• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I LATAR BELAKANG. persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri yang ditetapkan adalah standar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I LATAR BELAKANG. persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri yang ditetapkan adalah standar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Salah satu standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri yang ditetapkan adalah standar baku mutu komponen kesehatan lingkungan, seperti pengelolaan limbah ,penyehatan udara, penyehatan makanan minuman, pengolahan sampah, penyehatan air bersih, vektor dan binatang pengganggu serta persyaratan sarana sanitasi. Salah satu standar peraturan tersebut mengenai baku mutu air limbah yang harus memenuhi syarat berdasarkan kualitas fisik, kimia dan biologi.

Air limbah adalah air buangan yang berasal dari industri, rumah tangga serta buangan lainnya yang bersifat kotoran umum. Air Limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun berasal dari sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau membahayakan lingkungan hidup yang sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.

PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia didirikan dan beroperasi mulai tahun 2014, perusahaan ini merupakan joint venture antara PT Pakoakuina dengan PT Topy Industies Limited Jepang yang merupakan induk perusahaan yaitu Topy Industries Limited yang didirikan di jepang pada tahun 1930. Industri PT Topy

(2)

Palingda Manufacturing Indonesia yang bergerak dalam usaha manufaktur dan penjualan Velg di kawasan industry surya cipta, jalan surya utama kav I No 65 A1 kelurahan Kutanegara, Kecamatan Ciampel kabupaten Karawang.PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia menghasilkan berbagai macam jenis limbah yaitu berupa limbah cair domestik dan limbah cair yang mengandung B3. Jenis limbah domestik yang dihasilkan oleh PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia berasal dari air buangan kamar mandi, air wudhu dan air buangan bekas cuci peralatan makanan sedangkan untuk jenis limbah B3 yang dihasilkan berupa oli yang berasal dari preventive mesin produksi dan proses produksi painting.

Alur proses pengelolaan limbah cair hasil produksi painting yaitu dimulai dari bak penampungan kimia,bak ekualisasi, bak koagulasi, flokulasi, sedimentasi, netralisasi, filtrasi dan effluent yang dialirkan ke ipal komunal Kawasan Surya Cipta.

Kandungan amonia di PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia berasal dari limbah domestik yang tidak dilakukan pengolahan sebelumnya. Air limbah domestik yang berasal dari kegiatan air buangan kamar mandi (black water dan grey water) termasuk urine dan feses yang dihasilkan dari pekerja tanpa ada pengolahan sebelumnya, air wudhu dan air buangan bekas cuci peralatan makanan dialirkan melalui perpipaan secara langsung ke badan air. Hal ini mengakibatkan kadar amonia pada limbah cair domestik tersebut melebihi baku mutu air limbah domestik. Meskipun amonia merupakan gas yang tak berwarna namun bau menyengat ini dapat menimpulkan effek samping pada orang yang menghirupnya yaitu gangguan pada pernafasan.

(3)

Hasil pemeriksaan laboratorium kualitas air limbah secara fisik,kimia dan biologi yang dilakukan di PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia, didapatkan parameter tertinggi yang belum memenuhi syarat yaitu parameter amonia (NH3-N) didapat hasil sebesar 56,20 mg/l, hasil tersebut melebihi standar baku mutu kandungan amonia (NH3-N) pada air limbah sebesar 10 mg/l sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, sehingga air limbah yang dibuang kebadan air tidak memenuhi syarat dan perlu dilakukan pengolahan limbah cair. Berdasarkan kondisi lapangan tingginya kandungan amonia menimbulkan bau yang tak sedap yang dirasakan oleh karyawan. Selain itu kondisi badan air sebelum memasuki kawasan Suryacipta menjadi tercemar, badan air yang tercemar menjadi berwarna coklat kehitaman dengan bau yang sangat menyengat di daerah sekitar bantaran sungai dan mengganggu estetika.

Secara kimia, keberadaan amonia di dalam perairan dapat berupa amonia terlarut (NH3) dan ion amonium (NH4+

). Amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik bagi organisme akuatik. Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu perairan. Menurut Effendi (2003), toksisitas amonia terhadap organisme akuatik dipengaruhi oleh pH, kadar oksigen terlarut, dan suhu. Pada pH rendah amonia akan bersifat racun jika jumlahnya banyak, sedangkan pada kondisi pH tinggi amonia akan bersifat racun meskipun kadarnya rendah. Penurunan kadar oksigen terlarut akan meningkatkan toksisitas amonia dalam perairan. Amonia dapat diolah dan dihilangkan oleh reaksi biologis. Reaksi berurutan antara Nitrifikasi dan denitrifikasi merupakan proses

(4)

biologis untuk mengolah dan menghilangkan amonium, dalam bentuk gas N2 Proses Anammox adalah proses biologis lain untuk menghilangkan amonia, bersamaan mengkonversi NH4+/NO2 menjadi gas N2 melalui reaksi biologis bakteri Anammox (Jetten et al., 2001).

Limbah cair mengalami proses penguraian bahan-bahan organik yang dilakukan oleh bakteri, dimana dalam prosesnya tersebut akan terbentuk senyawa-senyawa, salah satunya adalah amonia (NH3 )yang juga turut menyumbangkan bau menyengat pada limbah cair tahu.Menurut Ginting (2007), amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas.Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kausatik dan dapat mengganggu kesehatan.Amonia dalam air permukaan selain berasal dari air seni dan tinja, juga berasal dari oksidasi zat organik secara mikrobiologi di alam atau air buangan industri dan penduduk.

Menurut Kusnadi (2010), salah satu pengolahan yang sering dilakukan untuk menurunkan kadar amonia adalah filtrasi dengan media adsorben. Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu substansi pada permukaan zat padat. Pada fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarik antara substansi terserap dan penyerapnya. Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsi dalam solid disebut adsorbat sedangkan solid tersebut adalah adsorben. Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul pada permukaan menjadi

(5)

lebih besar dari pada dalam fasa gas zat terlarut dalam larutan. Media adsorben dalam proses adsorpsi dapat berupa zeolit atau karbon aktif.

Arang aktif atau yang biasa disebut karbon aktif merupakan sejenis absorben (penyerap) yang berwarna hitam, berbentuk granula, bulat, pelet atau bubuk (Kusnaedi, 2010). Karbon aktif selain menjadi media filter juga mempunyai daya serap yang baik. Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat karbon aktif .

Berdasarkan penelitian Alholif (2017), bahwa Media karbon aktif mampu menyisihkan senyawa Amonia pada limbah cair Rumah Potong Ayam sebesar 95% dengan tekanan hidrolik karbon aktif 0,006 m3/m2 23.6mg/l menjadi 1,18 mg/l. Sedangkan menurut Ijas (2014), arang aktif dapat menurunkan kadar amonia sebesar 80,90% pada limbah cair industri tahu dari 28,97 mg/l menjadi 7,12 mg/l dengan tinggi media adsorben 55cm.

Menurut Lina (2015) Kadar amonia limbah cair tahu setelah dikontakkan dengan karbon aktif selama 3 menit, 5 menit, dan 7 menit mengalami penurunan yaitu 6,50 mg/l, 7,97 mg/l, dan 10,67 mg/l dengan konsentrasi awal kadar amonia sebesar 30,6 mg/l.

Menurut penelitian Aryani (2010), media filter karbon aktif dapat menurunkan kadar amonia limbah cair Rumah Sakit dengan variasi ketebalan

(6)

45cm, 55cm, 65cm, 75cm, dan 85cm . dimana ketebalan paling efektif yaitu 85cm dengan penurunan 97,96% dengan kadar amonia awal sebesar 44.8 mg/l menjadi 0.91 mg/l.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti bermaksud untuk melakukan penurunan kadar amonia dengan Perbedaan Waktu Kontak Karbon Aktif terhadap Penurunan Kadar Amonia pada Limbah Cair Domestik PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah ada Perbedaan Waktu Kontak Karbon Aktif terhadap Penurunan Kadar Amonia pada Limbah Cair Domestik PT.

Topy Palingda Manufacturing Indonesia yang efisien?

1.3 Tujuan Masalah 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Perbedaan Waktu Kontak Karbon Aktif terhadap Penurunan Kadar Amonia pada Limbah Cair Domestik PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kandungan Amonia pada limbah cair domestik sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan

b. Untuk mengetahui efesiensi perbedaan waktu kontak karbon aktif untuk menurunkan kadar amonia

(7)

c. Untuk mengetahui persentase rata-rata penurunan kadar amonia pada limbah cair

d. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan waktu kontak karbon aktif terhadap penurunan kadar amonia pada limbah cair domestik PT Topy Palingda Manufacturing Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Perbedaan Waktu Kontak Karbon Aktif terhadap Penurunan Kadar Amonia pada Limbah Cair Domestik PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia.

2. Bagi Industri

Memberikan informasi kepada pihak industri efisiensi Perbedaan Waktu Kontak Karbon Aktif terhadap Penurunan Kadar Amonia pada Limbah Cair Domestik PT. Topy Palingda Manufacturing Indonesia.

3. Bagi Institusi.

Sebagai kajian pustaka untuk mahasiswa dan menjadi sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi Perbedaan Waktu Kontak Karbon Aktif terhadap Penurunan Kadar Amonia pada Limbah Cair Domestik PT.

(8)

Topy Palingda Manufacturing Indonesia dengan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimen) dan rancangan penelitian the one group pretest-posttes design with control.

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk white chocolate menggunakan bahan baku Cocoa Butter Substitute (CBS) dengan penambahan black tea powder

Isometri adalah suatu transformasi atas Refleksi (pencerminan), Translasi (pergeseran), dan Rotasi (perputaran) pada sebuah garis yang mempertahankan jarak (panjang

Komunikasi keluarga yang diciptakan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hal ini Ayah mertua dan istri yang tinggal di dalam satu rumah yang dapat membantu mantan

Penelitian kali ini juga mencoba untuk lebih fokus meneliti pengaruh penerapan SAK berbasis IFRS terhadap fee audit di perusahaan- perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa

Sejak akhir tahun 90 hingga sekarang (2006) bisnis sayuran menjadi semakin banyak diminati oleh masyarakat. Namun dari banyak perusahaan agribisnis di Jawa Barat

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa hardiness yang dimiliki oleh para penderita thalasemia mayor

Penulis akan mencoba meneliti pemahaman tentang seksualitas dan pemahaman tentang gereja sebagai persekutuan yang berkembang dalam jemaat, kemudian penulis juga

“Bentuk Kasih Sayang Orang Tua kepada Anak dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta (Tinjauan Semiotika)” Skripsi: Program Studi Sastra Jawa