• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas Kabupaten Agam adalah 2.232,30 Km² atau 5,29 persen dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat. Batas wilayah sebagai berikut :

- sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat;

- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota;

- sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar; dan

- sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Wilayah administrasi pemerintahan meliputi 16 Kecamatan dan 82 Nagari, serta 467 Jorong. Kemudian dalam wilayah tersebut terdapat dua buah pulau yaitu Pulau Tangah seluas 1 Km² dan Pulau Ujung seluas 1 Km², dua buah gunung yaitu Gunung Marapi dengan ketinggian 2.891 meter dan Gunung Singgalang dengan ketinggian 2.877 meter, satu buah danau yaitu Danau Maninjau seluas 9.950 ha dan tiga sungai yaitu Batang Antokan, Batang Kalulutan dan Batang Agam serta mempunyai pantai sepanjang 43 Km.

2.1.2. Letak dan Kondisi Geografis

Terletak pada posisi 000 01’ 34” – 000 28’ 43” Lintang Selatan dan 990 46’ 39” – 1000 32’ 50” Bujur Timur. Kabupaten Agam sangat strategis karena dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera serta dilalui oleh Fider Road yaitu jalur yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera.

Kondisi lahan yang terdapat pada wilayah ini merupakan perbukitan/ pegunungan dan pesisir serta kawasan lindung. Basis ekonomi adalah pertanian yang terdiri dari perkebunan, pertanian lahan kering, lahan basah, hortikultura dan peternakan dengan kondisi iklim yang mendukung sepanjang tahun, serta perikanan. Berhubungan dengan kondisi tersebut diatas Kabupaten Agam juga merupakan daerah rawan bencana dengan potensi gempa bumi, bahaya abrasi, gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi, banjir dan tsunami.

(2)

2.1.3. Topografi

Kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 2.891 meter dari permukaan laut. Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter diatas permukaan laut. Adapun pengelompokan yang didasarkan atas ketinggian adalah sebagai berikut:

1. ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di wilayah Barat yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.

2. ketinggian 500 -1000 m dpl seluas 43,49% berada pada wilayah Kecamatan Baso, Ampek Angkek, Canduang, Malalak, Tilatang Kamang, Palembayan, Palupuh, Banuhampu dan Sungai Pua.

3. ketinggian lebih dari 1000 m dpl seluas 11,96% meliputi sebagian Kecamatan IV Koto, Kecamatan Matur, Canduang dan Sungai Pua.

Kawasan sebelah Barat merupakan daerah yang datar sampai landai (0 – 8 %) mencapai luas 71.956 ha, bagian tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%) dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara Kabupaten Agam.

2.1.4. Geologi

Formasi batuan yang dijumpai digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter. Batuan ini terdiri dari endapan permukaan, sedimen, metamorfik, vulkanik dan intrusi. Batuan vulkanik terdapat di Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Danau Maninjau.

Wilayah Kabupaten Agam ditutupi oleh tiga jenis batuan beku yaitu:

1. ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung Marapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Danau Maninjau, dan Gunung Talamau) seluas 68.555,10 ha (32,43%),

2. batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis tuff) seluas 55.867,90 ha (26,43%),

3. batuan sedimen dengan jenis batu kapur seluas 80.011,80 ha (3,79%), endapan alluvium mencapai luas 48.189 ha (22,79%).

(3)

2.1.5. Hidrologi

Kondisi hidrologi Kabupaten Agam termasuk kedalam tiga Sistem Wilayah Sungai (SWS) yaitu : SWS Arau, Kuranji, Anai, Mangau, dan Antokan (AKUAMAN), SWS Masang Pasaman dan SWS Indragiri.

Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat delapan Daerah Aliran Sungai yaitu; DAS Batang Tiku, DAS Andaman, DAS Mangau, DAS Antokan, DAS Masang Kiri, DAS Masang Kanan, DAS Batang Nareh dan DAS Kuantan.

2.1.6. Klimatologi

Temperatur udara pada dataran rendah minimum 250C dan maksimum 330C, sedangkan di daratan tinggi temperatur minimum 200C dan maksimum 290C. Kelembaban udara rata-rata 88%, kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari rata-rata 58%.

Musim hujan terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan pada bulan September sampai bulan Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.

Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data base hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), pada wilayah Kabupaten Agam terdapat 4 kelas curah hujan, yaitu:

1. curah hujan lebih dari 4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A), berada di sekitar lereng Gunung Marapi-Singgalang meliputi sebagian wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.

2. curah hujan 3500 sampai 4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan tipe A1) mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek Angkek.

3. curah hujan 3500 sampai 4000 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto.

4. curah hujan 2500 sampai 3500 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Raya.

2.1.7. Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan di Kabupaten Agam dibagi atas :

1. Kawasan Lindung, terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (hutan lindung, kawasan resapan air),

(4)

kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan mata air), dan kawasan suaka alam serta kawasan rawan bencana. 2. Kawasan Budidaya, terdiri dari kawasan permukiman di perkotaan dan

perdesaan, kawasan pertanian (lahan basah, lahan kering dengan tanaman tahunan, dan lahan kering dengan tanaman semusim), serta kawasan hutan produksi (tanaman tahunan).

2.1.8. Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat maka klasifikasi pemanfaatan ruang Kabupaten Agam adalah kawasan budidaya seluas ± 120.022 ha atau 53,7 % dari luas wilayah administrasi.

Kawasan Budidaya meliputi kawasan peruntukan: hutan produksi, perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, permukiman dan kawasan peruntukan lainnya.

2.1.8.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan budidaya Hutan Produksi, dibedakan menjadi Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi. Berdasarkan data Tahun 2010 luas hutan masing-masing peruntukan adalah hutan PPA seluas 27.533,40 hektar, Hutan Lindung seluas 31.560 hektar, Hutan Produksi seluas 6.140 hektar dan Hutan Produksi Terbatas seluas 20.883,40 hektar. Sehingga secara keseluruhan jumlah luas hutan di Kabupaten Agam adalah 82.383,40 hektar.

Grafik II-1

Luas Hutan di Kabupaten Agam

(5)

2.1.8.2. Kawasan Peruntukan Pertanian

Pembangunan pertanian merupakan sektor utama yang memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan daerah. Potensi sumberdaya lahan pertanian terbesar adalah lahan sawah dengan luas lahan baku sawah yaitu ±.28,537 ha, lahan untuk pengembangan tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai yang luas lahannya mencapai ±.7.047 ha. Rencana pengembangan peruntukan budidaya pertanian diarahkan untuk pemanfaatan secara intensif lahan yang belum dimanfaatkan dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Agam.

2.1.8.3. Kawasan Peruntukan Peternakan

Potensi pengembangan usaha peternakan adalah peternakan sapi potong, kambing, itik dan ayam buras. Potensinya sesuai dengan kondisi topografi pada Wilayah Timur dan Wilayah Barat.

Wilayah Timur memiliki suhu udara sejuk, tanah yang subur, curah hujan cukup tinggi, hijauan sebagai pakan utama ternak mudah tumbuh dan berkembang. Banyak tersedia limbah pertanian sebagai pakan tambahan karena sebagian besar masyarakat berusaha dibidang pertanian terutama tanaman pangan dan hortikultura. Potensi pasar sangat baik karena dekat dengan kota Bukittinggi, ketersediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung, adanya Balai Penyidik Penyakit Veteriner (BPPV Baso) dan adanya kelompok-kelompok usaha peternakan yang sudah berkembang.

Wilayah Barat memiliki suhu udara yang panas dengan curah hujan kurang. Limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak kurang tersedia, akan tetapi ketersediaan lahan untuk pengembangan usaha peternakan cukup luas. Kawasan ini berpotensi untuk dijadikan kawasan pengembangan dengan sistem integrasi ternak dengan tanaman perkebunan terutama coklat atau sawit.

2.1.8.4. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Komoditi tanaman yang dominan dan potensial untuk dikembangkan adalah kelapa sawit, kelapa dalam, kulit manis gambir, tebu dan kakao. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk pemanfaatan potensi lahan yang memiliki kesesuaian bagi perkebunan yang berada pada kawasan budidaya, dan menghindarkan timbulnya konflik pemanfaatan lahan dengan kawasan lindung,

(6)

kawasan hutan produksi tetap dan produksi terbatas, kawasan industri, serta kawasan permukiman.

Sebaran lokasi rencana peruntukan kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Agam meliputi : 1) Karet di Kecamatan Ampek Nagari dan Palembayan; 2) Kelapa di Kecamatan Tanjung Mutiara, Ampek Nagari dan Lubuk Basung; 3) Cengkeh di Kecamatan Tanjung Raya, Matur dan Malalak; 4) Kulit manis di Kecamatan Malalak, Matur dan Tanjung Raya; 5) Pala di Kecamatan Tanjung Raya; 6) Gambir di Kecamatan Palupuh; 7) Kakao tersebar di seluruh Kecamatan dan 8) Kelapa Sawit di Kecamatan Ampek Nagari, Palembayan, Tanjung Mutiara serta Lubuk Basung.

2.1.8.5. Kawasan Peruntukan Perikanan

Potensi areal sektor perikanan dan kelautan diantaranya garis pantai sepanjang 43 km, laut seluas 313,04 km2, hutan mangroove 65 ha, terumbu karang 27,5 ha, danau 9.950 ha, sungai, telaga dan perairan umum lainnya seluas 568 ha.

1. Perikanan Tangkap

Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 pasal 3, bahwa wilayah Provinsi/Kabupaten, sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat 1, terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut maka batas wilayah laut termasuk kawasan perikanan tangkap yang pengelolaannya menjadi wewenang Kabupaten Agam adalah sejauh 4 mil.

Rencana pengembangan kawasan perikanan tangkap dikembangkan di Kecamatan Tanjung Mutiara tepatnya di kawasan pesisir Tiku yang memiliki panjang pantai 43 Km. Adapun luas laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Agam mencapai 313,04 km2. Perikanan tangkap juga terdapat di kawasan Danau Maninjau.

2. Budi Daya Perikanan

Sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, Kabupaten Agam termasuk salah satu pengembangan kawasan Minapolitan di Indonesia. Rencana pengembangan perikanan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Agam meliputi :

a. Pusat Kawasan Minapolitan terdapat di Kawasan Maninjau

(7)

pengembangan budidaya mina padi di Kecamatan Tilatang Kamang dan Kamang Magek.

c. Sentra budidaya ikan air tawar: Nila, Patin dan Majalaya serta pengembangan Keramba Jaring Apung (KJA) Ramah Lingkungan dan UPR Nila dan Majalaya di sekitar Kawasan Danau Maninjau. Untuk pengembangan budidaya di sekitar Danau Maninjau, harus mengacu pada Peraturan Bupati No.22 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Maninjau (jarak KJA dari pantai 50-100 m dan 200 m dari objek wisata), dan adanya zonasi.

d. Sentra budidaya ikan Patin dan pengolahan Lele di Kecamatan Palembayan.

e. Sentra pengembangan Nila, Mas dan Lele serta pengembangan UPR di Kecamatan Lubuk Basung.

3. Pengolahan Ikan

Dengan produksi tangkapan ikan laut yang mencapai ± 5.722,78 ton dan produksi perikanan budidaya air tawar yang mencapai ± 55.670,35 ton pada Tahun 2008, Untuk lokasi pengembangan kawasan pengolahan ikan, akan dialokasikan di sekitar Kawasan Pesisir Tiku, dimana kedepannya akan dikembangkan pelabuhan Perikanan Tiku.

2.1.8.6. Kawasan Pertambangan

Pemerintah menetapkan Wilayah Pertambangan (WP), yang terdiri dari :

1. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), adalah bagian dari Wilayah Pertambangan (WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi. Wilayah yang telah mendapat Izin Usaha Pertambangan (IUP), yang selanjutnya disebut WIUP di Provinsi Sumatera Barat terdapat di Kabupaten Agam, yaitu Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 544-211-2008 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Eksplorasi Bahan Galian Pasir Besi. Dalam Keputusan Gubernur Sumatera Barat disebutkan bahwa, memberikan Kuasa Pertambangan (KP) Eksplorasi untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun kepada PT. Minang Mining Makao (PT.MMM) dengan bahan galian pasir besi dengan luas kuasa pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Agam seluas ± 16.540 ha.

2. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), adalah bagian dari Wilayah Pertambangan (WP) tempat dilakukannya Usaha Pertambangan Rakyat. WPR ditetapkan oleh Bupati/walikota, sesuai pasal 21, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan.

(8)

Potensi bahan galian tambang golongan B yang dimiliki daerah ini seperti biji besi di Kecamatan Matur, pasir besi di Kecamatan Tanjung Mutiara. Sedangkan potensi bahan galian golongan C seperti andesit, granit, dolomit, dan marmer terdapat di Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palupuh, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan Baso dan Kecamatan Lubuk Basung. Tabel dibawah ini memperlihatkan potensi sumber daya mineral Kabupaten Agam.

Tabel II-1

Potensi Sumber Daya Mineral di Kabupaten Agam

No Jenis Lokasi Potensi

1 2 3 4

1. Batu Kapur Palembayan, Palupuh dan Padang Tarok

Sumber daya

Simarasok 109.375.000 ton

Kecamatan Baso 9.375.000 ton (hipotetik)

Kamang Mudik, Kecamatan Kamang Magek

25.000.000 ton (hipotetik)

2. Marmer Kamang, Kecamatan Kamang Magek 500.000.000 ton (sumber daya)

Matur Sumber daya

Kecamatan Palupuh 62.500.000 ton (700 ha)

sumber daya

3. Dolomit Mudik Pauh, Kecamatan Palupuh 5.900.000 ton (45 ha) sumber daya

4. Kalsit Tersebar di Kecamatan Baso Sumber daya

5. Fosphat Ngalau Baja, Biaro, Durian dan Bunian Sumber daya 6. Granit Bukit Cimpago, Malalak Cimpago

Kecamatan IV Koto

Sumber daya

Bukit Antokan, Bukit Masang, Bukit Labuhan, dan Bukit Pandih Dusun Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung Mutiara

Sumber daya

7. Andesit Batu Kambing, Malabur dan Batang Dareh, Kecamatan Lubuk Basung

Sumber daya

Ladang Hutan dan Parambahan Kecamatan Baso

Sumber daya

Paninggiran Ateh, Paninggiran Bawah dan Bukit Bateh Dagang, Kecamatan Palupuh

Sumber daya

8. Trass Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 m3 Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 m3 Baso, Palembayan, IV Koto, Batu

Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang

(9)

Sambungan Tabel II.1

No Jenis Lokasi Potensi

1 2 3 4

9. Balerang Koto Baru 100 ton (hipotetik)

10. Tufa Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 m3

Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 m3 Baso, Palembayan, IV Koto, Batu

Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang

Sumber daya

11. Dunit Harzburgit Sungai Air, Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan

50 ha (Sumber daya)

12. Toseki Tersebar di Kecamatan Palembayan dan Palupuh

Sumber daya

13. Pasir dan Batu Tersebar di Sungai Batang Jabur (Baso dan Ampek Angkek), Mancung, Padang Tarok (Baso), Batang Masang

(Palembayan), dan Batang Bawan (Lubuk Basung)

Sumber daya

14. Tanah Liat Tersebar pada lereng perbukitan sisi utara Danau Maninjau mulai dari Malabur-Lubuk Basung sampai Matur. Dan Komplek perbukitan Gunung Sirabungan dari Pagadih Hilir Ampai Nan Limo, Kecamatan Palupuh

Sumber daya

15. Pasir Besi Desa Durian Kapeh dan Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara

Diluar sempadan (200 m dari garis pantai)

2.800 m3 (spekulatif), luas wilayah ± 2.500 ha Pada sempadan pantai ± 80 ha (4 km x 200 m) 60.000 m3 (spekulatif) 16. Emas Desa Pagadih Sei. Guntung dan Pasir

Laweh Kecamatan Palupuh

337.500 ton (spekulatif)

Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008

2.1.8.7. Kawasan Peruntukan Industri

1. Kawasan Peruntukan Industri Besar

Peruntukan kawasan industri besar diarahkan di Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Ampek Nagari dan Palembayan. Industri besar yang berpotensi untuk dikembangkan adalah industri hasil tambang dan pengolahan hasil perkebunan.

2. Kawasan Peruntukan Industri Sedang

Peruntukan kawasan industri sedang diarahkan di Kecamatan Baso, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Canduang dan Kamang Magek. Industri sedang yang dikembangkan adalah agro industri, batu kapur dan indutri pengolahan kayu. Dengan adanya pemusatan kawasan industri

(10)

sedang (agro industri) diharapkan hasil pertanian dapat diolah dulu sebelum dipasarkan ke luar wilayah Agam, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang menguntungkan bagi masyarakat maupun pemerintah setempat.

3. Kawasan Peruntukan Industri Rumah Tangga

Peruntukan kawasan industri rumah tangga dipusatkan di wilayah Timur Agam, yang merupakan sentra industri kecil yang mayoritas merupakan penunjang kegiatan pariwisata dan memiliki karakteristik rendah polutan, seperti industri konveksi, bordir, sulaman, perak dan makanan kecil. Peruntukan lahan diarahkan di Kecamatan Ampek Angkek, IV Koto dan Kecamatan Canduang.

2.1.8.8. Kawasan Pariwisata

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pengembangan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata. Upaya pengembangan kepariwisataan juga tetap dikaitkan dengan daerah tujuan wisata (destinasi) Provinsi yaitu Kota Bukittinggi dan Kota Padang serta nasional; Jakarta, Yogjakarta, dan Bali sebagai satu kesatuan destinasi wisata nasional sekaligus untuk menarik minat pengunjung, ditujukan terhadap wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan untuk masa yang akan datang Kabupaten Agam masuk kedalam Destinasi Pengembangan Pariwisata I (DPP I) dimana DPP I ini meliputi koridor Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kota Payakumbuh. DPP ini dominasi atraksi Budaya, Belanja, Meeting Incentive Convention Exibition (MICE), kerajinan, kesenian, peninggalan sejarah, danau, pegunungan, serta flora dan fauna dengan pusat layanan di Kota Bukittinggi.

Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Agam secara umum dibagi dalam tiga wilayah dengan rincian sebagai berikut :

(11)

1. Wilayah Barat

a. Kawasan Pesisir Tiku : sentra perikanan laut dan darat  salah satu outlet komoditi unggulan perikanan Kabupaten Agam.

b. Produk wisata alam dan budaya bahari (rekreasi pantai, pulau, diving/ snorkling, budaya, nelayan dll )  memanfaatkan potensi perikanan, sumber daya alam bahari, dan budaya bahari; pendukung: wisata kuliner.

2. Wilayah Tengah

a. Kawasan pariwisata Danau Maninjau, memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan alam sekitarnya.

b. Produk wisata alam (rekreasi gunung, danau) dan wisata budaya (sejarah dan event), pendukung: kuliner, agrotourism.

c. Objek wisata Danau Maninjau, Puncak Lawang, Embun Pagi, Rumah Kelahiran Buya Hamka, core event (paralayang) dan supporting events (seperti off road, pacu biduk dll).

3. Wilayah Timur

a. Kawasan Agropolitan Ampek Angkek, Canduang-Baso : sentra pengembangan kegiatan pertanian (agrowisata)

b. Produk wisata minat khusus: agrowisata dan wisata perdesaan c. Lahan pertanian  padi, palawija, buah-buahan, perkebunan kakao.

2.1.8.9. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis. Sebagian besar kawasan terbangun berupa permukiman, yang dapat dibedakan dalam dua kelompok yakni permukiman perkotaan, dan permukiman perdesaan.

Permukiman perkotaan meliputi kawasan ibukota kecamatan dan kawasan stategis berbatasan yang meliputi 17 nagari disekitar Kota Bukittinggi yaitu : Gadut, Kapau, Biaro Gadang, Ampang Gadang, Balai Gurah, Pasie, Batu Taba, Sekitar Bukit Batabuah, Kubang Putih, Taluak IV Suku, Padang Luar dan Sungai Tanang, Guguak Tabek Sarojo, Koto Gadang, Sianok VI Suku, Koto Panjang. Sedangkan pemukiman non perkotaan adalah seluruh kawasan non perkotaan yang ada di masing-masing wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Agam. Dengan ketentuan

(12)

kawasan tersebut diluar dari kawasan lindung dan kawasan bencana serta peruntukan perkebunan, pertanian dan budidaya lainnya yang telah ditetapkan dalam rencana pola ruang.

2.1.8.10. Wilayah Rawan Bencana

Kabupaten Agam merupakan daerah rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana geologi. Sesuai dengan profil rawan bencana yang disusun pada Tahun 2008, jenis-jenis bencana sebagai berikut:

1. Bahaya Sesar Aktif

Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang mengalami patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga saat ini. Sesar aktif ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi dimana lokasi pusat gempa terjadi disekitarnya. Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong 6 kecamatan yaitu Kecamatan Palupuh, Palembayan, Matur, IV Koto, Banuhampu dan Sungai Pua.

2. Bahaya Seismisitas Gempa

Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi disebabkan oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. Di wilayah Kabupaten Agam zonasi kerusakan akibat terpaan gelombang seismik gempa berdasarkan analisis dapat diperlihatkan pada Gambar II.1. Dari gambar tersebut kemungkinan zona kerusakan paling tinggi, warna merah, tersebar di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, kurang lebih daerah yang menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi sampai sekitar Bonjol di sebelah Barat Laut. Zona kerusakan lebih rendah diapit oleh dua sesar/patahan yang diperlihatkan oleh warna merah muda.

Gambar II.1

Hasil Analisis Probabilitas Hazard 2 Persen (atas) dan 10 Persen (bawah) Berdasarkan Gempa Periode Ulang 50 Tahunan

(13)

3. Bahaya Tsunami

Daerah lepas pantai merupakan tempat dimana subduksi tektonik terjadi. Distribusi pusat gempa dilepas pantai berpotensi menyebabkan terjadinya tsunami. Wilayah yang potensial dihempas hantaman tsunami adalah daerah sekitar Jorong Subang-Subang, Jorong Labuhan, Jorong Muaro Putuih, Jorong Masang, Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari Bawan di Kecamatan Ampek Nagari.

4. Letusan Gunung Api

Kabupaten Agam berada pada dua gunung aktif yaitu Gunung Marapi dan Gunung Tandikek. Sebaran produk letusan dari Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan letusan dari Gunung Tandikek menuju ke arah selatan. Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian dari letusan gunung api antara lain:

a. Letusan Gunung Marapi : aliran Batang Sarik, Limo Kampuang, Tabek, Kapalo Koto, Lukok satu, Surau Baru, Padang laweh, Lubuk dan Pulungan.

b.

Letusan Gunung Tandikek: letusan ini tidak terlalu membahayakan kecuali di sekitar daerah Toboh.

Gambar II.2

Sebaran hasil letusan G. Marapi dan G. Tandikat (data PVMBG – DESD).

5. Bahaya Gerakan Tanah/Longsoran

Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis gerakan tanah yang umum dijumpai adalah jatuhan (falls), gelincir (slides), nendatan (slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps). Gerakan tanah/longsoran

Gunung Marapi

(14)

terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis dan sifat batuan/tanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan, tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan keteknikan.

a. Jatuhan (Debris Falls)

Jatuhan merupakan gerakan bebas dari massa atau material tanah atau batuan yang berasal dari lereng curam. Tipe jatuhan yang terdapat di Kabupaten Agam diwakili oleh Batuan Tufa Kuarter seperti yang terdapat di Ngarai Sianok. Batuan penyusunnya adalah pasir tufa yang sangat mudah hancur dan lepas-lepas akibat rekahan-rekahan yang terdapat didalamnya serta membentuk lereng sangat curam dan hampir tegak. Jatuhan terjadi akibat meresapnya air hujan ke dalam batuan tufa yang porus sehingga menambah berat massa batuan dan memperlemah ikatan antar rekahan dan pori di dalam batuan tersebut. Proses lain yang dapat mengakibatkan longsoran antara lain karena kikisan atau erosi maupun pekerjaan galian di bagian dasar ngarai. b. Gelinciran (Sliding)

Gelinciran adalah gerakan massa tanah atau batuan sepanjang lereng perbukitan dan pegunungan yang terlepas dari ikatan tanah atau batuan asalnya. Gelinciran berlangsung secara cepat dan tiba-tiba dengan kecepatan tinggi. Pergerakan umumnya disebabkan oleh pertambahan massa air yang bercampur dengan rombakan tanah atau batuan dan mengakibatkan massa tanah atau batuan berkurang daya ikatnya dan menjadi berat. Tanah atau batuan yang menyusun tipe gelinciran pada umumnya terjadi dari massa pasiran atau bongkah-bongkah batuan lepas dalam beberapa ukuran mulai dari ukuran kerikil sampai bongkahan berukuran besar lebih dari 5 meter. Tipe gelinciran paling banyak dijumpai pada dinding jalan dan lereng/lembah sungai dalam berbagai ukuran seperti yang terdapat di sekitar Jorong Galapuang Sungai Lintabung sebelah selatan Danau Maninjau.

c. Nendatan (Slumps)

Longsoran ini dikenali dengan adanya retakan di permukaan. Pergerakan longsoran diperlihatkan dari bentuk permukaan berupa lingkaran atau tapal kuda. Longsoran tipe ini terdapat di sekitar lereng luar Gunung Singgalang yaitu di jalan antara Koto Tuo-Balingka (jalan masuk ke stasiun transmisi Telkom) dan di jalan antara Matur-Palembayan.

(15)

Tabel II-2

Bencana Gerakan Tanah/Longsor di Kabupaten Agam

No Keterangan Kecamatan Nagari

1 2 3 4

1. Jatuhan (Debris Falls)

Tanjung Raya  Tanjung- Sani

 Sungai Batang

 Maninjau

Palembayan  Baringin

 Ampek Koto Palembayan

 Tigo Koto Silungkang Lubuk Basung  Lubuk Basung Ampek Nagari  Batu Kambiang

Matur  Matua Hilia

IV Koto  Balingka

 Koto Gadang

Malalak  Malalak Timur

Palupuh  Koto Rantang

 Pasia Laweh

 Pagadih 2. Gelinciran

(Sliding)

Palembayan  Baringin

 Ampek Koto Palembayan

 Tigo Koto Silungkang Lubuk Basung  Lubuk Basung Ampek Nagari  Batu Kambing

Matur  Matua Hilir

Palupuh  Koto Rantang

 Pasia Laweh 3. Nendatan

(Slumps)

Matur  Tigo Balai

Palembayan  Baringin

 Sungai Pua

IV Koto  Balingka

Malalak  Malalak Utara

Sumber : Rancangan RTRW Kabupaten Agam 2011-2030

6. Bahaya Banjir

Banjir terjadi apabila ekses atau kelebihan air tidak dapat ditampung pada tempatnya sehingga melimpah keluar. Tempat penyimpanan air secara alamiah adalah sungai, rawa, danau atau bendungan. Daerah banjir terjadi sepanjang aliran sungai seperti Batang Tiku, Batang Pingai, Batang Kalulutan, Batang Dareh, Batang Bawan, Batang Sitanang, bagian hilir dari Batang Simpang Jernih dan Simpang Keruh serta Batang Layah. Banjir pada sungai – sungai tersebut, pada umumnya terbatas pada morfologi dataran banjir (flood plain). Selain dari lokasi-lokasi tersebut banjir juga terjadi pada daerah rawa di sekitar dataran pantai, yang juga berhubungan dengan aliran sungai di bagian hilir.

(16)

Wilayah yang berpotensi banjir adalah 1) Nagari Salareh Aia di Kecamatan Palembayan; 2) Nagari Lubuk Basung di Kecamatan Lubuk Basung; 3) Nagari Bawan, Batu Kambiang dan Sitalang di Kecamatan Ampek Nagari, 4) Nagari Tiku V Jorong di Kecamatan Tanjung Mutiara; 5) Nagari Balingka di Kecamatan IV Koto dan 6) Nagari Pasia Laweh di Kecamatan Palupuah. 7. Abrasi

Abrasi merupakan salah satu bagian dari proses perubahan muka air laut setempat yang dalam istilah ilmiah disebut Relative Sea Level Change (RSLC). Abrasi atau erosi garis pantai mengubah garis pantai berpindah ke arah daratan. Lawan dari abrasi adalah akresi atau sedimentasi yang menyebabkan garis pantai maju ke arah laut. Proses yang terlibat dalam perubahan garis pantai diakibatkan oleh banyak hal diantaranya kondisi geologi dan morfologi pantai, kondisi ekologi, klimatologi dan oseanologi. Dari semua faktor tersebut di atas pengaruh gelombang dan arus laut merupakan faktor dominan. Gelombang berfungsi menghancurkan sedimen yang menyusun garis pantai dan arus laut mengangkut hasil rombakan searah dengan arah arus laut.

Wilayah yang berpotensi terkena abrasi adalah 1) Masang sepanjang 800 meter; 2) Ujung Masang sepanjang 1.100 meter; 3) Muaro Putuih sepanjang 300 meter; 4) Ujung Labung sepanjang 500 meter; 5) Pasia Paneh sepanjang 200 meter dan 6) Pelabuhan Tiku sepanjang 100 meter.

2.1.9. Demografi

2.1.9.1. Jumlah Penduduk

Peningkatan jumlah penduduk selama periode 5 tahun adalah sebesar 15.873 jiwa, yaitu dari 439.611 jiwa pada Tahun 2006 menjadi 455.484 jiwa pada Tahun 2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II-3

Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

No Tahun Jumlah Penduduk

1. 2006 439.611

2. 2007 443.857

3. 2008 445.387

4. 2009 451.264

5. 2010 455.484

(17)

2.1.9.2. Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk masih rendah dengan rata-rata kepadatan 200 jiwa/Km2.. Beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi, tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi yaitu Kecamatan Banuhampu dan Kecamatan Ampek Angkek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II-4

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik 2010

Tingkat kepadatan penduduk dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan tinggi. Hasil analisis kepadatan penduduk di Kabupaten Agam dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.5

Analisis Katagori Tingkat Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2010

No Tingkat Kepadatan

Penduduk Range Kecamatan

1. Kepadatan Rendah 0-447 jiwa/km2 Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjung Raya, Matur, IV Koto, Canduang, Kamang Magek, Palembayan, Baso, Malalak. 2. Kepadatan Sedang 447-835 jiwa/km2 Sungai Pua, Tilatang Kamang.

3. Kepadatan Tinggi > 835 jiwa/km2 Banuhampu, Ampek Angkek

Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2010

No Kecamatan Luas (km2) Penduduk Kepadatan Penduduk (km2) 1 2 3 4 5 1. Tanjung Mutiara 250,13 28.311 113 2. Lubuk Basung 252,31 68.198 270 3. Ampek Nagari 286,39 22.570 79 4. Tanjung Raya 236,67 33.307 141 5. Matur 91,11 16.944 186 6. IV Koto 80,47 23.036 286 7. Malalak 99,12 9.299 94 8. Banuhampu 27,24 36.059 1.324 9. Sungai Pua 40,41 23.042 570 10. Ampek Angkek 31,91 43.347 1.354 11. Canduang 55,52 21.886 394 12. Baso 76,38 33.016 432 13. Tilatang Kamang 61,10 34.027 557 14. Kamang Magek 76,67 19.972 260 15. Palembayan 351,39 29.426 84 16. Palupuah 220,99 13.044 59 Jumlah 455.484 204

(18)

2.1.9.3. Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk dilakukan guna memprediksi tingkat perkembangan penduduk untuk 5 tahun kedepan, sehingga diharapkan dari hasil proyeksi tersebut dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan, termasuk kebutuhan lahan yang harus disediakan.

Hasil proyeksi yang dilakukan berdasarkan metode eksponensial, dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015, diperkirakan penduduk Kabupaten Agam berjumlah 504.629 jiwa.

Tabel II.6

Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2011 - 2015

No Tahun Proyeksi

Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. 2. 3. 4. 5. 2011 2012 2013 2014 2015 469.873 478.331 486.941 495.706 504.629

Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2010

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan-kegiatan ekonomi. Analisa mengenai perkembangan perekonomian suatu daerah sangat diperlukan untuk perencanaan pembangunan, khususnya perencanaan pembangunan sektor ekonomi yang akan mewujudkan kemandirian daerah. Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai struktur ekonomi Kabupaten Agam berupa analisa peranan sektor-sektor atau lapangan usaha dalam membentuk Produk Domistik Regional Bruto (PDRB), PDRB perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi.

2.2.1.1. Struktur dan Perkembangan Perekonomian

Dari tahun ke tahun perekonomian Kabupaten Agam terus mengalami perkembangan, walaupun Tahun 2009 dan Tahun 2010 perkembangannya sedikit melemah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi setiap tahun merupakan agregat dari pertumbuhan sektor-sektor lain. Untuk melihat kinerja

(19)

Domestik Regional Bruto (PDRB) sektoral. PDRB merupakan hasil penjumlahan dari seluruh nilai tambah (Produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu dalam waktu tertentu). Perkembangan yang terjadi di masing-masing sektor ekonomi dapat lebih pesat atau lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan PDRB secara total. Artinya pertumbuhan nilai tambah masing-masing sektor atau sub sektor yang terjadi selama satu periode tertentu akan menunjang pertumbuhan ekonomi suatu wilayah secara keseluruhan pada periode tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut diuraikan perkembangan PDRB Kabupaten Agam Tahun 2005- 2009 baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku adalah PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun bersangkutan ( harga yang terjadi setiap tahunnya ). PDRB atas dasar harga konstan adalah PDRB yang menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Penghitungan PDRB ini menggunakan Tahun 2000 sebagai tahun dasar.

(20)

Tabel II.7

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 – 2009

atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Agam (Dalam Jutaan Rupiah).

NO SEKTOR 2005 2006 2007 2008 2009 (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % 1 Pertanian 813.823,80 35 884.512,79 35,83 962.825,65 36,66 1.040.225,40 37,25 1.096.917,80 37,44 2 Pertambangan dan Penggalian 88.977,89 3,83 93.586,76 3,79 99.280,97 3,78 106.488,76 3,81 110.002,90 3,75 3 Industri Pengolahan 327.923,50 14,10 341.875,08 13,85 356.518,76 13,58 372.027,32 13,32 387.838,48 13,24

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 21.232,67 0,91 22.752,34 0,92 24.388,51 0,93 24.910,27 0,89 26.426,66 0,90

5 Bangunan 103.554,88 4,45 108.906,29 4,41 114.550,99 4,36 121.435,50 4,35 130,640,31 4,46

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran. 407.574,24 17,53 432.916,64 17,54 460.400,98 17,53 492.154,02 17,62 507.251,21 17,31

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 102.693,90 4,42 107.251,63 4,34 112,822,25 4,30 119.724,38 4,29 128.143,94 4,37

8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 82.437,83 3,55 86.427,67 3,50 90.581,59 3,45 96.028,49 3,44 100.294,40 3,42

9 Jasa-Jasa 376.942,98 16,21 390.532,61 15,82 404.696,88 15,41 419.893,13 15,03 442.355,98 15,10

PDRB 2.325.161,69 100 2.468.761,80 100 2.626.066,59 100 2.792.887,28 100 2.929.871,68 100

(21)

Tabel II.8

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 – 2009 atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Agam (Dalam Jutaan Rupiah).

NO SEKTOR

2005 2006 2007 2008 2009

(Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) % (Rp. ) %

1 Pertanian 1.230.982,18 36,44 1.533.420,74 39,07 962.825,65 40,78 2.129.236,29 40,90 2.412.971,90 41,38

2 Pertambangan dan Penggalian 148.991,21 4,41 93.586,76 4,29 99.280,97 4,13 214.102,03 4,11 239.413,71 4,11

3 Industri Pengolahan 432.553,56 12,81 341.875,08 11,95 356.518,76 11,40 592.565,11 11,38 617.749,13 10,59

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 36.115,97 1,07 22.752,34 1,06 24.388,51 1,02 47.884,94 0,92 52.514,57 0,90

5 Bangunan 167.339,59 4,95 108.906,29 4,93 114.550,99 5,09 271.381,14 5,21 307.731,83 5,28

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran. 538.188,59 15,93 432.916,64 15,36 460.400,98 15,05 796.698,69 15,30 874.203,11 14,99

7 Pengangkutan dan Komunikasi 171.948,27 5,09 107.251,63 5,09 112.822,25 5,18 270.620,85 5,20 302.877,04 5,19

8

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 136.872,63 4,05 86,427,67 4,01 90.581,59 4,02 202.900,41 3,90 225.500,34 3,87

9 Jasa-Jasa 514.965,22 15,24 390.532,61 14,25 404.696,88 13,32 680.546,85 13,07 798.021,41 13,69

PDRB 3.377.957,22 100 3.924.766,91 100 4.462.495,48 100 5.205.936,30 100 5.830.983,04 100

(22)

Struktur perekonomian yang terjadi di suatu wilayah menunjukkan besar kecilnya pengaruh sektor perekonomian tertentu terhadap pembentukan PDRB di daerah tersebut. Sebagai daerah agraris struktur ekonomi masih didominasi sektor pertanian dengan sub sektor terdiri dari tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya serta perikanan. Peran sektor pertanian sejak Tahun 2005 hingga Tahun 2009 memperlihatkan trend meningkat. Tahun 2005 peranan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB adalah sebesar 36,44 %, meningkat menjadi 40,90 % Tahun 2008, dan pada Tahun 2009 menjadi 41,38 % dari total PDRB menurut harga berlaku.

Jika dilihat menurut sub sektor pembentuknya, sub sektor tanaman pangan dan hortikultura memberikan sumbangan yang terbesar. Pada Tahun 2008 sub sektor tanaman pangan dan hortikultura memberi kontribusi sebesar 23 % terhadap PDRB, menjadi 23,63 % pada Tahun 2009. Sektor tanaman perkebunan juga memberikan peranan yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB, namun berfluktuatif. Tahun 2005 peranan perkebunan sebesar 10,71 %. meningkat hingga Tahun 2007 menjadi 11,85, pada tahun 2008 peranannya turun menjadi 11,75 % dan kembali turun pada Tahun 2009 menjadi 11,60 %. Sub sektor lainnya yang tergabung dalam sektor pertanian adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Tahun 2008 sumbangan sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya terhadap total PDRB adalah 3,17 %, sedangkan pada Tahun 2009 peranannya cenderung sama yaitu 3,18 %. Sub sektor kehutanan memberikan sumbangan terkecil. Tahun 2008 sub sektor kehutanan hanya memberi kontribusi 0,77 %, Tahun 2009 turun menjadi 0,72 %. Sub sektor perikanan Tahun 2005 kontribusinya sebesar 1,82 %, terus meningkat menjadi 1,92 % di Tahun 2006, 2,16 % di Tahun 2007, 2,22 % di Tahun 2008 dan 2,25 % di Tahun 2009.

Dengan struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian, Kabupaten Agam mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Berbagai jenis produk hasil pertanian dan perikanan sebagai bahan baku menjadi pendorong berkembangnya industri pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan menyerap tenaga kerja. Disamping itu meningkatkan produktifitas sektor pertanian juga masih sangat penting untuk menjadi perhatian, karena produktifitas pertanian di Kabupaten Agam masih relatif rendah. Masih banyak lahan-lahan tidur yang tidak dimanfaatkan. Perlu juga dibentuk regulasi yang jelas untuk menekan alih fungsi lahan pertanian.

Sektor kedua yang memberikan peranan terbesar dalam membentuk PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Namun peranannya dari Tahun 2005 sampai Tahun 2007 menurun yaitu sebesar 15,93 % Tahun 2005, 15,36 %

(23)

Tahun 2006 dan 15,05 % Tahun 2007. Tahun 2008 meningkat menjadi 15,30 % dan Tahun 2009 kembali menurun menjadi 14,99 %. Jika dilihat menurut sub sektor penyusunnya, sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan sub sektor yang mempunyai peranan terbesar dan dominan dalam pembentukan nilai tambah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tahun 2005 peranannya sebesar 15,14 %, pada Tahun 2006 turun menjadi 14,56 %, Tahun 2007 kembali turun menjadi 14,21.%, Tahun 2008 naik menjadi 14,59 % dan kembali turun pada Tahun 2009 menjadi 14,22 %. Sedangkan pada sub sektor hotel dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2007 terus meningkat yaitu 0,42 % Tahun 2005, 0,44 % Tahun 2006 dan 0,49.% Tahun 2007. Tahun 2008 sebesar 0,46 dan tahun 2009 kembali menurun yaitu sebesar 0,44 %.Sub sektor lainnya yang tergabung dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sub sektor restoran. Sub sektor ini dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009 terus mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,38 % Tahun 2005 menjadi 0,33 % Tahun 2009.

Sektor ketiga yang memberikan kontribusi terbesar dalam membentuk PDRB adalah sektor jasa-jasa, namun kontribusinya dari taHun 2005 sampai dengan Tahun 2008 terus menurun dan pada Tahun 2009 meningkat kembali, sama halnya dengan kontribusi sub sektornya. Besarnya kontribusi sektor jasa-jasa pada Tahun 2005 yaitu 15,24 %, Tahun 2006 14,25 %, 13,07 dan pada Tahun 2009 13,69 %. Peningkatan kontribusi ini didorong oleh meningkatnya kontribusi sub sektor pelayanan umum dan pertanahan yaitu 11,19 % di Tahun 2008 dan 11,79 di Tahun 2009. Sub sektor jata memberikan kontribusi 1,89 % di Tahun 2008 meningkat menjadi 1,90 % di Tahun 2009.

Industri pengolahan merupakan sektor keempat yang peranannya cukup besar dalam pembentukan nilai tambah PDRB. Tahun 2005 kontibusinya 12,81 %, Tahun 2006 sebesar 11,95 %, Tahun 2007 sebesar 11,40 %, Tahun 2008 sebesar 11,38 % dan Tahun 2009 10,59 %. Sektor ini didominasi sub sektor industri non migas.

Sektor lainnya yang turut andil dalam pembentukan PDRB adalah sektor bangunan. Peranannya dalam PDRB sedikit mengalami peningkatan yaitu 5,21 % pada Tahun 2008 dan meningkat menjadi 5,28 pada Tahun 2009. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan peranan cenderung konstan. Pada Tahun 2008 peranan sektor pengangkutan dan komunikasi adalah 5,20 % kemudian pada Tahun 2009 peranannya sedikit menurun menjadi 5,19%. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi sebesar 4,41 % pada Tahun 2005, 4,29 % Tahun 2006, 4,13 % Tahun 2007, 4,11 % padan Tahun 2008 dan 2009. Sektor keuangan , persewaan dan jasa perusahaan memberikan kontribusi berturut-turut dari Tahun

(24)

2005 yaitu 4,05 %, 4,01 %, 4,02 %, 3,90 % dan 3,87 %, cenderung konstan. Dan sektor yang terkecil memberikan kontribusi dalam membentuk PDRB Kabupaten Agam adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu 1,07 % Tahun 2005, 1,06 % Tahun 2006, 1,02 % pada Tahun 2007, 0,92 % Tahun 2008 dan 0,90 % Tahun 2009, juga cenderung konstan.

2.2.1.2. PDRB Perkapita dan Pengeluaran Perkapita

PDRB perkapita merupakan hasil bagi antara nilai nominal PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada masing-masing tahun yang sama. Secara umum PDRB perkapita selalu mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh lebih tingginya peningkatan PDRB dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk. Tabel berikut memperlihatkan PDRB perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Agam Tahun 2005-2009 berdasarkan harga berlaku.

Tabel II.9

PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Agam Tahun 2005 – 2009 Berdasarkan Harga Berlaku.

Tahun PDRB Perkapita (ribuan rupiah) Perubahan ( % ) Pendapatan regional Perkapita (ribuan rupiah) Perubahan ( % ) 1 2 3 4 5 2005 7.948,47 19,19 7.738,03 19,30 2006 9.196,51 15,70 8.942,05 15,56 2007 10.417,99 13,28 10.132,94 13,31 2008 12.111,84 16,25 11.790,46 16,35 2009 13.566,04 9,25 13.190,67 11,86

Sumber ; PDRB Kabupaten Agam Tahun 2005-2009

Untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk diperlukan indikator lain yaitu Pendapatan Regional Perkapita dan Pengeluaran Perkapita. Pendapatan Regional Perkapita diperoleh setelah PDRB dikurangi penyusutan pajak tak langsung netto serta transfer netto kemudian dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.

Dari Tabel II.10 diatas terlihat bahwa PDRB perkapita Tahun 2009 mencapai 13,56 juta rupiah. Nilai ini meningkat sebesar 1,45 juta rupiah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 12,11 juta rupiah. Pendapatan Regional Perkapita Tahun 2009 sebesar 13,19 juta rupiah meningkat dari Tahun 2008 yang nilainya hanya 11,79 juta rupiah.

(25)

2.2.1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Kabupaten Agam Selama kurun waktu 2005 sampai 2008 terus membaik. Hal ini ditunjukkan oleh angka pertumbuhan ekonomi yaitu 6,13 % pada Tahun 2005, 6,18 % Tahun 2006, 6,33 % Tahun 2007 dan 6,38% pada Tahun 2008. Dari Tahun 2006 ke Tahun 2007 merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tertinggi. Pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu tersebut diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Nasional. Tetapi pada akhir Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan yang sangat signifikan, dimana angka pertumbuhan ekonomi hanya mencapai angka 4,9 %. Kondisi ini berkaitan langsung dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang juga mengalami perlambatan mencapai angka 4,16 % yang disebabkan karena adanya kiris global yang mempengaruhi volume permintaan dan akibat gempa bumi tanggal 30 September 2009. Pada Tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,66 % .

2.2.1.4. Persentase Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan Tabel II.10

Jumlah Rumah Tangga Miskin Tahun 2005 dan Rumah Tangga Sasaran Tahun 2008

NO. Kecamatan Jumlah RTM 2005 RTS 2008

Jumlah % Jumlah % 1. Tanjung Mutiara 4.900 1.579 32.22 1,029 21 2. Lubuk Basung 14.021 2.358 16.82 1,608 11.47 3. Ampek Nagari 4.815 1.081 22.45 920 19.11 4. Tanjuang Raya 7.229 2.507 34.68 2,126 29.41 5. Matur 4.259 1.309 30.73 1,167 27.40 6. IV Koto 5.545 992 17.89 861 15.53 7. Malalak 2.149 558 25.87 346 16.10 8. Banuhampu 7.689 1.008 13.11 908 11.81 9. Sungai Pua 5.310 946 17.82 665 12.52 10. Ampek Angkek 8.927 1.142 12.79 934 10.46 11. Canduang 5.242 1.552 29.61 1,305 24.90 12. Baso 7.518 2.045 27.20 1,621 21.56 13. Tilatang Kamang 7.520 1.808 24.04 1,185 15.76 14. Kamang Magek 4.773 1.151 24.11 907 19.00 15. Palembayan 7.185 2.092 29.12 1,810 25.19 16. Palupuah 3.483 1.425 40.91 1,294 37.15 Jumlah 100.565 23.551 23.42 18,686 18.58

(26)

Tabel II.10 menunjukkan bahwa dengan telah dilaksanakannya berbagai koordinasi perumusan kebijakan dan sinkronisasi pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan penurunan kesenjangan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) selama 4 tahun, maka sampai dengan Tahun 2008, telah terjadi penurunan angka kemiskinan menjadi 18.666 KK, namun pada Tahun 2009 meningkat menjadi 19.620 KK atau 5,11% dibanding Tahun 2008, yang disebabkan oleh terjadinya bencana gempa yang menghancurkan infrastruktur ekonomi dan sosial masyarakat.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat dilakukan terhadap beberapa indikator yang meliputi : Angka Melek Huruf, Angka Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar, Angka Pendidikan yang Ditamatkan, Angka Partisipasi Murni, Angka Kelangsungan Hidup Bayi, Angka Usia Harapan Hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja. Berikut ini disajikan hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan sosial, sebagai berikut:

2.2.2.1.Pendidikan 1. Angka Melek Huruf

Berdasarkan Profil Pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010, angka melek huruf selama 5 tahun terakhir cenderung menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006 Angka Melek Huruf sebesar 97,78% meningkat menjadi 97,79% pada Tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 97,82% pada Tahun 2008, Tahun 2009 meningkat menjadi 98,84% dan Tahun 2010 menjadi 99,53%. Walaupun cakupannya cenderung meningkat, namun peningkatannya relatif sangat kecil sehingga masih belum mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 99,98%. Pada Tahun 2010 masih terdapat sebanyak 1.417 orang masyarakat yang berusia di atas 15 tahun yang belum dapat membaca dan menulis yang tersebar pada 13. Untuk lebih mengetahui Angka Melek Huruf masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada tabel II.11 di bawah ini :

(27)

Tabel II.11

Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan Di Kabupaten Agam Tahun 2010

No. Kecamatan

Penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa

baca dan tulis

Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Angka melek huruf 1 Tanjung Mutiara 18,349 18,770 97.76 2 Lubuk Basung 44,791 45,113 99.29 3 Ampek Nagari 14,576 14,763 98.73 4 Tanjung Raya 22,058 22,082 99.89 5 Matur 11,200 11,233 99.71 6 IV Koto 15,154 15,173 99.87 7 Malalak 6,072 6,165 98.49 8 Banuhampu 23,805 23,805 100.00 9 Sungai Pua 15,156 15,177 99.86 10 Ampek Angkek 28,638 28,638 100.00 11 Candung 14,485 14,510 99.83 12 Baso 21,671 21,689 99.92 13 Tilatang Kamang 22,458 22,458 100.00 14 Kamang Magek 13,214 13,241 99.80 15 Palembayan 19,416 19,508 99.53 16 Palupuh 8,413 8,548 98.42 Kabupaten Agam 299,456 300,873 99.53

Sumber : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2009/2010

Dari Tabel II.11 di atas, terlihat bahwa ada 3 Kecamatan yang angka melek hurufnya sudah mencapai 100% yaitu Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Tilatang Kamang. Berdasarkan angka absolut, maka ada beberapa kecamatan yang jumlah penduduk usia di atas 15 tahun yang tidak bisa membaca dan menulisnya masih tinggi, yaitu: Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Malalak dan Kecamatan Palupuh, untuk lebih jelasnya perkembangan Angka Melek Huruf dari Tahun 2006-2010 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.12

Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Agam

Sumber : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2009/2010

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

1 Jumlah penduduk usia

diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis

287,114 288,084 289,164 292,890 294,499

2 Jumlah penduduk usia 15

tahun keatas

293,624 294,594 295,608 299,356 300,873

(28)

2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Pada awal Tahun 2006 Angka Rata-Rata Lama Sekolah adalah 8,2 tahun dan angka ini stagnan hingga Tahun 2008. Dan pada Tahun 2009 Angka Rata-Rata Lama Sekolah meningkat menjadi 8,3 tahun dan pada Tahun 2010 meningkat lagi menjadi 8,5 tahun. Angka ini masih dibawah target Angka Rata-Rata Lama Sekolah 9 tahun. Dari 16 kecamatan yang ada, belum satupun kecamatan yang sudah mencapai Angka Rata-Rata-Rata Lama Sekolah 9 Tahun. Beberapa kecamatan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Malalak, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuah. Untuk target Tahun 2015 Rata-Rata Lama Sekolah diharapkan sudah mencapai 12 tahun.

3. Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar selama 5 tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006 Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat pendidikan SD/MI sebesar 99,93% meningkat menjadi 100.10% pada Tahun 2007 dan pada Tahun 2008 meningkat menjadi 103.31% dan meningkat lagi menjadi 105.95% pada Tahun 2009 serta pada Tahun 2010 mencapai 103.87%. Dari 16 kecamatan yang ada, sebanyak 5 (lima) kecamatan dengan Angka Partisipasi Kasar berada dibawah angka Kabupaten Agam yaitu sebanyak 6 (enam) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Kamang Magek.

Demikian juga halnya dengan Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat pendidikan SMP/MTs yang terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006 Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar 91,96% meningkat menjadi 92,36% pada Tahun 2007 dan pada Tahun 2008 meningkat menjadi 92,93% dan meningkat lagi menjadi 96,36% pada Tahun 2009 serta pada Tahun 2010 mencapai 95,00%. Dari 16 kecamatan yang ada, Angka Partisipasi Kasar Tingkat Pendidikan SMP/MTs berada dibawah angka kabupaten yaitu sebanyak 6 (enam) kecamatan, terdiri dari : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Kamang Magek.

Angka Partisipasi Kasar untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA selama 5 tahun terakhir menunjukkan kenaikan. Kalau pada Tahun 2006 APK untuk jenjang SMA/SMK/MA adalah sebesar 66,93% dan meningkat menjadi 67,96% pada Tahun 2007, pada Tahun 2008 sebesar 79,78% dan pada Tahun 2009 menjadi

(29)

80,57% sedangkan pada Tahun 2010 menjadi 83,07%. Terdapat 5 (lima) kecamatan yang Angka Partisipasi Kasarnya berada di atas angka Kabupaten Agam yaitu : Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Canduang, dan Kecamatan Kamang Magek.

Tabel II.13

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010

No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010

1 SD/MI

1.1. Jumlah murid usia 7-12 thn 57,439 58,169 60,505 62,282 62,932

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 57,479 58,111 58,566 59,420 60,767

1.3. APK SD/MI 99.93 100.10 103.31 105.95 103.87

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah murid usia 13-15 thn 20,927 21,622 23,015 24,280 25,132

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 22,756 23,411 24,765 26,232 27,052

2.3. APK SMP/MTs 91.96 92.36 92.93 96.37 95.00

3 SMA/SMK/MAN/MAS

3.1. Jumlah murid usia 16-18 thn 10,939 11,788 13,998 14,773 15,535

3.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 16 - 18 tahun 16,345 17,345 17,545 18,558 18,979

3.3. APS SMA/SMK 66.93 67.96 79.78 80.57 83.07

Sumber : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2009/2010

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa APK untuk tingkat SD/MI relatif lebih tinggi dibandingkan dengan APK tingkat SMP/MTs dan APK tingkat SMA/SMK/MA. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kinerja untuk tingkat SD lebih baik dibandingkan dengan SMP dan SMA

.

4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) adalah angka yang menunjukkan seseorang yang telah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah baik di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah. APT di Kabupaten Agam selama 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahunnya. APT untuk tingkat SD pada Tahun 2006 adalah sebesar 31,98% meningkat menjadi 38.08% pada Tahun 2010. Sedangkan APT untuk tingkat SMP pada Tahun 2006 sebesar 20.77% meningkat menjadi 25,81% pada Tahun 2010. Selanjutnya APT untuk tingkat SMA pada Tahun 2006 sebesar 13.80%

(30)

meningkat menjadi 16.54% pada Tahun 2010. APT untuk Perguruan Tinggi dari 3,65% pada Tahun 2006 menjadi 5,59% pada Tahun 2010. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Grafik II-2

Perkembangan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT) Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010 (%)

Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Agam 2009/2010

Berdasarkan Grafik II-2 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat baru dapat menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD. Kondisi ini menunjukkan bahwa apabila dikaitkan dengan aspek ketenagakerjaan, maka tenaga kerja yang tersedia sebagian besar adalah tamat Sekolah Dasar atau sederajat

.

5. Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni atau yang disingkat dengan APM adalah perbandingan penduduk usia 7 hingga 18 tahun yang terdaftar pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA kemudian dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM selama 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006 APM untuk tingkat pendidikan SD/MI sebesar 90,11% meningkat menjadi 91.54% pada Tahun 2010. Dari data tersebut terlihat bahwa kenaikan APM setiap tahunnya relatif lamban, sehingga belum memenuhi target APM tingkat SD/MI sebesar 100%.

Demikian juga halnya dengan APM untuk tingkat pendidikan SMP/MTs yang terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006 APM tingkat SMP/MTs sebesar

(31)

73,88% meningkat menjadi 76,14% pada Tahun 2010. Pergerakan peningkatan APM untuk tingkat SMP/MTs juga termasuk lamban, sehingga belum mampu memenuhi target yang ditetapkan sebesar 85%.

Kondisi yang sama juga terjadi pada APM tingkat pendidikan SMA/SMK/MA. Dalam 5 tahun terakhir terjadi peningkatan APM, tetapi masih sangat rendah. Tahun 2006 APM untuk jenjang SMA/SMK/MA ini adalah sebesar 61,67% meningkat menjadi 64,24% pada Tahun 2010. Angka ini masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 75%. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut:

Tabel II.14

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) per Kecamatan Di Kabupaten Agam Tahun 2010

No Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA jumlah murid usia 7-12 thn jumlah penduduk usia 7-12 th

APM (%) murid usia jumlah 13-15 thn jumlah penduduk usia 13-15 th APM (%) jumlah murid usia 16-18 thn jumlah penduduk usia 16-18 th APM (%) 1 Tanjung Mutiara 4,128 5,252 80.24 1,012 2,067 65.51 576 1,145 52.14 2 Lubuk Basung 8,962 9,477 80.33 2,577 4,459 68.83 1.601 4,345 61.17 3 Ampek Nagari 3,584 4,614 81.45 1,029 1,787 1.15 339 601 50.17 4 Tanjung Raya 3946 4,810 4.05 865 2,133 76.22 465 2,579 57.85 5 Matur 1,893 1,953 93.98 485 890 75.98 317 581 62.15 6 IV Koto 2,647 2,845 2.24 516 1,307 7.62 419 702 62.83 7 Malalak 963 1,374 89.88 237 533 63.55 339 351 46.06 8 Banuhampu 3,743 4,385 102.99 663 2,089 85.95 374 1,035 79.45 9 Sungai Pua 2,5840 2,881 105.40 954 1,269 83.40 238 621 77.59 10 Ampek Angkek 4,145 4,939 103.33 800 2,693 86.25 477 1,733 79.00 11 Candung 2,056 2,472 97.23 704 1,929 75.45 265 988 64.49 12 Baso 3,537 3,970 97.78 804 1,322 76.64 471 939 62.53 13 Tilatang Kamang 3,035 3,253 107.20 910 1,416 85.20 574 1,523 78.78 14 Kamang Magek 1,970 2,490 102.75 431 1,205 2.43 188 559 77.51 15 Palembayan 3,925 4,281 78.19 878 1,406 69.31 151 736 50.42 16 Palupuh 1,653 1,769 4.05 452 548 73.51 205 540 51.52 Kabupaten 54,393 59,420 91.54 19,988 26,252 76.14 11,922 18,558 64.24

Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa APM untuk tingkat SD/MI hanya 5 (lima) Kecamatan yang berhasil memenuhi dan melampaui target yaitu : Kecamatan Tilatang Kamang (107,20%), Kecamatan Sungai Pua (105,40%), Kecamatan Ampek Angkek (103,33%), Kecamatan Banuhampu (102,99%) dan Kecamatan Kamang Magek (102,75%). Sebanyak 10 Kecamatan yang capaiannya berkisar antara 80% - 97% dan 1 Kecamatan yang capaiannya dibawah 80% yaitu Kecamatan Palembayan yang hanya mencapai 78,19%.

Sedangkan untuk APM tingkat pendidikan SMP/MTs ada 3 Kecamatan yang mencapai target yaitu Kecamatan Ampek Angkek (86,25%), Kecamatan

(32)

Banuhampu (85,95%) dan Kecamatan Tilatang Kamang (85,20%) dan 13 kecamatan lain capaiannya berkisar antara 65,51% - 82,43%. Kecamatan yang terendah tersebut adalah Kecamatan Ampek Nagari sebesar 65,51%.

Perkembangan Angka Partisipasi Murni seluruh jenjang pendidikan pada Tahun 2010 tertinggi untuk tingkat SD/MI 91.54, SMP/MTs 76.14 dan SMA/SMK/MA 64.24. Gambaran Perkembangan APM dapat dilihat pada tabel II.15 dibawah ini.

Tabel II.15

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kabupaten Agam Tahun 2006-2010

No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010

1 SD/MI

1.1. jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang

SD/MI 51,794 52,550 53,143 62,282 62,932

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 57,479 58,111 58,566 59,420 60,767

1.3. APM SD/MI 90.11 90.43 90.74 91.54 91.54

2 SMP/MTs

2.1. jumlah siswa kelompok usia 13-15 tahun yang bersekolah di

jenjang SMP/MTs

16,812 17,336 18,405 24,280 25,132

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 22,756 23,411 24,765 26,252 27,052

2.3. APM SMP/MTs 73.88 74.05 74.32 75.72 76.14

3 SMA/MA/SMK

3.1.

jumlah siswa kelompok usia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan

SMA/MA/SMK

10,080 10,775 11,031 14,773 15,535

3.2. jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun 16,345 17,345 17,545 18,558 18,979

3.3. APM SMA/MA/SMK 61.67 62.12 62.87 63.65 64.24

Sumber : Profil pendidikan Tahun 2009/2010

2.2.2.2. Kesehatan

1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB)

Angka Kelangsungan Hidup Bayi diartikan sebagai probabilitas bayi untuk hidup sampai berusia 1 tahun. Berdasarkan laporan tentang kematian bayi selama Tahun 2010, maka diperoleh Angka Kematian Bayi adalah sebesar 16 per 1.000 kelahiran hidup. Dari Angka Kematian Bayi tersebut maka dapat diketahui Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Kabupaten Agam adalah sebesar 984. Dari 16 kecamatan yang ada, ada beberapa kecamatan dengan AKHBnya diatas AKHB Kabupaten, yaitu : Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV

(33)

Kecamatan Tilatang Kamang dan Kecamatan Palembayan. Oleh karena itu ada beberapa kecamatan yang perlu diwaspadai yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Baso, Kecamatan Kamang Magek dan Kecamatan Palupuah. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat tabel berikut ini:

Tabel II.16

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Di Kabupaten Agam Tahun 2010

No Kecamatan

Jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun pada Tahun 2009 Jumlah kelahiran hidup pada Tahun 2009 AKB AKHB 1 Tanjung Mutiara 12 513 23 977 2 Lubuk Basung 25 1,176 21 979 3 Ampek Nagari 8 443 18 982 4 Tanjung Raya 6 553 11 989 5 Matur 4 281 14 986 6 IV Koto 2 417 5 995 7 Malalak 2 136 15 985 8 Banuhampu 1 522 2 998 9 Sungai Pua 6 328 18 982 10 Ampk Angkek 13 672 19 981 11 Candung 3 373 8 992 12 Baso 12 625 19 981 13 Tilatang Kamang 5 522 10 990 14 Kamang Magek 8 287 28 972 15 Palembayan 9 612 15 985 16 Palupuh 5 259 19 981 Jumlah 121 7.719 16 984

Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010

2. Angka Usia Harapan Hidup

Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan setiap 10 tahun yang dimulai pada Tahun 1970, maka usia harapan hidup masyarakat cenderung meningkat. Kalau Sensus Tahun 1970 angka harapan hidup masyarakat adalah 47,7 tahun, maka Sensus Tahun 1980 meningkat menjadi 52,2 tahun dan Sensus Tahun 1990 meningkat menjadi 59,8 tahun, selanjutnya Sensus Tahun 2000 Angka Harapan Hidup meningkat lagi menjadi 65,5 tahun dan pada Tahun 2010 ini diperkirakan Usia Harapan Hidup sudah mencapai 68,7 tahun.

(34)

3. Persentase Balita Gizi Kurang Termasuk Gizi Buruk

Berdasarkan data dan laporan Dinas Kesehatan, jumlah balita gizi kurang tercatat sebanyak 13,65% dari total 47.904 jumlah balita. Berdasarkan pengelompokan kecamatan dengan prevalensi gizi kurang yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO), maka Kabupaten Agam termasuk dalam kelompok sedang, karena berada pada interval 10-19%. Ada beberapa kecamatan dengan penderita Gizi Kurang diatas angka kabupaten, yaitu : Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Matur, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuah. Untuk lebih mengetahui jumlah penderita gizi kurang pada masing-masing Kecamatan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel II.17

Balita Gizi Buruk Menurut Kecamatan di Kabupaten Agam Tahun 2010

No Kecamatan Jumlah balita Jumlah balita

gizi kurang Persentase balita gizi buruk 1 Tanjung Mutiara 2,845 428 15.05 2 Lubuk Basung 6,683 1,524 22.80 3 Ampek Nagari 2,432 521 21.43 4 Tanjung Raya 3,292 395 12.00 5 Matur 1,998 318 15.91 6 IV Koto 2,502 216 8.63 7 Malalak 1,144 112 9.78 8 Banuhampu 3,572 336 9.40 9 Sungai Pua 2,477 361 14.56 10 Ampk Angkek 4,035 164 4.07 11 Candung 2,493 229 9.17 12 Baso 3,561 492 13.83 13 Tilatang Kamang 3,519 252 7.17 14 Kamang Magek 2,216 280 12.64 15 Palembayan 3,631 641 17.64 16 Palupuh 1,504 271 17.99 Jumlah 47,904 6,539 13.65

Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 2009/2010

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Pembangunan Bidang Seni Budaya Dan Olahraga selama 5 tahun (2006-2010) telah memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya muncul group kesenian dan klub olahraga baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat Kecamatan dan Nagari. Perkembangan

Gambar

Grafik II-1
Gambar II.1
Gambar II.2
Tabel II-2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komoditi Utaman: Di sektor perkebunan komoditi unggulannya adalah berupa kakao, kelapa sawit, karet dan kopi, Sektor perikanan dengan komoditi perikanan tangkap, budidaya

Bagian Tanaman bertugas melaksanakan kebijakan Direksi dalam pengelolaan tebu, kelapa sawit, karet dan teh diseluruh wilayah kerja PT Perkebunan Nusantara VII

komoditas perkebunan yaitu kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, jambu mete, cengkeh, lada, tebu, teh, tembakau, nilam dan kapas pada tahun 2012 berdasarkan

Di dalam proses produksi pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Unit Usaha Adolina, bahan baku yang digunakan adalah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang diperolah

Komoditi yang diusahakan adalah kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi,.. kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan dan aneka

Kawasan hutan kota dikembangkan di 7 (tujuh) lokasi di kecamatan Temanggung meliputi kelurahan Manding, Sidorejo, Walitelon Utara, Walitelon Selatan,

Suradadi, dengan pusat pertumbuhan di Suradadi. Potensi utama wilayah ini adalah industri, perikanan laut dan payau, serta pariwisata. Potensi yang dapat dikembangkan

- Memiliki topografi datar cocok ditanami tanaman keras seperti karet dan kelapa sawit dan juga untuk memanen hasil perkebunan dari tanah yang datar tidak