42 BAB IV
METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan membandingkan pengaruh kadar niosom ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh pada sediaan serum ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dalam sistem niosom terhadap stabilitas sediaan dan nilai iritasi.
4.2 Variabel Penelitian 4.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi kadar niosom ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh yaitu dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50%
pada sediaan serum dalam sistem niosom.
4.2.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah hasil uji stabilitas yang meliputi organoleptis, pemisahan fase, dan nilai pH serta efek iritasi dari sediaan serum ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dalam sistem niosom.
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 4.3.1 Tempat Penelitian
Uji stabilitas dan uji iritasi sediaan dilakukan di Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
4.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2021 sampai dengan Mei 2021.
4.4 Bahan
Bahan penelitian yang digunakan yaitu ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) (UPT. Materia Medica), kolesterol (Sigma- aldrich), PEG 400 (CarbowaxTM), Span 60 (PT. Dandelion), Tween 60 (PT.
Dandelion), metanol, Na benzoate (PT. Smart-Lab Indonesia), Carbopol 940 (chemical material), TEA (Sigma-aldrich), Propilenglikol (Caelo), Metil paraben (G. Amphray Laboratories), Na metabisulfit, fragrance, aquadest, telur ayam leghorn, sodium lauril sulfat dan NaCl 0,9% (PT. Widatra Bhakti).
4.5 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi rotary evaporator, alat ultrasonik, waterbath, timbangan neraca analitik digital, motir, stamper, pH meter, kulkas, oven, gunting steril, alat-alat gelas, dan climatic chamber.
4.6 Metode Kerja
Pada penelitian ini untuk tahap pertama diawali dengan pembuatan niosom menggunakan kolesterol, Tween 60 dan span 60 serta ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dengan kadar 12%. Kemudian niosom ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dimasukkan ke dalam fase serum dengan variasi konsentrasi niosom ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh yaitu 30%, 40% dan 50%.
Ketiga formula tersebut kemudian diuji stabilitas sediaan dan uji iritasi.
4.7 Rancangan Formulasi
4.7.1 Formula Niosom Ekstrak Etanol 96% Buah Belimbing Wuluh
Tabel IV.1 Formula Niosom Ekstrak Etanol 96% BuahBelimbing Wuluh
Bahan Fungsi Rasio (%)
F-NBW (Formula-Niosom Belimbing Wuluh)
Span 60 Surfaktan Nonionik 2,1
Tween 60 Surfaktan Nonionik 3,27
Kolesterol Penstabil 0,29
PEG 400 Penghidrasi,
stabilizer 15
Ekstrak Etanol 96% Buah
Belimbing Wuluh Bahan Aktif 12
Na Benzoat Pengawet 0,1
Aquadest Pelarut Ad 100
4.7.2 Formula Serum Ekstrak Etanol 96% Buah Belimbing Wuluh dalam Sistem Niosom
Tabel IV.2 Formula Serum Ekstrak Etanol 96%Buah Belimbing Wuluh dalam Sistem Niosom dengan Berbagai Konsentrasi Niosom Ekstrak Buah Belimbing
Wuluh
Bahan Fungsi Formula (%)
F-S1 F-S2 F-S3
Niosom ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh
Bahan aktif 30 40 50
Carbopol 940 Gelling agent 0,5 0,5 0,5
TEA Alkalizing agent qs qs qs
Propilenglikol Humektan 15 15 15
Metil paraben Pengawet 0,03 0,03 0,03
Na Metabisulfit Antioksidan 0,01 0,01 0,01
Fragrance Pengaroma qs qs qs
Aquadest Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100
Keterangan :
F-S1 = Formula Serum Belimbing Wuluh-1
F-S2 = Formula Serum Belimbing Wuluh-2
F-S3 = Formula Serum Belimbing Wuluh-3
4.8 Rancangan Formulasi
4.8.1 Pembuatan Niosom dengan Metode Thin-Layer Hydration
Pada pembuatan niosom, bahan yang dibutuhkan meliputi kolestrol, tween 60, span 60 di timbang. Kemudian kolesterol dilarutkan dalam 10 ml metanol.
Span 60 dilebur diatas waterbath sampai meleleh, kemudian dimasukkan Span 60 ke Tween 60. Kemudian larutan kolesterol serta campuran surfaktan (Span 60 dan Tween 60) dipindahkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh, selanjutnya diultrasonik selama 10 menit. Fase
organik dihilangkan dalam vakum menggunakan rotary evaporator pada suhu 35℃ selama ±60 menit dengan kecepatan 60 rpm . Maka diperoleh lapisan tipis pada dinding labu alas bulat. Lapisan tersebut ditambahkan dengan PEG 400, Na Benzoat dan aquadest sampai 10 ml kemudian diultrasonik selama 5 menit dan di rotav kembali selama ±20 menit pada suhu 35℃ dengan kecepatan 60 rpm dan terbentuklah suspensi niosom. Kemudian diultrasonik kembali selama 10 menit untuk memperkecil ukuran partikel niosom.
4.8.2 Pembuatan Serum Ekstrak Etanol 96% Buah Belimbing Wuluh dalam Sistem Niosom
Tahap pertama ditimbang terlebih dahulu semua bahan dan ukur aquadest.
Kemudian Carbopol 940 sebagai gelling agent ditaburkan di atas air, diamkan hingga mengembang, kemudian diteteskan TEA dan digerus sampai homogen. Na
Ditimbang kolesterol, Span 60 dan Tween 60
Dilarutkan kolesterol di dalam labu ukur dengan 10 ml metanol,
sonikasi 5-10 menit
Span 60 dilelehkan di atas penangas, masukkan Sapn 60
ke Tween 60
Larutan kolesterol, Span 60, Tween 60 dan ekstrak etanol 96%
buah belimbing wuluh disonikasi selama ±10 menit
Campuran diuapkan menggunakan rotary evaporator selama ±60 menit dengan suhu 35℃ dengan kecepatan 60 rpm
Lapisan tipis terbentuk pada dinding labu alas bulat
Ditambahkan PEG 400, Na benzoat dan aquadest sampai 10 ml dan diultrasonik 5 menit. Kemudian lapisan dihidrasi menggunakan rotary evaporator selama ±20 menit dengan suhu 35℃ dan kecepatan 60 rpm
Suspensi niosom ekstrak buah belimbing wuluh terbentuk dan diultrasonik kembali selama 10 menit.
Gambar 4.1 Skema Pembuatan Niosom Ekstrak Etanol 96%Buah Belimbing Wuluh
metabisulfit dan metil paraben di larutkan dengan propilenglikol, aduk sampai larut dan homogen (campuran 1). Campuran 1 dimasukkan ke gelling agent sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Kemudian dimasukkan niosom ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Tambahkan sisa aquadest dan pengaroma, aduk sampai homogen.
4.9 Evaluasi Sediaan
Evaluasi sediaan yang dilakukan pada sediaan serum ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dalam sistem niosom adalah uji stabilitas dan uji iritasi. Evaluasi sediaan ini dilakukan untuk mengetahui bahwa sediaan serum ekstrak etanol 96%
buah belimbing wuluh dalam sistem niosom dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kriteria sediaan farmasi yang baik.
Ditimbang semua bahan dan ukur
aquadest
Na metabisulfit dan metil paraben di larutkan dengan propilenglikol di dalam beaker glass,
aduk sampai homogen (campuran 1)
Carbopol 940 sebagai gelling agent ditaburkan di atas air, diamkan hingga mengembang, kemudian diteteskan TEA dan digerus
sampai homogen
Campuran 1 dimasukkan ke gelling agent sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen
Dimasukkan niosom ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen. Tambahkan
sisa aquadest dan pengaroma, aduk sampai homogen
Analisis Data
Gambar 4.2 Skema Pembuatan Serum Ekstrak Etanol 96%Buah Belimbing Wuluh dalam Sistem Niosom
4.9.1 Uji Stabilitas dengan Metode Freeze Thaw
Penyimpanan pada siklus freeze thaw dilakukan untuk melihat stabilitas fisik dan kimia sediaan setelah disimpan pada suhu yang berbeda yaitu 4℃ ± 2℃
selama 24 jam dan 40℃ ± 2℃ selama 24 jam (1 siklus) (Fitriani et al., 2016).
Penyimpanan dilakukan dalam dua belas hari (6 siklus) dimana setiap siklus berlangsung selama 24 jam pada masing-masing suhu.
Ditimbang serum dari masing-masing formula sebanyak 10 gram di dalam vial, kemudian sampel dimasukkan ke dalam kulkas dengan suhu 4℃ selama 24 jam dan dilihat perubahannya. Selanjutnya dilanjutkan dengan suhu 40℃ selama 24 jam dan dilihat perubahan organoleptis, pemisahan fase dan nilai pH.
4.9.2 Uji Stabilitas dengan Metode Real Time
Pada uji stabilitas metode real time, diletakkan pada ruangan dengan kondisi suhu yang digunakan adalah 30±2°C, 4±2°C, dan 40±2°C dilakukan selama 30 hari (Danimayostu et al., 2017). Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan pada organoleptis, pemisahan fase dan nilai pH sediaan pada hari pertama (minggu ke- 1) dan hari ke-30 (minggu ke-4). Sampel sediaan yang diuji disimpan di dalam vial sebanyak 10 g.
4.9.3 Uji Iritasi Metode Hen’s Egg Test Chorioallantoic Membrane (HET- CAM)
Pada uji ini digunakan telur ayam leghorn yang telah berumur 10 hari, yang telah berembrio. Rongga udara telur ditandai, kemudian digunting cangkangnya dengan gunting steril. Untuk memudahkan pelunakan cangkang dapat menggunakan larutan NaCl 0,9% yang steril. Setelah kulit terluar dibuang, membran luar telur dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% hangat, lalu masukkan ke dalam inkubator selama 5-20 menit agar membran luar mudah diambil. Kemudian dipilih telur yang tidak mengalami kerusakan CAM akibat proses tersebut.
Sebanyak 300 mg sampel diletakkan pada CAM, didiamkan 20 detik.
Selanjutnya segera dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9% steril. Waktu pengamatan selama 300 detik (5 menit) dimulai setelah CAM bersih dari sampel.
Pengamatan dilakukan dengan melihat waktu pertama terjadinya hemoragi, lisis, dan koagulasi. Sebagai kontrol positif dapat digunakan sodium lauril sulfat dan kontrol negatif adalah air. Pada uji iritasi dilakukan terhadap kontrol positif dan
sediaan serum ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dalam sistem niosom (Yuliani et al., 2016).
4.10 Analisis Data 4.10.1 Uji Stabilitas
Pada uji stabilitas yang dilakukan terhadap sediaan serum ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dalam sistem niosom ini adalah menggunakan metode freeze-thaw dan real time yang dianalisis dengan metode uji T-test berpasangan (paired T-test) yang bertujuan untuk menguji perbedaan stabilitas sediaan, sebelum dan sesudah penyimpanan.
Hipotesis yang digunakan untuk uji stabilitas sediaan serum ekstrak etanol 96% buah belimbing wuluh dalam sistem niosom yaitu :
H0 : Tidak ada perbedaan yang bermakna antara nilai pH sebelum pelakuan dengan nilai pH sesudah perlakuan, H0 diterima jika signifikan > 0,05.
H1 : Ada perbedaan yang bermakna antara nilai pH sebelum pelakuan dengan nilai pH sesudah perlakuan, H1 diterima jika signifikan < 0,05.
4.10.2 Uji Iritasi
Pada uji iritasi dengan metode HET-CAM dilakukan pengamatan dengan melihat waktu pertama terjadinya hemoragi, lisis, dan koagulasi selama 5 menit kemudian data yang diperoleh dihitung skor iritasi dengan rumus yang selanjutnya dicocokan dengan tabel kriteria iritasi HET-CAM.