PENGARUH SUHU SINTERING PADA MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT
MAGNETIK DAN STRUKTUR KRISTALIN
SKRIPSI
FIRMAN LAMSYAH 120801007
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2016
PENGARUH SUHU SINTERING PADA MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT
MAGNETIK DAN STRUKTUR KRISTALIN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
FIRMAN LAMSYAH 120801007
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2016
PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh suhu sintering pada magnet NdFeB (Neodymium Iron Boron) terhadap sifat fisis, sifat magnetik dan struktur kristalin
Kategori : Skripsi
Nama : Firman Lamsyah
Nomor Induk Mahasiswa : 120801007
Program studi : Sarjana (S1) Fisika Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasSumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2016
Disetujui Oleh
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Dr.Ing.Prijo Sardjono, M.Eng
NIP : 195711161983121002 NIP: 195806231986011001 Dr. Kerista Sebayang, M.S
Departemen Fisika FMIPA USU Ketua,
NIP : 195510301980031003 Dr. Marhaposan Situmorang
PERNYATAAN
PENGARUH SUHU SINTERING PADA MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT
MAGNETIK DAN STRUKTUR KRISTALIN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
Tangerang Selatan, Mei 2016
FIRMAN LAMSYAH
120801007
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena nikmat kesehatan dan kesempatan yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi selama perkuliahan dan dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul: “PENGARUH SUHU SINTERING PADA MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNETIK DAN STRUKTUR KRISTALIN”. Skripsi ini disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program sarjana (S1) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari bahwa selama proses sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini banyak sekali bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS. sebagai Dekan dan Pembantu Dekan Fisika FMIPA USU.
2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang sebagai Ketua Jurusan, Bapak Drs.Syahrul Humaidi, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan FMIPA USU dan seluruh Bapak/Ibu Staff Pengajar Fisika USU serta para pengawai administrasi.
3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS. dan Bapak Ing.Prijo Sardjono,M.Eng dan Ir.Muljadi,M.Si. sebagai dosen pembimbing penulis, serta kepada Bapak Suprapedi, Ibu Nenen Djauhari, Ibu Nenen Rusnaeni, Bapak Prof. Pardamean Sebayang, Bapak Prof. Masno ginting, Mas Eko Arif, M.Si dan Ibu Ayu yang telah memberikan banyak masukan dan saran.
4. Bapak Dr. Bambang Widiyatmoko, M.Eng selaku Kepala Pusat Penelitian Fisika–LIPI yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Yang terkhusus Ayahanda Syafe’i dan Ibunda Emi Rosmi,Kakanda Yesi Yusmiati, Abangda Muslim,Abangda Ramli, Abangda Sapriyanto dan Adik Novita Dewi yang dengan tulus membantu, menyayangi, mendidik, mendoakan, dan memberi motivasi baik materi maupun moril yang tak henti-hentinya.
Semoga Allah SWT selalumelimpahkanRahmatdanKaruniakepada keluarga kita.
6. Keluarga Besar P2F LIPI: Ibu Ani, Bapak Lukman Faris,Bapak satpamseluruh staff LIPI yang telah memberikan pelayanan dan bantuan yang luar biasa kepada penulis selama melakukan penelitian di P2F LIPI.
7. Untuk Sahabat Tercinta IS yaitu (Kartika, Yana, Niko, Erza, Beby, Rahmad, Budiyanti), dan Teman teman seperjuangan selama penelitian di P2F LIPI Devi, Indah, Taufik, Karyaman, Hanifah, Andi, Santa dan Mareanus serta teman angkatan Alumni 2009 SMPN 02 Batang Gasan yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Tak lupa juga untuk sahabat saya Ratna Kartika Sari,yang jauh di Sungai Geringging sekarang kuliah di STAIN Batusangkar yang telah banyak membantu, memberikan saran serta nasihat yang diberikan pada penulis.
9. Dan kepada mereka yang tidak disebutkan namanya yang telah mendukung penulis, saya ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini . Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi orang lain yang membacanya.
Medan, Juli 2016
Penulis
PENGARUH SUHU SINTERING PADA MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT
MAGNETIK DAN STRUKTUR KRISTALIN
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada pengaruh suhu sintering magnet NdFeB terhadap sifat fisis, sifat magnet dan struktur kristalin. Suhu sintering yang divariasikan 400oC,700 oC, 900 oC dan 1000 oC dengan penahanan selama 1 jam.Karakterisasinya meliputi sifat fisis (bulk density), magnetik(fluks density dan VSM) dan struktur kristalin (XRD). Proses pembuatan magnet NdFeB dari bahan flakes NdFeB pada pengaruh suhu sintering, dimana bahan dimilling selama 72 jam menggunakan Toluene. Proses pembuatan magnet tersebut dilakukan dalam vacuum dengan media gas nitrogen.Berdasarkan analisa struktur XRD pada pembuatan magnet NdFeBdari suhu sintering 400 oC hingga suhu 1000 oC struktur kristalnya berubah. Kuat medan dan bulk density magnet NdFeB yang didapatkan pada pengaruh suhu sintering semakin menurun/kecil. Hasil dari pengujian VSM pada serbuk kristal NdFeB didapatkan bahwa tanpa disintering nilai remanen 37,34 emu/g , koersifitas 1,07 kOe dan BHmax 0,76 MGOe, nilai-nilai tersebut lebih besar dibandingkan pada suhu sintering 400 oC dan 900 oC dan secara keseluruhan serbuk kristal NdFeB bersifat Semi-Hard Magnetic.
Kata kunci: Suhu sintering, Struktur kristalin, vacuum, Semi-Hard Magnetic.
THE EFFECT OF SINTERRING TEMPERATURE IN MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) ON PHYSICAL PROPERTIES, MAGNETIC
PROPETIES AND CRYSTALLINE STRUCTURE
ABSTRACT
Research on the effect of sinterring temperature in magnet NdFeB on physical properties, magnetic properties and crystalline structure has been done. The sinterring of kind 400oC, 700oC, 900oC and 1000oC with detention for an hour.
Characterized includes physical properties (bulk density), magnetic (flux density and VSM) and crystalline structure (XRD). The process of making magnet NdFeB of flakes NdFeB on the effect of sinterring temperature, where the milling on 72 hours using toluene. The process of making it do in vacuum with the nitrogen gas medium. Based on the analysis of the structure of XRD in the manufacture of magneticNdFeB of the sinterring 400oCto 1000 oCchanged crystal structure.
Strong field and bulk density of the magnet NdFeB that obtained in the effect of sinterring temperature has declined or small. Results of testing VSM on crystal powder without sintering NdFeB found that remanence value of 37.34 emu / g, coersivity 1.07 kOeand BHmax 0.76MGOe, the values are greater than the sinterring temperature of 400 oCand 900 oC and overall crystalline powder is Semi-Hard Magnetic.
Keywords: temperature sinterring, a crystalline structure,vacuum,semihard magnetic
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel x
Daftar Grafik xi
Daftar Lampiran xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Tempat dan Waktu penelitian 4
1.7 Sistematika Penulisan 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Magnet Secara Umum 5
2.2 Medan Magnet 5
2.3 Bahan Magnetik 5
2.3.1 Bahan Diamagnetik 6
2.3.2 Bahan Paramagnetik 6
2.3.3 Bahan Ferromagnetik 7
2.3.4 Bahan Anti-Ferromagnetik 8
2.3.5 Ferrimagnetik 9
2.4 Klasifikasi Magnet Material 9
2.4.1 Magnet Permanen NdFeB 10
2.4.2 Magnet Remanen 16
2.5 Mechanical milling 17
2.5.1 Tipe Milling 17
2.5.2 Bahan Baku 18
2.5.3 Bola Giling 18
2.5.4 Wadah Penggilingan 19
2.5.5 Kecepatan Milling 19
2.5.6 Waktu Milling 19
2.6 Proses Kompaksi (Penekanan) 20
2.7 Pemanasan Sintering 20
2.8 Karakterisasi Magnet Permanen 23
2.8.1 Densitas 24
2.8.2 Uji XRD (X-Ray Difractometer) 24
2.8.3 Uji VSM (Vibrating Sampel Magnetometer) 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 27
3.2 Alat dan Bahan 27
3.2.1 Alat 27
3.2.2 Bahan 28
3.3 Diagram Alir Penelitian 29
3.4 Variabel Eksperimen 30
3.4.1 Variabel Penelitian 30
3.4.2 Variabel Percobaan yang diuji 30
3.5 Prosedur Penelitian 30
3.5.1 Proses Milling30
3.5.2 Pembuatan Sampel Uji 30 3.5.3 Sintering 31
3.5.4 Proses Magnetisasi 31
3.6 Pengujian 31
3.6.1 Analisa Struktur Sampel 31 3.6.2 Analisa Sifat Magnet 32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi Hasil Penelitian 34
4.1.1 Hasil Analisa Densitas Bulk Magnet NdFeB 34 4.1.2 Analisa Struktur Kristal Serbuk Magnet NdFeB (XRD) 35
4.1.3 Hasil Pengujian Sifat Magnet 40
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 43
5.2 Saran43 DAFTAR PUSTAKA Lampiran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan magnet permanen pada saat ini sangat difokuskan untuk magnet permanen energi tinggi. Salah satu bahan magnet yang dapat menghasilkan energi tinggi adalah jenis dari RE-Fe-B (RE( Rearth Eart) = Nd,Pr) (D.W scottdkk, 1996). Magnet permanen berjenis RE-Fe-B ini terbuat dari paduan logam tanah jarang berjenis Neodymium atau Praseodymium, logam Besi, dan Boron dengan fasa magnet Nd2Fe14B atau Pr2Fe14B yang memiliki struktur kristal tetragonal (J Fraden, 2010).
Pada beberapa tahun terakhir ini, penelitian di bidang material magnetik, khususnya magnet permanen sangat intensif dilakukan.Hal ini disebabkan penerapan magnet permanen mampu melingkupi berbagai aspek yang terkait dengan teknologi maju. Dewasa ini, Penerapan magnet permanen dapat ditemukan pada komponen televisi, telepon, komputer, pada bidang otomotif (misalnya untuk
starter, door lock, dan wiper), generator, loudspeaker dan mikropon (Hilda Ayu, 2013).
Aplikasi magnet permanen pada saat ini makin berkembang dengan diperolehnya serbuk bahan tersebut dalam ukuran yang sangat kecil atau dalam skala nanometer. Magnet permanen merupakan suatu material yang sangat strategis untuk dikembangkan dimasa depan. Penguasaan teknologi produksi magnet permanen diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan, dengan mempertimbangkan belum adanya produsen magnet lokal untuk memenuhi kebutuhan magnet permanen dalam negri.Pertumbuhan kebutuhan komponen magnet permanen sampai saat ini masih sangat bergantung dari produk impor seperti dari Jepang dan China.Oleh karena itu, diperlukan suatu kegiatan riset yang intensif untuk mengembangkan sistem produksi magnet permanen dan mendorong pertumbuhan industry lokal yang memproduksi magnet permanen untuk keperluan dalam negeri (Sardjono dkk 2012,2013).
Magnet permanen berbasis fasa Nd2Fe14B merupakan jenis magnet permanen menarik yang memiliki kualitas magnet terbaik saat ini, dengan energi
produk maksimum (BHmax) mencapai 50 MGOe (D.W. Scott, 1996),
dan memiliki karakteristik magnet yang tinggi, dalam aplikasinya magnet NdFeB dapat berukuran nanometer. Magnet ini juga dapat menggantikan penggunaan magnet samarium cobalt pada beberapa aplikasi khususnya penggunaan pada temperature kurangdari 80˚C (Novrita,2006).
Suatu magnet permanen harus mampu menghasilkan densitas fluks, B magnet yang tinggi dari suatu volume magnet tertentu, stabilitas magnetik yang baik terhadap efek temperature dan waktu, serta memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh dimagnetisasi.Pada prinsipnya, suatu magnet permanen haruslah memiliki karakteristik minimal dengan sifat kemagnetan remanen Br dan
koersitivitas instrinsik HC serta temperatur currie TC yang tinggi (Azwar Manaf,2013).
Untuk mengembangkan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan canggih tersebut, maka pada penelitian ini akan dipelajari mekanis mepengaruh suhu sintering magnet NdFeB terhadap sifat fisis, sifat magnetic dan struktur kristalin. Pada penelitian ini akan ditambahkan toluene pada saat penggilingan basah (wet milling) untuk mencegah terjadinya proses oksidasi (korosi) NdFeB pada saat penggilingan dilakukan. Setelah wet milling maka dilakukan pengeringan lalu diproses pada variasi suhu sintering dalam keadaan vacuum dengan media gas nitrogen.Disamping itu proses pada suhu sintering akan divariasikan sesuai dengan bahan NdFeB yang mudah terkorosi sehingga suhu dan tekanan vakum yang diberikan juga harus benar-benar diperhatikan.
Proses sintering dalam pembuatan magnet permanen berbasis NdFeB adalah salah satu hal terpenting yang dapat mempengaruhi sifat dan kualitas magnet permanen yang dihasilkan.Variasi suhu sintering yang digunakan pada penelitian ini adalah 400 oC, 700 oC, 900 oC dan 1000 oC dengan penahanan selama 1 jam.Kemudian dilakukan uji karakterisasi dengan: Bulk Density untuk mengetahui sifat fisis struktur kristalin NdFeB pada pengaruh suhu sintering, alat uji X-Ray Diffraction (XRD) digunakan untuk mengetahui struktur kristalin dari fasa – fasa yang terbentuk selama proses sintering dilakukan dengan pengaruh variasi suhu sintering,Vibrating Sample Magnetometer (VSM) dan Gaussmeter digunakan untuk karakterisasi sifat magnet.
1.2. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan umum penelitian ini adalah:
1.Bagaimanakah pengaruh variasi temperatur sintering terhadap sifat fisis, sifat magnetik dan struktur kristalinnya ?
2. Bagaimanakah sifat fisis, sifat magnet dan struktur kristalin dari magnet NdFeB yang dibuatdari serbuk hasil dari wet milling tanpa disintering ?
1.3. BatasanMasalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian dari permasalahan yang ditentukan, maka perlu ada pembatasan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut :
5. Sampel yang digunakan adalah serpihan NdFeB tipe N35H.
6. Variasi suhu sintering 400oC, 700oC, 900 oC dan 1000oC
7. Karakterisasi bahan NdFeB hasil yang akan dilakukan meliputi : a. Metode XRD, untuk mengetahui struktur kristalin
b. KaraterisasiBulk Densityuntuk mengetahui sifat fisis c. Karakterisasi sifat magnet dengan VSM (Vibrating Sample
Magnetometer) dan Gaussmeter.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Untuk menguasai teknik preparasi serbuk serpihan (flakes) NdFeB melalui metoda wet milling process dengan menggunakan media toluen.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur sintering terhadap sifat fisis (Bulk Density), sifat magnetik (Gaussmeter dan VSM) dan struktur kristalin (XRD).
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Proses temperatur sintering dalam keadaan vacuum dengan media gas nitrogen.
2. Meningkatkan kemampuan teknik pembuatan magnet permanen NdFeB 3. Dari data penelitian yang ada, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang magnet permanen NdFeB dan menjadi referensi untuk mengetahui pengaruh suhu sintering.
1.6. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Magnet, Bidang Fisika Bahan Baru, Pusat Penelitian Fisika LIPI Gd. 440 Kawasan Puspiptek Serpong, Desa Setu, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Kode Pos 15310, Provinsi Banten, Indonesia. Dimulai dari tanggal 2 Februari sampai tanggal 27 Mei 2016.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada masing – masing bab adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan masalah yang akan diteliti tujuan penelitian, manfaat penelitian, tempat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk proses pengambilan data, analisa data serta pembahasan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian, diagram alir penelitian, prosedur penelitian, pengujian sampel.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa data yang diperoleh dari penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan memberikan saran untuk penelitian yang lebih lanjut.
BAB 2
TINJAUAN PUTAKA
2.1. Pengertian Magnet Secara Umum
Magnet adalah suatu benda yang dapat menarik benda-benda yang terbuat dari besi, baja, dan logam-logam tertentu. Magnet salah satu bahan yang menghasilkan medan magnetik.Kata magnet berasal dari bahasa Yunani yaitu magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Magnesia yang bearti sebuah wilayah di Asia kecil (sebuah kawasan di Asia barat daya yang kini disamakan dengan Turki bagian Asia) adalah tempat pertama kali ditemukan magnet yang didalamya terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut.
Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah banyak dimanfaatkan untuk industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet kecil yang memiliki arah yang sama (tersusun teratur), magnet-magnet kecil ini disebut magnet elementer. Pada logam yang bukan magnet, magnet elementernya mempunyai arah sembarangan (tidak teratur) sehingga efeknya saling meniadakan, yang mengakibatkan tidak adanya kutub- kutub magnet pada ujung logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu: utara (N) dan selatan (S). Kutub magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet yang paling besar berada pada kutub- kutubnya.(Afza, 2011).
2.2 Medan Magnet
Medan magnet adalah daerah disekitar magnet yang masih merasakan adanya gaya magnet. Jika sebatang magnet diletakkan didalam suatu ruang, maka terjadi perubahan dalam ruang ini yaitu dalam setiap titik dalam ruang akan terdapat medan magnet. Arah medan magnet disuatu titik didefenisikan sebagai arah yang ditunjukkan oleh utara jarum kompas ketika ketika ditempatkan dititik tersebut (Halliday & Resnick,1989).
2.3. Bahan Magnetik
Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap adanya pengaruh
kemagnetan, bahan dapat digolongkan menjadi 5 yaitu:
2.3.1. Bahan Diamagnetik
Bahan diamagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas negative dan sangat kecil. Sifat diamagnetik ditemukan oleh Faraday pada tahun 1846 ketika sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet, hal ini memperlihatkan bahwa medan induksi dari magnet tersebut menginduksi momen magnetic pada
bismuth pada arah yang berlawanan dengan medan induksi pada magnet (Willian, 2003).
Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron.Karena atom mempunyai elektron orbital, maka semua bahan bersifat diamagnetik. Suatu bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Dalam bahan diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini tidak menarik garis gaya. Permeabilitas bahan ini: Nilaiμ< denga bahan diamagnetik mempunyai orde -10-5 m3/kg. Contoh bahan diamagnetic yaitu: bismut, perak, emas, tembaga dan seng (Halliday & Resnick, 1989).
2.3.2. Bahan Paramagnetik
Material paramagnetik mempunyai nilai suseptibilitas positif di mana magnetisasi M paralel dengan medan luar. Material yang termasuk dalam paramagnetik adalah logam transisi dan ion logam tanah jarang (rare-earth ions).Ion-ion ini mempunyai kulit atom yang tidak terisi penuh yang berisi momen magnet permanen.Momen magnet permanen terjadi karena adanya gerak orbital dan elektron (Omar, 1975).
Paramagnetik muncul dalam bahan yang atom-atomnya memiliki momen magnetic permanen yang berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah. Apabila tidak terdapat medan magnetik luar, momen magnetic ini akan berinteraksi secara acak dengan daya medan magnetic luar,momen magnetic ini arahnya cenderung sejajar dengan medannya, tetapi ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak akibat gerakan termalnya.Perbandingan momen yang menyearahkan dengan medan ini bergantung pada kekuatan medan dan pada temperaturnya. Pada medan magnetic luar yang kuat pada temperatur yang sangat rendah,hampir seluruh momen akan diserahkan dengan medannya (Willian,2003).
Arah domain-domain dalam bahan paramagnetik sebelum diberi medan magnet luar dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Arah domain-domain dalam bahan paramagnetik sebelum diberi medan magnet luar
Bahan ini jika diberi medan magnet luar, elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar.Contoh bahan paramagnetik : alumunium, magnesium dan wolfram. Arah domain bahan paramagnetik setelah diberi medan magnet luar dapat ditunjukkan pada gambar 2.2 sebagai berikut :
Gambar 2.2 Arah domain dalam bahan paramagnetik setelah diberi medan magnet luar.
2.3.3. Bahan Ferromagnetik
Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis besar.
Hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan
ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom lebih besar.
Feromagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetic χm positif yang sangat tinggi Dalam bahan ini sejumlah kecil medanmagnetik luar dapat menyebabkan derajat penyerahan yang tinggi pada momen dipol magnetic atomnya. Dalam beberapa kasus,penyearahan ini dapat bertahan sekalipun medan pemagnetannya telah hilang.Ini terjadi karena momen dipol magnetic atom dari bahan-bahan feromagnetik ini mengarahkan gaya-gaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit momen ini diserahkan ini disebut daerah magnetic.Dalam daerah ini,semua momen magnetic diserahkan,tetapi arah penyearahnya beragam dari daerah sehingga momen magnetic total dari kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah nol dalam keadaan normal (Willian, 2003). Dalam hal ini, arah domain dalam bahan ferromagnetik dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 2.3 Arah domain dalam bahan ferromagnetik.
Bahan ini juga mempunyai sifat remanansi, artinya bahwa setelah medan magnet luar dihilangkan, akan tetap memiliki medan magnet, karena itu bahan ini sangat baik sebagai sumber magnet permanen. Permeabilitas bahan : µ >> µ0
dengan suseptibilitas χ m>>0. Contoh bahan ferromagnetik : besi,baja.
2.3.4. Bahan Anti-Ferromagnetik
Jenis ini memiliki arah domain yang berlawanan arah dan sama pada kedua arah.
Arah domain magnet tersebut berasal dari jenis atom sama pada suatu kristal.
Pada unsur dapat ditemui pada unsur cromium, tipe ini memiliki arah domain yang menuju dua arah dan saling berkebalikan.Jenis ini memiliki temperature curie yang rendah sekitar 37 ºC untuk menjadi paramagnetik. Arah domain dalam bahan anti ferromagnetik dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.4. Arah domain dalam bahan anti ferromagnetik Pada bahan anti ferromagnetik terjadi peristiwa kopling mome magnetik diantara atom-atom atau ion –ion yang berdekatan. Peristiwa kopling tersebut menghasilkan terbentuknya orientasi spin yang antiparalel. Suseptibilitas bahan anti ferromagnetik adalah kecil dan bernilai positif. Contoh bahan anti ferromagnetic adalah : MnO2,MnO,dan FeO. (Nicola,2003).
2.3.5 Ferrimagnetik
Jenis tipe ini hanya dapat ditemukan pada campuran dua unsur antara paramagnetic dan ferromagnetik seperti magnet barium ferit dimana barium (Ba) adalah jenis paramagnetik dan ferit (Fe) adalah jenis unsur yang termasuk dalam kategori ferromagnetik.
Ciri khas material ferrimagnetik adalah adanya momen dipol yang besarnya tidak sama dan berlawan arah. Sifat ini muncul karena atom-atomnya penyusunnya misalnya (A dan B) mempunyai dipole dengan ukuran yang berbeda dan arahnya berlawanan. Material ini dapat mempunyai magnetisasi walau dalam keadan tanpa medan luar sekalipun. Sehingga banyak diaplikasikan untuk medan magnetik dengan frekuensi tinggi. Ferrimagnetik ialah material yang mempunyai suseptibilitas tinggi tergantung temperatur.
2.4. Klasifikasi Magnet Material
Material magnetik diklasifikasikan menjadi dua yaitu material magnetik lemah atau soft magnetic materials dan material magnetik kuat atau hard magnetic
materials. Penggolongan ini berdasarkan kekuatan medan koersifnya. Hal ini lebih
jelas digambarkan dengan diagram histerisis atau hysteresis loop (Hilda Ayu, 2013)
1. Magnet lunak (soft magnetic material) yaitu material yang sifat magnetnya sementara. Material soft magnetik mudah mengalami magnetisasi dan demagnetisasi. Bentuk kurva hysterisis material soft magnetik pipih karena energi yang hilang saat proses magnetisasi rendah sehingga koersifitasnya kecil.
2. Magnet keras (hard magnetic material) yaitu material yang sifat magnetnya permanen. Bentuk kurvanya cembung karena energi yang hilang pada saat magnetisasi tinggi, sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.5 Histeris material magnet (a) Material magnet lunak, (b)Material Magnet keras(Sumber: Hilda Ayu, 2013).
2.4.1. Magnet Permanen
Magnet Permanen adalah suatu bahan yang dapat menghasilkan medan magnet yang besarnya tetap tanpa adanya pengaruh dari luar atau disebut magnet alam karena memiliki sifat kemagnetan yang tetap. Jenis magnet permanen yang diketahui terdapat pada :
8. Magnet Neodymium, merupakan magnet tetap yang paling kuat. Magnet neodymium ( juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan sejenis magnet tanah jarang terbuat dari campuran logam neodymium.
9. Magnet Samarium – Cobalt : salah satu dari dua jenis magnet bumi yang langka, merupakan magnet permanen yang kuat tebuat dari paduan samarium cobalt.
11. Plastic Magnet dan Magnet Alnico.
Tabel 2.1.Perbandingan Karakteristik Magnet Permanen.
Material Induksi Koersifitas(Hc) EnergiProduk
Remanen(Br)T MA/m (BHmax)
SrFerit 0,43 0,20 34
Alnico 5 1,27 0,05 44
Sm2Co17 1,05 1,30 208
Nd2Fe14B 1,36 1,03 350
1). Magnet Permanen NdFeB
Magnet NdFeB adalah jenis magnet permanen rare earth (tanah jarang) yang memiliki sifat magnet yang baik, seperti pada nilai induksi remanen, koersitifitas, dan energy produk yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan magnet permanen lainnya, sebagaimana pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.6 Magnet Permanen NdFeB
Karakteristik magnet yang dimiliki NdFeB lebih baik bila dibandingkan dengan magnet permanen lainnya, seperti ferrite, AlNiCo dan samarium cobalt.
BH maksimum yang dimliki dapat berkisar antara 30 MGOe sampai dengan 52 MGOe, karena memiliki karakteristik magnet yang tinggi, maka dalam aplikasinya magnet NdFeB memiliki dimensi dan volume yang kecil. Dalam beberapa aplikasi, magnet ini dapat menggantikan penggunaan magnet samarium cobalt, khususnya penggunaan pada suhu kurang dari 80 °C (Irasari & Idayanti, 2007).
Magnet NdFeB adalah magnet terkuat yang tidak terbentuk secara alami, tetapi melalui proses pencampuran antara neodymium, besi dan boron. Ciri-ciri utamanya ialah magnet ini berwarna mengkilap (chrome silver).
A.Unsur Pemadu Pada Magnet NdFeB 1). Neodymium (Nd)
Neodymium merupakan salah satu dari unsur tanah jarang yang memiliki simbol Nd dan nomor atom 60.Neodymium ditemukan pada tahun 1885 oleh kimiawan Jerman Carl Auer von Welsbach dengan memisahkan ammonium nitrat didymium dibuat dari didyma (campuran rare-earth oksida) menjadi fraksi neodymium dan fraksi praseodymium dengan kristalisasi berulang. Neodymium tidak ditemukan secara alami dalam bentuk logam, namun dalam bentuk mineral yang merupakan campuran oksida. Meskipun neodymium digolongkan sebagi unsur “tanah jarang”, namun Neodymium merupakan unsur yang cukup umum, tidak jarang dari cobalt,nikel, dan tembaga (Lya Oktavia, 2014). Neodymium terjadi di mineral monasite dan bastnasite dan merupakan produk dari fisi nuklir. Aplikasi utama dari neodymium adalah kekuatan tinggi magnet permanen berdasarkan Nd2Fe14B yang digunakan dalam motor listrik kinerja tinggi dan generator, serta magnet spindle. Neodymium digunakan dalam industry elektronik, dalam pembuatan baja, dan sebagai komponen dalam sejumlah paduan besi dan nonferrous, diantaranya alloy alam (15 persen neodymium), yang digunakan untuk flints ringan. Struktur atom unsur neodymium dapat dilihat pada gambar 2.7 sebagai berikut :
Gambar 2.7. Struktur Atom Unsur Neodymium
Unsur-unsur lantanida atau lanthanos dikenal dengan nama fourteen element, karena jumlahnya 14 unsur, seperti Cerium (Ce), Praseodymium (Pr), Neodymium (Nd), Promhetium (Pm), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb), Dysprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Thulium (Tm), Tyerbium(Yb), dan Lutetium (Lu). Unsur ini digunakan dalam keramik untuk warna glasir, dalam paduan untuk magnet permanen, untuk lensa khusus dengan praseodymium.Juga untuk menghasilkan terang kaca ungu dan kaca khusus yang menyaring radiasi inframerah (Nurul Anwar, 2011).
Dari table 2.2 memperlihatkan informasi dasar unsur neodymium sebagai berikut :
Table 2.2 Informasi Dasar Unsur Neodymium
Nama Unsur Neodymium
Simbol Nd
Nomor Atom 60
Massa Atom 144,24 g/mol Titik Didih 3400.15 K Titik Lebur 1283.15 K Struktur Kristal Hexagonal
Warna Perak
Konfigurasi Elektron [Xe] 6s2 4f4
2). Besi (Fe)
Besi adalah unsur kimia dengan simbol Fe (dari bahasa Latin: zat besi). Dan nomor atom 26 Ini merupakan logam dalam transisi deret pertama. Besi merupakan logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatif melimpahdibumi. Ini adalah massa elemen paling umum di Bumi, membentuk banyak inti luar dan dalam bumi.
Gambar 2.8.Struktur Atom Unsur Besi
Besi juga diketahui sebagai unsur yang paling banyak membentuk dibumi, yaitu kira-kira 4,7 % – 5 % pada kerak bumi. Kebanyakan besi terdapat dalam batuan dan tanah sebagai oksidasi besi, seperti oksida besi magnetit( Fe3O4). Dari mineral- mineral bijih besi magnetite adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematite merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi.(Syukri, 1999).
Dari table 2.3 menunjukan informasi dasar unsur besi/iron sebagai berikut : Tabel 2.3 Informasi Dasar Unsur Besi / Iron
Nama Unsur Besi
Simbol Fe
Nomor Atom 26
Massa Atom 55.845 g/mol
Titik Didih 3143 K
Titik Lebur 1811K
Struktur Kristal BCC
Warna Perak keabu- abuan
Konfigurasi Elektron [Ar] 3d6 4s2
C. Boron (B)
Boron merupakan unsur yang sangat keras dan menunjukkan sifat semikonduktor, dan sangat tahan terhadap panas. Boron dalam bentuk kristal yang sangat reaktif.
Boron adalah unsur golongan 13 dengan nomor atom lima. Boron memiliki sifat diantara logam dan nonlogam (Semimetalik). Boron jugamerupakan unsur metaloid dan banyak ditemukan dalam biji borax. Unsur ini memiliki beberapa bentuk, dengan yang paling umum adalah boron amorf berwujud bubuk gelap, tidak reaktif terhadap oksigen, air, asam dan basa. Pada suhu kamar, boron adalah konduktor listrik yang buruk tetapi merupakan konduktor yang baik pada suhu tinggi. Unsur ini tidak pernah ditemukan dialam bebas. Struktur atom unsur boron dapat dilihat pada gambar 2.9 dan table 2.4 yaitu informasi dasar unsur boron sebagai berikut :
Gambar 2.9. Strukur Atom Unsur Boron
Tabel 2.4 Informasi Dasar Unsur Boron
Nama Unsur Boron
Simbol B
Nomor Atom 5
Massa Atom 10.811 g/mol
Titik Didih 4200 K
Titik Lebur 2349 K
Struktur Kristal Trigonal
Warna Hitam
Konfigurasi Elektron [He] 2s2 2p1
B. Karakteristik Magnet NdFeB Terhadap Temperatur Sintering
Melalui proses sintering terjadi perubahan struktur mikro seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir serta peningkatan densitas. Faktor- faktor yang menentukan proses dan mekanisme sintering antara lain jenis bahan, komposisi bahan dan ukuran partikel. Selama fasa penaikan suhu dalam ishotermal sintering proses densifikasi dan perubahan mikrostruktur terjadi secara signifikan.
Temperatur yang tinggi dapat mempercepat proses densifikasi, tetapi pertumbuhanbutir juga meningkat. Jika temperatur sintering terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal sehingga dapat membatasi densitas akhir (Ika, 2012). Proses temperatur sintering akan berpengaruh cukup besar pada pembentukan fasa kristal bahan. Semakin besar suhu sintering dimungkinkan semakin cepat proses pembentukan kristal tersebut. Besar kecilnya suhu juga berpengaruh pada bentuk serta ukuran celah dan juga berpengaruh pada struktur pertumbuhan kristal. Magnet NdFeB mudah di demagnetisasi pada temperatur tinggi, artinya sifat kemagnetan NdFeB mudah hilang pada temperatur tinggi, tetapi akan meningkat pada temperatur rendah. Pada tabel 2.5 dapat dilihat bahwa temperatur operasimaksimum adalah 200 ˚C. Beberapa cara ini yang dapat digunakan pada temperatur tinggi yaitu bentuk geometri. Magnet dengan bentuk yang lebih tipis akan lebih mudah didemagnetisasi dibandingkan dengan bentuk yang lebih tebal. Bentuk magnet piring datar dan yokes lebih direkomendasikkan untuk digunakan pada temperatur tinggi.
C. Sifat Fisis Magnet NdFeB
Sifat Fisis magnet NdFeB adalah seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.5 Sifat Fisis Magnet NdFeB
No. Sifat Fisis Nilai Satuan
1. Remanensi, Br 895 – 915 mT
2. Energi Produk, BHmax 126 – 134 Kj/ cm3 3. Koersitivitas Instrinsik, Hc1 716 – 836 kA/m
4. Koersitivitas, Hc 540 kA/m
5. Koefisien Temperatur, Br -0,11 %/˚C 6. Koefisien Temepratur, Hc1 -0,14 % / ˚C
7. Temperatur Currie 360 ˚C
8. Temperatur Operasi Maksimum 120 – 160 ˚C 9. Temperatur Proses Maksimum 200 ˚C 10. Densitas (Teori) 7,3 - 7,6 gr/ cm3
11. Densitas semu 2,70 gr/ cm3
2.4.2. Magnet Remanen
Magnet remanen adalah suatu bahan yang hanya dapat menghasilkan medan magnet yang bersifat sementara. Medan magnet remanen dihasilkan dengan cara mengalirkan arus listrik atau digosok-gosokkan dengan magnet alam. Bila suatu bahan pengantar dialiri arus listrik, besarnya medan magnet yang dihasilkan tergantung pada besar arus listrik yang dialirkan. Medan magnet remanen yang digunakan dalam praktek kebanyakan dihasilkan oleh arus dalam kumparan yang berinti besi.
Jika medan magnet yang dihasilkan cukup kuat, kumparan diisi dengan besi atau bahan sejenis besi dan sistem ini dinamakan electromagnet. Keuntungan electromagnet adalah bahwa kemagnetannya dapat dibuat sangat kuat, tergantung dengan arus yang dialirkan. Kemagnetannya dapat dihilangkan dengan memutuskan arus listriknya. Keuntungan elektromagnet adalah bahwa kemagnetannya dapat dibuat sangat kuat, tergantung dengan arus yang dialirkan
dan kemagnetannya dapat dihilangkan dengan memutuskan arus listriknya (Afza, Erini. 2011).
2.5 Mechanical Milling
Mechanical Milling atau dipendekkan milling adalah suatu penggilingan
mekanikdengan suatu proses penggilingan bola dimana suatu serbuk yang ditempatkan dalam suatu wadah penggilingan di giling dengan cara dikenai benturan bola-bola berenergi tinggi. Proses ini merupakan metode pencampuran yang dapat menghasilkan prosuk yang sangat homogen. Proses milling disini selain bertujuan untuk memperoleh campuran yang homogen juga dapat memperoleh partikel campuran yang realtif lebih kecil sehingga dapat diharapkan sifat magentik dari bahan NdFeB (F. Izuni, 2012).
Dalam mekanik milling serbuk akan dicampur dalam suatu chamber (ruangan) dan dikenai energi tinggi terjadi deformasi yang berulang –ulang sehingga terjadi partikel – partikel yang lebih kecil dari sebelumnya. Akibat dari tumbukkan pada tiap tipe dari unsur partikel serbuk akan menghasilkan bentuk yang berbeda juga, untuk bahan yang ulet, sebelum terjadi fracture akan mnjadi flat atau pipih terlebih dahulu, sedangkan untuk bahan yang getas akan langsung terjadi fracture dan menjadi partikel serbuk yang lebih kecil. Saat dua bola bertumbukan berulang ulang menyebabkan terjadinya penggabungan alloying (Suryanarayana ,2003).
Proses Milling memiliki dua metode yaitu : Metode Dry Milling dan Metode wet milling. Dalam metode dry milling proses milling untuk menghindari terjadinya proses oksidasi dilakukan pemberian gas innert seperti argon atau nitogen. Sedangkan dalam wet milling untuk menghindari terjadinya oksidasi maka selama proses milling diberi campuran toulen.
Adapun parameter yang memengaruhi proses milling antara lain adalah : 2.5.1 Tipe Milling
Tipe-tipe milling berbeda dari peralatan milling yang digunakan untuk menghaluskan ukuran partikel serbuk.Perbedaannya terletak pada kapasitasnya, efisiensi milling, dan kecepatan putar jar milling. Tipe – tipe milling tersebut, antara lain : Rotary Ball Mill, High Energy Milling, SPEX Shaker Milling,Ball Mill Planetary Ball Mill, Attritor Mill. Namun pada penelitian ini tipe milling yang digunakn untuk menghaluskan partikel serbuk NdFeB adalah Ball Mill.Ball Mill adalah salah satu jenis mesin penggiling yang digunakan untuk menggiling suatu bahan material menjadi bubuk yang sangat halus. Mesin ini sangat umum digunakan untuk proses mechanical milling. Secara umum prinsip kerjanya yaitu dengan cara mengahancurkan campuran serbuk melalui mekanisme pembenturan
bola –bola giling yang bergerak mengikuti pola gerakan wadahnya yang berbentuk elips tiga dimensi inilah yang memungkinkan pembentukan partikel –partikel serbuk berkala mikrometer sampai nanometer akibat tingginya frekuensi tumbukan. Tingginya frekuensi tumbukan yang terjadi antara campuran serbuk dengan bola –bola giling disebabkan karena wadahnya yang berputar dengan kecepatan tinggi yaitu lebih dari 800 rpm (Nurul T. R. Agus S , 2007).
2.5.2 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses penggilingan adalah serbuk. Ukuran serbuk yang digunakan umumnya berkisar antara 1 mm – 20 mm. Semakin kecil ukuran partikel yang digunakan, maka proses penggilingan akan semakin efektif dan efisien. Selain itu serbuk yang digunakan juga harus memiliki kemurnian yang sangat tinggi.Namun ukuran tidakalah terlalu kritis, asalkan ukuran material itu haruslah lebih kecil dari ukuran bola grinda. Ini disebabkan karena ukuran partikel serbuk akan berkurang dan akan mencapai ukuran mikron setelah dimilling beberapa jam. Selain itu serbuk yang dimilling dengan cairan misalanya dengan toluene dan dikenal dengan penggilingan basah. Dan telah dilaporkan bahwa kecepatan atmosfir lebih cepat selama proses penggilingan basah daripada penggilingan kering. Kerugian dari penggilingan basah adalah meningkatnya kontaminasi serbuk (C .Suryanarayana, 2001).
2.5.3 Bola Gilling (Ball milling)
Fungsi bola gilling dalam proses penggilingan adalah sebgai penghancur serbuk atau digunakan sebagai pengecil ukuran partikel serbuk NdFeB. Oleh karena itu, material pembentuk bola giling harus memiliki kekerasan yang tinggi agar tidak terjadi kontaminasi saat terjadi benturan dan gesekan antara serbuk , bola dan wadah penggilingan. Ukuran bola yang dapat digunakan dalam prose milling ini bermacam –macam. Pemilihan ukuran bola bergantung pada ukuran serbuk yang akan dipadu. Bola yang akan digunakan harus memilki diameter yang lebih besar dibandingkan dengan diameter serbuknya.Rasio berat bola serbuk / ball powder ratio (BPR) adalah variabel yang penting dalam proses milling, rasio berat – serbuk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fasa tertentu dari bubuk yang dimilling. Semakin tinggi BPR
semakin pendek waktu yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan peningkatan berat bola tumbukkan persatuan waktu meningkat dan konsekuensinya adalah banyak energi yang ditransfer ke partikel sebuk dan proses milling berjalan lebih cepat.
2.5.4 Wadah Penggilingan
Wadah penggilingan merupakan media yang akan digunakan untuk menahan gerakan bola – bola giling dan serbuk ketika proses penggilingan berlangsung.
Akibat yang ditimbulkan dari proses penahan gerak bola –bola giling dan serbuk tersebut adalah terjadinya benturan antara bola – bola giling, serbuk dan wadah penggilingan sehingga menyebabkan terjadinya proses penghancuran serbuk (C. Suryanarayana , 2001 ).
2.5.5 Kecepatan Milling
Besar kecepatan maksimum tiap tipe milling akan berbeda, ketika perputaran ball mill semakin cepat, maka energi yang dihasilkan juga akan semakin besar. Tetapi disamping itu, design dari milling ada pembatasan kecepatan yang harus dilakukan. Sebagai contoh pada ball mill, meningkatkan kecepatan akan mengakibatkan bola yang ada di dalam chamber juga akan semakin cepat pergerakannya, tenaga yang dihasilkan juga besar. Tapi jika kecepatan melebihi kecepatan kritis maka akan terjadi pinned pada dinding bagian dalam sehingga bola – bola tidak jatuh sehingga tidak menghasilkan gaya impact yang optimal.
Hal ini akan berpengaruh ke waktu yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Suryanarayana , 2003).
2.5.6 Waktu Milling
Waktu Milling merupakan salah satu parameter yang penting utuk milling pada serbuk.Pada umumnya waktu dipilih untuk mencapai posisi tepatnya antara pemisahan dan pengelasan partikel serbuk untuk memudahkan mamadukan logam.
Variasi waktu yang diperlukan tergantung pada tipe milling yang digunakan , pengaturan milling, intensitas milling BPR, dan temperatur pada milling. Pada umumnya dihitung waktu yang diambil untuk mencapai kondisi yang tepat, yaitu jangka pendek untuk energi milling yang tinggi, dan jangka waktu lama ketika dengan energi milling yang rendah. Waktu yang dibutuhkan lebih sedikit untuk BPR dengan nilai – nilai yang tinggi dan waktu yang lama untuk BPR dengan nilai
rendah (Suryanarayana , 2003).
2.6 Proses Kompaksi ( Penekanan )
Penekanan adalah salah satu cara untuk memadatkan serbuk menjadi bentuk yang diinginkan. Terdapat beberapa metode penekanan, diantaranya, penekanan dingin (cold compaction) dan penekanan panas (hot compaction). Penekanan terhadap serbuk dilakukan agar serbuk dapat menempel satu dengan lainnya sebelum ditingkatkan ikatannya dengan proses sintering. Dalam proses pembuatan suatu paduan dengan metode metalurgi serbuk, terikatnya serbuk sebagai akibat adanya interlocking antar permukaan, interaksi adesi-kohesi, dan difusi antar permukaan.
Ada 2 macam metode kompaksi, yaitu :
a.Cold Compressing ,yaitu pendekatan dengan temperatur kamar. Metode ini dipakai apabila bahan yang digunakan mudah teroksidasi.
b.Hot Compressing ,yaitu penekanan dengan temperature diatas temperature kamar. Metode ini dipakai apabila bahan yang digunakan tidak mudah teroksidasi.
Pada proses kompaksi, gaya gesek yang terjadi antar partikel yang digunakan dan antar partikel komposit dengan dinding cetakan akan mengakibatkan kerapatan pada daerah tepi dan bagian tengah tidak merata. Dan untuk menghindariterjadinya perbedaan kerapatan, maka pada saat kompaksi digunakan pelumas yang bertujuan untuk mengurangi gesekan antara partikel dan dinding cetakan.
2.7 Pemanasan (sintering)
Sintering adalah pengikatan massa partikel pada serbuk oleh interaksi antar molekul atau atom melalui perlakuan panas dengan suhu sintering mendekatititik leburnya sehingga terjadi pemadatan. Tahap sintering merupakan tahap yang paling penting dalam pembuatan keramik. Melalui proses sintering terjadi perubahan struktur mikro seperti seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir serta peningkatan densitas. Faktor-faktor yang menentukan proses dan mekanisme sintering antara lain jenis bahan, komposisi bahan dan ukuran partikel (Ika Mayasari, 2012).
Parameter sintering : - Temperatur (T)
- Waktu
- Kecepatan pendinginan - Kecepatan pemanasan - Atmosfer sintering - Jenis material
Berdasarkan pola ikatan yang terjadi pada proses kompaksi, ada 2 fenomena yang mungkin terjadi pada saat sintering, yaitu :
1. Penyusutan (shringkage)
Apabila pada saat kompaksi terbentuk pola ikatan bola-bidang maka pada proses sintering akan berbentuk shringkage, yang terjadi karena saat proses sintering berlangsung gas (lubricant) yang berada pada porositas mengalami degassing (peristiwa keluarnya gas pada saat sintering). Dan apabila temperatur sinter terus dinaikkan akan terjadi difusi permukaan antar partikel matrik dan filler yang akhirnya akan terbentuk liquid bridge/necking ( mempunyai fasa campuran antara matrik dan filler).
Liquid bridge ini akan menutupi porositas sehingga terjadi eliminasi porositas/berkurangnya jumlah dan ukuran porositas.Penyusutan dominan bila pemadatan belum mencapai kejenuhan.
2. Retak (cracking)
3. Apabila pada kompaksi terbentuk pola ikatan antar partikel berupa bidang-bidang, sehingga menyebabkan adanya trapping gas (gas/ lubricant terjebak di dalam material ), maka pada saat sintering gas yang terjebak belum sempat keluar tapi liquid bridge telah terjadi, sehingga jalur porositasnya telah tertutup rapat. Gas yang terjebak ini akan mendesak ke segala arah sehingga terjadi bloating (mengembang), sehingga tekanan diporositas lebih tinggi dibanding tekanan diluar. Bila kualitas ikatan permukaan partikel pada bahan komposit tersebut rendah, maka tidak akan mampu menahan tekanan yang lebih besar sehingga menyebaka retakan (cracking). Keretakan juga dapat diakibatkan dari proses pemadatan yang kurang sempurna, adanya shock termal pada saat pemanasan karena pemuaian dari matrik dan filler uang berbeda.
Tingkatan sintering
Proses sintering meliputi 3 tahap mekanisme pemanasan :
a. Presintering
Presintering merupakan proses pemanasan yang bertujuan untuk : 1. Mengurangi residual stress akibat proses kompaksi (green density) 2. Pengeluaran gas dari atmosfer atau pelumas padat yang terjebak dalam
porositas bahan komposit (degassing)
3. Menghindari perubahan temperatur yang terlalu cepat pada saat proses sintering (shock thermal). Temperatur presintering biasanya dilakukan pada 1/3 Tm (titik leleh)
b. Difusi permukaan
Pada proses pemanasan untuk terjadinya transportasi massa pada permukaan antar partikel serbuk yang saling berinteraksi, dilakukan pada permukaan antar partikel serbuk yang saling berinteraksi, dilakukan pada temperatur sintering (2/3 Tm). Atom-atom pada permukaan partikel serbuk saling terdifusi antar permukaan sehingga meningkatkan gaya kohesifitas antar partikel.
c. Eliminasi porositas
Tujuan akhir dari proses sintering pada bahan komposit berbasis metalurgi serbuk adalah bahan yang mempunyai kompaktbilitas tinggi. Hal tersebut terjadi akibat adanya difusi antar permukaan sampel, sehingga menyebabkan terjadinya leher (liquid bridge) antar partikel dan proses akhir dari pemanasan sintering menyebabkan eliminasi porositas (terbentuknya sinter density).
Mekanisme transportasi massa
Mekanisme transportasi massa merupakan jalan dimana terjadi aliran masa sebagai akibat dari adanya gaya pendorong.
Ada 2 mekanisme transport, yaitu : 1. Transport permukaan
a. Terjadi pertumbuhan tanpa merubah jarak antar partikel
b. Transport permukaan yang terjadi selama proses sintering adalah hasil dari transport massa dan hanya terjadi pada permukaan partikel, tidak terjadi perubahan dimensi dan mempunyai kerapatan yang konstan.
2. Transport Bulk
Atom-atom berasal dari dalam partikel akan berpindah menuju daerah leher (liquid bridge)
b. Termasuk difusi volume, difusi batas butir, dan aliran viskos.
c. Kedua mekanisme tersebut akan menyebabkan terjadinya pengurangan daerah permukaan untuk pertumbuhan leher, perbedaanya hanya terletak pada kerapatan (penyusutan selama sintering).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi mekanisme transport : a. Material yang digunakan
b. Ukuran partikel c. Temperatur sintering
Lapisan Oksida
- Terbentuknya lapisan oksida dapat menurunkan kualitas ikatan antar permukaan
- Lapisan oksida akan menghalangi terjadinya kontak yang sempurna antara matriks dan filler
- Dengan adanya lapisan oksida, maka gaya interaksi adhesi-kohesi tidak bisa berjalan dengan baik. Karena terjadinya interaksi adhesi-kohesi salah satunya disebabkan oleh adanya gaya elektrostatis yaitu gaya tarik – menarik antara partikel-partikel yang bermuantan dalam suatu bahan, maka dengan adanya lapisan oksida tersebut maka permukaannya menjadi netral, ini mengakibatkan ikatan antar permukaan menjadi kurang kuat
Lapisan oksida juga menyebabkan ikatan antara matrik dan filler menjadi lebih sulit karena temperatur yang diperlukan untuk mereduksi oksida tersebut membutuhkan temperatur yang lebih tinggi (Henni, 2015).
2.8 Karakterisasi Magnet Permanen
Untuk mengidentifikasi suatu material, maka harus dilakukan karakterisasi terhadap material tersebut. Sehingga secara fisis material tersebut dapat dibedakan dengan material lainnya. Oleh karena itu maka dilakukan analisa struktur serbuk magnet NdFeB dengan XRD, analisa sifat magnet pelet magnet NdFeB menggunakan Gaussmeter, Analisa sifat magnetik bahan dengan menggunakan
VSM.
2.8.1 Densitas
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume (v) dalam hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut:
𝜌𝜌 = 𝑚𝑚𝑉𝑉 (2.1)
𝜌𝜌 = densitas (g/cm3) m = massa sampel (g) V = Volume Sampel (cm3)
Densitas bahan merupakan suatu parameter yang dapat memberikan informasi keadaan fisika dan kimia suatu bahan.
2.8.2 Uji X R D (X – Ray Difractometer)
X-Ray Diffractometer adalah alat yang dapat memberikan data-data difraksi dankuantitas intensitas difraksi pada sudut-sudut difraksi (2θ) da Tujuan dilakukannya pengujian analisis struktur kristal adalah untuk mengetahuiperubahan fase struktur bahan dan mengetahui fase-fase apa saja yang terbentuk selama proses pembuatan sampel uji. Tahap pertama yang dilakukan dalam analisa sinar-X adalah melakukan analisa pemeriksaan terhadap sampel x yang belum diketahui strukturya. Sampel ditempatkan pada titik focus hamburan sinar- X yaitu tepat ditengah-tengah plate yang digunakan sebagai tempat yaitu sebuah plat tipis yang berlubang ditengah berukuran sesuai dengan sampel (pellet) dengan perekat pada sisi baliknya (Sholihah & Zainuri, 2012).
1). Komponen Dasar XRD Tiga komponen dasar XRD yaitu : 1. Sumber Sinar – X
Sinar – X merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik yang mempunyai Energi anatara 200 eV- 1 MeV dengan panjang gelombang anatar 0,5 – 2,5 Ȧ.
Panjang gelombangnya hampir sama dengan jarak antara atom dalam kristal, menyebabkan sinar – X menjadi salah satu teknik dalam analisa mineral.
2. Material Uji (Specimen)
Menurut Sartono (2006) mengemukakan bahwa material uji (specimen) dapat digunakan bubuk (powder) biasanya 1 mg.
3. Detektor
Sebelum sinar –X sampai kedetektor melalui proses optik. Sinar –X yang panjang gelombangnya λ dengan intensitas I menga difraksi 2ϴ (Sartono , 2006).
2). Prinsip Kerja X R D
Prinsip dasar dari XRD adalah hamburan elektron yang mengenai permukaan kristal. Bila sinar dilewatkan ke permukaan kristal, sebagian sinar tersebut akan terhamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan ke lapisan berikutnya. Sinar yang dihamburkan akan berinterferensi secara konstruktif (menguatkan) dan destruktif (melemahkan). Hamburan sinar yang berinterferensi inilah yang digunakan untuk analisis.Difraksi sinar X hanya akan terjadi pada sudut tertentu sehingga suatu zat akan mempunyai pola difraksi tertentu. Pengukuran kristalinitas relatif dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah tinggi puncak pada sudut-sudut tertentu dengan jumlah tinggi puncak pada sampel standar.Di dalam kisi kristal, tempat kedudukan sederetan ion atau atom disebut bidang kristal. Bidang kristal ini berfungsi sebagai cermin untuk merefleksikan sinar –X yang datang. Posisi dan arah dari bidang kristal ini disebut indeks miller. Setiap kristal memiliki bidang kristal dengan posisi dan arah yang khas, sehingga jika disinari dengan sinar –X pada analisis XRD akan memberikan difraktogram yang khas pula. Dari data XRD yang diperoleh, dilakukan identifikasi puncakpuncak grafik XRD dengan cara mencocokkan puncak yang ada pada grafik tersebut dengan database ICDD. Dan dapat juga diketahui % Volume fasa yang dicari, yaitu untuk mengetahui berapa persen fasa mayor dan fasa minor.
2.8.3 Uji VSM (Vibrating Sample Magnetometer)
Semua bahan mempunyai momen magnetikjika ditempatkan dalam medan magnetik. Momen magnetik per satuan volume dikenal sebagai magnetisasi.Secara prinsip ada dua metoda untuk mengukur besar magnetisasi ini, yaitu metode induksi dan metode gaya. Pada metoda induksi, magnetisasi diukur dari sinyal yang ditimbulkan diinduksikan oleh cuplikan yang bergetar dalam lingkungan medan magnet pada sepasang kumparan. Sedangkan pada metoda gaya
pengukuran dilakukan pada besamya gaya yang ditimbulkan pada cuplikan yang berada dalam gradien medan magnet. Vibrating Sample Magnetometer (VSM) adalah merupakan salah satu alat ukuran magnetisasi yang bekerja berdasarkan metoda induksi.
Vibrating Sample Magnetometer (VSM) merupakan salah satu jenis peralatan yang digunakan untuk mempelajari sifat magnetik bahan. Dengan alat ini akan dapat diperoleh informasi mengenai besaran-besaran sifat magnetik sebagai akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan dalam kurva histeresis, sifat magnetik bahan sebagai akibat perubahan suhu, dan sifat-sifat magnetik sebagai fungsi sudut pengukuran atau kondisi anisotropik bahan. Salah satu keistimewaan VSM adalah merupakan vibrator elektrodinamik yang dikontrol menggunakan arus balik. Sampel dimagnetisasi dengan medan magnet homogen.
Jika sampel bersifat magnetik, maka medan magnet akan memagnetisasi sampel dengan meluruskan domain magnet. Momen dipol magnet sampel akan menciptakan medan magnet di sekitar sampel, yang biasa disebut magnetic stray field. Ketika sampel bergetar, magnetic stray field dapat ditangkap oleh coil.
Medan magnet tersebar tersebut akan menginduksi medan listrik dalam coil yang sebanding dengan momen magnetik sampel. Semakin besar momen magnetik, maka akan menginduksi arus yang makin besar. Dengan mengukur arus sebagai fungsi medan magnet luar, suhu maupun orientasi sampel, berbagai sifat magnetik bahan dapat dipelajari. Dalam penelitian ini, nilai magnetisasi diukur selain untuk mengetahui kemampuan magnetik nanosfer yang dihasilkan juga untuk mendapatkan informasi komposisi nanosfer.Karakterisasi Sifat Magnetik dengan VSM. Data yang diperoleh dari karakterisasi sifat magnet berupa kurva histeresis dengan sumbu x merupakan medan magnet yang menginduksi sampel dalam satuan Tesla dan sumbu y merupakan magnetisasi sampel dalam satuan emu/gram.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 TempatdanWaktuPenelitian
Penelitiandilakukanselama 3 bulan, mulaidari tanggal 2 februari – 27 mei2016.
Penelitiandilakukan di PusatPenelitianFisika (PPF) LembagaIlmuPengetahuan Indonesia (LIPI)-PuspiptekSerpong.
3.2AlatdanBahan 3.2.1 Alat
Alat – alat yang digunakandalampenelitianiniadalah : 1. Ball Milling(wet milling )
Berfungsisebagaialatpenggilingserbuk magnet NdFeBmenjadiserbuk yang sangathalus.
2. Vacum Oven
Berfungsisebagaipengeringsampeldansebagaialat yang digunakanuntuk proses curing
3. Fiber Glass Vacuum Desicator
Berfungsisebagaitempatpenyimpanansampel agar tidakterkorosi 4. Glove Boxdan Gas Nitrogen
Berfungsisebagaitempatpenyimpanansampeldalamvacuum dengan media gas nitrogen agar tidakterkorosi
5. Cetakansampelterbuatdaribaja
Berfungsisebagaicetakanuntuksampelujiberbentuksilinderdengan diameter 1 cm.
6. Neraca Digital 2 digit ( ACIS AD-600H )
Berfungsiuntukmenimbangmassaserbuk magnet NdFeBdenganketelitian 0,01 g.
7. Neraca Digital 4 digit ( BP 221 S ISO 9001)
Berfungsiuntukmenimbangmassaserbuk magnet NdFeBdenganketelitian 0,0001 g.
8. Beaker Glass
Berfungsiuntuk tempat menghomogenkanserbukNdFeBdengan binder seluna.
9. Spatula
Berfungsiuntukmemindahkansampel 10. Pinset
Berfungsisebagaipenjepitataumengambilsampel.
11. XRD (X-Ray Difractometer)
Berfungsiuntukmenganalisastrukturserbuk magnet NdFeB.
12. JangkaSorong Digital
BerfungsiUntukmengukur Diameter danTebaldari Bulk/ pellet NdFeB 13. Magnetic Field Press
Berfungsisebagaialatorientasidankompaksipadapembuatan magnet.
14. Hand Mortar
Berfungsiuntukmenghaluskan sampel yang sudahdikeringkansehinggaberbentukserbuk 15. Bola–bola keramik
Berfungsi Untukpenghalusbahanpadasaat proses milling agar menghasilkan diameter kecil.
16. VSM (Vibrating Sample Magnetometer)
Berfungsi untuk mengetahui sifat magnetik material.
3.2.2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakandalampenelitianiniadalah : 1. Flakes NdFeB type N35H
Berfungsisebagaibahanbakudalampembuatan magnet permanen.
2. Celuna (WE-518)
Berfungsisebagaiperekatatau matrix pengikatbahanNdFeB 3. Toluene
Berfungsisebagaipelarutdalam proses milling denganmetode wet mill.
3.3 Diagram AlirPenelitian
Gambar 3.1 Skema diagram alir penelitian magnet NdFeB dengan metode wet milling dengan variasi temperatur sintering
3.4 VariabelEksperimen 3.4.1 VariabelPenelitian
Variabeldaripenelitianiniadalahtemperatur sintering denganvariasi temperatur dari400oC, 700oC, 900oC dan 1000 oCdenganmenggunakanvacuum oven furnace.
3.4.2 VariabelPercobaan yang diuji
Variabel yang digunakandalampercobaaniniadalah : a. AnalisaStrukturSampel
• XRD (X-Ray Difractometer) b. Sifat Fisis
• Densitas ( Density ) c. Sifat magnet
• Gaussmeter (Model GM-2)
• VSM ( Vibrating Sample Magnetometer )
3.5 ProsedurPenelitian
Prosedur yang dilakukandalampembuatan magnet NdFeBdenganvariasitemperatur sinteringdimulaidengan proses miling, pembuatansampeluji, lalu disintering dalam vacuum oven furnace penahanan selama 1 jam kemudiandilakukanpengujianatau karakterisasi meliputianalisaukuran diameter partikelserbuk magnet NdFeB, analisastruktur Kristal serbuk magnet dansifat magnet serbuk.
3.5.1. Proses Milling
Untukmembuat magnet NdFeBdisediakanbahanbakudibutuhkan yaitu flakes NdFeBtipe N35H. Bahanbakutersebutkemudian di milling denganmenggunakanalatBall Mill U.S.Stoneware CZ-14001selama72 jam.
3.5.2. PembuatanSampelUji
Padaserbukhasil proses millingdilakukanpencampuran binder selunasebanyak 3 % dansampel 97 %. Dari hasilpencampurantersebutkemudiandibuatsampelpelet (Ø = 1 cm) yang dikompaksisecaraorientatifdengangayatekanan 50 kgf/cm2dantegangan 100 Volt DC sertamedanmagnetik yang dihasilkanyaitu 2700 Gauss menggunakanalatcetakMagnetic Field Press. Proses kompaksiditahanselama 2 menituntukmemperolehsampeldengankekuatan yang mencukupi agar
mudahdikeluarkandaricetakandantidakhancurpadasaatdilakukan proses
curing.Setelahsampelselesaidicetakkemudiandilakukan proses curing menggunakanalatVacumOven Furnace denganvariasi temperature sintering dimulaidari suhu 400, 700 dan 900oCdenganwaktupenahanan 1 jam agar pelet menjadikerasdansiapuntukdikarakterisasi.
3.5.3. Sintering
Sintering merupakantahapanpentingdalammemprosessuatubahanpadat, baikpadabahanunsur, paduan, komposit, hinggakeramik.Dalam sintering
akanterjadifenomenapenyusutan (shrinkage) yaitu proses eliminasidanporositaspadasaatpemadatanbelummencapaikejenuhan,
setelahituakanterjadifenomenapertumbuhanbutirpadasaatpemadatanmencapaikejen uhan. Fenomena yang terjadipada proses sintering dipengaruhiolehsiklus yang melibatkantemperatur, kecepatanpemanasan, waktupenahanan (holding time), kecepatanpendinginandantekanan. Proses sintering pada magnet berbasislogamtanahjarangdilakukandengancarapemanasansampeldalamvacuum
oven furnacedenganvariasisuhu 400oC, 700 oC,900 oC dan 1000 oCselama 1 jam.
3.5.4. Proses Magnetisasi
Setelah sampel magnet NdFeB dicetak, maka pada tahap terakhirnya, sampel tersebut dimagnetisasi menggunakan Magnet-Physic Dr. Steingroever GmbH Impulse magnetizer K-Series dengan V = 1500 volt dan I yang dihasilkan sekitar 5,23 – 5,30 kA. Sampel magnet yang telah selesai dibuat tersebut selanjutnya dikarakterisasi sifat fisis, sifat mekanik, dan sifat magnetiknya.
3.6 Pengujian
Pengujian yang dilakukandalampenelitianinimeliputi :analisaukuran diameter partikelserbuk, analisastrukturserbuk, pengamatanmikrostruktursampel dan sifat magnet pellet NdFeB
3.6.1AnalisaStrukturSampel
1).Analisa Bulk Density SampelPeletNdFeB
Pengukuran bulk density padapenelitianinimenggunakanmetodebiasa, yaitusampel pellet NdFeB yang telahdikompaksiatau dicetak, diukurmassa bulk, diameter dantebaldarisampeltersebut. Kemudiandaripenghitungan diameter (d)dantebal
(t)didapatkan volume dari bulk tersebut.Makauntukmencarinilai densitymassadibagidengan volume sepertipersamaan 2.1 .
2). AnalisaStrukturSerbuk Magnet NdFeB( X R D )
Analisastruktur magnet serbukNdFeBdalampenelitianinidilakukanmenggunakanalat XRD (X-Ray
Difractometer).X-Ray Difractionadalahalat yang dapatmemberikan data – data difraksidankuantitasintensitasdifraksipadasudut – sudutdifraksi (2θ)
darisuatusampel.Tujuandilakukannyapengujiananalisisstruktur kristal adalahuntukmengetahuiperubahanfasastrukturbahandanmengetahuifasa –
fasaapasaja yang terbentukselama proses pembuatansampelujidenganvariasi sintering pada 400 oC, 700 oC,900 oC dan 1000 oC serta serbuk tanpa disinter.
3.6.2 Analisa Sifat Magnet
1). Pengukuran Fluks Magnetik pelet NdFeB Dengan Gaussmeter
Analisa pengukuran fluks magnetik sampel pelet magnet NdFeB dalam penelitian ini menggunakan Gaussmeter.Analisa fluks magnetik sampel pelet ini dilakukan dengan cara mengambil sampel pelet dengan pinset dan sampel pelet tersebut diletakkan diatas wadah yang dilapisi tissu kemudian ujung pendeteksi (scan) Gaussmeter diletakkan diatas permukaan sampel pelet, langkah berikutnya adalah menggerak - gerakkan ujung sensor pendeteksi (scan) yang ditempelkan pada permukaan sampel pelet. Kemudian nilai densitas fluks magnetik yang dihasilkan dapat dilihat pada display Gaussmeter tersebut, dan untuk mendapatkan nilai fluks terbaik dilakukan scan keseluruh permukaan sampel baik di kutub positif dan negatif.
2). Analisa Sifat magnetik bahan pelet NdFeB dengan VSM
Pengukuran sifat magnetik bahan dengan VSM ini merupakan salah satu jenis peralatan yang digunakan untuk mempelajari sifat magnetik bahan. Dengan alat ini akan dapat diperoleh informasi mengenai besaran-besaran sifat magnetik sebagai akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan dalam kurva histeresis, sifat magnetik bahan sebagai akibat perubahan suhu, dan sifat-sifat magnetik sebagai fungsi sudut pengukuran atau kondisi anisotropik bahan.
Dalam VSM tipe OXFORD VSM I.2H ini kumparan didesain dengan model Mallinson 4 kumparan dengan arah medan adalah horizontal dan tegak
lurus pada arah getaran. VSM (Vibrating SampleMagnetometer) adalah merupakan salah satualat ukurmagnetisasi yang bekerja berdasarkan metoda induksi. Pada metoda ini, cuplikan yang akan diukur magnetisasinya dipasang pada ujung bawah batang kaku yang bergetar secara vertikal dalam lingkungan medan magnet luar H. Jika cuplikan termagnetisasi, secara permanen ataupun sebagai respon dari adanya medan magnet luar, getaran ini alan mengakibatkan perubahan garis gaya magnerik. Perubahan ini akan menginduksikan menimbulkan suatu sinyal tegangan AC pada kumparan pengambil (pick-up coil atau sense coil) yang ditempatkan secara tepat dalam sistem medan magnet ini.
Selanjutnya sinyal AC ini akan dibaca oleh pre-amp dan Lock-in amplifier.
Frekuensi dari Lock-in amplifier diset sama dengan frekuensi getaran sinyal referensi dari pengontrol getaran cuplikan. Lockin amplifier ini akan membaca sinyal tegangan dari kumparan yang sefasa dengan sinyal referensi. Kumparan pengarnbil biasanya dirangkai berpasangan dengan kondisi arah lilitan yang berlawanan. Hal ini untuk menghindari terbacanya sinyal yang berasal dari selain cuplikan, misalnya dari akibat adanya perubahan medan magnet luar itu sendiri.
Selanjutnya dalam proses pengukuran, medan magnet luar yang diberikan, suhu cuplikan, sudut dan interval waktu pengukuran dapat divariasikan melalui kendali komputer. Komputer akan merekam data tegangan kumparan sebagai fungsi medan magnet luar, suhu, sudut ataupun waktu.