• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Oleh Muhammad Khalid Hamka P3600215061

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Disusun Oleh Muhammad Khalid Hamka P3600215061"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

TINJAUAN HUKUM BENTUK BADAN HUKUM TERHADAP BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

Disusun Oleh

Muhammad Khalid Hamka P3600215061

Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

2017

(2)

ii HALAMAN JUDUL

TINJAUAN HUKUM BENTUK BADAN HUKUM TERHADAP BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Program Studi Kenotariatan

Disusun dan diajukan oleh :

MUHAMMAD KHALID HAMKA P3600215061

Kepada

PROGRAM STUDI KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alaamiin puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tak lupa pula shalawat serta salam terhatur kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan kejujuran di muka bumi ini.

Adapun judul tesis ini adalah “Tinjauan Hukum Bentuk Badan Hukum Terhadap Badan Usaha Milik Des (BUMDes)” dalam penelitian tesis ini,

penulis menyadari terdapat kekurangan, untuk itu besar harapan semoga tesis ini memenuhi kriteria sebagai salah satu syarat untuk meraih Gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Penelitian tesis tidak akan terwujud tanpa bantuan dari para pembimbing, dosen-dosen serta berbagai pihak. Untuk itu melalui tulisan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas Hasanuddin, beserta jajarannya.

2. Ibu Prof Dr. Farida Pattitingi, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, beserta jajarannya.

3. Ibu Dr. Nurfaidah Said, S.H., M.H., M.Si, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

(6)

vi 4. Bapak Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H., dan Ibu Dr. Nurfaidah Said, S.H., M.H., M.Si selaku penasihat dalam penulisan tesis ini yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan bantuan dalam materi tesis serta memberikan banyak pengetahuan bagi penulis selama penulisan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Aminuddin Ilmar, S.H., M.Hum., Bapak Dr. Winner Sitorus, S.H., M.H., LL.M., Bapak Dr. Hasbir, S.H., M.H., selaku penguji penulis yang telah memberikan banyak masukan-masukan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya selama perkuliahan berlangsung.

7. Seluruh staf dan karyawan akademik Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Khususnya Staf Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Ibu Eppy dan Pak Aksa yang telah membantu dalam pengurusan administrasi.

8. Kedua orang tua Bapak Ir. Muhammad Ilham Mustari, M.T., dan Ibu Andi Sari Bulan, S.E., atas doa yang tidak pernah putus dan dukungan serta segala kebaikan mereka yang sampai kapanpun takkan pernah bisa untuk terbalaskan.

9. Seluruh keluarga Hj. Mustari Karim yang telah memberi doa, motivasi dan dukungan.

(7)

vii 10. Hur Aini Masyruk, S.E., yang telah membantu penulis dalam suka dan duka dan senantiasa memberikan waktu bagi penulis serta motivasi dan semangat yang luar biasa.

11. Teman–teman Mahasiswa Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (KOMPAR15I), terima kasih atas kebersamaan selama ini.

12. Sahabat-sahabat penulis : Ali Rahman, Moh Yuda Sudawan, Mansyur Mannan, Ahmad Amril, Nursahdi Saleh, Muhammad Jihad Firman, Faqih Azhury Mahmud, Zul Hidayat, terima kasih atas dukungan dan semangat.

13. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis : Ali Rahman, Afdal Batara Kencana, Muhammad Adnan AR, Wahyudi, Alghazali Abidin, Arini Prisillah Iksan, Arwin Septiadi, Hidayatullah, Muhammad ALif Gemail, Nelly, Ummi Uche Bilal, Herlina Lie, Uchie Akib, yang telah menjadi bagian dari keluarga baru penulis selama masa perkuliahan di Kenotariatan.

Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah kepustakaan di bidang Kenotariatan serta berguna bagi masyarakat yang bernilai jariyah. Aamiin Yaa Rabbal’alaamiin. Terima kasih.

Makassar, 12 Agustus 2017

Muhammad Khalid Hamka

(8)

viii

(9)

ix

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 14

1. Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 14

2. Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 15

3. Bentuk Organisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 19

4. Organ Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 19

5. Kewajiban Dan Kewenangan Organ Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 20

B. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero ... 24

1. Karakteristik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero ... 24

2. Organ Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero ... 25

(11)

xi 3. Kewajiban Dan Kewenangan Organ Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) Persero ... 25

C. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Persero ... 27

1. Karakteristik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroda ... 27

2. Organ Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroda ... 28

D. Perseroan Terbatas ... 29

1. Karakteristik Perseroan Terbatas ... 29

2. Organ Perseroan Terbatas ... 36

3. Kewajiban Dan Kewenangan Perseroan Terbatas ... 37

E. Koperasi ... 42

1. Karakteristik Koperasi ... 42

2. Organ Koperasi ... 44

3. Kewajiban Dan Kewenangan Organ Koperasi ... 45

F. Yayasan ... 47

1. Karakteristik Yayasan ... 47

2. Organ Yayasan ... 50

3. Kewajiban Dan Kewenangan Organ Yayasan ... 51

G. Landasan Badan Hukum ... 55

1. Teori Badan Hukum ... 55

2. Teori Tanggung Jawab ... 59

BAB III METODE PENELITIAN ... 64

A. Tipe Penelitian ... 64

B. Pendekatan Penelitian ... 64

C. Bahan Hukum ... 65

D. Prosedur Pengumpulan Badan Hukum ... 66

E. Analisis Bahan Hukum ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Bentuk Badan Hukum Unit-Unit Usaha Badan Uaha Milik Desa (BUMDes) ... 68

(12)

xii B. Bentuk Pertanggungjawaban Organ Unit-Unit Usaha Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peran pemerintah pusat dalam menentukan arah pembangunan nasional dalam satu dasawarsa terakhir, turut berpengaruh pada sistem ketatanegaraan Indonesia pasca reformasi. Pendekatan sentralistik pada rezim orde baru, justru berakhir dengan tingginya tingkat kesenjangan pembangunan antar daerah. Akhirnya, konsep desentralisasi dengan pemberian otonomi daerah seluas-luasnya menjadi gagasan utama hasil perubahan konstitusi.1

Di seluruh Indonesia dewasa ini tercatat berjumlah sekitar 73.000 (tujuh puluh tiga ribu) desa dan sekitar 8.000 (delapan ribu) kelurahan.2 Desa-desa dapat dibedakan antara desa biasa dan desa adat. Oleh karena itu, ada dua konsep masyarakat yang terdapat lapangan biasa dibedakan satu dengan yang lain yaitu masyarakat desa dan masyarakat adat.3

1 Lihat, Pasal 18 ayat (5) UUD NRI 1945 menegaskan “Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat

2 Data ini dipakai dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLN-RI) Nomor 5495. Menurut data Kementerian Dalam Negeri, jumlah desa di seluruh Indonesia tercatat 65.189 buah. Lihat www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2010/01/29/0/_/0._induk.kec.pdf; Dari sumber lain, tercatat pula bahwa jumlah desa di seluruh Indonesia sebanyak 76.546 desa. Sedangkan menurut data Statistik BPS 2008, jumlah desa di seluruh Indonesia ada 67.245 desa dan 7.893 kelurahan.

Lihat www.sp.2010.bps.go.id/files/ebook/Stat_Podes_Indonesia_2008.pdf

3 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Masarakat Desa (Piagam TanggungJawab Dan Hak Asasi

Warga Desa), Makalah, Diunggah pada laman website:

(14)

2 Daerah-daerah swapraja atau self-bestuurende landschappen (self governing communities) merupakan konsep mengenai pemerintahan desa atau dorp, sedangkan volksgemeenschappen atau Inlandsgemente merupakan konsep masyarakat hukum adat, seperti nagari (Sumatera Barat) dan marga (Sumatera Selatan).4

Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat, dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa merupakan institusi yang sangat otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan tingkat keberagaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkret.5

Menurut Philipus M. Hadjon,6 jauh sebelum masa penjajahan di seluruh pelosok tanah air telah terdapat satuan-satuan pemerintah asli berupa kerajaan-kerajaan atau yang lebih rendah yaitu desa atau marga, kuria, kota, gampong, nagari, negori, dan sebagainya. Pemerintahan asli yang disebut desa (Jawa) atau yang di luar Jawa disebut dusun, marga, nagari, negori, kota, kuria, dan sebagainya merupakan pemerintahan asli

http://www.jimly.com/makalah/namafile/176/KONSTITUSI_MASYARAKAT_DESA.pdf, Diakses Pada 6 Februari 2016 Pukul 23.00 WITA

4 Ibid

5 HAW Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat, dan Utuh, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, Hal. 4

6 Philipus M. Hadjon, et al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2002, Hal. 111

(15)

3 yang bercorak demokratis. Sama halnya dengan swapraja, pemerintahan desa diatur dan diselenggarakan menurut hukum adat.

Pengaturan lebih lanjut mengenai pemerintahan desa selanjutnya diatur di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa praja sebagai bentuk peralihan untuk mempercepat terwujudnya daerah tingkat III di seluruh wilayah Republik Indonesia (selanjutnya disebut UU Desapraja). Undang-undang ini tidak sesuai dengan isi dan jiwa dari Pasal 18 penjelasan II dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) oleh karena dalam undang-undang mulai muncul keinginan untuk menyeragamkan istilah desa. Selanjutnya pemerintah orde baru mengatur pemerintahan desa/marga melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa di mana undang-undang ini bertujuan untuk menyeragamkan nama, bentuk, susunan dan kedudukan pemerintahan desa. Undang-undang ini mengatur desa dari segi pemerintahannya yang berbeda dengan pemerintahan desa atau marga pada awal masa kolonial yang mengatur pemerintahan serta adat-istiadat.

Pada era reformasi barulah timbul gagasan untuk memberdayakan desa melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah diganti menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.7 Undang-undang ini berusaha mengembalikan konsep dan bentuk desa seperti asal-usulnya yang tidak

7 Saat ini pengaturan mengenai pemerintahan daerah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(16)

4 diakui dalam undang-undang sebelumnya. Selanjutnya, perkembangan pemerintahan desa berkembang seiring perkembangan penerapan sistem otonomi daerah di Indonesia. Hal ini dikarenakan prinsip-prinsip pada otonomi daerah sangat cocok dalam pengembangan pemerintahan desa.

Otonomi daerah itu sendiri merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan pemerintahan desa yang memasuki babak baru ini diiringi dengan diterbitkannya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa)8 yang tidak diatur lagi di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.9

Salah satu isu strategis yang muncul di dalam peraturan UU Desa adalah tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut BUMDes).10 BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian

8 Terdapat 2 (dua) Peraturan Pemerintah yang lahir sebagai Peraturan Pelaksana UU Desa yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

9 Ketentuan Pasal 121 UU Desa menentukan bahwa pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Pasal 200 sampai dengan Pasal 216 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

10 Selain UU Desa, peraturan perundang-undangan tentang BUMDes yang lebih jelas terdapat di dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik

(17)

5 besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.11 Pendirian BUMDes sebagaimana diatur di dalam Pasal 88 ayat (1) UU Desa bahwa pendirian BUMDes disepakati melalui musyawarah desa12 dan ditetapkan dengan peraturan desa13.

Gerakan membangun BUMDes sebenarnya bukan hal baru meskipun nomenklatur itu baru diperkenalkan oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Sutoro Eko, dari dulu telah dikenal berbagai instansi sosial dan instansi keuangan mikro yang dibentuk oleh pemerintah seperti BKD, BINMAS, KEPEDES, KIK, KCK, BUUD, KUD, UEDSP, LBD di Bali sejak 1985. Belakangan juga hadir berbagai nama dana bergulir yang dikelola oleh kelompok-kelompok masyarakat yang dibentuk oleh proyek-proyek sektoral kementerian seperti UPK dan Simpan Pinjam Untuk Perempuan (SPP) dalam PNPM Mandiri Pedesaan.

Semua ini adalah lembaga keuangan mikro korporatis atau lembaga keuangan mikro yang dibentuk oleh pemerintah karena komitmen pemerintah menolong rakyat desa (termasuk kaum miskin) dari jeratan

Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa

11 Pasal 1 angka 6 UU Desa. Sebelumnya BUMDes diatur di dalam Pasal 213 UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

12 Musyawarah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara badan permusyawaratan desa, pemerintah desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh badan permusyawaraan desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis (Pasal 1 angka 5 UU Desa)

13 Peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh kepala desa setelah dibahas dan disepakati bersama badan permusyawaratan desa (Pasal 1 angka 7 UU Desa)

(18)

6 rentenir dan sekaligus membuka akses kredit bagi rakyat desa mengingat bank-bank komersial (baik Badan Usaha Milik Negara maupun swasta) tidak pro poor.14

Hal yang menarik dari pendirian BUMDes ini adalah bentuk organisasi dari BUMDes, di mana di dalam Pasal 7 dan Pasal 8 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendes BUMDes) diatur bahwa BUMDes dapat terdiri dari unit- unit usaha yang berbadan hukum yang berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDes dan masyarakat. Unit-unit usaha yang dimaksud di dalam Permendes BUMDes meliputi perseroan terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUMDes sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang perseroan terbatas dan lembaga keuangan mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 % (enam puluh persen), sesuai dengan peraturan perundang- undangan tentang lembaga keuangan mikro. Apabila BUMDes tidak mempunyai unit-unit usaha berbadan hukum, maka bentuk organisasi BUMDes didasarkan pada peraturan desa tentang pendirian BUMDes.

Dari pengaturan yang telah dijelaskan di atas, unit-unit usaha BUMDes mengalami dilematika dalam hal bentuk badan hukum yang

14 Herry Kamaroesid, Tata Cara Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2016, Hal. 1

(19)

7 tepat, apakah unit-unit usaha BUMDes termasuk ke dalam badan usaha yang berbadan hukum atau badan usaha yang tidak berbadan hukum.

Secara teoritik badan hukum (rechtpersoon, legal persons, persona moralis) adalah subjek hukum yang pengertian pokoknya yaitu manusia dan segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yang demikian itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.15

Ditinjau berdasarkan doktrin mengenai badan hukum, bahwa sesuatu lembaga atau badan disebut sebagai badan hukum, mempunyai unsur-unsur antara lain :

1) Organisasi yang teratur 2) Kekayaan sendiri

3) Melakukan hubungan hukum sendiri 4) Mempunyai tujuan sendiri

Setelah terbitnya undang-undang yang mengatur tentang berbagai jenis badan hukum, maka telah jelas bahwa perseroan terbatas,16 koperasi,17 yayasan,18 memeroleh status sebagai badan hukum yaitu pada saat mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pengesahan dari pemerintah cq. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia merupakan syarat mutlak untuk diakui sebagai badan hukum bagi

15 Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 2011, Hal. 18

16 Pasal 7 ayat (4) UU PT

17 Pasal 9 UU Perkoperasian

18 Pasal 11 UU Yayasan

(20)

8 himpunan atau perkumpulan/badan usaha.19 Jadi jika unit-unit usaha BUMDes berbentuk badan hukum maka konsekuensinya adalah harus mempunyai unsur sebagaimana yang disebut di atas.

Lebih lanjut unit-unit usaha BUMDes diatur bahwa badan hukum untuk unit-unit usaha BUMDes berbentuk perseroan terbatas20 yang meniscayakan tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT) atau berbentuk lembaga keuangan mikro yang meniscayakan tunduk pada Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga keuangan mikro (selanjutnya disebut UU lembaga keuangan mikro). Pasal 7 ayat (1) UU PT mengatur tentang syarat pendirian perseroan terbatas bahwa :

“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”

Di dalam penjelasan UU PT Pasal 7 ayat (1) diatur bahwa yang dimaksud dengan orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum Indonesia atau asing.

Ketentuan dalam ayat ini menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan UU PT bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum, Perseroan didirikan berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai lebih dari 1 (satu) orang pemegang saham. Merujuk kepada UU PT telah jelas bahwa syarat untuk

19 Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan Di Indonesia; Eksistensi, Tujuan, dan Tanggung jawab Yayasan, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2010, Hal. 76

20 Selain perseroan terbatas, badan hukum lain yang berlaku di Indonesia adalah yayasan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, koperasi yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, BUMN yang diatur di dalam Undang-Undang 19 Tahun 1993 tentang Badan Usaha Milik Negara

(21)

9 mendirikan sebuah perseroan terbatas adalah subjek hukum yaitu orang perseorangan atau badan hukum sedangkan di dalam pembentukan unit- unit usaha yang dimana modalnya berasal dari BUMDes dan masyarakat menjadikan pembentukan dari unit-unit usaha BUMDes tidak jelas karena adanya unsur yang tidak terpenuhinya dari segi subjek hukum yang mewakili dari BUMDes sebagai pemodal sedangkan BUMDes ini bukanlah merupakan suatu badan hukum.

Hal lain yang menjadi permasalahan adalah bentuk badan hukum dari unit-unit usaha BUMDes. Ketika telah disepakati bahwa bentuk dari unit-unit usaha BUMDes adalah badan hukum, siapakah yang berhak untuk menjadi subjek hukum sebagai pendirinya untuk disebutkan di dalam akta pendirian perseroan terbatas dalam bentuk akta notaris.

Jika dipersamakan dengan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) Persero apakah BUMDes mempunyai ciri-ciri sebagai badan hukum yang sama dengan BUMN. Dilihat dari pengertian BUMN di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU BUMN) terdapat kesamaan diantara keduanya yaitu sama-sama mempunyai modal yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara atau desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara atau desa, BUMN ini di dalam UU BUMN diatur bahwa bentuk dari BUMN adalah salah satunya berbentuk perseroan terbatas dimana tentu harus mematuhi segala yang diatur di dalam UU PT termasuk juga tentang organ

(22)

10 di dalam perseroan terbatas, sedangkan di dalam Permendes BUMDes tidak dijelaskan mengenai organ yang terdapat di dalam unit-unit usaha BUMDes, yang hanya diatur hanya organ dari BUMDes. Organ di dalam unit-unit usaha BUMDes ini apakah tetap juga mengikuti bentuk organ yang terdapat di dalam BUMDes ataukah mengikut kepada bentuk dari organ di dalam perseroan terbatas.

Dari sisi modal awal unit-unit usaha BUMDes berasal dari BUMDes dan masyarakat. tentu apabila di dalam pendirian unit-unit usaha BUMDes yang modalnya berasal dari BUMDes tentu BUMDes harus berupa badan hukum untuk membatasi tanggung jawab dari para pemilik modal. salah satu modalnya juga berasal dari masyarakat, apakah apabila terdapat modal dari masyarakat, siapakah yang akan mewakili dari para masyarakat apabila terdapat lebih dari 1 (satu) masyarakat yang memasukkan modal di dalam pendirian unit-unit usaha BUMDes.

Beberapa pihak beranggapan atas nama pemberdayaan, maka BUMDes selayaknya dalam bentuk Koperasi, namun perlu diketahui bahwa koperasi adalah usaha bersama sehingga berlaku istilah “personal and participatory basis”. Besar kecilnya modal yang diberikan tidaklah berpengaruh terhadap peranan seorang anggota dan kemudian akan menjadi semakin rumit mengatur kepemilikan dan penyertaan aset desa.

Hal lain yang akan menjadi lebih rumit dikemudian adalah siapa anggota dari koperasi. Ketentuan yang telah dijelaskan di atas akan mengakibatkan adanya potensi permasalahan dari bentuk badan hukum dari unit-unit

(23)

11 usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan bentuk pertanggungjawaban organ unit-unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah bentuk badan hukum unit-unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ?

2. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban organ unit-unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan isu hukum yang telah diidentifikasi, penelitian ini memilki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk badan hukum yang ideal untuk unit-unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

2. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban organ unit-unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih dalam diskursus badan hukum khususnya mengenai bentuk badan hukum yang ideal untuk unit-unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

(24)

12 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi akademisi atau praktisi mengenai bentuk pertanggungjawaban organ unit-unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

E. Keaslian Penelitian

Sebagai pembanding dari penelitian yang peneliti lakukan, dapat diajukan 2 (dua) judul yang berkaitan, yang diperoleh dengan cara pencarian melalui internet. Adapun judul-judul tersebut yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Skripsi, Implementasi Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Terkait Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa Di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilakukan oleh Fadhilia Zenri Perdani, Program Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret 2016. Dengan rumusan masalah bagaimanakah Implementasi Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Terkait Pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa Di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, dan rumusan masalah kedua apa saja hambatan yang timbul serta solusi untuk mengatasi hambatan

(25)

13 dalam pelaksanaan pengaturan BUM Desa di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

2. Skripsi, Implementasi program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Pagedangan, Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini dilakukan oleh Feni Fajarwati Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang 2016. Dengan rumusan masalah bagaimanakah implementasi program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Pagedangan, Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang

Berdasarkan kedua judul dan rumusan masalah yang diajukan tersebut di atas, terdapat perbedaan dengan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu kedua penelitian tersebut tidak membahas tentang bentuk badan hukum yang ideal untuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan bentuk pertanggungjawaban organ Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang akan diteliti oleh peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini terdapat kebaharuan yang dapat melengkapi penelitian yang telah dilakukan terdahulu.

(26)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

1. Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Pengaturan dan dasar hukum tentang BUMDes pada awalnya diatur di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tepatnya di dalam Pasal 107 yang diatur bahwa :

“Desa dapat mempunyai badan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan”

Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti dari undang-undang di atas, pemerintah mengamanatkan pengaturan dan dasar hukum tentang BUMDes di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 bahwa :

1. Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

2. Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

3. Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan perundang undangan.

Setelah terbitnya UU Desa, pengaturan tentang BUMDes kembali diamanatkan Di dalam UU Desa yang di dalamnya terdapat pengertian dari BUMDes yaitu pada Pasal 1 angka 6 bahwa BUMDes adalah :

“Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.”

(27)

15 2. Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Pendirian BUMDes dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh desa dan/atau kerja sama antar desa.21 Tujuan dari pendirian BUMDes adalah :22

a. Meningkatkan perekonomian desa.

b. Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa.

c. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa.

d. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga.

e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga.

f. Membuka lapangan kerja.

g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa, dan

h. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa.

21 Pasal 2 Permendes BUMDes

22 Pasal 4 Permendes BUMDes

(28)

16 BUMDes di dalam pendiriannya dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan dengan dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.23 BUMDes dibentuk oleh pemerintah desa untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Oleh karena itu, BUMDes merupakan suatu badan usaha bercirikan desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk membantu penyelenggaraan pemerintahan desa, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa.

BUMDes juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan ekonomi lainnya. Dalam meningkatkan sumber pendapatan desa, BUMDes dapat menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat desa, antara lain melalui pengelolaan dana bergulir dan simpan pinjam. BUMDes dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.24

BUMDes diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam hal kegiatan usaha dapat berjalan dan berkembang dengan baik, sangat dimungkinkan pada saatnya BUMDes mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengakuan dan penghormatan

23 Pasal 87 UU Desa

24 Penjelasan Pasal 87 UU Desa

(29)

17 terhadap prakarsa desa dalam gerakan usaha ekonomi dengan mendirikan BUMDes mempertimbangkan :25

a. Inisiatif pemerintah desa dan/atau masyarakat desa.

b. Potensi usaha ekonomi desa.

c. Sumberdaya alam di desa.

d. Sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUMDes, dan e. Penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan

dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUMDes.

Pendirian BUMDes disepakati melalui musyawarah desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.26 Musyawarah desa adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.27 Kesepakatan musyawarah desa adalah suatu hasil keputusan dari musyawarah desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam berita acara kesepakatan musyawarah desa yang ditandatangani oleh ketua Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa. Adapun pokok bahasan yang dibicarakan dalam musyawarah desa meliputi :28

a. Pendirian BUMDes sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat.

25 Pasal 4 Permendes BUMDes

26 Pasal 87-88 UU Desa

27 Pasal 1 angka 5 UU Desa

28 Pasal 5 ayat (2) Permendes BUMDes

(30)

18 b. Organisasi pengelola BUM Desa.

c. Modal usaha BUMDes, dan

d. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUMDes.

Hasil kesepakatan Musyawarah Desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan peraturan desa tentang pendirian BUMDes.

BUMDes tentu mempunyai modal awal di dalam pendiriannya.

Modal awal BUMDes bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja Desa (Selanjutnya disebut APB Desa), di mana Modal BUMDes terdiri atas penyertaan modal desa dan penyertaan modal masyarakat desa.29 Penyertaan modal desa terdiri atas :30

a. Hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa.

b. Bantuan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa.

c. Kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa.

29 Pasal 17 Permendes BUMDes

30 Pasal 18 ayat (1) Permendes BUMDes

(31)

19 d. Aset desa yang diserahkan kepada APB desa sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan tentang aset desa.

Penyertaan modal masyarakat desa berasal dari tabungan masyarakat dan atau simpanan masyarakat.

3. Bentuk Organisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bentuk organisasi BUMDes adalah sebagai berikut :31

1. BUMDes dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.

2. Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDes dan masyarakat.

3. Dalam hal BUMDes tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUMDes didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDes, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3).

Adapun BUMDes dapat membentuk unit usaha meliputi sebagai berikut :32

a. Perseroan terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUMDes, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas, dan b. lembaga keuangan mikro dengan andil BUMDes sebesar 60 (enam

puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro.

4. Organ Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

BUMDes mempunyai struktur organisasi pengelola BUMDes yang disebut pengurus BUMDes yang berfungsi untuk menjalankan BUMDes yang mempunyai kewajiban dan kewenangan masing-masing. Organisasi

31 Pasal 7 Permendes BUMDes

32 Pasal 8 Permendes BUMDes

(32)

20 pengelola BUMDes terpisah dari organisasi pemerintahan desa. Adapun susunan pengurus BUMDes terdiri dari :33

a. Penasihat.

b. Pelaksana Operasional, dan c. Pengawas.

Pemberian nama susunan kepengurusan organisasi sebagaimana dimaksud di atas dapat menggunakan penyebutan nama setempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Berbeda halnya dengan organ yang terdapat di dalam perseroan terbatas maupun organ dari BUMN Persero yang mengacu kepada Pasal 1 angka 2 UU PT di mana organ dari keduanya adalah Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS), direksi, dewan komisaris, organ di dalam BUMDes tidak secara tegas diatur tentang organ mana yang mempunyai kewenangan tertinggi di dalam BUMDes. Adapun penjelasan untuk masing-masing organ akan dijelaskan pada bagian dari penulisan ini.

5. Kewajiban Dan Kewenangan Organ Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Di dalam menjalankan BUMDes, para pengurus BUMDes mempunyai kewajiban dan kewenangan masing-masing. Organisasi pengelolaan BUMDes terpisah dari organisasi pemerintahan desa.34

33 Pasal 10 Permendes BUMDes

34 Pasal 19 Permendes BUMDes

(33)

21 Adapun kewenangan dan kewajiban masing-masing pengurus sebagai berikut :

a. Penasihat

Penasihat dijabat secara ex officio oleh kepala desa yang bersangkutan, di mana penasihat berkewajiban :35

1) Memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam melaksanakan pengelolaan BUMDes.

2) Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BUMDes, dan

3) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUMDes.

Selain mempunyai kewajiban, penasihat juga mempunyai kewenangan sebagai berikut :36

1) Meminta penjelasan dari pelaksana operasional mengenai persoalan yang menyangkut pengelolaan usaha desa, dan 2) Melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang dapat

menurunkan kinerja BUMDes.

b. Pelaksana Operasional

Pelaksana operasional dalam kepengurusan organisasi pengelolaan BUMDes mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUMDes sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,37 dan berkewajiban untuk :

35 Pasal 11 ayat (2) Permendes BUMDes

36 Pasal 11 ayat (3) Permendes BUMDes

37 Pasal 12 Permendes BUMDes

(34)

22 1) Melaksanakan dan mengembangkan BUMDes agar menjadi lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat desa.

2) Menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi desa untuk meningkatkan pendapatan asli desa, dan

3) Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian desa lainnya.

Selain mempunyai kewajiban, pelaksana operasional juga mempunyai kewenangan sebagai berikut :38

1) Membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUMDes setiap bulan.

2) Membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUMDes setiap bulan.

3) Memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUMDes kepada masyarakat desa melalui musyawarah desa sekurang- kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

Dalam melaksanakan kewajibannya, pelaksana operasional dapat menunjuk anggota pengurus sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya dalam mengurus pencatatan dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang usaha. Pelaksana operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan dan harus disertai dengan uraian tugas

38 Pasal 12 ayat (3) Permendes BUMDes

(35)

23 berkenaan dengan tanggung jawab, pembagian peran dan aspek pembagian kerja lainnya.39

c. Pengawas

Selain penasihat dan pelaksana operasional, terdapat organ lain di dalam BUMDes yaitu pengawas. Pengawas mewakili untuk kepentingan masyarakat. Susunan kepengurusan pengawas terdiri dari :40

1) Ketua.

2) Wakil ketua merangkap anggota.

3) Sekretaris merangkap anggota.

4) Anggota.

Pengawas berkewajiban menyelenggarakan rapat umum untuk membahas kinerja BUMDes sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.41 Selain mempunyai kewajiban, pengawas juga mempunyai kewenangan untuk :42

1) Pemilihan dan pengangkatan pengurus.

2) Penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUMDes, dan

3) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana Operasional.

39 Pasal 13 Permendes BUMDes

40 Pasal 15 ayat (2) Permendes BUMDes

41 Pasal 15 ayat (3) Permendes BUMDes

42 Pasal 15 ayat (4) Permendes BUMDes

(36)

24 B. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero

1. Karakteristik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero

Pengertian dari Badan Usaha Milik Negara terdapat di dalam Pasal 1 angka 1 UU BUMN yang mengatur bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

BUMN Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51%

(lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.43 Adapun maksud dan tujuan pendirian BUMN sesuai dengan Pasal 2 UU BUMN adalah :

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

b. Mengejar keuntungan.

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

43 Fred B.G Tumbuan, Tugas Dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut Undang- Undang Tentang Perseroan Terbatas, Newsletter, Hukum Dan Perkembangannya, No. 70 September 2007, Hal. 23

(37)

25 2. Organ Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero

Organ di dalam persero sesuai dengan Pasal 13 UU BUMN adalah RUPS, direksi, dan komisaris.

a. Rapat Umum Pemegang saham (RUPS)

RUPS adalah organ persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.44

b. Direksi

Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan.45

c. Komisaris

Komisaris adalah organ persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan persero.46

3. Kewajiban Dan Kewenangan Organ Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero

RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UU BUMN dan/atau anggaran dasar. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan

44 Pasal 1 angka 13 UU BUMN

45 Pasal 1 angka 9 UU BUMN

46 Pasal 1 angka 7 UU BUMN

(38)

26 maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Sementara itu yang dimaksud dengan dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada direksi.47

Perbedaan antara organ perseroan terbatas dengan organ BUMN persero pada pemegang sahamnya. Pada BUMN persero pemerintah dapat bertindak selaku RUPS apabila seluruh sahamnya dimiliki oleh negara, sementara apabila pemerintah terlibat dalam Penyertaan Modal Negara (selanjutnya disebut PMN) sebagian, maka kedudukan pemerintah adalah sebagai salah satu pemegang saham. Seberapa besar pengaruh pemerintah dalam mengendalikan BUMN persero tentunya dipengaruhi oleh seberapa besar peran pemerintah dalam PMN (dibuktikan dengan jumlah kepemilikan saham). Semakin besar peran pemerintah dalam PMN maka semakin berperan pula dalam mengendalikan perusahaan. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memeroleh keterangan yang berkaitan dengan segala kegiatan perseroan mulai dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan.48

47 Pasal 1 angka 4 Dan Pasal 1 angka 5 UU PT

48 Pasal 75 ayat (2) UU PT

(39)

27 C. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroda

1. Karakteristik Badan Usaha Milik Daerah (BUMN) Perseroda Pengertian dari Badan Usaha Milik Daerah terdapat di dalam Pasal 1 angka 40 UU Pemda yang mengatur bahwa BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah.

Pendirian dari BUMD ditetpkan dengan peraturan daerah. Seperti halnya BUMN yang terdiri dari Persero dan Perusahaan umum, BUMD juga terdiri dari persero yang pada tingkatan daerah bernama Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda) dan juga berupa perum yang pada tingkatan daerah bernama Perusahaan Umum Daerah (Perumda).

Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda) adalah BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah. Pembentukan badan hukumnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas.49

Perusahaan Umum Daerah (Perumda) adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh satu daerah dan tidak terbagi atas saham. Dalam hal perusahaan umum daerah akan dimiliki oleh lebih dari satu daerah, perusahaan umum daerah harus merubah bentuk hukum menjadi perusahaan perseroan daerah. Perusahaan umum daerah dapat

49 Pasal 339 ayat (1) dan ayat (2) UU Pemda

(40)

28 membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki saham pada perusahaan lain.50

2. Organ Badan Usaha Milik Daerah (BUMN) Perseroda

Organ di dalam Perseroda sesuai dengan Pasal 340 UU Pemda adalah RUPS, direksi, dan komisaris.

a. Rapat Umum Pemegang saham (RUPS)

RUPS adalah organ perusahaan perseroan daerah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan perseroan daerah dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.51

b. Direksi

Direksi adalah organ perusahaan perseroan daerah yang bertanggung jawab atas pengurusan perusahaan perseroan daerah untuk kepentingan dan tujuan perusahaan perseroan daerah, serta mewakili perusahaan perseroan daerah baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.52

c. Komisaris

Komisaris adalah organ perusahaan perseroan Daerah yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan perusahaan perseroan Daerah.53

50 Pasal 334 UU Pemda

51 Penjelasan Pasal 340 ayat (1) UU Pemda

52 Ibid

53 Ibid

(41)

29 D. Perseroan Terbatas

1. Karakteristik Perseroan Terbatas

Perseroan terbatas dahulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (selanjutnya disebut NV) adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang mempunyai modal terdiri dari saham-saham. Dalam Pasal 1 angka 1 UU PT diatur bahwa :

“Perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Istilah perseroan menunjuk pada cara menentukan modal yaitu terbagi dalam saham, sedangkan istilah terbatas menunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham yaitu hanya sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki.54 Pengaturan terbatasnya tanggungjawab pemegang saham diatur di dalam Pasal 3 UU PT bahwa :

“Pemegang saham perseroan tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah dimilikinya”

Kedudukan-kedudukan badan hukum baru diperoleh dengan adanya pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ialah sebagai tindakan preventif.55 Pada umumnya perseroan terbatas merupakan badan hukum karena akta pendiriannya telah memeroleh

54 AbdulKadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia Cetakan Keempat Revisi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, Hal. 109

55 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Alumni, Bandung, 2001, Hal. 103

(42)

30 pengesahan dari pemerintah.56 Ini berarti badan usaha yang disebut perseroan terbatas harus menjadikan dirinya sebagai badan hukum sebagai subjek hukum yang berdiri sendiri yang mampu mendukung hak dan kewajiban sebagaimana halnya dengan orang yang mempunyai harta kekayaan tersendiri, terpisah dari harta kekayaan para pendirinya, pemegang saham, dan para pengurusnya.57

Selama perseroan belum memeroleh status badan hukum, semua pendiri, anggota direksi dan anggota dewan komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum. Oleh karena itu, direksi perseroan hanya boleh melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memeroleh status badan hukum dengan persetujuan semua pendiri, anggota direksi dan anggota dewan komisaris.

Neni Sri Ismaniyati memberikan uraian mengenai unsur-unsur badan hukum pada perseroan terbatas dan unsur-unsur perseroan sebagai berikut :58

d. Unsur-unsur badan hukum pada perseroan terbatas

Sebagai badan hukum,59 perseroan harus memenuhi unsur-unsur badan hukum seperti ditentukan dalam UU PT, yang diuraikan sebagai

56 Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, Hal. 136

57 Agus Budiarto, Kedudukan Dewan Dan Tanggung Jawab Perseroan Terbatas, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, Hal. 19-20

58 Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis : Telaah Tentang Pelaku Dan Kegiatan Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, Hal. 132-134

59 Dengan status Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, maka sejak itu hukum memberlakukan pemilik atau pemegang saham dan pengurus atau direksi terpisah dari Perseroan Terbatas itu sendiri yang dikenal dengan istilah “separate legal personality”, yaitu sebagai individu yang berdiri sendiri. Dengan demikian pemegang saham tidak mempunyai kepentingan dalam kekayaan PT, sehingga tidak bertanggungjawab atas utang-utang perusahaan atau Perseroan Terbatas. Dikutip dalam I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, Ksaint Blanc, Bekasi, 2003, Hal. 131

(43)

31 berikut:

1) Organisasi yang teratur

Sebagai organisasi yang teratur, perseroan mempunyai organ yang terdiri dari RUPS, Direksi, dan Komisaris (Pasal 1 angka 2 UU PT). Keteraturan organisasi dapat diketahui melalui ketentuan UU PT, anggaran dasar perseroan, anggaran rumah tangga perseroan, dan keputusan RUPS.

2) Kekayaan sendiri

Perseroan mempunyai kekayaan sendiri berupa modal dasar yang terdiri dari seluruh nilai nominal saham (Pasal 31 ayat (1) UU PT) dan kekayaan dalam bentuk lain yang berupa benda bergerak dan tidak bergerak, benda berwujud dan tidak berwujud, misalnya kendaraan bermotor, gedung perkantoran, barang inventaris, surat berharga, piutang perseroan.

3) Melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan hubungan hukum sendiri dengan pihak ketiga yang diwakili oleh direksi.

Menurut ketentuan Pasal 92 UU PT, direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

4) Mempunyai tujuan sendiri

Sebagai badan hukum yang melakukan kegiatan usaha,

(44)

32 perseroan mempunyai tujuan sendiri. Tujuan ditentukan dalam anggaran dasar perseroan (Pasal 15 ayat (1) huruf b UU PT).

Karena perseroan menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perseroan adalah mencari keuntungan dan atau laba.

b. Unsur-unsur perseroan

Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan di atas, maka sebagai perusahaan badan hukum, perseroan memenuhi unsur- unsur seperti diuraikan berikut ini:

1) Badan hukum

Setiap perseroan adalah badan hukum, artinya badan yang memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban, antara lain mempunyai harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya. Dalam UU PT secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 bahwa perseroan adalah badan hukum.

2) Didirikan berdasarkan perjanjian

Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Artinya harus ada sekurang-kurangnya dua orang yang bersepakat mendirikan perseroan yang dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk anggaran dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat oleh/atau dihadapan notaris. Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Ketentuan ini adalah asas dalam pendirian perseroan.

(45)

33 3) Melakukan kegiatan usaha

Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha yaitu kegiatan dalam bidang perekonomian (industri, dagang, jasa) yang bertujuan mendapat keuntungan dan atau laba. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Supaya kegiatan usaha itu sah harus mendapat ijin usaha dari pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut undang-undang yang berlaku.

4) Modal dasar

Setiap perseroan harus mempunyai modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Modal dasar disebut juga modal saham, dalam bahasa Inggris disebut authorized capital.

Modal dasar merupakan harta kekayaan perseroan sebagai badan hukum, yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pendiri, organ perseroan, pemegang saham. Menurut ketentuan UU PT Pasal 32 bahwa modal dasar perseroan sekurang-kurangnya Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

5) Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang- undang perseroan dan peraturan pelaksanaannya. Unsur ini menunjukan bahwa perseroan menganut sistem tertutup (closed system).

I.G.Rai Widjaya mengemukakan karakteristik suatu perseroan

(46)

34 terbatas sebagai berikut :60

a. Sebagai asosiasi modal.

b. kekayaan dan utang perseroan terbatas terpisah dari kekayaan dan utang pemegang saham.

c. Pemegang saham :

1) Bertanggungjawab hanya pada apa yang disetorkan atau tanggungjawab terbatas (limited liability).

2) Tidak bertanggungajwab atas kerugian perseroan terbatas melebihi saham yang telah diambilnya.

3) Tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan.

d. Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi.

e. Mempunyai komisaris yang berfungsi sebagai pengawas.

f. Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS.

Dengan demikian dapat dilihat dan disimpulkan bahwa pada dasarnya suatu perseroan terbatas mempunyai ciri-ciri sekurang- kurangnya sebagai berikut :61

a. Mempunyai status hukum tersendiri yaitu sebagai suatu badan hukum yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk membantu kegiatan perekonomian, yang dipersamakan dengan individu

60 Ibid, Hal. 143

61 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Pemilik, Direksi, Dan Komisaris Perseroan Terbatas, Forum Sahabat, Cetakan Pertama, Jakarta, 2008, Hal. 11-12

(47)

35 manusia, orang-perorangan.

b. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk perjanjian yang dibuat. Dapat diartikan bahwa perseroan dapat mengikatkan dirinya dalam satu atau lebih perikatan, yang berarti menjadikan perseroan sebagai subjek hukum mandiri (persona standi in judicio) yang mempunyai kapasitas dan kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di hadapan pengadilan.

c. Tidak lagi membebankan tanggungjawabnya kepada pendiri, atau pemegang sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya sendiri untuk kerugian dan kepentingan dirinya sendiri.

d. Kepemilikannya tidak digantungkan pada orang perorangan tertentu yang merupakan pendiri atau pemegang sahamnya. Setiap saat saham perseroan dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu waktu tertentu.

e. Keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan dengan eksistensi dari pemegang sahamnya.

f. Pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para pengurus (direksi), dewan komisaris dan atau pemegang saham tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

(48)

36 2. Organ Perseroan Terbatas

Perseroan mempunyai struktur organisasi yang mempunyai kewenangan masing-masing, adapun organ perseroan terbatas adalah RUPS, direksi, komisaris.62

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS merupakan organ perseroan yang kedudukannya adalah sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi di dalam perseroan.

RUPS memilik pengertian di dalam UU PT bahwa :63

“Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”

b. Direksi

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.64

Direksi dapat dikatakan sebagai perwakilan daripada perseroan.

perwakilan adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang untuk kepentingan orang atau pihak lain, serta untuk dan atas nama pihak tersebut.65

62 Pasal 1 angka 2 UU PT

63 Pasal 1 angka 4 UU PT

64 Pasal 1 angka 5 UU PT

65 Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, Forum Sahabat, Jakarta, 2008, Hal. 63

(49)

37 c. Dewan Komisaris

Pengertian dewan komisaris yang dimaksud dapat dilihat di dalam Pasal 1 angka 6 UU PT yang mengatur bahwa dewan komisaris adalah:

“Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi”

Komisaris sebagai organ disebut sebagai dewan komisaris, dan komisaris sebagai orang perorangan disebut sebagai anggota komisaris.

3. Kewajiban Dan Kewenangan Organ Perseroan Terbatas

Perseroan mempunyai struktur organisasi yang mempunyai kewenangan masing-masing, adapun kewajiban dan kewenangannya adalah :

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Jika dideskripsi berdasarkan UU PT, kewenangan RUPS dalam hubungannya dengan organ perseroan lainnya sebagai berikut :66

1) Menyetujui perbuatan hukum atas nama perseroan yang dilakukan semua anggota direksi, semua anggota dewan komisaris bersama-sama pendiri dengan syarat semua pemegang saham hadir dalam RUPS, dan semua pemegang saham menyetujuinya dalam RUPS tersebut (Pasal 14 ayat (4)).

2) Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS (Pasal 19 ayat (1)).

66 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hal. 307-308

(50)

38 3) Menyerahkan kewenangan kepada dewan komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS atas pembelian kembali atau pengalihan lanjut saham yang dikeluarkan perseroan (Pasal 39 ayat (1)).

4) Menetapkan pembagian tugas dan pengurusan perseroan antara anggota direksi (Pasal 92 ayat (5)).

5) Mengangkat anggota sireksi (Pasal 94 ayat (1)).

6) Menetapkan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota direksi (Pasal 96 ayat (1)).

7) Menunjuk pihak lain untuk mewakili perseroan apabila seluruh anggota direksi atau dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan (Pasal 99 ayat (2) huruf c).

8) Memberhentikan anggota direksi (Pasal 105 ayat (2))

9) Menguatkan keputusan pemberhentian sementara yang dilakukan dewan komisaris terhadap anggota direksi (Pasal 106 ayat (7))

10) Mengangkat anggota dewan komisaris (Pasal 111 ayat (1)) 11) Menetapkan tentang besarnya gaji atau honorarium dan

tunjangan anggota dewan komisaris (Pasal 113) dan mengangkat komisaris independen (Pasal 120 ayat (2)

Referensi

Dokumen terkait

tidak mengasihi orang Aceh karena satu-satunya Provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam, tetapi Islam sebagai simbol, masyarakatnya belum mengamalkan Islam secara

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Persepsi masyarakat terhadap pengembangan objek wisata Pantai Pandan di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah ingin agar fasilitas

Sistem Informasi ini memiliki kemampuan untuk menyimpan file konfigurasi perangkat di setiap wilayah beserta link untuk menuju ke lokasi perangkatnya, menampilkan

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi berdasarkan indek harga konsumen, suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar Rupiah terhadap

Dalam kegiatan ilmiah jawaban atau jawaban sementara yang hendak di pecahkan haruslah mempergunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam

WARINTEK (Warung Informasi dan Teknologi), adalah sebuah tempat yang dapat digunakan oleh masyarakat desa khususnya Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak untuk menempa

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf d meliputi kawasan

Citra merek yang baik dapat dijadikan kekuatan oleh berbagai perusahaan untuk menarik konsumen, sedangkan harga produk yang murah dan terjangkau dengan daya beli