GAMBARAN PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL SEBAGAI PENINGKAT DAYA TAHAN TUBUH OLEH ORANG TUA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
NUR SARAH AMIRAH BINTI ALI 170100259
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
GAMBARAN PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL SEBAGAI PENINGKAT DAYA TAHAN TUBUH OLEH ORANG TUA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
NUR SARAH AMIRAH BINTI ALI 170100259
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
dr. Tri Widyawati , M.Si.,Ph.D HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Gambaran Pengunaan Ramuan Herbal untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh oleh Orang Tua Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Nama Mahasiswa : Nur Sarah Amirah binti Ali
Nomor Induk 170100259
Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pembimbing
NIP.197607092003122001
Ketua Penguji Anggota Penguji
Dr. dr. Yunita Sari Pane, M.Si NIP: 197106202002122001
Dr.dr Ririe Fachrina Malisie Sp.A (K) NIP: 196801231999032001
Medan, 18 Desember 2020
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
DR. Dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) NIP: 196605241992031002
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan anugerah-Nya pnulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Gambaran Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Peningkat Daya Tahan Tubuh oleh Orang Tua Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Begitu banyak tantangan yang dihaapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun materil, penuli dapat menyelaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ngin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. dr. Imam Budi Putra, MPH, Sp.KK(K), selaku Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp.GK selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Dr. dr. Dina Keumala Sari, MS, Sp.GK selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
6. dr. Tri Widyawati M.Si,Ph.D, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Dr. dr. Yunita Sari Pane, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada peneliti untuk perbaikan skripsi ini.
8. Dr.dr Ririe Fachrina Malisie Sp.A (K), selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada peneliti untuk perbaikan skripsi ini.
9. dr. Cut Aria Ariana, SpS, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.
10. Seluruh staff pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Kesehatan Komunitas.
11. Yang teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, ibunda NorHayati Binti Ahmad Rashdi, ayahanda Ali Bin Tak Abdullah dan keluarga yang dengan sabar serta penuh cinta, perhatian, kasih sayang dan memberikan dukungan moral, spiritual dan material hingga penulis bisa menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
12. Pihak-pihak dan sahabat-sahabat seperjuangan saya Sakinah Binti Omar Low, Teck Fong Anak Migrate, Shallinie A/P Murugiah, Uthaya Rubyni A/P Manoharan, N. Kugashini A/P Nadarajan, Jayasankari A/P Rajandran, Devi Nadilah, Dini Khairani dan Rado Sitohang semoga tak mengurangi rasa hormat dan rasa terima kasih penulis atas segala semangat, bantuan dan dukungan yang diberikan.
Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Medan, 3 Disember 2020
NUR SARAH AMIRAH BINTI ALI NIM: 170100259
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan………..……… i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi... iv
Daftar Tabel……… vii
Daftar Gambar………. viii
Daftar Lampiran……….. ix
Daftar Singkatan………. x
Abstrak………. xii
Abstract……… xiii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Bagi Peneliti... 4
1.4.2 Bagi Masyarakat ... 4
1.4.3 Bagi Institusi ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1 Sistem Imun ... 5
2.1.1. Definisi………. 5
2.1.2 Klasifikasi Sistem Imun ... 5
2.1.3 Mekanisme Sistem Imun……….. 7
2.1.4 Imunomodulator... 8
2.1.5 Imunostimulan……….….. 9
2.2 Herbal……….. 9
2.2.1. Definisi……….... 9
2.2.3. Jenis Obat Tradisional………... 10
2.3 Jenis Ramuan Herbal………. . 11
2.3.1. Meniran……….. 12
2.3.2. Cengkeh………. 15
2.3.3. Jamur Tiram……….... 18
2.4 Kerangka Teori………. 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Jenis Penelitian... 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
3.3.1 Lokasi Penelitian………. 22
3.2.2 Waktu Penelitian………. 22
3.3 Populasi dan Sampel ... 22
3.3.1 Populasi Penelitian ... 22
3.3.2 Sampel Penelitian ... 22
3.3.3 Cara Pemilihan Sampel... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 24
3.4.1 Data Primer ... 24
3.4.2 Data Sekunder... 24
3.5 Metode Pengumpulan Data... 24
3.5.1 Instrumen Penelitian………. 25
3.5.2 Variabel……….. 25
3.6 Metode Analisa Data... 25
3.7 Definisi Operasional ... 26
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN... 30
BAB V.KESIMPULAN DAN SARANAN... 47
5.1. Kesimpulan………. 47
5.2. Saranan………. 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN... 53
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Distribusi Karakteristik Demografi Responden …… 31 4.2 Distribusi Gambaran Pengetahuan Tentang
TumbuhanObat……….. 32
4.3 Distribusi Karakteristik Sumber Informasi Sampel
Penelitian Mengenai Tumbuhan Obat……….. 33 4.4 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian
Berdasarkan Penggunaan Tumbuhan Obat Untuk
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh………... 34 4.5 Distribusi Jenis Tumbuhan Yang Digunakan Untuk
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh……… 35 4.6 Cara Pengolahan Tumbuhan Obat Untuk
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh………. 37 4.7 Distribusi Bagian Tumbuhan Yang Digunakan Untuk
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh……….. 42 4.8 Distribusi Cara Pengunaan Tumbuhan Obat Untuk
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh……….. 43 4.9 Distribusi Sumber Mendapatkan Tumbuhan Obat
Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh……… 44 4.10 Distribusi Karakteristik Alaan Sampel Penelitian
Memilih Obat Tradisional Dibandingkan Dengan
Obat Kimia……… 45
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.5.1 Meniran (Phyllanthus niruri L………. 13
2.5.2. (a) Cengkeh (Syzygium aromaticum)………... 16
2.5.2. (b) Struktur Kimia Eugenol……… 17
2.5.3 Jamur Tiram (Pleurotus ostratus)……… 19
2.6 Kerangka Teori………. 21
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A Biodata Penulis ... 53
B Halaman Pernyataan Orisinalitas………. 55
C Persetujuan (Informed Consent) ………. ………… 56
D Kuesioner Penelitian……….. 57
E Master Data………. 61
F Izin Penelitian……….. 83
G Surat Persetujuan Komisi Etik……… 84
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu
C3b : Cleavage of Component 3 IL-2 : Interleukin-2
ß-1 : Beta-1 Adrenoceptors 3D- Glukan: Beta Glucan
B1 : vitamin B1 (Thiamine) B2 : vitamin B2 (Riboflavin) B3 : vitamin B3 (Niacin)
B5 : vitamin B5 (Pantothenic acid) B7 : vitamin B7 (Biotin)
Mg : Magnesium K : Potassium P : Phosphorus
S : Sulphur
Zn : Zinc
Ig : Immunoglobulin
CD 4+ : Glycoprotein
CD 8+ :Glycoprotein
Th1 :T helper cells; Tianhe-I IFNγ : Interferon gamma
TNFα :Tumor necrosis factor alpha
ABSTRAK
Latar belakang. Kekebalan tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain makanan, faktor lingkungan, gaya hidup sehari-hari, usia, stres dan hormon. Saat ini, banyak obat atau suplemen diklaim bekerja untuk meningkatkan sistem kekebalan yang berasal dari tumbuhan. Zat yang dapat memodulasi sistem kekebalan tubuh disebut imunomodulator. Imunomodulator adalah senyawa yang terdiri dari imunostimulan dan imunosupresan Tujuan. Gambaran penggunaan ramuan herbal sebagai peningkat daya tahan tubuh oleh orang tua mahasiswa FK USU. Metode. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan studi cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik non probability sampling yaitu consecutive sampling dengan besar sampel 71 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang berisi 10 daftar pertanyaan tentang bahan jamu tervalidasi beserta lembar persetujuan responden. Hasil. Karakteristik gambaran pengunaan ramuan herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh yang didapatkan adalah rata-rata dalam katagori usia lansia awal (46-55 tahun) sebesar 64.4%, jenis kelamin mayoritas perempuan sebanyak 69.9%, tingkat pendidikan terbanyak adalah Sarjana (S1) sebesar 61.6%, dan sebanyak 72.6% responden bekerja. Sumber informasi sampel penelitian mengenai tentang tumbuhan obat adalah media massa sebanyak 38 jawaban (45, 8%). Jenis tumbuhan obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh jahe (23, 6%). Pengolahan tanaman dengan cara direbus kemudian diminum, dicampur menjadi tablet, dipotong isinya kemudian digunakan sebagai obat luar. Bagian tumbuhan yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh adalah daun sebanyak 46 spesies tumbuhan (32.6%). Pemanfaatan tumbuhan obat oleh responden untuk meningkatkan imunitas adalah dengan cara minum (65.0 %). Kesimpulan. Mayoritas responden menggunakan ramuan herbal dengan bahan dasar jahe sebagai peningkat daya tahan tubuh.
Kunci: Gambaran, penggunaan, ramuan herbal, daya tahan tubuh, imunomodulator
ABSTRACT
Background. Immunity is affected by several things including food, environmental factors, daily lifestyle, age, stress and hormones. Currently, many drugs or supplements are claimed to work to boost the plant-derived immune system. Substances that can modulate the immune system are called immunomodulators. Immunomodulators are compounds that consist of immunostimulants and immunosuppressants. Aim. Description of the use of herbal ingredients as an increase in endurance by parents of FK USU students. Method. This study uses a descriptive design with a cross sectional study approach. Samples were selected using non probability sampling technique that is consecutive sampling with a large sample of 71 people. The measuring instrument used is a questionnaire that contains 10 lists of questions about validated herbal ingredients along with the respondents' approval sheet. Results. Characteristics of the use of herbal herbs to increase the body's resistance are averaged in the category of early elderly age (46-55 years) of 64.4%, gender of majority of women as much as 69.9%, the highest education level is Bachelor (S1) of 61.6 %, and as many as 72.6% respondents are working. The source of information for the research sample on medicinal plants is the mass media is as many as 38 answers (45, 8%). Types of medicinal plants to increase the body's resistance to ginger (23, 6%). Treatment of plants by boiling then drinking, mixed into tablets, cut the contents then used as an external remedy. The plant parts used to increase immunity are the leaves of 46 plant species (32, 6%). The use of medicinal plants by respondents to increase immunity is by drinking (65.0%). Conclusion. The majority of respondents use herbal ingredients with ginger base ingredients as an increase in body endurance.
Key: Description, use, herbal ingredients, immune system, immunomodulato
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi, sehingga menekankan penularan dan tingkat keparahan epidemi sangat mengganggu. Namun, virus ini pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 2 Maret 2020 di mana pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan kasus positif pertama COVID-19.
Reaksi tubuh ketika terinfeksi virus Corona adalah membangun kemampuan tubuh untuk membasmi virus. Jika sistem kekebalan tubuh kuat, virus akan mati. Namun, pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, virus Corona bisa sulit untuk diatasi oleh sistem imun dan dapat memicu munculnya gejala yang parah dan komplikasi fatal. Virus Corona dapat ditularkan dari manusia ke manusia lainnya melalui percikan atau air liur pasien COVID-19 selama batuk atau bersin. Air liur dan ini bisa masuk ke tubuh melalui mata, hidung, atau mulut. Selain itu, virus Corona juga dapat masuk ke tubuh seseorang melalui tangan yang telah terkontaminasi oleh virus ini ketika menyentuh sesuatu yang mengandung percikan pasien COVID-19, jika orang tersebut menyentuh hidung atau mulut mereka sebelum mencuci tangan. Beberapa pasien dengan virus Corona tidak memiliki gejala atau hanya gejala ringan dan akan sembuh sendiri. Namun, ada juga pasien yang menderita gejala parah hingga komplikasi, seperti gangguan pernapasan, jantung, ginjal dan hati (Adrian, 2020).
Menurut Pranita (2020) bersamaan dengan meningkatnya jumlah pasien positif COVID-19, semakin kuat juga isu bahwa beragam tanaman herbal di Indonesia dapat menyembuhkan penyakit yang diakibatkan oleh virus corona atau SARS-CoV-2. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Organisasi
mungkin meringankan gejala COVID-19, tetapi belum ada penelitian yang menunjukkan pengobatan tersebut dapat mencegah atau menyembuhkan penyakit akibat COVID-19. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kesehatan diri dan imunitas tubuh tetap dalam keadaan baik agar kita tidak mudah jatuh sakit atau jika memang jatuh sakit, tubuh bisa segera pulih kembali.
Herbal adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di Indonesia dan juga digunakan secara turun temurun. Namun, banyak anak muda yang tidak mengetahui herbal dan manfaatnya (Widowati, 2016). Selain itu, tanaman Indonesia memiliki manfaat dan khasiat yang perlu kita ketahui agar dapat menggunakannya sebagai sumber daya alam dan untuk mencapai tujuan program pembangunan dalam perawatan kesehatan (Widowati, 2016).
Penggunaan obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan, zat hewani, mineral, atau campuran dari bahan-bahan yang secara tradisional digunakan untuk tujuan pengobatan. Adapun alasan mengapa tanaman obat digunakan dengan efek samping yang lebih rendah daripada obat modern. Menurut Badan Pusat Statistik (2015), penggunaan obat tradisional Indonesia meningkat pada 2013 sebesar 3,98% menjadi 2014 sebesar 4,06%
dan penggunaan obat tradisional yang paling populer di masyarakat adalah herbal.
Sistem kekebalan tubuh (sistem imun) dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk makanan, faktor lingkungan, gaya hidup sehari-hari, usia, stres dan hormon. Saat ini, banyak obat atau suplemen dapat bekerja untuk meningkatkan sistem kekebalan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Zat yang dapat memodulasi sistem kekebalan tubuh disebut imunomodulator.
Imunomodalator adalah senyawa yang terdiri dari imunostimulan dan imunosupresan (Siregar, 2015).
Imunostimulator adalah agen yang dapat berfungsi untuk bereaksi dengan sistem kekebalan tubuh dan juga untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Rozana, 2018).
Imunimodulator adalah senyawa yang berinteraksi dengan sistem kekebalan untuk meningkatkan atau menekan aspek spesifik dari respons kekebalan (Meisyayati et.al, 2016).
Menurut Mohsen (2020), pada dua kelompok usia yang lebih tua ditemukan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi jika mereka terinfeksi dengan wabah COVID-19. Kelompok usia berisiko tinggi adalah 55 hingga 59 dan 60 hingga 64 tahun. Lansia berisiko tinggi mengalami komplikasi dan kematian akibat infeksi COVID-19 dikarenakan usia dan penyakit komorbid seperti diabetes, hipertensi, ginjal, jantung dan banyak lagi. Seiring dengan bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh mereka juga semakin lemah jika terinfeksi oleh coronavirus. Oleh karena itu, orangtua memerlukan suplemen seperti herbal untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk perlindungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan penggunaan herbal sebagai peningkat daya tahan tubuh oleh orangtua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan orangtua lebih berpengalaman dan masih mempraktikkan penggunaan herbal dalam kehidupan sehari-hari mereka daripada orang muda.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran penggunaan ramuan herbal sebagai peningkat daya tahan tubuh oleh orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?
1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM
Mengetahui gambaran penggunaan ramuan herbal sebagai peningkat daya tahan tubuh oleh orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3.2. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui profil distribusi responden mengenai tanaman obat.
2. Untuk mengetahui sumber informasi mengenai tumbuhan obat.
3. Untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai meningkat daya tahan tubuh.
4. Untuk mengetahui cara pengolahan tumbuhan obat sebagai peningkat daya tahan tubuh
5. Untuk mengetahui bagian tumbuhan yang digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh
6. Untuk mengetahui cara penggunaan tumbuhan obat sebagai peningkat daya tahan tubuh
1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. MANFAAT BAGI PENELITI
Mengetahui ramuan herbal yang dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh.
1.4.2. MANFAAT BAGI MASYARAKAT
Sumber informasi bagi masyarakat tentang ramuan herbal yang dikonsumsi yang dapat diklaim sebagai peningkat daya tahan tubuh.
1.4.3. MANFAAT BAGI INSTITUSI
Sebagai sumber referensi mengenai pengetahuan terkait ramuan herbal yang digunakan di masyarakat sebagai peningkat daya tahan tubuh.
2.1. SISTEM IMUN 2.1.1. DEFINISI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kekebalan (sistem kekebalan) adalah mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi untuk merespons atau melindungi zat asing dari tubuh kita agar tidak
"diserang". Jika terjadi serangan, antigen akan merangsang sistem kekebalan tubuh.
Mekanisme ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan berbagai mikrooganisme seperti bakteri, virus, jamur dan kuman yang dapat menyebabkan penyakit (Siregar, 2015).
2.1.2. KLASIFIKASI SISTEM IMUN
Menurut Siregar (2015) sistem kekebalan memiliki dua jenis, baik spesifik atau tidak spesifik. Durasi mekanisme aksi spesifik lebih lambat dibandingkan dengan kekebalan nonspesifik. Kedua respon imun memiliki proses yang berbeda tetapi telah membuktikan bahwa kedua tipe respon imun ini dapat meningkatkan efektivitasnya (Ida et.al, 2017).
I. Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik adalah respons yang berasal dari stimulasi antigen (benda asing) dan dapat meningkatkan paparan berikutnya (Rozana, 2018). Menurut Rozana (2018) tiga jenis sel yang terlibat dalam respons imun spesifik adalah sel T, sel B, dan Antigen-Presenting Cells (APCs). Respons imun spesifik bersifat sekuler dan humoral.
a. Respon Imun Seluler
i. Sistem pertahanan ketiga dan bertindak melawan mikroba intraseluler seperti virus dan bakteri.
ii. Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak secara intraseluler, antara lain didalam makrofag
mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan respons imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel T yang disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui major histocompatibilitycomplex (MHC) kelas II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini memengaruhi limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan 9 mikroorganisme secara langsung, sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme kedalam sel lainnya (Ida et.al, 2017).
b. Respon Imun Humoral
i. Menurut Desmawati (2013), sistem kekebalan humoral adalah sistem pertahanan kedua terhadap ekskresi darah dan cairan seperti mukosa, air mata, air liur dan ASI.
ii. Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi satu populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah. Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun primer yang membentuk klon sel B memory. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk membentuk satu jenis antibodispesifik terhadap antigen tertentu (Clonal slection).
Antibodi ini akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen – antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibodidiperlukan bantuan limfosit
MHC maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibodi. Selain oleh sel T- penolong, produksi antibodi juga diatur oleh sel T penekan (T-supresor), sehingga produksi antibody seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan (Ida et.al, 2017).
II. Respon Imun Non-spesifik
Selain itu, kekebalan bawaan adalah kekebalan non-spesifik. Menurut (Ida et.al, 2017) upaya tubuh untuk melindungi diri dari antigen adalah menghancurkan bakteri dengan cara yang tidak spesifik melalui proses fagositosis. Dalam proses ini, makrofag, neutrofil, dan monosit memainkan peran yang sangat penting.
Fagositosis terjadi ketika partikel bakteri berada dekat dengan sel fagositosis sehingga mereka mudah melekat pada permukaan partikel. Faktor karsinogenik bekerja untuk menarik fagosit ke depan partikel bakteri. Bakteri harus menjalani inisialisasi dengan pelapisan dengan imunoglobulin atau komplemen (C3b), agar mudah ditangkap oleh fagosit.
Selain fagositosis, manifestasi lain dari respon imun nonspesifik adalah reaksi inflamasi (Ida et.al, 2017).Peradangan terjadi ketika mediator tertentu dilepaskan oleh jenis sel tertentu, seperti histamin yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, amina vaspaktif yang dilepaskan oleh trombosit dan anafytoksin yang berasal dari komponen komplemen yang berfungsi sebagai reaksi umpan balik dari mastosit dan basofil. Mediator ini merangsang pergerakan sel-sel polimorfonuklear (PMN) ke situs masuk antigenik dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menghasilkan eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala-gejala ini disebut sebagai respon inflamasi akut( Abbas et.al, 2007).
2.1.3. MEKANISME SISTEM IMUN
Sistem kekebalan dalam tubuh manusia merespons masuknya bakteri dan virus ke dalam tubuh manusia melalui mekanisme yang sangat kompleks. Sistem kekebalan ini mengenali molekul (antigen asing dalam tubuh yang memicu
antibodi (protein) dan sel darah putih yang disebut limfosit. Limfosit ini menandai antigen yang masuk dan kemudian menghancurkannya.
Awalnya proses reaksi kekebalan adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk menangkal setiap benda asing yang masuk ke dalam tubuh, sejumlah limfosit yang disebut sel memori segera berkembang menjadi limfosit yang memiliki kemampuan untuk menciptakan kekebalan jangka panjang. Sebagaimana disebutkan di atas, kekebalan adalah mekanisme tubuh manusia untuk melawan dan menghancurkan zat asing yang masuk ke tubuh manusia. Benda-benda asing ini bisa berupa bakteri, virus, dan transplantasi organ. Ketika sebuah sel atau jaringan seperti bakteri atau organ ditransplantasikan ke dalam tubuh seseorang, tubuh orang tersebut akan menolaknya karena dianggap sebagai benda asing dan tidak dianggap sebagai bagian dari jaringan tubuh mereka. Benda asing ini dianggap pendatang (invader) yang harus diusir. Jadi dapat dengan mudah didefinisikan ulang bahwa sistem kekebalan adalah suatu mekanisme di mana tubuh manusia dapat melawan / mengeluarkan zat asing yang masuk ke dalam tubuh mereka. Pertama, sel memori mampu mengenali benda asing yang dimasukkan dan disimpan dalam "memori" sel memori ini. Ini disebut reaksi imun primer. Ketika benda asing yang sama memasuki tubuh seseorang untuk kedua kalinya dan seterusnya, maka sel memori yang lebih cepat dan lebih efektif ini akan merangsang sistem kekebalan untuk mengusir dan melawan benda asing yang sebelumnya tidak dikenal. Reaksi tubuh akan lebih cepat dan lebih efektif daripada reaksi pada pertemuan pertama dengan benda asing (WHO, 2020).
2.1.4. IMUNOMODULATOR
Menurut Siregar (2015) imunomodulator adalah obat yang bekerja untuk memulihkan dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh, yang mengganggu fungsi dan menghambat fungsi berlebih. Imunomodalator berfungsi untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh dengan stimulasi (imunostimulan) atau menekan reaksi imun abnormal (imunosupresan). Suplemen obat yang bertindak sebagai imunomodulator adalah salah satu cara untuk meningkatkan sistem kekebalan
digunakan sebagai imunomodalator. Selain berfungsi untuk menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh, suplemen ini dapat bekerja untuk meningkatkan dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Imunomodalator juga dapat bertindak sebagai sistem kekebalan non-spesifik dan spesifik.
2.1.5. IMUNOSTIMULAN
Imunostimulan adalah senyawa yang memiliki fungsi untuk bereaksi dengan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan respons imun (Siregar, 2015).Imunostimulan terdiri dari dua kelompok yaitu imunostimulan biologis dan sintetis. Contoh imunostimulan biologis adalah sitokin, antibodi monoklonal, jamur dan tanaman obat (jamu). Beberapa contoh imunostimulan sintetik adalah levamisole, isoprinosin, dan muramil peptidase (Siregar, 2015). Menurut Rozana (2018) sebagian besar ramuan yang telah diteliti telah membuktikan kerja imunostimulator. Menurut Block & Mead (2003) penggunaan herbal (herbal) berfungsi sebagai imunostimulan yang bertujuan untuk mengurangi efek virus dan bakteri intraseluler, menangkal kekebalan tubuh, dan merangsang pertumbuhan sel- sel kekebalan tubuh dalam sistem kekebalan tubuh. Selain itu, imunostimulasi dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh spesifik dan non-spesifik, dan terdapat induksi non-spesifik dari kedua mekanisme pertahanan seluler dan humoral.
2.2. HERBAL 2.2.1. DEFINISI
Menurut Kholimah (2018), definisi tanaman herbal adalah tanaman yang memiliki batang pendek, kecil, dan basah karena mengandung banyak air. Jamu, sayuran, dan bahkan tanaman berbunga termasuk jamu.
2.2.2. RAMUAN HERBAL
Herbal yang berasal dari herbal telah banyak digunakan untuk keperluan pengobatan dan dianggap bergizi (Widowati, 2016). Akhir-akhir ini, penggunaan jamu tradisional sebagai pilihan pengobatan dan diet sehari-hari telah menjadi sorotan karena obat tradisional terbukti lebih aman jika digunakan dengan dosis yang tepat dan indikasi yang tepat (Marlinda, 2015).
Menurut Susanti (2014) obat tradisional adalah bahan atau bahan yang merupakan tanaman, hewan, mineral, endapan dan campuran herbal yang secara tradisional digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku. Obat tradisional lebih disukai sebagai upaya preventif untuk menjaga kesehatan.
Tumbuhan obat yang bekerja pada sistem imunitas bukan hanya bekerja sebagai efektor yang langsung menghadapi penyebab penyakitnya, melainkan bekerja melalui pengaturan imunitas. Bahan-bahan yang bekerja demikian digolongkan sebagai imunomoduator. Jadi apabila digolongkan sebagai imunomodulator, maka imunomodulator tersebut tidak akan menghadapi secara langsung mikroorganismenya, melainkan sistem imunitas akan didorong untuk menghadapi melalui efektor sistem imunitas (Kumala et.al, 2004).
2.2.3. JENIS OBAT TRADISIONAL
Menurut Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.4.2411 (2001) tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisional digolongkan menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
1. JAMU
Jamu adalah jamu tradisional yang mengandung semua bahan yang membentuk jamu. Herbal disajikan dalam bentuk bubuk, pil, atau cairan. Obat tradisional ini biasanya dibuat dengan mengacu pada resep leluhur. Contoh produk jamu adalah ProRhoid (Lina, 2015).
2. OBAT HERBAL STANDAR
Obat tradisional adalah produk ekstraksi atau ekstraksi zat alami, baik obat, hewan, maupun mineral. Obat herbal ini umumnya didukung oleh bukti ilmiah dalam bentuk penelitian preklinis. Selain itu, obat herbal standar adalah herbal yang telah terstandarisasi dan telah diuji preklinis. Berikut merupakan contoh produk obat herbal standar adalah Diapet® (Lina, 2015).
3. FITOFARMAKA
Obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan pengobatan modern. Selain itu, proses pembuatannya telah didasarkan dan didukung oleh bukti ilmiah hingga uji klinis pada manusia. Proses ini membutuhkan peralatan teknologi modern, keahlian, dan biaya minimal. Fitofarmako adalah obat herbal yang telah diuji klinis sepenuhnya. Contoh produk fitofarmaka adalah Stimuno dan Tensigard (Lina, 2015).
2.3. JENIS RAMUAN HERBAL
Ada banyak jenis imunomodulator untuk suplemen makanan, terutama menggunakan bahan alami seperti cengkeh (Syzygium aromaticum). Selain itu, cengkeh juga digunakan sebagai obat tradisional dalam penyembuhan berbagai penyakit (Wael et.al., 2018). Senyawa yang dapat digunakan sebagai imunostimulator adalah meniran (Phyllantuhus niruri) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Selain itu, teh juga bisa digunakan sebagai obat herbal tradisional (Rozana, 2018). Jamur tiram juga merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia yang berpotensi menjadi tanaman kesehatan dan obat (Egra et.al, 2018).
2.3.1 MENIRAN (Phyllantuhus niruri) 1. KLASIFIKASI MENIRAN
Menurut Backer & Brink (1965) bersarkan taksonominya, meniran diklasifikasi sebagai:
Kerajaan: Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Euphorbiales Suku : Euphorbiaceace Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri L.
2. MORFOLOGI MENIRAN
Menurut Rozana (2018) meniran (Phyllanthus niruri) adalah tanaman musiman yang tumbuh tegak, bercabang, dengan ketinggian 30 cm -50 cm.
Tanaman ini juga memiliki daun majemuk, daunnya termasuk jenis daun tidak lengkap. Selain itu, tanaman ini juga memiliki bunga tunggal pada daun yang menghadap ke bawah, menggantung dan berwarna putih. Daun tanaman memiliki kelopak berbentuk bintang, batang dan tunas yang tak terlihat, mahkota bunga kecil dan putih. Meniran juga memiliki bentuk kotak, tumpul, dan halus, berdiameter ± 2 mm dan berwarna hijau. Gambar 2.5.1. Di bawah ini adalah gambaran morfologis meniran.
Gambar 2.5.1. : Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Rozana 2018).
3. KANDUNGAN KIMIA MENIRAN
Menurut Robinson (1995) meniran mengandung senyawa kimia seperti lignan, alkaloid, flavonoid, dan triterpenoid. Lignan adalah zat padat tak berwarna yang menyerupai senyawa aromatik sederhana lainnya dalam sifat kimianya. Selain itu, lignan juga dapat ditemukan pada kayu, daun eksudat, damar, dan bagian tanaman lainnya. Kadang-kadang lignan juga ditemukan sebagai glikosida. Lignan juga digunakan sebagai antioksidan dalam makanan dan merupakan bahan kimia aktif dalam tanaman obat tertentu.
Lignan dapat diekstraksi dengan aseton atau etanol dan sering diformulasikan sebagai garam kalium terlarut.
Kandungan kimia gula terikat pada glikosida dan membentuk kombinasi glikosida di semua sepuluh tanaman (Harborne, 1987). Selain itu, imunostimulator dalam formulasi adalah flavonoid yang merupakan senyawa fenolik. Flavonoid juga merupakan senyawa yang larut dalam air yang dapat diekstraksi menggunakan etanol 70%. Dengan demikian, penyamakan dapat bertindak sebagai imunomodulator yang tidak hanya
meningkatkan sistem kekebalan tubuh tetapi juga menghambat sistem kekebalan tubuh dari penggunaan berlebihan (Rozana, 2018).
Menurut Arsela et.al (2015) mekanisme flavonoid sebagai imunomodulator dengan meningkatkan aktivitas IL-2 (interleukin 2) dan proliferasi limfosit. Sel Th1 (T helper 1) yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Specific Macrofag Arming Factor), yaitu molekul- molekul termasuk IFNγ (interferon gamma) yang dapat mengaktifkan makrofag. Jika terdapat antigen yang masuk ke tubuh, misalnya bakteri, maka limfosit T dan makrofag saling bekerja sama untuk membunuh bakteri tersebut. Makrofag akan memfagosit bakteri dan limfosit T berdiferensiasi menjadi CD4+ dan CD8+. Sel CD4+ berdiferensiasi menjadi Th1 yang kemudian menghasilkan sitokin IFNγ dan TNFα serta memacu sel Natural Killer. Sel CD8+ pun menghasilkan sitokin IFNγ. Sitokin tersebut akan mengaktifkan makrofag untuk menghasilkan senyawa salah satunya nitrit oksida yang berguna membunuh bakteri.
Berdasarkan penelitian (Rozana, 2018) peneliti menggunakan ekstrak etanol 20, 2 mg / bb / hari. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa ekstrak etanol mengandung senyawa yang dapat digunakan sebagai imunostimulan. Berdasarkan penelitian (Muthulakshmi et.al, 2016), peneliti menguji efek imunostimulan ekstrak air meniran secara in vivo menggunakan ika mujair pada rentang dosis 0,002-20 mg menunjukkan peningkatan yang signifikan pada aktivasi neutrophil dan respon antibodi.
Berdasarkan hasil pengamatan, ikan dengan dosis uji 20 mg/kg bb menunjukkan peningkatan maksimal respon primer dan sekunder antibodi dan dosis 0,002 mg/kg menunjukkan aktivasi neutrofil yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Hasil pengujian ini mengindikasikan ekstrak meniran memiliki potensi sebagai imunostimulan.
2.3.2 CENGKEH (Syzygium aromaticum) 1. KLASIFIKASI CENGKEH
Taksonominya, meniran diklasifikasi sebagai:
Divisi : Spermatophyta Sub-Divisio: Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzgium
Spesies : Syzgium aromaticum L Merr & Perry 2. MORFOLOGI CENGKEH
Menurut Nuryanti (2015) daun cengkeh tidak termasuk dalam kelompok daun utuh karena mereka memiliki batang daun (petioles), lembaran daun (lamina), namun tidak memiliki daun (vagina). Daunnya berbentuk seperti lonjong dan berbunga di ujungnya.
Batangnya memiliki panjang 10-15m dan bulat (teres), permukaan kasar biasanya memiliki cabang diisi dengan cabang.
Selain itu, cengkeh terbuat dari batang (pedicellus), tangkai (pendunculus). Bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik (andoginofor).
Buah cengkeh memiliki batang hijau di awal dan berubah merah pada saat mekar. Akar cengkeh adalah sistem tunggang. Akar ini adalah akar pohon yang kemudian tumbuh. Selain itu, akar dapat bertahan selama ratusan tahun.
Setelah 5 tahun, pohon cengkeh dapat menghasilkan biji. Bijinya terbuat dari kulit (spedodemis), tali pusar (funiculus), dan inti benih (nucleus seminis).
Gambar 2.5.2. (a) : Cengkeh (Syzygium aromaticum) (Aulia, 2016)
3. KANDUNGAN KIMIA CENGKEH
Senyawa utama yang terkandung dalam ekstrak daun cengkeh adalah senyawa eugenol yang merupakan komponen kunci dari perannya sebagai imunomodulator dan antiinflamasi (Apparecido et.al, 2009). Eugenol (𝐶10
𝐻12𝑂2) adalah turunan dari guaiakol yang memiliki rantai alkil tambahan, yang dikenal sebagai IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol(Aulia, 2016).
Eugenolyang berkisar 80-90% dominasi dalam minyak cengkeh (Apparecido et.al, 2009). Aroma cengkeh dihasilkan oleh senyawa eugenol (Wael et.al, 2018). Menurut Nurdjannah (2016) tergantung pada resepnya ada tiga jenis minyak cengkeh: minyak cengkeh, minyak cengkeh, dan minyak daun cengkeh. Bunga cengkeh mengandung 10-20% minyak, 5-
10% cengkeh dan 1-4% daun cengkeh. Isi utama minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol asetat dan caryophyllene.
Berdasarkan penelitian (Wael et.al, 2018), peneliti telah melakukan percobaan dengan mencit. Menurut metode penelitian, peneliti menggunakan ekstrak daun cengkeh dengan dosis 15 mg, 75 mg, dan 150 mg. 150 mg dosis ekstrak daun terbukti meningkatkan limfosit dalam penelitian ini karena banyak mengandung senyawa eugenol sebagai imunomodulator dalam meningkatkan proliferasi sel limfosit melalui produksi IL-2. IL-2 berfungsi untuk mengaktifkan sel limfosit T agar berproliferasi. Struktur kimia eugenol adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5.2. (b) : Struktur Kimia Eugenol(Aulia, 2016)
2.3.3. JAMUR TIRAM (Pleurotus ostratus) 1. KLASIFIKASI JAMUR TIRAM
Berdasarkan taksonominya, jamur tiram diklasifikasi seperti berikut (Kummer ,1871):
Kerajaan : Fungi
Filum : Basidiomycota Kelas : Agaricomycetes Bangsa : Agaricales Suku : Pleurotaceae Marga : Pleurotus
Jenis : Pleurotus ostreatus 2. MORFOLOGI JAMUR TIRAM
Menurut Rozana (2018) bentuk jamur tiram cukup bulat dan oval.
Permukaannya halus dan juga sedikit berminyak saat lembab dan memiliki tepi melengkung. Ukuran jamur tiram adalah 3-15 cm, batangnya tidak persis di tengah tutupnya, tetapi di tepinya. Ketika buahnya matang, akan pucat dan keras dan putih kekuningan. Tubuh jamur tiram juga memiliki batang yang tumbuh menyamping. Pada bagian atas tutup jamur tiram akan berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat ke putih dengan permukaan yang hampir halus, berukuran 5-20 cm dengan tutup yang halus agak melengkung. Jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang yang berukuran 8-11 × 3-4 μm dan berwarna putih yang dapat tumbuh cepat.
Selain itu, habitat jamur tiram sering pada potongan kayu atau batang pohon atau batang pohon tumbang. Morfologi jamur tiram ditunjukkan pada Gambar 2.5.3.
Gambar 2.5.3: Jamur Tiram (Pleurotus ostratus) (Rozana 2018)
3. KANDUNGAN KIMIA JAMUR TIRAM
Menurut Rozana (2018) jamur tiram memiliki senyawa ß-glisin yang bertindak sebagai imunomodulator. Selain itu, ß-glisin adalah polisakarida yang terkait dengan ß-glikosida yang membentuk ikatan polimer yang beragam secara molekuler, berukuran besar dan kompleks. Sifat imunomodulator ß-nikel dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia seperti kelarutan dalam air, serta ukuran molekul. Asam klorida yang ditemukan dalam jamur tiram adalah pleuran. Pleuran (ß-1, 3 D-glukan) adalah derifat dari poliglukosa yang diisolasi dari jamur tiram, pleuran tidak larut dalam air dan pelarut anorganik. Selain itu, senyawa kimia lain yang terdapat dalam jamur hitam adalah pleuran, protein (19-30%), karbohidrat (50- 60%), asam amino, vitamin B1 (Thiamin), B2 (Riboflavin), B3(Niacin), B5 (Pantothenic acid), B7 (biotin), vitamin C, mineral, kalsium,zat besi, fosfor, Mg, K, P, S, dan Z. Menurut Synytsya et.al (2009) jamur tiram hasil budidaya atau dikenal dengan genus Pleurotus merupakan sumber β-glukan biologis aktif. Secara parsial, β-glukan dari Pleurotus sp. (pleuran) telah digunakan sebagai suplemen karena aktifitas imunosupresifnya.
Berdasarkan penelitian (Rozana, 2018) peneliti menggunakan ekstrak etanol 20, 2 mg / bb / hari. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa ekstrak etanol mengandung senyawa yang dapat digunakan sebagai imunostimulan.
Imunostimulan
Imunosupresor
Imunoregulator Sintetis
Ramuan herbal dalam metode
penelitian
Biologis Penggunaan Ramuan
Herbal
Ramuan herbal yang sudah diuji klinis
Merangsang
Gambaran Orang tua
Melawan Antigen
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti 2.4. KERANGKA TEORI
Gambar 5: Kerangka Teori
Menghasilkan Sel Fagositosis
Non-Spesifik Spesifik
Sistem Imun Imunomodulator
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menggambarkan cara penggunaan ramuan herbal sebagai peningkat daya tahan tubuh oleh kalangan orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selain itu, penelitian ini menggunakan desain cross- sectional study dengan melakukan penelitian dalam satu tahapan atau satu periode waktu.
3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitan ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik USU (No: 454/KEP/USU/2020)
3.2.2. WAKTU PENELITAN
Pengambilan data untuk penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Juli sehingga Desember tahun 2020. Pengambilan data akan dilaksanakan sehingga jumlah sampel yang ditetapkan terpenuhi.
3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1. POPULASI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan populasi jumlah sampel sebanyak 257 orangtua mahasiswa.
3.3.2. SAMPEL PENELITIAN
Besar sampel untuk penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk menghitung besar sampel dari populasi yang sudah
diketahui pasti jumlahnya. Populasi pada penelitian ini terdapat sebanyak 257 orang.
Besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
𝑛 = 𝑁 1 + 𝑁𝑒2 Keterangan:
𝑛 = Besar sampel 𝑁 = Jumlah populasi
𝑒 = Batas toleransi kesalahan (Margin of error)
Berdasarkan rumus slovin, maka besar sampel pada penelitian ini adalah:
257
n = 1+257(0.1)
=
2573,57
n= 71.99 𝑛= 71 orang
Maka berdasarkan perhitungan rumus di atas, pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan ada sebanyak 71 orang.
3.3.3. CARA PEMILIHAN SAMPEL
Sampel dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik non-probability sampling jenis consecutive sampling yaitu pengambilan sampel yang digunakan semua populasi yang bersedia dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diinginkan terpenuhi(Sastroasmoro &
Ismael, 2011). Besar sampelnya adalah orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan ramuan herbal.
I. Kriteria Inklusi
a) Orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.
2
b) Pernah mengkonsumsi obat tradisional yang diklaim sebagai peningkatdaya tahan tubuh.
II. Kriteria Eksklusi
a) Tidak mengisi kuesioner sampai tuntas.
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 3.4.1. DATA PRIMER
Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data primer yang bermaksud data ini diperoleh secara langsung dari subjek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode angket berupa kuesioner yang telah tervalidasi (Lampiran D). Hasil kuesioner yang telah di isi akan dikumpulkan.
3.4.2. DATA SEKUNDER
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak universitas mengenai jumlah mahasiswa yang aktif kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.5. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode penggumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.
Angket adalah suatu cara penggumpulan data atau sesuatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Dalam penelitian ini digunakan angket terbuka. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan gambaran penggunaan ramuan herbal sebagai peningkat daya tahan tubuh di kalangan orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.5.1. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam pembuatan instrumen diperlukan langkah-langkah yang diteliti dan benar agar dapat memperoleh data yang memenuhi syarat dan dapat mewakili objek. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang berisikan 10 daftar pertanyaan mengenai ramuan herbal, dimana responden tinggal memilih salah satu jawaban atau menulis jawaban pada tempat yang telah tersedia.
3.5.2. VARIABEL
1. Variabel Indenpenden
Variabel independen penelitian ini adalah pengetahuan, alasan pemilihan, perilaku penggunaan ramuan herbal.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah orangtua mahasiswa.
3.6. METODE ANALISIS DATA
Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan program perangkat lunak statistik pada komputer. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Editing bertujuan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
2. Coding
Data yang telah dikumpulkan dan telah diperiksa ketepatan dan kelengkapannya telah diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer.
3. Entry
Setelah data dibersihkan dan diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.
4. Cleaning
Semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer harus diperiksa kembali agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving
Data disimpan dan siap dilakukan analisis data.
3.7. DEFINISI OPERASIONAL
Defenisi operasional dari penelitian diperlukan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan masing- masing variabel penelitian.
Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut:
Perkara Defnisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Hasil Pengukuran Umur Rentang kehidupan
yang diukur dengan tahun
Lembar persetujuan responden
Wawancara 12-16 tahun 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun
Nominal
Jenis Kelamin Identitas responden sesuai fisiologis atau fisiknya
Lembar persetujuan responden
Observasi Laki-laki, Perempuan
Nominal
Pendidikan Lamanya sekolah atau tingkatan tingkat
Lembar persetujuan responden
Wawancara SD = Sekolah Dasar
SMP = Sekolah Menegah Pertengahan
Ordinal
sekolah yang telah diikuti oleh responden
SMA = Sekolah Menengah Atas D3 = Diploma S1 = Sarjana S2 = Magister Pekerjaan Kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Lembar persetujuan responden
Wawancara Bekerja/Tidak bekerja
Nominal
Tanaman Obat Tumbuhan yang telah diidentifikasi dan diketahui manfaat dan telah terbukti khasiatnya
Angket Wawancara Jenis Tanaman
Obat
Nominal
Sumber Informasi Asal informasi yang diperoleh responden
Angket Wawancara Sumber Informasi
Tanaman Obat
Nominal
mengenai tumbuhan obat
Bagian Tumbuhan Unsur dari tumbuhan obat yang digunakan oleh responden sebagai peningkat daya tahan tubuh
Angket Wawancara Bagian Tumbuhan
yang Dimanfaatkan
Nominal
Cara Pengolahan Teknik pembuatan ramuan herbal yang digunakan
responden sebagai peningkat daya tahan tubuh
Angket Wawancara Cara Manfaatkan
Tumbuhan Obat
Nominal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan melalui kuesioner dengan menggunakan google form yang diberikan kepada responden. Sumber data penelitian adalah data primer yaitu hasil wawancara yang dilakukan terhadap respomden (n=73 orang) yaitu orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan pedoman wawancara berdasarkan angket yang berjumlah 10 pertanyaan terbuka.
Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan (16 Oktober - 5 November 2020).
Hasil penelitian dijelaskan di bawah ini.
Penilaian Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Karakteristik tersebut diperoleh melalui wawancara dengan orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara berdasarkan lembar responden.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
51 22
69.9 30.1 Usia
25-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun
1 10 47 15
1.4 13.7 64.4 20.5 Pekerjaan
Bekerja Tidak Bekerja
53 20
72.6 27.4 Pendidikan
SMA D3 S1 S2
21 1 45
6
28.8 1.4 61.6
8.2
Hasil Tabel 4.1 menyatakan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia antara 46-55 tahun sebanyak 47 orang (64,4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian Putra et al., (2020) tentang Kajian Etnofarmakologi Pemanfaatan Tanaman Obat Oleh Masyarakat Di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan ketika melakukan wawancara, usia diatas 50 tahun pastinya mereka lebih mengetahui dan berpengalaman dalam hal tanaman obat tradisonal.
Berdasarkan jenis kelamin didapati responden sebanyak perempuan 51 (69, 9%).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil observasi saat melakukan wawancara, perempuan memiliki lebih banyak waktu luang karena pada umumnya adalah ibu rumah tangga sedangkan pada umumnya laki-laki bekerja.
Tingkat pendidikan orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara sebagian besar adalah Sarjana (S1), sebanyak 45 orang (61,6%) dan sebanyak 53
orang (72,6%) orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara memiliki pekerjaan wiraswasta.
Adapun distribusi frekuensi orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang mengetahui tetang tumbuhan obat dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Gambaran Pengetahuan Tentang Tumbuhan Obat
Mengetahui Tetang Tumbuhan Obat
Frekuensi Persentase (%)
Ya 73 100.0
Tidak 0 0.0
Total 73 100.0
Sampel penelitian dibagi menjadi dua kategori berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan gambaran pengetahuan tentang tumbuhan obat. Sampel penelitian dikategorikan sebagai orang tua yang mempunyai pengetahuan tentang tumbuhan obat dan orang tua yang tidak mempunyai pengetahuan tentang tumbuhan obat. Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa mayoritas orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang mengetahui tentang tumbuhan obat sebanyak 73 orang (100 %). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Oktarlina et al., (2018) tentang Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Penggunaan Obat Tradisional di Desa Nunggalrejo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah yang menunjukkan hasil penelitian bahwa responden yang menggunakan obat tradisional (64,2%) merupakan responden yang memiliki pengetahuan baik tentang obat tradisional, sedangkan responden yang tidak menggunakan obat tradisional (65,7%) merupakan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik mengenai obat tradisional.
Adapun distribusi frekuensi sumber responden mengenai tumbuhan obat dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Sumber Informasi Sampel Penelitian Mengenai Tentang Tumbuhan Obat
Sumber Informasi Mengenai Tumbuhan Obat
Frekuensi Persentase (%)
Penyuluhan 3 3.6
Teman 5 6.0
Tetangga 7 8.4
Rujukan Ilmia 11 13.3
Keluarga 19 22.9
Media Massa 38 45.8
Total 83 100.0
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang mendapatkan informasi mengenai tumbuhan obat adalah melalui sumber media massa yaitu sebanyak 38 jawaban (45, 8%). Selanjutnya ditemukan sumber dari penyuluhan 3 jawaban (3, 6%). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dwisatyadini (2010) tentang Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif menunjukkan informasi yang diperoleh tentang tanaman obat keluarga (TOGA) melalui Puskesmas atau penyuluhan Tim Kesehatan sebesar 53%, informasi mengenai tanaman obat keluarga (TOGA) melalui media informasi 33%, informasi tentang tanaman obat keluarga (TOGA) secara turun temurun dari 14%.
Tabel 4.4 Distribusi Responden yang Menggunakan Tanaman Obat Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh.
Penggunaan Tumbuhan Obat Untuk Meningkatkan Daya
Tahan Tubuh
Frekuensi Persentase (%)
Ya 73 100.0
Tidak 0 0.0
Total 73 100.0
Sampel penelitian dibagi menjadi dua kategori berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan pemanfaatan tumbuhan obat untuk meningkatkan imunitas. Sampel penelitian dikategorikan sebagai orangtua yang menggunakan tanaman obat untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan orangtua yang tidak menggunakan tanaman obat untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas orangtua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebanyak 73 orang (100%). Saat ini, banyak obat atau suplemen diklaim bekerja untuk meningkatkan sistem kekebalan yang berasal dari tumbuhan. Salah satu cara untuk melindungi diri dari terjangkit virus ini adalah dengan meningkatkan atau menjaga kekebalan tubuh dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga (TOGA) seperti kunyit, jahe, dan lengkuas (Meilina et.al, 2020).
Tabel 4.5 Distribusi Jenis Tumbuhan Obat Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Jenis Tumbuhan yang digunakan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Nama Latin Frekuensi Persentase (%)
Pokok Betik Carica papaya L.
1 0.9
Safron Saffron crocus 1 0.9
Ketum Mitragyna speciosa
1 0.9
Ginseng Panax 1 0.9
Pokok Kelor Moringa oleifera 1 0.9
Lengkuas Alpinia galanga 1 0.9
Tongkat Ali Eurycoma longifolia
1 0.9
Cengkeh Syzygium aromaticum
1 0.9
Pokok Pandan Pandanus amaryllifolius
1 0.9
Kembang Sepatu Hibiscus rosa- sinensis L.
1 0.9
Tongkat Ali Eurycoma longifolia
1 0.9
Lidah Buaya Aloe vera 1 0.9
Pegaga Centella asiatica 2 1.9
Sirsak Annona muricata L.
2 1.9
Kecur Kaempferia galanga
2 1.9
Pokok Sukun Artocarpus altilis 2 1.9 Pokok Salam Syzygium
polyanthum
3 2.8
Kumis Kucing Orthosiphon aristatus
3 2.8
Halia Zingiber officinale
3 2.8
Temulawak Curcuma zanthorrhiza
4 3.7
Bawang Putih Allium sativum 4 3.7
Pokok Mambu Azadirachta indica
5 4.6
Kulit Manis Cinnamomum verum
5 4.6
Jintan Hitam Nigella sativa 6 5.6
Serai Cymbopogon citratus
8 7.4
Kunyit Curcuma longa L.
19 17.6
Jahe 26 24.1
Zingiber officinale
Total 108 100.0
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa mayoritas orangtua mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara menggunakan jahe sebagai tanaman obat, untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebanyak 26 jawaban (23, 6%) secara keseluruhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian Yuliant (2014) tentang Perangkat RPP Biologi SMA menunjukkan persentase tertinggi adalah 72,4% pada tanaman jahe (Zingiber officinale). Dari hasil wawancara diketahui bahwa tanaman ini sering dibudayakan atau ditanam di pekarangan untuk kebutuhan sehari-hari.
Jahe mudah ditanam dan banyak dijumpai di pekarangan, salah satunya banyak ditanam di pot dan jahe ini juga dimanfaatkan masyarakat Kelurahan Dusun Baru sebagai bumbu masakan.
Selanjutnya terkait dengan covid 19, sembari menunggu hasil dari bercocok tanam, dapat juga membeli umbi jahe, kunyit, temulawak dan serai terlebih dahulu,
(Handriatni 2020). Senyawa- senyawa dalam jahe merah dilaporkan memiliki khasiat sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, analgesic, diuretic, antijamur, antikanker, dan antivirus (Kaushik et al. 2020).
Pada Tabel 4.6 terlihat beberapa jenis tumbuhan obat, bagian yang digunakan, cara pengolahan dan cara yang digunakan oleh orangtua mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Table 4.6 Cara Pengolahan Tumbuhan Obat Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh No Jenis-Jenis
Tumbuhan Obat
Nama Latin
Bagian Yang Dimanfaatkan
Cara Pengolahan
Cara Pemanfaatan
nya 1.
Serai
Cymbopogon citratus
Akar Dibuat minuman Diminum Umbi, Batang,
Daun Direbus dan Diseduh Diminum Akar Dan Batang Ditaruh di Air Diminum
Daun,Isi Rebus Diminum
Keseluruhannya Dibuang Kulitnya
Terlebih Dahulu
Diiris kemudian direbus bersama dengan air panas lalu ditambahkan madu di
akhir
Diminum
Akar, Daun Direbus dengan air.
Dijadikan bandrek
Diminum
Batang Dimasak Dimakan
2.
Jintan Hitam
Nigella sativa
Biji Tidak tahu Dimakan
Biji Dibuat minum Diminum
Tidak Tahu Diminum Diminum
Ekstrak Dalam bentuk obat Diminum Tidak Tahu
Di buat minum dan masakan
Diminum dan dimakan Daun Beli dari toko Dimakan Di Ekstrak
Menjadi Minyak
Mengimbangi dan mengekalkan daya
imunisasi Obat luar 3.
Pokok Betik Carica papaya L.
Daun
Tumbuk daun tersebut kemudian
perah jus
Tersebut Diminum
4. Akar Direbus Diminum
Isi
Direbus campur
sama madu Diminum
Isi Di rebus Diminum
Jahe
Zingiber officinale
Daun
Diracik menjadi
sebuah tablet Dimakan Umbi, Akar,
Daun
Direbus
Diminum, dimakan dan sebagai obat
luar Umbi, Batang,
Daun Direbus dan diseduh Diminum Kulit Kayu
Manis, Umbi
Di rebus agau dikeringkan terlebih
dahulu
Diminum, dimakan Rimpang
Di geprek lalu dimasukkan ke air
hangat Diminum
Akar Dan Batang Ditaruh di air Diminum
Daun, Umbi Dimasak Diminum
Daun,Isi Rebus Diminum
Isi Direbus Dimakan
Keseluruhannya Dibuang Kulitnya
Terlebih Dahulu
Diiris kemudian direbus bersama dengan air panas lalu ditambahkan madu di
akhir Diminum
Akar, Daun Direbus dengan air.
Dijadikan bandrek Diminum
Umbi Direbus Diminum
Akar Diseduh, direbus Diminum
Buah Dimasak Diminum
Umbi, Akar,
Daun Rebus Diminum
Batang Direbus Diminum
Ekstrak Di rebus Diminum
Isi
Potong kecil dan
dikacau dalam air teh Diminum Umbi Dipotong kecil-kecil Diminum
Daun Direbus bisa, mentah bisa
Dimakan
5.
Kunyit
Isi Dimasak Dimakan
Umbi
Direbus dalam air
panas Diminum
Umbi
Diparut dan direbus dalam air sehingga
mendidih Diminum
Umbi Dimasak Dimakan