• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PEMBERIAN BERBAGAI JENIS PUPUK CAIR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN LADA PERDU TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPON PEMBERIAN BERBAGAI JENIS PUPUK CAIR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN LADA PERDU TUGAS AKHIR"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

i

RESPON PEMBERIAN BERBAGAI JENIS PUPUK CAIR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN LADA PERDU

TUGAS AKHIR

OLEH:

Siska Rusdin 1522040485

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP 2018

HALAMAN PENGESAHAN

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Juni 2018 Yang membuat penyataan,

Siska Rusdin

KATA PENGATAR

(5)

v

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidaya-Nya lah sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan TUGAS AKHIR di Kebun Percobaan Sukamulya yang berada di Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi dibawah naungan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) Bogor.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil percobaan yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Sukamulya yang berada di Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi milik Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) Bogor.

Dengan selesainya laporan ini diucapkan terima kasih kepada berbagai pihak utamanya kepada kedua orang tua serta keluarga yang telah banyak memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan percobaan dan laporan dengan baik. Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Asmawati, S. P.,M. Si. dan Sitti Inderiati, S. P.,M. Biotech selaku dosen pembimbing

2. Dr. Syahruni Thamrin, S.P., M. Si. dan Dr. Junaedi, S.P., M. Si. selaku dosen penguji

3. Dr. Junaedi S.P.,M. Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

4. Dr. Ir. Darmawan M. P. selaku Diektur Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan.

(6)

vi

5. Seluruh dosen dan teknisi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan serta staf Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang selama ini membimbing dan mendidik kami.

6. Teman - teman mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, terkhusus mahasiswa jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Angkatan XXVIII.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan mendapatkan pahala disisi Allah SWT.

Pangkep, Februari 2018

Penulis

(7)

vii RINGKASAN

SISKA RUSDIN (1522040485). Respon pemberian berbagai jenis pupuk cair terhadap laju pertumbuhan lada perdu dibimbing oleh Asmawati dan Sitti Inderiati.

Percobaan ini bertujuan membandingkan pertumbuhan bibit lada perdu pada pemberian berbagai jenis pupuk organik cair. Pupuk organik cair diberikan dengan konsentrasi yang sama dan dilakukan selama 2 bulan di kebun percobaan Sukamulya. Percobaan menggunakan metode rancangan acak kelompok yang terdiri atas empat perlakuan yaitu pupuk cair ajinomoto10 ml/L air, pupuk cair organik 10 ml/L air, Bio–Triba 10 ml/L air, dan tanpa pemberian pupuk cair.

Pupuk cair diaplikasikan setelah setek cabang buah berumur 1 bulan di pembibitan dengan cara di semprotkan pada permukaan daun. Untuk mengetahui laju pertumbuhan, dilakukan pengukur tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang setiap 2 minggu setelah aplikasi pemupukan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh pada bibit yang tidak diberikan perlakuan pupuk (kontrol), perlakuan pupuk cair Ajinomoto dengan konsentrasi 10 ml/L air menghasilkan jumlah daun terbanyak dan diameter batang terbesar, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Kata kunci: Lada perdu, setek, pupuk cair.

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ……….. .. ii

PERNYATAAN ………. . iii

KATA PENGANTAR ………... v

ABSTRAK ……….. vi

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ………. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Lada ……….. 3

2.2 Air Kelapa ……… 4

2.3 Bonggol Pisang ……… 5

2.4 Air Cucian Beras ……….. 5

2.5 Buah Maja ……… 6

2.6 Ajinomoto ……… 6

2.7 Bio-Triba ……….. 6

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ………... 8

3.2 Alat dan bahan ……….. 8

3.3 Prosedur kerja ………... 8

3.4 Metode percobaan ……… 11

3.5 Parameter Pengamatan ………. 11

IV. HASIL Dan PEMBAHASAN 4.1 Hasil ……….. 12

4.2 Pembahasan ……….. 14

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….... 16

5.2 Saran ………... 16

DAFTAR PUSTAKA ………. 17

LAMPIRAN ……… 20

RIWAYAT HIDUP ………. 25

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Rata-rata jumlah daun bibit tanamana lada perdu dengan

berbagai pemberian pupuk organik cair ……… 12 2. Rata-rata tinggi tanaman bibit tanaman lada perdu dengan

berbagai pemberian pupuk organik cair ………. 13 3. Rata-rata diameter batang bibit tanaman lada perdu dengan

berbagai pemberian pupuk organik cair ……….. 13

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Denah percobaan di lapangan ……… 21 2. Rata-rata jumlah daun bibit tanaman lada perdu dengan

berbagai pemberian jenis pupuk cair dan sidik ragamnya ………... 22 3. Rata-rata tinggi tanaman bibit tanaman lada perdu dengan

berbagai pemberian jenis pupuk cair dan sidik ragamnya ………… 23 4. Rata-rata diameter batang tanaman lada perdu dengan

berbagai pemberian jenis pupuk cair dan sidik ragamnya …………. 24

(11)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman lada (Pipper nigrum Linn.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat atau sebagai salah satu sumber utama pendapatan petani. Usaha tani lada di Indonesia umumnya diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat dan telah dikembangkan secara luas di berbagai wilayah di Indonesia. Dengan demikian, tanaman lada merupakan komoditi strategis bagi perekonomian nasional sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, bahan baku industri, dan komsumsi langsung (Yuhono, 2005).

Daerah sentra produksi tanaman lada meliputi Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan (Badan Litbang Pertanian, 2013). Nilai ekspor lada sebesar 140,31 juta dollar Amerika Serikat, menempati urutan keempat setelah minyak sawit, karet, dan kopi (Ditjetbun, 2010).

Dalam pembudidayaan lada dikenal dua macam, yaitu lada panjat dan lada perdu. Umumnya petani melakukan budidaya lada panjat walaupun mempunyai beberapa kekurangan, antara lain memerlukan modal yang tinggi karena harus menggunakan tiang panjatan dan memanennya memerlukan tangga. Budidaya lada perdu merupakan alternatif teknik budidaya tanpa tiang panjatan karena bibit yang berasal dari cabang buah dapat tumbuh tegak sehingga pembudidayaannya tidak memerlukan panjatan sebagai penegak.

(12)

2

Salah satu kendala pengembangan budidaya lada perdu adalah penyediaan bibit yang lebih sulit dan butuh waktu yang lebih lama sehingga harga bibitnya relatif lebih mahal dibandingkan dengan bibit lada panjat. Untuk mengatasi masalah harga bibit, pembibitan dapat dilakukan sendiri dengan memperhatikan teknik dan persyaratan pembibitan yang baik agar diperoleh bibit yang berkualitas dan berproduksi tinggi. Salah satu tahapan yang perlu diperhatikan dalam pembibitan adalah pemeliharaan bibit, yakni pemupukan.

Pemupukan dapat menggunakan pupuk organik yang dapat dibuat dengan menggunakan limbah organik yang ada di lingkungan sekitar. Penggunaan pupuk organik merupakan alternatif pengganti pupuk kimiawi yang relatif mahal dan mengakibatkan residu yang dapat mencemari lingkungan. Selain itu, kandungan hara pupuk organik terutama pupuk organik cair lebih cepat tersedia dan mudah diserap oleh bagian daun dan batang tanaman (Pardosi et al., 2014).

Untuk mengetahui respon pertumbuhan lada perdu pada pemberian pupuk organik cair, dilakukan percobaan aplikasi beberapa jenis pupuk cair pada pembibitan lada perdu.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan percobaan ini adalah membandingkan pertumbuhan bibit lada perdu pada pemberian berbagai jenis pupuk organik cair. Percobaan bermanfaat untuk menentukan jenis pupuk cair yang menghasilkan pertumbuhan lebih baik untuk selanjutnya digunakan untuk penyiapan bibit pada budidaya tanaman lada.

(13)

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Lada

Lada merupakan tanaman merambat yang hidup pada iklim tropis dan bijinya dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Aroma dan rasa lada sangat khas, sehingga menjadi bagian dari resep masakan atau sebagai bumbu makanan (Mediatani, 2015). Tanaman lada termasuk famili dengan piperaceae yang berasal dari india dan menyebar luas ke berbagai benua terutamanya benua Asia.

Bentuk batang pada tanaman lada adalah beruas-ruas seperti tanaman tebu dengan panjang ruas bukunya berkisar 4–7 cm. Hal ini tergantung pada tingkat kesuburan. Panjang ruas buku pada pangkal batang biasanya lebih pendek dibandingkan dengan ruas yang berada pada pertengahan dan diujung batang, sedangkan ukuran diameter batang rata-rata berukuran 6–25 mm.

Perbanyakan tanaman lada dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif berasal dari biji dan dilakukan untuk keperluan penelitian. Cara yang praktis dan efesien dalam perbanyakan tanaman lada adalah secara vegetatif dengan menggunakan setek batang atau sulur panjat karena dapat menghasilkan benih yang seragam dan lebih mewarisi sifat-sifat induknya (Suwarto, 2016).

Budidaya tanaman lada dapat diusahakan dalam dua jenis yaitu lada panjat dan lada perdu. Dalam pembudidayaan lada perdu, belum diusahakan pada area yang cukup luas. Pada pembuatan benih lada perdu, bahan setek yang digunakan adalah cabang atau sulur buah, tanaman lada yang diperoleh dengan setek cabang buah saja.

(14)

4

Perbanyakan bibit lada perdu secara vegeratif diambil dari batang sekunder (cabang buah) yang tumbuh dari batang penegak. Sulur ini tidak memiliki akar pelekat dan apabila ditanam akan menghasilkan buah lebih cepat.

Sulur buah ini digunakan untuk bahan setek lada perdu (Balittro, 1996).

2.2 Air Kelapa

Pada perbanyakan secara vegetatif dengan setek, pemberian zat pengatur tumbuh dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar sehingga akar lebih baik dan lebih banyak. Air kelapa merupakan cairan endosperma buah kelapa yang mengandung senyawa-senyawa biologi yang aktif., air kelapa mengandung komposisi kimia yang unik yang terdiri dari mineral, vitamin, gula, asam amino, dan fitohormon yang memiliki efek signifikan terhadap pertumbuhan tanaman. Air kelapa muda juga merupakan suatu bahan alami yang di dalamnya terkandung terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l yang dapat merangsang pertumbuhan tunas, hormon auksin 0,07 mg/l dan sedikit giberelin serta senyawa lain yang dapat membantu perkecambahan dan pertumbuhan (Winarto dkk, 2015).

Penggunaan air kelapa muda ini terbukti dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam penelitian Siahaan (2004) memperlihatkan bahwa penggunaan air kelapa muda sebagai ZPT dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe merah.

(15)

5 2.3 Bonggol Pisang

Bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral penting (Munadjim, 1983). Bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4%

(Sukasa dkk, 1996).Bonggol pisang mengandung mikroba pengurai bahan organik,mikroba tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun pada bagian dalam, jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger. Mikroba tersebut merupakan pengurai bahan organik (Suhastyo, 2011). Pemanfaatan bonggol pisang ini memiliki keuntungan yaitu mudah ditemukan, bahan dasar murah karena memanfaatkan limbah, waktu pengolahan atau pembuatan singkat, dan ramah llingkungan.

2.4 Air Cucian Beras

Air cucian beras mengandung banyak nutrisi yang terlarut di dalamnya diantarnya adalah 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90% vitamin B6, 50% mangan, 50%

fosfot, 60% zat besi (Nurhasanah, 2011). Vitamin B mempunyai peranan di dalam metabolisme tanaman dalam hal mengkonversikan karbohidrat menjadi energi untuk menggerakan aktifitas di dalam tanaman dan kandungan unsur hara yang terdapat dalam air cucian beras mampu memacu pertumbuhan akar, batang, dan daun (Wulandari et al, 2012). Air cucian beras mempunyai banyak manfaat untuk tanaman, mudah diperoleh petani dan ramah lingkungan memiliki harga yang murah sehingga dapat terjangkau oleh petani (Abidin, 1990).

(16)

6

Berdasarkan hasil penelitian (istiqomah, 2012) bahwa air cucian beras berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tomat dan terong, dengan konsentrasi air cucian beras yang digunakan yaitu 0.25 L, 0.5 L, 0.75 L dan 1 L, konsentrasi 1 L atau 100% ml memberikan pengaruh yang paling efektif terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman tomat dan terong.

2.5 Buah Maja

Buah maja mengandung unsur-unsur makro yang di butuhkan untuk mendukung pertumbuhan vegetatif, unsur-unsur makro tersebut antara lain nitrogen sebesar 12.911 mg/L, fosfot sebesar 80.2483 mg/L, kalium sebesar 1.956 mg/L, serta karbon sebesar 7.061 mg/L (Permentan N. 70 Tahun 2011).

2.6 Ajinomoto

Ajinomoto atau MSG mempunyai kandungan 78% Glutamat, 12% Natrium, dan 10% air (Judarwanto, 2010). MSG juga mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, khususnya unsur makro, MSG memiliki unsur-unsur seperti C, H, O, N. Unsur N (Nitrogen) berguna untuk merangsang pertumbuhan tanaman khususnya batang, cabang, dan daun. Secara mikroskopis unsur N diperlukan untuk pembentukan protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lainnya dalam tanaman.

2.7 Bio-Triba

a) Kandungan Bio-triba menurut (Tombe, 2010) adalah sebagai berikut:

Nitrogen (N2) cukup tersedia di udara (± 70%) tetapi tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, dengan bantuan Bio-triba BT2 Nitrogen (N2) diudara difiksasi menjadi NH3, sehingga dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman.

(17)

7

b) Ketersediaan P dalam tanah sangat rendah karena terikat oleh mineral tanah. Bio-triba mengandung bakteri pelarut P yang telah teruji, meningkatkan asam organik, meningkatkan tersediaan P dan efesiensi penggunaan pupuk fosfot (P).

c) Pemberian Bio-triba BT2 sebagai pupuk hayati akan meningkatkan populasi mikroorganisme pelarut P dan penambah N, akan meningkatkan produktivitas tanaman, sehingga pemupukan akan lebih murah dan efesien.

d) Bio-triba BT2 mengandung mikroorganisme yang memproduksi senyawa antibiotik yang dapat mengendalikan pathogen penyakit dan menginduksi ketahanan tanaman.

(18)

8

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan pada Januari hingga April 2018 di Kebun Percobaan Sukamulya, Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar, Kebupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Kebun percobaan berada pada ketinggian 350 m dpl, mempunyai tipe iklim A menurut Ferguson dan B2 menurut Oldeman, jenis tanah latosol merah dengan pH 5-5,5. Curah hujan pertahun berkisar antara 2500-3000 mm, jumlah hari hujan antara 160-200 hh pertahun, suhu udara minimum 17oC dan suhu maksimum 32oC dengan kelembaban udara 50-90%.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, jergen, waskom, timbangan,parang, sigma (jangka sorong), gunting setek, alat tulis menulis, alat penyemprotan, termometer dan camera. Adapun bahan yang digunakan adalah tanah, bonggol pisang, air kelapa, air cucian beras, buah maja, ajinomoto, pupuk organik cair merek Bio-triba, polybag, bambu, label (plastik viber), plastik sungkup, dan tali rapiah.

3.3 Prosedur Kerja

1. Pembuatan pupuk organik cair (PO)

a. Pupuk organik cair dibuat dari campuran bonggol pisang, buah maja, air kelapa, air cucian beras, cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Bonggol pisang 50 kg dicacah dan dicampur dengan 2 liter air cucian beras, air kelapa 1 liter dan 2 kg daging buah kemudian diaduk sampai merata,

(19)

9

selanjutnya campuran dimasukkan kedalam jergen untuk difermentasi selama 2 minggu. Pemberian pupuk organik diberikan setelah tanaman berumur satu bulan dan diaplikasikan pada sore hari. PO diukur sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi ait satu liter dan dikocok hingga rata kemudian diaplikasi dengan cara disemprotkan secara merata pada permukaan atas daun.

b. Bio-triba (BT) diukur sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam botol semprot yang berisi air satu liter dan dikocok hingga rata kemudian diaplikasikan ke tanaman lada perdu. Pembuatannya dilakukan pada saat akan diaplikasi dengan cara disemprotkan secara merata pada permukaan atas daun.

c. Ajinomoto (A) ditimbang sebanyak 10 gr dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi air satu liter dan dikocok hingga larut. Pembuatannya dilakukan pada saat akan diaplikasi dengan cara disemprotkan secara merata pada permukaan atas daun.

2. Pembuatan Media Tanam

Polybag yang berukuran 15cm x 20 cm diisi media tanah dan diberi label kemudian disusun sesuai dengan perlakuan dan ulangan yang telah ditentukan di tempat persemaian. Media tanam dibiarkan selama 2 minggu atau sampai tumbuh rumput-rumput halus yang menandakan bahwa media telah siap untuk ditanami.

Sebagai penaung, dibuat sungkup setinggi kurang lebih 1 meter dengan lebar 1,2 meter dan panjang sungkup tergantung dengan kebutuhan.

(20)

10 3. Penanaman benih lada perdu

a. Benih lada perdu adalah sulur atau cabang buah yang diambil dari sulur panjat pada tanaman lada panjat yang berumur 3 tahun. Sulur buah dipotong-potong menjadi setek satu ruas ujungnya dipotong miring 45º;

b. Setek direndam didalam larutan fungisida antracol selama 15 menit dan dicelupkan ke dalam Rotoone F;

c. Setek ditanam dalam polybag, ½ batang setek dibenamkan dalam tanah.

4. Pemasangan sungkup

Sungkup dibuat dari bambu setinggi kurang lebih 1 meter, lebar 1,2 meter yang diikat menggunakan tali rapiah dan ditutup menggunakan plastik warna putih.

Penyungkupan bibit lada perdu dilakukan selama 1bulan untuk menjaga kelembaban dan suhu yang ada di sekitar bibit dan untuk membantu dalam proses pertumbuhan.

5. Aplikasi pupuk

Pupuk organik cair diaplikasikan setelah tanaman berumur 1 bulan di pembibitan yang dilakukan setiap 2 minggu selama 3 kali. Konsetrasi yang digunakan: PO 10 ml/liter air, BT 10 ml/liter air, dan A 10 ml/liter air yang disemprotkan secara merata pada permukaan atas daun dan dilakukan pada sore hari.

6. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setelah pembukaan sungkup yang dilakukan sekali sehari (sore hari) dan pembersihan gulma apabila ada yang tumbuh di dalam polybag yang dapat menggangu proses pertumbuhan bibit lada perdu.

(21)

11 3.4 Metode Percobaan

Percobaan disusun dalam bentuk rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan berbagai jenis pupuk organik cair dan 1 kontrol. Masing-masing perlakuan disimbolkan sebagai berikut:

A : 10 gr ajinomoto/liter air PO : 10 ml pupuk organik cair/liter air BT : 10 ml bio-triba/liter air K : kontrol

Masing-masing perlakuan diulangi selama 3 kali (3 kelompok), setiap ulangan terdiri 10 unit polybag (setek lada) sehingga terdapat 120 unit percobaan (tanaman).

3.5 Parameter Pengamatan

Pengukuran dilakukan pada akhir percobaandengan parameter sebagai berikut:

a. Jumlah daun (helai)

Daun yang dihitung daun yang terbentuk sempurna sampai akhir percobaan.

b. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tanaman menggunakan penggaris.

c. Diameter batang (cm)

Diameter batang diukur pada bagian pangkal batang menggunakan jangka sorong.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang menyangkut penjadwalan terdiri dari dua masalah yang saling berhubungan yaitu Economic dispatch digunakan untuk membagi daya yang harus

Terlepas dari praktik tanggung renteng sebagai perwujudan modal sosial, beberapa penelitian pernah dilakukan berkaitan dengan modal sosial dengan format perwujudan yang berbeda

Proksi mekanisme good corporate governance adalah kepemilikian institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dan jumlah dewan komisaris.  Analisa regresi

Penelitian ini bermaksud mencari kebenaran dan makna akan fungsi musik yang mampu menjadi sebuah alternatif penyampaian nilai-nilai dakwah dengan balutan aliran musik yang

Secara parsial diperoleh pengaruh dari citra toko terhadap keputusan pembelian sebesar 45,58% lebih besar dari pengaruh kualitas pelayanan terhadap

(1)  Salah  satu  asumsi  teori  makna  asali  adalah  bahwa  makna  tidak  dapat  dideskripsikan  tanpa  memakai  perangkat  “makna  asali”.  Makna  asali 

Gunarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan

Salah satu cara muda untuk menjawab tantangan kebutuhan benih nilam unggul adalah penggunaan benih dari perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan setek.. Setek nilam