Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
OLEH
DEDEH KURNIA
1302870
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL TESIS
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Disusun Oleh Dedeh Kurnia
1302870
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing
Dr.Yusi Riksa Yustiana, M.Pd NIP.19661115199102 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul “Konseling Spiritual Teistik untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Tahun Ajaran 2014/2015” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menerima resiko yang
dijatuhkan apabila dikemudian hari adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
DEDEH KURNIA.1302870. Konseling Spiritual Teistik untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa. (Penelitian Kuasi Eksperimenz Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Penelitian dilatarbelakangi oleh lemahnya kedisiplinan siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab Bandung, kelemahan ditunjukkan dengan ketidakmampuan siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung dalam menunjukkan perilaku yang sesuai aturan dan norma di sekolah. Penelitian bertujuan menguji efektivitas konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kedisiplinan yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen dan disain pre test post test control group disain, analisis data uji statistik menggunakan teknik kolmogorov smirnov test untuk mengetahui signifikansi konseling spiritual teistik terhadap kedisiplinan siswa. Hasil penelitian dengan penghitungan statistik kolmogorov smirnov test menunjukkan konseling spiritual teistik efektif meningkatkan kedisiplinan siswa dengan total 2,646 harga p 0,000. Meskipun hasil total menunjukkan nilai efektif dengan harga p dibawah 0,001, akan tetapi terdapat hasil yang tidak signifikan yakni (1), sub aspek kepatuhan, dengan hasil 1,512 harga p 0,21, (2),bersedia menerima sanksi apabila melanggar norma, dengan hasil 3,78 harga p 999, (3), bersedia menerima sanksi apabila melanggar aturan, dengan hasil 1,134 harga p 153, (4), kemampuan menjalankan aturan dengan penuh tanggung jawab, dengan hasil 1,323 harga p 0,60. Berdasarkan hasil penelitian rekomendasi ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk dapat mengimplementasikan konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, dengan menggunakan panduan pelaksanaan konseling spiritual teistik dan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai kedisiplinan siswa dengan konselling spiritual tesitik menggunakan metode action research.
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
DEDEH KURNIA, 1302870. Teistic Spiritual Counseling To Increase Student’s Discipline (Kuasi Experiment Research For Second Grade (VIII) On MTsN Cikancung, Period 2014/2015).
The research is based on discipline weakness of MTs N Cikancung student, Cicalengka, Bandung. The weakness has been showed by them with their disabilities to show suit attitude with school norm and rules. The research aimed to test and to know efectivity of teistic spiritual counseling to increase discipline on second grade student of MTsN Cikancung Cicalengka Bandung period 2014/2015. This research used kuantitaif approach with experiment quasi method and pre test post test control group design. On the other hand, this research used data analysis and statistic with kolmogorov smirnov test technique to know the signifancies of teistic spiritual counseling of student’s discipline.
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
ABSTRAK... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Rumusan Masalah... 6
D. Pertanyaan Penelitian... 6
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian... 7
G. Sistematika Penelitian... 8
BAB II KONSEP KONSELING SPIRITUAL TEISTIK DAN KEDISIPLINAN A. Konseling Spiritual Teistik... 9
1.Konsep Spiritualitas... 9
2.Pengertian, Asumsi, Karakteristik dan Kontribusi Konseling Spiritual Teistik... 10 3.Peranan Konseling Spiritual Teistik... 11
4.Tujuan Konseling Spiritual Teistik... 12
5.Peranan Konselor dalam Konseling Spiritual Teistik... 13
6.Penggunaan Konseling Spirittual Teistik Secara Individual dan Kelompok... 15 7. Teknik Konseling Spiritual Teistik... 16
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. Keberhasilan Konseling Spiritual Teistik... 22
B. Konsep Disiplin... 23
1. Pengertian Disiplin... 23
2. Disiplin Sebagai Wujud dari Kemampuan Mengendalikan Diri... 24
3. Perlunya Disiplin... 25
4. Perkembangan Disiplin... 26
5. Disiplin Pada Usia Remaja... 29
6. Pengendalian Diri Dalam Disiplin... 30
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin... 31
8.Upaya untuk Menegakkan Disiplin... 32
9.Strategi-Strategi Pengembangan Disiplin... 33
C. Posisi Konseling Spiritual Teistik Pada Keilmuan BK... 34
D. Penelitian Terdahulu... 36
E. Kerangka Penelitian... 38
F. Asumsi Penelitian... 38
G. Hipotesis... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Disain Penelitian... 41
B. Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian... 42
C. Variabel dan Definisi Operasional... 43
D. Pengembangan Instrumen Penelitian... 46
1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen... 46
2. Pedoman Skoring... 48
3. Uji Validitas Rasional ... 49
4. Uji Validitas Butir Item... 49
5. Uji Realibitas Instrumen... 50
6. Penimbang Program... 53
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Program Konseling Spiritual Teistik untuk Meningkatkan
Kedisiplinan
54
G. Evaluasi... 65
H. Analisis Data Efektivitas... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Umum Tingkat Kedisiplinan Siswa MTs Negeri Cikancung
Cicalengka Kab. Bandung Tahun
Ajaran2014/2015...
67
B. Pelaksanaan Konseling Spiritual Teisrik Untuk Meningkatkan
Kedisiplinan... 68
C. Efektivitas Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan
Kedisiplinan Siswa...
129
D. Pembahasan... 130
E. Keterbatasan Penelitian... 138
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan... 144
B. Rekomendasi... 145
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Teknik Konseling Spiritual Teistik... 16
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Siswa Sebelum Validasi... 47
Tabel 3.2 Konfersi Jawaban Responden... 49
Tabel 3.3 Evaluating Realibility Coeficient... 50
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Siswa Sebelum Validasi... 51
Tabel 3.5 Kategorisasi Kedisiplinan Siswa... 53
Tabel 3.6 Penetapan Sampel... 54
Tabel 3.7 Kategorisasi Kedisiplinan... 56
Tabel 3.8 Presentasi Tingkat Kedisiplinan Siswa... 56
Tabel 3.9 Penyelenggaraan Konseling Spiritual Teistik dan Konseling Kelompok... 63 Tabel 3.10 Rancangan Intervensi... 64
Tabel 4.1 Tingkat Kedisiplinan Siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015... 67 Tabel 4.2 Tingkat Kedisiplinan Siswa Berdasarkan Aspek... 67
Tabel 4.3 Daftar Konseli... 69
Tabel 4.4 Pelaksanaan Intervensi Sesi I dan II... 70
Tabel 4.5 Verbatim Konseling Sesi I ... 72
Tabel 4.6 Verbatim Konseling Sesi II... 75
Tabel 4.7 Lembar Observasi Sesi I dan II... 77
Tabel 4.8 Lembar Kerja Konseli Sesi I dan II... 78
Tabel 4.9 Pelaksanaan Intervensi Sesi III dan IV... 80
Tabel 4.10 Lembar Observasi Sesi III dan IV... 81
Tabel 4.11 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi III... 83
Tabel 4.12 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi IV... 86
Tabel 4.13 Lembar Kerja Konseli Sesi III dan IV... 88
Tabel 4.14 Pelaksanaan Intervensi Sesi V dan VI... 89
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.16 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi V... 93
Tabel 4.17 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi VI... 97
Tabel 4.18 Lembar Kerja Sesi V dan VI... 99
Tabel 4.19 Pelaksanaan Intervensi Sesi VII dan VIII... 101
Tabel 4.20 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi VII... 103
Tabel 4.21 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi VIII... 106
Tabel 4.22 Dan Lembar Observasi Sesi VII dan VIII... 108
Tabel 4.23 Lembar Kerja Sesi VII dan VIII... 109
Tabel 4.24 Pelaksanaan Intervensi Sesi IX dan X... 111
Tabel 4.23 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi IX... 113
Tabel 4.24 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi X... 116
Tabel 4.25 Lembar Observasi Sesi IX dan X... 118
Tabel 4.26 Lembar Kerja Sesi IX dan X... 119
Tabel 4.27 Pelaksanaan Intervensi Sesi XI dan XII... 120
Tabel 4.28 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi XI... 121
Tabel 4.29 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi XII... 125
Tabel 4.30 Lembar Observasi Sesi XI dan XII... 127
Tabel 4.31 Lembar Kerja Sesi XI dan XII... 128
Tabel 4.32 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Test... 129
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Penelitian... 40
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis
Lampiran II Program Konseling Spiritual Teistik Untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Lampiran III Panduan Pelaksanaan Konseling Spiritual Teistik
Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Lampiran IV Verbatim Konseling
Lampiran V Rancangan Intervensi Konseling Spiritual Teistik
Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Lampiran VI Hasil Angket Konseling Spiritual Teistik Untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Lampiran VIII Data Hasil Penghitungan Statistik
Lampiran IX Dokumen Photo
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis ... 185
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 187
Lampiran 3 Verbatim Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan
Karakater Transenden Konseli SU
... 1
88
Lampiran 4 Verbatim Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan
Karakater Transenden Konseli RA
... 2
65
Lampiran 5Verbatim Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan
Karakater Transenden Konseli NA
... 2
85
Lampiran 6Aktivitas Setiap sesi Konseling Spiritual Teistik untuk
Mengembangkan Karakater Transenden Konseli SU.
... 2
99
Lampiran 7 Aktivitas Setiap sesi Konseling Spiritual Teistik untuk
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
... 3
14
Lampiran 8 Aktivitas Setiap sesi Konseling Spiritual Teistik untuk
Mengembangkan Karakater Transenden Konseli NA.
... 3
29
Lampiran 9 Hasil Angket Konseling Spiritual Teistik Mengembangkan
Karakater Transenden.
... 3
40
Lampiran 10 Dokumentasi Photo Kegiatan Aktivitas Konseling Spiritual
Teistik untuk Mengembangkan Karakater Transenden
... 3
66
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
... 3
1
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan bukan hanya bertujuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan yang akan berimplikasi terhadap berkembangnya kecerdasan kognitif
akan tetapi memiliki peranan dalam pembentukan perilaku peserta didik.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, menyatakan sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat dan negara.
Peran pendidikan akan membantu peserta didik dalam mengembangkan
keterampilan-keterampilan diri, sehinggasiswa yang berada pada rentang usia remaja
dapat menunjukkan pribadi terpelajar sebagai gambaran remaja yang memiliki
kemampuan untuk bersikap positif. Pendidikan secara sistematis mengembangkan
seluruh potensi remajabaikfisik maupun psikologis sebagai wujud keberhasilan proses
pendidikan. Soedijarto (2009,hlm.20) menyatakan keberhasilan pendidikan adalah
menjadikan manusia yang utuh, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang
mengenal diri sendiri, mampu mengendalikan diri secara konsisten dan memiliki rasa
empati. Dengan kata lain pendidikan mengembangkan seluruh potensi remajabaik
berkaitan dengan pengembangan intelektual maupun non intelektual.Pengembangan
potensi menyangkut pengembangan fisik, rohani, psikologis, maupun religius.
Berkaitan dengan pengembangan non intelektual, pendidikan memiliki pengaruh
terhadap perilakudisiplinyang ditunjukan yaitu kemampuan dalam mengembangkan
kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan dan norma di sekolah. Kemampuan siswa dalam
menunjukkan perilaku disiplin penting dimiliki oleh siswa karena melalui perilaku
disiplin siswa akan dapat mengarahkan tindakan-tindakan yang akan ditunjukkan hanya
perilaku yang positif dan terpelajar. Kemampuan siswa dalam menunjukkan perilaku
2
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
remaja awal yakni pada kisaran usia 13 sampai 15 tahun yang secara psikologis berada
pada tahap strum and drunk Syamsuddin, (2004, hlm.214) menyatakan remaja awal sarat dengan kondisi labil dan tidak konsisten serta mudah terpengaruh oleh lingkungan
sehingga remaja memerlukan pendidikan sebagai filter, agar lebih dapat menunjukkan perilaku positif.
Remaja yang mengikuti proses pendidikan diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang menjadi individu-individu yang menunjukkan perlaku terdidik yaitu
perilaku yang memiliki arah dan tujuan yang jelas dan berorientasi positif dan
menunjukkan perilaku yang dilandasi dengan nilai dan moral.Perilaku yang dilandasi
moral ditunjukkan remaja dengan kepatuhan dan ketaatan remaja dalam mentaati
sejumlah aturan. Kartadinata (2014,hlm.90) menyatakan orang yang bermoral menyukai
kehidupan yang tertib, disiplin, menjungjung tinggi hukum, produktif dan perilaku
positif lainnya bukan karena takut penjara atau hukuman.
Perkembangan moral pada remaja menurut Kohlberg (dalam Santrock, 2003,
hlm. 457) terdiri dari tiga tahapan yaitu, prakonvensional, konvensional, dan pasca
konvensional. Tahap prakonvensional yaitu tahap anak mengenal baik buruk, benar
salah suatu perbuatan didasarkan pada sudut konsekwensi (dampak/akibat), tahapan
prakonvensional terdiri dari usia anak enam sampai 10 tahun. Tahap konvensional yaitu
tahap anak memandang baik buruk, benar salah, atau berharga bagi dirinya apabila
dapat memenuhi harapan persetujuan dari keluarga atau kelompok. Tahap konvensional
terdiri dari usia 11- 13 tahun. Tahap pasca konvensional adalah tahap individu
mengartikan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dapat diterapkan atau dilaksanakan
terlepas dari otoritas kelompok.
Remaja pada usia sekolah menengah berada pada tahap konvensional, yang
menilai baik dan buruk didasarkan pada sebuah kelompok atau dengan istilah lain
heteronomy. Pada tahap konvensional remaja berkembang sikap loyalitas atau penyesuaian diri terhadap keinginan kelompok termasuk mentaati aturan yang
ditetapkan oleh lingkungan.
Aturan yang ditetapkanlingkungansalah satunya adalah tata tertib sekolah.
Sekolah bertanggung jawab memfasilitasi remaja untuk mentaati tata tertib dengan cara
3
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menugaskan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan staf bimbingan konseling
untuk menginformasikan tata tertib dan menegakkan tata tertib sekolah. Upaya
penegakan tata tertib sekolah diartikan sebagai upaya penegakan disiplin.
Kemampuan remaja dalam mentaati sejumlah aturan sebagai bukti remaja
menjungjung moral menjadi perilaku disiplin. Perilaku disiplin muncul karena remaja
memiliki kesadaran diri dan kemampuan dalam mengendalikan diri. Semiawan
(2009,hlm.91) mengungkapkan kesadaran diri tampak apabila anak memiliki perhatian
terhadap diri dan merasa malu apabila melakukan pelanggaran terhadap aturan tertentu
sebagai bentuk proses pembentukan disiplin. Haidar (2013,hlm.2) menyatakan
pengendalian diri merupakan keinginan dan kemampuan dalam menggapai kehidupan
yang selaras, serasi dan seimbang pada hak dan kewajibannya sebagai individu dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Remaja yang mampu mengendalikan diri lebih dapat mematuhi peraturan yang
diterapkan di sekolah. Sebaliknya remaja yang tidak dapat dalam mengendalikan diri
cenderung banyak melakukan pelanggaran terhadap peraturan di sekolah. Kemampuan
remaja dalam melakukan pengendalian diri akan berdampak pada kemampuan remaja
menunjukkan perilaku disiplin. Musfah (2015, hlm. 1) menyatakan Disiplin adalah kemampuan
memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang positif guna mencapai sebuah prestasi. Disiplin juga
berarti kemampuan berbuat hanya yang memberikan manfaat bagi diri, orang lain, dan lingkungan.
Banyaknya remaja yang menunjukkan perilaku tidak mampu mengendalikan diri yang
berdampak tidak disiplin di MTs Cikancung Cicalengka Kab. Bandung merupakan
permasalahan yang harus segera diatasi.
Berdasarkan temuan awal yang dilakukan melalui wawancara dan observasi
terhadap guru bimbingan dan konseling di MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab.
Bandung mengemukakan hampir 70% siswa terbiasa mengeluarkan kata-kata kotor dan
jorok, 70% tidak mengucap salam jika bertemu dengan guru di jalan, 65% suka
berbohong, 65% bergaul dengan anak tidak bersekolah, merokok di lingkungan sekolah.
Apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak terhadap pengendalian diri dalam
lingkungan yang lebih luas. Pendekatan bimbingan dan konseling sebagai intervensi
yang diharapkan dapat menumbuhkan kedisiplinan pada remaja sehingga remaja
4
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berbagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling yang dapat digunakan
sebagai bentuk intervensi terhadap remaja yang memiliki masalah ketidakmampuan
mengendalikan diri dalam perilaku disiplin, diantaranya :(1) Pendekatan Behavioral
yang akan mengubah perilaku remaja melalui peningkatan kondisi baru yang lebih
mendukung pada proses belajar remaja; (2) Pendekatan Rational Emotif dapat
digunakan sebagai upaya mengubah cara berfikit remaja dari irasional menuju rasional
terhadap perilaku yang sering ditampilkan di sekolah; (3) Pendekatan konseling Gestalt
yang memandang remaja sebagai sebuah keutuhan sehingga remaja dipandang sebagai
pribadi yang baik, dan mampu menangani permasalahan dalam hidup, konseling gestalt
membanturemaja agar memperoleh kesadaran diri sehingga mampu menangani
masalah-masalah hidup,Darminto (2009, hml. 42); (4) Pendekatan konseling Spiritual
Teistik yang akan berupaya mengintervensi remaja agar remaja mampu menerima
tanggungjawab dan memperbaiki kekeliruan perilaku yang kurang baik serta dapat
mengembangkan diri dalam kebenaran, (Yusuf, 2009,hlm. 42).
Konseling Spiritual Teistik dipilih sebagai pendekatan yang digunakan untuk
meningkatkan perilaku disiplin, karena perilaku disiplin yang ditandai dengan
kemampuan dalam menunjukkan kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan di sekolah
merupakan bagian dari spiritual yang dapat dikembangkan. Selain itu pemilihan
pendekatan Konseling Spiritual Teistik didasarkan karena siswa yang menjadi sasaran
intervensi berada di sekolah dengan label agama (Madrasah Tsanawiyyah) sehingga
pendekatan bimbingan dengan muatan agama diprediksi lebih dapat difahami oleh
remaja (peserta didik).
Pada dimensi Konseptual, Konseling Spiritual Teistik menurut Yusuf
(2009,hlm. 27) memiliki pandangan mengenai manusia sebagai makhluk yang memiliki
potensi atau fitrah spiritual religius sehingga mampu merespon nilai-nilai ilahiyah
melalui qolbunya dan mengaktualisasikannya dalam rangka mencapai kehidupan
personal dan sosial yang sejahtera dan bermakna.Yusuf (2009,hlm.30) selanjutnya
individu yang memiliki pemahaman agama yang kuat akan lebih mudah mengalami
penyesuaian psikologis dan memiliki perilaku sosial yang sehat.
Tujuan utama Konseling Spiritual Teistik menurut Yusuf (2009,hlm. 40)
5
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perilakunya yang mementingkan diri sendiri serta dapat mengembangkan diri dalam
kebenaran dan komitmen terhadap keyakinan spiritualnya. Penggunaan Konseling
Spiritual Teistik untuk meningkatkan disiplin diharapkan membuat peserta didik dapat
menerima tanggungjawab dan memperbaiki kekeliruan dengan tidak mentaati sejumlah
aturan yang diterapkan di sekolah menjadi mentaati peraturan dan menerima tanggung
jawab sebagai bagian dari warga sekolah yang harus terlibat menjaga ketertiban
sekolah.
Penelitian meningkatkan perilaku disiplin remaja di MTs Negeri Cikancung
dilakukan sebagai peran bimbingan dan konseling dalam pengentasan masalah yang
berkaitan dengan pengendalian remaja dalam meningkatkan perilaku disiplin.
Depdiknas (2007,hlm. 197) menyebutkan tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
adalah agar konseli dapat:(1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan
karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi
dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikan,lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan (4)
mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerjanya.
Remaja yang telah memperoleh intervensi dengan menggunakan Konseling
Spiritual Teistik diharapkan lebih memiliki kemampuan penyesuaian psikologis dalam
mengendalikan diri untuk dapat mentaati rangkaian aturan dari sekolah.Marita
(2012,hlm.4) menyebutkan pengendalian atau pengelolaan diri merupakan sikap,
tindakan atau perilaku seseorang secara sadar baik direncanakan atau tidak untuk
mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku. Penelitian mengenai Kedisiplinan
penting dilakukan sebagai upaya untuk memberikan bantuan agar remaja memiliki
kemampuan untuk melakukan perilaku disiplin sebagai wujud dari perilaku terpelajar.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Perilaku disiplin merupakan salah satu karakter yang perlu dikembangkan dalam
diri remaja sebagai implikasi dari proses pendidikan.Haryanto (2012,hlm. 2)
menyatakan ragam karakter yang perlu dikembangkanpadaremajayaitu (1) religius,
6
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(8) rasa ingin tahu,(9) semangat kebangsaan, serta(10) menghargai prestasi dan
tanggung jawab.Perilaku disiplin perlu dikembangkan dalam diri remaja sebagai
indikator dari kemampuan dalam mengendalikan diri sehingga mampu menunjukkan
perilaku disiplin atas dasar kesadaran diri sendiri.
Remaja seyogyanya memiliki perilaku disiplin sebagai wujud dari perilaku yang
terdidik. Pudjidaminto (dalam Pratiwi, 2012, hlm.2) menyatakan kedisiplinan sebagai
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, dan kesetiaan, keteraturan atau ketertiban.
Perilaku disiplin yang ditunjukan remaja merupakan sebuah bukti remaja mampu
mengendalikan diri sehingga dapat memunculkan perilaku disiplin yang didasari oleh
kepatuhan dan ketaatan
Ketidakmampuan remaja dalam memunculkan perilaku yang disiplin memicu
sekolah khususnya bimbingan konseling berperan aktif memberikan upaya bantuan
kepada remaja yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan bantuan agar remaja
dapat memahami diri sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara
wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, keluarga, dan masyarakat serta
kehidupan pada umumnya.
Pemberian bantuan untuk meningkatkan kedisiplinan dipilih dengan
menggunakan konseling spiritual teistik. Konseling Spiritual Teistik memiliki kelebihan
dalam memberikan intervensi, karena selain diprediksi dapat membantu remaja untuk
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kedisiplinan juga dapat mengantarkan
remaja untuk memaknai nilai kepatuhan dan ketaatan secara optimal.
Berdasarkan identifikasi masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian adalah Apakah Konseling Spiritual Teistik Efektif untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun
Ajaran 2014/2015 ?
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan dalam penelitian adalah :
a. Bagaimana gambaran umum tingkat kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri
7
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bagaimana pelaksanaan Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran
2014/2015 ?
c. Bagaimana efektivitas Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran
2014/2015 ?
D.Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah memperoleh gambaran efektivitas penggunaan
Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan SiswaKelas VIII MTs
Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Sedangkan
tujuan khusus penelitian antara lain :
1. Memperoleh data profil kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung
Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015
2. Melaksanakan Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan siswa
Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran
2014/2015
3. Memperoleh gambaran efektifitas Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung
Tahun Ajaran 2014/2015
E.Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagiguru bimbingan dan
konseling, sebagai pedoman dalam melakukan konseling terhadap siswa yang
8
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Sistematika Tesis
Bab I berisilatar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika tesis. Bab II terdiri
dari kajian teoritis, mengungkap ragam teori yang berkaitan dengan variabel dalam
penelitian, penelitian terdahulu, kerangka berfikir dan hipotesis. Bab III Metodologi,
lokasi penelitian, subjek penelitian, disain penelitian, metode penelitian, definisi
operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, program,
dan teknik analisis data. Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian dan Disain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang akan
memuat data-data numerikal dan mendeskripsikan data-data mengenai tingkat
kedisiplinan yang terdapat pada siswa MTs Negeri Cikancung Tahun ajaran
2014/2015, serta mengukur efektivitas konseling teistik untuk meningkatkan
perilaku disiplin.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuasi eksperimen. .
Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati
eksperimen atau eksperimen semu, Sugiono (2014, hlm.77) mengemukakan kuasi
eksperimen merupakan penelitian yang memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Kuasi menjadi disain yang digunakan
dalam penelitian karena melalui penelitian kuasi peneliti dapat memperoleh data
perbandingan, mengenai efektivitas Konseling Spiritual Teistik melalui
eksperimen terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga dapat
diperoleh data yang menunjukkan siginifikan pada setiap aspek dan indikator..
Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretest-postest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan
memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua
kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa pendekatan konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kedisiplinansiswa pada kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3. 1
Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design Pre- and Posttest Design Time
Control Group Pretest No Treatment Posttest
Eksperimental Group Pretest Eksperimental Treatment
Posttest
Keterangan:
Control Group = kelompok kontrol Eksperimental Group = kelompok eksperimen No Treatment = Tanpa perlakuan
Eksperimental Treatment = Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310)
Metode kuasi eksperimen yang dilakukan melalui desain pre test post test control group (pre test post tes dua kelompok) untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas intervensi yang dilaksanakan secara sistematis melalui
konseling spiritual teistik dalam meningkatkan perilaku disiplin siswa kelas VIII
MTs Negeri Cikancung Tahun Ajaran 2014/2015.
B.Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di MTs Negeri Cikancung, populasi dalam penelitian
adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs Negeri Cikancung tahun ajaran
2014/2015. Penarikan sampel penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling teknik penentuan sampel dengan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2012, hlm 124). Sampel dalam penelitian adalah peserta didik kelas VIII MTs Negeri
Cikancung tahun ajaran 2014/2015 yang teridentifikasi tidak mampu
menunjukkan perilaku disiplin di sekolah. Langkah-langkah untuk menentukan
sampel dalam penelitian, yaitu, (1) memberikan pretest kepada peserta didik kelas
VIII yang bertujuan untuk mengetahui siswa yang tidak mampu menunjukkan
perilaku disiplin. Instrumen penelitian diberikan setelah di judgement oleh pakar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Sampel yang diperoleh dalam
penelitian sebanyak 14 orang siswa yang tidak mampu menunjukkan perilaku
disiplin di sekolah, 2). Sedangkan kelompok kontrol sebanyak 14 orang dari kelas
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian, yaitu kedisiplinan dengan pendekatan
konseling spiritual teistik sebagai variabel bebas (X) dan kedisiplinan sebagai
variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) yaitu variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya variabel terikat dan variabel terikat (Y) yaitu
variabel yang dipengaruhi
1. Disiplin
Menurut Field & Boesser (!994,hlm.4) definisi disiplin, “helping children learn personal resopnbility for their behavior and to judge between right and wrong for them selve. Disiplin merupakan upaya membantu anak-anak belajar menanggapi dalam menentukan perilaku dan untuk menilai baik dan buruk diri.
Disiplin ditekankan pada pada proses pembelajaran tingkah laku remaja terutama
dalam memperkuat peran-peran terkait pada hal yang tidak boleh dilakukan, dan
untuk membelajarkan anak untuk dapat memberikan pilihan yang bijak terkait apa
yang seharusnya dilakukan
Hurlock (2004, hlm. 82) mengemukakan disiplin merupakan cara
masyarakat mengajar anak untuk berperilaku moral yang disetujui kelompok.
Lebih lanjut Tu’u (dalam Riyadi, 2013, hlm. 27) menyatakan disiplin sebagai
upaya pengendalian diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam
mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan berdasarkan
dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.
Definisi operasional dalam penelitian adalah kemampuan siswa kelas VIII
MTs Negeri Cikancung dalam mengembangkan kepatuhan, ketaatan terhadap
norma dan aturan di sekolah yang ditandai dengan pengendalian diri dan
kecenderungan dalam bersikap secara positif.
Pengendalian diri merupakan perilaku siswa Mts Negeri Cikancung untuk
mematuhi norma dan aturan yang berlaku, sedangkan sikap adalah kecenderungan
untuk bertindak secara positif berdasarkan norma dan aturan yang berlaku di
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Konseling Spiritual Teistik
Konseling spiritual teistik menurut Yusuf (2009, hlm. 36) diartikan
“ sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religious), berprilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya”
Konseling spiritual teistik menurut Yusuf (2009, hlm. 37) didasarkan kepada
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Tuhan itu ada
b. Manusia adalah makhluk Tuhan
c. Ada proses hubungan spiritual yang gaib antara manusia dan Tuhan
d. Konseli yang memiliki keyakinan terhadap kekuasaan Tuhan akan memiliki
kekuatan untuk mengatasi masalahnya, dan mengembangkan potensinya.
Adapun Karakteristik Konseling Spiritual, Yusuf (2009, hlm. 37), adalah :
a. Meyakini Tuhan sebagai dzat yang maha agung
b. Meyakini manusia adalah makhluk Tuhan
c. Keyakinan kepada Tuhan berpengaruh kepada pandangan tentang hakikat
manusia dan teori kepribadian
d. Keyakinan kepada Tuhan berpengaruh kepada pandangan tentang disfungsi
manusia dan perubahan teurapetik.
e. Keyakinan kepada Tuhan berdampak terhadap hubungan dengan konseli,
asesmen, dan intervensi terapeutik.
f. Keyakinan kepada Tuhan dapat meningkatkan mutu proses terapeutik.
Kontribusi konseling spiritual teistik terhadap praktek konseling Menurut
Yusuf (2009, hlm. 38) adalah :
a. Memperkaya pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan, kesejahteraan, dan
kesehatan mental manusia, kompleksitas dan misteri kehidupan manusia.
b. Memberikan landasan yang lebih kokoh dalam hal teori tentang hakikat
manusia, kepribadian, dan perubahan teurapeutik.
c. Memberikan kerangka moral yang menjadi rujukan untuk mengarahkan dan
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Definisi operasional Konseling Spiritual Teistik adalah proses tatap muka
yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa kelas VIII MTs Negeri Cikancung
berlandaskan prinsip-prinsip agama Islam untuk meningkatkan kedisiplinan sesuai
dengan tuntunan agama melalui enam langkah konseling, yaitu :
1. Langkah 1: Clearing a space
Konselor menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli
secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan
pribadi dan lingkungannya. Secara garis besar, proses yang dilalui dalam
konseling tahap pertama adalah:
a.Menciptakan tempat nyaman untuk prose konseling.
b.Mengembangkan hubungan kolaboratif dengan konseli
c.Mengumpulkan data, pengalaman konseli dan keseluruhan gambaran
kepribadiannya.
d.Meningkatkan kesadaran dan tanggug jawab pribadi konseli.
e.Bekerjasama dengan konseli untuk membuat rencana konseling.
2. Langkah 2: Getting a felt sense
Konselor mendorong konseli untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman
yang berkaitan langsung dengan pribadi konseli.
3. Langkah 3: Finding a handle
Pada tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dengan
mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat
perubahan-perubahan yang cukup signifikan. Pada tahap ini konseli menghadapi
kecemasan-kecemesannya sendiri, ketidakpastian, dan ketakutan-ketakutan
yang selama ini terpendam dalam diri. Pada fase ini konselor memberikan
dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli
cemas dan ragu-ragu menghadapi masalahnya.
4. Langkah 4: Resonating
Konselor meresonasikan konseli segala peristiwa, pengalaman yang terjadi di
luar dirinya menjadi sesuatu yang ada pada dirinya. Pada tahanp resonating
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dicapainya. Pada tahap 4 konfrontasi dapat dilakukan manakala konselor
melihat ketidak sesuaian pada konseli, antara :
a.Tingkah laku dengan yang dikatakan
b.yang dikatakan dengan yang dirasakan atau ekspresi yang ditunjukkan.
c.Keadaan klien sekarang dengan keinginannya
d.yang dipikirkan dengan tindakan, dan kekuatan dan kelemahan
5. Langkah 5: Asking
Konseli diminta untuk mengajukan pertanyaan terbuka pada dirinya sendiri
tentang perasaan yang sedang dialaminya dalam merespon atau menanggapi
jawaban yang diterima.Selanjutnya konseli sudah mulai dapat mengatasi
krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan
keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru.
6. Langkah 6: Receiving
Konselor memfasilitasi konseli untuk mengaplikasikan pengalamannya
dengan menetapkan tujuan, membantu mengembangkan program,
merencanakan jadwal kegiatan, memberikan penguatan dan mengakhiri
konseling.
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Pengembangan kisi-kisi instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket mengenai
kedisiplinan yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Butir-butir pernyataan
dalam angket merupakan gambaran kedisiplinan pada siswa. Angket
menggunakan skala empat yang terdiri atas: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai,
dan sangat tidak sesuai. Rumusan kisi-kisi instrumen untuk mengungkap
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen kedisiplinan siswa (Sebelum Validasi)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c..Menjalankan
Skor dalam setiap penyataan pada alternatif jawaban diberi skor, sangat
sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2 dan sangat tidak sesuai = 1. Skor
kedisiplinan merupakan jumlah dari semua jawaban responden yang
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Konfersi Jawaban Responden
1 Mewakili jawaban sangat tidak sesuai 2 Mewakili jawaban tidak sesuai 3. Mewakili jawaban sesuai 4. Mewakili jawaban sangat sesuai
Semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin tinggi tingkat
kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa dan semakin rendah alternatif jawaban
siswa maka semakin rendah pula tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa.
3. Uji Validitas Rasional
Uji validitas rasional dilakukan untuk mengetahui kelayakan instrumen
dari bahasa, konten dan konstruk. Uji validitas rasional dilakukan oleh dua orang
dosen ahli yaitu Prof. Dr. Juntika, M.Pd. dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd dan seorang
praktisi. Hasil uji validitas rasional terdapat beberapa item yang harus dibuang
karena tidak memadai sehingga butir item yang semula berjumlah 65 menjadi 52
item.
Langkah selanjutnya angket diujicobakan melalui uji keterbacaan kepada
siswa MTs Negeri Cikancung yang tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian
akan tetapi memiliki karakteristik hampir sama dengan sampel penelitian. Uji
keterbacaan memiliki tujuan untuk melihat keterbacaan responden terhadap
instrumen sebelum digunakan dalam penelitian.
4. Uji Validitas butir item
Uji validitas menggunakan rumus rank sparman dengan cara mengkolerasikan skor butir item dengan skor total yang diperoleh oleh setiap
responden yang berjumlah 191 orang.
Butir item dikatakan valid jika harga signifikansi untuk koefisien validitas
item lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian menunjukkan dari 52 butir item yang
diuji validitasnya semua menunjukkan signifikan pada p < 0,05. Koefisien
validitas merentang dari 0, 461 sampai 0.790. Rumus yang digunakan dalam
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
r
5 = 1 –∑ d2
i = [R(Xi) – R (Yi)]2
5. Uji Realibilitas Instrumen
Uji realibilitas instrumen menggunakan metode split half metod reliability. Teknik yang digunakan adalah kolerasi rank yaitu mengkolerasikan skor total item-item ganjil genap dengan hasil 0,877 coefeisin realibitas, hasil ini hanya menunjukkan realibitas separo/sebagian instrumen. Untuk mengetahui
keseluruhan instrumen menggunakan sparman brown prophecy formula, dengan hasil 0,950163 termasuk kategori sangat tinggi. Rumus yang digunakan dalam uji
realibilitas uji separo dan sparman brown yaitu ;
r
5 = 1 –∑ d2
i = [R(Xi) – R (Yi)]2
Dan Reliability of Full test
=
= .75
Capaian coeffisient realibitas dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Evaluating Realibility Coeffecient
Evaluating Realibility Coeffeicient
Very high >90
High 80-90
Acceptable 70-79
Moderate Acceptable 60-69
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6. Penimbangan Program
Penimbangan program intervensi dilakukan untuk memperoleh program
intervensi yang dapat mengatasi permasalahan kedisiplinan peserta didik.
Program intervensi penelitian ditimbang oleh tiga orang pakar untuk dikaji dan
ditelaah dari rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan intervensi, sasaran intervensi,
rencana kegiatan intervensi, dan pengembangan tema/topic materi, Evaluasi dan
tindak lanjut dan indikator keberhasilan
Ketiga penimbang tersebut adalah Prof. Dr. Syamsu Yusuf, L.N., Prof, Dr.
Juntika, M.Pd dan seorang praktisi yang merupakan pakar dalam bimbingan dan
konseling. Program intervensi yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar
kemudian direvisi sesuai dengan saran dari para penimbang. Program intervensi
yang telah direvisi dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan
E. Penetapan Sampel Penelitian
Penetapan sampel penelitian menggunakan teknik nonprobability sampling, karena dalam penelitian yang dilakukan tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi dengan jenis purposive sampling karena sampel ditentukan yaitu siswa yang teridentifikasi tidak mampu menunjukkan kedisiplinan di sekolah.
Penentuan sampel siswa yang tidak mampu menunjukkan kedisiplinan di
sekolah diperoleh melalui penghitungan secara menyeluruh terhadap hasil
penyebaran angket terhadap siswa dan menentukan kategori mengenai
kedisiplinan dengan rumus tersaji pada tabel 3.5
Tabel 3.5
Kategorisasi Kedisiplinan Kriteria Kedisiplinan Rentang
Tinggi X> 156
Sedang 104 < X ≤ 156
Rendah X ≤ 104
Hasil penghitungan menunjukkan terdapat 14 orang siswa yang memiliki
kategeri rendah yaitu siswa yang tidak memiliki kemampuan dalam menunjukkan
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6
Penetapan Sampel Penelitian
No Norma Kategori Frekuensi Persentase
1 X> 156 Tinggi 75 39.27%
2 104 < X ≤ 156 Sedang 102 53.40%
3 X ≤ 104 Rendah 14 7.33%
F.Program Konseling Spiritual Teistik untuk Meningkatkan Kedisiplinan
Siswa
a.Rasional
Siswa sebagai generasi harapan bangsa yang akan mewarisi kekayaan
negeri diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan
lingkungan pada umumnya yakni sosok siswa yang mampu menampilkan perilaku
terpelajar yang menggambarkan karakteristik sebagai siswa. Diantara perilaku
terpelajar yang seyogyanya mampu ditampilkan oleh siswa adalah perilaku
disiplin dalam mentaati norma dan aturan yang berlaku di lingkungan sekolah
maupun tempat tinggal.
Penegakkan kedisiplinan terhadap siswa dapat dilakukan melalui
perencanaan dan program .yang matang sebagai sebuah cara untuk memberikan
kontrol perilaku terhadap siswa sehingga siswa dengan sendirinya dapat menaati
tata aturan serta norma yang berlaku di lingkungan siswa tinggal. Bernhardl
(1964, hlm. 7) menyebutkan kedisiplinan adalah sebuah perencanaan, tidak hanya
sebagai hukuman, tetapi juga menekankan pendekatan yang positif sangat
sebagai contoh: pemberian motivasi, support, penerimaan diri. Dalam perencanaan perbaikan perilaku berfokus pada kontrol dan bimbingan terhadap
diri siswa.
Perencanaan perbaikan perilaku dalam bentuk kedisiplinan menjadi bagian
penting dari perencanaan program sekolah mengingat terus berkembangnya
perilaku siswa yang kian hari kian menggambarkan kualitas perilaku yang tidak
menaati aturan dan norma di sekolah. Bagian perilaku yang seringkali dilakukan
siswa di sekolah yaitu mengucap kata binatang, mengejek teman, merokok,
membuat keributan, malas mengerjakan tugas menjadi perilaku-perilaku yang
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tulus Tu’u ( dalam Slamet Riyadi 2013 hml 27) menyatakan disiplin
sebagai upaya pengendalian diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam
mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan berdasarkan
dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Perilaku disiplin
seharusnya didasari oleh kemampuan seorang siswa dalam mengendalikan diri
dan bersikap sehingga siswa mampu menampilkan perilaku yang sesuai dengan
aturan dan norma yang berlaku dan mampu mengarahkan diri untuk bersikap
terhadap aktivitas yang positif.
Sekolah merupakan tempat yang tepat untuk memfasilitasi siswa dalam
upaya membentuk perilaku disiplin, salah satunya melalui program bimbingan
dan konseling dengan memberikan layanan-layanan secara langsung terhadap
siswa agar memiliki kemampuan berperilaku disiplin dalam kehidupan
sehari-hari. Layanan konseling dalam menanamkan perilaku disiplin terhadap siswa
dalam dilakukan melalui pendekatan konseling spiritual teistik yaitu dengan
menggunakan prinsip-prinsip agama dan konseling untuk meningkatkan perilaku
disiplin. Yusuf (2009, hlm. 36) menyebutkan konseling teistik adalah :
“ sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki
kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religious), berprilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya”
Melalui pendekatan konseling spiritual teistik siswa akan membantu siswa
dalam mengembangkan perilaku disiplin dengan memahami diri, mengendalikan
diri, mengenali diri serta mengenali sejumlah pengaruh dan masalah yang
diakibatkan oleh perilaku tidak disiplin. Secara khusus program konseling
spiritual teistik dikembangkan berdasarkan gambaran perilaku disiplin siswa di
MTS Negeri Cikancung
Berdasarkan hasil penyebaran angket yang dilakukan di MTs Negeri
Cikancung diketahui peroleh tingkat kedisiplinan siswa yang tersaji pada tabel 3.7
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7
Kategorisasi Kedisiplinan
Kriteria Kedisiplinan Rentang
Tinggi X> 156
Sedang 104 < X ≤ 156
Rendah X ≤ 104
No Norma Kategori Frekuensi Persentase
1 X> 156 Tinggi 75 39.27%
2 104 < X ≤ 156 Sedang 102 53.40%
3 X ≤ 104 Rendah 14 7.33%
Berdasarkan profil kedisiplinan terdapat 75 orang atau sekitar 39,27 %
siswa yang mampu menunjukkan perilaku disiplin di sekolah, terdapat 102 orang
atau sekitar 53,40 % siswa yang terkadang menunjukkan perilaku disiplin dan
sekitar 14 orang atau sekitar 7,33 siswa menunjukkan ketidakmampuan dalam
menunjukkan perilaku disiplin.
Adapun presentasi tingkat kedisiplinan siswa MTs Negeri Cikancung,
yang diketahui dengan menggunakan rumus Skor ideal : 4 x 100 , maka diketahui
data tingkat kedisiplinan siswa tersaji pada tabel 3.8
Tabel 3.8
Tabel Tingkat Kedisiplinan Siswa Berdasarkan Aspek
NO Aspek Presentase
1 Pengendalian diri /Kepatuhan
Tinggi 40,84%
Sedang 55,50 %
Rendah 3,66 %
Pengendalian diri/Ketaatan
Tinggi 38,22%
Sedang 54,45%
Rendah 7,33 %
2. Sikap/Kepatuhan
Tinggi 39,79%
Sedang 49,21%
Rendah 10,99%
Sikap/Ketaatan
Tinggi 29,32%
Sedang 58,64%
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari data mengenai tingkat kedisiplinan yang dicapai pada setiap aspek
dapat diketahui adanya capaian tingkat kedisiplinan yang rendah dalam setiap
aspek sehingga perlu diintervensi untuk meningkatkan capaian perilaku disiplin di
sekolah.
Ketidakmampuan siswa dalam menunjukkan perilaku tidak disiplin
mengakibatkan siswa menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan
aturan, sikap-sikap yang dinilai bertentangan dengan perilaku terpelajar. Salah
satu cara yang digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan melalui pendekatan
Konseling Spiritual Teistik
Konseling Spiritual Teistik membantu siswa untuk memfasilitasi siswa
dan meningkatkan kemampuan konseli untuk mengembangkan kesadaran
beragama dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa. Yusuf (2009,
hlm.38) menyebutkan tujuan konseling spiritual teistik memberikan dorongan
agar lebih meyakini Tuhan, karena keyakinan kepada Tuhan dapat membantu
konseli mengatasi masalah, kesembbuhan dan penuntasan masalah difasilitasi
oleh keyakinan akan petunjuk dan cinta kasih Allah SWT.
b. Deskripsi Kebutuhan
Gambaran kedisiplinan siswa MTs Negeri Cikancung yang berada pada
kategori rendah sebanyak 14 orang yaitu siswa yang tidak mampu menunjukka
perilaku disiplin di sekolah perlu ditindaklanjuti sebagai upaya untuk membantu
siswa dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aturan di sekolah. Begitu
pula capaian tingkat kedisiplinan yang menunjukkan rendah dalam aspek
pengendalian diri (kepatuhan)sebesar 3,66 % memiliki ketiakmampuan dalam
pengendalian diri dalam kepatuhan dan 7.33 tidak memiliki kemampuan dalam
pengendalian diri dalam ketaatan. Pada aspek sikap terdapat 10,99 % tidak dapat
menunjukkan kepatuhan dan 12,04 tidak dapat menunjukkan sikap dalam ketaatan
sebagai perilaku disiplin. Siswa MTs Negeri cikancung membutuhkan bantuan
untuk :
1. memiliki kemampuan menunjukkan perilaku yang sesuai norma dan aturan di
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. memiliki kemampuan pengendalian diri sehingga mampu menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan aturan
3. memiliki kecenderungan untuk bersikap positif terhadap aturan dan norma
yang berlaku di sekolah
4. mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan akhlak mulia
5. mampu menunjukkan perilaku disiplin sesuai dengan keyakinan diri.
c. Tujuan Intervensi
Secara umum, tujuan intervensi menggunakan teknik konseling spiritual
teistik adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, sedangkan
secara khusus penggunaan teknik konseling teistik adalah :
1. mampu mengendalikan diri untuk mematuhi dan menaati aturan dan norma di
sekolah.
2. memiliki sikap yang positif dalam mematuhi dan menaati aturan dan norma di
sekolah.
d. Asumsi Intervensi
Asumsi dasar dari intervensi konseling spiritual teistik sebagai berikut:
1. manusia pada dasarnya makhluk yang memiliki tugas untuk menjalankan
sejumlah aturan dan norma yang berlaku. Kemampuan menjalankan aturan dan
norma merupakan bukti tanggung jawab pribadi dalam mematuhi dan
memaknai setiap aturan yang berlaku.
2. setiap individu memiliki tuntutan untuk mentaati aturan yang berlaku, sesuai dengan Q. S An-Nisa ayat 59.
يف أمتأع ا ت أن ف أم أ م أم أْا يل أ س لا ا عيطأ َ ا عيطأ ا مآ نيذلا ا يأ اي َ ىل د ف ءأيش
أأت نسأحأ أيخ كلذ خ أْا مأ يألا َاب ن مأ ت أمتأ ك أن س لا ( اًي
95 )
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, : taatilah Allah, dan taatilah Rosul (Nya) dan ulil Amri diantara kalian, kemudian jika kamu berselisih pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Qur’an) dan Rasul
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. perilaku disiplin merupakan perilaku yang sejatinya dapat ditunjukkan oleh
setiap siswa di sekolah sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan, guru dan
orang tua (Bolford, 200 hlm7)
4. konseling spiritual teistik dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya
sebagai makhluk beragama (homo religious), berprilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan
melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang
dianutnya (Yusuf, 2009 hlm. 36).
e. Sasaran Intervensi
Intervensi dilakukan terhadap 14 orang siswa yang tidak mampu
menunjukkan kepatuhan dan ketaatan dalam pengendalian diri dan sikap terhadap
aturan dan norma yang berlaku di sekolah. Sampel diambil berdasarkan angket
kedisiplinan siswa terhadap 191 orang siswa di kelas VIII MTs Negeri Cikancung.
f. Kompetensi Konselor
Menurut Yusuf (2009, hlm. 40) Pemberian layanan konseling berlangsung
secara efektif apabila konselor teistik mampu menampilkan peranannya sebagai
berikut.
a. Mengadopsi sikap ekumenik, yaitu sikap dan pendekatan konseling yang
sesuai atau cocok dengan latar belakang agama dan afiliasi keagamaan
konseli, yang mungkin berbeda dengan keyakinannya. Konseli yang dilayani
mungkin berlatar belakang agama yang beragam, maka konselor teistik
dituntut untuk memiliki kompetensi sebagai berikut.
1) menyadari nilai-nilai agama atau spiritualitasnya dapat mempengaruhi
kinerjanya dalam melayani konseli yang berlainan nilai-nilai
spiritualitasnya;
2) mampu berkomunikasi dan bersikap respek terhadap konseli yang
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) memahami keyakinan spiritualitasnya dapat mempengaruhi judgment klinisnya;
4) sensitif terhadap kondisi keagamaan konseli yang mungkin lebih tepat
untuk direferal kepada terapis yang memiliki kelebihan dalam pengalaman
keagamaannya;
5) berusaha memahami keyakinan dan kebiasaan beragama konseli;
6) berusaha memahami pandangan spiritual konseli yang unik;
7) memahami cara-cara mengatasi masalah konflik nilai atau keyakinan yang
terjadi selama konseling
8) berusaha membangun hubungan yang saling menghormati dan
mempercayai dengan pemimpin kelompok beragama konseli.
9) berusaha memahami sumber-sumber spiritualitas konseli dan mendorong
konseli agar menerapkannya dalam upaya mengatasi masalah,
mengembangkan kesehatan dirinya, dan merubah sikap atau perilakunya.
10)melakukan intervensi spiritual yang sesuai dengan keyakinan spiritualitas
konseli, sehingga konseli terfasilitasi dalam mengatasi masalahnya.
b. Memiliki sikap “denominational therapeutic” yaitu pendekatan konseling
yang disesuaikan dengan keyakinan konseli sebagai anggota dari kelompok
agama tententu. Pendekatan digunakan apabila terapis memahami secara
mendalam, menerima, dan bersikap respek terhadap agama konseli. Sikap
diperlukan agar terapis dapat melakukan sharing dengan konseli, sehingga
diperoleh pemahaman yang lebih mendalam
c. Membangun hubungan terapeutik melalui beberapa kondisi yang membantu,
seperti menciptakan rapport, kepercayaan (trust), empati, kehangatan, respek, penerimaan, dan kridibilitas. Kondisi yang membantu dipandang sebagai
faktor yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan konseling yang
positif.
d. Mengkomunikasikan nilai-nilai moral atau etika. Salah satu kontribusi
konseling spiritual teistik pada peranan konselor adalah pentingnya wawasan
terapis mengenai nilai-nilai moral atau etika dalam kaitannya dengan