• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Taekwondo

Taekwondo atau juga dieja Tae Kwon Do atau Taekwon-Do adalah olahraga bela diri asal Korea dan menjadi olahraga nasional Korea.

Olahraga ini populer di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan banyaknya kejuaraan-kejuaraan Taekwondo yang diselenggarakan hampir diseluruh pelosok Indonesia. Seni bela diri Taekwondo ini, kini banyak sekali dipertontonkan baik dalam lingkup kejuaraan antar Club, PORPROV, PON, bahkan di kejuaraan dunia. Mengenai Olahraga Taekwondo,(Suhaeri, 2019; Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara, 2019) memaparkan bahwa :

“Taekwondo adalah seni beladiri asal korea, Tae berarti “menendang atau menghancurkan dengan kaki”; Kwon berarti “tinju”; dan Do berarti “jalan atau seni”. Jadi dapat disimpulkan Taekwondo sebagai “Cara mendisiplinkan diri/seni bela diri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong untuk menaklukan lawannya”.

Dari penjelasan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa Taekwondo adalah cabang olahraga bela diri yang menitik beratkan pada kedisiplinan diri, dimana pada pelaksanaannya, cara cara untuk menaklukkan lawannya adalah dengan cara menggunakan gerakan kaki untuk menendang dan tangan kosong untuk memukul.

Menurut sejarah Taekwondo berkembang sejak tahun 37 M. Pada masa dinasti Kogooryo di Korea. Masyarakat pada waktu itu menyebutnya dengan nama Subak, Taekkyon, Taeyon. Pada saat Korea merdeka pada tahun 1945,

(2)

rakyatnya berusaha mengembangkan seni bela diri tradisional Korea yaitu Taekwondo, sehingga dapat diterima dan berkembang pesat di seluruh dunia.

Taekwondo di Indonesia menjadi lebih populer sejak dipromosikan secara besar-besaran oleh Saseong Nim Daxon Joetandi (Dan VII Kukkiwon), seorang bankir profesional yang terkenal sebagai pemegang sabuk hitam termuda di Indonesia sejak berumur 7 tahun. Seiring berjannya waktu, kini Taekwondo menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di berbagai event di Indonesia baik tingkat daerah maupun tingkat nasional.

Pada tahun 1982 Taekwondo menjadi cabang olahraga resmi pada PON ke XI tahun 1985 di Jakarta. Di dunia Internasional, tepatnya pada Olimpiade tahun 1996 di Atlanta Amerika resmi dipertandingkan, setelah sebelumnya pada tahun 1992 di Barcelona Spanyol diperkenalkan hanya sebagai eksebisi.

Dengan mulai masuknya Taekwondo pada PON tersebut, Indonesia lebih serius mempersiapkan atletnya untuk kejuaraan di tingkat yang lebih tinggi.

Beberapa atlet Indonesia yang berjaya di event Internasional tersebut di antaranya:

Rahmi Kurnia, Yefi Triaji, Dick Richard, Budi setiawan, dan lainnya di masa tahun1986-1993. Pada generasi berikutnya, Yuana Wangsa Putri yang mewakili Indonesia di Olympics Games 2000 Sydney. Di tahun yang sama, Ika Dian Fitria yang berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Yunior. Tahun 2001-2011, Siska Permata Sari, Merry Wandra, Fransisca Valentine, Rizal Samsir, Basuki Nugroho, dan masih banyak lagi generasi Taekwondo yang menorehkan prestasi dan menjadi kebanggaan untuk Indonesia.

(3)

Pada impelmentasinya cabang olahraga bela diri Taekwondo ini lebih menekankan pada tendangan yang dilakukan dengan mengefektifkan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar dengan didukung oleh daya tahan, kekuatan, dan kecepatan untuk melumpuhkan lawannya.

Seperti cabang olahraga bela diri lainnya, terdapat beberapa materi latihan dalam cabang olahraga bela diri Taekwondo.

Ada 3 (tiga) materi latihan dasar dalam Taekwondo, Suhaeri (2019) memaparkan mengenai 3 materi latihan dasar sebagai berikut:

4. Poomsae atau rangkaian jurus, adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti diagram tertentu. Setiap diagram rangkaian gerakan poomsae didasari oleh filosofi timur yang menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa korea.

5. Kyokpa atau teknik pemecahan, adalah latihan teknik dengan memakai sasaran/objek benda mati, untuk mengukur kemampuan dan ketepatan tekniknya. Obyek sasaran biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata, genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan.

6. Kyorugi atau pertarungan, adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomsae, dimana dua orang bertarung saling mempraktekkan teknik serangan dan juga teknik pertahanan kaki.

Dari ke 3 materi tersebut, hanya Kyorugi dan Poomsae yang dipertandingkan, seperti yang diungkapkan oleh Rarasti dan Heri (2019), bahwa

“Dalam bela diri taekwondo yang sering dipertandingkan adalah kategori Poomsae dan Kyorugi.”

B. Teknik Dasar Taekwondo

Teknik dasar merupakan salah satu pondasi dan sangatlah penting untuk dikuasai oleh seorang Taekwondoin. Dalam cabang olahraga Taekwondo, ada beberapa teknik dasar yang harus dipelajari, dilatih dan dikuasai.

(4)

Suhaeri (2019), memaparkan mengenai teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang Taekwondoin.

Pukulan :

1. Yeop Jireugi = Pukulan Samping

2. Chi Jireugi = Pukulan Dari Bawah Keatas 3. Dolryeo Jireugi = Pukulan Mengait

4. Pyojeok Jireugi = Pukulan dengan Sasaran

5. Momtong Jireugi = Pukulan Mengarah ke Tengah (Pukulan Mengarah ke Ulu Hati)

6. Are Jireugi = Pukulan ke bawah

7. Oreon Jireugi = Pukulan Dengan Tangan Kanan Yang Dilakukan Sambil Menendang (ap chagi)

8. Eolgol Jireugi = Pukulan ke Atas (kulan Mengarah ke Kepala) 9. Hengek = Menunduk

10. Ap Joonbi = Siap

11. Tumbuh Jireugi = Tumbuh Noh Tendangan :

1. Ap Chagi = Tendangan depan ke arah perut menggunakan kaki depan 2. Dollyo Chagi = Tendangan dari arah samping

3. Yeop Chagi = Tendangan samping menggunakan pisau kaki 4. Dwi Chagi = Tendangan belakang

5. Twieo Dwi Chagi = Tendangan belakang yang dilakukan sambil melompat 6. Twieo Yeop Chagi = Tendangan samping yang dilakukan sambil

melompat

7. Goley/nare chagi = Tendangan ganda

8. Sip Chagi An Chagi = Tendangan yang dilakukan sambil melompat dan tangkisan aremaki

9. Penriyti Chagi = Tendangan keliling.

10. Dwi Hurigi = Tendangan berputar melalui belakang.

11. Del’o chigi = Tendangan mencangkul ke arah kepala menggunakan tumit Tangkisan :

1. Aremagi = Tangkisan ke arah bawah untuk menangkis tendangan 2. Eolgol Ceceumaki = Tangkisan ke arah kepala

3. Bakat Momtong Bakat Magi = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian dalam lengan bawah.

4. Bakat Momtong An Magi = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian luar lengan bawah.

5. An Magi = tangkisan dari arah luar.

6. Bina Magi an magi = tangkisan yang dimulai dari lengan bawah dan saat masuk ke dalam harus melalui lengan atas.

7. An palmok montong bakat magi = tangkisan ke arah lengan bawah 8. Momtong An Makki (tangkisan ke tengah dari luar ke dalam) 9. Momtong Bakkat Makki (tangkisan ke tengah dari dalam ke luar) 10. Sonnal Momtong Makki (tangkisan ke tengah dengan pisau tangan)

11. Batang Son Momtong An Makki (tangkisan ke tengah dari luar dengan bantalan telapak tangan)

(5)

12. Kawi Makki (tangkisan menggunting)

13. Sonnal Bitureo Makki (tangkisan melintir dengan satu pisau tangan) 14. Hecho Makki (tangkisan ganda ke luar)

15. Eotgoreo Arae Makki (tangkisan silang ke arah bawah)

16. Wesanteul Makki (tangkisan ganda memotong arah bawah dan ke luar

Semua teknik dasar tersebut haruslah dikuasai dengan baik dan benar oleh seorang Taekwondoin guna mengefektifkan dan mengefisienkan setiap gerakan yang diakukan, terutama ketika taekwondoin tersebut bertanding. Tanpa menguasai teknik-teknik dasar tersebut, maka mustahil prestasi akan dapat di raih oleh seorang Taekwondoin.

C. Kyorugi

Taekwondo, ilmu beladiri yang berasal dari Korea yang mengutamakan ketahanan, kecepatan, fisik dan kekuatan mental. Perkelahian bebas (sparring) arau di dalam bahasa Korea disebut kyorugi berasal dari akar kata kyoruda yang berarti adu kekuatan fisik dan mental. Kyorugi merupakan salah satu nomor yang dipertandingkan dalam cabang olahraga Taekwondo dengan cara memadukan teknik dan strategi untuk menjatuhkan lawan atau mendapatkan poin sebanyak- banyaknya untuk mendapatkan kemenangan melalui sebuah pertarungan. Hal ini senada dengan pendapat Awaludin dalam Jati (2016 : 9) bahwa : “Kyorugi adalah pertarungan antara dua orang Taekwondoin dimana mereka saling menyerang dan bertahan untuk menjatuhkan lawannya dengan menggunakan teknik-teknik tendangan maupun pukulan yang diajarkan di Taekwondo”.

Pada nomor pertandingan Kyorugi, system pertandingan yang biasa dipergunakan lebih banyak menggunakan sistem gugur daripada sistem bertemu.

(6)

hal ini dikarenakan dengan menggunkan sistem gugur ini dapat menghemat waktu pertandingan dalam sustu kejuaraan.

Dalam pelaksanaannya, pada nomor Kyorugi ini, para Taekwondoin lebih mengandalkan teknik tendangan dibandingkan dengan teknik yang lainnya yang dipadukan dengan taktik atau strategi menyerang dan bertahan untuk memenangkan perandingan. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan teknik tendangan poin yang di dapat lebih besar dibandingkan dengan poin yang didapat jika menggunakan pukulan.

Untuk menjadi seorang atlet Taekwondoin pada nomor kyorugi, selain teknik dan taktik dibutuhkan kondisi fisik dan mental yang baik. Beberapa komponen fisik yang penting untuk dimiliki oleh seorang Taekwondoin adalah : kelenturan, daya tahan, kekuatan, kecepatan gerak (speed, agility, dan quicknes), serta power. Dengan menguasai teknik gerakan yang baik dan benar dan didukung oleh komponen fisik tersebut diatas, maka Taekwondoin akan lebih mudah untuk meraih prestasi.

Pada pelaksanaan sebuah pertandingan Kyorugi, ada peraturan yang harus difahami oleh para Taekwondoin. Mengenai aturan-aturan tersebut, Resti (2021) memaparkan:

Aturan-aturan dalam kyorugi adalah seperti berikut ini;

1. Pertandingan diselanggaran dengan aturan dari World Taekwondo Federation.

2. Pertandingan dilakukan dengan sistem gugur (single elimination tournament system).

3. Untuk kyorugi, minimal jumlah pesertanya ada 4 orang.

4. Pesertanya paling tidak sudah harus meraih sabuk hijau.

5. Panitianya tidak akan menerima atau merespon protes peserta.

6. Aturan yang lainnya disesuaikan dengan kondisi lapangan dan panitia penyelenggara.

(7)

Selain peraturan di atas, saat pertandingan atlet dan pelatih harus mempergunakan teknik yang diijinkan, serta mengetahui perkenaan area nilai yang sah, larangan dan hukuman. Adapun dasar-dasar penilaian suatu pertandingan Kyorugi, berdasarkan World Taekwondo Federation (2019), sebagai berikut:

Teknik yang diijinkan

1. Teknik Tangan, melancarkan pukulan dalam jarak yang rapat dan tepat.

2. Teknik Kaki, melancarkan tendangan dengan bagian kaki di bawah mata kaki.

Area serangan yang diijinkan

1. Pelindung badan, menyerang dengan teknik tangan maupun kaki ke area yang terlindung pelindung badan diijinkan, kecuali ke arah tulang belakang.

2. Muka dan kepala, termasuk kedua telinga dan belakang kepala, hanya teknik kaki yang diijinkan untuk menyerang area kepala.

Tindakan yang dilarang di dalam Kyorugi

Tindakan yang dilarang yang akan mendapatkan “Kyong-go” (pengurangan Nilai 0,5)

1. Melewati garis batas arena pertandingan.

2. Menghindar dan menunda pertandingan.

3. Jatuh atau menjatuhkan diri.

4. Memegang, menahan atau mendorong lawan.

5. Menyerang di bawah pinggang.

6. Menyerang dengan lutut.

7. Menyerang muka/kepala lawan dengan tangan.

8. Sikap yang tidak patut, baik oleh atlet maupun pelatihnya.

9. Mengangkat lutut, untuk menghindari maupun menghambat serangan yang sah.

Tindakan terlarang yang akan mendapatkan “Gam-jeom” (pengurangan Nilai 1)

1. Menyerang lawan setelah “Kal-yeo” (setelah dihentikan wasit tengah) 2. Menyerang lawan yang telah jatuh.

3. Menjatuhkan lawan dengan memegang atau menahan kaki sedang menyerang ataupun mendorong lawan dengan tangan.

4. Dengan sengaja menyerang muka/kepala lawan dengan tangan.

5. Interupsi jalannya pertandingan oleh peserta maupun pelatihnya.

6. Mengacau dan bersikap tidak terpuji oleh peserta maupun pelatihnya.

7. Mencurangi sistem penilaian elektronik dengan memanipulasi atau menaikkan kepekaan perlengkapan pertandingan.

(8)

Mendapatkan Dua “Kyong-go” akan dihitung sebagai tambahan 1 poin untuk lawan.

Bila mendapatkan “Gam-jeom” akan dihitung sebagai tambahan 1 poin untuk lawan.

Lawan akan dinyatakan menang bila mendapat jumlah 4 poin dari “Kyong- go” maupun “Gam-jeom” yang kita lakukan, walaupun saat itu poin kita lebih tinggi.

Skema Skoring Kyorugi WTF Area Nilai yang Sah:

Badan : Seluruh area badan yang terlindungi oleh pelindung badan yang berwarna merah maupun biru.

Kepala : Muka dan seluruh kepala yang memakai pelindung kepala, termasuk kedua telinga dan belakang kepala.

Nilai/poin hanya diberikan bila dilakukan dengan teknik yang diijinkan dan dilancarkan dengan tepat dan kuat pada bagian Area Nilai yang sah.

Nilai yang sah terbagi atas:

1. Satu(1) poin untuk serangan yang sah pada pelindung badan.

2. Dua(2) poin untuk serangan yang sah pada pelindung badan bila dilakukan dengan teknik tendangan berputar.

3. Tiga(3) poin untuk tendangan yang sah di kepala.

4. Empat(4) poin untuk tendangan yang sah di kepala bila dilakukan dengan teknik tendangan berputar. – satu (1) poin dari 2 Kyung-go, atau 1 Gam- jeom

Nilai pertandingan, merupakan jumlah poin dari 3 ronde yang dipertandingkan. Bila ada poin yang didapat dari serangan yang terlarang, maka nilai yang terjadi harus dibatalkan.

Dalam Kyorugi, ada beberapa kelas yang dipetandingkan baik untuk atlet putra maupun putri. Adapun kelas yang dipertandingkan dalam pertandingan Kyorugi merujuk pada World Taekwondo Federation (2019), adalah sebagai berikut:

(9)
(10)

Tabel 2.1 Tabel Kelas Kyorugi yang dipertandingkan sesuai peraturan WTF.

Sumber: World Taekwondo Federation.

Selain peraturan mengenai pembagian kelas dalam pertandingan Kyorugi, lapangan pertandingan Taekwondo pun dibuat sedemikian rupa sesuai dengan peratutan dati World Taekwondo Federation (2019). Adapun gambar dari lapangan pertandingan Kyorugi dapat dilihat pada halaman selanjutnya.

Gambar 2.1. Lapangan pertandingan Kyorugi Sumber : World Taekwondo Federation. (2019).

(11)

D. Tendangan Dollyo Chagi 1. Tendangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online yang dikembangkan oleh Setiawan (2012-2021), “Tendang adalah sepakan, depak, terjang. Sedangkan tendangan adalah sepakan, depakan.” Dari arti kata tersebut, maka tendangan dapat diartikan sebagai sepakan kaki yang didahului dengan menekuk lutut untuk kemudian secara elplosif diluruskan atau dilecutkan terhadap sasaran.

Dalam cabang olah raga Taekwondo, tendangan menjadi senjata utama untuk menjatuhkan lawan dan atau memperoleh poin sebanyak- banyaknya untuk memenangkan sebuah pertandingan. Hal ini sependapat dengan Susilowati (2005: 6), yang memaparkan bahwa, “ketangkasan menggunakan kaki juga merupakan kepandaian yang utama maksudnya adalah serangan dengan tendangan”.

Untuk mendapatkan poin-poin tersebut, maka teknik tendangan haruslah dikuasai oleh Taekwondoin dengan baik dan benar, bahkan perlu dilakukan analisis terhadap rangkaian gerakan tendangan tersebut agar tendangan menjadi efektif dan efisien. Analisis tersebut dapat berupa otot, sendi dan tulang apa saja yang terlibat, kemudian apa yang mempengaruhi kuat dan lemahnya tendangan berkaitan dengan posisi badan. Kemudian hasil analisis tersebut dapat dijadikan panduan bagi para taekwondoin untuk dapat mengefisienkan dan mengefektifkan tendangannya. Hal ini senada dengan yang dipaparkan oleh Suryadi dalam Kumalawati (2016: 17),

(12)

mengenai beberapa pedoman penting dalam melakukan teknik tendangan, yang diantaranya:

a. Memaksimalkan kekuatan tendangan dengan kekuatan kelentukan lecutan lutut.

b. Jaga konsentrasi dan pandangan pada sasaran serta aturlah jarak dan timing.

c. Setelah melakukan tendangan, kaki harus secepatnya ditarik kembali siap untuk melakukan tendangan atau gerakan selanjutnya.

d. Aturlah keseimbangan sebaik-baiknya, karena untuk melakukan tendangan yang cepat butuh keseimbangan yang baik dan untuk menjaga keseimbangan yang baik butuh kecepatan tendangan.

e. Koordinasikan seluruh gerak tubuh terutama dengan putaran pinggang, agar menghasilkan tenaga yang maksimal.

2. Dollyo Chagi

Dollyo Chagi atau dapat diartikan sebagai tendangan yang diarahkan

dengan sasaran tendangannya adalah perut. Mengenai teknik tendangan ini, Jati (2016:14) memaparkan bahwa:

…. tendangan ini diartikan dengan tendangan memutar ke arah depan, dengan arah sasaran perut atau bisa juga sasaran arah kepala, teknik yang digunakan dalam tendangan dollyo adalah dengan memanfaatkan perputaran pinggang sehingga dapat menghasilkan power/tenaga tendangan yang lebih besar.

Senada dengan pendapat di atas, Kumalawati (2016:18) menegaskan mengenai tendangan Dollyo chagi tersebut, bahwa:

Kekuatan tendangan ini selain dari lecutan lutut juga sangat didukung oleh putaran pinggang yang sebenarnya merupakan penyaluran tenaga dari masa badan. Tendangan ini pada dasarnya menggunakan pula bantalan telapak kaki (apchuk) atau baldeung (punggung kaki).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat Penulis simpulkan bahwa tendangan Dollyo Chagi adalah tendangan memutar ke arah depan dengan sasaran perut atau kepala yang memanfaatkan putaran pinggang dan lecutan

(13)

lutut sebagai penyaluran tenaga sehingga menghasilkan power yang besar dengan perkenaan tendangan adalah bantalan telapak kaki atau punggung kaki.

Gambar 2.2. Tendangan Dolyo Chagi (Sumber: Youth Sport Network, Karimah, N: 2018)

E. Peraturan Resmi Taekwondo 1. Pemanggilan Kontestan

a. CHUNG HONG (ATLET MASUK DENGAN MEMEGANG HEAD GUARD DI KEPIT DENGAN TANGAN KIRI)

b. CEK MOUTH GUARD

c. TEST MODE SATU KAKI (mis: KANAN) CEK TENDANG KE BODY, maka SATU KAKI (KIRI) CEK TENDANG KE HEAD GUARD

d. CHARYEOT, KYONG-RE

e. HAND SIGNAL MEMAKAI HEAD GUARD f. JOON-BI

g. SHI-JAK

(14)

2. Keluar dari Boundary Line

a. Ketika satu kaki keluar boundary line dan menyentuh lantai atau kaki depan keluar dengan tumit mengangkat, ini juga dikategorikan gam- jeom.

b. Jika Chung di dalam garis dan Chung menendang Hong yang berada di luar garis, maka Hong mendapatkan gam-jeom dan poin Chung tetap sah.

c. Jika Hong menendang dari luar boundary line, maka Hong mendapatkan gam-jeom dan poin nya dibatalkan.

Falling down/ Jatuh Definisi : Jika ada bagian tubuh selain kaki, yang menyentuh matras.

3. Falling down/ Jatuh

a. Jika kedua kontestan jatuh karena bertabrakan (incidental collision) atau adu tulang kering atau saling menendang, maka tidak ada Gam Jeom. Dan Center referee memberikan signal “ wave off”. Jika hanya 1 (satu) kontestan yang terjatuh, maka Gam Jeom diberikan ke yang jatuh.

b. Jika Kontestan knocked down dan Center Referee menghitung , maka atlit tersebut akan menerima Gam-jeom karena pasal ini.

c. Setelah hitungan 10, kontestan yang knockdown tidak diberikan Gam Jeom (Jatuh).

d. Jika kontestan terhuyung/jatuh/keluar B.L pada saat perhitungan, maka kontestan TIDAK diberikan Gam Jeom.

(15)

e. Catatan : ketika kontestan jatuh, Referee selalu memberikan Handsignal dan aba2 “Bangun” atau “Stand Up”. Tujuan untuk memberikan tekanan kepada kontestan untuk segera bangun, tidak berlama-lama jatuh.

4. Falling down Review

a. Hong tendang dan jatuh Hong Gam Jeom

b. Hong tendang dan Chung jatuh Chung Gam Jeom c. Hong tendang, Hong dan Chung jatuh No Gam Jeom

d. Hong grabbing dan Chung jatuh Hong Gam Jeom e. Hong dan Chung jatuh bertabrakan No Gam Jeom

f. Hong dorong dan Chung jatuh Chung Gam Jeom 5. Mencengkram/Menarik/Memegang(Grabbing)

a. Mencengkram/menarik/memegang atau mengait bagian badan lawan, dobok atau peralatan.

b. Jika Chung menarik badan Hong sementara Hong mendorong melepaskan diri, maka Gam Jeom diberikan kepada Chung karena menarik.

c. Monkey kick ke body PSS pada saat Clinching dianggap pelanggaran, karena ada unsur mencengkram badan lawan.

d. Menyerang body PSS pada sisi samping atau bawah kaki, sambil

“clinching” (i.e Fish kick) dianggap pelanggaran, ada unsur mencengkram badan lawan.

(16)

e. Clinching = tangan melewati body line lawan atau memegang/menarik hogu lawan.

6. Mengangkat kaki / lutut (lifting Leg/Knee)

a. Mengangkat kaki atau lutut sebagai blocking untuk menghalangi serangan lawan.

b. Mengangkat kaki (diatas pinggang) dan menendang di udara lebih dari 3 (tiga) detik, untuk menghalangi serangan lawan.

c. Jika arah serangan diatas pinggang, push kick/ tendangan dorong diperbolehkan.

d. Jika kontestan menendang bersamaan (jual-beli tendangan) dan berbenturan, maka tidak dianggap blocking atau tendangan ke bawah .

7. Menendang di bawah pinggang (kicking below the waist) a. Segala intensi/ maksud untuk menyerang dibawah pinggang.

b. Jika terjadi jual beli tendangan, dan tidak sengaja menendang dibawah pinggang, maka tidak diberikan Gam-Jeom.

c. Catatan jika kontestan melakukan “ double kick/ nare changi” dimana tendangan pertama dibawah pinggang dan tendangan ke dua menghasilkan poin, maka Gam Jeom diberikan dan poin yang dihasilkan tendangan ke-2 (dua) akan dibatalkan.

8. Menyerang lawan yang sudah jatuh (Attacking fallen opponent)

a. Segala intensi/maksud untuk menyerang lawan yang sudah jatuh, terlepas tingkatan dampaknya.

(17)

b. Harap dibedakan antara “proses jatuh” dan “jatuh”.

c. Tidak ada Gam Jeom, jika kontestan dalam proses jatuh dan lawan menendang. Proses jatuh yaitu selama tidak ada anggota tubuh lainnya yang menyentuh matras (kecuali telapak kaki).

9. Menyerang dengan Lutut atau Kepala (Butting or attacking w/ knee) a. Sengaja menyerang dengan lutut ketika dekat dengan lawan.

b. Menyerang lawan dengan kepala.

10. Memukul Kepala Lawan dengan Tangan

a. Menyerang kepala/muka lawan dengan tangan, lengan (tinju, siku) b. Gerakan tidak sengaja karena kecerobohan lawan seperti berlebihan

menundukkan kepala atau keteledoran memutar badan, tidak diberikan Gam-Jeom.

11. Menyerang setelah aba-aba Kal-yeo (Attacking after Kal-yeo)

a. Jika Gerakan menyerang dimulai sebelum Kalyeo, maka tidak ada Gam Jeom.

b. Di dalam IVR, waktu Kalyeo didefinisikan dengan ketika lengan Referee lurus kedepan (fully extended arm) dan start awal lawan menyerang adalah ketika kaki lawan menyentuh lantai.

c. Jika kontestan ketika menyerang, tidak terkena badan lawan , namun dipandang tendangan Sengaja dan niat tidak baik, maka Referee dapat memberikan Gam Jeom terhadap tindakannya itu.

12. Bertindak/Berkata tidak Pantas (Missconduct) a. Tidak mematuhi perintah Referee.

(18)

b. Protes tidak pantas atau mengkritik keputusan official.

c. Mencoba mempengaruhi hasil pertandingan.

d. Provokasi dan menghina lawan (termasuk coach lawan) . e. Dokter pendamping tidak sesuai kriteria.

f. Tindakan TIDAK sportif lainnya.

g. Jika tindakan tidak sportif dilakukan Atlet/ Coach saat istirahat, maka Gam-jeom dapat langsung diberikan. Operator bisa langsung memasukkan penalty, dengan supervisi oleh T.A.

h. Center Referee bisa memberikan tambahan Gam-jeom jika terjadi pelanggaran tambahan “attacking after kalyeo” dan “Misconduct”

i. Pada dasarnya Gam-jeom tidak diberikan jika Referee sudah menyatakan Kal-yeo, kecuali hanya untuk “ attacking after Kalyeo ” dan “Misconduct”.

F. Hakikat Latihan Kecepatan 1. Latihan

Mengenai latihan, Sukadiyanto dalam Anggoro (2016: 13-14), memaparkan mengenai makna dari istilah latihan, sebagai berikut:

Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti seperti : practice, exercise dan training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan ketrampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Artinya, selama dalam kegiatan proses berlatih melatih agar dapat menguasai ketrampilan gerak cabang olahraganya.

Pengertian latihan yang berasal dari kata exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Pengertian latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan

(19)

kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

Menurut Bompa (1994 : 4) “latihan adalah upaya seseorang mempersiapkan dirinya untuk tujuan tertentu”. Menurut Nossek (1995: 3)

“latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun, sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi”. Sedangkan latihan menurut Harsono (1988 : 101), memaparkan bahwa:

Training adalah proses sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya. Yang dimaksud dengan sistematis adalah, berencana, menurut jadwal, menurut pola system tertentu, metodis, dari mudah ke sukar, latihan yang teratur, dari yang sederhana ke yang kompleks. Berulang, maksudnya ialah agar gerakan-gerakan yang semula sukar silakukan menjadi semakin mudah, ototmatis, dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian hari maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk ditambah bebannya, jadi bukan berarti harus setiap hari.”

Menurut berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan proses usaha yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara terencana, terarah, dan dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah beban latihan dalam usaha untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh, kualitas psikis, mengembangkan bakat, keterampilan (kemahiran) gerak, maupun kemampuan pada diri seseorang khususnya di bidang olahraga sehingga tujuan pencapaian prestasi dapat tercapai.

(20)

latihan speed (kecepatan) tidak seperti latihan komponen fisik lainnya yang bisa ditentukan kapan komponen fisik tersebut dapat meningkat. Dari beberapa literatur yang penulis baca, tidak ada yang menyebutkan berapa lamanya waktu latihan yang dibutuhkan seorang atlet untuk meningkatkan speed (kecepatan), yang menjadi poin penting adalah bahwa untuk

meningkatkan kecepatan perlu di berikan program latihan sesuai dengan tahapan perkembangan atlet. Selain itu peningkatan speed ini juga tergantung pada frekuensi latihan serta pemberian intensitas, volume dan recovery yang benar. Bompa dalam Belfirman dan Wahyuri (2018 : 119) memaparkan bahwa “untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka intensitas rangsangan submaksimal-supermaksimal”. Mengenai frekuensi latihan speed, Harre dalam Belfirman dan Wahyuri (2018 : 120) dijelaskan bahwa: “intensitas submaksimal dilakukan 5-6 kali setiap selama 2-4 kali setiap minggu”.

Peningkatan komponen speed (kecepatan) ini tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi fisik saja, akan tetapi kesempurnaan teknikpun berpengaruh terhadap speed (kecepatan) gerak. Hali ini diutarakan oleh Bompa dalam Belfirman dan Wahyuri (2018 : 124) bahwa: “Peningkatan speed adalah peningkatan dari semua factor yang mempengaruhi, terutama aspek teknik dan kemampuan fisik lainnya”.

Dengan pemaparan diatas tersebut maka Penulis dapat simpulkan bahwa latihan Speed (kecepatan) tidak dapat ditentukan lamanya proses latihan yang harus dijalani. Hal penting yang harus menjadi perhatian adalah

(21)

bahwa untuk meningkatkan speed (kecepatan), pembuatan program latihan yang tepat dan pertimbangkan aspek pendukung lain pada atlet sangat penting.

2. Tujuan dan sasaran latihan

Latihan yang dilakukan haruslah memiliki tujuan dan sasaran yang jelas agar proses latihan terencana dan terstruktur dengan baik untuk mempermudah pencapaian tujuan. Harsono (1988 : 100) memaparkan mengenai tujuan latihan, bahwa “ Tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin.” Kemudian Sukadiyanto dalam Anggoro (2016 : 15) menjelaskan bahwa:

Sasaran utama dari latihan fisik adalah untuk meningkatkan kualitas kebugaran energi (energy finess) dan kebugaran otot (muscular fitness).

Kebugaran energi meliputi peningkatan kemampuan aerobic dan anaerobic baik alaktik maupun yang laktik. Untuk kebugaran otot meliputi peningkatan kemampuan biomotor, yang meliputi: kekuatan, ketahan, kecepatan, power, fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi dan kelincahan.

Berdasarkan apa yang dijelaskan di atas, jelas bahwa tujuan dan dasaran dari latihan adalah umtuk membantu meningkatkan kualitas kebugaran energi (energy finess) dan kebugaran otot (muscular fitness) dan keterampilan atlet dalam mencapai prestasi optimal.

Utnuk mencapai sasaran dan tujuan (meningkatkan prestasi maksimal atlet), maka perlu dibuatkan perencanaan atau program latihan yang jelas.

Mengenai perencanaan program latihan, Irianto dalam Anggoro (2016:25) memaparkan bahwa: “Perencanaan latihan (training plan) adalah

(22)

seperangkat tujuan kongkrit yang dijadikan motivasi oleh olahragawan untuk berlatih dengan penuh semangat”. Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan.

Dalam penyusunan program latihan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang pelatih, seperti diungkakan oleh Sukadiyanto dalam Anggoro (2016:26-2), bahwa:

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dan dipertimbangkan dalam penyusunan program latihan agar sasaran latihan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Adapun langkah-langkah tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Waktu pelaksanaan pertandingan b. Diagnosis kemampuan awal (pre test) c. Penyusunan program latihan

d. Penentuan sasaran dan beban latihan e. Tujuan mengacu pada periodisasi latihan f. Pelaksanaan dan pemantauan proses latihan g. Umpan balik (feed back)

h. Penyusunan kembali materi program dan sasaran

Berdasarkan keterangan diatas, dalam pembuatan program latihan haruslah memalui tahapan langkah untuk menentukan apa yang akan dilakukan dan yang tidak dilakukan dalam membuat suatu program latihan sebagai upaya mencapai puncak prestasi.

3. Kecepatan

Speed adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau

menyelesaikan suatu tugas dalam tempo waktu yang singkat. Dalam cabang olahraga taekwondo, salah satu komponen fisik penting yang harus dimiliki oleh Taekwondoin adalah kecepatan. Tidaklah mudah bagi Taekwondoin

(23)

untuk meningkatkan kecepatan gerak tersebut. Oleh karena itu, latihan untuk meningkatkan kecepatan ini haruslah diberikan secara terencana dengan baik.

Mengenai kecepatan, Harsono dalam Jakariyadi (2015:42) memaparkan mengenai kecepatan, bahwa: “Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.” Oxedine (1968) dalam Harsono (1988, hlm. 216) speed adalah “ the rapidity with which successive movements of the same kind can be same”. Dengan kata lain dapat penulis

simpulkan bahwa speed adalah Kemampuan bergerak maksimal secara siklis dari satu titik ke titik yang lain dalam waktu yang sangat singkat.

Kecepatan sangatlah penting dalam setiap cabang olahraga, termasuk Taekwondo. Dengan memiliki kecepatan, maka seorang Taekwondoin akan dapat melakukan gerakan serangan (tendangan ataupun pukulan) dengan cepat, sehingga akan sangat menguntungkan dalam sebuah pertandingan.

Taekwondoin yang memiliki kecepatan yang baik, akan sangat menyulitan bagi lawan untuk menghindari serangannya, sebaliknya tanpa memiliki kecepetan yang baik maka akan sangat mudah bagi lawan untuk membaca gerakan dan mengalahkannya. Dari paparan tersebut maka jelaslah, kecepatan sangat dibutuhkan oleh Taekwondo khususnya kyorugi.

G. Latihan Karet

(24)

Menurut Sukendro (2017) dalam Rasyono (2018:160) program latihan harus dibuat dengan teliti agar mampu meningkatkan kemampuan otot dan sistem energi sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan nomor dan spesifikasi atlet. Pelatih harus memahami karakteristik fisik,

perkembangan prestasi dan respon atlet terhadap program latihan yang diberikan dalam merancang program latihan kondisi fisik.

Bentuk latihan menggunakan beban karet secara fundamental merupakan hasil adopsi dari latihan tahanan yaitu menarik beban karet sebagai bahan yang diikatkan pada bagian tungkai bawah. Latihan berbeban karet pada tungkai adalah suatu bentuk latihan yang

memanfaatkan beban luar berupa karet yang diikatkan pada pergelangan kaki.

Menurut Rasyono (2019:161) karet yang digunakan adalan ban dalam bekas yang sudah dipotong sepanjang 2 m dan lebar 4 cm, karet ban dalam bekas di ikat ke tiang, sebagai penahan atau penyangga, ikatkan karet ban dalam bekas tersebut ke pergelangan kaki, atlet menjauh dari tiang penyangga dengan karet terikat di pergelangan kaki, sehingga karet menjadi kencang. Jarak kaki tumpu atlet dengan sasaran sejauh 60 cm.

H. Latihan Kecepatan Tendangan Dollyo Chagi 1. Kecepatan Tendangan Dollyo Chagi

(25)

Dalam kyorugi, tendangan menjadi senjata utama untuk mendapatkan poin sebanyak-banyaknya dan memenangkan pertandingan. Bahkan ada istilah siapa cepat maka dialah yang akan mendapatkan poin banyak sekaligus memenangkan petandingan. Dalam hal ini Taekwondoin yang dapat melakukan serangan tendangan ataupun pukulan dengan cepat dan mengenai sasaran dan mengumpulkan banyak poin, maka dialah yang akan menjadi pemenang.

Dari keterangan tersebut, maka kecepatan tendangan sangat penting untuk menangkan pertandingan. Hal ini karena dibandingkan dengan serangan menggunakan pukulan, poin yang didapat dari tendangan lebih besar dibandingkan dengan poin yang dihasilkan dengan pukulan. Selain itu keuntungan dari tendangan adalah jangkauannya yang lebih jauh dibandingkan dengan jangkauan pukulan. Artinya sangatlah menguntungkan jika Taekwondoin memiliki kecepatan dalam tendangan karena kemungkinan untuk memenangkan pertandingan semakin besar.

2. Media latihan

Ada banyak model latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecepatan teknik tendangan, bisa bengan menggunakan beban di pusat kebugaran (gym), atau dengan menggunakan alat-alat yang diciptakan khusus untuk latihan meningkatkan kecepatan gerak.

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan alat modifikasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melatih kecepatan tendangan Dollyo Chagi. Alat tersebut tidaklah dibuat dengan

(26)

asal, akan tetapi disesuaikan dengan karakteristik latihan dan batasan latihan kecepatan. Adapun batasan dari latihan kecepatan ini adalah latihan dilakukan dengan intensitas maksimal dengan volume yang rendah hingga sedang dan waktu isirahat yang relative lama.

Alat yang penulis pergunakan untuk penelitian ini, adalah dengan memanfaatkan karet ban dalam bekas sepeda yang dibuat sedemikian rupa dengan mempertimbangkan kenyamanan ketika digunakan dan tanpa mengecualikan kekuatan pegas dan tarikan dari karet yang dipergunakan tersebut.

Karet mempunyai sifat elastisitas dan gaya pegas, sifat nya yang elastis ini dapat digunakan dalam suatu proses latihan tahanan dengan memanfaatkan gaya tarik kembali oleh karet itu sendiri. Menurut Martens dalam Pranata (2019: 108) menyatakan bahwa:

Kecepatan tendangan dapat ditingkatkan menggunakan latihan beban yaitu dengan latihan gaya pegas sifat elastisitas karet ban dalam. Tahanan karet merupakan alat bantu latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan tendangan karena latihan tahanan dapat meningkatkan kecepatan.

Merujuk pada pendapat diatas, maka latihan menggunakan karet dengan memanfaatkan tahanan dan gaya pegas yang dihasilkan oleh karet tersebut dapat meningkatkan kecepatan tendangan Dollyo Chagi Taekwondoin STS.

I. Kerangka Berfikir

(27)

Dalam beladiri Taekwondo dollyo chagi merupakan salah satu teknik tendangan yang digunakan pada saat bertanding, tendangan dolyo chagi sangat sering digunakan karena sangat efektif untuk mendapatkan poin. Untuk mendapatkan poin tendangan Dollyo Chagi harus dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran pada body protector, body protector yang digunakan adalah DSS dan PSS. Dalam sebuah pertandingan Kyorugi, banyak yang menggunakan tendangan Dollyo Chagi karena selain mudah mendapatkan poin, tendangan ini juga mudah

dipelajari sebagai tendangan dasar untuk pemula.

Menurut Jati (2016:24) Dalam pelaksanaannya, para Taekwondoin Sekolah Taekwondo Subang (STS) masih menggunakan model latihan konvensional.

Latihan yang dilakukan hanya sebatas menendang target secara berulang-ulang dengan maksud untuk meningkatkan kecepatan tendangan. Hal ini tentu saja menyebabkan latihan menjadi monoton dan kurang efektif.

Jika hal ini dibiarkan, maka tujuan dari latihan tidak akan tercapai. Sebagai salah satu solusi untuk hal tersebut, maka Penulis berinisiatif untuk menerapkan model latihan dengan menggunakan karet sebagai tahanan untuk mendapatkan kecepatan tendangan.

Latihan karet yang dilakukan ini sangat mudah dan merupakan latihan dasar bagi pemula yang akan diterapkan penulis terhadap para Taekwondoin STS.

Latihan karet bisa dilakukan dimana saja dengan bermodalkan ban dalam karet bekas atau bisa menggunakan karet elastis yang ada di toko olahraga. Pada pelaksanaan latihan karet ini, atlet hanya melakukan tendangan Dolyo Chagi berulang-ulang dengan cara mengikatkan karet pada kaki atlet.

(28)

Merujuk pada penjelasan pada bahasan sebelumnya mengenai kebutuhan kecepatan dan latihan menggunakan media karet serta mengacu pada batasan dari latihan kecepatan, maka penulis berpendapat bahwa latihan karet akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan tendangan Dollyo Chagi atlet STS.

Pada penelitian ini atlet diberikan tes awal kecepatan tendangan dolyo chagi untuk mengetahui data awal atlet. Setelah itu barulah atlet diberikan treatment berupa model latihan tendangan Dollyo Chagi dengan menggunakan media karet.

Setelah treatment barulah atlet diberikan post test untuk mengukur sejauh mana peningkatan kecepatan atlet ebagai pengaruh dari latihan dengan menggunakan karet tersebut.

J. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan guna mendukung kajian teoritis yang telah dikemukakan. Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Alief Gandi (2013) yang berjudul

“Pengaruh Latihan Menggunakan Tahanan Karet Dan Alat Bantu Pemberat Kaki Terhadap Kecepatan Tendangan Dollyo Chagi Pada Cabang Olahraga Taekwondo Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013”.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen, yaitu penelitian dengan memberikan treatment atau perlakuan terhadap sample, maka penulis menggunakan kontrol group

(29)

pretest and posttest design. Penulis menetapkan populasi teoritis dengan beberapa karakteristik : Populasi terdiri dari atlet Taekwondo Provinsi Jawa Barat, para atlet tersebut tergabung dalam unit kegiatan mahasiswa (UKM) Taekwondo Universitas Pendidikan Indonesia.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecepatan tendangan dolyo chagi dengan jarak 1 meter dari sasaran dan waktu tes selama 10 detik. Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika t > ti – α untuk harga lainnya Hο ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0.95 dan derajat kebebasan (dk)n = (n1 + n2 – 2).

2) Penelitian yang dilakukan oleh Singgih Ismono Jati yang berjudul

“Pengaruh Latihan Karet Terhadap Kecepatan Tendangan Dollyo Chagi Siswa Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Sleman Tahun 2016 ”.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen One Group Pretest Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa peserta ekstrakurikuler taekwondo SMA N 1 Sleman yang berjumlah 9 siswa, terdiri dari kelas X dan XI. Berkaitan dengan penelitian ini, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecepatan tendangan dollyo chagi setinggi perut sebanyak 5 kali dan dihitung waktunya. Uji Validitas Instrumen Tes Kecepatan Tendangan Dollyo Chagi Hasil data yang terkumpul dari 5 responden uji coba dan proses penghitungan validitas yang ditunjukkan pada

(30)

lampiran 4, maka diperoleh hasil nilai validitas sebesar “0,750”. Maka dapat disimpulkan bahwa derajat validitas instrumen tes kecepatan tendangan dollyo chagi adalah “Tinggi”. Pembuktian Reliabilitas Instrumen Tes Kecepatan Tendangan DollyoChagi Berdasarkan pembuktian reliabilitas instrumen yang ditunjukkan pada lampiran 4, diperoleh hasil pembuktian ri hitung lebih besar dari rtabel dengan n = 5 untuk taraf kesalahan 5% (ri lebih > rtabel dengan taraf kesalahan 5% yaitu “0,750” > “0,707”). Sehingga dapat disimpulkan instrumen tes kecepatan tendangan dollyo chagi adalah reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Ihsan, Citra Dewi (2017) yang berjudul “Pengaruh Kecepatan Tendangan, Kekuatan dan Otot kaki terpadu terhadap Kemampuan Dollyo chagi Taekwondo Dojang Atlet”.

Metode yang digunakan adalah Analisis Jalur dengan menggunakan oneusan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet Dojang dari Kepolisian Daerah Sumatera Barat sebanyak 20 orang. Tendangan diuji dengan menggunakan sandsack / target, kecepatan menendang diuji dengan menggunakan instrumen Nurul-Shark, kekuatan otot kaki diuji dengan menggunakan Leg Dynamometer dan daya ledaknya diuji dengan menggunakan instrumen Standing Board Jump. Hasil: Berdasarkan analisis , kecepatan tendangan diperoleh sig = 0,043, kekuatan otot tungkai

(31)

diperoleh sig = 0,029, dan daya ledak otot tungkai diperoleh sig = 0,093 yang lebih kecil dari nilai probabilitas α = 0,05. Oleh karena itu, koefisien analisis jalur menjadi signifikan. Kecepatan tendangan melalui daya ledak otot kaki memengaruhi kemampuan tendangan dollyo chagi sebanyak 38,44%. Kekuatan otot tungkai melalui daya ledaknya mempengaruhi sebanyak 12,18%. Dengan demikian, efek kecepatan menendang, kekuatan otot tungkai dan daya ledaknya terhadap kemampuan Dollyo Chagi Kick adalah 55,06%.

4) Penelitian Nabila, et al. (2021). “Pengaruh Latihan Tendangan Menggunakan Ban Karet Terhadap Hasil Tendangan Sabit Pencak Silat.

Hasil penelitian kelompok kontrol t hitung < t table dan eksperimen diperoleh t hitung > t table. Terdapat perbedaan mean kelompok eksperimen dan kontrol. Presentase perbedaan mean pre- test dan post-test kelompok kontrol putra adalah 9% dan putri 13%,

sedangkan kelompok eksperimen putra 12% dan putri 21%

Kesimpulan hipotesis adalah 1) Tidak ada pengaruh metode latihan hitungan terhadap kesempurnaan tendangan yeopchagi. 2) Ada pengaruh metode latihan karet terhadap kesempurnaan tendangan yeopchagi. 3) Metode latihan karet lebih efektif dibandingkan metode latihan hitungan pada atlet poomsae dojang tsu-do club.

K. Hipotesis

(32)

Istilah hipotesis berhubungan dengan pernyataan yang diajukan untuk sekelompok faktor atau sebagai dasar sebuah tes. Hipotesis ini mungkin benar dan mungkin juga salah, fungsinya adalah menyediakan sebuah pernyataan untuk kemudian diteliti kebenaran atau kesalahannya. ”Maksum dalam Jakariyadi (2016:61) memaparkan bahwa “Hipotesis adalah dugaan sementara yang diajukan peneliti terhadap permasalahan yang dirumuskan. Dalam merumuskan hipotesis, Maksum dalam Jakariyadi (2016:61) memaparkan “untuk dapat merumuskan hipotesis dengan baik diperlukan informasi sebanyak mungkin dengan jalan banyak membaca literatur terkait dengan masalah yang ingin dipecahkan.”

Berdasarkan keterangan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

Adanya pengaruh latihan karet terhadap kecepatan tendangan Dollyo Chagi atlet

Sekolah Taekwondo Subang.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Smith terdapat dua faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output (GDP) total dan pertumbuhan penduduk. Smith melihat sistem produksi

Pengaruh perspektif keuangan terhadap kinerja pemerintah daerah Pengukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi suatu organisasi publik, penerapan, dan pelaksanaannya

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan peserta didik dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan tersebut tidak hanya berlaku pada peserta

Berikut ini lima tatanan PBHS yang dapat menjadi simpul-simpul untuk memulai proses penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat (Kemenkes, 2016). 1) PHBS di sekolah

Pada teori menurut (Tambunan 2008) permintaan utang luar negeri (ULN) ditetapkan oleh tingkat suku bunga di pasar uang internasional atau lebih tepatnya selisih (SP), yaitu

Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token oleh Arends disebut bentuk dari pembelajaran yang dinamis di sekolah. Artinya subjek dalam proses

Definisi sistem menurut Mulyadi, (2016:1), Sistem adalah “suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

Pengertian Model Pembelajaran Menurut Trianto model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau