• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN SIRSAK 45%

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN SIRSAK 45%"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAK DAUN SIRSAK 45%

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

RIANDA DWI MAGFIRAH LUBIS NIM :140600089

\

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

Tahun 2018

Rianda Dwi Magfirah Lubis

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat Setelah Direndam Dalam Larutan Ekstrak Daun Sirsak 45%.

x+44 halaman

Hasil cetakan menjadi salah satu mediator penularan infeksi, sehingga penting dilakukan tindakan desinfeksi dengan larutan desinfektan. Imbibisi merupakan sifat bahan cetak alginat yang berpengaruh terhadap keakuratan hasil cetakan. Daun Sirsak memiliki zat antimikroba dan antifungal yang dapat meminimalisasi kuman patogen penyebab infeksi tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan dimensi hasil cetakan alginat setelah dilakukan perendaman larutan ekstrak daun sirsak 45%

selama 5, 10, 15 dan 20 menit. Sampel berupa die stone dari hasil isian cetakan alginat pada master die berbentuk kerucut dengan tinggi 10 mm, diameter alas 8,36 mm, dan diameter atas 6,60 mm. Besar sampel yaitu 5 sampel untuk setiap perlakuan, yaitu kelompok kontrol (tanpa perendaman) dan perendaman dalam larutan ekstrak daun sirsak 45% selama 5, 10, 15, dan 20 menit. Pengukuran diameter atas dan tinggi die stone menggunakan kaliper digital. Dengan Uji Kruskal-Wallis didapat hasil persentase perubahan dimensi pada diameter atas kelompok kontrol, kelompok perendaman selama 5, 10, 15 dan 20 menit masing-masing 0%, 0,12%, 0,2%, 0,9%

dan 1,24%. Hasil persentase perubahan dimensi pada tinggi die stone kelompok kontrol, kelompok perendaman selama 5, 10, 15 dan 20 menit masing-masing 0%, 0,08%, 0,16%, 0,48% dan 1,12%. Tidak terdapat perubahan dimensi yang signifikan antara kelompok kontrol dan perendaman selama 5 menit dengan nilai signifikansi (p=0,053≥0,05) namun antara kelompok kontrol dan perendaman 10, 15 dan 20 menit terdapat perubahan dimensi dengan nilai signifikansi (p=0,005≤0,05). Kesimpulan

(3)

selama 10, 15 dan 20 menit terdapat perubahan yang signifikan.

Daftar rujukan: 31 (2000-2017)

(4)
(5)

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 2 Juli 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Astrid Yudith, drg., M.Si

2. Sumadhi S, drg.,Ph.D

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebagai ungkapan puji syukur atas karunia Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta rezeki-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi saya ini adalah “Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat Setelah Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Sirsak 45%”.

Ribuan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu atas keluangan waktu dan tenaganya yakni berupa bimbingan maupun pengarahan serta motivasi yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skrispsi ini, kepada keluarga tercinta Bapak saya Irwan Lubis dan Ibu saya Rosmayana Mrp, S.Pd,MM, kakak saya Rinanda Yuni A Lubis, S.Ked, adik saya Rinova Dinda A Lubis dan M. Yudha Abdillah Lubis yang telah banyak memberikan semangat, doa, dan material kepada saya. Untuk itu saya sangat berterima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes.,Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku ketua departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan arahan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Essie Octaria, drg., Sp. KGA sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada saya.

4. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan yang berharga kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Awaluddin Saragih M.Si., Apt selaku kepala Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses pembuatan ekstrak daun sirsak 45%.

(7)

6. Prana Ugi selaku staf pengajar di Fakultas Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis dalam pengolahan dan analisa data pada penelitian ini.

Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan wawasan yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan manfaat bagi perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi. Penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 2 Juli 2018 Penulis,

Rianda Dwi M Lubis NIM. 140600089

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... ....

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR... ... iv

DAFTAR ISI... .... vi

DAFTAR TABEL... .... viii

DAFTAR GAMBAR... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... ... x

BAB 1PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... ... 1

1.2 Rumusan Masalah... .. 4

1.3 Tujuan Penelitian... .. 4

1.4 Hipotesis Penelitian... ... 4

1.5 Manfaat Penelitian... .. 5

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak... ... 6

2.2 Bahan Cetak Alginat ... 6

2.2.1 Definisi... . 6

2.2.2 Komposisi... .. 7

2.2.3 Perubahan Dimensi pada Bahan Cetak Alginat... . 8

2.1.4 Keuntungan dan Kerugian... .. 8

2.3 Bahan Desinfektan... 9

2.4 DaunSirsak Sebagai Antimikroba dan Antifungal ... 11

2.4.1Definisi Daun Sirsak... ... 11

2.4.2Klasifikasi Tanaman... ... 11

2.4.3 Morfologi Daun Sirsak ... 12

2.4.4 Kandungan Daun Sirsak ... 12

2.4.4 Manfaat Sebagai Antimikroba dan Antifungal ... 13

(9)

2.5 Gips Stone... . 14

2.5.1 Manfaat…... .. 14

2.5.2 Jenis-jenis Gipsum... . 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... ... 16

3.2 Desain Penelitian... ... 16

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.3.1Tempat Pembuatan dan Pengukuran Sampel ... 16

3.3.2Tempat Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak 45%.... ... 16

3.3.3 Waktu Penelitian... ... 16

3.4 Sampel dan Besar Sampel... ... 16

3.4.1 Sampel... ... 16

3.4.2 Besar Sampel... .. 17

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi... .. 18

3.5.1 Kriteria Hasil Cetakan... .. 18

3.5.1.1 Kriteria Inklusi Hasil Cetakan... ... 18

3.5.1.2 Kriteria Eksklusi Hasil Cetakan... ... 18

3.5.2 Kriteria Die Stone... ... 18

3.5.2.1 Kriteria Inklusi Die Stone... ... 18

3.5.2.2 Kriteria Eksklusi Die Stone... ... 18

3.6 Variabel Penelitian... ... 18

3.6.1 Variabel Bebas... .. 18

3.6.2 Variabel Tergantung... ... 19

3.6.3 Variabel Terkendali... ... 19

3.6.4 Variabel Tidak Terkendali... 19

3.7 Definisi Operasional... ... 19

3.8 Alat dan Bahan Penelitian... ... 20

3.8.1 Alat Penelitian... ... 20

3.8.2 Bahan Penelitian... ... 23

3.9 Prosedur Penelitian... .... 24

3.9.1 Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Sirsak 45%... 24

3.9.2 Pengambilan Cetakan dengan Bahan Cetak Alginat... .... 26

3.9.3 Perlakuan pada Hasil Cetakan... .... 27

3.9.4 Pengukuran Sampel... .... 28

3.9.5 Pengukuran Perubahan Dimensi ... 28

3.10 Uji data... ... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian... .... 29

4.1.1 Hasil Pengukuran Die Stone ... 29

4.1.2 Perubahan Dimensi Die Stone ... 31

4.2 Uji Data Hasil Penelitian... ... 34

(10)

BAB 5 PEMBAHASAN... .... 38 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 41

DAFTAR PUSTAKA... .... 42

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Komposisi Bubuk Alginat, Persentase Berat, dan

Fungsinya... . 7 2 Hasil Pengukuran Diameter Atas Die Stone pada Kelompok

Kontrol dan Kelompok Perendaman 5, 10, 15, dan 20

menit... .. 27 3 Hasil Pengukuran Tinggi Die Stone pada Kelompok Kontrol

dan Kelompok Perendaman 5, 10, 15 dan 20 menit ... 28 4 Perubahan Dimensi pada Diameter Atas Die

Stone... ... 29 5 Perubahan Dimensi Pada Tinggi Die Stone ... 30 6 Hasil Uji Kruskal-Wallis Diamete Atas dan Tinggi Die Stone

Kelompok kontrol dan kelompok perendaman 5, 10, 15 dan 20

menit ... ... 32 7 Hasil Uji Mann-Whitney Perbandingan Diameter Atas Die

Stone Antar Kelompok

Perlakuan... ... 32 8 Hasil Uji Mann-Whitney Perbandingan Tinggi Die Stone Antar

Kelompok Perlakuan ... 34

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Pohon Sirsak... 11

2 Daun Sirsak ... 12

3 Ukuran Master Die... ... 17

4 Master die kuningan... ... 20

5 Alat pencetak khusus... 21

6 Kaliper digital... 21

7 Rubber bowl dan Spatula ... 21

8 Timbangan digital... ... 21

9 Lecron ... 22

10 Lemari pengering ... 22

11 Rotary Evapatory ... 22

12 Daun Sirsak... ... 23

13 Alginat... ... 23

14 Gips stone III... ... 24

15 Proses Pengeringan ... 24

16 Maserat di filtrasi ... 25

17 Ekstrak kental daun sirsak ... 26

18 Penimbangan bahan cetak alginat... ... 25

19 Proses pencetakan ... 27

20 Hasil cetakan diisi dengan dental stone ... 27

21 Perendaman hasil cetakan ... 28

22 Grafik perubahan dimensi pada diameter dan tinggi die stone... ... 33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerangka Teori Lampiran 2. Kerangka Konsep

Lampiran 3. Alur Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Sirsak 45%

Lampiran 4. Alur Penelitian Lampiran 5. Analisis Data

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan sebagai replika akurat jaringan lunak dan keras rongga mulut. Bahan cetak terdiri dari bahan yang kaku dan elastis. Bahan elastis terdiri dari elastomer dan hidrokoloid. Hidrokoloid yang dipergunakan sebagai bahan cetak di kedokteran gigi ada 2 macam, yaitu Reversibel hidrokoloid dan irreversibel hidrokoloid.1

Alginat adalah bahan cetak hidrokoloid irreversibel yang elastis dan merupakan salah satu bahan cetak yang paling umum dan sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Bahan cetak alginat digunakan secara luas untuk membuat model studi atau model diagnostik, dimana model studi digunakan untuk membuat rencana perawatan, memonitor perubahan perawatan, membuat restorasi sementara serta membuat gigi tiruan lepasan.2,3,4

Bahan cetak alginat merupakan bahan yang sangat populer belakangan ini sebab memiliki banyak kelebihan diantaranya manipulasi mudah, tidak memerlukan banyak peralatan, mudah pencampurannya, nyaman bagi pasien, dan relatif lebih murah dibanding dengan bahan cetak elastomer. Bahan cetak ini juga mudah ditolerir oleh pasien, cepat mengeras, dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Meskipun alginat merupakan bahan cetak yang tetap populer dan masih banyak dokter gigi yang menggunakan, namun masih ada masalah yang berhubungan dengan stabilitas dimensi dan hasil cetakan yang kurang detail sehingga pemakaiannya terbatas hanya sebagai bahan cetak awal.1,4

Bahan cetak alginat mempunyai sifat imbibisi yaitu menyerap air bila berkontak dengan air sehingga bentuknya lebih mudah mengembang. Hal ini dapat menyebabkan perubahan bentuk atau dimensi hasil cetakan sehingga mudah terjadi ekspansi yang dapat menyebabkan ketidak akuratan hasil cetakan alginat. Oleh karena itu, stabilitas dimensional pada hasil cetakan alginat merupakan hal penting

(15)

dalam keberhasilan pembuatan model cetakan selanjutnya. Disamping itu, alginat mudah terjadi pengerutan saat dibiarkan terlalu lama pada udara terbuka.Sehingga penting untuk menjaga kelembaban hasil cetakan alginat agar stabilitas dimensinya terjaga dengan baik. Faktor lain yang harus diperhatikan saat menggunakan bahan cetak alginat adalah kontrol dari penularan infeksi silang yang berasal dari bahan cetak.6

Pada waktu pencetakan dalam rongga mulut pasien, adonan alginat pada sendok cetak akan berkontak dengan gigi, mukosa, darah, serta saliva yang mengandung banyak bakteri, baik bersifat flora normal ataupun yang patogen.

Mikroorganisme yang sering ditemukan dalam darah dan saliva antara lain, Streptococcus dan Staphylococcus sp., Bacillus sp., Enterobacter sp., virus hepatitis, dan Human Immunodeficiency virus (HIV).4,5

Cetakan yang terkontaminasi bakteri akan pindah dari pasien, operator hingga ke laboran sehingga memicu terjadinya infeksi silang. Penelitian menunjukkan bahwa 67% material yang dikirim dari klinik dokter gigi ke laboratorium telah terkontaminasi bakteri dengan derajat patogenitas yang berbeda. Maka dari itu, kebutuhan untuk menekan infeksi silang menjadi hal penting.4,5

Hal yang dapat dilakukan untuk menekan infeksi silang tersebut adalah dengan mendesinfeksi bahan cetak. The American Dental Association (ADA) menganjurkan bahan cetak harus dicuci terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan saliva, darah dan debris yang melekat pada bahan cetak kemudian direndam dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri sebelum dikirim ke laboratorium.5

Disenfeksi terhadap bahan cetak dapat dilakukan dengan cara perendaman dan penyemprotan. Kelebihan teknik perendaman ialah memungkinkan desinfektan merata di seluruh permukaan bahan cetak, sedangkan kekurangannya yaitu bahan cetak akan mengembang apabila dibiarkan pada waktu tertentu, karena sifat alginat yang menyerap air. Teknik penyemprotan memiliki kelebihan yaitu rendahnya distorsi karena penyerapan air yang tidak terlalu banyak, sedangkan kekurangannya yaitu tidak meratanya desinfektan pada permukaan bahan cetak.5

(16)

Larutan sodium hipoklorit, iodofor, phenyl phenol 9%, formaldehid dan glutaraldehid merupakan bahan desinfektan yang paling sering digunakan, dikarenakan zat antimikroba yang terkandung didalamnya. Penelitian menunjukkan bahwa virus-virus dapat diinaktivasi pada bahan cetak alginat dengan perendaman sodium hipoklorit 0,5% selama 10 menit atau setelah penyemprotan, perendaman larutan iodofor yang diencerkan 1:4 selama 20 menit, dan perendaman dalam phenylphenol yang diencerkan 1:32 selama 20 menit.4,6 Menurut Environmental Protection Agency (EPA) sodium hipoklorit tidak merusak pemukaaan bahan cetak, tidak mengiritasi dan efisien terhadap mikroorganisme spektrum luas, namun memiliki kekurangan berupa bau yang tidak menyenangkan. Kekurangan bahan desinfektan dari bahan kimia lainnya seperti Aldehyde solution, mempunyai bau yang menyengat dan iritasi terhadap kulit dan mata.19

Saat ini masyarakat dunia dan juga Indonesia mulai mengutamakan spemanfaatan sumber alam karena sifatnya yang alami dan relatif aman. Daun sirsak merupakan salah satu tanaman obat potensial yang diketahui memiliki banyak khasiat. Semua bagian dari daun sirsak (Annona muricata lin) dapat digunakan sebagai obat-obatan alami seperti kulit kayu, daun, akar, dan biji. Daun sirsak yang paling banyak dimanfaatkan karena mengandung kandungan kimia yang berfungsi mengobati berbagai macam penyakit, juga berfungsi sebagai antibakteri dan mempunyai efek antifungi karena mengandung senyawa acetogenins, saponin, alkaloid, tannin dan flavonoid, yang dapat mencegah penyakit infeksi bakteri, dapat menghambat pertumbuhan jamur C. albicans, mudah terjangkau, serta banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian Novianti yang meneliti tentang aktivitas antibakteri Ekstrak Daun Sirsak terhadap pertumbuhan Escherichia coli yang termasuk bakteri gram negatif.9,10

Banyak sekali kandungan senyawa bioaktif yang ditemukan dalam daun sirsak seperti penelitian yang dilakukan oleh Prachi dkk, ekstrak methanol daun sirsak mengandung metabolit sekunder seperti tannin dan steroid. Sedangkan menurut penelitian Takashi dkk, ekstrak etanol daun sirsak mengandung senyawa flavonoid.

Dari sekian banyak zat aktif yang ditemukan di dalam daun sirsak senyawa tannin,

(17)

saponin, dan alkaloid diketahui memiliki sifat antibakteri. Hal ini ditunjang dengan penelitian yang dilakukan oleh Prachi dkk, menemukan bahwa daun sirsak memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap Stahylococcus aureus, Escherichia coli, Candida albicans, Proteus vulgaris, Streptococcus pyogenes. Ekstrak daun sirsak juga disenfektan yang efektif membunuh mengarungi pertumbuhan mikroorganisme pada alginat.11 Sesuai penelitian Bahruddin, Ekstrak Daun Sirsak yang paling efektif menghambat pertumbuhan Candida Albicans pada lempeng resin akrilik polimerisasi panas adalah pada konsentrasi 45%.26

Melihat kandungan di dalam daun sirsak yang begitu besar serta mudah di dapatkan, menarik minat peneliti untuk menggunakan daun sirsak sebagai bahan disenfektan alami untuk mendisenfeksi alginat dan belum pernah diteliti untuk melihat pengaruh terhadap perubahan dimensi hasil cetakan alginat. Berdasarkan dari berbagai hal yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti perubahan hasil cetakan alginat setelah di rendam dalam larutan esktrak daun sirsak.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun sirsak 45% selama 5, 10, 15, dan 20 menit.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun sirsak 45% selama 5, 10, 15, dan 20 menit.

1.4 Hipotesis Penelitian

Tidak ada perbedaan perubahan dimensi antara hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun sirsak 45% selama 5, 10, 15, dan 20 menit.

(18)

1.5 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya dibidang Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi.

b. Penelitian ini bermanfaat sebagai referensi bagi perkembangan Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi selanjutnya agar lebih banyak penelitian mengenai bahan herbal atau alami dalam bidang kedokteran gigi.

c. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sebagai sumber informasi bagi praktisi agar mengetahui ada tidaknya perubahan dimensi hasil cetakan yang diisi gips stone setelah cetakan direndam dalam larutan ekstrak daun sirsak 45%.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak

Bahan cetak merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menghasilkan suatu bentuk cetakan dari hubungan gigi dan jaringan rongga mulut (jaringan keras dan jaringan lunak). Bahan cetak akan menghasilkan cetakan negatif dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut yang kemudian akan diisi dengan dental stone atau bahan yang lainnya untuk mendapatkan model. Hal ini bertujuan untuk pembuatan mahkota, gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian dan pesawat ortodonti.1

Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu non-elastis dan elastis. Bahan cetak non-elastis yaitu Impression Plaster, Impression Compund, Zinc Oxide Eugenol, Impression Wax (malam), sedangkan bahan cetak elastis yaitu Reversible Hydrocolloids (agar), Irreversible Hydrocolloids (alginate) dan elastomer.2

2.2 Bahan Cetak Alginat 2.2.1 Definisi

Alginat adalah bahan cetak yang umum digunakan dibidang kedokteran gigi, yang berasal dari rumput laut berwana coklat tertentu yang menghasilkan ekstrak yang disebut asam alginik. Asam alginik merupakan suatu kopolimer linier dari ß-D- mannuronicacid dan α-L-guluronic acid.1,2

Alginat yang kaya akan asam guluronan akan menghasilkan bahan yang bersifat kuat dan gel yang sifatnya rapuh, sementara alginat yang kaya akan asam manuronan menghasilkan bahan yang lebih lemah dan gel yang lebih elastis. Dalam hal proses pembuatan cetakan, alginat yang digunakan adalah alginat yang kaya akan asam manuronan.1,2

Alginat dimanipulasi dengan mencampur bubuk alginat dan air sesuai dengan petunjuk pabrik. Bahan cetak alginat berubah bentuk dari fase sol ke fase gel

(20)

disebabkan oleh reaksi kimia dimana ketika bahan ini berubah menjadi gel, maka tidak dapat kembali lagi ke bentuk sol (irreversibel).3,10,11

2.2.2 Komposisi

Bubuk alginat mengandung sodium alginate, kalsium sulfat, trisodium fosfat, diatomaceous earth (filler), oksida seng, dan potassium titanium flouride.1,2,11,13 Menurut American National Standards Institute-American Dental Association (ANSI-ADA) Spesifikasi No. 18 (ISO 1563 [1992]) komposisi beserta fungsi dari bubuk alginat dapat dilihat dalam tabel berikut.2,3,12,14

Tabel 1. Komposisi Bubuk Alginat, Persentase Berat, dan Fungsinya1

Komponen Berat (%) Fungsi

Sodium atau potasium alginate

18 Sebagai pelarut di dalam air dan bereaksi dengan ion kalsium

Kalsium sulfat dihidrat 14 Bereaksi dengan sodium alginat membentuk gel kalsium alginat tidak larut air

Sodium fosfat 2 Bereaksi khusus dengan kalsium sulfat untuk menyediakan waktu kerja sebelum gelasi

Diatomaceous earth atau bubuk silikat

56 Mengontrol konsistensi campuran alginat dan fleksibilitas cetakan

Potasium sulfat atau potasium seng

10 Mempercepat pengerasan stone

Organic glycols Kecil Melindungi partikel dari debu

Pigmen Sedikit Sebagai pewarna

Quaternary ammonium compounds atau klorheksidin

1-2 Sebagai bahan desinfektan

Fenilalanin Sedikit Berfungsi sebagai pemanis

(21)

2.2.3 Perubahan Dimensi pada Bahan Cetak Alginat

Keakuratan bahan cetak merupakan hal yang penting, begitu juga dengan alginat. Alginat mengandung 85% air yang rentan terhadap distorsi, saat bahan cetak hidrokoloid dikeluarkan dari dalam rongga mulut dan terpapar udara pada temperatur ruangan tertentu ataupun mengalami perendaman dalam air, akan menyebabkan bahan cetak mengalami sineresis dan imbibisi.2,3,16

Cetakan alginat dapat mengalami sineresis yaitu menguapnya air bila terjadi kenaikan suhu atau apabila dibiarkan di udara terbuka dalam kurun waktu tertentu sehingga menyebabkan cetakan alginat akan mengalami kontraksi atau menyusut.

Maka dari itu, penting untuk menjaga kelembaban hasil cetakan alginat agar stabilitas dimensinya terjaga dengan baik.1,16,17

Cetakan alginat juga bersifat imbibisi yakni menyerap air bila berkontak dengan air dalam waktu tertentu sehingga akan menyebabkan cetakan alginat mengembang. Hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk atau dimensi hasil cetakan sehingga lebih mudah terjadi ekspansi yang dapat menyebabkan ketidakakuratan hasil cetakan alginat. Oleh karena itu, stabilitas dimensional pada hasil cetakan alginat merupakan hal penting dalam keberhasilan pembuatan model cetakan selanjutnya.1,16,17

Perubahan temperatur berkontribusi terhadap perubahan dimensi alginat.

Hasil cetakan alginat mengalami penyusutan secara perlahan dikarenakan perbedaan temperatur antara temperatur rongga mulut (37°C) dan temperatur ruangan (23ºC).

Idealnya, hasil cetakan segera diisi setelah didesinfeksi. Jika memang dilakukan penundaan dalam mengisi bahan cetak, maka bahan cetak harus di cuci dibawah air keran yang mengalir, didesinfeksi dan dimasukkan ke dalam tas plastik atau kotak tertutup dengan menggunakan handuk yang lembab.13

2.2.4 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan bahan cetak alginat adalah sebagai berikut:

a. Mudah untuk dimanipulasi.

b. Peralatan yang digunakan sedikit.

(22)

c. Waktu yang diperlukan bahan untuk mengeras cepat, dan bahan yang telah mengeras memiliki sifat yang fleksibel.

d. Waktu pengerasan dapat dikontrol dengan memodifikasi temperatur air yang digunakan untuk mencampur bubuk alginat.

e. Bahannya yang elastis menjadikan material ini cocok untuk pencetakan dengan adanya undercut.

f. Hidrofilik, sehingga menghasilkan cetakan yang akurat dengan kondisi adanya saliva atau darah.

g. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan memiliki rasa yang baik.

h. Lebih mudah dikeluarkan dari rongga mulut karena cetakan merupakan hidrokoloid ireversibel bila dibandingkan dengan bahan yang terbuat dari elastomer.

i. Hasil cetakan cukup akurat.

j. Harga relatif lebih murah.3,11,13

Disamping keuntungan yang dimiliki bahan cetak alginat, terdapat pula kerugian yang dimilikinya, seperti:

a. Stabilitas dimensi yang buruk dikarenakan kandungan air yang tinggi dalam bahan.

b. Model harus segera diisi dalam jangka waktu 1 jam dan tetap dalam keadaan basah sampai waktunya diisi.

c. Temperatur ruangan dan kelembaban dapat mempengaruhi waktu kerja dan pengerasan alginat.

d. Mudah sobek atau koyak.

e. Detail cetakan kurang akurat jika dibandingkan dengan material elastomer.3,14,16

2.3 Bahan Desinfektan

Penyebaran infeksi dalam rongga mulut dapat melalui darah, saliva, atau jaringan infeksius lainnya. Saat pencetakan darah dan saliva dapat menempel pada permukaan bahan cetakan, hal ini dapat menjadi sumber terjadinya kontaminasi

(23)

silang. Mikroorganisme dari rongga mulut dapat bertahan pada permukaan hasil cetakan dan dapat berpindah ke model stone. Penelitian menunjukkan bahwa 67%

material yang dikirim dari dokter gigi ke pekerja laboratorium telah terkontaminasi dengan berbagai macam bakteri dengan derajat patogenitas yang bervariasi.4,17,18,20

Mencuci atau membilas hasil cetakan dengan air yang mengalir tidak sepenuhnya menghapus mikroorganisme pada permukaan hasil cetakan, oleh karena itu terdapat pedoman pengendalian infeksi dalam perawatan kesehatan gigi bahwa semua hasil cetakan harus dibersihkan, didesinfeksi, dan dibilas menggunakan larutan desinfektan sebelum ditangani pekerja laboratorium.14,17

Larutan desinfektan yang biasa digunakan berupa larutan sodium hipoklorit, iodofor, phenyl phenol 9%, formaldehid, dan glutaraldehid dikarenakan zat antimikroba yang terkandung didalamnya. Penelitian menunjukkan bahwa virus-virus dapat diinaktivasi pada bahan cetak alginat dengan perendaman selama 10 menit pada sodium hipoklorit 0,5% atau 10 menit setelah penyemprotan, perendaman selama 10 menit pada larutan iodofor yang diencerkan dengan rasio 1:213, perendaman selama 20 menit pada glutaraldehid 2% yang diencerkan 1:4, dan perendaman selama 20 menit pada phenylphenol yang diencerkan 1:32.2,4

Terdapat dua teknik yang disarankan untuk mendesinfeksi bahan cetak yaitu dengan teknik perendaman atau penyemprotan dengan bahan desinfektan. Teknik desinfeksi dengan perendaman telah banyak dipilih dibandingkan dengan penyemprotan.Teknik perendaman dengan waktu tertentu lebih menjamin seluruh permukaan cetakan terdesinfeksi. Perendaman cetakan dengan bahan desinfektan seperti sodium hipoklorit 1% atau glutaraldehid 2% dapat berpengaruh terhadap dimensi cetakan, maka dari itu teknik desinfeksi dengan cara merendam cetakan tidak boleh dilakukan lebih dari 10 menit.4,10,11,12,17

Sedangkan penyemprotan ke permukaan cetakan memang mengurangi kesempatan distorsi, terutama alginat, tetapi tidak adekuat dalam hal mendesinfeksi daerah undercut.4,16 Bahan desinfektan yang banyak digunakan dan memiliki efektivitas desinfeksi pada mikroorganisme patogen adalah sodium hipoklorit sebagai desinfektan efektif pada konsentrasi 0,5% dan klorheksidin 0,2%.15,17

(24)

Mencuci cetakan sebelum dan sesudah menggunakan larutan desinfektan sangat diperlukan. Mencuci permukaan cetakan terhadap debris-debris yang dapat mencegah permukaan cetakan terdesinfeksi dilakukan sebelum mendesinfeksi cetakan. Kemudian dicuci lagi setelah didesinfeksi untuk membuang sisa-sisa bahan desinfektan yang dapat berpengaruh terhadap permukaan stone setelah model diisi.4

2.4 Daun Sirsak

2.4.1 Definisi Daun Sirsak

Sirsak (Annona muricata Lin) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Sirsak merupakan jenis tanaman yang paling mudah tumbuh diantara jenis-jenis Annona lainnya dan memerlukan iklim tropik yang hangat dan lembab.Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian sampai 1200 m dari permukaan laut. Tanaman sirsak akan tumbuh sangat baik pada keadaan iklim bersuhu 22-28oC, dengan kelembaban dan curah hujan berkisar antara 1500- 2500 mm per tahun.28

2.4.2 Klasifikasi Tanaman

Tumbuhan sirsak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae

Gambar 1. Pohon Sirsak

(25)

Class : Dicotyledoneae Sub Kelas : Dialypetalae Ordo : polycarpiceae Family : Annonaceae Genus : Annona

Spesies : A.muricata Linn

2.4.3 Morfologi Daun Sirsak

Tanaman sirsak termasuk dalam tumbuhan menahun berakar tunggang, berkayu keras, dengan pertumbuhan tegak lurus ke atas hingga mencapai ketinggian lebih kurang 15m, sirsak berbentuk perdu atau pohon kecil, tingginya 3-10 meter, bercabang hampir mulai dari pangkalnya. Daun sirsak berbentuk bulat seperti telur terbalik berukuran 8-16cm x 3-7cm, berwarna hijau muda hingga hijau tua, ujung daunnya meruncing pendek, panjang tangkai daunnya 3-7mm, pinggiran rata dan permukaan dan mengkilap.

Gambar 2. Daun Sirsak

2.4.4 Kandungan Daun Sirsak

Daun sirsak mengandung tannin, alkaloid, flavonoid, dan beberapa kandungan lainnya termasuk Annonaceous acetogenins. Annona acetogenins yang hanya ditemukan dalam tanaman sirsak, dan secara umum telah dicatat memiliki sifat anti tumor, antiparasit, dan aktivitas antimikroba.

(26)

Flavonoid merupakan senyawa yang mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, butanol, dan aseton. Flavonoid golongan terbesar dari senyawa fenol, dimana senyawa ini efektif dalam menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur.

Flavonoid bekerja dengan mekanisme denaturasi protein. Flavonoid berfungsi untuk menjaga pertumbuhan normal, pertahanan terhadap pengaruh infeksi, dan kerusakan.31

Senyawa tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tumbuhan yang terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Senyawa ini tidak larut dalam pelarut non polar, seperti eter, kloroform, dan benzena tetapi mudah larut dalam air, aseton, dan alkohol. Senyawa ini juga memiliki aktivitas antioksida dan menghambat pertumbuhan tumor. 18,20

2.4.4 Manfaat Sebagai Antimikroba dan Antifungal

Daun sirsak berfungsi sebagai antimikroba dan antifungal dikarenakan zat-zat aktif yang dikandungnya. Penelitian yang dilakukan Liantari DS (2014) menyatakan bahwa daun sirsak mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Kandungan utama pada daun sirsak yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri adalah flavonoid, tanin, dan acetogenin.26,27

Senyawa aktif flavonoid di dalam daun sirsak memiliki kemampuan membentuk kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hidrogen. Keadaan ini menyebabkan struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri yang mengandung protein menjadi tidak stabil, sehingga sel bakteri menjadi kehilangan aktivitas biologinya atau bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan dicegah untuk masuk. Selanjutnya, fungsi permeabilitas sel bakteri juga akan terganggu dan sel bakteri akan lisis yang berakibat pada kematian sel bakteri.31

Senyawa tanin merupakan growth inhibitor, sehingga banyak mikroorganisme yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh tanin. Tanin memiliki target pada polipeptida dinding sel. Senyawa ini merupakan zat kimia yang terdapat dalam tumbuhan yang memiliki kemampuan menghambat sintesis dinding sel bakteri dan sintesis protein sel bakteri gram positif maupun negatif.28,29

(27)

Aktivitasnya sebagai antimikroba dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu menghambat enzim antimikroba dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan membran sel dan menginaktivasi enzim-enzim esensial atau materi genetik. Kemudian, senyawa tanin membentuk komplek dengan protein melalui interaksi hidrofobik sehingga dengan adanya ikatan hidrofobik akan terjadi denaturasi dan akhirnya metabolisme sel terganggu. 28,29

Sedangkan, aktivitas zat aktif daun sirsak dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans, yakni tanin akan berikatan dengan dinding sel yang akan menghambat aktivasi protease dan inaktivasi secara langsung. Flavonoid mempunyai aktivitas anti kapang pada Candida albicans dengan mengganggu pembentukan pseudohifa selama proses patogenesis, sedangkan saponin dapat membentuk kompleks dengan sterol dan mempengaruhi perubahan permeabilitas membran kapang.28,29

2.5 Gips Stone 2.5.1 Manfaat

Secara kimiawi, gipsum yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4, 2H2O) murni. Produk gipsum digunakan sebagai material untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi.10,12,16

2.5.2 Jenis-jenis Gipsum

Perbedaan jenis gipsum didasarkan pada penggunaan serta sifat-sifat dari gipsum tersebut. Menurut Spesifikasi ADA No. 25 1975 terdapat 5 jenis gipsum, berikut ini10,12,16:

a. Impression plaster (Tipe I). Disebut juga plaster paris, plaster jenis ini sudah jarang digunakan untuk membuat cetakan gigi karena sudah digantikan dengan material yang lebih tidak kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.

(28)

Bahan ini memiliki stabilitas dimensi yang baik, bersifat hidrofilik, namun tingkat frakturnya tinggi.

b. Model plaster (Tipe II). Disebut juga plaster laboratorium, plaster ini digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa ketika ekspansi pengerasan tidak begitu penting dan kekuatan adekuat. Bahan ini mudah dimanipulasi, lebih kuat dari stone tipe I.

c. Dental stone (Tipe III). Stone tipe ini digunakan untuk model konstruksi dalam pembuatan protesa gigi tiruan penuh untuk dapat beradaptasi dengan baik ke jaringan lunak. Stone ini memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan tersebut sehingga protesa lebih mudah dikeluarkan setelah proses selesai.

Bahan ini cukup keras, akurat, konsistensinya halus, lebih kuat dibandingkan dengan plaster, pencampuran stone membutuhkan air yang sedikit daripada plaster dikarenakan ukuran partikelnya yang kecil dan porositas yang rendah.

d. Dental stone, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Rendah (Tipe IV). Memiliki rata- rata kekerasan lebih tinggi (92) dari stone tipe III (82) yang diuji dengan uji kekerasan metode Rockwell.

e. Dental stone, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V). Stone tipe ini memiliki kekuatan kompresi yang jauh lebih tinggi daripada stone tipe IV.

Kekuatan ini diperoleh dengan menurunkan lebih jauh rasio air dan bubuk.

Stone ini merupakan jenis gipsum terbaru yang ditambahkan dalam daftar material ADA.10,12,13,16

Penambahan air ke dalam gipsum setelah pencampuran awal dapat meningkatkan setting expansion. Tipe ekspansi ini disebut sebagai hygroscopic expansion. Hygroscopic expansion dapat meningkatkan kekuatan stone yang signifikan dari 0,05% tanpa penambahan air, dan dengan penambahan air akan menyebabkan peningkatan kekuatan stone hampir 0,1%. Hygroscopic expansion merupakan hal yang penting dalam material cor dan ketika gipsum dituang ke dalam bahan cetak alginat atau agar sehingga air dalam bahan cetak akan naik ke permukaan gipsum yang dapat mengakitbatkan peningkatan ekspansi pada model atau die.3

(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorium

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah post test only control group design.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak 45%

Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU, Medan.

3.3.2 Tempat Pembuatan dan Pengukuran Sampel

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG USU Medan.

3.3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2017 s/d Selesai .

3.4 Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah die stone yang merupakan hasil isian dental stone pada hasil cetakan alginat. Ukuran master die dari kuningan yang akan digunakan untuk pembuatan sampel yaitu: diamater atas 6,60 mm, diameter bawah 8,36 mm, dan tinggi 10 mm.19

(30)

Gambar 3. Ukuran Tinggi dan Diameter Atas Master Die

3.4.2 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Frederer berikut23:

Keterangan:

t = jumlah perlakuan r = jumlah pengulangan

Berdasarkan rumus ini akan digunakan t = 5 karena akan dilakukan perlakuan yang berbeda pada masing-masing grup, yaitu grup tanpa perendaman (kontrol) dan grup perendaman selama 5, 10, 15, dan 20 menit. Maka besar sampel untuk masing- masing grup adalah:

(t-1) (r-1) ≥ 15 (5-1) (r-1) ≥ 15 4 (r-1) ≥ 15 4r – 4 ≥ 15

4r ≥ 19

r ≥ 4,75

(t-1) (r-1) ≥ 15 10 mm

8,36mm

(31)

Berdasarkan hasil perhitungan sampel untuk setiap grup cetakan alginat adalah minimal 5 buah untuk setiap grup cetakan alginat. Maka total sampel pada penelitian ini sebesar 25 buah.

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 3.5.1 Kriteria Hasil Cetakan

3.5.1.1 Kriteria Inklusi Hasil Cetakan

1. Hasil cetakan alginat dengan permukaan yang halus.

2. Cetakan master die terletak ditengah-tengah hasil cetakan (ring tube).

3.5.1.2 Kriteria Eksklusi Hasil Cetakan 1. Hasil cetakan alginat yang rusak/sobek.

2. Permukaan hasil cetakan alginat yang poreus.

3. Cetakan yang tidak mencakup keseluruhan master die.

3.5.2 Kriteria Die Stone

3.5.2.1 Kriteria Inklusi Die Stone 1. Die stone dengan permukaan halus.

2. Die stone yang utuh.

3.5.2.2 Kriteria Eksklusi Die Stone 1. Die stone yang poreus.

2. Die stone yang retak.

3. Die stone yang tidak mencakup keselurahan hasil cetakan.

3.6 Variabel Penelitian 3.6.1 Variabel Bebas

Waktu perendaman hasil cetakan dalam larutan ekstrak daun Sirsak 45%, yaitu 5, 10, 15, dan 20 menit.

(32)

3.6.2 Variabel Tergantung

Perubahan dimensi hasil cetakan alginat.

3.6.3 Variabel Terkendali

1. Rasio alginat dan air (2,1 gr/ 5 ml).

2. Rasio gips stone dengan air (5 gr/ 1,5 ml).

3. Jumlah larutan ekstrak daun sirsak 45% sebanyak 10 ml.

4. Pencetakan menggunakan ring tube dan master die.

5. Suhu perendaman

3.6.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Kecepatan pengadukan bahan cetak alginat.

2. Kecepatan pengadukan dental stone.

3. Temperatur ruangan.

4. Kelembaban ruangan.

3.7 Definisi Operasional

1. Perubahan dimensi adalah perubahan ukuran hasil cetakan karena terjadi penyerapan larutan (imbibisi) yang diketahui dari perbedaan hasil pengukuran tinggi diestone menggunakan kaliper digital dengan satuan milimeter antara grup kontrol dengan grup perendaman (5, 10, 15, dan 20 menit) dalam larutan ekstrak daun sirsak 45%.

2. Hasil cetakan alginat adalah die stone yang diperoleh dengan cara mencetak master die dengan alginat yang dibuat dengan mencampurkan 2,1 gram bubuk alginat dengan 5 ml air, kemudian diisi dengan stone gips yang dibuat dengan mencampurkan 5 gram bubuk dental stone dengan 1,5 ml air.

3. Larutan ekstrak daun sirsak 45% adalah 45 gram ekstrak kental daun sirsak dalam 100 ml larutan yang menggunakan akuades sebagai pelarut.

(33)

3.8 Alat dan Bahan Penelitian 3.8.1 Alat Penelitian

A. Pembuatan Die 1. Master die kuningan

Ukuran diamater atas 6,60 mm, diameter bawah 8,36 mm, dan tinggi 10 mm.22

Gambar 4. Master die kuningan 2. Ring tube kuningan

Ukuran diameter 10 mm dan tinggi 15 mm sebagai alat cetak.22

Gambar 5. Ring tube kuningan

3. Alat pencetak khusus

Gambar 6. Alat pencetak khusus

(34)

4. Kaliper digital dengan angka ketelitian 0,01 mm (Krisbow)

Gambar 7. Kaliper digital 5. Rubber bowl dan spatula

Gambar 8. Rubber bowl dan spatula 6. Spuit10 cc

7. Timbangan digital dengan angka ketelitian 0,01 g (ACIS, Indonesia)

Gambar 9. Timbangan digital 8. Stopwatch

9. Lecron mass

Gambar 10. Lecron mass

(35)

10. Wadah untuk merendam, Tabung 30 ml B. Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak 1. Timbangan

2. Lemari pengering

Gambar 11. Lemari Pengering 3. Blender

4. Kertas perkamen 5. Kertas saring 6. Botol kaca gelap

7. Vacuum rotary evaporator

Gambar 12. Rotary Evapatory

8. Alat penangas 9. Kapas gulung 10. Infus set dewasa 11. Pot plastik besar

(36)

3.8.2 Bahan Penelitian 1. Daun sirsak

Gambar 13. Daun sirsak 2. Etanol 70%

3. Aquadest

4. Bahan cetak alginat Regular set (Hygedent, Hygedent Inc., China)

Gambar 14. Alginat 5. Dental stone tipe III (Moldano, Kulzer, Germany)

Gambar 15. Gips stone II

(37)

3.9 Prosedur Penelitian

3.9.1 Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Sirsak 45%

a. Daun sirsak yang dipergunakan pada satu ranting yaitu nomor 3-4 dikumpulkan sebanyak ±5 kg dan disortasi, yaitu memisahkan dari benda- benda asing. Kemudian cuci bersih lalu ditiriskan dan disebarkan diatas kertas perkamen hingga airnya terserap.

b. Kemudian dimasukkan ke dalam lemari pengering dengan suhu 40-50°C.

Proses pengeringan dilakukan sampai daun sirsak mudah diremukkan (± 1 minggu). Bahan yang telah kering diblender hingga menjadi serbuk.

Serbuk disimpan dalam kantung plastik untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lain.

Gambar 16. Proses pengeringan

c. Untuk mendapatkan ekstrak daun sirsak 45%, maka dilakukan pengekstrakan dengan metode maserasi22:

Sebanyak 500 gr serbuk kering simplisia daun sirsak dimasukkan ke dalam wadah, lalu dilarutkan dengan 5000 ml pelarut etanol 70%. Lalu direndam selama 2 hari dan sekali-sekali diaduk dengan kaca pengaduk. Kemudian cairan maserat (hasil perendaman serbuk kering simplisia dan etanol 70%) dipisahkan dengan cara filtrasi menggunakan botol kedap cahaya, kapas, kertas saring, dan infus set. Proses penyarian ini diulangi sekali lagi dengan 2500 ml etanol 70%.

(38)

Gambar 17. Maserat di filtrasi

d. Hasil maserat yang telah difiltrasi dari penyarian pertama dan kedua diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40ºC. Lalu dikeringkan dengan alat penangas dengan api kecil selama 2 hari sehingga diperoleh ekstrak kental daun sirsak dan dibiarkan selama 15 menit di suhu ruangan.

Gambar 18. Ekstrak kental daun sirsak

e. Ekstrak daun sirsak 45% diperoleh dengan mencampurkan 135 ml ekstrak kental dan 165 ml CMC-Na 0,3%

(39)

3.9.2 Pengambilan Cetakan dengan Bahan Cetak Alginat

1. Bahan cetak alginat dan air diaduk dengan P/W rasio (2,1 gr/5 ml) pada rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen.

Gambar 19. Penimbangan bahan cetak alginat

2. Bahan cetak dimasukkan ke dalam ringtube yang sudah ditandai sebelumnya sebagai tempat pengukuran.

3. Pencetakan dilakukan pada master die yang dipasang pada alat pencetak khusus sebagai model selama 1-2 menit, pencetakan master die dilakukan pada tengah ring cetak.

Gambar 20.Proses pencetakan dengan alat pencetak

4. Kemudian setelah bahan cetak mengeras, master die dilepas.

(40)
(41)

3.9.4 Pengukuran Sampel

Setelah semua die stone diperoleh dan diberi tanda dilakukan pengukuran pada:

1. diameter atas

2. tinggi die stone, yaitu jarak dari alas ke atas die stone.

Pengukuran dilakukan dari titik yang di beri tanda sebagai titik tolak pengukuran dengan menggunakan kaliper digital untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

3.9.5 Pengukuran Perubahan Dimensi

Pengukuran perubahan dimensi dapat dicari berdasarkan rumus ISO 482321:

% A – B = Keterangan:

A-B = Perubahan Dimensi (mm)

A = Ukuran Master Die Kelompok Pengukuran (mm) B = Hasil Pengukuran Die Stone Kelompok Sampel (mm)

3.10 Uji Data

Untuk melihat perbedaan ukuran die hasil cetakan yang segera diisi gips stone dan die hasil cetakan yang diisi gips stone setelah perendaman dalam larutan daun sirsak 45% selama 5, 10, 15, dan 20 menit, dilakukan uji normalitas data menggunakan uji normalitas Saphiro-Wilk terlebih dahulu. Setelah dilakukan uji normalitas dengan Saphiro-Wilk, didapatkan bahwa data tidak terdistribusi normal.

Maka digunakan analisis data non-parametrik dengan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney.

A − B

𝑀𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟 𝐷𝑖𝑒x 100%

(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pengukuran Die Stone

A. Hasil Pengukuran Diameter Atas Die Stone

Hasil pengukuran diameter atas die stone didapat setelah diameter atas die stone diukur dengan menggunakan kaliper digital. Berdasarkan data hasil penelitian pada diameter atas diperoleh hasil mean dan standar deviasi masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol 6,60±0,0000 mm, pada kelompok perendaman 5 menit 6,59±0,0083 mm, pada kelompok perendaman 10 menit 6,56±0,0084 mm, pada kelompok perendaman 15 menit 6,54±0,0200 mm, dan pada kelompok perendaman 20 menit 6,51±0,0228 mm. Dari data tersebut terlihat adanya perbedaan ukuran diameter atas die stone pada masing-masing kelompok perlakuan dibanding dengan ukuran master die. Seperti terlihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Rerata dan Standar Deviasi Pengukuran Diameter Atas Die Stone pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perendaman 5, 10, 15, dan 20 menit

No.

Diameter Atas Master Die

(mm)

Diameter Atas Die Stone Tanpa

Perendaman (mm)

Perendaman 5 menit

(mm)

10 menit (mm)

15 menit (mm)

20 menit (mm) 1.

6,60

6,60 6,60 6,58 6,55 6,53

2. 6,60 6,59 6,57 6,53 6,49

3. 6,60 6,59 6,59 6,55 6,51

4. 6,60 6,60 6,59 6,56 6,55

5. 6,60 6,58 6,59 6,51 6,51

Mean 6,60 6,59 6,58 6,54 6,51

± SD ±0,0000 ±0,0083 ±0,0084 ±0,0200 ±0,0228

(43)

B. Hasil Pengukuran Tinggi Die Stone

Hasil pengukuran tinggi die stone didapat setelah tinggi die stone diukur dengan menggunakan kaliper digital Berdasarkan data hasil penelitian pada tinggi die stone diperoleh hasil mean dan standar deviasi masing-masing kelompok yaitu pada kelompok kontrol sebesar 10±0,00000 mm, pada kelompok perendaman 5 menit sebesar 9,992±0,0084 mm, pada kelompok perendaman 10 menit sebesar 9,984±0,0055 mm, pada kelompok perendaman 15 menit sebesar 9,95±0,0205 mm, dan pada kelompok perendaman 20 menit sebesar 9,888±0,0084 mm. Dari data tersebut terlihat adanya perbedaan ukuran tinggi die stone pada masing-masing kelompok perlakuan dibanding dengan ukuran master die. Seperti terlihat pada tabel 3 berikut

Tabel 3. Rerata dan Standar Deviasi Pengukuran Tinggi Die Stone pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perendaman 5, 10, 15, dan 20 menit.

No. Tinggi Master Die (mm)

Tinggi Die Stone Tanpa

Perendaman (mm)

Perendaman 5 menit

(mm)

10 menit (mm)

15 menit (mm)

20 menit (mm) 1.

10

10,00 10,00 9,98 9,97 9,89

2. 10,00 9,99 9,99 9,93 9,88

3. 10,00 10,00 9,98 9,97 9,88

4. 10,00 9,99 9,98 9,96 9,90

5. 10,00 9,98 9,99 9,93 9,89

Mean 10,00 9,992 9,984 9,95 9,888

± SD ±0,0000 ±0,0084 ±0,0055 ±0,0205 ±0,0084 Dari data tersebut diperoleh adanya penurunan ukuran diameter atas dan tinggi die stone pada masing-masing kelompok perlakuan dibandingkan dengan ukuran master die.

(44)

4.1.2 Perubahan Dimensi Die Stone

A. Perubahan Dimensi Diameter Atas Die Stone

Pengukuran perubahan dimensi hasil cetakan alginat dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman 5, 10, 15, dan 20 menit dengan ekstrak daun sirsak 45% pada diameter atas die stone. Berdasarkan data pengukuran dapat dilihat pada diameter atas die stone didapatkan persentase rata rata perubahan dimensi pada kelompok kontrol yaitu 0%, namun pada kelompok perendaman terdapat perubahan dimensi yang diperoleh yaitu kelompok perendaman 5 menit sebesar 0,008 mm dengan persentase 0,12%, pada kelompok perendaman 10 menit sebesar 0,018 mm dengan persentase 0,24%, pada kelompok perendaman 15 menit sebesar 0,060 mm dengan persentase 0,9%, dan pada kelompok perendaman 20 menit sebesar 0,082 mm dengan persentase 1,24%, seperti tabel 4 berikut.

Tabel 4. Rerata Perubahan Dimensi dan Persentase pada Diameter Atas Die Stone

No.

Diameter atas die stone Tanpa

Perendaman

Perendaman

5 Menit 10 Menit 15 Menit 20 Menit

mm (%) mm (%) mm (%) mm (%) mm (%)

1 0 0 0 0 (-)0,02 (-)0,30 (-)0,05 (-)0,75 (-)0,07 (-)1,06 2 0 0 (-)0,01 (-)0,15 (-)0,03 (-)0,45 (-)0,07 (-)1,06 (-)0,11 (-)1,66 3 0 0 (-)0,01 (-)0,15 (-)0,01 (-)0,15 (-)0,05 (-)0,75 (-)0,09 (-)1,36 4 0 0 0 0 (-)0,01 (-)0,15 (-)0,04 (-)0,60 (-)0,05 (-)0,75 5 0 0 (-)0,02 (-)0,30 (-)0,01 (-)0,15 (-)0,09 (-)1,36 (-)0,09 (-)1,36 Mean 0 0 (-)0,008 (-)0,12 (-)0,016 (-)0,24 (-)0,060 (-)0,9 (-)0,082 (-)1,24

± SD 0 0 ±0,0083 ±0,083 ±0,0089 ±0,08 ±0,0200 ±0,200 ±0,0228 ±0,228 Keterangan :

(-) : Ukuran die stone menjadi berkurang/lebih kecil dari master die

(45)

B. Perubahan Dimensi Tinggi Die Stone

Pengukuran perubahan dimensi hasil cetakan alginate dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman 5, 10, 15, dan 20 menit dengan ekstrak daun sirsak 45% pada tinggi die stone. Berdasarkan data pengukuran dapat dilihat pada tinggi die stone didapatkan persentase rata rata perubahan dimensi pada kelompok kontrol yaitu 0%, namun pada kelompok perendaman terdapat perubahan dimensi.

yaitu kelompok perendaman 5 menit sebesar 0,008 mm dengan persentase 0,08%, pada kelompok perendaman 10 menit sebesar 0,016 mmdengan persentase 0,16%, pada kelompok perendaman 15 menit sebesar 0,048 mm dengan persentase 0,48%, dan pada kelompok perendaman 20 menit sebesar 0,112 mm dengan persentase 1,12%, seperti tabel 5 berikut.

Tabel 5. Rerata Perubahan Dimensi dan Persentase pada Tinggi Die Stone

No.

Tinggi die stone Tanpa

Perendaman

Perendaman

5 Menit 10 Menit 15 Menit 20 Menit

mm (%) mm (%) mm (%) mm (%) mm (%)

1 0 0 0 0 (-)0,02 (-)0,2 (-)0,03 (-)0,3 (-)0,11 (-)1,1 2 0 0 (-)0,01 (-)0,1 (-)0,01 (-)0,1 (-)0,07 (-)0,7 (-)0,12 (-)1,2 3 0 0 0 0 (-)0,02 (-)0,2 (-)0,03 (-)0,3 (-)0,12 (-)1,2 4 0 0 (-)0,01 (-)0,1 (-)0,02 (-)0,2 (-)0,04 (-)0,4 (-)0,10 (-)1,0 5 0 0 (-)0,02 (-)0,2 (-)0,01 (-)0,1 (-)0,07 (-)0,7 (-)0,11 (-)1,1 Mean 0 0 (-)0.008 (-)0,08 (-)0.016 (-)0.16 (-)0,048 (-)0,48 (-)0,112 (-)1,12

± SD 0 0 ±0,0084 ±0,084 ±0,0055 ±0,055 ±0,0200 ±0,200 ±0,0228 ±0,228 Keterangan :

(-) : Ukuran die stone menjadi berkurang/lebih kecil dari master die

(46)

Dari tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa semakin lama waktu perendaman cetakan alginat maka cetakan alginat semakin besar, sehingga rata-rata perubahan dimensi yang terjadi semakin besar. Perbedaan perubahan dimensi pada diameter atas dan tinggi die stone dapat dilihat pada gambar 23.

Gambar 23. Grafik persentase rata-rata perubahan dimensi diameter atas dan tinggi die stone.

0,0

0,12

0,24

0,9

1,24

0,0

0,08

0,16

0,48

1,1

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4

0 Menit 5 Menit 10 Menit 15 Menit 20 Menit

%Perubahan dimensi

Waktu Perendaman

Diameter Atas Tinggi

(47)

4.2 Uji Data Hasil Penelitian

Uji normalitas data yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas Shapiro Wilk diperoleh hasil (p=0,0002<0,05), maka data yang diambil dari populasi tidak terdistribusi normal (lampiran 4). Oleh karena itu analisa data yang di gunakan pada hasil penelitian die stone adalah uji data non parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis untuk melihat perubahan dimensi pada diameter atas dan tinggi die stone.

Tabel 6. Tabel Uji Kruskal-Wallis pada Diameter Atas dan Tinggi Die Stone untuk kelompok kontrol dan kelompok perendaman 5, 10, 15, dan 20 menit

Pada tabel diatas dapat terlihat pada kolom Asymp Sig. diameter atas, dan tinggi diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05, maka diperoleh bahwa Ho ditolak. Sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan dari tiap kelompok (kelompok kontrol, 5, 10, 15 dan 20 menit) untuk diameter atas dan tinggi die stone.

Kemudian dilakukan uji analasis lanjutan, yaitu Mann-Whitney untuk mengetahui perbandingan perbedaan antar kelompok.

Diameter Atas Tinggi Die Stone

Chi-Square 21.879 22.021

Df 4 4

Asymp. Sig. 0,000 0,000

(48)

Tabel 7. Tabel Uji Mann-Whitney pada Diameter Atas Die Stone untuk kelompok kontrol dan kelompok perendaman 5, 10, 15, dan 20 menit.

Kelompok Perendaman Mann-Whitney Asymp. Sig.

(2-Tailed)

Kontrol 5 Menit 5,000 0,053

10 Menit 0,000 0,005*

15 Menit 0,000 0,005*

20 Menit 0,000 0,005*

5 Menit 10 Menit 1,500 0,017*

15 Menit 0,000 0,008*

20 Menit 0,000 0,008*

10 Menit 15 Menit 0,000 0,008*

20 Menit 0,000 0,008*

15 Menit 20 Menit 5,500 0,133

Keterangan: *Terdapat perbedaan jika nilai signifikansi p 0,05.

Dari hasil uji Mann-Whitney pada tabel 7 bahwa pada diameter atas memperlihatkan terdapat perbedaan yang tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p=0,053≥0,05) antara kelompok tanpa perendaman dan kelompok perendaman 5 menit. Perbandingan antara kelompok tanpa perendaman dan kelompok perendaman 10, 15, dan 20 menit menunjukkan nilai signifikansi (p=0,005≤0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok tanpa perendaman dan kelompok perendaman 10, 15, dan 20 menit. Perbandingan antara kelompok perendaman 5 menit dengan kelompok perendaman 10 menit dengan nilai signifikansi (p=0,017≤0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok. Pada kelompok perendaman 5 menit dengan kelompok perendaman 15 dan 20 menit dengan nilai signifikansi (p=0,008≤0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perendaman 5 menit dengan kelompok perendaman 15 dan 20 menit. Perbandingan antara kelompok perendaman 10 menit dengan kelompok perendaman 15 dan 20 menit dengan nilai signifikansi (p=0,008 ≤0,05)

(49)

artinya terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok kelompok perendaman 10 menit dengan kelompok perendaman 15 dan 20 menit. Perbandingan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit dengan nilai signifikansi (p=0,133≤0,05) artinya terdapat perbedaan yang tidak bermakna antar kelompok kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit.

Tabel 8. Tabel Uji Mann-Whitney pada Tinggi Die Stone untuk kelompok kontrol dan kelompok perendaman 5, 10, 15, dan 20 menit

Kontrol Perendaman Mann-Whitney Asymp. Sig.

(2-Tailed)

Kontrol 5 Menit 5,000 0,053

10 Menit 0,000 0,005*

15 Menit 0,000 0,005*

20 Menit 0,000 0,005*

5 Menit 10 Menit 5,500 0,118

15 Menit 0,000 0,008*

20 Menit 0,000 0,008*

10 Menit 15 Menit 0,000 0,008*

20 Menit 0,000 0,008*

15 Menit 20 Menit 0,000 0,008*

Keterangan: *Terdapat perbedaan jika nilai signifikansi p 0,05.

Dari hasil uji Mann-Whitney pada tabel 8 bahwa pada tinggi memperlihatkan terdapat perbedaan yang tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p=0,053≥0,05) antara kelompok tanpa perendaman dan kelompok perendaman 5 menit.

Perbandingan antara kelompok tanpa perendaman dan kelompok perendaman 10, 15, 20 menit menunjukkan nilai signifikansi (p=0,005≤0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok tanpa perendaman dan kelompok perendaman 10, 15, dan 20 menit. Perbandingan antara kelompok perendaman 5

(50)

menit dengan kelompok perendaman 10 menit dengan nilai signifikansi (p=0,118

≤0,05) artinya terdapat perbedaan yang tidak bermakna antar kelompok perendaman 5 menit dengan kelompok perendaman 10 menit. Pada kelompok perendaman 5 menit dengan kelompok perendaman 15 dan 20 menit dengan nilai signifikansi (p=0,008≤0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perendaman 5 menit dengan kelompok perendaman 15 dan 20 menit. Perbandingan antara kelompok perendaman 10 menit dengan kelompok perendaman 15 dan 20 menit dengan nilai signifikansi (p=0,008≤0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perendaman 10 menit dengan kelompok perendaman 15 dan 20 menit. Perbandingan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit dengan nilai signifikansi (p=0,008≤0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit.

(51)

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian (tabel 2) diperoleh mean dan standar deviasi diameter atas dari masing masing kelompok yaitu kelompok kontrol sebesar 6,60±0,0000, pada kelompok perendaman 5 menit 6,59±0,0084, pada kelompok perendaman 10 menit 6,57±0,00548, pada kelompok perendaman 15 menit 6,54±0,0200, pada kelompok perendaman 20 menit 6,51±0,0228.

Pada tabel 3 terlihat mean dan standar deviasi tinggi die stone yang diperoleh pada masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol sebesar 10±0,0000 mm, pada kelompok perendaman 5 menit sebesar 9,992±0,0084 mm, pada kelompok perendaman 10 menit sebesar 9,984±0,0055 mm, pada kelompok perendaman 15 menit sebesar 9,95±0,0204 mm, dan pada kelompok perendaman 20 menit sebesar 9,888±0,0083 mm. Disini terlihat penurunan nilai rata-rata diameter atas dan tinggi die stone pada masing-masing kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan dimensi dari cetakan alginat yang mana telah terjadi imbibisi dan selanjutnya mengalamiekspansi sehingga hasil cetakan alginat yang diperoleh berupa die stone ukurannya menjadi lebih kecil.1

Pada penelitian ini hasil uji Mann-Whitney pada diameter atas dan tinggi die stone memperlihatkan terjadinya perubahan yang tidak signifikan atau menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 5 menit dengan nilai signifikansi p 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan dimensi tidak terjadi pada hasil cetakan alginat setelah direndam dalam larutan ekstrak daun sirsak 45% selama 5 menit.Penelitian ini sejalan dengan penelitian Santoso, dkk (2014) yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan dimensi pada cetakan alginat yang direndam selama 5 menit dalam larutan desinfektan glutaraldehid 2%.15 Hal ini berkaitan dengan lamanya waktu perendaman yang relatif singkat dimana proses penyerapan air tidak berlangsung lama yang mengakibatkan kandungan air di dalam cetakan alginat tidak meningkat dan ekspansi

Referensi

Dokumen terkait

Differences between estimates from fixed rule, flexible rule and Hemiphot techniques did not vary significantly over the range of crown sizes (Fig. 8).. Using the Hemiphot based

Normative Social Influence: Pengaruh sosial yang didasari pada keinginan untuk disukai atau diterima oleh orang lain. Informational Social Influence : Pengaruh

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini, adalah seberapa besar persentase ibu rumah tangga yang sudah melakukan pengelolaan sampah

informasi dan komunikasi dalam wilayah konten secara umum dalam pendidikan untuk memungkinkan mereka belajar keterampilan komputer dan teknologi. Secara umum,

Identifikasi dari analisis biplot pada data ekspor komoditi utama pada subsektor hasil industri ke negara tujuan utama menunjukkan bahwa komoditi minyak kelapa sawit dan pakaian

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa teknologi, yang sebenarnya memadai dari segi sarana prasarana, kurang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran di SMA N 2

Dalam Elit lokal dengan birokrasi pemerintahan identitas etnis akan menjadi hal yan krusial dan perlu diperhatikan sehingga membaca konflik pemekaran Maluku Utara

Ini terbukti dengan adanya peningkatan dari indikator keaktifan siswa yang dapat dicapai pada siklus 2 sebesar 30,26masuk dalam kategori aktif.Penerapan model Blended