DUKUNGAN PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN
PEDOMAN TEKNIS
PENANGANAN ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN (OPT) TANAMAN PERKEBUNAN
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Kegiatan Penanganan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di Daerah tahun 2014 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang membidangi Perkebunan dan Perangkat
Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran Kegiatan, Tujuan dan Pengertian Umum; Bab II.
Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat
tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis, Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pengadaan
Barang; Bab V. Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan; Bab VI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VII. Pembiayaan; serta Bab VIII. Penutup.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Sasaran Kegiatan ... 4
C. Tujuan ... 4
D. Pengertian Umum... 4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 9
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 9
B. Spesifikasi Teknis ... 19
III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 48
A. Ruang Lingkup ... 48
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan ... 54
C. Lokasi, Jenis dan Volume ... 57
D. Simpul Kritis ... 66
IV. PENGADAAN BARANG ... 68
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN . 69
VI. MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN ... 72
VII. PEMBIAYAAN ... 76
VIII. PENUTUP ... 77
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kopi 78
2. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Cengkeh... 78
3. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Lada 79
4. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Kakao... 79
5. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Tebu... 80
6. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Tembakau... 83
7. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Kapas... 84
8. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Kelapa... 85
9. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Karet... 87
10. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Jambu Mete... 87
11. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Kelapa Sawit... 87
12. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Kopi (PBKo)... 88
13. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Kakao (PBK)... 88
14. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Lada (Jamur Pirang)... 88
15. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
16. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Jambu Mete (JAP)... 89
17. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Kelapa (Aceria sp.)... 89
18. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Tebu (Uret)... 89
19. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Lada (Busuk Pangkal Batang)... 90
20. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Kopi (PBKo)... 90
21. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
Penggerek Batang/Pucuk Tebu... 90
22. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
Tikus dengan Burung Hantu pada Tebu. 90
23. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Nilam... 90
24. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Karet... 91
25. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kopi per Hektar... 92
26. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Cengkeh per Hektar 93
27. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Lada per Hektar... 94
28. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kakao per Hektar.... 95
29. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Tebu per Hektar... 96
30. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Tembakau perHektar 97
32. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Nilam per Hektar ... 99
33. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kelapa per Hektar... 100
34. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Karet per Hektar.... 104
35. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Jambu Mete per
Hektar... 105
36. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Kopi per Hektar... 106
37. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Kakao per Hektar.... 107
38. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Cengkeh per Hektar. 108
39. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Lada per Hektar... 109
40. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Uret Tebu perHektar 110
41. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Aceria sp. pada
tanaman Kelapa per Hektar... 111
42. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT JAP pada tanaman Karet per Hektar...
112
43. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT JAP pada tanaman Jambu Mete per Hektar...
113
44. Jenis dan Volume Komponen Demplot
Pengendalian OPT Kopi per Hektar... 114
45. Jenis dan Volume Komponen Demplot
46. Jenis dan Volume Komponen Demplot Pengendalian OPT Penggerek
Pucuk/Batang Tebu per Hektar...
116
47. Jenis dan Volume Komponen Demplot
Pengendalian Tikus dengan Burung Hantu pada Tebu per Hektar...
117
48. Spesifikasi Teknis Sex Feromon... 118
49. Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon.. 121
50. Form Laporan Persiapan Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian/Demfarm/
Demplot OPT... 134
51. Form Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Pengendalian/Demfarm/ Demplot OPT. 135
52. Form Laporan Perkembnagan Realisasi
Fisik dan Keuangan Kegiatan
Pengendalian/Demfarm/ Demplot OPT. 136
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rata-rata serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada komoditi utama tanaman perkebunan 3-5 tahun
terakhir 1,25 juta Ha dari luas areal
perkebunan Indonesia sampai dengan tahun 2012 sekitar 21,49 juta ha dan yang diusahakan oleh rakyat sekitar 70 % dari total
areal perkebunan. Produktivitas baru
mencapai 58% dari potensi.
Rendahnya produktivitas antara lain disebabkan oleh penggunaan benih unggul masih sekitar 40%, penerapan GAP ditingkat petani masih rendah dan adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan
yang dapat mengakibatkan terjadinya
kehilangan hasil dan penurunan kualitas produk.
Kehilangan hasil dan penurunan kualitas produk juga dapat disebabkan oleh faktor dampak perubahan iklim seperti banjir, kekeringan dan kebakaran lahan.
Kerugian akibat serangan OPT pada 13
perhitungan taksasi kerugian hasil diperkirakan sekitar Rp. 2,017 trilyun.
Jenis OPT utama yang masih menjadi ancaman dalam upaya peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil, antara lain: hama Penggerek Buah Kakao (PBK), penyakit
Vascular Streak Dieback (VSD), dan busuk buah pada kakao; hama Penggerek Buah pada Kopi (PBKo); penyakit busuk pangkal batang dan jamur pirang pada lada; penyakit Jamur Akar Putih (JAP) dan Kering Alur
Sadap (KAS) pada karet; hama Sexava sp.,
Oryctes sp., Rhyncophorus sp., Brontispa
sp., tungau (Aceria sp.) dan penyakit busuk
pucuk pada kelapa; hama Helopeltis sp.,
penyakit Jamur Akar Putih (JAP) dan Jamur Akar Coklat (JAC) pada jambu mete; hama ulat api dan penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) pada kelapa sawit; hama uret, tikus, penggerek batang dan pucuk
pada tebu; hama Spodoptera sp. dan
penyakit lanas Phytophthora sp. pada
tembakau; penyakit layu bakteri, budok dan nematoda pada nilam; hama penggerek buah
Helicoverpa sp., wereng daun Sundapteryx
sp. dan Spodoptera sp. pada kapas; hama
Helopeltis sp. dan penyakit cacar daun pada
teh; hama penggerek batang Nothopeus sp.
dan penyakit Bakteri Pembuluh Kayu
penggerek batang dan penyakit busuk pangkal batang pada pala.
Sesuai dengan UU No.12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman,
Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1995
tentang Perlindungan Tanaman dan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
887/Kpts/07.210/9/97 tentang Pedoman
Pengendalian OPT, bahwa Perlindungan Tanaman dilaksanakan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Pengendalian hama dan penyakit masih belum optimal karena peran dan kesadaran masyarakat dalam mengendalikan OPT masih
relatif rendah. Untuk meningkatkan
efektifitas pengendalian, diperlukan bantuan
pengendalian oleh pemerintah sebagai
stimulasi untuk mendorong peran serta dan kesadaran masyarakat dalam mengendalikan OPT tersebut. Karena terbatasnya anggaran yang dimiliki oleh pemerintah, kegiatan pengendalian OPT dilaksanakan pada pusat-pusat serangan atau areal yang memiliki potensi untuk menjadi sumber serangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun anggaran 2014 Direktorat Jenderal Perkebunan mengalokasikan dana APBN Tugas Pembantuan (TP) untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman tahunan di 18
semusim di 15 provinsi; serta pengendalian OPT tanaman rempah dan penyegar di 18 provinsi.
B. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan penanganan OPT
tanaman perkebunan pada tahun 2014
berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan
Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun
2013 adalah terkendalinya serangan OPT
seluas 15.728 Ha sehingga dapat mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan.
C. Tujuan
Tujuan kegiatan penanganan OPT
tanaman perkebunan adalah memberikan bantuan pengendalian OPT pada pusat-pusat serangan dan mendorong petani untuk melakukan pengendalian secara bersama agar serangan OPT terkendali dan tidak meluas ke areal tanaman lainnya.
D. Pengertian Umum
1. Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya
pertanian untuk bekerja sama
meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya.
2. Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL)
adalah petani/tempat yang akan
diusulkan menjadi peserta kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Hamparan yang relatif kompak yaitu
hamparan tanaman dengan umur
tanaman yang hampir sama.
4. Sosialisasi adalah penyampaian/
penjelasan lebih rinci tentang kegiatan penanganan OPT perkebunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah setempat dan petani.
5. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
tanaman adalah jenis serangga,
tumbuhan (gulma), jamur, bakteri, nematoda, virus dan jasad renik lainnya
yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan sehingga menyebabkan
berkurang/hilangnya produksi dan
kualitas hasil tanaman perkebunan.
6. Agens Pengendali Hayati (APH) adalah
OPT. APH terdiri dari predator, parasitoid dan patogen.
7. Predator adalah golongan serangga yang
hidupnya memburu dan membunuh serangga inang (OPT). Serangga predator biasanya ukuran tubuhnya lebih besar dari pada inangnya.
8. Parasitoid adalah serangga musuh alami
yang hidupnya menempel di/pada dan
menghisap cairan sehingga
menyebabkan kematian pada inangnya.
9. Patogen adalah golongan jasad renik
(jamur, bakteri, nematoda, virus dll) yang hidupnya melemahkan/membuat sakit/kompetisi makanan inang (OPT)
sehingga menyebabkan kematian
inangnya.
10. Pestisida Nabati (Pesnab) adalah
pestisida yang dibuat dari bagian tumbuhan yang bersifat racun (toxic)
untuk menghambat/membunuh OPT
sasaran namun tidak membahayakan lingkungan.
11. Efikasi yaitu efektifitas, kemampuan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
12. Demonstrasi plot (Demplot)
pengendalian OPT, yaitu model
perkebunan dengan luas areal 1-5 hektar.
13. Demonstrasi farm (Demfarm) yaitu
model percontohan pengendalian OPT
pada lahan usahatani perkebunan
dengan luas areal 5-25 hektar.
14. Tanaman perangkap adalah jenis
tanaman yang digunakan untuk
mengalihkan serangan /memerangkap OPT dari tanaman inangnya.
15. APH spesifik lokasi adalah APH yang
mempunyai kekhususan terhadap
lingkungan sehingga hanya bisa
digunakan pada lokasi tertentu.
16. Pengamatan adalah kegiatan
perhitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi dan tingkat serangan OPT dan faktor-faktor iklim yang mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu.
17. Pemantauan adalah kegiatan mengamati
dan mengawasi populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor-faktor yang mempengaruhinya secara berkala pada tempat tertentu.
18. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
adalah pengendalian OPT dengan cara
menggabungkan berbagai tindakan
suatu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup.
19. Pengambilan keputusan adalah
penentuan dilakukan atau tidaknya tindakan pengendalian OPT berdasarkan hasil analis data pengamatan dan pemantauan.
20. Luas serangan adalah luas tanaman yang
mengalami kerusakan akibat
gangguan/serangan OPT.
21. Luas Pengendalian adalah luas tanaman
terserang yang dapat dikendalikan
dengan memadukan berbagai teknik pengendalian.
22. Sanitasi/eradikasi adalah tindakan
pembersihan/pemusnahan tanaman
atau bagian tanaman terserang OPT,
sehingga tidak menjadi sumber
serangan.
23. Eksplosi adalah serangan OPT yang
bersifat mendadak, dengan populasi dan perkembangan secara cepat.
24. Dampak perubahan iklim adalah dampak
yang ditimbulkan akibat terjadinya perubahan iklim/variabilitas iklim, yang
menyebabkan banjir, kekeringan,
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal
yang bersifat administratif dan
manajemen kegiatan.
1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan
a.Penetapan SK Tim Pelaksana
Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu
setelah diterimanya penetapan
Satker dari Menteri Pertanian.
b.Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan pengendalian OPT
tanaman perkebunan untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.
c.Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan pengendalian OPT
tanaman perkebunan untuk TP kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas kabupaten/kota.
1.2 Rencana kerja
Rencana kerja pelaksanaan
masing-masing kegiatan disusun paling
mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.
1.3 Juklak, Juknis
Penyelesaian Juklak/Juknis untuk
kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.
1.4 Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat
Jenderal Perkebunan melalui
Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan. Sedangkan sosialisasi dilaksanakan kepada petani calon lokasi kegiatan pengendalian/pihak terkait.
1.5 Pelelangan/pengadaan
ditandatangani paling lambat bulan
Maret 2014. Pengadaan sarana
pendukung perlindungan tidak dapat
digabungkan dengan pengadaan
sarana produksi lainnya.
1.6 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan
oleh satker pelaksana kegiatan
selama kegiatan berlangsung minimal 2 (dua) kali.
1.7 Laporan
a.Laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.
b.Laporan akhir kegiatan
2. Prinsip Pendekatan Teknis
2.1 Pengendalian OPT Tanaman
Perkebunan
a. CP/CL
1) Calon petani peserta
pengendalian tergabung
dalam kelompok tani yang
aktif. Calon lokasi
pengendalian OPT merupakan satu hamparan yang relatif
kompak dengan tingkat
serangan yang masih dapat dikendalikan/dipulihkan.
2) CP/CL untuk kegiatan TP
Provinsi ditetapkan oleh
Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.
3) CP/CL untuk kegiatan TP
Kabupaten/Kota ditetapkan
oleh Kepala Dinas
Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan.
b. Sosialisasi kepada petani dan
c. Pengamatan
1) Pengamatan awal dilakukan
sebelum pelaksanaan
pengendalian untuk melihat
kondisi atau rona awal
(produktivitas tanaman,
kondisi tanaman dan keadaan
OPT, serta teknik
pengendalian yang pernah
dilakukan) dari kebun yang akan dikendalikan.
2) Pengamatan akhir dilakukan
setelah pelaksanaan
pengendalian sesuai dengan kondisi teknis efikasi bahan pengendali yang digunakan (kondisi tanaman dan keadaan OPT).
3) Pengamatan dilakukan oleh
petugas lapangan bersama dengan petani dari setiap kegiatan pengendalian OPT.
d. Bahan Pengendali
1) Agens pengendali hayati
(APH) berupa parasitoid,
predator dan tanaman
antagonis/pestisida nabati.
2) Agens pengendali hayati /APH
Nematoda patogen, yang
digunakan harus telah
terdaftar dan mendapat ijin dari Menteri Pertanian.
3) Pestisida sintetis dan feromon
yang digunakan telah
terdaftar dan mendapat ijin dari Menteri Pertanian.
e. Penerapan PHT yaitu memadukan
cara dan teknik pengendalian
OPT sesuai kondisi daerah
masing-masing, aman terhadap
lingkungan, ekonomis, dan
diterima secara sosial maupun budaya.
f. Waktu pelaksanaan pengendalian
disesuaikan dengan karakter
komoditas dan serangan OPT masing-masing.
2.2 Demfarm Pengendalian OPT
a. Demfarm pengendalian OPT
dilaksanakan oleh kelompok,
untuk 8 (delapan) komoditi yaitu kopi, kakao, cengkeh lada, karet, jambu mete, kelapa dan tebu.
b. Kegiatan bertujuan untuk
hama PBKo pada tanaman kopi, PBK pada tanaman kakao, BPKC pada tanaman cengkeh, Jamur pirang pada tanaman lada, JAP pada tanaman karet dan mete, Aceria pada tanaman kelapa dan uret pada tanaman tebu.
c. Demfarm dilaksanakan di kebun
petani dan mudah dijangkau. Pelaksana kegiatan adalah Dinas yang membidangi perkebunan
Provinsi bersama Dinas
Kabupaten/Kota.
2.3 Demplot Pengendalian OPT
Demplot pengendalian OPT
dilaksanakan oleh Dinas yang
membidangi perkebunan, di lahan petani pada 5 (lima) komoditi yaitu: lada, kopi, karet, tebu dan nilam.
a. Demplot OPT lada
Menerapkan teknologi
pengendalian OPT pada tanaman lada dengan menggunakan APH (Trichoderma sp).
b. Demplot OPT kopi
Menerapkan teknologi
pengendalian OPT pada tanaman
kopi dengan pemasangan
c. Demplot OPT karet
Menerapkan teknologi
pengendalian OPT Karet dengan mengkombinasikan cara biologis, mekanis, sanitasi dan kimiawi.
d. Demplot OPT tebu
- Menerapkan teknologi
pengendalian hama penggerek
batang/pucuk pada tebu
dengan pemasangan
perangkap feromon.
- Menerapkan teknologi
pengendalian hama tikus pada tebu dengan cara biologis yaitu menggunakan predator burung hantu.
e. Demplot OPT nilam
Menerapkan teknologi
pengendalian OPT nilam dengan mengkombinasikan cara biologis, mekanis, sanitasi dan kimiawi.
Penggunaan APH skala terbatas
untuk perkebunan rakyat
diprioritaskan APH spesifik lokasi yang sudah mendapat rekomendasi dari Puslit/Balit/ Perti/Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Ambon) dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak.
Demplot dilaksanakan di kebun
petani dan mudah dijangkau.
Pelaksana kegiatan adalah Dinas
yang membidang perkebunan
Provinsi bersama Dinas
Kabupaten/Kota.
3. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
3.1. Pengendalian OPT Tanaman
Perkebunan
a. Kelompok tani yang telah
melaksanakan pengendalian OPT diharapkan agar melanjutkan
pengendalian secara rutin,
mandiri dan menyebarluaskan
teknologi pengendalian OPT
kepada petani disekitarnya.
b. Petani agar melakukan
pengamatan kebunnya secara rutin dalam rangka membangun
sistem peringatan dini.
Pengendalian OPT agar
pengamatan dan jangan
menunggu sampai terjadi
eksplosi.
c. Petugas perlindungan dinas
kabupaten/kota agar melakukan pengawalan/pendampingan secara intensif kepada petani.
d. Dinas kabupaten/kota
diharapkan melakukan upaya yang dapat mendorong petani mau melaksanakan pengendalian OPT secara mandiri.
3.2. Demfarm Pengendalian OPT
Kelompok tani di sekitar lokasi
demfarm diharapkan mau
mencontoh teknologi pengendalian
OPT yang telah dilaksanakan.
Provinsi pelaksana demfarm
diharapkan melanjutkan dan
mengembangkan hasil demfarm di wilayah binaan. Petugas melakukan pencatatan/evaluasi perkembangan demfarm, dan petani melakukan pemeliharaan demfarm.
3.3. Demplot Pengendalian OPT
Demplot pengendalian OPT
tahun). Provinsi pelaksana demplot diharapkan mengembangkan hasil demplot di wilayah binaan. Petugas
melakukan pencatatan/evaluasi
perkembangan demplot, dan petani melakukan pemeliharaan demplot.
B. Spesifikasi Teknis
1. Kriteria
1.1. Pengendalian OPT Tanaman
Perkebunan
Kriteria pengendalian sebagai
berikut:
a. Luas pengendalian OPT minimal
25 ha/kelompok tani dengan perhitungan populasi tanaman sesuai standar baku.
b. Calon lokasi merupakan satu
hamparan yang relatif kompak
dengan kondisi tanaman
terserang OPT yang masih dapat dipulihkan.
c. Calon petani/kelompok tani
peserta pengendalian tergabung dalam kelompok tani yang aktif.
d. Teknologi pengendalian OPT yang
rekomendasi Puslit/Balit/Perti/
BBPPTP (Medan/ Surabaya/
Ambon)/BPTP Pontianak atau
pedoman pengenalan dan
pengendalian OPT yang
diterbitkan Direktorat Jenderal Perkebunan.
1.2. Demfarm Pengendalian OPT
a. Demfarm dilaksanakan oleh Dinas
yang membidangi perkebunan bekerja sama dengan kelompok tani/petani.
b. Demfarm dilaksanakan pada satu
hamparan yang kompak minimal seluas 5 (lima) hektar.
c. Lokasi demfarm mudah dijangkau
dan dekat dengan sumber air.
d. Demfarm berada pada pusat
1.3. Demplot Pengendalian OPT
a. Demplot dilaksanakan oleh Dinas
yang membidangi perkebunan bekerja sama dengan kelompok tani/petani.
b. Demplot dilaksanakan pada satu
hamparan yang kompak minimal seluas 1 (satu) hektar.
c. Lokasi demplot mudah dijangkau
dan dekat dengan sumber air.
d. Demplot berada pada pada pusat
serangan atau daerah penyebaran serangan OPT yaitu: penyakit
kuning/busuk pangkal batang
pada lada; hama PBKo pada kopi; penyakit JAP/KAS pada karet; hama penggerek batang/pucuk dan tikus pada tebu; penyakit
budok, nematoda, ulat/kutu
daun pada nilam.
2. Metode
2.1. Pengendalian OPT Tanaman
Perkebunan
Pengendalian OPT pada tanaman kopi (hama PBKo) dilaksanakan secara serentak dan massal pada kelompok tani pelaksana dengan menerapkan PHT, antara lain:
1) Kultur teknis melalui
pengaturan naungan.
2) Mekanis melalui petik bubuk,
lelesan, dan rampasan.
3) Biologis dengan pemasangan
atraktan sebanyak 25
set/hektar/ tahun.
b.Pengendalian OPT Cengkeh
Pengendalian OPT pada tanaman
cengkeh dilaksanakan secara
serentak dan massal pada
kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain:
1) Hama penggerek batang
(Nothopeus sp. dan
Hexamitodera sp.) adalah :
a) Kultur Teknis
- Sanitasi kebun
- Pemupukan dan
b) Kimiawi
- Memasukkan insektisida
berbahan aktif asefat
atau carbofuran ke dalam
lubang gerekan yang
masih aktif.
2) Penyakit Bakteri Pembuluh
Kayu Cengkeh (BPKC) adalah :
a) Kultur Teknis
- Sanitasi kebun
- Pembuatan parit isolasi di
sekeliling tanaman
terserang
b) Mekanis
- Tananam cengkeh yang
terserang berat dilakukan
eradikasi dengan cara
ditebang dan dibakar
untuk mengurangi sumber inokulum.
- Membersihkan alat-alat
pertanian yang telah
digunakan di areal
tanaman terserang,
sebelum digunakan pada tanaman sehat.
c) Biologis
d) Kimiawi
Melakukan infuse batang
dengan bakterisida dan
penyemprotan insektisida
yang telah terdaftar pada Komisi Pestisida.
3) Penyakit Jamur Akar Putih
(Rigidophorus lignosus) adalah :
a) Kultur Teknis
- Membersihkan sisa
tanaman (tunggul).
- Pengendalian gulma
disekitar piringan
tanaman
- Perbaikan saluran
drainase.
b) Mekanis
- Penjarangan tanaman
- Membongkar tanaman
mati/tumbang.
c) Biologis
Aplikasi Trichoderma sp.
Aplikasi pestisida nabati sebanyak 2 l/hektar.
c. Pengendalian OPT Lada
Pengendalian OPT pada tanaman
lada dilaksanakan secara
serentak dan massal pada
kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain :
1) Penyakit busuk pangkal batang
(BPB) pada tanaman lada
a)Kultur Teknis, dengan cara :
- Membuat parit isolasi di
sekeliling tanaman
terserang.
- Melakukan sanitasi kebun
dan tidak melakukan
penyiangan secara bersih
(terbatas disekeliling
piringan tanaman lada).
- Melakukan pemupukan
berimbang sesuai jenis
dan dosis yang
dianjurkan.
b)Mekanis, dengan cara :
- Memangkas sulur tanaman
dekat permukaan tanah
penyebaran spora oleh percikan air hujan.
- Mencabut tanaman yang
terserang, kemudian
dimusnahkan dengan
membakar tanaman.
- Memangkas tajar hidup
secara teratur pada awal
dan menjelang akhir
musim hujan.
- Membuat saluran
drainase.
- Membersihkan alat-alat
pertanian yang telah
digunakan di areal
tanaman terserang,
sebelum digunakan pada tanaman sehat.
c)Kimiawi
- Aplikasi fungisida yang
telah terdaftar pada
Komisi Pestisida.
2) Pengendalian penyakit jamur
pirang pada tanaman lada
a) Kultur Teknis
- Sanitasi kebun
- Pembuatan parit isolasi di
b). Mekanis
- Tananam lada yang
terserang berat dilakukan
eradikasi dengan cara
ditebang dan dibakar
untuk mengurangi sumber inokulum.
- Membersihkan alat-alat
pertanian yang telah
digunakan di areal
tanaman terserang,
sebelum digunakan pada tanaman sehat.
c)Biologis
Dengan aplikasi agens
pengendali hayati.
d)Kimiawi
Aplikasi fungisida dan
penyemprotan insektisida
yang telah terdaftar pada Komisi Pestisida.
d. Pengendalian OPT Kakao
Pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK)
a) Kultur Teknis
- Pemangkasan
- Panen sering
- Pemupukan (gunakan
pupuk organik sebanyak 250 kg/hektar)
b) Biologis
Pemasangan sex feromon sebanyak 6 set/hektar.
e. Pengendalian OPT Tebu
Pengendalian OPT pada tanaman
tebu dilaksanakan secara
serentak dan massal pada
kelompok pelaksana
pengendalian dengan
menerapkan PHT antara lain:
1) Pengendalian Hama uret
- Mekanis
Pengambilan, pengumpulan dan pemusnahan uret pada saat pengolahan tanah.
- Perangkap
Pemasangan perangkap
imago dengan lampu
petromak/neon sebanyak 1 unit/ha atau pemasangan
jaring/barrier trap di
2) Pengendalian Hama tikus
- Gropyokan
Penangkapan/pemburuan tikus secara serentak.
- Pengumpanan/racun tikus
Umpan/racun tikus yang
digunakan berbahan aktif
bromadiolon atau
coumatetralyl.
3) Pengendalian Hama Penggerek
Batang/pucuk
- Biologis
Pemasangan sex feromon berbahan aktif octadekenil
asetat : 100% untuk
penggerek batang dan
Hexsadsenal 100% untuk penggerek pucuk.
-Pemasangan feromon
sebanyak 10-20 set/ ha/th.
Setiap 1 set perangkap
terdiri dari 1 unit perangkap
dan 4 sachet feromon.
Pemilihan jenis feromon
tergantung jenis penggerek
yang ada di lapangan
(penggerek batang/pucuk)
Pemasangan feromon
feromon diganti setiap 3 bulan sekali.
f. Pengendalian OPT Tembakau
Pengendalian penyakit lanas dan ulat daun.
- Biologis
Penggunaan pestisida nabati mimba sebanyak + 10 kg/ hektar dan agens hayati jamur
Beauveria bassiana sebanyak 2 kg/ha (tergantung intensitas serangan).
Aplikasi APH dilakukan setelah aplikasi pestisida nabati.
g. Pengendalian OPT Kapas
Pengendalian penggerek buah kapas, ulat daun dan wereng kapas.
- Kultur Teknis
Penanaman jagung sebagai
tanaman perangkap sebanyak 2
kg/hektar dengan cara
menanam 1 baris jagung
diantara 3 baris tanaman
- Biologis
Aplikasi agens pengendali
hayati Beauveria bassiana
sebanyak 2 kg/hektar/ aplikasi diulang sebanyak 3 kali.
Aplikasi Pestisida nabati
sebanyak 10 kg/hektar/
aplikasi diulang sebanyak 3 kali.
Aplikasi APH dilakukan setelah aplikasi pestisida nabati.
h. Pengendalian OPT Kelapa
Pengendalian OPT pada tanaman
kelapa dilaksanakan secara
serentak dan massal pada
kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain:
1)Pengendalian hama Oryctes
sp./Rhyncophorus sp.
- Sanitasi
Membersihkan kebun atau memusnahkan semua tempat
perkembangbiakan Oryctes
sp. seperti sisa tanaman
mati, sampah-sampah,
dan lainnya; memotong-motong tanaman kelapa yang
tumbang/mati kemudian
dibakar atau ditimbun tanah.
- Biologis
Pemasangan feromon untuk
memerangkap imago Oryctes
sp./ Rhyncophorus sp.
sebanyak 1-3 sachet/ha/
aplikasi dan diaplikasikan
sebanyak 2 kali dalam
setahun.
2) Pengendalianhama Sexava sp.
- Kultur teknis
Sanitasi kebun dan
intercroping dengan
menanam tanaman sela
seperti kacang tanah, jagung dan lainnya.
- Biologis
Pelepasan parasitoid
Leefmansia bicolor sebanyak 25 butir telur terparasit per
hektar untuk dua kali
aplikasi.
- Kimiawi
Penggunaan insektisida
3) Pengendalian hama Brontispa
sp.
- Mekanis
Memotong janur dan
diturunkan dengan tali,
kemudian dikumpulkan dan
dibakar untuk membunuh
larva dan imago Brontispa sp.
- Biologis
Menggunakan Tetrastichus
brontispae sebanyak 25 butir telur terparasit per hektar.
- Kimia
Penggunaan herbisida dengan dosis 1 lt/ha
4) Pengendalian hama tungau
(Aceria guerreronis)
a. Mekanis
Menurunkan buah-buah
terserang dari atas pohon dan mengumpulkan buah-buah kelapa terserang yang berserakan disekitar pohon.
b. Kimiawi
Aplikasi insektisida sistemik
melalui injeksi
i. Pengendalian OPT Karet
Pengendalian OPT pada tanaman
karet dilaksanakan secara
serentak dan massal pada
kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain:
1) Pengendalian Penyakit Jamur
Akar Putih (JAP)
- Mekanis
Eradikasi tanaman terserang
(membongkar dan
memusnahkan tanaman
yang terserang);
- Sanitasi
Mengumpulkan dan
memusnahkan sisa-sisa
tanaman serta melakukan pengendalian gulma;
- Biologis
Aplikasi agens hayati
Trichoderma sp. pada
tanaman yang terserang
ringan dan tanaman sehat
(pencegahan) dan pada
bekas tanaman yang
dieradikasi sebanyak 10
- Pemberian pupuk organik sebanyak 100 Kg/ha.
- Kimia
Menggunakan fungisida
berbahan aktif triadimefon dengan dosis 1 lt/ha.
2) Pengendalian Penyakit Kering
Alur Sadap (KAS)
- Pemupukan sesuai dengan
anjuran;
- Menghentikan penyadapan
berat dan pemberian
stimulan yang berlebihan;
- Waktu dan intensitas
penyadapan sesuai anjuran dengan kedalaman sadap 1-1,5 mm dari kambium, ketebalan irisan sadap 1,66-2 mm tiap kali penyadapan,
sudut kemiringan irisan
sadap 30°-40° untuk bidang sadap bawah;
- Mengikis/ mengerok kulit
bidang sadap (Bark
scrapping) yang bergejala
KAS menggunakan pisau
sadap hingga kedalaman 3-4 mm dari kambium pada hari
pengikisan sama dengan prinsip penyadapan;
- Segera dilakukan aplikasi
dengan mengoles formula
oleokimia sesuai dosis
anjuran;
- Penyadapan kulit sehat
dapat diteruskan setelah proses pengobatan selesai, yaitu mulai hari ke 90.
j. Pengendalian OPT Jambu Mete
Pengendalian OPT pada tanaman jambu mete dilaksanakan secara
serentak dan massal pada
kelompok pelaksana pengendalian dengan menerapkan PHT antara lain:
1) Pengendalian penyakit JAP
- Kultur Teknis
Eradikasi dengan cara
menebang, membongkar,
dan memusnahkan
tanaman yang terserang; sanitasi kebun dengan cara
mengumpulkan dan
memusnahkan sisa-sisa
pemupukan dengan
menggunakan pupuk
anorganik sebanyak 100
Kg/ha. Aplikasi pupuk
organik dilakukan
bersamaan dengan APH.
- Biologis
Aplikasi agens pengendali
hayati Trichoderma sp.
pada tanaman yang
terserang ringan dan
tanaman sehat
(pencegahan) dan pada
bekas tanaman yang
dieradikasi;
Rincian spesifikasi teknis, cara
dan waktu penggunaan APH
(golongan jamur dan golongan
nematoda), parasitoid dan feromon sex disajikan pada lampiran 1, 2, 3 dan 4.
2.2. Demfarm Pengendalian OPT
a. Demfarm Pengendalian Hama
PBKo pada Tanaman Kopi
- Kultur teknis melalui
pengaturan naungan.
- Mekanis melalui petik bubuk,
- Biologis dengan pemasangan
attraktan sebanyak 25
set/hektar/ tahun.
b. Demfarm Pengendalian Hama
PBK pada Tanaman Kakao
- Kultur Teknis (Pemangkasan
dan Sanitasi)
- Biologis
Pemasangan sex feromon dan pemanfaatan musuh alami semut rangrang atau semut hitam.
c. Demfarm Pengendalian
Penyakit BPKC Pada Tanaman Cengkeh
- Kultur teknis dengan
melakukan Sanitasi kebun
- Mekanis; tananam cengkeh
yang terserang berat
dilakukan eradikasi dengan cara ditebang dan dibakar untuk mengurangi sumber inokulum.
- Kimiawi
Melakukan infuse batang
yang telah terdaftar pada Komisi Pestisida.
d. Demfarm Pengendalian
Penyakit Jamur Pirang Pada Tanaman Lada
- Kultur Teknis dengan
melakukan sanitasi kebun
- Kimiawi
Aplikasi fungisida dan
penyemprotan insektisida
yang telah terdaftar pada Komisi Pestisida.
e. Demfarm JAP karet
- Kultur Teknis
Eradikasi dengan cara
menebang, membongkar,
dan memusnahkan tanaman
yang terserang; sanitasi
kebun dengan cara
mengumpulkan dan
memusnahkan sisa-sisa
tanaman serta melakukan
pengendalian gulma;
pemupukan dengan
menggunakan pupuk
anorganik sebanyak 100
organik dilakukan bersamaan dengan APH.
- Biologis
Aplikasi agens pengendali
hayati Trichoderma sp. pada
tanaman yang terserang
ringan dan tanaman sehat
(pencegahan) dan pada
bekas tanaman yang
dieradikasi;
- Kimiawi
Aplikasi fungisida dan
penyemprotan insektisida
yang telah terdaftar pada Komisi Pestisida.
f. Demfarm JAP pada mete
- Kultur Teknis
Eradikasi dengan cara
menebang, membongkar,
dan memusnahkan tanaman
yang terserang; sanitasi
kebun dengan cara
mengumpulkan dan
memusnahkan sisa-sisa
tanaman serta melakukan
pengendalian gulma;
pemupukan dengan
menggunakan pupuk
organik dilakukan
bersamaan dengan APH.
- Biologis
Aplikasi agens pengendali
hayati Trichoderma sp. pada
tanaman yang terserang
ringan dan tanaman sehat
(pencegahan) dan pada
bekas tanaman yang
dieradikasi;
- Kimiawi
Aplikasi fungisida yang telah
terdaftar pada Komisi
Pestisida.
g. Demfarm Aceria pada kelapa
- Kultur Teknis
Dengan cara mengumpulkan
dan membakar buah
terserang
- Kimiawi
Aplikasi insektisida yang
e. Demfarm Pengendalian Hama uret pada tebu
- Pengamatan awal untuk
mengetahui intensitas
serangan.
- Pengambilan, pengumpulan
dan pemusnahan uret
bersamaan dengan pengolahan tanah.
- Aplikasi pupuk organik
dicampur dengan APH jamur Metarhizium sp./ nematoda Steinernema sp. sebelum
tanam, atau pada saat pembuatan juringan
- Pemasangan perangkap
(lampu perangkap/trap
barrier/jaring perangkap) untuk imago pada awal musim hujan.
2.3. Demplot Pengendalian OPT
a. Demplot Pengendalian Penyakit
Kuning dan BPB pada Tanaman Lada melalui Sambung Akar
- Kultur Teknis
Penggunakan pupuk anorganik
dengan ditambahkan zat
suplemen.
- Biologis
Menggunakan Agen Pengendali
Hayati Trichoderma sp. untuk
mengendalikan penyakit busuk pangkal batang.
- Mekanis
Memangkas pertumbuhan
bagian batang bawah (tanaman sirih) yang tidak dikehendaki.
- Melakukan pemeliharaan
bahan tanaman yang telah
dilakukan penyambungan,
seperti penyiraman secara
berkala, penaungan dan
pemupukan sesuai standard teknis.
- Menyulam tanaman yang gagal
- Mengamati dan mencatat
pertumbuhan tanaman dan
ekosistem setempat.
b. Demplot Pengendalian Hama
PBKo pada Tanaman Kopi di Kabupaten Kepahyang.
- Pemupukan;
- Pemasangan attraktan;
- Pembuatan rorak;
- Perbaikan saluran drainase,
teras sering;
- Pengendalian OPT
c. Demplot Pengendalian penyakit
JAP dan KAS pada Tanaman Karet
- Persiapan lahan;
- Penyediaan bibit; Bibit
diambil dari sumber benih yang dihasilkan oleh petani yang telah mengembangkan
teknologi penyambungan
batang bawah yang tahan terhadap penyakit JAP dan
batang atas yang tahan
terhadap KAS serta produksi lateksnya tinggi.
- Penanaman dengan jarak
- Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik, anorganik dan zat suplemen.
- Pemeliharaan tanaman sesuai
anjuran budidaya karet.
- Penggunaan APH (Trichoderma
sp.)
d. Demplot Pengendalian Hama
Penggerek batang/pucuk pada tebu.
- Pemasangan sex feromon
berbahan aktif octadekenil
asetat 100% untuk penggerek
batang dan Hexsadsenal 100%
untuk penggerek pucuk.
Pemasangan feromon sebanyak 10-20 set/ ha/th. Setiap 1 set perangkap terdiri dari 1 unit
perangkap dan 4 sachet
feromon.
Pemilihan jenis feromon
tergantung jenis penggerek
yang ada di lapangan
(penggerek batang/pucuk)
Pemasangan feromon
- Aplikasi parasitoid
Trichogramma sp. sebanyak 100 pias/ha (8 kali aplikasi interval 1 minggu, aplikasi
pertama 16 pias dan
berikutnya 12 pias).
e. Demplot Pengendalian Hama
tikus pada tebu dengan burung hantu sebagai predator
- Pembuatan dan pemasangan
pagupon/rumah burung hantu (rubuha) di pertanaman.
- Mengkarantina burung hantu
didekat lahan tebu untuk adaptasi lingkungan dengan diberi pakan marmut.
- Pelepasan burung hantu pada
saat awal tanam/mulai ada serangan sebanyak 2 pasang burung hantu untuk 5 ha lahan.
f. Demplot Pengendalian OPT nilam
(budok, nematoda, ulat/kutu
daun dll)
- Penggunaan pestisida nabati
minggu. Pengendalian dapat juga menggunakan pestisida
nabati berbahan aktif
Azadiractin yang sudah
terdaftar, dengan dosis sesuai aturan pemakaian.
- Penggunaan APH Beauveria
bassiana dengan dosis 1 kg/ha, diaplikasikan 3-4 kali dengan interval 1-2 minggu.
- Penggunaan bubur bordo
dengan dosis 1 kg/ha,
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
1. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan
(Tanaman Rempah dan penyegar,
Tanaman Semusim, dan Tanaman
Tahunan)
a. Pengendalian OPT Tanaman
Perkebunan dilakukan di areal petani
pekebun yang tergabung dalam
kelompok tani pada komoditas kopi, lada, cengkeh, kakao, karet, kelapa, jambu mete, kelapa sawit, tebu, tembakau dan kapas.
b. Tahapan kegiatan pengendalian OPT
tanaman perkebunan meliputi
koordinasi antara Dinas yang
membidangi Perkebunan Provinsi/
Kabupaten/Kota, penetapan CP/CL,
sosialisasi pengendalian OPT,
pengadaan bahan dan alat pengendali,
pengamatan dan pengendalian,
pendampingan serta monitoring/
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana - SDM
- Data dan informasi - Teknologi
2 Output/Keluaran Terlaksananya
pengendalian OPT tanaman kopi 900 ha, lada 300 ha, cengkeh 525 ha, pala 800 ha, kakao 2.125 ha, karet 660 ha, kelapa 5.350 ha, kelapa sawit 200 ha, jambu mete 205 ha, tebu 5.005 ha, tembakau 100 ha dan kapas 150 ha.
2. Demfarm Pengendalian OPT
a. Demfarm pengendalian OPT pada
tanaman kopi, kakao, cengkeh, lada, karet, jambu mete, kelapa dan tebu dilakukan di kebun petani.
b. Tahapan kegiatan demfarm
pengendalian OPT tanaman
perkebunan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/ Kabupaten/Kota, penetapan
lokasi demfarm pengendalian,
pengadaan sarana produksi klon
unggulan lokal yang tahan terhadap OPT dan mempunyai produktivitas
tinggi, pupuk, bahan untuk
memperbaiki kesuburan tanah, APH dan pompa air), pengamatan dan pemeliharaan tanaman, pendamping- an serta monitoring/evaluasi dan pelaporan.
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana - SDM - Data dan informasi - Teknologi
pada cengkeh 10 ha, Jamur pirang pada lada 10 ha, JAP pada karet 70 ha, JAP pada mete 10 ha, Aceria sp. pada kelapa 20 ha, uret pada tebu 10 ha.
3 Outcome/hasil - Tersosialisasinya teknologi
pengendalian PBKo pada kopi 30 ha, PBK pada kakao 20 ha, BPKC pada cengkeh 10 ha, Jamur pirang pada lada 10 ha, JAP pada karet 70 ha, JAP pada mete 10 ha, Aceria sp. pada kelapa 20 ha, uret pada tebu 10 ha. - Diperolehnya
rekomendasi teknologi
3. Demplot Pengendalian OPT
a.Demplot pengendalian OPT pada
tanaman lada, kopi, karet, tebu dan nilam dilakukan di kebun petani
b.Tahapan kegiatan demplot
pengendalian OPT tanaman
perkebunan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/ Kabupaten/Kota, penetapan
lokasi demplot pengendalian,
pengadaan sarana produksi klon
unggulan lokal yang tahan terhadap OPT dan mempunyai produktivitas
tinggi, pupuk, bahan untuk
memperbaiki kesuburan tanah, APH dan pompa air, pengamatan dan pemeliharaan tanaman, pendampingan
serta monitoring/ evaluasi dan
pelaporan.
c.Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana - SDM - Data dan informasi - Teknologi 2 Output/Keluaran Terlaksananya
OPT pada kopi 1 ha, OPT pada karet 1 ha, penggerek batang/ pucuk pada tebu 1 ha, tikus dengan burung hantu pada tebu 10 ha dan OPT pada nilam 12 ha.
3 Outcome/hasil - Tersosialisasinya teknologi pengen-dalian hama OPT pada Lada 1 ha, OPT pada kopi 1 ha, OPT pada karet 1 ha, penggerek batang/pucuk pada tebu 1 ha, tikus dengan burung hantu pada tebu 10 ha dan OPT pada nilam 12 ha.
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
1. Pelaksana dan penanggung jawab
kegiatan pengendalian OPT untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan dan untuk TP kabupaten adalah dinas kabupaten yang
membidangi perkebunan dan
berkoordinasi dengan dinas provinsi. Sedangkan pelaksana dan penanggung
jawab kegiatan Demfarm/Demplot
pengendalian OPT pada tanaman kopi, kakao, cengkeh, lada, karet, jambu mete, kelapa dan tebu adalah Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.
2. Dinas yang membidangi perkebunan
provinsi/kabupaten/kota dalam melaksa-nakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon)/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.
3. Kewenangan dan tanggung jawab :
3.1 Direktorat Perlindungan Perkebunan
a. Menyiapkan Terms of Reference
(TOR) dan Pedoman Teknis;
b. Melakukan bimbingan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi.
a. Menetapkan Tim Pelaksana
kegiatan pengendalian OPT/
demfarm/demplot pengendalian OPT perkebunan tingkat provinsi;
b. Melakukan koordinasi dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan,
BBPPTP Medan/Surabaya/
Ambon/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas
Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;
c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan
untuk kegiatan pengendalian
OPT/Demfarm/Demplot
pengendalian OPT perkebunan;
d. Melakukan verifikasi CP/CL
bersama Dinas Kabupaten;
e. Menetapkan CP/CL kegiatan
pengendalian OPT/demfarm/
demplot pengendalian OPT untuk TP Provinsi;
f. Melakukan pengawalan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi, berkoordinasi dengan
Dinas Kabupaten yang
membidangi perkebunan
g. Sosialisasi kegiatan pengendalian OPT/demfarm/demplot
pengendalian OPT bersama-sama
Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan;
h. Menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan
pengendalian OPT/demfarm/
demplot pengendalian OPT ke Direktorat Jenderal Perkebunan
cq. Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
3.3 Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan
a. Menetapkan Tim Pelaksana
kegiatan pengendalian OPT untuk TP kabupaten;
b. Melakukan koordinasi dengan
Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, BBPPTP (Medan/
Surabaya/Ambon), BPTP
Pontianak (sesuai dengan wilayah
kerja), Direktorat Jenderal
Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;
c. Membuat juknis kegiatan
pengendalian OPT perkebunan;
d. Melakukan verifikasi dan
e. Melakukan sosialisasi, pembinaan
dan monev kegiatan
pengendalian OPT perkebunan;
f. Menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan
pengendalian OPT ke Dinas
Provinsi dan Direktorat Jenderal
Perkebunan cq. Direktorat
Perlindungan Perkebunan.
3.4 Kelompok Tani/Petani :
a. Mengikuti sosialisasi
pengendali-an OPT/demfarm/ demplot pengendalian OPT.
b. Melakukan seluruh tahapan
kegiatan pengendalian OPT/
demfarm/demplot pengendalian OPT.
C. Lokasi, Jenis dan Volume
1. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan
(Tanaman Rempah dan Penyegar,
Tanaman Semusim, dan Tanaman
Tahunan)
1.1 Pengendalian OPT Kopi
Kegiatan pengendalian OPT kopi seluas 900 ha, di 3 provinsi, 5
kabupaten. Data rincian lokasi
1.2 Pengendalian OPT Cengkeh
Kegiatan pengendalian OPT tanaman cengkeh seluas 525 ha di 4 provinsi 5
kabupaten. Data rincian lokasi
disajikan pada Lampiran 2.
1.3 Pengendalian OPT Lada
Kegiatan pengendalian OPT pada lada seluas 300 ha di 2 provinsi 3
kabupaten. Data rincian lokasi
disajikan pada Lampiran 3.
1.4 Pengendalian OPT Kakao
Kegiatan pengendalian OPT pada kakao seluas 2.125 ha di 9 provinsi 13 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 4.
1.5 Pengendalian OPT Tebu
Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman tebu seluas 5.005 ha di 9 Provinsi 40 Kabupaten. Data rincian
lokasi disajikan pada Lampiran 5.
1.6 Pengendalian OPT Tembakau
Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman tembakau seluas 100 ha di 4 Provinsi 4 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 6.
1.7 Pengendalian OPT Kapas
Kegiatan pengendalian OPT tanaman kapas seluas 150 ha di 4 provinsi 6
kabupaten. Data rincian lokasi
disajikan pada Lampiran 7.
1.8 Pengendalian OPT Kelapa
Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman kelapa seluas 5.350 ha di 13 Provinsi 27 Kabupaten. Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 8.
1.9 Pengendalian OPT Karet
1.10 Pengendalian OPT Jambu Mete
Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman jambu mete seluas 205 ha di 2 Provinsi 2 kabupaten. Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 10.
1.11 Pengendalian OPT Kelapa Sawit
Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman kelapa sawit seluas 200 ha di 1 Provinsi 1 Kabupaten. Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 11.
2. Demfarm Pengendalian OPT Perkebunan
2.1 Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Kopi (PBKo)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT kopi seluas 30 ha di Provinsi Aceh (Kabupaten Aceh Tengah), Bengkulu (Kabupaten Kepahiang), dan NTB (Kabupaten Lombok Timur). Data
rincian lokasi disajikan pada
2.2 Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Kakao (PBK)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT kakao seluas 30 ha di Provinsi
Sulawesi Selatan (Kabupaten
Soppeng) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Bombana). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 13.
2.3 Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Cengkeh (BPKC)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT cengkeh seluas 10 ha di Provinsi
Jawa Tengah (Kabupaten
Karanganyar). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 14.
2.4 Demfarm Pengendalian OPT
Tanaman Lada (Jamur Pirang)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT lada seluas 10 ha di Provinsi
Kalimantan Barat (Kabupaten
Sambas). Data rincian lokasi
2.5 Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Karet (JAP)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT karet seluas 70 ha di Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Asahan), Riau (Kabupaten Pelalawan dan Kuantan Singingi), Sumatera Selatan (OKU), Kalimantan Barat (Sambas),
Kalimantan Selatan (Kabupaten
Tabalong), dan Jawa Barat
(Kabupaten Garut). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 16.
2.6 Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Jambu Mete (JAP)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT jambu mete seluas 10 ha di Provinsi Bali (Kabupaten Karangasem). Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 17.
2.7 Demfarm Pengendalian OPT
Tanaman Kelapa (Aceria sp.)
2.8 Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Tebu (Uret)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT tebu seluas 10 ha di Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Purworejo) dan DIY (Kabupaten Sleman). Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 19.
3. Demplot Pengendalian OPT Perkebunan
3.1 Demplot Pengendalian OPT Lada.
Kegiatan demplot pengendalian OPT lada seluas 1 ha di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
(Kabupaten Bangka). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 20.
3.2 Demplot Pengendalian OPT Kopi.
3.3 Demplot Pengendalian Penggerek Batang/Pucuk Tebu.
Kegiatan demplot pengendalian
Penggerek Batang/Pucuk Tebu
seluas 1 ha di Provinsi Papua. Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 22.
3.4 Demplot Pengendalian Tikus dengan Burung Hantu pada Tanaman Tebu
Kegiatan Demplot Pengendalian
Tikus dengan Burung Hantu pada Tanaman Tebu seluas 10 ha di Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Pati 5 ha dan Kabupaten Brebes 5 Ha). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 23.
3.5 Demplot Pengendalian OPT Nilam
3.6 Demplot Pengendalian OPT Karet
Kegiatan Demplot Pengendalian OPT Lada seluas 1 Ha di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
(Kabupaten Bangka). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 25.
4. Jenis dan Volume Kegiatan
4.1 Komponen biaya kegiatan
pengendalian OPT tanaman
perkebunan meliputi :
Upah/honor pengendalian,
sosialisasi, pengadaan bahan,
pengadaan alat, pembinaan,
monitoring dan evaluasi serta
konsultasi.
4.2 Komponen biaya kegiatan Demfarm
pengendalian OPT tanaman
perkebunan meliputi :
Upah/honor pengendalian,
sosialisasi, pengadaan bahan,
pengadaan alat, pembinaan,
monitoring dan evaluasi serta
4.3 Komponen biaya kegiatan Demplot
pengendalian OPT tanaman
perkebunan meliputi :
Upah/honor pengendalian,
sosialisasi, pengadaan bahan,
pengadaan alat, pembinaan,
monitoring dan evaluasi serta
konsultasi.
Rincian Jenis dan Volume
Komponen Pengendalian/demfarm
dan demplot OPT tanaman
perkebunan disajikan pada
Lampiran 26-48.
D. Simpul Kritis
Simpul Kritis Pengendalian OPT, Demfarm dan Demplot Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan sebagai berikut :
a. Penetapan SK pelaksana kegiatan
terlambat, sehingga pelaksanaan
kegiatan tidak tepat waktu sesuai
target. SK pelaksana kegiatan
ditetapkan paling lambat seminggu setelah diterimanya Pedoman Teknis.
b. Terlambatnya pengusulan revisi,
Teknis, paling lambat bulan Februari 2014.
c. Terlambatnya penyusunan juklak dan
juknis, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dinas agar segera menyusun juknis/juklak paling lambat dua minggu setelah diterimanya Pedoman Teknis.
d. Penetapan CP/CL tidak akurat sehingga
terjadi revisi CP/CL atau tetap
dilaksanakan pada CP/CL yang tidak tepat yang mengakibatkan pelaksanaan pengendalian terlambat/ tidak tepat sasaran. Verifikasi penetapan CP/CL dilakukan secara bersama antara dinas
provinsi dengan dinas kabupaten
sebelum pengusulan kegiatan.
e. Terlambatnya pengadaan bahan dan alat
pengendalian akibat proses
lelang/pengadaan sehingga aplikasi
tidak tepat waktu. Lelang/pengadaan bahan pengendalian dilakukan awal
tahun dan penyediaan bahan
pengendalian disesuaikan dengan
IV. PENGADAAN BARANG
Pengadaan barang dan jasa kegiatan
Perlindungan Perkebunan untuk dana
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan
Pendampingan
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana TP Provinsi/kabupaten/
kota dilakukan secara terencana dan
terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Pusat, BBPPTP (Ambon, Surabaya, Medan)/BPTP Pontianak, dan pihak terkait lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.
Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan
kualitas pelaksanaan kegiatan melalui
sehingga dapat mengakselerasi kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan
kabupaten/kota sehingga pembinaan,
pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.
Pendampingan terhadap kelompok tani
peserta pengendalian OPT/demfarm/
demplot dilakukan oleh petugas di tingkat lapangan mencakup tahapan persiapan dan pelaksanaan kegiatan.
Direktorat Perlindungan Perkebunan
melakukan pembinaan dan pengawalan
kegiatan pengendalian OPT/demfarm/
demplot pengendalian OPT tanaman
perkebunan pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
provinsi melakukan pembinaan,
pendampingan kegiatan Perlindungan Perkebunan tingkat provinsi.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
kabupaten/kota melakukan pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan
pendampingan kegiatan Perlindungan
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah
kerja masing-masing. Pelaksanaan
monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan
yang direncanakan serta realisasi/
penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai
umpan balik perbaikan pelaksanaan
selanjutnya.
Evaluasi dilakukan oleh Direktorat
Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang
membidangi perkebunan Provinsi pada
wilayah kerja masing-masing.
C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam
Laporan kegiatan fasilitasi pengendalian OPT
dibuat oleh pelaksana kegiatan dan
dilaporkan secara berjenjang kepada
penanggung jawab/pembina kegiatan
mengacu kepada pedoman outline penyu-sunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
1. Jenis Laporan :
1.1 Laporan Perkembangan Pelaksanaan
Kegiatan
1.1.1 Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
Persiapan meliputi : penetapan tim
pelaksana kegiatan; penyusunan
juklak/juknis; penetapan CP/CL;
persiapan administrasi; pengadaan
alat dan bahan; sosialisasi;
Dilaporkan setelah persiapan
kegiatan selesai dilaksanakan.
1.1.2 Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan meliputi pengamatan
awal, aplikasi pengendalian,
pemantauan, pengamatan akhir.
Dilaporkan sebanyak 3 kali selama pelaksanaan kegiatan.
1.2 Laporan Fisik dan Keuangan
Laporan Mingguan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at.
1.2.2 Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan fasilitasi
pengendalian OPT setiap bulan
berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling
lambat tanggal 5 pada bulan
berikutnya.
1.2.3 Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan fasilitasi
pengendalian OPT setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada
Direktorat Jenderal Perkebunan,
paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya.
1.3 Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan
keseluruhan pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan
kepada Direktorat Perlindungan
Perkebunan, paling lambat 2 minggu
setelah kegiatan selesai. Laporan
disampaikan melalui surat dan e-mail
2. Format Laporan Perkembangan Persiapan
Kegiatan, Fisik dan Keuangan,
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan fasilitasi pengendalian OPT
perkebunan di daerah didanai dari APBN tahun anggaran 2014 melalui anggaran Tugas
Pembantuan (TP) Direktorat Jenderal