• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KAKAO TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KAKAO DI SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KAKAO TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KAKAO DI SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH : HAYUNNITA

130304104 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KAKAO TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR KAKAO DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH : HAYUNNITA

130304104 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Ekspor Kakao Di Sumatera Utara

Nama : Hayunnita

NIM : 130304104

Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si) (Dr. Ir Tavi Supriana, MS) NIP. 196309281998031001 NIP. 196411021989032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196302041997031001

(4)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HAYUNNITA (130304104), dengan Judul Skripsi Analisis Kontribusi Ekspor Kakao Terhadap PDRB Sektor Perkebunan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kakao Di Sumatera Utara. Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana.

Pada Tanggal, 21 Agustus 2017

Panitia Penguji Skripsi :

Ketua : Dr. Ir. Rahmanta Gining, M. Si

NIP. 196309281998031001 ...

Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana MS

NIP. 196411021989032001 ...

2. Ir. Iskandarini, MM. PhD

NIP. 196405051994032002 ...

3. Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si

NIP. 196509261993031002 ...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196302041997031001

(5)

Hayunnita (130304104/Agribisnis) dengan judul skripsi “Analisis Kontribusi Ekspor Kakao terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kakao di Sumatera Utara”. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M. Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kontribusi ekspor kakao terhadap PDRB sektor perkebunan dan untuk menganlisis faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kakao di Sumatera Utara.

Daerah penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangakan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi perkebunan kakao yang potensial di Indonesia. Data yang dianalisis adalah data time series dengan range tahun 2008-2015 dalam bentuk kuartal. Untuk mengetahui kontribusi ekspor kakao, digunakan rumus kontribusi ekspor tahun_t.

Kemudian metode analisis yang digunakan yaitu dengan Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi ekspor kakao terhadap PDRB sektor perkebunan di Sumatera Utara adalah Positif. Faktor produksi, nilai kurs, dan bea keluar secara serempak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kakao.

Secara parsial pada faktor produksi dan nilai kurs masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kakao di Sumatera Utara. Bea keluar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekpor kakao di Sumatera Utara.

Kata Kunci : PDRB Sektor Perkebunan, Kontribusi ekspor, Ekspor Kakao

(6)

ii

ABSTRACT

Hayunnita (130304104) with the thesis entitled, An Analysis on the Contribution of Cacao Export to PDRB in the Sector of Plantation and Its Influencing Factors in North Sumatera. The research was supervised by Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si as the Chairperson of the Supervisory Committee and Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as the Member of the Supervisory Committee.

The objective of the research was to find out the contribution of cacao export on PDRB in the sector of plantation and what factors which influenced cacao export in North Sumatera.

The research area was determined purposively, North Sumatera, as the potential production center of cacao plantation in Indonesia. The data were analyzed by using time series data with the range of 2008-2015 in the form of quarter. The formula of year-t export contribution was used to find out the contribution of cacao export, and the data were analyzed by using multiple linear regression analysis.

The result of the research showed that the contribution of cacao export in the plantation sector in North Sumatera was positive. Production, rate of exchange, and export duty simultaneously had significant influence on cacao export.

Partially, production and rate of exchange had positive and significant influence on cacao export in North Sumatera. Export duty had negative and significant influence on cacao export in North Sumatera.

Keywords: PDRB in Plantation Sector, Export Contribution, Cacao Export

(7)

Hayunnita dilahirkan di Langkat pada 10 Oktober 1995. Penulis merupakan anak kelima dari 5 bersaudara dari Bapak Suradi Bangun dan Ibu Maria Br Ginting.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :

1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD N 050652 Sei Musam Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, masuk pada tahun 2001 dan tamat pada tahun 2007.

2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP N 4 Bagorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, masuk pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2010.

3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA U Chairul Tanjung Foundation, masuk pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2013.

4. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2017.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Penggalangan, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2016.

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat.

3. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya dari awal perkuliahan untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan nasehat mengenai hasil akademik saya sehingga penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dengan baik.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(9)

motivasi serta dukungan yang sangat besar baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

6. Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan beasiswa Bidik Misi kepada saya sehingga pembiayaan kuliah saya menjadi lebih ringan dan saya sangat terbantu.

7. Keluarga Penulis, kakak Mariati, AMd.Kep dan Dewi Marlinanta, SE., Abang Herman dan Edi Jul Aminta yang telah memberikan banyak nasehat, perhatian, kasih sayang serta dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

8. Sahabat terbaik Cici, Memei, dan Dessy yang senantiasa menghibur saat penulis sedang bingung mengerjakan skripsi, hingga kini penulis berhasil menyelaikan skripsi dengan baik.

9. Sahabat terdekat Cintya, Lisa, Hastri, Masyu dan Aya yang telah menemani hari-hari penulis dalam suka maupun duka sehingga masa perkuliahan tanpa terasa kini masa-masa perkuliahan akan usai.

10. Teman-teman seperdopingan Hasbul Hadi, Rini Theresia, Vania, Widya S Purba, tempat saling dukung dan berbagi informasi serta seluruh angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi.

11. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta kepada seluruh staf pengajar dan seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(10)

vi

12. Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian penulis terutama Ibu Hotnida dan Ibu Sinta pada Dinas Perkebunan yang telah banyak membantu penulis mengumpulkan data dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak- pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis menggucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2017

Penulis

(11)

ABSTAK ... i

ABSTACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 10

2.2. Landasa Teori ... 11

2.2.1. PDRB Sektor Perkebunan ... 11

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2.2.3. Perdagangan Internasional ... 13

2.2.4. Ekspor ... 14

2.2.5. Nilai Tukar/Kurs Valuta Asing ... 15

2.2.6. Produksi ... 18

2.2.7. Bea Keluar ... 19

2.3. Penelitian Terdahulu ... 20

2.4. Kerangka Pemikiran ... 26

2.5. Hipotesis Penelitian... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.3. Metode Analisis data ... 29

3.4. Uji Asumsi Regresi Linier Berganda ... 30

3.4.1. Uji Linieritas ... 30

3.4.2. Uji Multikolonieritas ... 30

(12)

viii

3.5.1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 32

3.5.2. Pengujian Secara Serempak (Uji F) ... 32

3.5.3. Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... 33

3.6. Definisi dan Batasan Operasional ... 34

3.6.1. Definisi ... 34

3.6.2. Batasan Operasional ... 34

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Keadaan Geografis ... 36

4.2. Kondisi Iklim dan Topografi... 37

4.3. Kondisi Demografi ... 37

4.4. Perkembangan Komoditi Kakao di Sumatera Utara ... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kontribusi Ekspor Kakao terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Perkembangan Kakao di Sumatera Utara ... 39

5.1.1. Kontribusi Ekspor Kakao terhadap PDRB Sektor Perkebunan di Sumatera Utara ... 39

5.1.2. Perkembangan Kakao di Su mtera Utara... 42

5.1.2.1. Produksi Kakao ... 42

5.1.2.2. Kurs Mata Uang ... 43

5.1.2.3. Perkembangan Kebijakan Bea Keluar terhadap Ekspor Kakao ... 44

5.2. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kakao di Sumtera Utara ... 45

5.2.1. Hasil Asumsi Regresi Linier Berganda... 45

5.2.1.1. Uji Linieritas ... 45

5.2.1.2. Uji Multikolonieritas ... 46

5.2.1.3. Uji Autokorelasi ... 46

5.2.2. Pengujian Kriteria Statistik ... 47

5.2.2.1. Pengujian Koefisien Determionasi (R2) ... 48

5.2.2.2. Pengujian Secara Serempak (Uji F) ... 48

5.2.2.3. Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... 50

5.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kakao di Sumatera Utara ... 51

5.3.1. Pengaruh Produksi (X1) terhadap Ekspor Kakao di Sumatera Utara ... 51

5.3.2. Pengaruh Nilai Kurs (X2) terhadap Ekspor Kakao di Sumatera Utara ... 53

5.3.3. Pengaruh Bea Keluar (bd) terhadap Ekspor Kakao Sumatera Utara ... 54

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN ... 63

(14)

x

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Negara – Negara Penghasil Kakao Terbesar di Dunia 2 2 Total Luas Lahan dan Produksi Kakao Sumatera Utara

(2005-2015)

4 3 Perbandingan Harga Kakao Domestik dan Harga Kakao

Internasional (2014-2015) dalam bentuk kuartal

4 4 Volume dan Nilai Ekspor Kakao Sumatera Utara 5 5 Ekspor Biji Coklat Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama,

2011-2015

6 6 Produk Domestik RegionalBruto (PDRB) Atas Dasar

Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

8

7 Skema Penetapan Bea Keluar Biji Kakao 20

8 Matriks Penelitian 29

9 Kriteria Pengambilan Keputusan Autokorelasi 32 10 Total Luas Lahan dan Produksi Kakao Sumatera Utara

(2005-2015)

38 11 Kontribusi Ekspor Kakao terhadap PDRB Sektor

Perkebunan Di Sumatera Utara

39 12 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kakao di

Sumatera Utara

41

13 Coefficients 46

14 Model Summary 47

15 ANNOVA 49

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran 27

2 Produksi Komoditi Kakao Tahun 1995-2015 43

3 Perkembangan Nilai Kurs Indonesia dengan Malaysia 44

(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Volume dan Nilai Ekspor Kakao Sumatera Utara 63

2 Produksi Kakao Sumatera Utara 64

3 Data Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kakao 65 4

5 6 7 8

PDRB Sektor Perkebunan Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan

Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kakao Sumatera Utara

Kontribusi Ekspor Kakao terhadap PDRB Sektor Hasil Uji Menggunakan SPSS dengan Metode Enter Hasil Uji Menggunakan SPSS Metode Stepwise

66 67 69 70 73

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Pengusahaan berbagai komoditas tanaman ini telah mampu mendatangkan devisa bagi negara, membuka lapangan kerja, dan menjadi sumber pendapatan penduduk, serta berkontribusi dalam melestarikan lingkungan.

Budidaya perkebunan sudah merupakan kegiatan usaha yang hasilnya untuk di ekspor atau bahan baku industri (Suwarto dkk, 2014).

Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia, selain didukung oleh iklim yang sesuai, areal pertanian yang cukup luas untuk tanaman kakao sangat menjanjikan untuk dilakukan pengembangan sub sektor perkebunan kakao, sehingga mampu meningkatkan ekspor dan juga pengolahan dalam negeri sebagai penambah kesejahteraan rakyat dan pendapatan daerah.

Terdapat sekitar 50 negara produsen kakao di dunia yang terbagi dalam 3 benua.

Benua Afrika menguasai sekitar 65% kakao dunia, asia sekitar 20%, dan Amerika Selatan sekitar `15%. Sementara itu, dari sisi industri (World cocoa brinding), Indonesia berada di nomor tujuh dunia di bawah Belanda, Amerika, Jerman, Pantai Gading, Malaysia, dan Brazil (Rukmana dan Herdi, 2016).

Indonesia menempati posisi ke tiga sebagai produsen kakao dunia, yaitu sebesar 18%, sedangkan produsen utama kakao dunia yaitu Pantai Gading sebesar 33%, dan urutan kedua yaitu Ghana sebesar 19% dari produksi dunia.

(18)

2

Tabel.1 Negara – Negara Penghasil Kakao Terbesar Di Dunia

Negara Produksi

(Ton)

% Produksi Dunia

Pantai Gading (Afika Barat) 1.448.992 33%

Ghana (Afrka Barat) 835.466 19%

Indonesia (Asia Tenggara) 777.500 18%

Nigeria (Afrika Barat) 367.000 8%

Kameron (Afrika Tengah) 275.000 6%

Sumber : Informasiwajib.info, 2016

Dari Tabel.1 Dapat kita lihat bahwa produksi tertinggi yaitu 1.448.992 ton untuk Pantai Gading, kemudian produksi tertinggi kedua sebesar 835.466 ton Negara Ghana dan Indonesia dengan produksi 777.500 ton menepati posisi ketiga, untuk posisi ke empat dan kelima yaitu negara Nigeria dan Kameron secara berurutan.

Sebagai negara produsen biji kakao terbesar ketiga di dunia, Indonesia berpotensi besar menjadi pengekspor utama kakao. Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan bea keluar atas ekspor biji kakao melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 67/PMK.001/2010 pada 1 April 2010, industri kakao nasional menggeliat.

Hal itu terbukti dengan semakin menurunnya volume ekspor biji kakao, namun sebaliknya volume ekspor produk olahan kakao meningkat dan jumlah industri kakao bertambah (Rukmana dan Herdi, 2016).

Kelompok negara Asia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan konsumsi seiring pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, sedikit saja kenaikan tingkat konsumsi di Asia, akan meningkatkan serangan produk kakao di Asia. Kapasitas produksi kakao di beberapa Negara Asia Pasifik lain seperti Papua New Guinea, Vietnam dan Fhilipina masih jauh di bawah Indonesia baik dalam hal luas areal maupun total produksi, oleh karena itu dibanding negara lain Indonesia memiliki beberapa keuntungan dalam hal pengembangan kakao, antara lain ketersediaan

(19)

lahan yang cukup luas, biaya tenaga kerja yang relatif murah, potensi pasar domestik yang besar dan sarana transportasi yang cukup baik (Karmawati dkk, 2010).

Provinsi Sumatera Utara menghasilkan komoditi karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, tebu, dan tembakau. Namun, dari beberapa komoditi yang terdaftar sebagai tanaman perkebunan yang menjadi komoditi unggulan di Provinsi Sumatera Utara adalah kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi.

Penetapan keempat komoditi tersebut sebagai unggulan didasarkan pada kemampuan bersaing dengan komoditi yang sama dari daerah lain bahkan dari luar negeri baik terhadap pemasarannya yang berkesinambungan (sustainable) maupun kemampuannya memberikan keuntungan kepada pengelolanya (Hasnudi dan Iskandar, 2005).

Berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014-2016, wilayah Sumatera merupakan penghasil kakao kedua setelah wilayah Sulawesi. Sumatera Utara berada pada peringkat delapan sebagai provinsi penghasil kakao. Oleh karena itu, Sumatera Utara memiliki potensi untuk menjadi produsen kakao utama di Sumatera khususnya untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan industri dalam negeri.

Sejak tahun 2010 hingga 2015, produksi kakao terus menurun dan diduga diakibatkan oleh berkurangnya lahan akibat alih fungsi lahan ke perkebunan kelapa sawit serta pemukiman.

(20)

4

Tabel.2 Total Luas Lahan dan Produksi Kakao Sumatera Utara (2005-2015)

Tahun Total

Luas (Ha)

Total Produksi (Ton)

2010 92.930 66.466

2011 82.724 60.676

2012 79.727 55.680

2013 79.197 56.550

2014 65.375 41.618

2015 64.875 41.117

Sumber : Badan Pusat Statistik 2005-2015

Berdasakan Tabel .2 dapat kita lihat produksi dan luas lahan cenderung mengalami penurunan semenjak tahun 2010. Produksi dan luas lahan terus menurun hingga tahun 2015 produksi menjadi 41.117 ton dan luas lahan hanya 64.875 Ha pada tahun 2015.

Produksi kakao Sumatera Utara pada dasarnya lebih banyak dijual keluar negeri.

Selain disebabkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang berlaku, perdagangan ke uar negeri juga dipengaruhi oleh harga kakao internasinal yang berlaku lebih besar dari harga domestik, seperti dapat kita lihat pada Tabel.3 berikut ini.

Tabel.3 Perbandingan Harga Kakao Domestik dan Harga Kakao Internasional (2014-2015) dalam bentuk kuartal

Tahun Harga Internasional (US$/Kg) Harga Domestik (Rp/Kg)

2014.1 2,95 27033

2014.2 3,08 25528

2014.3 3,23 21242

2014.4 2,99 20850

2015.1 2,94 25208

2015.2 3,07 22813

2015.3 3,25 22187

2015.4 3,30 24750

Sumber :Badan Pusat Statistik 2014-2015 (di olah)

(21)

Dan berikut merupakan data volume dan nilai ekspor kakao Sumatera Utara.

Tabel.4 Volume dan Nilai Ekspor Kakao Sumatera Utara

No Tahun Berat bersih (kg) Nilai FOB (US$)

1 2005 34.417 43.762.723

2 2006 39.523 47.060.307

3 2007 46.594 70.244.184

4 2008 47.820 102.567.021

5 2009 58.051 163.908.000

6 2010 51.515 126.680.245

7 2011 32.608 94.980.294

8 2012 29.504 67.519.671

9 2013 30.023 69.434.507

10 2014 9.796 29.747.558

11 2015 5.308 15.497.090

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatra Utara 2005-2015 (diolah)

Pada Tabel.4 dapat dilihat ekspor biji kakao pada tahun 2006 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 5.106 ton dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai puncaknya pada tahun 2009 dimana ekspornya mencapai 58.051 ton. Kemudian volume ekspor kakao mulai mengalami penurunan pada tahun 2010 ekspornya hanya 51.515 ton, pada tahun 2011 ekspor 32.608 ton, pada tahun 2012 terus mengalami penurunan hingga volume ekspor hanya 29.504 ton, dan mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2013 menjadi 30.023 ton, sampai akhirnya pada 2 tahun terakhir, volume ekspor tidak lebih dari 10 ribu ton.

Kini industri hilir pengolahan biji kakao dalam negeri sudah semakin berkembang, berdasarkan pernyataan Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia Soetanto (2016) pada harian kompas terbitan 26 November 2016 menyatakan ada sekitar 30 industri pengolah kakao saat ini dengan kapasitas mencapai 600.000 ton. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diperlukan peningkatan baik dari segi

(22)

6

lahan maupun produksi kakao agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan juga ekspor.

Selain disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan biji kakao dalam negeri untuk bahan industri, ekspor yang menurun juga dsebabkan oleh berbagai faktor lain.

Saat ini seharusnya Indonesia diharapkan mampu memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan memenuhi ekspor ke berbagai negara-negara Eropa terutama negara Asia.

Kakao Sumatera Utara di ekspor ke berbagai negara antara lain Tiongkok, Thaland, Singapura, Malaysia, Amerika, Kanada, India, Belanda, Jerman dan lainnya. Tahun 2015, Kakao Sumatera Utara paling banyak di ekspor ke negara Malaysia kemudian disusul oleh negara Amerika dan Thailand. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel.5 Ekspor Biji Coklat Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama, 2011-2015 Negara

Tujuan 2011 2012 2013 2014 2015

Berat Bersih: ton

Tiongkok1) 8.764,2 6.962,1 8.670,2 480,0 683,3 Thailand 6.037,0 8.049,4 7.713,4 4.978,5 1.378,1 Singapura 34.839,4 40.879,4 33.146,9 10.617,1 5.850,0 Malaysia 143.296,0 102.350,1 134.774,4 43.733,0 33.735,8 Amerika

Serikat

9.841,0 143,3 7.208,7 218,9 1.823,1 Kanada

India

5.500,0 4.848,0

25,5 5.131,0

118,2 5.700,0

120,8 36,1 7.820,1 55,0

Belanda 776,0 510,6 187,5 237,5 608,7

Jerman 293,8 369,8 490,5 600,7 2.103,3

Lainnya 543,9 7.565,1 3.494,9 7.819,3 9.026,0

Jumlah 214.739,3 171.986,3 201.504,7 76.625,9 55.299,4 1) Berdasarkan Keppres No.12/2014 tentang penggunaan kata Tiongkok untuk

menggantikan kata Cina

Diolah dari dokumen kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai (PEB dan PIB) Dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia 2002-2015

(23)

Negara tujuan ekspor kakao Indonesia ditujukan ke berbagai negara, ekspor kakao Indonesia cenderung mengalami penurunan dilihat semenjak tahun 2011 hingga tahun 2015. Negara tujuan ekspor kakao Indonesa terkecil pada tahun 2015 yaitu pada negara Kanada yaitu hanya sebesar 36 ton. Hal ini disebabkan bukan karena negara Kanada mengurangi konsumsi kakao, tetapi Kanada lebih memilih Impor kakao dari negara penghasil kakao utama di dunia, dan juga akibat kualitas kakao Indonesia yang kurang baik. Negara pengimpor kakao terbesar tahun 2015 yaitu ke negara Malaysia sebesar 33.735 ton. Walaupun impor kakao yang dilakukan Malaysia cenderung menurun, tetapi Malaysia merupakan pengimpor utama kakao Indonesia. Hal ini bisa saja disebabkan karena kondisi Malaysia yang dekat dengan Indonesia.

Jika kita lihat ekspor dari komoditi kakao menurun tajam, sementara PDRB Sumatera Utara pada sektor pertanian dilihat dari jumlah ekspornya meningkat, maka timbul pertanyaan apakah saat ini ekspor kakao masih memberikan pengaruh atau masihkan berkontribusi terhadap PDRB Sumatera Utara.

Karena Indonesia merupakan negara agraris maka tidak diheran jika kontribusi terbesar terhadap PDB nya didominasi oleh sektor pertanian. Berikut pada Tabel. 6 Dapat kita lihat bahwa kontribusi terbesar PDRB Sumatera Utara yaitu dari sektor tanaman perkebunan tahunan yang terus mengalami peningkatan hingga tahun 2015 mencapai Rp 59.387.861 Juta.

(24)

8

Tabel.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Kategori PDRB Produk Domestik Reginal Bruto (Juta)

2013 2014 2015

1. Pertanian 87.560.022 91.363.870 96.403.056

a.Tanaman Pangan 15.006.170 14.767.590 16.214.340 b. Tanaman Hortikultura

Semusim 857.484 779.183 692.306

c. Perkebunan semusim 249.963 245.960 260.369

d. Tanaman Hortiultura dan

Lainnya 10.087.203 10.427.086 10.492.602

e. Perkebunan Tahunan 53.089.124 56.375.264 59.387.861

f. Peternakan 7.473.191 7.945.618 8.472.243

g. Jasa Pertanian dan Perburuan 796.885 823.167 843.132 Sumber : Badan Pusat Statistik 2013-2015 (di olah)

Hal ini menunjukkan sektor perkebunan masih menjadi primadona sebagai sektor yang berkontribusi besar terhadap PDRB Sumatera Utara.

Melihat pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kakao, karena dapat kita lihat ekspor kakao belakangan ini sangat menurun begitu pula dengan ekspor kakao itu sendiri.

Apakah Produksi kakao, nilai tukar, serta penerapan kebijakan bea keluar berpengaruh terhadap ekspor kakao. Dan bagaimana perkembangan kontribsi ekspor kakao terhadap PDRB sektor perkebunan di Sumatera Utara, apakah masih berkontribusi positif atau tidak.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana kontribusi ekspor kakao terhadap PDRB sektor perkebunan di Sumatera Utara?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ekspor kakao di Sumatera Utara?

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kontribusi ekspor kakao terhadap PDRB sektor perkebunan di Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ekspor kakao di Sumatera Utara.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan dan kajian khusus bagi pemerintah dalam pengembangan ekspor kakao.

2. Sebagai bahan informasi pada seluruh pihak terkait dalam kegiatan ekspor kakao seperti petani, eksportir, dan lainnya.

3. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian atau kepentingan akademis selanjutnya pada bidang yang sama.

(26)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Tanaman cokelat merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis, seperti wilayah Indonesia. Berdasarkan produktivitasnya dan kebutuhan masyarakat akan cokelat, tanaman cokelat merupakan tanaman yang memiliki nilai jual tinggi. Tanaman ini sering kali disebut juga dengan nama kakao (Suwarto dkk, 2014).

Tanaman kakao termasuk tanaman yang berakar tunggang. Pertumbuhan akarnya cukup dalam, bisa mencapai 15 m kearah dalam dan 8 m ke arah samping.

Batangnya dapat mencapai tinggi antara 8-10 m. Meskipun demikian, tanaman ini mempunyai kecenderungan tumbuh lebih pendek jika ditanam tanpa pohon pelindung. Cabang primer idealnya tumbuh antara 1,2-1,5 m agar tanaman mempunyai tajuk yang baik dan seimbang. Daunnya terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Ukuran daunnya antara (25-34 x 9-12)cm. Daun yang tumbuh pada ujung tunas biasanya berwarna merah, tapi menjadi hijau setelah dewasa (Setiawan, 1995).

Cokelat cocok ditanam pada daerah yang berada pada 10o LU dan 10o LS. Areal penanamannya adalah daerah dengan curah hujan 1.100-3.000 mm/tahun.

Curah hujan dan sebarannya sangat berperan penting dalam pembentukan tunas muda (flushing). Penanaman cokelat di daerah dengan curah hujan rendah akan menghasilkan produksi yang rendah juga (Suwarto dkk, 2014).

(27)

Sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman cokelat, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi cokelat secara besar-besaran hanya tiga jenis, yaitu:

a. Jenis criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan. Jenis ini menghasilkan biji cokelat yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai: cokelat mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa, edel cocoa.

b. Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai Negara produsen cokelat dan menghasilkan biji cokelat yang mutunya sedang. Jenis cokelat ini berasal dari Brasil, Afrika barat dan Ekuador.

c. Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo dan forastero secara alami, sehingga cokelat jenis ini sangat heterogen (Sunanto, 1992).

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas cokelat di Indonesia adalah masih belum digunakannya varietas unggul yang sesuai kondisi lingkungan setempat.

Padahal salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kakao adalah dengan perbaikan bahan tanam (Suwarto dkk, 2014).

2.2. Landasan Teori

2.2.1. PDRB Sektor Perkebunan

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang.

Menurut Sukirno dan Sadono (2010 : 56) dalam Sedyaningrum dkk (2016), perekonomian dapat dikatakan tumbuh jika balas jasa riil atas faktor-faktor produksinya pada tahun tertentu lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.

Gambaran kasar tentang ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya mennggunakan tingkat PDB yang dicapai oleh negara tersebut.

(28)

12

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2015).

Pengaruh pendapatan terhadap ekspor

Apabila pendapatan naik, maka harga barang atau jasa pada suatu negara naik dan dengan begitu biaya produksi barang ekspor cenderung naik. Secara sepintas lalu hal ini akan mengakibatkan harga barang-barang ekspor kita naik sehingga kemungkinan volume ekspor kita cenderung turun.

Namun sebaliknya, apabila kenaikan tingkat pendapatan terjadi maka akan mendorong tingkat impor yang berarti bahwa ekspor luar negeri meningkat dan selanjutnya bahwa pendapatannya naik. Maka kenaikan tersebut akan dapat pula menaikkan impornya berarti menaikkan ekspornya dari negara kita apabila memang mengimpor dari negara kita (Amalia, 2007).

Pengaruh pendapatan terhadap impor

Hubungan antara pendapatan dan impor ini untuk berbagai negara adalah sangat besar/kuat. Namun untuk beberapa negara (umumnya negara transisi) dapat sangat

(29)

kecil /lemah sekali, tetapi pada umumnya pendapatan dan impor bergerak sejajar.

Dengan pendapatan yang bertambah, orang mendapatkan kesempatan untuk membeli lebih banyak keperluannya di luar negeri.sebaliknya dengan pendapatan yang berkurang/kecil, orang kekurangan potensi untuk membeli atau tidak mempunyai daya beli komoditi di luar negeri (Amalia, 2007).

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno dan Sadono (2002), adalah tanah dan kekayaan alam lainnya, jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja, barang-barang modal dan tingkat teknologi, sistem sosial, sikap masyarakat, dan luas pasar. Adapun dalam penelitian ini faktor-faktor yang berkontribusi terhadap PDRB sektor perkebunan adalah ekspor keempat komoditas unggulan perkebunan yang memberikan sumbangan devisa yang cukup besar melalui ekspor, keempat komoditi tersebuat adalah kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi.

2.2.3. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional meupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar suka rela dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor.

Perbedaan struktur perekonomian antara satu negara dengan negara lain menyebabkan perbedaan sumber devisa bagi masing-masing negara. Negara yang struktur ekonominya masih agraris, maka sumber devisanya kebanyakan dari

(30)

14

ekspor hasil produksi pertanian seperti karet, kina, kopi, tembakau, dan lain-lain (Amir, 1991).

Sumber devisa suatu negara pada umumnya terdiri dari:

1. Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa.

2. Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional serta swasta asing.

3. Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP, UNESCO dan pemerintah asing seperti Jepang, Arab Saudi dan lain-lain.

4. Laba dari penanaman modal luar negeri.

5. Hasil dari kegiatan pariwisata internasional (Amir, 1991).

2.2.4. Ekspor

Ekspor merupakan pengiriman dan penjualan barang-barang maupun jasa yang diproduksi di dalam negeri ke laur negeri. Jumlah ekspor yang naik akan menyebabkan permintaan akan mata uang domestik naik dan nilai tukar rupiah menguat. Jumlah ekspor yang tinggi juga mengakibatkan tenaga kerja pada suatu negara terserap secara penuh sehingga pengangguran berkurang dan meningkatkan pendapatan perkapita negara tersebut sehingga daya beli meningkat (Sedyaningrum dkk, 2016).

Menurut Rhesyawan (2013) pada skripsinya yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia Ke China”, faktor faktor yang mempengaruhi nilai ekspor yaitu kurs valuta asing, harga produksi dalam negeri, produksi dalam negeri dan inflasi.

(31)

Faktor-faktor yang mempengarhi perkembangan ekspor : a. Kebijakan pemerintah di bidang perdagangan luar negeri

Apabila pemerintah memberikan kemudahan kepada para eksportir, eksportir terdorong untuk meningkatkan ekspor. kemudahan-kemudahan tersebut antara lain penyederhanaan prosedur ekspor, penghapusan berbagai biaya ekspor, pemberian fasilitas produksi barang-barang ekspor, penyediaan sarana eksportir.

b. Keadaan pasar di luar negeri dan dalam negeri

Kekuatan permintaan dan penawaran dari berbagai negara dapat mempengaruhi harga di pasar dunia.apabila jumlah barang yang diminta di pasar dunia lebih banyak dari pada jumlah barang yang di tawarkan, maka harga cenderung naik. Keadaan ini akan mendorong para eksportir untuk meningkatkan ekspornya.

c. Kelincahan eksportir untuk memanfaatkan peluang pasar

Eksportir harus pandai mencari dan memanfaatkan peluang pasar, dengan kepandaian tersebut mereka dapat memperoleh wilayah pemasaran yang luas.

Oleh karena itu, para eksportir harus ahli di bidang strategi pemasaran.

2.2.5. Nilai Tukar/Kurs valuta asing

Valas merupakan valuta asing atau perbandingan nilai uang/valuta asing dengan nilai uang/valuta negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, kurs adalah perbandingan nilai/harga antara mata uang suatu negara dengan negara lain.

Perbandingan ini disebut dengan kurs (exchange rate). Misalnya kurs US$ dengan Rupiah saat ini termuat dalam internet 3 Januari 2016 adalah sebagai berikut :

(32)

16

Kurs beli (Bank Indonesia) US$ 1 = Rp 9.650 Kurs jual (Bank Indonesia) US$ 1 = Rp 9.770

Perbedaan kurs antara beli dan jual tersebut terjadi karena beberapa hal, antara lain :

a. Selisih kurs tersebut adalah merupakan keuntungn bagi para pedagang valuta asing.

b. Perbedaan kurs yang disebabkan oleh perbedaan dalam waktu ataupun cara pembayarannya. Kurs TT (Thelegraphic transfer-melalui telegram) karena perintah pembayaran dengan menggunakan telegram bagi Bank merupakan penyerahan valuta asing lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surat.

c. Perbedaan pada tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran.

Pebayaran yang dilakukan oleh bank asing ataupun bank yang sudah bonafit atau terkenal kursnya umumnya lebih tinggi dibanding dengan bank yang belum terkenal.

Peranan kurs adalah :

1. Menurunnya permintaan valuta asing kepada currency kita.

2. Meingkatkan penawaran currency kita kepada luar negeri.

Apabila kurs valuta kita baik, maka harga barang-barang kita ikut naik dan secara relatif harga barang-barang di luar negeri menjadi murah, hal demikian akan mendorong impor dan menghambat ekspor kita tetapi termof trade akan menjadi lebih baik, apabila memang ekspornya sendiri tidak menjadi terhambat sama sekali oleh kenaikan kurs tersebut (Amalia, 2007).

(33)

Pada dasarnya terdapat dua cara di dalam menentukan kurs valuta asing yang pertama yaitu dengan berdasarkan pemintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar bebas dan ditentukan oleh pemerintah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs : 1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Perubahan dalam cita rasa yang terjadi di masyarakat hal ini bepengaruh pada corak konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat.

2. Perubahan harga barang ekspor dan impor

Perubahan harga barang yang terjadi sangat berpengaruh terhadap ekspor dan impor. Dalam hal ini apabila barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah, hal ini akan menaikkan ekspor dan sebaliknya apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Selain itu penurunan harga ekspor akan menambah jumlah impor dan sebaliknya.

3. Kenaikan harga umum (inflasi)

Inflasi memiliki pengaruh yang besar terhadap kurs pertukaran valuta asing yang terjadi. Inflasi yang terjadi pada umumnya cenderung menurunkan nilai suatu valuta asing.

4. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kurs, efek yang ditimbulkan karena kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung pada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Misalnya terjadi kemajuan bidang ekspor maka permintaan mata uang negara itu lebih cepat

(34)

18

dari penawarannya dan oleh karena hal ini nilai mata uang negara tersebut menjadi naik.

Ekspor merupakan transaksi penjualan barang dan jasa dari Indonesia ke luar negeri yang menimbulkan pembayaran oeh pembeli dari luar negeri. Transaksi ekspor berakibat pada adanya uang masuk ke Indonesia dalam mata uang asing. Ketika eksportir memperolah pembayaran dari luar negeri,maka selanjutnya ia akan menukarkan uang asing tersebut menjadi rupiah agar bisa dipakai kembali menjadi modal.

Pada saat nilai tukar rupiah mengalami penurunan atau melemah, maka jumlah rupiah yang akan diperoleh eksportir menjadi lebih banyak dibandingkan nilai tukar sebelumnya, jadi secara makro bisa dikatakan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah dapat menambah jumlah transaksi ekonomi dan menambah minat dunia usaha untuk meningkatkan ekspor ke luar negeri.

Namun, akan terjadi sebaliknya ketika nilai tukar rupiah menguat, maka bisa dikatakan minat ekspor dan perekonomian dalam negeri cenderung menurun (Shinta dkk, 2008)

2.2.6. Produksi

Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas yang secara umum rata-ratanya 900 kg/ha. Faktor penyebabnya adalah penggunaan bahan tanaman yang kurang baik, teknologi budidaya yang kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan hama penyakit (Junardi dkk, 2014).

(35)

Hubungan produksi dengan ekspor

Dalam penelitian (Rahmawati, 2012) yang berjudul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor panili di Indonesia disebutkan bahwa variabel produksi panili di Indonesia secara individual berpengaruh nyata terhadap volume ekspor panili Indonesia. Artinya apabila jumlah produksi meningkat, maka akan meningkatkan volume ekspor maka hubungan antara jumlah produksi dengan volume ekspor mempunyai hubungan yang positif.

Komalasari dalam Galih dan Setiawina (2013) menjelaskan peningkatan produksi berpengaruh secara positif terhadap penawaran ekspor. Saat produksi mengalaami peningkatan maka ketersediaan bahan meningkat, sehingga penawaran ke luar negeri juga meningkat. Hal inilah yang menyebabkan apabila produksi meningkat maka ekspor komoditi tersebut akan meningkat.

2.2.7. Bea Keluar

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.214/PMK.04/2008 tentang pemungutan Bea Keluar, barang-barang tertentu yang keluar dari wilayah Indonesia dikenakan Bea Keluar. Barang-barang yang dikenakan Bea Keluar diterapkan dengan tujuan :

1. Melindungi kelestarian sumber daya alam Indonesia.

2. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri.

3. Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor di pasar internasional.

4. Menjaga stabilitas harga komoditi ekspor tertentu di dalam negeri.

(Barata, 2014).

(36)

20

Sebagai negara produsen biji kakao terbesar ketiga di dunia, Indonesia berpotensi besar menjadi pengekspor kakao. Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan bea keluar atas ekspor biji kakao melalui Peraturan Menteri Keuangan No.

67/PMK.001/2010 pada 1 April 2010, industri kakao nasional menggeliat. Hal itu terbukti dengan semakin menurunnya volume ekspor biji kakao, namun sebaliknya volume ekspor produk olahan kakao meningkat dan jumlah industri kakao bertambah (Rukmana dan Herdi, 2016).

Tabel.7 Skema Penetapan Bea Keluar Biji Kakao

No Harga Referensi (US $) Besarnya Bea Keluar (%)

1. < 2.000 0

2. 2.000 – 2.750 5

3. 2.750 – 3.500 10

4. > 3.500 15

2.3. Penelitian Terdahulu

Damanik (2014) Tujuan dari penelitiannya adalah untuk menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat dengan menggunakan data triwulan selama tahun 2002 sampai 2010.

Variabel terikat di dalam penelitian ini adalah permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat, sedangkan variabel bebasnya adalah harga biji kakao internasional, kurs, ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat 6 bulan sebelumnya, harga biji kakao internasional 3 bulan sebelumnya dan GDP Amerika Serikat.

Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS v.18.

(37)

Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 50,6%

yang berarti variabel bebas seperti harga biji kakao internasional, kurs, ekspor kopi Sumatera Utara ke AS periode sebelumnya, harga biji kakao periode sebelumnya dan GDP Amerika Serikat dapat menjelaskan permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat sebesar 50,6% dan sisanya sebesar 49,4%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.

Chairul (2016) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biji kakao Indonesia. Data yang digunakan yaitu data time series tahun 1981-2012. Metode analisis yang digunakan adalah model

analisis regresi berganda dan metode estimasi yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17.

Hasil analisis menunjukkan: Secara parsial, variabel produksi biji kakao dan ekspor biji kakao tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Harga domestik biji kakao dan harga internasional biji kakao tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Sedangkan kebijakan pemerintah berupa penerapan bea keluar terhadap biji kakao menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan.

Vino (2015) Komoditas kakao merupakan salah satu penyumbang devisa negara.

Tanaman kakao sangat cocok dengan iklim di Indonesia. Hal ini didukung dengan luas area, tenaga kerja dan ahli kakao, sehingga mempunyai potensi yang cukup besar. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan negara penghasil kakao lainnya. Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga sebagai pemasok

(38)

22

produktivitasnya dan mutunya masih sangat rendah, sehingga pemerintah berkewajiban mendorong peningkatan nilai tambah komoditas kakao. Dengan demikian, diharapkan daya saing komoditas kakao Indonesia akan terus meningkat. Tahun 2008 sampai dengan 2013 daya saing kakao Indonesai masih cukup bagus, terbukti dengan rata-rata Indonesia memiliki daya saing kakao yang cukup tinggi, ini terlihat dari rata-rata Indeks RCA kakao untuk 2008-2013 sebesar 9,990 yang berarti lebih besar dari pada satu, berarti kakao Indonesia memiliki pangsa pasar yang lebih besar dari pangsa pasar rata-rata dunia. Indeks AR untuk melihat perbandingan laju pertumbuhan ekspor dan impornya. Dalam kurun waktu 5 tahun, AR untuk Indonesia sebesar 32,458 dengan rata 5,40 sehingga Indonesia memiliki kemampuan merebut pangsa pasar lebih besar lagi dalam perdangangan international. Rata-rata ISP untuk kakao dari tahun 2008- 2013 sebesar 0,772. Hal ini berarti Indonesia memiliki daya saing yang kuat dan cenderung menjadi negara pengekspor, serta menunjukkan bahwa supply domestic kakao lebih besar dari pada demand domestic kakao Indonesia.

Anggraini (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produksi (Q), harga pesaing (P), dan nilai tukar (Er) terhadap ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia (EX). Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda dengan jenis data penelitian adalah data sekunder dari tahun 2000 – 2014. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial (uji t-statistik) produksi mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia dengan koefisien sebesar 0.034318. Harga pesaing mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap ekspor biji kakao Indonesia

(39)

ke Malaysia dengan koefisien sebesar 0.981934. Nilai tukar mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia dengan koefisien sebesar -1.863939. Namun secara simultan (F-statistik) semua variabel dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia.

Ginting (2014) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberlakuan pajak ekspor terhadap harga domestik biji kering kakao di Provinsi Sumatera Utara. Dan untuk mengetahui perubahan harga domestik biji kakao di Provinsi Sumatera Utara sebelum dan setelah diberlakukannya Pajak Ekspor.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda untuk melihat pengaruh pajak ekspor terhadap harga domestik dan metode Paired Sample Test untuk melihat perbedaan harga domestik sebelum dan setelah diberlakukannya Pajak Ekspor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata Pajak Ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Domestik biji kering kakao di Sumatera Utara. Dan setelah dibandingkan harga domestik sebelum dan setelah diberlakukannya Pajak Ekspor tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Marjoko (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja ekspor komoditas kelapa sawit mengalami fluktuasi yang cukup tajam selama lima tahun terakhir.

Sedangkan kinerja ekspor karet stagnan, kakao cenderung mengalami penurunan dan hanya komoditas kelapa dan kopi yang mengalami tren kenaikan. Dari perbandingan kinerja ekspor kelima komoditas tersebut menunjukkan bahwa

(40)

24

volume ekspor mencapai 2,4 juta ton di tahun 2016, diikuti oleh empat komoditas lainnya secara berturut-turut yaitu karet (184,4 ribu ton), kelapa (148,3 ribu ton), kopi (27,5 ribu ton), dan kakao (26,3 ribu ton).

Mongdong dkk (2013) Pada hasil penelitiannya menyatakan daerah penghasil biji kakao terbanyak di Indonesia dengan total produksinya mencapai 70% adalah Pulau Sulawesi. Sebanyak 80% biji kakao Indonesia di ekspor ke beberapa negara tujuan utama, dan salah satunya adalah Amerika Serikat. Objek dalam penelitian ini adalah Amerika Serikat, menggunakkan data runtut waktu tahun 1996 sampai 2012 yaitu data volume ekspor biji kakao Pulau Sulawesi ke Amerika Serikat, data kurs rupiah terhadap US $, dan data Gross Domestic Product. Penelitian ini menggunakan analisis regresi liniear berganda untuk mengolah data yang tersedia.

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Nilai kurs US $ terhadap rupiah yang semakin tinggi akan menyebabkan permintaan ekspor biji kakao Pulau Sulawesi oleh Amerika Serikat semakin meningkat. Disamping itu, pengaruh GDP Amerika Serikat terhadap volume ekspor biji kakao ke Amerika Serikat secara signifikan bersifat negatif. Oleh karena kurs dan GDP Amerika Serikat berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor biji kakao Pulau Sulawesi ke Amerika Serikat, maka pemerintah Indonesia harus memperhatikan komponen tersebut.

Arsyad (2011)Temuan penting yang dapat di-kemukakan dari penelitin ini adalah:

(1) faktor-faktor yang secara potensial mempengaruhi ekspor kakao Indonesia adalah harga ekspor kakao Indonesia, pertumbuhan produksi kakao, nilai tukar rupiah dan trend waktu; (2) rencana pemberlakuan pajak ekspor berdampak

(41)

negatif menurunkan volume produksi dan ekspor kakao Indonesia pasca Putaran Uruguay, sementara rencana kebijakan pemberian subsidi harga pupuk berdampak positif meningkatkan produksi dan ekspor kakao Indonesia. Implikasinya adalah bahwa kebijakan subsidi harga pupuk masih dapat diharapkan sebagai strategi kunci untuk memacu produksi dan ekspor kakao Indonesia.

Pambudi (2011) Penelitian ini meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia dan Singapura. Kedua negara tersebut dipilih karena Malaysia dan Singapura merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia selama lima tahun terakhir.

Penelitian ini menggunakan OLS untuk menentukan faktor yang mempengaruhi ekspor biji kakao Indonesia. Variabel-variabel yang terdapat dalam model yaitu harga biji kakao ke negara tujuan, kurs, GDP negara pengimpor, dan harga biji kakao dari negara pesaing.

Untuk model ekspor biji kakao Malaysia terdapat tiga variabel yang signifikan yaitu harga biji kakao, GDP Malaysia, harga biji kakao dari negara pesaing, untuk model ekspor biji kakao Singapura terdapat dua variabel yang signifikan yaitu harga biji kakao dan harga biji kakao dari negara pesaing.

Saran yang diberikan dari penelitian ini adalah bahwa Indonesia harus meningkatkan kualitas produk biji kakao untuk tetap menjaga pasar biji kakao Indonesia di Malaysia dan Singapura.

Irwanto (2012) Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi eksporkomoditas kakao Indonesia kawasan Uni Eropa, dan

(42)

26

Uni Eropa. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupadata cross section sepuluh negara tujuan ekspor di kawasan Uni Eropa selama kurun waktu tahun 2002-2010.

Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan komoditas kakao Indonesia ke kawasan Uni Eropa adalah analisis data panel dengan menggunakan Gravity Model. Untuk menganalisis posisi daya saing komoditas kakao Indonesia di pasar Uni Eropa digunakan analisis Export Product Dynamic (EPD), sehingga dapat diketahui apakah komoditi tersebut merupakan produk dengan performa yang memiliki pertumbuhan yang cepat atau tidak. Sedangkan untuk menganalisis kondisi faktor- faktor yang memengaruhi daya saing komoditas kakao Indonesia digunakan analisis Porter’s Diamond.

2.4. Kerangka Pemikiran

Sumatera utara merupakan salah satu sentra produksi kakao di Indonesia, komoditi kakao menjadi salah satu dari 4 komoditi unggulan perkebunan Sumatera Utara. Selama ini biji kakao Sumatera Utara di ekspor ke berbagai negara. Semakin besar volume ekspor, maka semakin sejahtera suatu daerah.

Karena ekspor berkontribusi besar terhadap pendapatan suatu daerah.

Ekspor biji kakao dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu produksi, pendapatan negara pengimpir, nilai tukar nominal, harga kakao domestik, harga kakao internasional dan kebijakan bea keluar. Faktor-faktor tersebut diduga menyebabkan naik turunnya volume dan nilai ekspor kakao.

(43)

Penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis berapa besar kontribusi ekspor kakao terhadap PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kakao.

Keterangan :

: Menyatakan Kontribusi : Menyatakan Pengaruh

Gambar.1 Skema Kerangka Pemikiran 2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Ekspor kakao memberikan kontribusi positif terhadap PDRB sektor perkebunan di Sumatera Utara.

2. Produksi kakao, nilai tukar, dan bea keluar secara serempak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kakao dan secara parsial produksi kakao, nilai tukar, dan bea keluar berpengruh positif dan signifikan terhadap ekspor kakao di

Ekspor Kakao

PDRB Sektor Perkebunan Sumtera Utara Nilai tukar nominal

(kurs nominal) Produksi Kakao

Bea Keluar

(44)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangakan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi perkebunan kakao yang potensial di Indonesia.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data time series dengan range tahun 2008-2015 dengan bentuk kuartal, sehingga diperoleh 32 data untuk tiap variabel, atau 96 data secara keseluruhan. Untuk mengubah data tahunan menjadi data kuartal ataupun sebaliknya, digunakan software eviews sebagai aplikasi memudahkan pengubahan data tersebut. Kemudian data yang diperoleh tersebut akan dianalisis dengan menggunakan alat bantu berupa software SPSS.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Sumatera Utara, International Cocoa Organization (ICCO), dan sumber-sumber lain seperti perpustakaan, jurnal penelitian dan media elektronik lainnya.

(45)

Tabel.8 Matriks Penelitian

No Tujuan Penelitian Sumber Data yang akan

dikumpulkan 1 Untuk mnegetahui kontribusi

ekspor kakao terhadap PDRB sektor perkebunan di Sumatera Utara

Badan Pusat Statistik (BPS) Dinas Perkebunan Sumatera Utara

- data PDRB sektor perkebunan

Sumatera Utara - data volume dan

nilai ekspor kakao Sumatera Utara 2 Untuk menganalisis faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kakao di Sumatera Utara

Badan Pusat Statistik (BPS), ICCO

Dinas Perkebunan Bank Indonesia

- data volume dan nilai ekspor kakao Sumatera utara - data produksi kurs

nominal (nilai tukar nominal rupiah terhadap mata negara Malaysia

3.3. Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian (1) diselesaikan dengan membandingkan nilai ekspor kakao Sumatera Utara dengan PDRB sektor perkebunan, yaitu menggunakan rumus/ perhitungan secara matematis di bawah ini:

Kontribusi Ekspor Kakao Tahun_t (%) =

Untuk menguji hipotesis penelitian (2) diselesaikan dengan Model Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression), dengan model persamaannya sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3bd + μ Keterangan:

Y = Nilai Ekspor Komoditi Kakao Sumatera Utara (US$/Ton) α = Konstanta Intersep

β1–β3 = Koefisien variabel regresi

(46)

30

X2 = Kurs (nilai tukar Rupiah terhadap Ringgit) bd = Bea keluar (%) (Dummy)

μ = Random error

Kriteria pengambilan keputusan : Secara serempak :

Jika Fhitung ≤ Ftabel, terima H1 ; tolak HO pada taraf kepercayaan 95%.

Jika Fhitung > Ftabel, terima HO ; tolak H1 pada taraf kepercayaan 95%.

Secara Parsial :

Jika Thitung ≤ Ttabel, terima H1 ; tolak HO pada taraf kepercayaan 95%.

Jika Thitung > Ttabel, terima HO ; tolak H1 pada taraf kepercayaan 95%.

3.4. Uji Asumsi Regresi Linear Berganda 3.4.1. Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas x terhadap variabe terikat y. Uji linieritas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan yang linier atau tidak.

3.4.2. Uji Multikolineritas

Uji asumsi multikolinearitas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) yang lainnya. Dalam analisis regresi linear berganda, maka akan terdapat dua atau lebih variabel bebas atau variabel independen yang diduga akan mempengaruhi variabel tergantungnya. Pendugaan tersebut akan dapat dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan

(47)

yang linear (multikolineritas) di antara variabel-variabel independennya (Sudarmanto, 2005).

Menurut Gujarati (1995) dalam Aulia (2012), multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, antara lain :

1. Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10.

2. Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8.

3. Jika nilai F-hitung melebihi F-tabel dari regresi antar variabel bebas.

3.4.3. Uji Autokorelasi

Korelasi dapat dimaknai menjadi (i) korelasi antar variabel dan (ii) korelasi antar periode waktu. Jika terjadi korelasi yang kuat antar variabel dapat mengakibatkan terjadinya masalah multikolonieritas. Sedangkan jika terjadi korelasi yang kuat antar periode waktu dapat menyebabkan terjadinya autokorelasi (Wahyudi dan Setyo, 2016).

Berdasarkan konsep tersebut, maka uji asumsi tentang autokorelasi sangat penting untuk dilakukan tidak hanya pada data yang bersifat time series saja, akan tetapi semua data (independen variabel) yang diperoleh perlu diuji terlebih dahulu autokorelasinya apabila akan dianalisis dengan regresi linear berganda.

Metode perhitungan autokorelasi secara statistik dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut salah satunya :

Statistik Durbin Watson (DW test) digunakan untuk melakukan pengujian autokorelasi, sering disebut dengan uji Durbin Watson.

(48)

32

Tabel.9 Kriteria Pengambilan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis Nilai d Keputusan

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

Tolak No decisionI

Tolak No decision Tidak ditolak

0 < d < dL dL ≤ d ≤ dU 4 – dL < d < 4 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL

dU < d < 4 - dU Sumber : Wahyudi dan Setyo, 2016

3.5. Pengujian Hipotesis

Menurut Koutsoyiannis (1997) dalam Siregar dkk (2008), terdapat tiga kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi model ekonometrika yaitu : (1) kriteria ekonomi, (2) kriteria statistik, dan (3) kriteria ekonometrika. Berdasarkan kriteria ekonomi model evaluasi dengan melihat apakah tanda dan besarnya parameter dugaan peubah-peubah penjelas dalam persamaan sesuai dengan hipotesis.

Berdasarkan kriteria statistik, akan dilihat besarnya nilai koefisien determinasi (R2), nilai uji F dan uji t.

3.5.1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independent atau predictornya. Range nilai dari R2 adalah 0-1. 0 ≤ R2 ≤ 1. Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu model semakin baik.

3.5.2. Pengujian Secara Serempak (Uji F)

Uji signifikansi simultan atau uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

(49)

serentak terhadap variabel dependen. Di dalam uji F digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : β1 = β2 = β3 = 0, artinya semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis alternatifnya adalah H1 :

H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Jika nilai F-hitung < F-tabel maka H0 diterima atau H1 ditolak, sedangkan jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika tingkat signifikansi di bawah 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3.5.3. Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Uji parsial atau uji t yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Di dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : βi = 0 H1 : βi ≠ 0

Dimana H0 menunjukkan hipotesis nol, sedangkan H1 menunjukkan hipotesis alternatif, βi menunjukkan koefisien variabel independen ke-I. Di dalam hipotesis nol, besarnya koefisien regresi dinyatakan nol artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen ke-I dengan variabel dependennya.

Nilai thitung dicari dengan terlebih dahulu mencari nilai derajat bebes (db) atau degree of freedom (df). Derajat bebas ditentukan dengan rumus n - k.

(50)

34

t-hitung > t-tabel, dan tingkat nilai signifikansi di bawah 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3.6. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.6.1. Definisi

1. PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah Sumatera Utara dalam waktu tertentu (satu tahun) dan diperoleh melalui sektor perkebunan ADHK tahun 2000 dan 2010.

2. Ekspor kakao Sumatera Utara adalah kakao di ekspor dalam bentuk biji kakao dengan satuan ton.

3. Produksi kakao Sumatera Utara adalah volume produksi kakao yang dihasilkan di Proinsi Sumatera Utara dalam satuan Ton.

4. Bea keluar adalah tarif yang diberlakukan pemerintah untuk komoditi kakao yang akan di ekspor.

5. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara, yaitu nilai tukar nominal/kurs rupiah terhadap Ringgit Malaysia.

3.6.2. Batasan Operasional

1. Data yang diambil adalah data dalam kurung waktu tahun 1995-2015 meliputi data PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara

(51)

2. Data volume dan nilai ekspor kakao, data nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (kurs nominal), data produksi kakao, dan bea keluar terhadap ekspor kakao di Sumatera Utara meliputi tahun 2008-2015 dalam bentuk kuartal.

3. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2017.

4. Data jenis ekspor kakao yaitu biji kakao.

Referensi

Dokumen terkait

Program Aplikasi data pelanggan tersebut dimanfaatkan untuk dapat diketahui nama pelanggan dan banyaknya pipa beton yang dibeli, dan dari data itu pihak manajemen dapat

Data bidang kawasan konservasi dan bina hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal25 huruf b, merupakan data pengelolaan kawasan konservasi yang memuat data

Dengan fasilitas-fasilitas yang ada pada komputer yang setiap saat menuju ke yang lebih maksimal kegunaannya dalam pengolahan database akan lebih cepat dan mudah

(1) Dalam hal surat peringatan ketiga ditanggapi oleh pemegang izin dan substansinya sudah sesuai dengan surat peringatan, maka tidak perlu dilakukan tindakan penghentian

Sistem penerimaan pegawai dengan menggunakan sistem ini adalah sebuah sistem yang terkomputerisasi dengan program yang telah dirancang sehingga memudahkan pemakai sistem tersebut

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA. PEMERINTAH KABUPATEN

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membuat aplikasi chat yang bergerak, yang dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan komunikasi data lewat telepon selular. Pembuatan

Aplikasi G2M ini, dibuat dengan bahasa pemrograman JAVA Micro, yaitu J2ME yang nantinya akan digunakan ponsel sebagai medianya, dimana ponsel kini merupakan barang yang telah