KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan izin-Nyabuku Profil Kesehatan Kota Cimahi Tahun 2015 dapat Kami susun. Profil Kesehatan Kota Cimahimerupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan dalam mendukung tercapainya Visi Cimahi Sehat 2017.
Profil Kesehatan memiliki kedudukan yang sangat strategis, data dan informasi yang terdapat dalam buku ini dapat dijadikan sebagai acuan penyusunan program atau kegiatan pembangunan kesehatan lebih lanjut di Kota Cimahi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan buku Profil Kesehatan Kota Cimahi Tahun 2015 ini masih jauh dari sempurna, untuk itu Kami sangat mengharapkan masukan dan saran konstruktif untuk perbaikan dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Cimahi pada masa-masa yang akan datang, Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang yang telah memberikan kontribusi dalam proses penyusunan buku Profil Kesehatan ini.
Kami berharap semoga buku Profil Kesehatan Kota Cimahi Tahun 2015 ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Cimahi, Mei 2016
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi
drg. Hj. Pratiwi, M.Kes
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI ……….. ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….……… 1
B. Tujuan ……… 3
1 Tujuan Umum ……….. 3
2 Tujuan Khusus ……….. 3
C.Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan Kota Cimahi ……….……… 3
1. Visi Pemerintah Kota Cimahi ………. 3
2. Misi Pemerintah Kota Cimahi ………. 4
D. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Cimahi ………... 7
1. Visi Dinas Kesehatan ………. 7
2. Misi Dinas Kesehatan Kota Cimahi ………. 7
E. Tujuan dan Sasaran ………... 8
F.Kebijakan ………..………. 9
G.Sistematika Penyajian ………... 10
BAB II GAMBARAN UMUM A. Situasi Keadaan Umum ………. 11
B.Gambaran Umum Demografis ……… 14
1 Kependudukan ………... 14
2. Pendidikan ……….……… 18
3. Penduduk Miskin ………. 19
BAB III DERAJAT KESEHATAN A.Angka Kematian ………..21
1.Kematian Anak …...………... 21
2.Kematian Ibu ……… 22
B. Status Gizi Balita ………... 24
C.Angka Kesakitan ………..25
1.Penyakit Menular……… 25
2.Penyakit Tidak Menular………. 26
3.Penyakit Endemik dan Epidemik.……… 27
4.Pengembangan HIV/AIDS...………. 29
BAB IV UPAYA KESEHATAN A.Pelayanan Kesehatan ……….. 31
1.Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas………31
2.Imunisasi TT Ibu Hamil ……… 32
3.Tablet Fe1 dan Fe3 ……….. 32
4.Komplikasi Kebidanan Dan Neonatal ………... 33
5.Keluarga Berencana ……… 34
6.Berat Badan Lahir Rendah ………. 35
7.KN1 dan KN Lengkap……… 36
8.Asi Eksklusif……… 36
9.Pelayanan Kesehatan Bayi ………. 37
10.Kelurahan UCI ………. 38
11.Imunisasi ……….. 38
12. Vitamin A ………. 39
B.Akses Mutu Pelayanan Kesehatan ……… 39
1. Kunjungan Rawat Jalan ………. 39
2. GDR (Gross Death Rate) ………..………. 41
3.NDR (Net Death Rate) ………... 42
4. BOR... 42
C.Prilaku Hidup Bersih dan Sehat ………... 46
D. Keadaan Lingkungan ………... 48
1. Rumah Sehat………... 48
2. Penyediaan Air Bersih Individu dan Umum ……… 49
3. Jamban Sehat ……….. 50
4. Tempat-Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat ………... 51
BAB V SUMBERDAYA KESEHATAN A.Sarana Kesehatan ……… 52
1. Puskesmas dan Rumah Sakit ……… 52
2. Sarana Pelayanan Lain ……….. 53
3.Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian……… 53
4. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat ... 55
B. Tenaga Kesehatan ……….. 57
1. Tenaga Medis ……….. 57
2.Tenaga Keperawatan ……….. 58
3. Tenaga Kefarmasian ………..………. 59
4. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan ……….. 60
5. Tenaga Gizi ……….. 61
6.Tenaga Keterapian Fisik ………. 61
7. Tenaga Teknisi Medis ………. 62
8. Tenaga Non Kesehatan ………. 62
C. Anggaran Kesehatan ……….. 63
D. Pola Penyakit ………... 64
1. Puskesmas ……… 64
2. Rumah Sakit ……….. 69 BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Wilayah per Kecamatan 11
Tabel 2.2 Penduduk Kota Cimahi Berdasarkan Kelompok
Umur Bulan Desember 2015 14
Tabel 2.3 Persebaran Penduduk di Kota Cimahi Tahun 2015 17
Tabel 2.4 Indikator Kinerja Jaminan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat 19 Tabel 3.1 Jumlah Kematian Ibu Maternal Kota Cimahi Tahun 2007 – 2015 23
Tabel 3.2 Kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular 26
Tabel 3.3 Indikator Kinerja Kegiatan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular 26 Tabel 3.4 Indikator Kinerja Kegiatan Pencegahan Pemberantasan Penyakit DBD 28 Tabel 3.5 Indikator Kinerja Kegiatan Penanggulangan HIV 29
Tabel 4.1 NDR di RS Kota Cimahi Tahun 2015 42
Tabel 4.2 BOR di RS Kota Cimahi Tahun 2015 42
Tabel 4.3 ALOS di RS Kota CimahiTahun 2015 43
Tabel 4.4 TOI di RS Kota Cimahi 43
Tabel 4.5 Indikator Kinerja Kegiatan PHBS di Lima Tatanan 45 Tabel 5.1 Indikator Kinerja Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana 51 Tabel 5.2 Indikator Kinerja Pengadaan Obat di Puskesmas 53 Tabel 5.3 Indikator Kinerja Peningkatan Peran Serta Masyarakat 55 Tabel 5.4 Indikator Kinerja Penyebaran SDM Kesehatan
dan Kesehatan Yang Sesuia Standar 56
Tabel 5.5 Anggaran Kesehatan Menurut Sumber Anggaran
di Kota Cimahi Tahun 2015 61
Tabel 5.6 Sepuluh Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Tahun 2015 64 Tabel 5.7 Sepuluh Penyakit Terbanyak Penderita Rawat Jalan
Puskesmas Golongan Umur 0 -<1th Kota Cimahi Tahun 2015 64 Tabel 5.8 Sepuluh Penyakit Terbanyak Penderita Rawat Jalan
Puskesmas Golongan Umur 1 - 4 1th Kota Cimahi Tahun 2015 65 Tabel 5.9 Sepuluh Penyakit Terbanyak Penderita Rawat Jalan
Puskesmas Golongan Umur 5 - 14 th Kota Cimahi Tahun 2015 66
Tabel 5.10 Sepuluh Penyakit Terbanyak Penderita Rawat Jalan
Puskesmas Golongan Umur 15 - 44 th Kota Cimahi Tahun 2015 66 Tabel 5.11 Sepuluh Penyakit Terbanyak Penderita Rawat Jalan
Puskesmas Golongan Umur 45 - >75 tahun Kota Cimahi Tahun 2015 67 Tabel 5.12 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Rumah Sakit
Umur 0-1 Tahun Kota Cimahi Tahun 2015 68
Tabel 5.13 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Rumah Sakit
Umur 1-4 Tahun Kota Cimahi Tahun 2015 69
Tabel 5.14 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Rumah Sakit
Umur 5-14 Tahun Kota Cimahi Tahun 2015 70
Tabel 5.15 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Rumah Sakit
Umur 15-44 Tahun Kota Cimahi Tahun 2015 70
Tabel 5.16 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Rumah Sakit
Umur 45 - > 75 Tahun Kota Cimahi Tahun 2015 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Cimahi 12
Gambar 2.2 Rasio Jenis Kelamin Bulan Desember 2015 15
Gambar 2.3 Penduduk Kota Cimahi Berdasarkan Usia Bulan Desember 2015 16
Gambar 2.4 Kepadatan Penduduk Bulan Desember 2015 17
Gambar 2.5 Persentase Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2015 19
Gambar 2.6 Cakupan Jaminan Kesehatan Tahun 2015 20
Gambar 3.1 Kematian Anak Kota Cimahi 2015 22
Gambar 3.2 Kematian Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Cimahi 2015 23 Gambar 3.3 Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja Kota Cimahi 2015 24
Gambar 3.4 Kasus Hypertensi Tahun 2015 27
Gambar 3.5 Trend Kasus Demam Berdarah Di Kota Cimahi Tahun 2012-2015 28 Gambar 3.6 Kematian Demam Berdarah Di Kota Cimahi Tahun 2012-2015 29 Gambar 3.7 Proporsi HIV/AIDS, Syphilis dan Kematian AIDS Kota Cimahi 2015 30 Gambar 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong
Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 31 Gambar 4.2 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu
Hamil Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Tahun 2015 32 Gambar 4.3 Persentase Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kecamatan
Dan Puskesmas Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Tahun 2015 33 Gambar 4.4 Persentase Tablet Penanganan Komplikasi Kebidanan
dan Neonatal 2015 33
Gambar 4.5 Peserta KB Aktif dan KB Baru Tahun 2012-2015 34
Gambar 4.6 MKJP, Non MKJP KB Aktif 2015 35
Gambar 4.7 Kasus Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Kota Cimahi Tahun 2009- 2015 35
Gambar 4.8 Cakupan KN1 dan KN Lengkap Kota Cimahi 2015 36
Gambar 4.9 Cakupan Imunisasi Kota Cimahi 2015 37
Gambar 4.10 Cakupan Vitamin A Kota Cimahi 2015 38
Gambar 4.11 Pelayanan Kesehatan Gigi Anak SD/MI Kota Cimahi 2015 39
Gambar 4.12 Kunjungan Pasien Kota Cimahi 2015 40
Gambar 4.13 Kunjungan Pasien Jiwa Kota Cimahi 2015 41
Gambar 4.14 GDR Rumah Sakit Kota Cimahi Tahun 2015 41
Gambar 4.15 Grafik Barber Johnson Rumah Sakit Di Kota Cimahi Tahun 2015 44
Gambar 4.16 BTO Rumah Sakit Di Kota Cimahi Tahun 2015 45
Gambar 4.17 Prosentase Rumah Tangga Sehat Kota Cimahi Tahun 2011 sd 2015 47 Gambar 4.18 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap
Air Minum Berkualitas (Layak) Memenuhi Syarat Tahun 2015 48 Gambar 4.19 Penduduk Dengan Akses Jamban Sehat Memenuhi Syarat Tahun 2015 49
Gambar 4.20 TTU Memenuhi Syarat Tahun 2015 50
Gambar 4.21 TPM Menurut Status Higiene Sanitasi Tahun 2015 50 Gambar 5.1 Sarana Pelayanan Lain Kota Cimahi Tahun 2015 52 Gambar 5.2 Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kota Cimahi Tahun 2015 54
Gambar 5.3 Strata Posyandu Kota Cimahi Tahun 2015 55
Gambar 5.4 Tenaga Medis Kota Cimahi Tahun 2015 56
Gambar 5.5 Tenaga Keperawatan Kota Cimahi Tahun 2015 58
Gambar 5.6 Tenaga Kefarmasian Kota Cimahi Tahun 2015 59
Gambar 5.7 Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan
Kota Cimahi Tahun 2015 60
Gambar 5.8 Tenaga Keterapian Fisik Kota Cimahi Tahun 2015 60 Gambar 5.9 Tenaga Teknisi Medis Kota Cimahi Tahun 2015 61
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat menjadi lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Guna menjaga keselarasan dan ketercapaian tujuan tersebut maka program yang dilaksanakan harus sejalan dengan Visi Kementerian Kesehatan yaitu Mewujudkan Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan melalui misinya 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.
Dalam melaksanakan visi dan misi ini harus berpedoman pada nilai-nilai Kementerian Kesehatan sebagai berikut ; 1) Pro Rakyat (dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat); 2) Inklusif (semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak); 3) Responsif (program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis); 4) Efektif (program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien); dan 5) Bersih (penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel).
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki salah satu visinya yakni “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.
Dalam upaya mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan kedepan dengan memperhitungkan potensi dan peluang yang dimiliki, maka Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah menetapkan rumusan misinya yang diarahkan terhadap
peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan berkualitas, pengembangan kebijakan dan manjemen kesehatan, peningkatan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas.
Arah pembangunan kesehatan Kota Cimahi tertuang dalam visi Dinas Kesehatan Cimahi yang telah ditetapkan dalam rencana strategis Kota Cimahi yakni meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara mandiri dan mewujudkan pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi. Dengan pelaksanaan misi tersebut diharapkan pada prosesnya terjadi peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sesuai dengan sasaran pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesehatan Kota Cimahi, telah dijelaskan secara rinci mengenai prioritas sasaran yang akan dicapai, sinergis dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sasaran yang ditetapakan bersifat dinamis, artinya mengikuti perkembangan masa, tantangan dan kebutuhan masyarakat kota Cimahi. Tujuan pembangunan kesehatan dapat dicapai dengan adanya dukungan manajemen dan teknologi yang mantap, berdaya guna dan berhasil guna. Manajemen tersebut meliputi aspek perencanaan, implementasi, pengawasan dan monitoring evaluasi terhadap program yang dilaksanakan komprehensif yang didukung oleh sistem informasi kesehatan yang memadai.
Perencanaan yang baik harus berdasarkan data (evidence base), yang tentunya dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas data yang baik pula. Namun pada saat ini sistem informasi kesehatan belum memadai sehingga efektifitas pelaksanaan program belum terwujud secara optimal. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 17 ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu dijelaskan bahwa perlu pengembangan sistem informasi kesehatan yang mantap, agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen kesehatan. Hal tersebut menjadi tantangan bagi semua pihak khususnya Dinas Kesehatan untuk dapat mewujudkan amanat undang undang tersebut. Guna memperoleh output yang optimal maka kegiatan data dan informasi harus dilaksanakan dengan baik yakni meliputi; 1. pengumpulan, validasi, analisa dan diseminasi data dan informasi ; 2. Manajemen
sistem informasi; 3. Dukungan kegiatan dan sumber daya untuk unit-unit yang memerlukan dan; 4. Pengembangan untuk peningkatan mutu sistem informasi kesehatan.
Guna terpenuhinya kebutuhan data dan informasi tentang Dinas Kesehatan, maka salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan yang selama ini menjadi sarana komunikasi tersebut adalah Profil Kesehatan. Profil Kesehatan Kota Cimahi merupakan potret situasi kesehatan di Kota Cimahi yang diterbitkan setahun sekali, di dalamnya memuat data kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan.Profil kesehatan ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Cimahi.
B. Tujuan
1 Tujuan Umum
Profil Kesehatan Kota Cimahi bertujuan untuk memberikan gambaran atau potret kesehatan menyeluruh di wilayah Kota Cimahi, dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna Tahun 2015
2 Tujuan Khusus
Diperolehnya gambaran umum Kota Cimahi meliputi data lingkungan fisik/ biologik, data perilaku kesehatan masyarakat, data demografi dan data sosial ekonomi.
Diperolehnya data dan informasi tentang derajat kesehatan di Kota Cimahi, yang meliputi angka kematian dan kesakitan.
Diperolehnya data dan informasi tentang upaya kesehatan perorangan (pelayanan kesehatan) dan Upaya kesehatan Masyarakat di Kota Cimahi.
Diperolehnya gambaran data sumberdaya kesehatan, meliputi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan pola penyakit di sarana pelayanan kesehatan.
C. Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan Kota Cimahi
1. Visi Pemerintah Kota Cimahi
Visi adalah haluan atau cara pandang jauh ke depan atau suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan, dengan demikian visi merupakan
gambaran yang ingin dicapai, menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis, memiliki orientasi masa depan, menumbuhkan komitmen bersama seluruh masyarakat, dan menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi dalam rangka memberi keyakinan bahwa suatu perkembangan atau perubahan akan terjadi. Visi Pemerintahan Kota Cimahi adalah:
”Menuju Cimahi Cerdas ”
Sejalan dengan diberlakukannya Otonomi Daerah dan undang-undang mengenai sistem perencanaan, maka visi dan misi setiap SKPD selayaknya disesuaikan dengan visi dan misi pemerintah daerahnya, sehingga dengan sendirinya ketercapaian visi dan misi dari SKPD tertentu merupakan salah satu gambaran ketercapaian dari visi dan misi Pemerintah Daerah.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk lebih menyelaraskan keterkaitan antara visi Dinas Kesehatan Kota Cimahi dengan Pemerintah Kota Cimahi, maka dipaparkan terlebih dahulu mengenai visi Pemerintah Kota Cimahi yang dimuat di dalam RPJMD 2012 - 2017, sebagaimana berikut :
Menuju Cimahi CERDAS
Penjabaran dari makna Visi Kota Cimahi Tahun 2012 – 2017 adalah sebagai berikut :
CREATIVE : Cimahi dengan segala potensi dan karakter lokal dapat berkreasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan umum.
EGALITER : Menegakkan kesetaraan dalam menghadapi segala tantangan dan pelayanan.
RESPONSIF : Cepat tanggap dalam menghadapi segala tantangan pelayanan.
DINAMIS : Mampu terus bergerak, berdenyut mengikuti dinamika kehidupan.
AGAMIS : Menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam peri kehidupan dan mewujudkan keshalehan sosial
SINAMBUNG : Program-program pembangunan yang berkelanjutan.
2. Misi Pemerintah Kota Cimahi
Sebagai rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi pembangunan jangka menengah Kota Cimahi 2012 – 2017 tersebut akan dicapai melalui 6 (enam) misi sebagai berikut :
1. Mewujudkan Kreativitas Dalam Segala Bidang 2. Meningkatkan Kesetaraan Dalam Pelayanan Publik
3. Meningkatkan Kemampuan Dalam menanggapi Tantangan, Tuntutan dan Kondisi Secara Cepat.
4. Mempertahankan Dinamika Perikehidupan Dalam Pembangunan.
5. Mewujudkan Kesalehan Sosial Dalam Masyarakat yang Berakhlak Mulia.
6. Melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan dan Keseimbangan.
Misi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misi Pertama : mewujudkan Kreativitas Dalam Segala Bidang
Mengingat adanya keterbatasan dalam sumberdaya alam, maka pembangunan di Kota Cimahi harus lebih menekankan pada kemampuan dan kreativitas segenap masyarakat Kota Cimahi. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk lebih meningkatkan kreativitas di semua bidang, yang mana dapat dilakukan dengan pembentukan dan pengembangan potensi sosial, budaya, ekonomi, serta manusianya untuk dapat memproses barang dan jasa yang berbeda dan memiliki nilai tambah dengan pemanfaatan IPTEK sehingga dapat memilki keunggulan komparatif dan kompetitif. Kreativitas diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam rangka mendukung pengembangan infrastruktur kota yang lebih baik serta pengembangan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan infrastruktur kota.
Misi Kedua : Meningkatkan Kesetaraan Dalam Pelayanan Publik
Hal ini berarti untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban masyarakat serta kesadaran akan kesamaan sebagai anggota masyarakat Cimahi yang Saluyu Ngawangun Jati Mandiri, bersama-sama membentuk pengarusutamaan paradigma pemerintah sebagai pelayan publik. Selain itu, misi ini mengandung arti adanya upaya untuk membangkitkan semangat partisipasi pembangunan dengan mengurangi disparitas pembangunan antar kewilayahan dan komunitas agar menciptakan kesetaraan dan pemerataan dalam pelayanan publik. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, dan swasta.
Misi ketiga : Meningkatkan Kemampuan Dalam menanggapi Tantangan, Tuntutan dan Kondisi secara cepat.
Hal ini menciptakan sosok Kota Cimahi yang memiliki kemampuan dalam menanggapi tantangan, tuntutan dan kondisi secara cepat, yang dilakukan dengan meningkatkan kemampuan pendeteksian dini berbagai fenomena yang berkembang di masyarakat sebagai masukan kebijakan dan siaga dalam kejadian untuk menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat. Misi ketiga ini juga perlu disikapi bahwa untuk dapat menanggapi tantangan, maka kondisi masyarakat harus dipersiapkan. Untuk itu berbagai institusi yang berkaitan
dengan hal tersebut seperti pemerintah dan pranata birokrasi harus dapat berperan dan mendukung. Hal ini dilakukan dengan peningkatan manajemen pemerintah, penataan birokrasi sehingga menjadi struktur otoritas atau organisasi yang didasarkan atas peraturan-peraturan yang jelas dan rasional serta posisi-posisi yang terpisahkan dari orang mendudukinya.
Birokrasi yang dapat mewakili kepentingan rakyat maupun pemerintah dengan fungsi koordinasi, pendisiplinan, dan pengendalian proses pemerintah dengan kuat. Misi ini juga mengandung arti kemampuan kota dalam merespon secara cepat dan tepat berbagai permasalahan pembangunan.
Misi Keempat : Mempertahankan Dinamika Perikehidupan Dalam pembangunan.
Hal ini berarti, perubahan dan kemajuan yang telah tercipta sejak otonomi Cimahi, harus disesuaikan dengan kondisi eksternal baik dalam lingkup regional, nasional bahkan internasional, agar dapat memenuhi standar global yang dilakukan dengan memperkuat jati diri dan karakter masyarakat Kota Cimahi yang berdaya saing, yang berguna dalam mempertahankan kesinambungan pembangunan Kota Cimahi. Dinamika diatas dapat diartikan sebagai dinamika yang ada dan dialami oleh masyarakat dalam pembangunan, yang tercermin dalam partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Untuk mempertahankan dinamika tersebut maka masyarakat harus diposisikan dalam penempatan yang sederajat sebagai unsur penggerak pembangunan partisipatif dengan para birokrat pemerintahan. Hal ini akan menciptakan kemandirian dan kedewasaan masyarakat. Masyarakat yang mandiri, dewasa, dan memiliki visi ke depan, merupakan masyarakat yang kuat, yang mau, dan mampu menjadi kontral sosial untuk mengawasi para penyelenggara pemerintahan. Kontrol sosial dari masyarakat terhadap pemerintahan, berarti mengikuti secara aktif dan kritis terhadap semua proses pengambilan keputusan/ kebijakan pemerintah daerah.
Sebagai konsekuensi logis dari undang-undang sistem perencanaan dan otonomi daerah, visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Cimahi disusun dengan mengacu kepada visi dan misi Pemerintah Kota yang dimuat di dalam RPJMD, memperhatikan kondisi (profil) layanan kesehatan saat ini, visi dan misi kementerian Kesehatan, serta visi dan misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, sehingga di dalam pelaksanaannya terjadi saling menguatkan dan bersinergi untuk menumbuhkan dan mewujudkan masyarakat Kota Cimahi cerdas.
D. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Cimahi 1. Visi Dinas Kesehatan
Berkaitan dengan visi dan misi (terutama misi kedua) Pemerintah Kota Cimahi tersebut, maka Dinas Kesehatan Kota Cimahi menetapkan visi dan misi yang dianggap relevan dan mendukung pencapaian visi dan misi Pemerintah Kota, serta strategis dengan kondisi (profil) layanan kesehatan di Kota Cimahi saat ini, sinergi dengan visi dan misi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementrian Kesehatan. Visi Dinas Kesehatan yang telah ditetapkan tersebut adalah sebagai berikut: :
“CIMAHI SEHAT MANDIRI 2017”
Dari visi tersebut terkandung makna dan maksud sebagai berikut Sehat Mandiri, mengandung pengertian bahwa Dinas Kesehatan Kota Cimahi mempunyai cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Kota Cimahi yang sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap individu mampu untuk hidup produktif, serta mampu mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi sehingga terbebas dari gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingkungan dan perilaku yang buruk.
2. Misi Dinas Kesehatan Kota Cimahi
Misi merupakan penjabaran dari visi yang ditetapkan yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar visi organisasi dapat tercapai dan memberi arah terhadap pencapaian tujuan dan sasaran. Visi dan misi yang ditetapkan oleh pemerintah kota harus sejalan dengan visi dan misi yang ditetapkan oleh pemerintah Provinsi, demikian juga dengan visi misi provinsi haruslah sinergis dengan visi misi pembangunan kesehatan Nasional.Oleh karena itu, untuk mencapai Visi Dinas Kesehatan Kota Cimahi maka ditetapkan Misi Dinas Kesehatan Tahun 2012-2017 sebagai berikut :
a. Meningkatkan aksebilitas pelayanan kesehatan
Masyarakat diberi kemudahan untuk memperoleh pelayanan kesehatan, baik dari segi fisik, yaitu jarak dan waktu tempuh, segi ekonomi atau kemampuan finansial, maupun secara sosial atau kondisi yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara wajar, efektif
dan efisien serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosial budaya.
c. Memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara mandiri.
Berupaya menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat, sehingga masyarakat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
d. Mewujudkan pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi
Mengembangkan teknologi informasi bidang kesehatan sehingga tersedia data dan informasi yang akurat, tepat dan cepat yang diperlukan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk memberikan solusi terhadap pembangunan kesehatan.
Strategi Dinas Kesehatan Kota Cimahi
1. Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana puskesmas 2. Meningkatkan pengelolaan jaminan kesehatan masyarakat 3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak 4. Meningkatkan mutu dan jaminan ketersediaan obat-obatan 5. Meningkatkan pengawasan terhadap pangan berbahaya
6. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penyakit menular dan tidak menular
7. Meningkatkan akses dan mutu penyehatan dan pengawasan lingkungan
8. Meningkatkan sistem dan kualitas surveilans serta kewaspadaan dini dan penanggulangan bencana
9. Pemenuhan kebutuhan sumber daya Manusia (SDM) sesuai kebutuhan 10. Meningkatkan promosi budaya PHBS secara bertahap dan berjenjang 11. Meningkatkan promosi dan pengembangan RW siaga aktif
12. Meningkatkan mutu UKBM melalui peningkatan strata kemandirian 13. Penyediaan sarana dan prasarana dan sumber daya IT sesuai kebutuhan.
E. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran Dinas Kesehatan Kota Cimahi adalah:
1. Meningkatkan kemudahan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan Sasarannya :
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
Mengembangkan jaminan pembiayaan kesehatan bagi masyarakat.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar Sasarannya :
Menjamin seluruh masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu 3. Menjamin tersedianya SDM yang kompeten di bidangnya
Sasarannya :
Peningkatan jumlah, jenis dan penyebaran SDM kesehatan dan Non kesehatan yang sesuai dengan standar
Meningkatnya kualitas tenaga kesehatan dan tenaga lainnya 4. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Sasarannya :
Meningkatkan perilaku sehat di masyarakat melalui peningkatan PHBS di lima tatanan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan RW siaga aktif maupun UKBM lainnya
5. Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui ketersediaan data dan informasi yang cepat, tepat dan akurat
Sasarannya :
Tersedianya data dasar kesehatan secara tepat, tepat dan akurat
F. Kebijakan
Upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan maka ditentukan kebijakan sebagai berikut:
1. Mengembangkan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas/Pustu).
2. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dijamin jamkesmas/jamkesda 3. Asuransi kesehatan (Jamsostek, Askes, Asabri) akan dikelola BPJS
4. Seluruh masyarakat memiliki jaminan kesehatan baik dijamin pemerintah, swasta maupun secara mandiri
5. Meningkatkan kemitraan dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta dalam menyongsong Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
6. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat harus sesuai dengan SOP 7. Peningkatan mutu pelayanan puskesmas melalui penilaian kinerja Puskesmas,
akreditasi puskesmas dan ISO 9001
8. Pemenuhan kebutuhan SDM secara bertahap
9. Mengikutsertakan/melaksanakan diklat bagi SDM sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan secara bertahap
10. Meningkatkan kapasitas kader kesehatan melalui pembinaan, pendampingan dan refreshing kader.
11. Meningkatkan proporsi anggaran untuk sarana IT 12. Menyelaraskan dukungan IT sesuai UU
G. Sistematika Penyajian
Sistematika Penyajian Profil Kesehatan Kota Cimahi adalah sebagai berikut:
Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Bab III Derajat Kesehatan Bab IV Upaya Kesehatan Bab V Sumber Daya Kesehatan Bab VI Kesimpulan
Lampiran
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Situasi Keadaan Umum
Menurut posisi geografisnya, Kota Cimahi terletak antara 1070 30’ 30” - 1070 34’ 30”
BT dan 60 50’ 00” - 60 56’ 00” LS dan berada pada cekungan Bandung, yang merupakan inti dari wilayah Bandung Raya. Kota Cimahi berada di lintas jalan nasional yang menghubungkan Kota Bandung - Kota Jakarta; Jalan Tol Cileunyi-Purwakarta-Padalarang, serta jalur kereta api Bandung - Jakarta. Dengan melihat kedudukan geografis yang sangat strategis dan terletak di persimpangan jalur kegiatan ekonomi regional dan sebagai kota inti Bandung Raya yang berdampingan dengan ibu kota Provinsi Jawa Barat yang sangat dinamis, Kota Cimahi memiliki potensi pengembangan daerah sebagai pusat pelayanan jasa yang berbasis pada sumber daya manusia, terutama di bidang industri, pendidikan, perdagangan dan pariwisata.
Wilayah administrasi Kota Cimahi memiliki luas 40,2 Km2 yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan 15 kelurahan sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.1 .
Tabel 2.1
Luas Wilayah per Kecamatan
No Kecamatan Luas
(Km2)
1 Kecamatan Cimahi Selatan 16,94
2 Kecamatan Cimahi Tengah 10,11
3 Kecamatan Cimahi Utara 13,32
TOTAL (Km2) 40,25
Sumber: Kota Cimahi Dalam Angka 2015
Batas-batas wilayah administrasi Kota Cimahi adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Parongpong; Cisarua dan Ngamprah - Kabupaten Bandung Barat.
Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo dan Andir - Kota Bandung.
Sebelah Selatan : Kecamatan Margaasih - Kabupaten Bandung dan Kecamatan Bandung Kulon - Kota bandung.
Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang dan Batujajar-Kabupaten Bandung Barat
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Cimahi
Wilayah Kota Cimahi secara topografi dan morfologi merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan, dengan ketinggian di bagian utara ± 1.050 meter dpl (Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu, serta ketinggian di bagian selatan sekitar ± 920 meter dpl (Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum. Secara umum, kelurahan di Kota Cimahi merupakan daerah dataran. Hanya ada 1 (satu) kelurahan yang topografinya memiliki daerah perbukitan yaitu kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara.
Secara umum kondisi geohidrologi Kota Cimahi dibagi kedalam 2 (dua) jenis yaitu air permukaan dan air tanah. Kondisi air permukaan/ sungai yang melalui Kota Cimahi terdiri dari dari Sungai Cimahi yang memiliki debit air rata-rata 3.830 l/dt. Sungai Cimahi memiliki 5 (lima) anak sungai yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masing-masing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt). Sementara itu, mata air yang terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt).
Kota Cimahi dan sekitarnya memiliki iklim tropis, ditandai dengan adanya musim kemarau selama bulan Juni-September serta musim penghujan berlangsung pada periode Oktober-Mei. Sedangkan rata rata curah hujan tahunan pada setiap wilayah bervariasi tergantung dari ketinggian permukaan tanah, dimana pada elevasi +700-850 m curah hujan
mencapai antara 1700-3000 mm/tahun sedangkan pada elevasi >850 m curah hujan mencapai 3000-4000 mm/tahun.
Kelembaban udara relatif konstan dengan variasi kecil. Pada dataran Bandung dan Cimahi kelembaban udara minimum sebesar 73% pada bulan September, dan maksimum 83
% pada bulan April. Rata rata temperatur udara berkisar 22,70 C - 23,20 C. Temperatur udara cenderung turun sejalan dengan kenaikan elevasi, besarnya penurunan temperatur sekitar 0,60 C setiap kenaikan elevasi 100 m.
Secara geografis letak Kota Cimahi sangat strategis, namun demikian terdapat beberapa kendala dalam pengembangan ruang, diantaranya adalah :
a. Sebagian wilayah Kota Cimahi (± 20% luas wilayah) menurut Keputusan Menteri Perhubungan No 49 tahun 2000, termasuk ke dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pelabuhan Udara Husein Sastranegara. Kawasan Kota terkena bahaya kecelakaan dan pada daerah horisontal dalam dikembangkan maksimal ketingggian bangunan yang terbatas.
b. Peruntukan lahan Wilayah Bandung Utara berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara, menyatakan bahwa sebagian besar luas Kota Cimahi, yaitu 1446,59 Ha (±36% dari luas Kota Cimahi) termasuk ke dalam Kawasan Bandung Utara. Pemanfaatan ruang pada daerah yang termasuk dalam KBU ini sangat terbatas dengan tujuan mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang di KBU untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan serta untuk mewujudkan peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara, flora, dan fauna.
c. Berdasarkan hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Geologi Lingkungan Metropolitan Bandung yang dilaksanakan oleh Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Kota Cimahi termasuk ke dalam kawasan rawan bencana gunung api I, yaitu apabila terjadi letusan besar Gunung Tangkubanperahu. Selain itu, di Kota Cimahi juga termasuk pada jalur patahan Lembang yang bersiko terjadi bencana gempa tektonik.
d. Hambatan lain yang berupa hambatan fisik dan geografis dalam pengembangan Kota Cimahi adalah terdapatnya lembah-lembah sungai di kawasan Cimahi bagian utara, jalan tol, dan jalur kereta api yang mengakibatkan Kota Cimahi terpecah menjadi beberapa kawasan yang sulit berinteraksi.
Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah kota dalam pengembangan dan pembangunan kota sehingga pengembangan dan pembangunan
Kota Cimahi menjadi sangat dinamis dan selalu mengakomodir kebutuhan-kebutuhan yang ada.
B. Gambaran Umum Demografis
1 Kependudukan
Penduduk merupakan sasaran sekaligus pelaku pembangunan. Output pembangunan adalah meningkatnya kesejahteraan penduduk dan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas inilah yang akan meningkatkan akselerasi pembangunan.
Menurut Dinas Kependudukan data kependudukan tahun 2015 penduduk Kota Cimahi berjumlah 584.469 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 51%
lebih banyak dari perempuan sebesar 49% (gambar 2.2). Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Cimahi umumnya berusia relatif muda yaitu antara umur 0-4 tahun, yaitu sebanyak 42.523 orang atau sekitar 7,28%, umur 5-9 tahun, yaitu sebanyak 50.043 orang atau sekitar 8,56 %, umur 10-14 tahun, yaitu sebanyak 54.021 orang atau sekitar 9,24 %, umur 15- 19 tahun, yaitu sebanyak 48.240 orang atau sekitar 8,25%, umur 20-24 tahun, yaitu sebanyak 47.462 orang atau sekitar 8,12%, sedangkan umur 25-29 tahun, yaitu sebanyak 47.776 orang atau sekitar 8,17 %, dengan sex ratio sebesar 102,23 yang berarti setiap 100 perempuan berbanding dengan 102 laki-laki. Rincian lengkapnya diperlihatkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Penduduk Kota Cimahi Berdasarkan Kelompok Umur Bulan Desember 2015
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Jumlah
n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
0-4 21.968 7,44 20.555 7,11 42.523 7,28 05-09 25.826 8,74 24.217 8,38 50.043 8,56 10-14 27.627 9,35 26.394 9,13 54.021 9,24 15-19 24.822 8,40 23.418 8,10 48.240 8,25 20-24 23.734 8,03 23.728 8,21 47.462 8,12 25-29 24.197 8,19 23.579 8,16 47.776 8,17 30-34 28.387 9,61 27.953 9,67 56.340 9,64 35-39 27.082 9,17 26.893 9,31 53.975 9,23 40-44 23.720 8,03 23.379 8,09 47.099 8,06 45-49 19.983 6,76 19.703 6,82 39.686 6,79
Kelompok Umur
Laki n (jiwa) 50-54 15.270 55-59 12.226 60-64 8.483 65-69 4.731 70-74 3.872
75+ 3.534
Total 295.462
Sumber : Dinas Kependudukan 201
Sumber : Dinas Kependudukan 201
Rasio Jenis Kelamin
Struktur Umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat gambar 2.3 dalam Piramida penduduk berikut :
Laki-Laki Perempuan Jumlah
n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
15.270 5,17 15.126 5,23 30.396 5,20 12.226 4,14 11.387 3,94 23.613 4,04 8.483 2,87 8.202 2,84 16.685 2,85 4.731 1,60 5.489 1,90 10.220 1,75 3.872 1,31 4.007 1,39 7.879 1,35 3.534 1,20 4.977 1,72 8.511 1,46 295.462 100.00 289.007 100.00 584.469 100.00 Sumber : Dinas Kependudukan 2015
Sumber : Dinas Kependudukan 2015
Gambar 2.2
Rasio Jenis Kelamin Bulan Desember 2015
penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat dilihat pada iramida penduduk berikut :
dilihat pada
Sumber : Dinas Kependudukan 2015
Gambar 2.3 Penduduk Kota Cimahi Berdasarkan Usia Bulan Desember 2015
Piramida penduduk di atas menunjukan bahwa penduduk Kota Cimahi didominasi oleh penduduk usia produktif, sehingga hal ini merupakan potensi bagi pembangunan Kota Cimahi.
Jumlah penduduk rentang usia 5-14 tahun merupakan konsekuensi dari besarnya jumlah pasangan usia (30-39 tahun) yang berdampak pada masih tingginya tingkat kelahiran. Struktur piramida penduduk di atas berpengaruh terhadap angka ketergantungan penduduk.
Persebaran penduduk Kota Cimahi sampai pada akhir Desember 2014 menurut tempat tinggal di setiap kelurahan tidaklah merata. Terdapat kelurahan yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, jumlah penduduk padat terdapat pada wilayah Kelurahan Cibabat, Kelurahan Cibereum dan Kelurahan Melong, sedangkan sebaran penduduk paling sedikit terdapat pada Kelurahan Cimahi, Kelurahan Karang Mekar dan Kelurahan Pasirkaliki.
Pada gambar 2.6 permasalahan kesehatan akan sering terjadi pada wilayah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak.
Sumber : Dinas Kependudukan 201
Dengan Luas Wilayah 4 memiliki tingkat kepadatan rata
memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 16.973 memiliki tingkat kepadatan penduduk sebanyak memiliki kepadatan penduduk terendah, yaitu
tingkat kepadatan paling tinggi adalah Kelurahan Cibeureum yaitu
Sumber : Dinas Kependudukan 2015
Gambar 2.4 Kepadatan Penduduk Bulan Desember 2015
Dengan Luas Wilayah 40.25 km2 dan jumlah total penduduk 584.469 jiwa, Kota Cimahi memiliki tingkat kepadatan rata-rata 43.984 jiwa/Km2. Kecamatan Cimahi Tengah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 16.973 jiwa/Km2, Kecamatan Cimahi Selatan iki tingkat kepadatan penduduk sebanyak 14.663 jiwa/Km2, dan Kecamatan Cimahi Utara memiliki kepadatan penduduk terendah, yaitu 12.349 jiwa/Km2. Kelurahan yang memiliki tingkat kepadatan paling tinggi adalah Kelurahan Cibeureum yaitu 24.431
dan jumlah total penduduk 584.469 jiwa, Kota Cimahi . Kecamatan Cimahi Tengah yang , Kecamatan Cimahi Selatan , dan Kecamatan Cimahi Utara . Kelurahan yang memiliki 24.431 jiwa/Km2.
Sedangkan Kelurahan Cipageran merupakan Kelurahan yang memiliki tingkat kepadatan paling rendah, yaitu 8.262 jiwa/Km2.
Tabel 2.3
Persebaran Penduduk di Kota Cimahi Tahun 2015
No Kelurahan/
Kecamatan
Luas Wilayah (KM2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan per KM2 Cimahi Utara 13,32 164.491 12.349
1 Cibabat 2,87 56.245 19.598 2 Cipageran 5,94 49.077 8.262 3 Citeureup 3,2 39.123 12.075 4 Pasirkaliki 1,27 20.046 15.784 5 Cimahi Tengah 10,11 171.595 16.973 Baros 2,25 23.562 10.472 6 Cigugur Tengah 2,35 50.313 21.410 7 Cimahi 0,84 13.806 16.436 8 Karangmekar 1,31 18.260 13.939 9 Padasuka 1,98 40.452 20.430 10 Setiamanah 1,38 25.202 18.262 11 Cimahi Selatan 16,94 248.383 14.663 Cibeber 3,33 27.611 8.292
12 Cibeureum 2,75 67.185 24.431 13 Leuwigajah 3,93 46.073 11.723 14 Melong 3,13 70.196 22.427 15 Utama 3,8 37.318 9.821 Kota Cimahi 40,37 584.469 43.984,49 Sumber : Dinas Kependudukan 2015
Tingginya kepadatan penduduk di Kelurahan Cibeureum diantaranya disebabkan oleh posisi geografisnya berbatasan langsung dengan Kota Bandung, sehingga memiliki aksesibilitas yang tinggi dan mudah ke Kota Bandung. Hal ini diperkuat dengan data migrasi yang menunjukan bahwa 14,19% dari migrasi yang masuk ke Kota Cimahi, bertempat tinggal di Kelurahan Cibeureum. Padatnya penduduk di Kelurahan Cibeureum juga disebabkan oleh aspek proksimitas atau kedekatan dengan pusat-pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang berada wilayah Cibeureum dan sekitarnya.
2. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan,13% penduduk Kota Cimahi belum memiliki ijasah SD, 17%
telah menyelesaikan pendidikan SD/MI, 21% telah menyelesaikan pendidikan SMP, 35% telah menyelesaikan pendidikan SMA/ MA/ SMK, 7% telah memiliki ijasah Strata 1/ Diploma IV dan 1% telah menyelesaikan S3.
Sumber : Data agregat Kependudukan Kota Cimahi Desember 2015 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cimahi
Gambar 2.5 Persentase Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
3. Penduduk Miskin
Pada tabel 2.4 diketahui bahwa keluarga miskin yang berkunjung ke puskesmas adalah sebesar 23.72% bila dibandingkan dengan target sudah
sunatan masal yang direncanakan 75 anak tetapi pada pelaksanaannya hanya yang disunat karena kesulitan dalam mendapatkan
Jaminan Pemb No Indikator Kinerja 1 Kunjungan gakin
2 Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin
3 Pelayanan Kesehatan Rujukan Masyarakat
4 Sunatan Masal
Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin baru mencapai 89.00%, bila dibandingkan dengan target belum tercapai, demikian juga dengan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin baru mencapai
dibandingkan dengan capaian tahun 2014 (12.13
Kesehatan dijelaskan bahwa cakupan rujukan masyarakat miskin dihitung 21%
17%
7%
4%
2% 1%
udukan Kota Cimahi Desember 2015, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cimahi
Persentase Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2015
diketahui bahwa keluarga miskin yang berkunjung ke puskesmas bila dibandingkan dengan target sudah terlampaui. Untuk
sal yang direncanakan 75 anak tetapi pada pelaksanaannya hanya 70 anak saja esulitan dalam mendapatkan sasaran.
Tabel 2.4 Indikator Kinerja
Jaminan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat
Indikator Kinerja Target Realisasi
Kunjungan gakin 13% 23.72%
Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin
100% 89%
Pelayanan Kesehatan Rujukan 100% 11.54%
Sunatan Masal 75 anak 70 anak
Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin baru mencapai 89.00%, bila dibandingkan dengan target belum tercapai, demikian juga dengan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin baru mencapai 11.54%, target 100% dan menurun bila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 (12.13%). Di dalam petunjuk teknis SPM
Kesehatan dijelaskan bahwa cakupan rujukan masyarakat miskin dihitung berdasarkan jumlah 13%
35%
1% TDK MEMILIKI IJAZAH
SD SMA/ MA SMP/ MTs SD/MI
STRATA 1/DIPLOMA IV
diketahui bahwa keluarga miskin yang berkunjung ke puskesmas Untuk kegiatan 70 anak saja
Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin baru mencapai 89.00%, bila dibandingkan dengan target belum tercapai, demikian juga dengan pelayanan kesehatan , target 100% dan menurun bila ). Di dalam petunjuk teknis SPM Bidang berdasarkan jumlah TDK MEMILIKI IJAZAH
STRATA 1/DIPLOMA IV
pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata 2 dan strata 3 dibagi dengan jumlah masyarakat miskin, padahal tidak semua masyarakat miskin sakit, dan tidak seluruh masyarakat miskin yang sakit dan berobat di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) harus dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Masyarakat miskin yang datang ke puskesmas semuanya diberikan pelayanan kesehatan dasar (100%), dan bagi yang benar-benar memerlukan rujukan semuanya (100%) dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
Berdasarkan hasil cakupan riil pelayanan kesehatan penduduk miskin tahun 2015 tercatat jumlah penduduk miskin di Kota Cimahi berdasarkan Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu) berjumlah 26.648 jiwa. Adapun cakupan jaminan kesehatan di Kota Cimahi dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Cakupan Jaminan Kesehatan Tahun 2015
24.27
4.00
12.00
4.56
20.85
65.68
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
PEKERJA PENERIMA
UPAH
PESERTA BUKAN PEKERJA
PESERTA BUKAN PENERIMA
UPAH
JAMKESDA PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI)
KOTA
BAB III
DERAJAT KESEHATAN
Pada bab ini dijelaskan hasil–hasil pencapaian pembangunan kesehatan dan situasi derajat kesehatan Kota Cimahi serta berbagai upaya pelayanan kesehatan dalam bentuk kegiatan dan hasil pencapaian kegiatan di Puskesmas maupun di rumah sakit di wilayah Kota Cimahi. Selain upaya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, dalam bab ini akan dijelaskan pula mengenai sumber daya kesehatan dalam bentuk sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan anggaran kesehatan dalam menunjang berbagai upaya kesehatan di Kota Cimahi.
A. Angka Kematian
Angka kematian yang terjadi di satu wilayah tertentu dapat memberikan gambaran derajat kesehatan maupun hal lain di wilayah tersebut, seperti kerawanan keamanan atau bencana alam. Pada dasarnya ada penyebab kematian langsung dan penyebab tidak langsung, walaupun kenyataan yang terjadi adalah interaksi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kematian masyarakat.
Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kematian penduduk tersebut. Tingkat kematian merupakan indikator sensitif terhadap kualitas dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah seperti Angka Kematian Kasar, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Balita dan Angka Harapan Hidup.
1. Kematian Anak
Jumlah kematian anak di Kota Cimahi tahun 2015 yang dilaporkan berjumlah 93 kasus, yang terdiri Kematian Neonatal 68 kasus (37%), kematian Bayi 21 kasus (23%), dan 4 kasus (4%) kematian balita. Dari laporan bulanan puskesmas diketahui bahwa jumlah kematian bayi dan neonatal di Kota Cimahi pada tahun 2015 adalah sebanyak 89 kasus dari 10.193 Kelahiran Hidup. (konversi 8.73/1000 KH) jauh lebih baik dari target yang ditetapkan (29.70-29.30/1.000 KH), meskipun lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu 78 kasus dari 10.539 KH (konversi: 7.40/ 1.000 KH) dan tahun 2013 dengan 76 kasus dari 10.659 KH (konversi 6,85/1000KH). Penyebab kematian bayi adalah BBLR 37 kasus, Asfiksia 23 kasus, Aspirasi 3 kasus, ISPA 2 kasus, Diare 3 kasus, gangguan saluran cerna 1 kasus, kelainan congenital 5 kasus, lnfeksi 3 kasus dan lain-lain penyebab 12 kasus.
Sedangkan tempat kematian bayi adalah di sebanyak 17 kasus, rumah bersalin sebany
bersalin 1 kasus dan puskesmas 1 kasus
Sumber : Bid. Yanmas Dinkes Kot Gambar 3.
Pada tahun 2015 terjadi kasus kematian terjadi di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Puskesmas Cigugur Tengah 1 kasus.
sebesar 1 kasus, diare sebesar 1 kasus napas lainnya sebesar 1 kasus.
2. Kematian Ibu
Kematian maternal menurut batasan dari Classification of Diseases (ICD-
atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian ya disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO,2007).
(ibu hamil & ibu bersalin) tahun 200 BAYI 23%
kematian bayi adalah di rumah sakit sebanyak 67 kasus
us, rumah bersalin sebanyak 2 kasus, dipraktik bidan sebanyak 1 kasus, klinik bersalin 1 kasus dan puskesmas 1 kasus.
Sumber : Bid. Yanmas Dinkes Kota Cimahi 2015
Gambar 3.1 Kematian Anak Kota Cimahi 2015
terjadi kasus kematian balita sebanyak 4 kasus masing
Puskesmas Pasirkaliki 1 kasus, Puskesmas Leuwigajah 2 kasus dan 1 kasus.Penyebab kematian balita tersebut terdiri dari penmonia sebesar 1 kasus, Kelainan Kongenital sebesar 1 kasus dan gangguan
Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The International -10) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat k
atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian ya disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO,2007). Jumlah kasus kematian ibu maternal (ibu hamil & ibu bersalin) tahun 2007 - 2015 di Kota Cimahi dapat dilihat pada tabel berikut.
NEONATAL 73%
ANAK BALITA 4%
67 kasus, di rumah 1 kasus, klinik
masing masing 2 kasus dan terdiri dari penmonia dan gangguan
The Tenth Revision of The International ) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang Jumlah kasus kematian ibu maternal di Kota Cimahi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1.
Jumlah Kematian Ibu Maternal Kota Cimahi Tahun 2007 – 2015 Tahun Jumlah kematian ibu Maternal Konversi
Tahun 2007 10/9729 KH 102.79/100.000 KH
Tahun 2008 9/11375 KH 79.12/100.000 KH
Tahun 2009 16/10734 KH 149.05 /100.000 KH
Tahun 2010 9/10908 KH 82.511 /100.000 KH
Tahun 2011 9/10629 KH 84.6 /100.000 KH
Tahun 2012 9/10632 KH 84.7 /100.000 KH
Tahun 2013 14 /10651 KH 131.44/100.000 KH
Tahun 2014 10/10.539 KH 94.88/100.000 KH
Tahun 2015 17/10.193 KH 167.78/100.000 KH
Sumber : Profil KIA Tahun 2015, Bid. Yanmas Dinkes Kota Cimahi
Dari tabel 3.1 tersebut di atas terlihat bahwa jumlah kematian ibu di Kota Cimahi tahun 2015 adalah 17 kasus per 10.193 Kelahiran Hidup (konversi 167.78/100.000 KH), mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2014 adalah 10 kasus dari 10.539 KH (konversi 94.44/1.000.000 KH). Dan tahun 2013 dengan 14 kasus dari 10.659 KH (konversi 131,34/100.000 KH). Dengan AKI 166.78/100.000 KH (konversi), maka persentase capaian kinerjanya sangat kecil (50.65-84.45) bila dibandingkan dengan target AKI Kota Cimahi tahun ini (84.65-84.45). Tetapi bila dibandingkan dengan target MDGs 102/100.000 KH maka capaian kinerjanya 61.16%.
Sumber : Profil KIA Tahun 2015, Bid. Yanmas Dinkes Kota Cimahi Gambar 3.2 Kematian Bayi Berdasarkan
Jenis Kelamin Kota Cimahi 2015
10 9 16 9 9 9 14 10 17
102.79 79.12
149.05
82.51 84.6 84.7
131.44 94.88
167.78
0 50 100 150 200
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015 Kematian ibu Maternal Konversi
Penyebab kematian ibu yang terjadi pada tahun 2015 adalah perdarahan 4 kasus, PEB/ Eklamsi 3 kasus, lnfeksi 2 kasus, decomp 2 kasus, suddent death 2 kasus, CRF 1 kasus, dehidrasi 1 kasus, emboli ketuban 1 kasus, serta shock cardiogenic 1 kasus. Wilayah kerja puskesmas dengan kasus kematian ibu adalah di Puskesmas Cigugur Tengah 4 kasus, Melong Tengah 3 kasus, Padasuka 2 kasus dan masing-masing 1 kasus di wilayah kerja puskesmas Cimahi Utara, Pasirkaliki, Cipageran, Citeureup, Cimahi Tengah, Cimahi Selatan, Cibeureum dan Melong Asih. Sedangkan tempat kematian ibu adalah : 9 kasus di RS, 6 kasus di rumah dan 2 kasus di perjalanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem rujukan sudah berjalan tetapi belum optimal. Hal ini disebabkan adanya keterlambatan dalam merujuk atau keterlambatan dalam penanganan di Rumah Sakit, penapisan ibu hamil resiko tinggi belum optlmal dan kesadaran serta pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan ibu hamil termasuk kasus-kasus resiko tinggi masih kurang.
Sumber : Profil KIA Tahun 2015, Bid. Yanmas Dinkes Kota Cimahi
Gambar 3.3 Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja Kota Cimahi 2015
B. Status Gizi Balita
Status gizi merupakan parameter tingkat kesehatan individu dan masyarakat, status gizi tersebut dapat ditentukan dengan metode biokimia, klinis, dan antropometri. Penilaian status gizi ini penting untuk mengidentifikasi anak balita yang terkena Kekurangan Energi Protein (KEP).Balita dengan KEP merupakan salah satu faktor risiko yang memberikan
1 1 1 1 1
4
2
1 1 1
0 0 3
dampak pada lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM). Pada tahun 2015 prevalensi gizi buruk di Kota Cimahi adalah 0,12% (45 kasus) lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 dengan prevalensi gizi buruk 0.08% (25 kasus) dan tahun 2013 sebesar 0,09% (36 balita). Data tersebut diperoleh dari laporan bulanan gizi buruk dari puskesmas, indikator status gizi yang digunakan adalah BB/TB. Dari keseluruhan balita gizi buruk yang ditemukan keseluruhannya (100%) sudah mendapatkan intervensi/ penanganan, yaitu berupa pemeriksaan dan konseling di puskesmas, pemberian makanan tambahan (PMT) selama 90 hari, disertai pemantauan baik oleh kader maupun petugas gizi puskesmas.
C. Pencegahan Penyakit 1. Penyakit Menular
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit TB telah menjadi iceberg phenomenon, yang terlihat cukup baik dari permukaan, namun masih menyimpan permasalahan besar yang belum ditemukan sehingga perlu penanganan yang lebih intensif.
Penemuan kasus BTA (+) baru mencapai 74,72%, meningkat bila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 (73,72%) walaupun belum mencapai target yang ditetapkan 80%.
Peningkatan ini tidak lepas dari peran PPTI Kota cimahi dengan seluruh anak cabang PPTI di setiap kecamatan yang aktif datam mencari/menemukan terduga penderita TB untuk diantar ke puskesmas guna diperiksa sputumnya.
Penemuan kasus BTA yang masih di bawah target diduga karena penegakan diagnosis TB dengan strategi DOTS yang seharusnya dilakukan dengan cara pemeriksaan sputum BTA belum di terapkan oleh semua dokter praktek swasta (DPS) dan Rumah sakit di Kota cimahi (ada yang hanya menggunakan hasil foto Rontgent sebagai penentuan diagnosis TB). Selain itu pelaporan kasus TB dari DPS dan klinik swasta yarg belum optimal serta penjaringan terduga TB yang masih kurang menyebabkan penemuan kasus BTA(+) belum mencapai target. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dengan melaksanakan HDL (Hospital DOTS Linkage), pelatihan OJT (On Job Training) bagi petugas laboratorium dan DOTS Rumah Sakit, pelatihan DOTS bagi DPS, serta pelatihan kader PMO yang bekerja sama dengan PPTI Kota Cimahi untuk meningkatkan cakupan penjaringan suspect baik di Posyandu maupun di wilayah kerja puskesmas serta sosiatisasi TB secara berkesinambungan baik ditingkat kelurahan, kecamatan maupun kota.
Tabel 3.2 Kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular
No Indikator Kinerja Target Realisasi
1 Penemuan kasus BTA + (SPM) 80% 74,72%
2 Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani (SPM)
100% 131.41%
3 Diare yang ditangani (SPM) 100% 100.64%
Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani mencapai 131,41% (target 100%).
Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena perbedaan besarnya sasaran yang ditetapkan. Tahun 2014 sasaran balita dengan pneumonia adalah 10% balita, sedangkan tahun 2015 sasarannya 4,62%. Penanganan pneumonia balita 3.548 balita (sasaran 2.700 balita) dengan realisasi kegiatan 131.41%. Cakupan diare yang ditangani mencapai 100.64% (target 100%), capaian tersebut telah mancapai target yang ditetapkan. Tahun ini ada perubahan sasaran penanganan diare, yaitu 15% dari jumlah penduduk (tahun 2014 sasaran 10%).
2. Penyakit Tidak Menular
Saat ini peningkatan prevalensi penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius, khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Salah satu strategi yang dikembangkan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tidak menular ini dengan mengembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM yang merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara mandiri dan berkesinambungan.
Perlu terus dilakukan upaya pengembangan posbindu PTM agar dapat segera dilakukan pencegahan faktor resiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.
Jumlah Posbindu yang melaksanakan deteksi dini pengendalian faktor resiko PTM pada tahun 2015 adalah 83 posbindu dari 222 posbindu di Kota Cimahi (37,39%), sedangkan target Posbindu PTM tahun 2015 adalah 40% dari total posbindu. Capaian tahun 2014 adalah 37,56% yaitu 80 posbindu PTM dari 213 posbindu yang ada.
Target Deteksi dini Ca Cervix pada Wanita Usia Subur (WUS) tahun 2015 adalah 1.800 orang, dan yang diperiksa sebanyak 1.889 WUS (cakupan 104,94%). Target kinerja pada Renstra untuk deteksi dini Ca cervix adalah 15.182 WUS sedangkan cakupan kumulatif untuk periode tahun 2013 s/d 2015 sebanyak 4.266 WUS (28.10%). kondisi ini masih berada di bawah target yang ditetapkan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan akan dilaksanakan pelayanan deteksi dini Ca Cervix di luar gedung.
Tabel 2.2 Indikator Kinerja
Kegiatan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular
No Indikator Kinerja Target Realisasi
1 Puskesmas menjalankan diteksi dini pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular
100% 100%
2 Persentase posbindu yang menjalankan deteksi dini pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular
40% 37,39%
3 Deteksi dini Ca Cervix pada Wanita Usia Subur
1.800 orang 1.889 orang
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan bahwa jumlah penduduk diatas 18 tahun berjumlah 389.642 orang, dari jumlah tersebut jumlah penderita Hipertensi yang ditemukan di Puskesmas berjumlah 9.955 orang (2.55%), yang terdiri dari 2.927 laki-laki (1.50%) dan 7.028 orang perempuan (3.61%). Hal ini sebagaimana terlihat pada gambar 3.4 berikut.
Sumber: Bidang P2PL Tahun 2015
Gambar 3.4 Kasus Hipertensi Tahun 2015
3. Penyakit Endemik dan Epidemik
Kota Cimahi merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD), pada tahun 2015 jumlah kasus yang terlaporkan berjumlah 797 kasus dengan Incident Rate (IR) 135/100.000 penduduk dan CFR 0.63%. Seluruh kasus yang tertaporkan pada tahun tersebut telah ditangani sesuai prosedur (100% ditangani). pada tahun 2014 jumlah kasus yang
2,633
6,304
8,937
2,927
7,028
9,955
0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000
Laki-laki Perempuan Total
Pengukuran Hypertensi