem jaringan otot dan jaringan

pengikat ppengikatPenyakit kulit dan jaringan subkutan

8.115

4. Penyakit kulit dan jaringan subkutan 6.187

5. Gastritis 7.383

6. Penyakit infeksi pada usus 2.889

7. Penyakit rongga mulut 2.330

8. Penyakit pada saluran pernapasan bagian bawah 2.383

9. Kecelakaan dan Rudapaksa 2.158

10. Penyakit mata 1.612

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Utara, 2011

Sedangkan angka kesakitan penyakit menular pada Tahun 2010 diantaranya TB Paru ditemukan 399 penderita dengan BTA(+) atau Angka Penemuan Kasus Baru mencapai 100% melampaui target nasional yaitu 70%. Kemudian DBD (Demam Berdarah Dengue) 137 kasus tanpa ada kasus kematian (Case Fatality Rate), Pneumonia pada Balita ada 65 kasus tapi semuanya dapat tertangani dan tidak terdapat kasus kematian. Penyakit Diare sebesar 2.972 kasus sedangkan Malaria ada 40 desa yang endemis malaria. Ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(30)

II-28 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 Tabel II-22

Angka Kesakitan Penyakit Menular Tahun 2010

No. Jenis Penyakit Jumlah Kasus

1. TB Paru 399

2. DBD (Demam Berdarah Dengue) 137

3. Pnemonia Balita 65

4. Diare 2.972

5. Malaria 40

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Utara, 2010

Jumlah kasus HIV untuk tahun 2006-2009 terus mengalami kenaikan di mana pada tahun 2006 ada 6 kasus, sedangkan pada tahun 2009 menjadi 16 kasus tapi tidak terdapat kasus kematian. Dan untuk penyakit AIDS juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun di mana pada tahun 2008 berjumlah 19 kasus dan tahun 2009 ada 32 kasus, dan dalam kasus ini ada 5 kasus yang mengalami kematian.

Masalah yang menonjol yaitu masih ada stigma atau ketakutan masyarakat maupun pemerintah terhadap orang dengan HIV AIDS (ODHA) sehingga identitas penderita harus disembunyikan akibatnya penanganan kurang maksimal. Upaya yang dilakukan sampai saat ini adalah dengan melakukan penyuluhan HIV/AIDS di 10 kecamatan yang ada di Kabupaten

Minahasa Utara. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel II-23

Data Jumlah Kasus HIV/AIDS Tahun 2009

No. Kasus Jumlah Kasus Kematian

2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

1. HIV 6 12 14 16 0 0 0 0

2. AIDS 7 4 19 32 0 4 0 5

Jumlah 13 16 33 48 0 4 0 5

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Utara, 2010

Data kasus penyalagunaan narkoba di Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2010 dapat kita lihat pada tabel II-24 di mana kasus penyalagunaan narkoba ada 5 narapidana, pengguna yang direhabilitasi di UPT Lido Bogor berjumlah 1 kasus, korban penyalagunaan narkoba ada 36 kasus sedangkan penderita AIDS karena narkoba suntik ada 7 kasus.

(31)

II-29 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

Disamping itu, ada pula penyalagunaan Lem Ehabon 50 kasus, sedangkan kasus yang paling banyak di Kabupaten Minahasa Utara adalah minuman keras dengan jumlah 841 kasus.

Tabel II-24.

DATA KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KAB. MINAHASA UTARA

No. Uraian Jumlah

A. Narkotika dan Psikotropika

1. Narapidana Kasus Penyalagunaan Narkoba 5

2. Pengguna yang direhabilitasi di UPT Lido Bogor 1

3. Korban Penyalahgunaan Narkoba 36

4. Penderita AIDS karena Narkoba Suntik 7

B. Zat Adiktif Lainnya

1. Penyalahgunaan Lem Ehabon 50

2. Minuman Keras 841

Jumlah 940

Sumber : Badan Narkoba Kab. Minahasa Utara, 2010

3. Kemiskinan

Di Kabupaten Minahasa Utara pada Tahun 2008 Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah 12.994 RTM, pada Tahun 2009 menjadi 11.122 RTM atau turun 14,41 %, sedangkan pada Tahun 2010 menjadi 6.645 RTM atau turun sebesar 40.25 %. sebagian besar RTM di Kecamatan Likupang Barat dengan 1.247 RTM dan Jumlah RTM paling kecil berada Kecamatan Likupang Selatan dengan 245 RTM. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel II-25.

Data Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010

No. Kecamatan Rumah Tangga Miskin

2008 2009 2010 1. Kema 1.009 907 622 2. Kauditan 1.259 1.079 641 3. Airmadidi 1.185 991 378 4. Kalawat 974 906 507 5. Dimembe 1.038 990 804 6. Talawaan 921 389 358

(32)

II-30 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 7. Wori 489 1.968 693 8. Likupang Barat 1.824 1.668 1.247 9. Likupang Timur 1.827 1.800 1.150 10. Likupang Selatan 468 424 245 Jumlah 12.994 11.122 6.645 Sumber : - BPS,2008 - Bappenas, 2009 - Simpadu PNPM Mandiri, 2010 4. Kepemilikan Tanah

Luas potensial lahan yang ada di Kabupaten Minahasa Utara seluas 75.422,4 Ha. Kepemilikan tanah ini mencakup kepemilikan akan tempat tinggal, perkebunan. Sedangkan lahan bersertifikat di Kabupaten Minahasa Utara sampai dengan tahun 2010 adalah 126,997 Km² (12.699,70 Ha) atau 16% dari luas wilayah Kabupaten Minahasa Utara sebesar 1.059,24 Km² (105.924,4 Ha).

5. Kriminalitas

Dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban, Kepolisian Resort Minahasa Utara terus melakukan pengamanan di seluruh wilayah Kabupaten Minahasa Utara, Hal ini dilakukan agar supaya masyarakat dan para pelaku usaha merasa adanya kenyamanan dalam berinvestasi. Data dari Kepolisian Resort Minahasa Utara, tindak kriminal yang terjadi selang tahun 2010 sebanyak 1.233 kasus dan yang tertangani sebanyak 816 kasus. Untuk 417 kasus masih dalam proses penanganan. Ini berarti angka kriminalitas di Kabupaten Minahasa Utara adalah 0,44.

2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga 1. Grup Kesenian

Kabupaten Minahasa Utara memiliki keanekaragaman senibudaya. Hal ini di buktikan dengan banyaknya organisasi atau grup kesenian yang dibentuk oleh masyarakat seperti dalam tabel II-26 dibawah ini.

Tabel II-26.

Data Organisasi di Bidang Kebudayaan

No. Nama Alamat

Kesenian yang

ditekuni Karya

1. Jams Sunda Lembean Seni Musik Pencipta Lagu

2. J.R.I Sajow Kalawat Seni Musik Arranger

3. Ferro Kuron Maumbi Seni Musik Arranger

4. Tommy Ransun Maumbi Seni Musik Arranger

5. Ludy Wulur Lembean Seni Musik Arranger

(33)

II-31 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015

7. Jein Waturandang Lembean Seni Teater Sutradara

8. Roi Kairupan Maumbi Seni Teater Sutradara

9. Jemmy Kawengian Warisa Seni Tari Koreografer

10. Josep Weku Kuwil Seni Tari Pelatih Maengket

11. John Samuel Likupang Seni Rupa Pelukis

12. Yessy Rangkang Karegesan Seni Tari

Kabasaran Pemimpin

13. Eres Pinontoan Kaasar Seni Tari Pelatih Lili Royor

14. Dra.Meike Ares, MAP Karegesan Seni Musik Pelatih Kolintang

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Minahasa Utara, 2010.

Tabel II-27

Desa Organisasi di Bidang Kebudayaan

No. NAMA ORGANISASI PIMPINAN

1. Asosiasi Musik Kolintang (ASIK) Drs. Sompie S.F Singal, MBA

2. Perhimpunan Maengket Masamper (PMM) Ny. Kumentas – Kalesaran

3. Lembaga Kebudayaan Nasional Kab.

Minahasa Utara Wenny Moningka, BA

4. Himpunan Seniman Minahasa Utara Dra. Jeane Waturandang

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Minahasa Utara, 2010.

Tabel II-28.

Data Sanggar / Group Seni

NO SANGGAR

/GROUP SENI

J.A JENIS KESENIAN ALAMAT

1. Warukapas 40 Musik Bambu Klarinet Warukapas Kec. Dimembe

2. Kadoodan 9 Musik Kolintang Lembean Kec. Kauditan

3. Manguni 9 Musik Kolintang Kuwil Kec Kalawat

4. Maesan 9 Musik Kolintang Kuwil Kec Kalawat

5. Tareuman 9 Musik Kolintang Treman Kec. Kauditan

6. Minut Jaya 9 Musik Kolintang Sawngan Kec. Airmadidi

7. Tumaluntung 9 Musik Kolintang Tumaluntung Kec. Kauditan

8. Tanggari Jaya 9 Musik Kolintang Tanggari Kec. Airmadidi

9. Suwaan 9 Musik Kolintang Suwaan Kec. Kalawat

10. Kalabat 9 Musik Kolintang Klabat Kec. Dimembe

11. Talawaan 9 Musik Kolintang Talawaan Kec. Talawaan

12. Tatelu 9 Musik Kolintang Tatelu Kec. Dimembe

13. Maumbi 9 Musik Kolintang Maumbi Kec. Kalawat

14. Disparbud 9 Musik Kolintang Disbudpar Minahasa Utara

15. Harapan Jaya 40 Musik Bia Batu Kec. Likupang Selatan

16. Pulisan 20 Musik Bambu Tada Pulisan Kec. Likupang Timur

(34)

II-32 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Minahasa Utara 2010-2015 18. Kendis Ni Rendem 27 Tari Tradisional (Maengket) Kuwil Kec. Kalawat

19. Manguni Kuwil 27 Tari Tradisional (Maengket) Kuwil Kec. Kalawat

20. Waleo 27 Tari Tradisional (Maengket) Waleo Kec. Kema

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Minahasa Utara, 2010.

Tabel II-29 OBJEK WISATA

No. Kecamatan Wisata Alam Wisata Budaya Lainnya

1. Kema Pantai Firdaus Penjara Tua

Pantai Makalisung Waruga Tontalete Pantai Batu Nona

Air Terjun Paseki

2. Kauditan Danau Seper Waruga Treman

Waruga Kaasar Waruga Tumaluntung Waruga Karegesan Waruga Kaima

3. Airmadidi Gunung Klabat Waruga Sawangan Kompleks kaki dian

Air “Tuang” Air “Tumatenden” Wisata Kuliner Air “Tumaraktak” Waruga Airmadidi DAS Tondano

Permandian Air Panas Waruga Wabua Ure Kompleks PLTA Tanggari Waruga Rap-rap

Goa Jepang Sawangan Velbox Airmadidi

4. Dimembe Gereja Tua Matungkas Perkebunan Pepaya

Waruga Laikit Budidaya Ikan Air tawar Waruga Tatelu

Waruga Matungkas

5. Kalawat Permadian Air Panas Waruga Maumbi Lembah Doa

Makam Maria Walanda Pacuan Roda Sapi

Maramis Wisata Kuliner

6. Talawaan Air Terjun Tunan Agro Techno Park

Perkebunan Pepaya Budidaya ikan Air Tawar

7. Likupang Timur Pantai Surabaya Waruga Kokoleh

Pantai Kalinaun Waruga Likupang I Pantai Pulisan Waruga Likupang II Pantai Sampiran

Pulau Bangka Pulau Sahaung Pulau Pal Pulisan Air Terjun

8. Likupang Barat Pulau Gangga

Pulau Talise Pulau Lihaga Pulau Tindila Pantai Batu Line Pantai Patuku

9. Wori Pulau Nain

Pulau Mantehage

Gambar

Tabel II-2
Gambar II-2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
Tabel II-4
Gambar II-4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Utara   Tahun 2001 s/d 2009  2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Primer 4.09 3.79 2.1 6.64 4.08 2.45 4.6 5.7 5.9 Sekunder 4.47 3.68 6.52 4.72 5.2 4.75 7.64 7.88 9.86 Tersier 2.31 3.31 7.03 5.68 5
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi usaha pertanian meliputi: kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan budidaya hortikultura, kawasan budidaya

1) Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan permukiman dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan

RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013 | 2-39 Pengembangan kawasan lindung yang meliputi luas 48.334,40 ha (36,95%) diarahkan dengan mengembangkan kawasan lindung yang

Waduk yang merupakan perairan berbentuk bendungan, maka debit air yang muat di waduk pun biasanya sangat banyak. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi

Orientasi ke luar, dimana struktur ruang wilayah Provinsi Riau perlu ditunjang dengan pusat-pusat permukiman perkotaan jenjang PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dan

Kawasan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah, yang

Suradadi, dengan pusat pertumbuhan di Suradadi. Potensi utama wilayah ini adalah industri, perikanan laut dan payau, serta pariwisata. Potensi yang dapat dikembangkan

Komoditi tanaman yang dominan dan potensial untuk dikembangkan adalah kelapa sawit, kelapa dalam, kulit manis gambir, tebu dan kakao. Pengembangan kawasan perkebunan