• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH : SITI KHAIRIYAH NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH : SITI KHAIRIYAH NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR BESI, KADMIUM, NATRIUM, SENG DAN TEMBAGA PADA BEBERAPA MEREK AIR MINUM

DALAM KEMASAN (AMDK) YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH :

SITI KHAIRIYAH NIM 151501023

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENETAPAN KADAR BESI, KADMIUM, NATRIUM, SENG DAN TEMBAGA PADA BEBERAPA MEREK AIR MINUM

DALAM KEMASAN (AMDK) YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH :

SITI KHAIRIYAH NIM 151501023

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

p

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Besi, Kadmium, Natrium, Seng dan Tembaga pada Beberapa Merek Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang beredar di Kota Medan dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merupakan air yang telah diproses dan aman untuk diminum. Beberapa jenis mineral bisa ditemukan didalam air minum, baik yang esensial makro dan mikro ataupun yang nonesensial sehingga kandungan mineral dalam air minum harus sangat diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga pada AMDK secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) serta untuk mengetahui kesesuaian kadar terhadap persyaratan dari Permenkes RI 2010, WHO 2003 dan SNI 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga pada beberapa merek AMDK telah memenuhi persyaratan Permenkes RI 2010, WHO 2003, dan SNI 2015.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr.

Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik,

(5)

Staf BARISTAND Medan yang telah membantu dan memfasilitasi selama melakukan penelitian. Bapak Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt., selaku penasihat akademik yang telah membimbing dan memotivasi selama masa perkuliahan serta Bapak Ibu Staf pengajar yang telah mendidik saya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Farmasi USU.

Penulis juga mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada kedua orang tua, Ayahanda H. Imran Hasibuan dan Ibunda Hj. Dwi Pusparini Handayani, serta abang M. Riswin Hardiansyah, BA(Hons) M.I, kakak Aprilia I.S.L, S.Psi., dan Annisa Febrina, S.I.Kom., M.I.Kom., keponakan M. Rasya H. dan Nenek Dra. Maulida Oesmansyah, Apt., atas doa dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat (Nisa F., Osa, Nurul, Pipit, Wina dan Bang Rikki), Asisten Laboratorium Teksed Non Steril II serta teman-teman Farmasi USU Stambuk 2015 atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 11 Juli 2019 Penulis,

Siti Khairiyah NIM 151501023

(6)
(7)

PENETAPAN KADAR BESI, KADMIUM, NATRIUM, SENG DAN TEMBAGA PADA BEBERAPA MEREK AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ABSTRAK

Latar Belakang: Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merupakan produk yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Beberapa jenis mineral yang sifatnya esensial makro dan mikro serta nonesensial dapat ditemukan di dalam air minum sehingga kadarnya harus sangat diperhatikan.

Tujuan: Untuk mengetahui nilai pH dan kandungan besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga pada beberapa merek air minum dalam kemasan yang beredar di Kota Medan.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan 7 merek air minum dalam kemasan yaitu air minum dalam kemasan merek AM, R8, 2T, HO, PL, AS dan EV. Pengukuran nilai pH menggunakan pH meter. Analisis kuantitatif besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga dilakukan pada panjang gelombang berturut-turut 248,3 nm; 228,8 nm; 589,0 nm; 213,9 nm dan 324,8 nm menggunakan spektrofotometer serapan atom nyala udara-asetilen.

Hasil: Hasil penelitian pH air minum dalam kemasan merek AM, R8, 2T, HO, PL, AS dan EV berturut-turut adalah 7,62; 7,70; 8,01; 8,12; 8,15; 7,95 dan 8,25.

Hasil penelitian kandungan besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga dalam air minum dalam kemasan merek AM, R8, 2T, HO, PL, AS, dan EV yaitu : Besi berturut-turut adalah 0,2734 ± 0,0132 mg/L; 0,1671 ± 0,0133 mg/L; 0,1582 ± 0,0088 mg/L; 0,1389 ± 0,0110 mg/L; 0,1359 ± 0,0138 mg/L; 0,1455 ± 0,0104 mg/L dan 0,1221 ± 0,0126 mg/L. Natrium berturut-turut adalah 28,64 ± 0,0456 mg/L; 34,52 ± 0,5760 mg/L; 35,61 ± 0,0430 mg/L; 21,27 ± 0,0598 mg/L; 34,05 ± 0,0296 mg/L; 30,38 ± 0,0333 mg/L dan 41,64 ± 0,0256 mg/L. Kadmium, seng dan tembaga menunjukkan hasil negatif.

Kesimpulan: Bahwa 7 merek air minum dalam kemasan memiliki pH yang memenuhi persyaratan SNI-3553-2015 dan Permenkes RI 2010. Kandungan besi dalam 7 merek air minum melebihi batas yang tercantum dalam SNI-3553-2015 tetapi tidak melebihi batas yang tercantum dalam Permenkes RI 2010 dan WHO.

Kandungan natrium dalam 7 merek air minum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh WHO dan Permenkes RI 2010. Kandungan kadmium, seng dan tembaga sama sekali tidak terdeteksi dalam 7 merek air minum dalam kemasan, sehingga memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh WHO, SNI dan Permenkes RI 2010.

Kata kunci : air minum dalam kemasan, besi, kadmium, natrium, seng, tembaga, spektrofotometer serapan atom.

(8)

DETERMINATION OF IRON, CADMIUM, SODIUM, ZINC AND COPPER IN SEVERAL BRANDS OF BOTTLED DRINKING WATER IN

MEDAN WITH ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY ABSTRACT

Background: Bottled Drinking Water (AMDK) is the most popular product for the public. Some types of minerals that are macro and micro essential and also nonessential can be found in drinking water so the levels must be very concerned.

Objective: The aim of this study was to find out the pH value and to determine the levels of iron, cadmium, sodium, zinc, and copper in several brands of bottled drinking water in Medan by atomic absorption spectrophotometry.

Methods: This study used 7 brands of bottled drinking water which are AM, R8, 2T, HO, PL, AS and EV drinking water. Measured the pH value using a pH meter.

Quantitative analysis of iron, cadmium, sodium, zinc and copper was done at 248.3 nm; 228.8 nm; 589.0 nm; 213.9 nm and 324.8 nm wavelengths using atomic absorption spectrophotometer air-acetylene flame.

Result: The results of the pH value of bottled drinking water AM, R8, 2T, HO, PL, AS and EV brands respectively were 7.62; 7.70; 8.01; 8.12; 8,15; 7.95 and 8.25. The results of the levels of iron, cadmium, sodium, zinc and copper in bottled drinking water brands AM, R8, 2T, HO, PL, AS, and EV, that: Iron contents are 0.2734 ± 0.0132 mg/L; 0.1671 ± 0.0133 mg/L; 0.1582 ± 0.0088 mg/L; 0.1389 ± 0.0110 mg/L; 0.1359 ± 0.0138 mg/L; 0.1455 ± 0.0104 mg/L and 0.1221 ± 0.0126 mg/L. Sodium contents are 28.64 ± 0.0456 mg/L ; 34.52 ± 0.5760 mg/L; 35.61 ± 0.0430 mg/L; 21.27 ± 0.0598 mg/L; 34.05 ± 0.0296 mg/L;

30.38 ± 0.0333 mg/L and 41.64 ± 0.0256 mg/L. Cadmium, zinc and copper showed negative results.

Conclusion: That 7 brands of bottled water have a pH that meets the requirements of SNI-3553-2015 and Permenkes RI 2010. The iron content in 7 brands of drinking water exceeds the limits stated in SNI-3553-2015 but does not exceed the limits stated in Permenkes RI 2010 and WHO. The content of sodium in 7 brands of drinking water meets the requirements set by WHO and Permenkes RI 2010.

The content of cadmium, zinc and copper is not detected at all in the 7 brands of bottled water, thus fulfilling the requirements set by WHO, SNI and Minister of Health Republic of Indonesia 2010.

Keywords : bottled drinking water, iron, cadmium, sodium, zinc, copper, atomic absorption spectroscopy.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Air ... 5

2.2 Air Minum ... 6

2.2.1 Syarat Air Minum ... 7

2.2.2 Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ... 8

2.3 Mineral Dalam Air Minum ... 9

2.3.1 Natrium ... 11

2.3.2 Besi ... 12

2.3.3 Kadmium ... 12

2.3.4 Seng ... 13

2.3.5 Tembaga ... 14

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom ... 14

2.4.1 Prinsip Spektrofotometer Serapan Atom ... 14

2.4.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom ... 15

2.4.3 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom... 17

2.5 Validasi Metode ... 18

2.5.1 Kecermatan (accuracy) ... 19

2.5.2 Keseksamaan (precision) ... 19

2.5.3 Selektivitas ... 20

2.5.4 Linearitas ... 20

2.5.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitas ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.3 Alat ... 21

3.4 Bahan ... 21

3.5 Pembuatan Pereaksi ... 22

3.5.1 Larutan Aquabides Asam ... 22

3.5.2 Larutan CsCl ... 22

(10)

3.6.1 Pengambilan Sampel ... 22

3.6.2 Pengukuran pH ... 22

3.6.3 Proses Destruksi Basah dengan Larutan HNO3 (p)... 22

3.6.4 Pemeriksaan Kuantitatif ... 23

3.6.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi ... 23

3.6.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium ... 23

3.6.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium ... 24

3.6.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Seng ... 25

3.6.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga ... 25

3.6.5 Penetapan Kadar Mineral dalam Sampel ... 26

3.6.5.1 Penetapan Kadar Besi ... 26

3.6.5.2 Penetapan Kadar Kadmium ... 26

3.6.5.3 Penetapan Kadar Natrium ... 26

3.6.5.4 Penetapan Kadar Seng ... 27

3.6.5.5 Penetapan Kadar Tembaga ... 27

3.6.5.6 Perhitungan Kadar dalam Sampel ... 27

3.6.6 Analisis Data Secara Statistik ... 28

3.6.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 28

3.6.7 Uji Validasi Metode Analisis ... 29

3.6.7.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 29

3.6.7.2 Simpangan Baku Relatif ... 30

3.6.7.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Pengukuran Nilai pH ... 31

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif ... 32

4.2.1 Kurva Kalibrasi Besi, Kadmium, Natrium, Seng dan Tembaga ... 32

4.2.2 Kadar Besi, Kadmium, Natrium, Seng dan Tembaga Dalam Sampel ... 34

4.2.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi... 41

4.2.4 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 41

4.2.5 Simpangan Baku Relatif ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 48

(11)

DAFTAR TABEL

4.1 Tabel Hasil Pengukuran pH ... 31

4.2 Kadar Besi, Kadmium, Natrium, Seng dan Tembaga pada Sampel ... 35

4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Besi dan Natrium ... 41

4.4 Recovery Besi dan Natrium pada AMDK ... 41

4.5 Simpangan Baku (SD) dan Simpangan Baku Relatif (RSD) Besi dan Natrium pada AMDK ... 42

(12)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Spektrofotometer Serapan Atom... 15

4.1 Kurva Kalibrasi Besi ... 32

4.2 Kurva Kalibrasi Kadmium ... 33

4.3 Kurva Kalibrasi Natrium ... 33

4.4 Kurva Kalibrasi Seng. ... 33

4.5 Kurva Kalibrasi Tembaga ... 34

4.6 Diagram Kadar Besi pada Sampel ... 36

4.7 Diagram Kadar Natrium pada Sampel ... 37

(13)

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN

1. Air: A.Amoz., B.Ron88., C.2Tang., D.HDO ... 48

2. Air: E.Purelife., F.Aminsam., G.Evian ... 49

3. Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA-7000 ... 50

4. Autosampler Shimadzu ASC-7000 ... 50

5. Lampu Katoda. ... 51

6. pH Meter Mettler Toledo ... 51

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 48

2. Gambar Sampel AMDK ... 49

3. Gambar Alat-Alat yang Digunakan dalam Penelitian ... 51

4. Bagan Alir Pengukuran pH AMDK ... 53

5. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel dan Analisa Kuantitatif... 54

6. Bagan Alir Penyiapan Larutan Penetapan Kadar ... 55

7. Data Pengukuran pH AMDK ... 58

8. Data Kalibrasi Besi dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 59

9. Data Kalibrasi Kadmium dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 61

10. Data Kalibrasi Natrium dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 63

11. Data Kalibrasi Seng dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 65

12. Data Kalibrasi Tembaga dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 67

13. Hasil Analisis Kadar Logam dalam AMDK ... 69

14. Contoh Perhitungan Kadar Besi dan Natrium pada AMDK ... 79

15. Data Hasil Perhitungan Statistik Kadar Besi dan Natrium ... 82

16. Contoh Perhitungan Statistik Kadar Besi dan Natrium... 94

17. Hasil Uji Perolehan Kembali Besi dan Natrium Setelah Penambahan Masing-Masing Larutan Standar pada Sampel AMDK ... 99

18. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Besi dan Natrium pada AMDK ... 100

19. Perhitungan Simpangan Baku (SD) dan Simpangan Baku Relatif (RSD) Besi dan Natrium pada AMDK ... 102

20. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Besi dan Natrium ... 104

21. Tabel Distribusi t ... 106

22. Tabel Parameter Kualitas Air Minum ... 107

23. Tabel Syarat Mutu Air Mineral ... 108

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air Minum Dalam Kemasan saat ini merupakan salah satu produk instan yang beredar di pasaran dengan menawarkan berbagai macam keunggulan dan manfaatnya. Dengan adanya persaingan antar perusahaan air minum dalam kemasan akan membuat konsumen benar-benar selektif dalam mengambil keputusan pembelian. Banyak orang memutuskan untuk membeli suatu produk karena dihadapkan dengan kebutuhan. Sehingga saat ini banyak masyarakat yang lebih menyukai produk minuman atau makanan yang lebih alami karena tuntutan kebutuhan. Dan disamping itu, karena kesibukan masyarakat sehingga mereka lebih memilih produk instan (Pakpahan, 2018).

Menjamurnya Air Minum Dalam Kemasan ini, selain karena gaya hidup, juga karena ada jaminan bahwa air yang diminum benar-benar sehat. Hal ini ditunjukkan dengan label yang melekat dalam kemasannya, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) dan label kehalalan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bagi investor, industri AMDK merupakan salah satu primadona pilihan investasi karena: (1) proses pengolahannya tidak terlalu rumit dan teknologinya mudah diperoleh, (2) investasinya tidak terlalu besar, apalagi dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan lokal yang mampu membuat mesin-mesin pengolah AMDK dengan kualitas internasional, (3) prospek pasarnya sangat menjanjikan. Di tingkat eceran AMDK menguasai 67% pangsa pasar minuman (Pakpahan, 2018).

Air minum dalam kemasan (AMDK) dari perusahaan air minum dalam kemasan umumnya telah mendapat rekomendasi dari Badan Pengawasan Obat

(16)

dan Makanan (BPOM) yang tentunya sudah menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3553-2006) dalam pengelolaan air minum agar tidak terkontaminasi zat ataupun bahan yang membahayakan kesehatan tubuh, salah satunya logam berat (Khaira, 2014).

Beberapa jenis logam yang dapat ditemukan dalam air minum memang dibutuhkan manusia secara esensial dalam jumlah makro seperti sulfur, natrium dan klorida; sedangkan yang diperlukan dalam jumlah mikro adalah besi, tembaga dan seng. Beberapa logam belum jelas fungsinya untuk tubuh manusia yaitu timbal, kadmium, dan air raksa. Kekurangan unsur-unsur ini dapat menimbulkan gejala defisiensi, sebaliknya asupan berlebihan dapat menimbulkan gejala toksisitas, karena itu kandungan logam dalam air minum perlu diperhatikan (Pasaribu, 2013).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faridayanti (2017), Dewa dkk (2015), Nonci dkk (2018) dan Khaira (2014), untuk melakukan pengecekan terhadap kandungan logam besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga pada AMDK dapat dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom nyala udara-asetilen.

Maka, berdasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu metode yang dipilih untuk penetapan kadar besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga pada AMDK adalah metode Spektrofotometri Serapan Atom, pemilihan ini juga didasarkan pada ketelitian alat, kecepatan analisis, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan, dan dapat menetukan kadar suatu unsur dengan konsentrasi yang rendah. Cara analisis ini memberi kadar total unsur logam dalam suatu sampel tersebut (Gandjar dan Rohman, 2017).

(17)

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik ingin mengetahui kadar besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga pada beberapa merek air minum dalam kemasan yang beredar di kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah beberapa merek air minum dalam kemasan yang beredar di Kota Medan memiliki nilai pH yang memenuhi syarat yang ditentukan?

b. Apakah beberapa merek air minum dalam kemasan yang beredar di Kota Medan mengandung besi, natrium, seng dan cemaran logam kadmium dan tembaga?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Beberapa merek air minum dalam kemasan yang beredar di Kota Medan memiliki nilai pH yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.

b. Beberapa merek air minum dalam kemasan yang beredar di Kota Medan mengandung besi, natrium, dan seng serta tidak mengandung cemaran logam kadmium dan tembaga.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui apakah nilai pH pada beberapa merek air minum dalam kemasan yang beredar di Kota Medan memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(18)

b. Untuk mengetahui apakah beberapa merek air minum dalam kemasan yang beredar di Kota Medan mengandung besi, natrium, seng dan cemaran logam kadmium dan tembaga.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai informasi mengenai nilai pH dan kandungan mineral pada berbagai merek air minum dalam kemasan.

b. Sebagai informasi kepada masyarakat dalam mengkonsumsi air minum sehari-hari.

c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber data dalam pengawasan kualitas air minum dalam kemasan.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air adalah zat gizi yang sangat vital dan paling banyak dibutuhkan tetapi tidak ada cadangan air dalam tubuh sehingga lebih sering dikonsumsi. Kita dapat hidup tanpa makanan selama beberapa minggu, tetapi tanpa air, kita tidak dapat hidup dan akan mengalami dehidrasi dalam beberapa hari. Dua per tiga dari tubuh kita adalah air, dan kebanyakan dari kita mungkin tidak mengetahui pentingnya air minum yang bersih. Air merupakan senyawa yang paling banyak dalam tubuh manusia. Air sangat penting untuk pencernaan dan transpor makanan ke dalam sel, pembuangan sisa-sisa metabolisme, sirkulasi cairan tubuh seperti darah dan limfe, pelumas untuk sendi dan organ dalam, dan untuk regulasi suhu tubuh (Silalahi, 2014).

Jika air cukup banyak di dalam tubuh, jaringan-jaringan di dalam tubuh akan bekerja secara efisien dan mudah. Akan tetapi, jika konsumsi air terbatas, maka tubuh akan mengambil air dari beberapa jaringan di dalam tubuh untuk melindungi sel-sel dan organ yang berbeda, yang akan mengakibatkan rasa sakit, kerusakan sel dan berbagai masalah kesehatan. Ketika seseorang sudah berumur, mereka akan kehilangan perasaan haus dan menjadi semakin dehidrasi. Kita sering keliru akan haus menjadi lapar dan melainkan kita mengonsumsi air, kita mengonsumsi makanan yang menyebabkan penambahan berat badan. Rasa haus sebaiknya dihilangkan dengan air. Semakin kita memperhatikan kebutuhan terus- menerus tubuh akan air, tubuh kita akan semakin sehat. Mengalami “mulut kering” menunjukkan bahwa tubuh kita mengalami dehidrasi yang tinggi. Tubuh

(20)

manusia terdiri dari 25% zat padat dan 75% air, jaringan otak terdiri dari 85% air dan darah terdiri dari 90% air (Mahmud, 2007).

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus dan parasit), bahan organik (pestisida, detergen) dan beberapa bahan inorganik (garam, asam dan logam), serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak di temukan di dalam air yang kita pergunakan (Palar, 1994).

2.2 Air Minum

Air minum adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang baik adalah air yang memenuhi persyaratan seperti bebas dari cemaran mikroorganisme maupun bahan kimia yang berbahaya dan tidak berasa, berwarna, dan berbau (Slamet, 2009; Permenkes RI, 2010).

Penyediaan air bersih selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Karena air baku belum tentu memenuhi standar, maka dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks tergantung kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminan kuman, maka disinfeksi saja sudah cukup, tetapi apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka pengolahan harus lengkap (Slamet, 2009).

(21)

Kualitas air minum harus memenuhi 4 parameter sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yaitu parameter fisik, kimiawi, bakteriologis dan radioaktif.

2.2.1 Syarat Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa air minum yang aman bagi kesehatan harus memenuhi persyaratan fisik, biologi, dan kimia.

1. Syarat Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah (Deril dan Novirina, 2010).

2. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.

Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Deril dan Novirina, 2010).

3. Syarat Kimiawi

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Kesadahan, Zat

(22)

organik (KMnO4), Besi (Fe), Seng (Zn), Derajat keasaman (pH), Kadmium (Cd) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan Standart Nasional Indonesia. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia (Deril dan Novirina, 2010).

Berdasarkan Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010, persyaratan kualitas air minum, kadar besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga berturut-turut adalah maksimalnya 0,3 mg/L, 0,003 mg/L, 200 mg/L, 3 mg/L dan 2 mg/L.

Menurut SNI 2015 tentang air mineral, kadar besi, kadmium dan tembaga maksimalnya adalah 0,1 mg/L, 0,003 mg/L dan 0,5 mg/L.

2.2.2 Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), merupakan air yang telah di proses, tanpa bahan pangan lainnya, dan bahan tambahan pangan, dikemas, serta aman untuk diminum (SNI, 2015).

Air minum dalam kemasan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kemasan galon (19 liter) dan small/single pack. Kemasan galon biasanya dilakukan pengisian ulang baik oleh produsen bermerek maupun depot air minum isi ulang (tanpa merek). Sedangkan AMDK kemasan small/single pack atau kemasan yang dapat dibawa secara praktis seperti kemasan 1500 mL/600 mL (botol), 240 mL/220 mL (gelas) (Pasaribu, 2013).

(23)

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus memenuhi standar nasional (SNI-3553-2015) tentang standar baku mutu air dalam kemasan, serta MD yang dikeluarkan oleh BPOM RI yang merupakan standar baku kimia, fisika, mikrobiologis. Serta banyak lagi persyaratan yang harus dipenuhi agar air minum dalam kemasan (AMDK) itu layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan manusia (SNI, 2015).

Secara jelas masyarakat cenderung bersikap rasional dan selektif terhadap pembelian barang yang diinginkannya baik dari kualitas produk maupun harganya. Walaupun produk yang dipilih oleh seorang konsumen dengan harga tinggi namun karena kualitasnya konsumen tetap memutuskan untuk membeli dan mengonsumsi produk tersebut. Konsumen dalam melakukan rencana pembelian dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan seperti produk. Salah satu unsur produk yang sering diperhatikan konsumen adalah merek. Oleh karena itu, konsumen sering menghadapi kebingungan dalam memilih produk berdasarkan merek yang akan dibeli. Keputusan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya atau untuk mencukupi kebutuhan namun juga karena nilai sosial dan emosionalnya. Untuk itu merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya dengan tercukupi kebutuhannya, namun konsumen mengaitkan atribut dengan manfaatnya (Pakpahan, 2018).

2.3 Mineral Dalam Air Minum

Air adalah molekul yang bersifat polar, sehingga air dapat melarutkan banyak zat. Oleh karena itu air bukan hanya menjadi medium utama untuk berbagai reaksi biokimia, tetapi juga sebagai substrat dan produk metabolisme di dalam tubuh. Selain dari air, banyak mineral sangat vital bagi kehidupan yang

(24)

berperan di dalam metabolisme, pergerakan otot, pertumbuhan badan dan keseimbangan air dan fungsi lainnya (Silalahi, 2014).

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara berlainan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak mengkonsumsi mineral tertentu dapat menyebabkan gangguan gizi. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh manusia. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain: besi, mangan, tembaga dan seng.

Beberapa logam belum jelas fungsinya untuk tubuh manusia yaitu timbal, kadmium, dan air raksa (Pasaribu, 2013).

Mineral makro sangat penting sebagai elektrolit dalam tubuh. Tubuh menggunakan elektrolit untuk membantu mengatur fungsi saraf, otot, dan menyeimbangkan asam basa dalam tubuh. Elektrolit juga berfungsi membantu tubuh untuk mengatur volume normal pada daerah yang mengandung cairan berbeda (kompartemen). Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan dalam proses pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya (Pasaribu, 2013). Mineral mikro termasuk mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim dan pembentukan organ (Arifin, 2008).

(25)

Mengonsumsi air putih yang sehat dan kaya mineral akan membuat nutrisi dan vitamin mudah diserap oleh tubuh lewat aliran darah. Ini yang akan membuat energi cepat pulih dan bugar. Apabila konsumsi air kurang, penyerapan vitamin dan nutrisi dalam tubuh akan terhambat. Akibatnya, tubuh akan menjadi lemah dan daya tahan tubuh akan menurun (Mahmud, 2007).

2.3.1 Natrium (Na)

Natrium merupakan salah satu mineral makro yang merupakan kation penting yang mempengaruhi kesetimbangan keseluruhan kation di perairan.

Dalam tubuh, natrium merupakan kation utama dalam darah dan cairan ekstraselular yang mencakup 95% dari seluruh kation. Sebagai kation utama dalam cairan ekstraseluler, natrium menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut. Natrium mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel. Natrium menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam. Natrium berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.

Natrium berperan pula dalam absorpsi glukosa dan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium (Almatsier, 2004).

Kekurangan natrium menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan nafsu makan. Kekurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, diare, keringat berlebihan dan bila menjalankan diet yang sangat terbatas dalam natrium.

Kelebihan natrium dapat menimbulkan keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi (Almatsier, 2004).

Kadar maksimal natrium yang boleh ada dalam air minum menurut Permenkes RI (2010) ialah 200 mg/L.

(26)

2.3.2 Besi (Fe)

Konsentrasi besi (Fe) terlarut yang masih diperbolehkan dalam air minum adalah 0,3 mg/L (Depkes, 2010). Pendarahan yang mengakibatkan hilangnya zat besi (Fe) dari tubuh menyebabkan kekurangan zat besi (Fe) yang harus di obati dengan pemberian zat besi (Fe) tambahan. Kekurangan zat besi (Fe) juga bisa merupakan akibat dari asupan makanan yang tidak mencukupi. Kelebihan zat besi dapat menyebabkan keracunan, terjadi muntah, diare dan kerusakan usus. Zat besi (Fe) dapat terkumpul di dalam tubuh jika seseorang mendapat terapi zat besi (Fe) dalam jumlah yang berlebih atau dalam waktu yang terlalu lama, menerima beberapa transfusi darah dan menderita alkoholisme menahun (Nuraini, dkk., 2015).

Besi dapat memicu pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan lendir pada sistem perpipaan, sehingga menyumbat sistem perpipaan. Selain itu, kadar besi yang berlebihan menimbulkan bau pada air minum dan memberikan warna kekuning-kuningan sehingga membuat penampilan air menjadi kurang baik (Sampulawa dan Tumanan, 2016).

2.3.3 Kadmium (Cd)

Kadmium merupakan unsur logam berat yang paling beracun setelah unsur merkuri (Dewa, dkk., 2015). Kadar kadmium (Cd) maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 0,003 mg/L (Permenkes RI, 2010; SNI, 2015).

Dalam jangka pendek, konsumsi kadmium berlebihan dapat menyebabkan mual, muntah, diare, produksi air liur yang berlebihan, kejang-kejang dan gagal ginjal. Untuk jangka panjang, kadmium menimbulkan kerusakan fatal pada ginjal, hati dan tulang (Sampulawa dan Tumanan, 2016).

(27)

Di Jepang telah terjadi keracunan oleh Cd, yang menyebabkan penyakit lumbago yang berlanjut ke arah kerusakan tulang dengan akibat melunak dan retaknya tulang. Organ tubuh yang menjadi sasaran keracunan Cd adalah ginjal dan hati, apabila kandungan mencapai 200 µg Cd/gram (berat basah) dalam korteks ginjal yang akan mengakibatkan kegagalan ginjal dan berakhir pada kematian. Korban terutama terjadi pada wanita pascamenopause yang kekurangan vitamin D dan kalsium. Penimbunan Cd dalam tubuh mengalami peningkatan sesuai usia yaitu paruh-umur dalam tubuh pada kisaran 20-30 tahun (Dewa, dkk., 2015).

2.3.4 Seng (Zn)

Seng adalah mikromineral yang ada di dalam jaringan manusia dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut (Kacaribu, 2008).

Kekurangan seng pertama dilaporkan pada tahun 1960, yaitu pada anak dan remaja laki-laki di Mesir, Iran, dan Turki dengan karakteristik tubuh pendek, dan keterlambatan pematangan seksual. Diduga penyebabnya asupan penduduk sedikit mengandung seng. Mengingat banyaknya enzim yang mengandung seng, maka pada keadaan defisiensi seng reaksi biokimia dimana enzim-enzim berperan akan terganggu (Kacaribu, 2008).

Kelebihan seng dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia dan gangguan reproduksi (Kacaribu, 2008). Kadar maksimum seng dalam air minum adalah 3 mg/L (Permenkes RI, 2010).

(28)

2.3.5 Tembaga (Cu)

Tembaga sebagai logam berat berbeda dengan logam-logam berat lainnya seperti Hg, Cd dan Cr. Tembaga digolongkan ke dalam logam berat dipentingkan atau logam berat essensial: artinya, meskipun tembaga merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. Tembaga bersama-sama dengan besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah (Prihatiningsih, 2009). Kadar maksimum tembaga dalam air minum adalah 2 mg/L (Permenkes RI, 2010).

Tembaga dapat mengoksidasi protein dan lipid, mengikat asam nukleat, dan meningkatkan pembetukan radikal bebas. Bila kadar tembaga dalam tubuh melebihi normal (sekitar 100 mg) dakan menimbulkan masalah kesehatan.

Keracunan akut menyebabkan nyeri ulu hati dan muntah. Toksisitas kronis menimbulkan penyakit Wilson yang ditandai dengan anemia hemolitik, gangguan hati kronis, dan sindroma neurologis (Almatsier, 2004).

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom

2.4.1 Prinsip Spektrofotometer Serapan Atom

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2017).

Spektroskopi serapan atom didasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom.

Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung

(29)

pada sifat unsurnya. Sebagai contoh besi menyerap cahaya pada panjang gelombang 248,3 nm; kadmium menyerap cahaya pada panjang gelombang 228,8 nm;natrium menyerap cahaya pada panjang gelombang 589,0 nm; seng menyerap cahaya pada panjang gelombang 213,9 nm dan tembaga menyerap cahaya pada panjang gelombang 324,8 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Gandjar dan Rohman, 2017).

Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi radiasi, energi kimia dan energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang spesifik untuk setiap unsur. Besarnya perubahan yang terjadi biasanya sebanding dengan jumlah unsur atau persenyawaan yang terdapat di dalamnya. Proses interaksi ini mendasari analisis spektrofotometri atom yang dapat berupa emisi dan absorpsi (Gandjar dan Rohman, 2017).

2.4.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Spektrofotometer serapan atom (Sumber: Harris, 2010)

(30)

a. Sumber sinar

Sumber sinar yang umum dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari unsur atau dilapisi unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia dengan tekanan rendah yang jika diberikan tegangan pada arus tertentu, katoda akan memancarkan elektron-elektron yang 14 bergerak menuju anoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi. Elektron dengan energi tinggi ini akan bertabrakan dengan gas mulia sehingga gas mulia kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion gas mulia bermuatan positif akan bergerak menuju katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi sehingga menabrak unsur-unsur yang terdapat pada katoda. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar permukaan katoda dan mengalami eksitasi ke tingkat energi elektron yang lebih tinggi (Gandjar dan Rohman, 2017).

b. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala (flame) dan tanpa nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman, 2009). Teknik atomisasi dengan nyala bergantung pada suhu yang dapat dicapai oleh gas-gas yang digunakan. Untuk gas batubara-udara suhunya kira-kira sebesar 1800ºC, gas alam-udara 1700ºC, gas asetilen-udara 2200ºC dan gas asetilendinitrogen oksida sebesar 3000ºC. Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2017).

(31)

Teknik atomisasi tanpa nyala dapat dilakukan dengan meletakkan sejumlah sampel di dalam tungku dari grafit kemudian dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada tabung grafit. Akibat pemanasan ini, zat yang akan dianalisis akan berubah menjadi atom-atom netral dan dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadi proses penyerapan energi (Gandjar dan Rohman, 2017).

c. Monokromator

Pada spektrofotometri serapan atom, monokromator berfungsi untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan untuk analisis. Di dalam monokromator, terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan panjang gelombang yang disebut dengan chopper (Gandjar dan Rohman, 2017).

d. Detektor

Detektor berupa sel fotosensitif yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya, detektor yang digunakan adalah tabung penggandaan foton (photomultiplier tube) (Gandjar dan Rohman, 2017).

e. Pencatatan hasil

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva dari suatu alat perekam yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2017).

2.4.3 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan (interference) pada spektrofotometri serapan atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang

(32)

dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2017).

Menurut Gandjar dan Rohman (2017), gangguan-gangguan yang terjadi pada spektrofotometri serapan atom adalah:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala.

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan absorbansi atom yang dianalisis, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang terdisosiasi di dalam nyala. Adanya gangguan-gangguan diatas dapat diatasi dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut:

a. Penggunaan nyala/suhu atomisasi yang lebih tinggi.

b. Penambahan senyawa penyangga

c. Pengekstraksian unsur yang akan dianalisis d. Pengekstraksian ion atau gugus pengganggu

4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption) 2.5 Validasi Metode

Menurut Harmita (2004), validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaan nya. Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

(33)

2.5.1 Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan dapat ditentukan dengan cara yaitu metode simulasi dan metode penambahan baku.

Metode simulasi (spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni kedalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan dalam sampel dapat ditemukan kembali.

2.5.2 Keseksamaan (precision)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen.

Nilai simpangan baku relative untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) simpangan baku relatif nya adalah tidak lebih dari 32%.

(34)

2.5.3 Selektivitas

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel.

2.5.4 Linearitas dan Rentang

Linearitas adalah kemempuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkansecara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima.

Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien relasi (r) pada analisis regresi linier Y = a + bX.

2.5.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitas

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi criteria cermat dan seksama.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yaitu bertujuan menentukan kadar besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga dengan metode spektrofotometri serapan atom dalam beberapa sampel merek AMDK yang beredar di Kota Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri (BARISTAND) Medan pada bulan Februari 2019.

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom (Shimadzu AA-7000) dengan nyala udara-asetilen lengkap dengan lampu katoda besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga, Autosampler (Shimadzu ASC-7000), pH meter (Mettler Toledo), Neraca analitik (Boeco Germany), Hot plate (Boeco Germany), Kertas saring Whatmann no.42, dan alat-alat gelas (Pyrex

dan Oberol).

3.4 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan berkualitas pro analisa keluaran E. Merck (Jerman) yaitu: (asam nitrat 65% b/v, larutan baku besi 1000 µg/mL, larutan baku kadmium 1000 µg/mL, larutan baku natrium 1000 µg/mL, larutan baku seng 1000 µg/mL, larutan baku tembaga 1000 µg/m), larutan buffer pH 4,00 ; pH 7,00 dan pH 9,00, aquabides asam, larutan CsCl (Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan), sampel AMDK sebanyak 7 merek.

(36)

3.5 Pembuatan Pereaksi 3.5.1 Larutan Aquabides Asam

Aquabidest sebanyak 2 L ditambahkan 1,5 mL HNO3 (p) (SNI, 2015).

3.5.2 Larutan CsCl

6,325 g CsCl ditambahkan dengan 25 ml HCl (p) dan dicukupkan dengan akuades hingga 250 ml (SNI, 2015).

3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak, dimana sampel yang sudah dipilih dilakukan pengundian untuk menentukan sampel yang akan diteliti (Sugiyono, 2017). Sampel yang digunakan sebanyak 7 merek AMDK yang diambil dari minimarket Universitas Panca Budi Medan, supermarket dan toko grosir di Kota Medan. Dimana sampel AM = air minum Amoz, R8 = air minum Ron88, 2T = air minum 2Tang, HO = air minum beroksigen HDO, PL = air minum Purelife, AS = air minum Aminsam, dan EV = air minum impor Evian.

3.6.2 Pengukuran pH

Kalibrasikan alat pH meter dengan larutan buffer pH 4,00 ; pH 7,00 dan pH 9,00. Kemudian dicuci elektroda pada alat pH meter dengan aquadest dan keringkan. Celupkan elektroda ke dalam sampel AMDK yang akan diukur pH- nya. Baca nilai pH yang muncul dilayar dan catat (SNI, 2015).

3.6.3 Proses Destruksi Basah dengan Larutan HNO3 (p)

Sebanyak 100 mL sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL lalu ditambahkan 5 mL HNO3 (p). Kemudian dipanaskan diatas hot plate dengan suhu

±110ºC sampai volumenya berkurang 5-10 mL, didinginkan, kemudian

(37)

dimasukkan dalam labu tentukur 100 mL, dibilas erlenmeyer dengan aquabides asam sebanyak tiga kali, hasil pembilasan disatukan dengan larutan dalam labu tentukur ditepatkan sampai garis tanda dengan aquabides asam. Disaring dengan kertas saring Whatmann no.42, dan ± 10 mL larutan pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian larutan selanjutnya ditampung dalam botol.

Larutan ini digunakan untuk uji Kuantitatif (SNI, 2015).

3.6.4 Pemeriksaan Kuantitatif

3.6.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi

Larutan baku besi (1000 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 100 µg/mL).

Larutan baku besi (100 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 10 µg/mL).

Larutan untuk kurva kalibrasi dibuat dengan memipet larutan baku 10 µg/mL sebanyak 0,50 mL; 1,00 mL; 1,50 mL; 2,00 mL; dan 2,50 mL, dilarutkan dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquabides asam sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 0,1 µg/mL; 0,2 µg/mL; 0,3 µg/mL; 0,4 µg/mL dan 0,5 µg/mL dan diukur pada panjang gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen.

3.6.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium

Larutan baku kadmium (1000 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 100 µg/mL).

(38)

Larutan baku kadmium (100 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 10 µg/mL).

Larutan baku kadmium 10 µg/mL dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides asam (konsentrasi 1 µg/mL).

Larutan untuk kurva kalibrasi dibuat dengan memipet larutan baku 1 µg/mL sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL dan 0,4 mL, dilarutkan dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquabides asam sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 1,0 ng/mL; 2,0 ng/mL; 3,0 ng/mL dan 4,0 ng/mL dan diukur pada panjang gelombang 228,8 nm dengan nyala udara- asetilen.

3.6.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium

Larutan baku natrium (1000 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 100 µg/mL).

Larutan baku natrium (100 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 10 µg/mL).

Larutan untuk kurva kalibrasi dibuat dengan memipet larutan baku 10 µg/mL sebanyak 2,00 mL; 4,00 mL; 6,00 mL; 8,00 mL dan 10 mL, dilarutkan dalam labu 50 mL, ditambahkan 2 mL larutan CsCl dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquabides asam sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 0,4 µg/mL; 0,8 µg/mL; 1,2 µg/mL; 1,6 µg/mL dan 2,0 µg/mL dan di ukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen.

(39)

3.6.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Seng

Larutan baku seng (1000 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 100 µg/mL).

Larutan baku seng (100 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 10 µg/mL).

Larutan untuk kurva kalibrasi dibuat dengan memipet larutan baku 10 µg/mL sebanyak 5,0 mL; 10,0 mL; 15,0 mL; 20,0 mL dan 25,0 mL, dilarutkan dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquabides asam sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 1,0 µg/mL; 2,0 µg/mL; 3,0 µg/mL; 4,0 µg/mL dan 5,0 µg/mL dan di ukur pada panjang gelombang 213,9 nm dengan nyala udara-asetilen.

3.6.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga

Larutan baku tembaga (1000 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 100 µg/mL).

Larutan baku tembaga (100 µg/mL) dipipet 10 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 10 µg/mL).

Larutan untuk kurva kalibrasi dibuat dengan memipet larutan baku 10 µg/mL sebanyak 2,5 mL; 5,0 mL; 7,5 mL; 10 mL dan 12,5 mL, dilarutkan dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquabides asam sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 0,5 µg/mL; 1,0 µg/mL; 1,5 µg/mL;

(40)

2,0 µg/mL dan 2,5 µg/mL dan diukur pada panjang gelombang 324,8 nm dengan nyala udara-asetilen.

3.6.5 Penetapan Kadar dalam Sampel 3.6.5.1 Penetapan Kadar Besi

Larutan sampel hasil pengasaman dimasukkan ke dalam tabung vial, diletakkan tabung vial berisi larutan sampel ke dalam alat autosampler.

Diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.5.2 Penetapan Kadar Kadmium

Larutan sampel hasil pengasaman dimasukkan ke dalam tabung vial, diletakkan tabung vial berisi larutan sampel ke dalam alat autosampler.

Diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 228,8 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kadmium. Konsentrasi kadmium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.5.3 Penetapan Kadar Natrium

Larutan sampel hasil pengasaman sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan 2 mL larutan CsCl dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides asam, dihomogenkan, dimasukkan larutan ke dalam tabung vial dan diletakkan tabung vial berisi larutan sampel ke dalam alat autosampler.

(41)

Diukur absorbansinya dengan menggunakan spktrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium.

Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.5.4 Penetapan Kadar Seng

Larutan sampel hasil pengasaman dimasukkan ke dalam tabung vial, diletakkan tabung vial berisi larutan sampel ke dalam alat autosampler.

Diukur absorbansinya dengan menggunakan spktrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 213,9 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku seng.

Konsentrasi seng dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.5.5 Penetapan Kadar Tembaga

Larutan sampel hasil pengasaman dimasukkan ke dalam tabung vial, diletakkan tabung vial berisi larutan sampel ke dalam alat autosampler.

Diukur absorbansinya dengan menggunakan spktrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 324,8 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku tembaga.

Konsentrasi tembaga dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.5.6 Perhitungan Kadar dalam Sampel

Menurut Harmita (2004), kadar besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga dalam sampel dapat dihitung dengan cara berikut :

Kadar (μg/ml) =

(42)

Keterangan: C = Konsentrasi logam dalam larutan sampel (μg/mL) V = Volume larutan sampel (mL)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (mL) 3.6.6 Analisis Data Secara Statistik 3.6.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Menurut Sudjana (2002), untuk menghitung kadar sebenarnya secara statistika digunakan rumus sebagai berikut :

µ = X + t (α/2, dk)x SD / √

Untuk menghitung standar deviasi (SD) digunakan rumus:

SD = √

Keterangan:

SD = standar deviasi µ = interval kepercayaan

X = kadar rata-rata sampel t = harga t tabel sesuai dengan dk = n – 1 Xi = kadar sampel n = jumlah pengulangan

Α = tingkat kepercayaan dk = derajat kebebasan (dk = n – 1)

Dalam menetukan diterima atau ditolaknya data hasil pengukuran, maka dilakukan perbandingan nilai dengan nilai . Bila persamaan ini µ = X + t (α/2, dk)x SD / √ diubah untuk mendapatkan nilai , maka diperoleh persamaan baru, yaitu:

=

Dimana untuk mendapatkan thitung nilai µ merupakan nilai hasil pengukuran sampel (µ = Xi). Hasil pengukuran sampel diterima apabila thitung yang diperoleh tidak melewati nilai ttabel.

(43)

3.6.7 Uji Validasi Metode Analisis

3.6.7.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu (Ermer dan McB. Miller, 2005).

Air minum dalam kemasan yang telah diketahui kadarnya sebanyak 95 ml ditambahkan larutan baku besi 100 µg/mL sebanyak 0,1 mL dan larutan baku natrium 1000 µg/mL, dihomogenkan. Kemudian ditambahkan dengan HNO3 (p) sebanyak 5 ml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Menurut Harmita (2004), persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus berikut :

% Perolehan Kembali = x 100%

Keterangan:

CA = kadar mineral dalam sampel sebelum penambahan baku CF = kadar mineral dalam sampel setelah penambahan baku C*A = kadar larutan baku yang ditambahkan

3.6.7.2 Simpangan Baku Relatif

Menurut Harmita (2004), Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relative atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menujukkan derajat kesesuaian antara hasil individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relative yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya

(44)

keseksamaan metode yang dilakukan. Rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah sebagai berikut :

RSD = x 100%

Keterangan:

X = kadar rata-rata mineral dalam sampel SD = standar deviasi

RSD = Relative Standard Deviation (Simpangan Baku Relatif)

3.6.7.3 Penentuan Batas Deteksi {Limit of Detection (LOD)} dan Batas Kuantitasi {Limit of Quantitation (LOQ)}

Menurut Harmita (2004), Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi criteria cermat dan seksama. Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Simpangan Baku Residual (Sy/ x) = √

Batas Deteksi (LOD) =

Batas Kuantitasi (LOQ) =

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran pH

7 sampel merek AMDK diukur nilai pH-nya dengan menggunakan alat pH meter (Mettler Toledo) yang sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap alat pH meter dengan menggunakan larutan buffer pH 4,00, pH 7,00 dan pH 9,00 yang bertujuan untuk melakukan validasi pengukuran agar sesuai dengan standar pengukuran pH (Mairizki, 2017).

4.1 Tabel Hasil Pengukuran pH

No. Sampel AMDK pH

1. AM 7,62

2. R8 7,70

3. 2T 8,01

4. HO 8,12

5. PL 8,15

6. AS 7,95

7. EV 8,25

Keterangan : nilai pH rata-rata dari 3 kali pengulangan. AM: air Amoz, R8: air Ron88, 2T: air 2Tang, HO: air HDO, PL: air Purelife, AS: air Aminsam, EV: air Evian

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa 7 sampel merek AMDK memiliki nilai pH yang berbeda-beda yaitu merek AM, R8, 2T, HO, PL, AS dan EV berturut- turut adalah 7,62; 7,70; 8,01; 8,12; 8,15; 7,95 dan 8,25. Dimana persyaratan menurut SNI (2015), nilai pH AMDK berada pada rentang 6,0-8,5 dan menurut Permenkes RI (2010), nilai pH air minum berada pada rentang 6,5-8,5. Maka, 7 sampel merek AMDK memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SNI dan Permenkes RI.

Nilai pH yang lebih rendah dari 6,0 berarti bersifat lebih asam untuk di konsumsi manusia dan bersifat korosif. Air yang bersifat asam dapat melepaskan logam dari pipa seperti Tembaga (Cu), Timbal (Pb) dan Seng (Zn) sehingga air

(46)

akan mengandung ketiga logam ini. Air yang bersifat asam dapat menyebabkan masalah estetika seperti air berasa logam atau asam dan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asidosis (WHO, 1997). Sedangkan nilai pH yang lebih tinggi dari 8,5 berarti air tersebut bersifat basa untuk dikonsumsi manusia. Air minum bersifat basa tidak langsung menyebabkan masalah kesehatan tetapi menyebabkan masalah estetika seperti rasa alkali (Permenkes RI, 2010). Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi (Mairizki, 2017).

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif

4.2.1 Kurva Kalibrasi Besi, Kadmium, Natrium, Seng dan Tembaga

Kurva kalibrasi besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar pada masing-masing panjang gelombang. Diperoleh persamaan regresi kurva kalibrasi yaitu Y = 0,0278X – 0,00031 untuk besi, Y = 0,000142X + 0,000002 untuk kadmium, Y = 0,30002X - 0,00577 untuk natrium, Y = 0,1216X + 0,0029 untuk seng dan Y = 0,0623X + 0,0019 untuk tembaga. Perhitungan persaman garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 8 - Lampiran 12. Kurva kalibrasi besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga dapat dilihat pada Gambar 4.1 sampai Gambar 4.5

Gambar 4.1Kurva Kalibrasi Besi 0,000

0,002 0,004 0,006 0,008 0,010 0,012 0,014

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

Abs

Cons. (ppm)

0.9997 Fe 248.3

(47)

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Kadmium

Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Natrium

0.9995 0,0

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0

Abs

Cons (ppm)

Na 589.0 0,0000

0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0

Abs

Cons. (ppb)

0.9993 Cd 228.8

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0

Abs

Cons. (ppm)

0.9994 Zn 213.9

(48)

Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Tembaga

Berdasarkan kurva kalibrasi diatas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) besi 0,9997, kadmium 0,9993, natrium 0,9995, seng 0,9994 dan tembaga 0,9990. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (konsentrasi) dan Y (absorbansi) (Ermer dan McB. Miller, 2005).

4.2.2 Kadar Besi, Kadmium, Natrium, Seng dan Tembaga dalam Sampel Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri serapan atom.

Konsentrasi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan regresi kurva kalibrasi larutan standar logam tersebut. Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14.

Analisis kemudian dilanjutkan dengan perhitungan statistik dengan distribusi t pada tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01). Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut di peroleh kesimpulan bahwa rata-rata kadar besi, kadmium, natrium, seng dan tembaga pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :

0,00 0,03 0,06 0,09 0,12 0,15 0,18

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

Abs

Cons. (ppm)

0,9990 Cu 324.8

(49)

Syarat (mg/L) WHO 0,3 0,003 Min. 20 Max 200 3 2,5

Permenkes 0,3 0,003 200 3 2

SNI 0,1 0,003 - - 0,5

Kadar Air Minum Dalam Kemasan (mg/L) EV 0,1221 ± 0,0126 - 41,64 ± 0,0256 - -

AS 0,1455 ± 0,0104 - 30,38 ± 0,0333 - -

PL 0,1359 ± 0,0138 - 34,05 ± 0,0296 - -

HO 0,1389 ± 0,0110 - 21,27 ± 0,0598 - -

2T 0,1582 ± 0,0088 - 35,61 ± 0,0430 - -

R8 0,1671 ± 0,0133 - 34,52 ± 0,5760 - -

AM 0,2734 ± 0,0132 - 28,64 ± 0,0456 - -

Logam Besi Kadmium Natrium Seng Tembaga

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Tabel 4.2 Kadar Besi, Kadmium, Natrium, Seng dan Tembaga pada Sampel Keterangan: Kadar rata-rata dari 6 kali pengulangan. AM: air Amoz, R8: air Ron88, 2T: air 2Tang, HO: air HDO, PL: air Purelife, AS: air aminsam, EV: ai r Evian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan selisih waktu antara proses kerja diperusahaan saat ini dengan proses kerja usulan dengan pendekatan peta tangan kiri dan tangan kanan diperoleh

Peserta wajib mengenakan pakaian Islami (menutup aurat) pada saat lomba. Peserta wajib membawa peralatan yang diperlukan. 30 menit sebelum lomba dimulai seluruh peserta

Seperti halnya perusahaan, pelanggan merupakan salah satu rantai nilai (value chain) terpenting dalam operasi bisnis koperasi. Pelanggan sangat menentukan profitabilitas

contoh, untuk menarik perhatian massa dengan melakukan berbagai acara yang menarik dan diminati oleh konsumen (donor darah, bantuan pendidikan, dll).Dengan demikian

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

[ [ [ [ 13 13 13 13 ]]]] Dari tabel dapat diketahui bahwa lama pemanasan akan menambah bilangan peroksida yang memiliki hubungan berbanding lurus, yaitu

Pada halaman pasang baru listrik, calon pelanggan yang ingin melakukan pemasangan baru listrik, cukup dengan mengisi formulir yang telah disediakan, dan menunggu

Setelah kamu mempelajari bab ini, kamu seharusnya telah memahami tentang menyajikan data ke bentuk tabel, diagram gambar batang dan lingkaran, menentukan rata-rata hitung dan