• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode latihan keterampilan (Driil) a. Pengertian Metode Latihan Keterampilan (Drill) Metode latihan (drill)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode latihan keterampilan (Driil) a. Pengertian Metode Latihan Keterampilan (Drill) Metode latihan (drill)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Metode latihan keterampilan (Driil)

a. Pengertian Metode Latihan Keterampilan (Drill)

Metode latihan (drill) yang disebut juga dengan training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini juga baik untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan (Djamarah, 2010: 95).

Mengajarkan kecakapan dengan metode latihan (drill), setiap guru harus mengetahui sifat kecakapan itu sendiri, seperti: kecakapan sebagai penyempurnaan dari pada suatu arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata. Kecakapan tersebut dikatakan benar, bila hanya menentukan hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai dengan situasi dan kondisi (Ramayulis, 2005: 281).

Proses pembelajaran metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena metode merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai, dan serasi untuk menyajikan suatu hal, sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui tentang metode mengajar. Nana Sudjana (2013:76) mengemukakan,bahwa metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran. Metode pembelajaran merupakan teknik yang digunakan di dalam proses belajar mengajar, jika suatu metode pembelajaran tepat digunakan maka hasil belajar pun akan lebih maksimal. Metode yang tepat menyebabkan anak berkonsentrasi dan nyaman dalam proses belajar mengajar, tetapi di dalam proses belajar mengajar guru diharapkan dapat

8

(2)

9

menyampaikan terlebih dahulu metode pembelajaran pada mata tertenutu karena setiap metode berbeda dengan setiap mata pelajaran.Dari uraian definisi metode mengajar, dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yanglebih tinggi dari apa yang dipelajari

Metode drill adalah metode dalam pengajaran dengan melatih peserta didik terhadap bahan yang sudah diajarkan/ berikan agar memiliki ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari (Sudjana, 1995:86).Adapun tujuan penggunaan metode drill adalah diharapkan agar siswa (Armai, 2002:175)

1. Memiliki ketrampilan moroeis/gerak, misalnya menghafal katakata, menulis, mempergunakan alat, membuat suatu bentuk, atau melaksanakan gerak dalam olah raga.

2. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagikan, menjumlah, tanda baca.

3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan, misalnya hubungan sebab akibat banyak hujan maka akan terjadi banjir, antara huruf dan bunyi.

4. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih baik teratur dan lebih teliti dalam mendorong ingatannya.

5. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam.

(3)

10

Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Sebelum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu dengan pemberian pengertian dasar.

2. Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan yang bersifat rutin dan otomatis.

3. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal ini dimungkinkan agar tidak membosankan siswa.

4. Maksud diadakannya latihan ulang harus memiliki tujuan yang lebih luas.

5. Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat menimbulkan motivasi belajar anak.

Metode drill dapat lebih maksimal jika dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kegiatan guru

1. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah beserta jawabannya.

2. Mengajukan pertanyaan secara lisan, tertulis, atau memberikan perintah untuk melakukan sesuatu.

3. Mendengarkan jawaban lisan atau memeriksa jawaban tertulis atau melihat gerakan yang dilakukan.

4. Mengajukan kembali berulang-ulang pertanyaan atau perintah yang telah diajukan dan didengar jawabannya.

b. Kegiatan murid

1. Mendengarkan baik-baik pertanyaan atau perintah yang diajukan guru kepadanya.

2. Menjawab secara lisan atau tertulis atau melakukan gerakan seperti yang diperintahkan.

(4)

11

3. Mengulang kembali jawaban atau gerakan sebanyak permintaan guru.

4. Mendengarkan pertanyaan atau perintah berikutnya.

Latihan yang praktis, mudah dilakukan serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin peserta didik dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna (Roestiyah, 1998: 125).

Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar peserta didik (Roestiyah, 1998: 126) :

1) Memiliki keterampilan motorik/ gerak.

2) Mengembangkan kecepatan intelek, seperti berhitung.

3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan lambang atau simbol didalam peta dll.

Nana Sudjana berpendapat bahwa prinsip dan petunjuk penggunaan metode Drill adalah (Sudjana, 2008: 87) :

1) Peserta didik harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.

2) Latihan untuk pertama kalinya hendaknya diagnosis, mulamula kurang berhasil kemudian diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.

3) Latihan tidak perlu lama asalkan sering dilaksanakan.

4) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik.

5) Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.

Sebagai metode yang diakui memiliki banyak kelebihan, juga tidak dapat disangkal bahwa metode latihan mempunyai kekurangan. Diantara kelebihan dan kekurangan metode Drill yaitu (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 2006: 96) :

(5)

12

b. Kelebihan Metode Drill

a) Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan (mesin permainan dan atlentik), dan terampil menggunakan alat olahraga.

b) Untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (symbol) dan sebagainya.

c) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan symbol, membaca peta, dan lain sebagainya.

d) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.

e) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memperlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.

f) Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.

Untuk keberhasilan dalam pelaksanaan teknik latihan (drill) dan praktek (practice).Menurut Sumiati dan Asra (2011:105) guru perlu memperhatikan Langkah-langkah atau prosedur yang akan disusun diantaranya:

1. Gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis, sesuatu yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak refleks saja, seperti: menghafal, menghitung, lari dan sebagainya.

2. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan. Sehingga mampu menyadarkan siswa akan kegunaan bagi kehidupannya saat sekarang ataupun di masa yang akan datang.

(6)

13

3. Guru perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat, kemudian diperhatikan kecepatan; agar siswa dapat melakukan kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan; juga perlu diperhatikan pula apakah respons siswa telah dilakukan dengan tepat dan cepat.

4. Guru memperhitungkan waktu atau masa latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan puda kesempatan yang lain. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan mengubah situasi dan kondisi sehingga menimbulkan optimismepada siswa dan kemungkinan rasa gembira itu bisa menghasilkan ketrampilan yang baik.

5. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan prosesproses yang esensialatau yang pokok atau inti sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang rendah atau tidak perlu kurang diperlukan.

6. Guru perlu memperhatikan perbedaan individual siswa. Sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing tersalurkan atau dikembangkan. Maka dalam pelaksanaan latihan guru perlu mengawasi dan memperhatikan latihan perseorangan. Dengan langkah-langkah itu diharapkan bahwa latihan akan betul-betul bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan itu. Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan praktek di sekolah.

c. Kelemahan metode Drill

a) Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa ke dalam penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.

b)Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c) Kadang-kadang latihan yang dilakukan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.

d) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.

e) Dapat menimbulkan verbalisme.

(7)

14

2. Kewirausahaaan

a. Pengertian Kewirausahaan

Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Prancis yaitu

”entreprende” yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin populer setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Suryana, 2010:24).

Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah suatu intangible culture, suatu kemampuan struktural non fisikal yang mampu menggerakkan sosok fisikal.

Kewirausahaan mengkombinasikan 4 (empat) faktor produksi yaitu land, labour, capital, dan skill (Sumarsono, 2010 : 3).

Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar (Zimmerer, 2008: 36).

Kewirausahaan adalah suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kemakmuran bagi individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat (Winarto, 2004 : 2).

Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Kasmir, 2013: 20)

Masykur Wiratmo dalam buku Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis mengungkapkan definisi kewirausahaan sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul risiko finansial, psikologi, dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa finansial dan kepuasan pribadi (Winarno, 2011: 8).

1. Motif Berprestasi Tinggi

Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi (Suryana, 2003 : 32).

(8)

15

Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya.Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbulpada dirinya.

b. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.

c. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.

d. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.

e. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. Jika tugas yang diembannya sangat ringan.maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pecapaian keberhasilan sangat rendah. (Suryana, 2003:

33-34)

2. Selalu Perspektif

Seorang wirausaha hendaknya seorang yang mampu menatap depan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan.

Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya ( Suryana, 2003: 23).

3. Memiliki Kreatifitas Tinggi

Kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari asalnya tidak ada (Suryana, 2003: 24)

Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian yaitu : a. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.

(9)

16

b. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.

c. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.

4. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi

Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang. Fakta sejarah menunjukkan kepada kita bahwa para wirausaha yang paling berhasil sekalipun pada dasarnya adalah manusia biasa.

5. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab

Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatiannya pada usaha yang akan digelutinya, di dalam menjalankan usaha tersebut wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang menggebu-gebu dan menyala-nyala dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada di pasar.

Tanpa usaha yang sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang digeluti maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu pentng sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya, serta memiliki etos keja dan tanggung jawab yang baik.

6. Mandiri atau Tidak Ketergantungan

Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempuyai kemampuan kreatif dalam mengembangkan ide dan pikirannya terutama dalam menciptakan peluang usaha dalam pikrannya, dia dapat mandiri dalam usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain. Seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada di sekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberkan kepuasan kepada konsumen.

(10)

17

7. Berani Mengambil Resiko

Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitugan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian resiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan obyektif, dan merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatannya.

7. Selalu Mencari Peluang

Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut.

8.Memiliki Jiwa Kepemimpinan

Wirausahawan yang berhasil juga merupakan pemimpin yang berhasil.

Dikatakan sebagai pemimpin karena mereka harus mencari peluang-peluang, mengumpulkan sumber daya (bahan, manusia,teknologi,dan modal) yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan, menentukan tujuan, baik untuk mereka sendiri maupun untuk orang lain, dan memimpin serta membimbing orang lain untuk mencapai tujuan.

9. Memiliki Kemampuan Manajerial

Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk managerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengkoordinasikan usaha, mengelola usaha dan sumer daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaannya yang kesemuannya itu adalah merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan eberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan usaha yang diperoleh (Suryana, 2003 : 14-15).

(11)

18

Pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan manusia Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif untuk menjalankan usahanya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila (Soemanto, 2006: 87).

Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan “Entrepreneurship”, dapat diartikan sebagai “the backbone of economy”, yang adalah syaraf pusat perekonomian atau pengendali perekonomian suatu bangsa. Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

Menurut Marzuki Usman (2006;36), pengertian wirausahawan dalam konteks manajemen adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya, seperti finansial, bahan mentah dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi ataupun pengembangan organisasi. Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha.Sedangkan menurut Sri Edi Swasono (2001:21) dalam konteks bisnis, wirausahawan adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Wirausahawan adalah pionir dalam bisnis, inovator, penanggung resiko, yang memiliki visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha ( Sumarsono, 2009:19).

Menurut Thomas Zimmerer dan Norman M. Scarborough dalam Riant Nugroho (2009:21), entrepreneur ( wirausaha ) sebagai seorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai

(12)

19

keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan memnggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup(Sumarsono, 2009:31).Adapun karakteristik wirausaha yang berhasil adalah sebagai berikut :

1. Inisiatif, yaitu melakukan sesuatu sebelum diminta atau terdesak keadaan.

2. Asertif, yaitu menghadapi masalah secara langsung dengan orang lain.

Meminta orang lain mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan.

3. Melihat dan bertindak berdasarkan peluang, yaitu menangkap peluang khusus untuk memulai bisnis baru, mencari dukungan keuangan, lahan, ruang kerja dan bimbingan

4. Orientasi efisiensi, yaitu mencari dan menemukan cara untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat atau dengan lebih sedikit biaya.

5. Perhatian pekerjaan dengan kualitas tinggi, yaitu keinginan untjuk menghasilkan atau memasarkan produk atau jasa dengan kualitas tinggi.

6. Perencanaan yang sistematis, yaitu menguraikan pekerjaan yang besar menjadi tugas-tugas atau sasaran-sasaran kecil, mengantisipasi hambatan dan menilai alternative.

7. Pemantauan, yaitu mengembangkan atau menggunakan prosedur untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan atau sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.

8. Komitmen terhadap pekerjaan, yaitu melakukan pengorbanan pribadi atau bisnis yang luar biasa untuk menyelesaikan pekerjaan. Menyingsingkan lengan bersama karyawan dan bekerja di tempat karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan.

9. Menyadari pentingnya dasar-dasar hubungan bisnis, yaitu melakukan tindakan agar tetap memiliki hubungan dekat dengan pelanggan. Memandang pribadi sebagai sumber bisnis. Menempatkan jasa baik jangka panjang di atas keuntungan jangka pendek (Riant Nugroho, 2009:45)

(13)

20

b. Karakteristik kewirausahaan.

Karakteristik kewirausahaan merupakan bagian dari pendidikan kecakapan hidup (life skills). Life skills dalam pendidikan kewirausahaan adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh siswa sehingga mereka dapat hidup mandiri sebagai wirausahawan. Maka empat prinsip penting dalam menjalankan pembelajaran kewirausahaan sebagai life skills tidak boleh ditinggalkan, yaitu Learning to know (belajar untuk mengetahui kewirausahaan), learning to do (belajar untuk melakukan kegiatan wirausaha), learning to be (belajar untuk mempraktekkan kegiatan wirausaha), learning to live together (belajar untuk bersama dengan yang lain dalam interaksi sosial dalam berwirausaha). Belajar kewirausahaan bukan hanya sekedar mengajari bagaimana siswa dapat membuat kemudian menjual, melainkan memberikan pengalaman dan kecakapan langsung bagaimana merancang dan mengelola sebuah usaha secara utuh (Anonim, 2009:12)

Pelaksanaan life skill kewirausahaan di SMK dapat dilaksanakan melalui pendekatan :1). reorientasi pembelajaran, 2). pengembangan budaya sekolah, pengembangan manajemen sekolah dan hubungan sinergis dengan masyarakat.Melalui reorientasi pembelajaran pada prinsipnya bagaimana mensiasati kurikulum yang berlaku agar kewirausahaan dapat ditumbuhkan secara terprogram. yaitu dengan mengkaitkan topik diklat dengan karakteristik wirausahaakan mendorong pembelajaran lebih kontekstual dengan kehidupan bermasyarakat dan realistik, karena itulah memang yang diperlukan ketika siswa bekerja di masyarakat. dalam kaitanya dengan pengembangan budaya sekolah, pembelajaran kewirausahaan di sekolah perlu diaitkan dengan sikap dan perilaku seperti : disiplin diri, tanggung jawab, kerjakeras, semangat untuk belajar dan menemukan cara kerja yang lebih baik, peduli lingkungan dan lain sebagainya.

Dengan demikian warga sekolah harus memahami hal-hal tersebut, kemudian menjadikannya sebagai nilai-nilai kehidupan dan mewujudkanya dalam perilaku keseharian.

Jika sikap-sikap tersebut menjadi nilai kehidupan dan terwujud dalam kehidupan keseharian di sekolah, secara bertahap akan diikuti oleh siswa dan pada

(14)

21

akhirnya menjadi kebiasaan sehari-hari. Dengan demikian jika siswa ingin menumbuhkan sikap wirausaha, maka perilaku tersebut harus menjadi bagian dari budaya sekolah.Artinya dalam pengelolaan sumber daya, sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip wirausaha.dalam hal manajemen sekolah, rintisan unit produksi pada SMK perlu dikembangkan.Unti produksi diharapkan dapat menjadi pemicu berkembangnya iklim kewirausahaan di sekolah. Bekerjasama dengan instansi atau unit kerja lain di luar sekolah perlu dikembangkan, untuk wahana belajar para pengelola unit produksi, sekaligus belajar bersinergi dengan unit usaha atau orang lain (Anonim, 2003:28).

c. Pola pembelajaran kewirausahaan.

Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang perlu dipelajari.

Kemampuan seseorang dalam berwirausaha, dapat dimatangkan melalui proses pendidikan. Seseorang yang menjadi wirausahawan adalah mereka yang mengenal potensi dirinya dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya. Adapun pola pembelajaran kewirausahaan adalah :

1. Pembukaan Wawasan, dilakukan melalui kegiatan seperti: ceramah, diskusi, mengundang lulusan SMK yang berhasil, mengundang wirausahawan yang berada di sekitar sekolah agar menceritakan keberhasilan dan kegagalan yang pernah mereka alami atau mengunjungi perusahaan, melalui pengamatan langsung melalui pemagangan atau studi banding.

2. Penanaman Sikap, penanaman sikap dilakukan melalui pembiasaan dan pemberanian melakukan sesuatu. Kadang-kadang harus melalui “tekanan”,

“keterpaksaan” dalam arti positif antara lain dengan cara pemberian batas waktu (deadline)

3.Pembekalan Teknis, bertujuan memberi bekal teknis dan bermanfaat bagi perjalanan hidup anak didik, bukan ilmu yang muluk-muluk

(15)

22

4.Pembekalan pengalaman awal, bertujuan mendorong anak didik berani

“melangkah”, merasakan kenikmatan keberhasilan dan belajar dari pahitnya kegagalan (Sumarsono, 2009:34 ).

Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan.Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan.Kewirausahaan pada dasarnya merupakan nilai-nilai kehidupan.

Pandangan Freeman But dalam bukunya Cultural History Of Western Education yang dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai.

Nilai-nilai yang akan ditransformasikan dalam pendidikan mencakup nilai- nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni, dan nilai keterampilan. Terkait dengan karakter wirausaha, nilai-nilai yang perlu ditransformasikan dalam pendidikan khususnya pendidikan non formal antara lain: kejujuran, kedisiplinan, Nilai-nilai yang ditransformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka, disinilah pendidikan akan berlangsung dalam kehidupan( Anonim, 2009:21)

Agar proses transformasi tersebut berjalan lancar, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan, antara lain :

1. Adanya hubungan edukatif yang baik antara pendidik dan terdidik. Hubungan edukatif ini dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang diliputi kasih sayang, sehingga terjadi hubungan yang didasarkan atas kewibawaan. Hubungan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik merupakan hubungan antara subyek dan subyek.

2. Adanya metode pendidikan yang sesuai. Sesuai dengan kemampuan pendidik, materi, kondisi peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kondisi lingkungan di mana pendidikan tersebut berlangsung.

(16)

23

3. Adanya sarana dan perlengkapan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhuan.

Sarana tersebut harus didasarkan atas pengabdian pada peserta didik, harus sesuai dengan stiap nilai yang ditransformasikan.

Adanya suasana yang memadai, sehingga proses transformasi nilai-nilai tersebut berjalan wajar, serta dalam suasana yang menyenangkan. Adapun beberapa nilai kewirausahaan yang perlu mendapat perhatian dalam program pendidikan antara lain: kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, kesesuaian, setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati. (Prasetyo, 2009:87)

Kreativitas adalah suatu sikap, yaitu kemauan untuk menerima perubahan dan pembaharuan, bermain dengan ide dan memiliki fleksibilitas dalam pandangan. Kreativitas adalah suatu proses, yaitu proses bekerja keras dan terus menerus sedikit demi sedikit untuk membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaan yang dilakukan (Hamdani, 2002: 2)

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombiasi baru/melihat hubungan-hubungan baru di antara unsur data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Indayati, 2002: 13)

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada (Rachmawati, 2010: 11)

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah dihasilkan maupun telah disampaikan. (Alma, 2007: 70)

3. Kreativitas

a. Pengertian kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat

(17)

24

diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009

)

Kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal dibanding dengan kebanyakan orang lain (Purwanto, 2003: 514).

Kreativitas merupakan salah satu bentuk transfer karena melibatkan aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah diketahui sebelumnya kepada situasi yang baru (Latipah, 2012: 121).

Kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru dan lebih baik (West, 2000: 14).Dari beberapa pengertian diatas mengenai kreativitas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah membuat sesuatu yang belum pernah terpikirkan oleh orang lain dan membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada.

Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009:13), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:

a. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)Menurut Roger (dalam Munandar, 2009:13) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya.

Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009:56). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002:76), kondisi internal (interalpress) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:

1) Keterbukaan terhadap pengalamanKeterbukaan terhadap pengalamanadalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalamanhidupnya

(18)

25

sendiri dengan menerima apa adanya, tanpaada usaha defense, tanpakekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.

2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation) Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaanseseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinanmasukan dan kritikan dari orang lain.

3) Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.

Merupakan kemampuan untuk membentuk kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik) Munandar (2009:23) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan- kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009:23) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:

1. Keamanan psikologisKeamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:

a. Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.

b. Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.

(19)

26

c. Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.

2. Kebebasan psikologis Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.Munandar (dalam Zulkarnain, 2002:45) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupakemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi denganlingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi)dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri,berani mengambil resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam Zulkarnain, 2002:12).

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yang menurut Hurlock (1993) yaitu:

a. Jenis kelamin Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak.

Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

b. Status sosial ekonomi Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

c. Urutan kelahiranAnak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah,lahir belakangan dan anak tunggal mungkin

(20)

27

memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

d. Ukuran keluarga Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar.Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

e. Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari pada anak lingkungan pedesaan.

f. InteligensiSetiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai, mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut. Menurut Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya:

1. Tahap prekonvensional(Preconventional phase)

Tahap ini terjadi pada usia 6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.

2. Tahap konvensional (Conventional phase)

Tahap ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.

3. Tahap poskonvensional(Postconventional phase)

Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan

(21)

28

dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.

b. Ciri-ciri kreativitas

Agar potensi kreatif bisa tumbuh dengan optimal, maka pendidik perlu mengetahui ciri-ciri kreativitas yang biasanya diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:

1) Ciri-ciri kognitif (aptitude)

Ciri-ciri kognitif adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berfikir.

Ciri-ciri kognitif ini antara lain kelancaran dalam berfikir, kelenturan dalam berfikir, berfikir orisinil, elaborasi dan keterampilan untuk mengevaluasi (Nashori, 2002: 43-49).

a) Kelancaran dalam berfikir (fluency) yaitu kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelasaian masalah atau pertanyaan dengan lancar. Kelancaran dalam berfikir ini meliputi:

1. Word Fluency yaitu kemampuan untuk sebanyak mungkin untuk menuliskan atau mengucapkan kata-kata.

2. Associational Fluency. Adalah kemampuan untuk menemukan sebanyak mungkin sinonim kata dalam waktu tertentu.

3. Expressional Fluency, yaitu kemampuan untuk membuat kalimat sebanyak mungkin yang mengandung ekspresi tertentu.

4. Ideational Fluency, yaitu kemampuan untuk menemukan berbagai ide mengenai benda-benda tertentu dengan sifat tertentu (Seto, 2004: 20).

b). Kelenturan dalam berfikir (flexibility).

Yaitu kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan dan cara kerja yang tidak jalan.

c). Berfikir orisinil (originality)

Yaitu kemampuan seseorang untuk memproduksi ide, gagasan, jawaban, pemecahan masalah baru dengan orisinil (belum ada sebelumnya). Ide atau gagasan tersebut biasanya unik (lain dari yang lain), tidak lazim, mengejutkan dan tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.

(22)

29

d). Elaborasi

Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan gagasan,menambahkan atau merinci detail-detail suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

e). Keterampilan menilai / mengevaluasi.

Yaitu kemampuan untuk menentukan patokan nilai sendiri, sehingga dengan patokan nilai ini, ia dapat memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri, menentukan pendapat sendiri, bisa mempertahankannya, dan mempunyai alasan yang bisa dipertanggung jawabkan.

2). Ciri-ciri afektif (non aptitude)

Ciri-ciri afektif adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap, perasaan,dan motivasi. Ciri-ciri ini antara lain:

a) Rasa ingin tahu. Orang yang kreatif selalu terdorong untukmengetahui banyak hal. Dalam hal ini orang kreatif selalumempertanyakan segala sesuatu, selalu memperhatikan orang, obyekdan situasi, dan menggunakan semua panca inderanya untukmengenal.

b) Mempunyai imajinasi tinggi. Orang yang kreatif mampu B. Kajian yang Relevan

Untuk menunjukan keunikan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian terdahulu maka penulis akan menyajikan penelitian berdasarkan kajian penelitian yang relevan yang berkaitan dengan Penerapan metode latihan keterampilan pada Mata Pelajaran kewirausahaan dan implikasinya terhadap kreatifitas siswaSMK Negeri 1 Cirebonyaitu sebagai berikut:

1. Citra Komala. 2012.Pengaruh Mata Pelajaran Aplikasi Kewirausahaan Terhadap kecakapan hidup (Life Skill))Siswa Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.Cirebon: IAIN Syekh NurjatiCirebon.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang : keterampilan siswasebelum mengambil Mata kuliah kewirausahaan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, keterampilansiswa setelah mengambil Mata

(23)

30

Pelajaran kewirausahaan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon danpengaruh Mata kuliah aplikasi kewirausahaan terhadap keterampilan siswa di IAIN SyekhNurjati Cirebon.Perbedaan skripsi terdahulu terletak pada objek kajian, yaitu bila pada kajian terdahulu objeknya adalah mahasiswa maka yang penulis teliti saat ini adalah siswa. Lalu perbedaan yang lain terletak pada tujuan, penulis terdahulu lebih berfokus pada keterampilan, sedangkan pada penelitian ini adalah hasil dari latihan keterampilan yaitu kreativitas. Adapun persamaan penelitian terdahulu adalah penerapan metode terhadap mata pelajaran kewirausahaan

2. Komang Trisna Kusuma Dewi, I Made Yudana, Nyoman Dantes. 2013.

Kontribusi Minat Kewirausahaan, Kreativitas, Dan Persepsi Tentang Pasar Kerja Non Formal Terhadap Hasil Belajar Praktek Siswa Program Keahlian Tata Busana Pada Smk Negeri 3 Dan 4 Denpasar Tahun 2012. Denpasar:

Universitas Pendidikan Ganesha.Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada subjeknya, penelitian terdahulu berfokus pada siswa, sedangkan penelitian ini berfokus pada guru.Perbedaan selanjutnya pada variable independent, jika penelitian terdahulu adalah minat, penelitian ini adalah metode pembelajaran latihan keterampilan (drill).

3. Yunita Widyaning Astiti. 2014. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Dan Keterampilan Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta:

Universitas Negeri YogyakartaPerbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak pada tujuannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode latihan keterampilan diterapkan pada mata pelajaran kewirausahaan.

C. Kerangka pemikiran

Proses belajar mengajar merupakan proses yang terpenting karena darisinilah terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. Di sini pula campur tangan langsung antara pendidik dan peserta didik berlangsung sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa

(24)

31

perubahan hanya akan terjadi jika terjadi perubahan perilaku pendidik dan peserta didik. Dengan demikian posisi pengajar dan peserta didik memiliki posisi strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran (Surakhmad, 2000: 31).

Pendidikan kewirausahaan belum mencakup keseluruh jenjang pendidikan, padahal untuk menanamkan karakter mandiriperlu diajarkan sejak dini. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) cenderunghanya menyiapkan lulusan yang siap untuk bekerja dan masuk dalam sebuahperusahaan, belum sepenuhnya menyiapkan siswa agar mampu menciptakanlapangan kerja sendiri guna mengurangi pengangguran yang terus meningkat.Asumsinya sederhana, kewirausahaan pada dasarnya adalahkemandirian, terutama kemandirian ekonomis dan kemandirian adalahkeberdayaan. (Nanih Macherdawati dan Agus Ahmad Safei,2001 : 47).

Menurut Hasuti (2011) dalam penelitiannya permasalahan yang sering timbul pada proses pembelajaran kewirausahaan bahwa guru masih belum menggunakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran, selain itu tidak sedikit bahwa orang yang berwirausaha sama dengan tidak memiliki masa depan yang pasti, sementara itu dengan bekerja di perusahaan mereka yakin bahwa masa depan sudah pasti, apalagi menjadi pegawai negeri. Selain itu kenyataannya di masyarakat bahwa terjadi kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Dalam rangka pengembangan pembelajaran kewirausahaan agar lebihfungsional dan terintegrasi dengan berbagai bidang keilmuan lainnya, makaterdapat berbagai bidang yang seyogianya mendapat perhatian, yaitu:pertama, untuk menjawab tantangan masa depan, kreativitas dan daya inovatifdiperlukan agar suatu bangsa bukan hanya sekedar manjadi konsumen IPTEK,konsumen budaya, maupun penerima nilai-nilai dari luar secara pasif,melainkan memiliki keunggulan kompetitif dalam hal penguasaan IPTEK.Oleh karenanya, sikap, motivasi, dan kreativitas perlu dikembangkan melaluipenciptaan situasi proses belajar mengajar yang dinamis di mana pengajarmendorong vitalitas dan kreativitas peserta didik untuk mengembangkan diri.

(25)

32

Metode Drill (latihan) Mata Pelajaran Kewirausahaan

Kreativitas Kedua, peserta didik akan dapat mengembangkan daya kreativitasnya apabilaproses belajar mengajar dilaksanakan secara terprogram, sistemis dansistematis, serta ditopang oleh ketersediaan sarana dan prasarana yangmemadai.Ketiga, dalam proses pengembangan kematangan intelektualnya,peserta didik perlu dipacu kemampuan berfikirnya secara logis dan sistematis.Dalam proses belajar mengajar, pengajar harus memberi arahan yang jelasagar peserta didik dapat memecahkan suatu persoalan secara logis dan ilmiah.

Keempat, peserta didik harus diberi internalisasi dan keteladanan, dimana Penerapan metode pembelajaran Drill (latihan) adalah baikkarena peserta didik dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka tidak merasakan kebosanan selain itu pesertadidik juga dapat mengaktualisasikan kreativitasnya, mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Fenomena inidalam hal-hal tertentu dapat membentuk semangat loyalitas, toleransi, dankemampuan adaptabilitas yang tinggi. Dalam pendekatan ini perludiselaraskan dengan kegiatan proses belajar mengajar yang memberi peluangkepada mereka untuk berprakarsa secara dinamis dan kreatif. Oleh karena itu,diperlukan kinerja guru yang mendukung pencapaian kualitas tersebut. (Slamet, 1995: 5).

Bagan I

Kerangka pemikiran.

Referensi

Dokumen terkait

Pelajaran dua belas ini adalah menemukan satu tanda yang berbeda setiap. baris (tanda 1

berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus. melalui latihan dan

Menurut Jati (2016:24) Dalam pelaksanaannya, para Taekwondoin Sekolah Taekwondo Subang (STS) masih menggunakan model latihan konvensional. Latihan yang dilakukan hanya

a) Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar

1) Strategi PQ4R, sangat tepat digunakan untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat deklaratif berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah dab pengetauan penalaran

Fungsi mata pelajaran fiqih adalah digunakan untuk memberikan pengetahuan syari‟at islam, meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan pembiasaan yang berkaitan dengan

Tidaklah cukup hanya dengan menemukan tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan standar atau prosedur, namun perlu melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya