• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS OUTBOUND DENGAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA: Studi Korelasional Pada Siswa Kelas V SD di Sekolah Alam Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS OUTBOUND DENGAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA: Studi Korelasional Pada Siswa Kelas V SD di Sekolah Alam Bandung."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS OUTBOUND DENGAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPA

(Studi Korelasional Pada Siswa Kelas V SD di Sekolah Alam Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi seagian syarat memeperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada ProgramStudi Teknologi Pendidikan

oleh

Yulia Wilda Ilfahni 1100569

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS OUTBOUND DENGAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPA

(Studi Korelasional Pada Siswa Kelas V SD di Sekolah Alam Bandung)

oleh

Yulia Wilda Ilfahni

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

©Yulia Wilda Ilfahni 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Yulia Wilda Ilfahni. Hubungan Antara Penerapan Pembelajaran Berbasis Outbound dengan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran IPA (Studi Korelasional pada Siswa Kelas V SD di Sekolah Alam Bandung).

Skripsi. Program Studi teknologi pendidikan, Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, 2015. Permasalahan penelitian ini adalah seiring pertumbuhan usia daya kreativitas seseorang semakin berkurang, untuk terus mengembangkan dan meningkatkan kreativitas dibutuhkan program pendidikan yang menunjang. Seperti strategi pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Alam Bandung. Rumusan masalah dalam penelitian yaitu: 1) bagaimana gambaran umum penerapan pembelajaran berbasis outbound pada mata pelajaran IPA di Sekolah Alam Bandung? 2) Bagaimana gambaran umum kreativitas siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Alam Bandung? 3) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penerapan pembelajaran berbasis outbound dengan kreativitas siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Alam Bandung? Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan kuntitatif. Instrumen pengumpulan data berupa angket, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh, dengan jumlah sampel sebanyak 34 orang. Analisis data yang digunakan adalah menghitung skor penelitian, uji normalitas, uji hipotesis dengan analisis korelasi dan uji signifikansi. Hasil uji thitung diperoleh sebesar 4, 062, dan dibandingkan dengan ttabelpada α = 0, 05 adalah 2, 037. Hasil uji thitung > ttabel, maka disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis secara umum dapat disimpulkan bahwa gambaran umum penerapan pembelajaran berbasis outbound di Sekolah Alam Bandung termasuk dalam kategori baik dan kreativitas siswa di Sekolah Alam Bandung juga termasuk ke dalam kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya hubungan yang positif dan signifikan antara penerapan pembelajaran berbasis outbound dengan kreativitas siswa.

(5)

ABSTRACT

Yulia Wilda Ilfahni. The Relationship Between Applying Outbound Based Learning With Students Creativity On Science (IPA) Lesson (A Correlational Study In 5th Grade Students Of Sekolah Alam Bandung).

Thesis. Education Technology, Curriculum and Education Technology Departement, Educational Science Faculty. Indonesian University Of Education, 2015. The problems of this study are in line with the growth of the creative power of a person's age on the wane, to continue to develop and enhance the creativity needed to support educational programs. Such as learning strategies implemented in Sekolah Alam Bandung.The problems of the study are 1) how is the general view of applying outbond based learning on exact lesson in Sekolah Alam Bandung? 2) How is the general view of students creativity on science lesson in Sekolah Alam Bandung?, 3) is there any positive and significant relation between applying Outbond based learning with the students' creativity on science (IPA) Lesson? This study applied correlational-descriptive method with Quantitative approach. The instruments of collecting the data used by in this study are questioner, interview, and document analysis. Sampling technique applied in this study is satutared sample by which 34 samples are used. The data were analyzed by score counting, normality testing, hypothesis testing using correlational analysis and significance testing. The result of the t-test showed that t-observed is 4.062, and if it is compared to t-table on α = 0, 05 that is 2, 037, t-observed > t-table. Therefore, it can be conclude that H0 is rejected and H1 is accepted. Based on this analysis it can be conclude that outbond learning based in Sekolah Alam Bandung is categorized 'good' and the students' creativity is also 'good'. The result of this study shows that there is positive and significant correlation between the application outbond learning based with the students' creativity.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Uraian Teori ... 10

1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 10

2. Strategi Pembelajaran ... 14

3. Pembelajaran Berbasis Outbound ... 15

4. Teori Experiential Learning (Belajar Melalui Pengalaman) ... 17

5. Kreativitas Siswa ... 19

6. Kurikulum Sekolah Alam Bandung ... 26

7. Mata Pelajaran IPA ... 27

B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 29

C. Asumsi dan Hipotesis ... 30

1. Asumsi ... 30

2. Hipotesis ... 30

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 32

A. Desain Penelitian ... 32

B. Pendekatan penelitian dan Metode Penelitian ... 32

(7)

D. Defenisi Operasional ... 34

1. Pembelajaran Berbasis Outbound ... 34

2. Kreativitas Siswa ... 34

3. Mata Pelajaran IPA ... 35

4. Sekolah Alam Bandung ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 35

1. Angket ... 36

2. Wawancara ... 37

3. Studi Dokumentasi ... 37

F. Teknik Uji Instrumen ... 37

1. Uji Validitas ... 38

2. Uji Reliabilitas ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji Normalitas ... 40

2. Menghitung Skor Penelitian ... 41

3. Uji Hipotesis ... 41

H. Prosedur Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Uji Coba Penelitian ... 46

1. Uji Validitas ... 47

2. Uji Reliabilitas ... 49

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

1. Uji Normalitas Data ... 50

2. Menghitung Skor Penelitian ... 52

3. Uji Hipotesis ... 63

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Simpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tingkat Orisinalitas Berdasarkan Usia ... 4

Tabel 2. 1 Perbedaan Pengajaran dengan pembelajaran ... 13

Tabel 2. 2 Kemampuan Siswa dalam Proses Belajar dalam Experiential Learning Theory ... 18

Tabel 3. 1 Hubungan Antar variabel ... 32

Tabel 3. 2 Populasi ... 34

Tabel 3. 3 Skala Guttman ... 36

Tabel 3. 4 Kriteria Persentase Skor ... 41

Tabel 3. 5 Interpretasi koefisien Korelasi Nilai r ... 42

Tabel 4. 1 Uji Validitas Angket Variabel X ... 46

Tabel 4. 2 Uji validitas Angket Variabel Y ... 48

Tabel 4. 3 Uji Reliabilitas Angket Variabel X ... 49

Tabel 4. 4 Uji Reliabilitas Angket Variabel Y ... 50

Tabel 4. 5 Uji Normalitas Data ... 51

Tabel 4. 6 Kriteria Interpretasi Skor ... 52

Tabel 4. 7 Hasil Skor Penelitian Instrumen Angket Variabel X ... 53

Tabel 4. 8 Data Pengolahan Penerapan pembelajaran Berbasis Outbound Aspek Concrete Experience ... 54

Tabel 4. 9 Data Pengolahan Penerapan pembelajaran Berbasis Outbound Aspek Reflection Observation ... 55

Tabel 4. 10 Data Pengolahan Penerapan pembelajaran Berbasis Outbound Aspek Abstrak Conseptual ... 56

Tabel 4. 11 Data Pengolahan Penerapan pembelajaran Berbasis Outbound Aspek Active Learning ... 57

Tabel 4. 12 Hasil Penelitian Instrumen Angket Variabel Y ... 58

Tabel 4. 13 Data Pengolahan Skor Kreativitas Siswa Aspek Fluency ... 59

Tabel 4. 14 Data Pengolahan Skor Kreativitas Siswa Aspek Flexibility ... 59

Tabel 4. 15 Data Pengolahan Skor Kreativitas Siswa Aspek Originalitas ... 60

Tabel 4. 16 Data Pengolahan Skor Kreativitas Siswa Aspek Elaboration ... 61

(9)

Tabel 4. 18 Korelasi antara Penerepana Pembelajaran Berbasis Outbound dengan

Kreativitas Siswa ... 64

Tabel 4. 19 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 65

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1Kerucut Pengelaman Edgar Dale ... 3

Gambar 2. 1 Tahap-tahap Proses Kreatif ... 20

Gambar 4.1 Diagram Persentase Hasil Penskoran Penerapan pembelajaran Berbasis

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang pendahuluan penelitian yang dimulai dari

latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian,

manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Majunya suatu negara ditentukan oleh seberapa berkualitas dan bermutunya

pendidikan suatu negara tersebut. “Indonesia merupakan negara yang masih

memiliki mutu pendidikan rendah, ini terbukti dengan survei yang dilakukan oleh

UNESCO dalam Education All For Global Monitoring Report pada tahun 2012,

Indonesia menduduki peringkat 64 dari 120 negara” (Harahap, 2013). Indonesia

sangat tertinggal jauh dari negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia,

Singapura, dan bahkan Brunei Darussalam.

Upaya mengejar ketertinggalan tersebut Indonesia sebagai negara

berkembang harus memiliki perubahan dan inovasi dalam proses pendidikan

untuk mencapai kualitas dan mutu pendidikan yang tak dipandang sebelah mata

oleh dunia luar. Pendidikan yang berkualitas tentu tidak dihasilkan dengan instan,

melainkan harus direncanakan secara matang dan dimulai sedini mungkin agar

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun dan

membawa perubahan pada negara ini. Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 yang

tercantum dalam pasal 3:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan berfungsi sebagai pengembang potensi yang dibutuhkan oleh

setiap manusia. Salah satu cara mewujudkan fungsi tersebut, dibutuhkan sekolah

(12)

2

merupakan salah satu tempat berlangsung pendidikan, dimana peserta didik

mendapatkan pengajaran dan pembelajaran. Proses pembelajaran yang

berlangsung di sekolah dapat memengaruhi kualitas peserta didik yang dihasilkan

dalam sistem pendidikan yang ada di sekolah.

Pembelajaran memiliki tujuan mengubah tingkah laku peserta didik yang

tidak hanya terbatas pada ruangan kelas yang monoton. Sesuai dengan perubahan

tata kehidupan di masyarakat ikut mendorong kebutuhan pendidikan yang dinamis

dan berkembang di dunia pendidikan. Semakin berkembang dunia pendidikan di

Indonesia, maka banyak pula inovasi-inovasi yang dilakukan sekolah untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Inovasi dalam dunia pendidikan dapat diterapkan

dalam berbagai komponen, baik inovasi strategi pembelajaran, metode, media,

sumber belajar, sistem dan lain sebagainya. Sebab itu, diperlukan inovasi dalam

pembelajaran salah satunya dengan strategi pembelajaran berbasis outbound atau

pembelajaran di alam terbuka. Pembelajaran yang dilakukan di alam bebas

terbuka dapat membangun pengetahuan peserta didik berdasarkan pengalaman

yang didapatkan di alam terbuka. Seperti yang diungkapkan oleh Cita (Sutanta,

2010, hlm. 7) “pembelajaran yang dibangun melalui pengalaman langsung

dibanding teori di dalam kelas akan membatasi aktivitas. Pembelajaran di luar

ruangan akan mengasah kreativitas dan kemampuan problem solving peserta

didik,”.

Pendapat di atas dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang dilakukan di

luar kelas dapat membuka cakrawala siswa secara lebih luas yang membawa

siswa berinteraksi langsung dengan alam, sehingga siswa mendapatkan

pengalaman langsung dari apa yang dilakukannya di alam bebas sebagai sumber

belajar yang nyata. Pembelajaran berbasis outbound, dapat dilakukan dengan

berbagai macam permainan yang membangun karakter siswa dengan cara

memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah.

Pembelajaran langsung yang dilakukan peserta didik akan memberikan

perubahan yang besar dalam proses pembelajaran, karena peserta didik

mengalami langsung apa yang dipelajarinya. Hal ini sejalan dengan kerucut

pengalaman yang digambarkan oleh Edgar Dale (Susilana dan Riyana, 2008, hlm.

(13)

3

Lambang Kata

Lambang Visual

Gambar tetap, rekaman dan radio

Gambar hidup

Televisi

Pameran museum

Darmawisata

Percontohan

Pengalaman dramatisasi

Pengalaman tiruan

Pengalaman langsung

langsung yang kongkrit, kenyataan yang ada pada lingkungan sekitar seseorang

kemudian melalui benda tiruan, sampai pada lambang verbal”.

Sumber: (Susilana, Rudi dan Riyana. 200, hlm.7)

Gambar 1.1

Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Dalam kerucut di atas dapat dilihat semakin ke bawah media penyampaian

pesan dalam pembelajaran semakin kuat dan semakin kompleks proses

pembelajaran tersebut. Pengalaman langsung yang dialami siswa akan

memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman yang

melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba.

Berdasarkan pengalaman belajar yang digambarkan dalam kerucut Edgar Dale

tersebut Warsita (2008, hlm. 12) membagi empat jenis pengalaman belajar, yakni “a) mengamati dan berinteraksi dengan lambang verbal, misalnya mendengarkan ceramah, b) mengamati dan berinteraksi dengan mediated events, misalnya

menonton slide, video/VCD, film, c) mengamati dan berinteraksi dengan actual

(14)

4

dalam pengalaman langsung, misalnya memasak, mencangkul kebun sekolah dan sebagainya”.

Berkaitan dengan kerucut diatas proses pembelajaran yang didapatkan oleh

peserta didik dikelompokkan oleh Bobbie Deporter dan Mike (Warsono dan

Hariyanto, 2012, hlm.4) bahwa ‘pembelajaran terjadi hanya 10% dari apa yang

dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang

dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan pembelajaran diterima

90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan’.

Sesuai dengan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran

yang dilakukan dan dialami langsung oleh peserta didik memiliki persentase lebih

besar diterima jika dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya dilihat dan

didengar oleh peserta didik. Pembelajaran outbound dinilai lebih memungkinkan

untuk terjadinya pembelajaran yang dapat dialami langsung oleh peserta didik.

Mengikuti pembelajaran dengan suasana yang berbeda dari biasanya seperti

di alam terbuka dapat menumbuhkan daya kreativitas siswa. Seperti yang

dipaparkan oleh Cita (Sutanta, 2010, hlm. 7) ‘Suasana pembelajaran yang santai

biasanya memungkinkan terciptanya ide-ide karena tidak membatasi aktivitas siswa’. Belajar di alam bebas membuat siswa tidak cepat jenuh dan pembelajaran tidak monoton, sehingga siswa dapat menemukan hal-hal baru dari lingkungan

sekitar. Kreativitas merupakan salah satu potensi manusia agar mempunyai daya

saing yang cukup tinggi untuk bisa kompetitif dalam kehidupan. Seiring

bertambahnya usia seseorang tingkat kreativitas mulai menurun, seperti yang

dikemukakan oleh Ayan (Racmawati dan Kurniati, 2010, hlm. 36) ‘bahwa hasil

riset menunjukkan kreativitas mulai hilang pada masa anak-anak menuju dewasa.

Salah satu kajiannya telah mencermati kemampuan individu dalam memunculkan

ide orisinal’. Nilai perbandingan jawaban orisinal dan standar yang dihasilkan

adalah:

Tabel 1.1 Tingkat Orisinalitas Berdasarkan Usia

Umur 5 atau kurang 90%

Umur 7 20%

Orang dewasa 2%

(15)

5

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat, semakin dewasa seseorang potensi

kreatifnya makin menurun. Padahal kreativitas pada dasarnya telah dimiliki setiap

diri individu yang harus dikembangkan sesuai dengan potensinya. Oleh karena itu

diperlukan program-program pendidikan yang dapat terus membangun dan

mengembangkan kreativitas peserta didik. Sekolah sebagai lingkungan eksternal

bagi peserta didik, memiliki tugas dan fungsi sebagai pengembang kreativitas

sesuai tujuan dari pendidikan.

Seiring pertumbuhan usia tingkat kreativitas terus menurun, untuk itu daya

kreativitas siswa khususnya di sekolah harus terus dikembangkan dengan berbagai

macam inovasi yang dikemas dalam pembelajaran. Inovasi pendidikan seperti

strategi pembelajaran berbasis outbound yang sedang marak diterapkan di

sebagian kecil sekolah Indonesia diharapkan mampu memberikan perubahan dan

variasi dunia pendidikan yang dapat membangun sumber daya manusia yang

kreatif, mandiri dan berkarakter. Penerapan pembelajaran berbasis outbound

belum terlalu banyak diterapkan di sekolah-sekolah konvensional, tetapi strategi

pembelajaran ini sudah di terapkan di pelatihan atau sekolah yang berbasis alam.

Pembelajaran berbasis outbound dapat diintegrasikan dalam setiap mata

pelajaran yang ada di sekolah. Salah satu mata pelajaran yang sulit untuk

dipahami dan butuh pengetahuan-pengetahuan konkrit adalah mata pelajaran IPA

(Ilmu Pengetahuan Alam). Sulitnya menghadirkan sumber belajar yang nyata

dalam ruangan kelas pada proses pembelajaran IPA, sangat dibutuhkan strategi

pembelajaran yang dapat menyajikan pengalaman konkrit bagi peserta didik.

Sebagaimana yang disebutkan oleh Djojosoediro (hlm. 22) bahwa “pembelajaran

IPA merupakan mata pembelajaran yang melibatkan siswa dalam berbagai ranah,

yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Selain itu dikuatkan dalam

kurikulum mata pelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan

yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya”.

Penelitian mengenai pembelajaran outbound telah banyak dilakukan,

penelitian-penelitian yang dilakukan lebih melihat kepada hubungan pembelajaran

outbound terhadap variabel-variabel lain. Namun, belum ada penelitian yang

(16)

6

penting diketahui karena kreativitas merupakan salah satu tujuan pendidikan

dalam mengembangkan potensi peserta didik, seperti yang tertera dalam UU No.

12 tahun 2003 Pasal 3.

Salah satu hasil penelitian penerapan pembelajaran outbound adalah

penelitian yang dilakukan oleh Prasetianto dan Subekti. Pembelajaran yang

dilakukan di alam terbuka dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebagaimana

yang disimpulkan dalam penelitiannya dengan judul Penerapan Model

Pembelajaran Outbound dalam Pembelajaran IPA kelas V SDN Jatiroto 02 Pati.

Simpulan penelitiannya adalah “hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam

menggunakan model outbound dapat meningkat. Hasil belajar IPA yang awalnya

memiliki rata-rata kelas 63, 04 menjadi 76,1. Persentase ketuntasan klasikal

awalnya 34, 78% menjadi 78, 3%, maka ketuntasan belajar meningkat sebesar 43,

52%”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA mengalami kenaikan yang signifikan pada hasil belajar ketika

menggunakan model outbound.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yuli Wulandari (2013) dengan judul

Pengembangan Permainan Outbound Untuk Mendorong Peningkatan

Keterampilan Gerak dasar Siswa PAUD Hidayatullah Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak tahun 2013, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

Data hasil pengamatan dan wawancara siswa pada uji coba skala kecil diperoleh rata-rata dengan persentase 73, 51% dengan kriteria baik. Data hasil pengamatan dan wawancara siswa uji coba skala besar diperoleh rata-rata dengan persentase 83, 93%. Pada uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar terjadi peningkatan hasil pengamatan dan wawancara siswa dengan persentase 10, 42%. Berdasarkan data hasil penelitian, disimpulkan bahwa pengembangan permainan outbound untuk mendorong peningkatan keterampilan gerak dasar efektif dan sesuai dengan karakteristik siswa yang sangat aktif bergerak dan sangat senang bermain sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada PAUD.

Kesimpulan dari kedua hasil penelitian tersebut memiliki dampak positif

dalam peningkatan hasil belajar siswa dan mendorong peningkatan keterampilan

gerak siswa ketika menerapkan pembelajaran dengan outbound. Pembelajaran

outbound saat ini belum banyak diterapkan di sekolah konvensional khususnya

kota Bandung, biasanya outbound hanya sebagai selingan atau pengayaan di

(17)

7

pembelajaran berbasis outbound sebagai proses pembelajaran di sekolah. Sekolah

Alam Bandung memiliki ciri khas yang mengutamakan fun learning, dimana

proses pembelajaran yang diikuti peserta didik berlangsung di alam bebas.

Sekolah Alam yang telah menerapkan pembelajaran berbasis outbound memiliki

kurikulum tersendiri yang disebut dengan spider web, dimana kurikulum tersebut

memadukan antara kurikulum khas sekolah alam dan kurikulum nasional.

Proses pembelajaran yang berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya

seperti di Sekolah Alam Bandung ini, menarik bagi peneliti untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan penerapan pembelajaran berbasis outbound dengan

kreativitas siswa pada mata pelajaran IPA. Pada penelitian ini peneliti ingin

menggambarkan bagaimana hubungan antara penerapan pembelajaran berbasis

outbound dalam meningkatkan kreativitas siswa sekolah dasar. Penelitian ini akan

dilakukan di Sekolah Alam Bandung yang telah menerapkan pembelajaran

outbound.

Dengan demikian peneliti merumuskan judul penelitian ini sebagai “Hubungan Antara Penerapan Pembelajaran Berbasis Outbound dengan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPA (Studi Korelasional Pada Siswa Kelas

V SD di Sekolah Alam Bandung)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran umum penerapan pembelajaran berbasis outbound pada

mata pelajaran IPA di Sekolah Alam Bandung?

2. Bagaimana gambaran umum kreativitas siswa pada mata pelajaran IPA di

Sekolah Alam Bandung?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pembelajaran

berbasis outbound dengan kreativitas siswa pada mata pelajaran IPA di

(18)

8

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian, adalah:

1) Mendeskripsikan dan menganalisis gambaran umum penerapan

pembelajaran berbasis outbound pada mata pelajaran IPA di Sekolah

Alam Bandung.

2) Mendeskripsikan dan menganalisis gambaran umum kreativitas siswa

pada mata pelajaran IPA di Sekolah Alam Bandung.

3) Hubungan antara pembelajaran berbasis outbound dengan kreativitas

siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Alam Bandung.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak yang terkait dalam komponen penelitian ini. Adapun manfaat dari

penelitian ini, adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan membantu menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan di dalam studi penerapan pembelajaran berbasis outbound

dengan kreativitas siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Alam Bandung.

Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

pengembangan pembelajaran berbasis outbound di sekolah-sekolah formal.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan gambaran

bagaimana penerapan dan kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran

berbasis outbound, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

untuk meningkatkan kualitas sekolah dengan inovasi-inovasi lainnya dalam

mengembangkan dan membangun kreativitas siswa.

2) Bagi guru, sebagai bahan masukan dan perbaikan dalam melaksanakan

pembelajaran serta untuk meningkatkan kualitas kinerja sebagai komponen

pengelola pembelajaran, kemudian dengan adanya penelitian ini guru mampu

(19)

9

3) Bagi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, hasil penelitian ini

diharapkan dapat membantu dalam inovasi variasi pengembangan strategi

pembelajaran dan pengembangan kurikulum pada sekolah dasar.

E. Struktur Organisasi Penulisan

Berdasarkan buku panduan pedoman penulisan karya ilmiah UPI (2014),

sistematika penulisan dalam penelitian ini, adalah:

Bab I Pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi

penulisan.

Bab II Kajian Teori. Bab ini berisi tentang pemaparan teori-teori pendukung

yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini akan mengambarkan prosedural

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Alur penelitian dimulai dari pendekatan

penelitian, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data, dan

langkah-langkah analisis data yang dilakukan.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisi tentang pemaparan

hasil penelitian yang ditemukan di lapangan dan pembahasan penelitian untuk

menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bab ini akan menyajikan

kesimpulan dan pemahaman peneliti terhadap hasil temuan peneliti, serta

memberikan rekomendasi untuk pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang berisi desain

penelitian, pendekatan dan metode penelitian, populasi dan sampel, defenisi

operasional, instrumen penelitian, teknik uji instrumen, teknik analisis data, dan

prosedur penelitian

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bagian dari konsep operasional penelitian

yang menjadi acuan dalam penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian

korelasional dengan menggunakan variabel bebas atau variabel X dan variabel

terikat atau di simbolkan dengan variabel Y. Dimana pada penelitian melakukan

perbandingan atau hubungan antar variabel X dalam penelitian ini adalah

pembelajaran berbasis outbound dengan variabel Y dalam penelitian ini adalah

kreativitas siswa. Hubungan antara variabel X dan Y dapat digambarkan pada

tabel dibawah ini :

Tabel 3. 1

Hubungan Antar Variabel

Y

X

Kreativitas Siswa (Y)

Pembelajaran Berbasis Outbound (X) XY

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan dan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data

(21)

33

yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan penelitian. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Arifin:

penelitian kuantitatif yang dimaksud adalah penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang tepat terhadap variabel-variabel tertentu, kemudian dapat menghasilkan simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif. (2011, hlm. 29).

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif jenis studi korelasi. Dimana metode deskriptif menggambarkan

fenomena yang ada berdasarkan fakta-fakta dan data-data. Metode ini

memberikan uraian-uraian gejala sosial pada lingkungan masyarakat yang diteliti

dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel berdasarkan indikator yang telah

dibuat, kemudian diteliti dengan membuat hubungan dan perbandingan dengan

satu variabel dan variabel lainnya. Penelitian jenis studi korelasi adalah “penelitian dilakukan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan dua atau lebih variabel. Dalam bidang pendidikan, metode korelasi banyak digunakan

sebagai penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan antar variabel tanpa

memberikan perlakuan pada variabel tersebut” (Sanjaya 2013, hlm. 39).

Pemilihan metode deskriptif jenis studi korelasional dalam penelitian ini

didasari oleh tujuan penelitian yang ingin mengetahui dan menggambarkan

hubungan antara pembelajaran berbasis outbound sebagai variabel X dan

kreativitas siswa sebagai variabel Y. Sedangkan Arifin (2011, hlm. 48) menjelaskan “penelitian korelasional memiliki tujuan dalam pengujian hipotesis yang dilakukan untuk mengukur beberapa variabel dan untuk menghitung hasil

koefesien korelasi atau yang di lambangkan dengan r antara variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian, agar dapat menentukan variabel mana yang

memiliki korelasi”.

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah

dasar di Sekolah Alam Bandung. “Populasi adalah kelompok yang menjadi

perhatian peneliti, kelompok yang berkaitan dengan untuk siapa generalisasi hasil

(22)

34

populasi dinamakan teknik sampling” (Sanjaya, 2013, hlm. 228). Sampel

merupakan bagian yang mewakili populasi yang digunakan sebagai sumber

penelitian. Jumlah populasi yang diambil adalah siswa kelas V Sekolah Dasar di

Sekolah Alam Bandung yang beralamat di jalan Cikalapa 2 Dago Bandung,

seperti tabel di bawah ini :

Tabel 3. 2 Populasi

No Kelas Jumlah

1 V A 16 orang

2 V B 18 orang

JUMLAH 34

Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Sampel jenuh digunakan

dalam penelitian ini karena semua jumlah populasi dijadikan sebagai sampel

penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas V A dan

kelas V B dengan jumlah sampel sebanyak 34 orang. Pengambilan sampel kelas V

A dan B digunakan karena berdasarkan hasil rekomendasi sekolah dan memiliki

karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian.

D. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Berbasis Outbound

Pembelajaran berbasis outbound yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan pembelajaran yang dilakukan di luar ruangan kelas yang

memanfaatkan alam sebagai tempat dan sumber belajar. Pembelajaran berbasis

outbound dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa, karena siswa

terlibat dan mengalami sendiri apa yang sedang dipelajarinya.

2. Kreativitas Siswa

Kreativitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku kratif

seperti yang dipaparkan oleh Parnes (dalam Rachmawati dan Kurniati, 2010, hlm.

14). Terdapat lima perilaku kreatif yang digunakan dalam penelitian ini,

(23)

35

memecahkan masalah dan dapat mengemukakan ide yang serupa. b) Flexibility

(keluwesan), yang dimaksud adalah memiliki kemampuan untuk menghasilkan

ide-ide guna memecahkan permasalahan di luar kategori yang biasa. c)

Originalitas (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respons yang unik atau

luar biasa. d) Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan

pengarahan ide secara terperinci untukmewujudkan ide menjadi kenyataan. e)

Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah

sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

3. Mata Pelajaran IPA

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran wajib

dipelajari dalam kurikulum SD. Dalam penelitian ini mata pelajaran IPA adalah

mata pelajaran yang dipilih dalam melihat imlpementasi pembelajaran berbasis

outbound.

4. Sekolah Alam bandung

Sekolah Alam Bandung adalah sekolah formal yang memiliki jenjang TK,

SD, dan SMP. Dimana sekolah ini telah menerapkan pembelajaran berbasis

outbound dengan menggunakan yang campuran antara kurikulum nasional dan

kurikulum yang didesain sendiri. Kurikulum yang digunakan tersebut disebut

dengan kurikulum spiderweb.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian adalah salah satu komponen pokok yang harus

dilalui oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. “Instrumen penelitian adalah

alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Karena alat atau

instrumen ini menggambarkan juga cara pelaksaannya, atau disebut juga dengan

teknik penelitian” (Sanjaya, 2013, hml. 247). Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan kuesioner/angket, observasi dan studi

(24)

36

1. Angket

Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data berupa memberikan

daftar pertanyaan tertulis kepada koresponden dengan mengikuti petunjuk yang

telah disediakan. Sesuai dengan pemaparan Arifin (2011, hlm. 228) angket adalah “instrumen penelitian yang yang berisi serangkaian pernyataan atau pertanyaan untuk menjaring data atau informasi yang harus di jawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya”.

Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket berstruktur,

dengan angket bentuk jawaban tertutup. Dimana setiap pertanyaan angket sudah

tersedia pilihan jawaban. Angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup ini

digunakan dalam mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan penelitian

mengenai pembelajaran berbasis outbound, dan kreativitas siswa pada mata

pelajaran IPA di Sekolah Alam Bandung.

Skala pengukuran yang digunakan dalam angket ini adalah skala Guttman. “Skala Guttman merupakan skala kumulatif yang digunakan untuk mendapatkan jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap permasalahan” (Riduwan, 2013, hlm. 91). Pada penelitian ini menggunakan skala Guttman dengan bentuk checklist.

Tabel 3.3 Skala Guttman

Alternatif Jawaban Skor

Iya 1

Tidak 0

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan

hubungan yang positif dan signifikan antara penerapan pembelajaran berbasis

(25)

37

2. Wawancara

Selain angket penelitian ini juga menggunakan teknik wawancara, dimana

peneliti secara langsung melakukan wawancara dengan sumber penelitian,

sebagaimana yang dijelaskan oleh Arifin (2011, hlm. 233) “wawancara

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan

tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan

tertentu”.

Teknik wawancara dalam pengumpulan data ini sebagai penunjang

data-data di lapangan. Sebelum melakukan wawancara peneliti membuat pedoman

wawancara berupa daftar pertanyaan yang akan peneliti ajukan pada sumber data

penelitian. Sumber data yang diambil dalam wawancara ini adalah dua orang guru

kelas V sekolah dasar di Sekolah Alam Bandung.

3. Studi Dokumentasi

Untuk memperdalam dan melengkapi data-data dalam penelitian ini,

menggunakan studi dokumentasi, seperti yang disebutkan dalam Arifin (2011,

hml. 243) “studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis

bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti: silabus, program tahunan,

program bulanan, program mingguan, Rencana pelaksanaan Pelaksanaan (RPP),

catatan pribadi peserta didik, buku raport, kisi-kisi, daftar nilai,lembar soal/tugas,

lembar jawaban, dan lain-lain”.

Instrumen penelitian sangat dibutuhkan dalam setiap penelitian, Sanjaya

(2013, hlm. 248) mengemukakan bahwa “keberhasilan penelitian ditentukan oleh

instrumen penelitian yang digunakan. Adapun langkah-langkah insrtumen

penelitian adalah: Analisis Variabel, menetapkan jenis instrumen, menyusun

kisi-kisi, menyusun item instrumen, dan mengujicobakan instrumen”.

F. Teknik Uji Instrumen

Instrumen penelitian yang telah dibuat, sebelum digunakan dalam penelitian

harus diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan

(26)

38

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur instrumen yang digunakan dalam

penelitian untuk mengetahui kevalidan instrumen yang digunakan dalam

menumpulkan data penelitian. Seperti yang dipaparkan oleh Arikunto (2006, hlm. 168) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan jenis validitas isi dengan

cara melakukan expert judgement, dilakukan oleh dosen ahli dengan menelaah

kisi-kisi dan kesesuaian dengan tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator

dan butir pertanyaan. Uji validitas dengan expert judgment dilakukan oleh dosen

ahli dalam strategi dan metode pembelajaran. Pengujian valid atau tidaknya

angket instrumen yang telah disetujui ahli diujicobakan terhadap populasi yang

bukan sampel. Jenis validitas selanjutnya adalah menggunakan jenis validitas

empiris yang dilakukan dengan rumus Pearson Product Moment, yaitu:

� = n. ∑ − ∑ ∑

√{�. ∑ − ∑ } { �. ∑ − ∑ }

Dimana:

rhitung = Koefisien korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

(Sumber: Riduwan, 2013, hlm. 138)

2. Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas, selanjutmya instrumen penelitian dilakukan

uji reliabilitas. Menurut Arifin (2011, hlm. 248) “reliabilitas adalah derajat

konsistensi instrumen yang bersangkutan, reliabilitas dapat dipercaya sesuai

(27)

39

reliabel jika diujikan pada kelompok yang sam dalam waktu yang berbeda akan

memeberika hasil yang sama.

Pada penelitian ini untuk melihat tingkat reliabilitas instrumen yang diujikan

digunakan reliabilitas dengan rumus Cronbach Alpha atau Koefisien Alpha.

Menurut Arifin (2011, hlm. 249) “teknik Koefisien Alpha digunakan untuk tes

dua pilihan , bahkan dapat juga digunakan untuk menguji reliabilitas skala

pengukuran sikap dengan tiga, lima atau tujuh pilihan”. Sesuai dengan pernyataan

tersebut untuk melihat tingkat reliabilitas instrument penelitian, peneliti

menggunakan rumus Koefiesien Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

σ =

1 −

∑ ��2 �2

)

Keterangan:

R = Jumlah butir soal

��

= Varian butir soal

= Varians skor total

Perhitungan uji reliabilitas dibandingkan dengan rtabel dengan tingkat

kepercayaan pada α = 0, 05. Jika hasil koefisien alpha > rtabel maka instrument yang digunakan reliabel, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen

pengambilan data penelitian dan begitu juga sebaliknya.

G. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan penelitian dilalapangan serta data-data telah

dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Data yang

telah terkumpul tidak berarti tanpa adanya analisis data, data yang diperoleh

berupa data kuantitatif yang diperoleh melalui instrumen angket. Data-data

tersebut perlu diolah untuk mendapatkan kesimpulan penelitian.

Ada beberapa tahapan dalam menganalisis data dalam penelitian ini,

diantaranya: mengelompokkan dua berdasarkan variabel, mentabulasi data

(28)

40

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan

melakukan hipotesis yang telah diajukan.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini untuk mengetahui bagaimama sebaran

distribusi data pada setiap variabel angket yang digunakan dalam penelitian. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas data dengan Kolmogorov

Smirnov yang diolah menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic 20.

2. Menghitung Skor Penelitian

Skor penelitian pada penelitian ini adalah skor yang didapakan dari

masing-masing variabel. Skor yang didistribusikan digunakan untuk menjawab rumusan

masalah penerapan pembelajaran berbasis outbound dan kreativitas siswa. Skor

yang telah dihitung kemudian diinterpretasikan sesuai dengan kriteria interpretasi

skor yang telah ditetapkan. Intrepetasi skor yang digunakan merupakan hasil

perhitungan persentase. Adapun cara menentukan interpretasi skor adalah:

a. Menghitung jumlah skor tiap-tiap variabel hasil dari instrumen

penelitian.

b. Menghitung skor indeks maksimum dengan cara menjumlahkan skor

tertinggi dari item pernyataan dari tiap variabel.

c. Kemudian mencari persentase dengan menggunakan rumus, berikut:

P

=

�� ℎ � � �

�� ℎ �

× 100%

d. Selanjutnya menentukan kriteria interpretasi skor dengan cara

membuat tabel kategori interpretasi skor yang terdiri atas kategori

sangat tidak baik, tidak baik, cukup, baik, dan sangat baik sesuai

(29)

41

Tabel 3. 4

Kriteria Persentase Skor

Rentang Skor Persentase Kategori

0 – 20 % Sangat Tidak Baik

21 – 40 % Tidak Baik

41 – 60 % Cukup

61 – 80 % Baik

81 – 100 % Sangat Baik

3. Uji Hipotesis a. Analisis Korelasi

Teknik analisis data dengan analisis korelasi digunakan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk menguji hubungan dua variabel. Seperti yang dipaparkan oleh

Arifin (2011, hlm. 271) “analisis korelasi bertujuan untuk mengukur derajat hubungan dan bagaimana eratnya hubungan tersebut”. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data dengan teknik korelasi Pearson Product Moment atau

PPM. “teknik analisis korelasi PPM termasuk teknik statistik parametrik yang menggunakan data interval atau ratio dengan persyaratan tertentu” (Riduwan, 2013: hlm. 138). Lebih jelasnya Arifin (2011, hlm. 237) menyebutkan ada

beberapa syarat penggunaan teknik analisis PPM dalam penelitian, yaitu:

sumber data dari dua variabel bersumber dari subjek yang sama, b) menggunakan angket atau wawancara terstruktur, c) data diperoleh dari interviewer dan observer yang sama, d) data dari dua variabel adalah kontinum interval atau ratio, e) hubungan dua variabel itu linier, f) varian dua variabel itu homogen, g) jumlah sampelnya besar (lebih dari 30 orang), dan h) distribusi data tiap variabel berbentuk unimodal (satu titik puncak).

Adapun rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment adalah:

� =

n. ∑

− ∑

√{�. ∑

− ∑

} { �. ∑

− ∑ }

Dimana:

(30)

42

∑X : Jumlah skor item

∑Y : Jumlah skor total (seluruh item) N : Jumlah responden

(Sumber: Riduwan, 2013, hlm. 138)

“Korelasi PPM atau dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif

sempurna, jika r = 0 artinya tidak adanya korelasi, dan jika r = 1 korelasinya sangat kuat” (Riduwan, 2013, hlm. 138). Arti r dapat diinterpretasikan dengan tabel berikut:

Tabel 3. 5

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0, 80 – 1, 000

0, 60 – 0, 799

0, 40 – 0, 599

0, 20 – 0, 399

0, 00 – 0, 199

Sangat Kuat

Kuat

Cukup Kuat

Rendah

Sangat Rendah

(Sumber: Riduwan, 201, hlm. 138)

Selanjutnya untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan variabel X

terhadap variabel Y dapat dihitung dengan rumus koefisien diterminan, sebagai

barikut:

KD= r

2

x 100%

Dimana:

KD : Nilai Koefisien Diterminan

(31)

43

Perhitungan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS

Statistic pada uji dua pihak (two tail) dengan jumlah sampel 34 orang dengan

tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05.

b. Uji Signifikansi

Pengujian lanjutan setelah melakukan uji korelasi adalah, uji signifikansi

untuk mengetahui penerimaan atau penolakan hipotesis. Uji signifikansi juga

berfungsi untuk melihat hubungan variabel X dengan Y. Hasil korelasi tersebut

diuji dengan uji signifikansi dengan uji-t, dengan rumus:

t

hitung

=

√ −

√ − 2

dimana:

thitung : Nilai t

r : Nilai koefisien korelasi

n : Jumlah Sampel

(Sumber: Riduwan, 2013: hlm. 139)

Kemudian dilakukan pengujian hipotesis, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jika t hitung ≥ t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (artinya signifikan)

 Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak (artinya tidak

signifikan)

H. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang telah ada

pada umumnya, yang dimulai dengan tahap persiapan sampai dengan tahap

pembuatan laporan penelitian. Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada

langkah-langkah penelitian deskriptif studi korelasional dalam bidang pendidikan

yang dikemukakan oleh Sanjaya (2013: hlm. 61), yaitu:

1. Mengidentifikasi Masalah penelitian

Sebelum menetapkan masalah yang akan diteliti, peneliti melakukan studi

pendahuluan ke Sekolah Alam Bandung. Pada saat melakukan studi pendahuluan

(32)

44

Kemudian peneliti melakukan analisis dan menemukan masalah yang dijadikan

sebagai latar belakang dan rumusan masalah penelitian

2. Merumuskan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, peneliti merumuskan masalah penelitian

yang dibimbing dan diarahkan oleh dosen pembimbing. Rumusan masalah

penelitian dirumuskan melalui perumusan judul, desain penelitian dan tujuan

penelitian sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan.

3. Melakukan Studi Pustaka

Kemudian untuk memperkuat penelitian, peneliti melakukan studi

kepustakaan untuk membangun kerangka berpikir yang utuh dalam memetakan

konsep-konsep dan teori yang relevan sesuai dengan tema penelitian yang telah

ditetapkan.

4. Mengembangkan Instrumen Penelitian

Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa angket,

observasi, dan studi dokumentasi. Dalam tahapan ini, peneliti malakukan

beberapa hal, yaitu:

a) Menyusun kisi-kisi instrumen sebagai acuan pembuatan instrumen

b) Penyusunan angket dan pedoman wawancara

c) Melakukan uji coba reliabilitas dan validitas serta expert judgement

angket dan pedoman wawancara

d) Melakukan revisi pada instrumen yang telah diujicobakan

5. Menentukan Subjek Penelitian

Tahapan selanjutnya dari penelitian ini adalah menetapkan subjek

penelitian. Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas

V SD di Sekolah Alam Bandung.

6. Melaksanakan Penelitian atau Mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan dengan cara menyebar angket dan melakukan observasi di Sekolah

Alam Bandung.

7. Menganalisis Data

Data-data yang didapatkan tidak memiliki makna dan tidak memberikan

(33)

45

diperoleh melaui instrumen yang telah ditetapkan dianalisis sesuai dengan teknik

analisis data kuantitatif.

8. Membahas Hasil Penelitian dan Menarik kesimpulan

Setelah semua analisis data selesai dilakukan, peneliti membahas hasil apa

yang didapatkan dari analisis data tersebut. Sehingga peneliti dapat menarik

kesimpulan dari apa yang telah diteliti. Kesimpulan penelitian dirumuskan sesuai

dengan masalah penelitian dan disusun berdasarkan data dan pembahasan

penelitian.

9. Menyusun Laporan dan mempublikasikan

Tahapan terakhir dari prosedur penelitian ini adalah membuat laporan

penelitian berupa skripsi dengan penulisan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan

karya ilmiah yang telah ditetapkan. Kemudian dilakukan pelaporan untuk diujikan

(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang garis besar kesimpulan dari hasil penelitian dan saran

yang diberikan berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa

hasil penelitian yang telah dilakukan, adalah sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran berbasis outbound di Sekolah Alam Bandung

berdasarkan hasil pengolahan data instrumen penelitian, didapatkan

kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran berbasis outbound di Sekolah

Alam Bandung berada pada kategori baik. Proses pembelajaran berbasis

outbound di Sekolah Alam Bandung dilakukan di alam bebas terbuka

dengan prinsip learning by doing, fun learning, dan santai dikemas secara

tematik berpedoman pada perpaduan kurikulum KTSP dan kurikulum khas

sekolah alam yang terdiri dari tiga konsep pokok yaitu: akhlakul karimah,

falsafah ilmu pengetahuan, dan leadership. Pembelajaran berbasis outbound

mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri pemecahan masalah dalam

pembelajaran berdasarkan pengalaman yang ditemukannya di lapangan.

Membangun pengalaman dengan berbagai macam pengetahuan baru dari

apa yang ditemui di alam bebas, memungkinkan terjadinya pembelajaran

yang lebih konkrit pada diri siswa. Penerapan pembelajaran berbasis

outbound di Sekolah Alam Bandung belum mencapai titik sempurna, masih

terdapat beberapa hambatan, sehingga penerapan pembelajaran berbasis

outbound butuh pengembangan yang lebih lanjut dalam pelaksanaan

pembelajaran.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui secara umum

kreativitas siswa di Sekolah Alam Bandung termasuk dalam kategori baik,

walaupun masih terdapat aspek yang berada pada kategori cukup.

Kreativitas siswa pada mata pelajaran IPA dapat dilihat dari penyampaian

gagasan-gagasan, keaktifan dan keagresifan siswa dalam bertanya dan

(35)

74

kemandirian siswa dalam proses pembelajaran di alam bebas. Pembelajaran

berbasis outbound dapat dikategorikan sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi kreativitas siswa. Kreativitas dapat dikembangkan melalui

proses mental siswa yang dapat dijadikan sebagai karakteristik dalam

pembelajaran yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi,

diskontinuitas, dan diferensiasi untuk menemukan hal-hal baru baik dalam

mengembangkan kepekaan terhadap masalah lingkungan, masalah orang

lain, dan masalah kemanusiaan, maupun suatu produk.

3. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan

dalam penerapan pembelajaran berbasis outbound dengan kreativitas siswa,

yang dapat dilihat dari hasil perhitungan uji korelasi pada tingkat hubungan

yang cukup kuat. Penerapan pembelajaran berbasis outbound dapat

meningkatkan kreativitas siswa dan memberikan pengaruh positif terhadap

pengembangan dan dapat membangun kreativitas siswa, khususnya perilaku

kreatif.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis peneliti pada penelitian yang dilakukan, maka

peneliti mengajukan saran berdasarkan temuan peneliti dalam penerapan

pembelajaran berbasis outbound dengan kreativitas siswa di Sekolah Alam

Bandung, sebagai berikut:

1. Penerapan Pembelajaran Berbasis Outbound

Pelaksanaa pembelajaran berbasis outbound di Sekolah Alam Bandung

secara keseluruhan berada pada kategori baik, namun harus terus dikembangkan

khususnya dalam perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran selain

melibatkan berbagai komponen seperti kepala sekolah, guru dan orang tua,

hendaknya perencanaan pembelajaran juga harus dilengkapi dengan

dokumen-dokumen pembelajaran seperti perencanaan pembelajaran dan silabus

pembelajaran yang bertujuan agar terciptanya pembelajaran yang kondusif dan

terencana. Serta dalam pengaplikasian di lapangan pelaksanaan pembelajaran

berbasis outbound hendaknya lebih banyak menggunakan metode dan model

(36)

75

pembelajaran saja. Pembelajaran berbasis outbound dapat dilaksanakan tidak

hanya di Sekolah Alam saja, namun dapat dilaksanakan di sekolah konvensional

dengan persiapan dan perencanaan yang matang. Pelaksanaannya tidak harus di

alam bebas terbuka, dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolahpun

pembelajaran dapat dibangun melalui pengalaman.

2. Kreativitas Siswa

Penerapan pembelajaran berbasis outbound dalam meningkatkan kreativitas

siswa di Sekolah Alam Bandung dinilai cukup baik, walau masih banyak terdapat

beberapa kekurangan seperti tidak tersedianya media penyalur kreativitas siswa.

Sekolah sebagai pengampu kebijakan hendaknya mampu mewadahi setiap

kreativitas yang dimiliki siswa. Kemudian dalam mengembangan dan

membangun kreativitas tidak lepas dari peranan guru sebagai salah satu faktor

eksternal di Sekolah. Guru harus mampu mengekplorasi dan mengembangkan

kreativitas siswa dengan cara menyesuaikan berdasarkan tahapan perkembangan

siswa. Guru sebagai komponen pengelola pembelajaran harus mampu

menciptakan pembelajaran yang aman, kondusif, dan menyenangkan, sehingga

guru sebagai faktor pengembangan kecakapan kreatif siswa berfungsi secara

optimal. Guru juga harus mampu membangun komunikasi dan kerjasama dengan

orang tua sebagai faktor pembangun kreativitas siswa lainnya.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya melihat hubungan antara penerapan pembelajaran

berbasis outbound dengan kreativitas siswa, untuk peneliti selanjutnya diharapkan

dapat mengkaji lebih dalam dari berbagai aspek maupun dari segi variabel yang

berbeda. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan banyaknya inovasi dalam

bidang pendidikan, diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti secara lebih

luas dalam penerapan pembelajaran berbasis outbound seperti melakukan

perbandingan antara penerapan pembelajaran berbasis outbound di Sekolah Alam

(37)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku dan Jurnal

Ancok, D. (2002). Outbound management training. Yogyakarta: Tim UII Press.

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian pendidikan: Metode dan Paragdima Baru. Bandung: Remaja

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Bentuk Pendekatan Praktik. Jakarat: Rineka Cipta.

Baharuddin dan Wahyuni, E. N. (2007). Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Baharuddin, Wahyuni. (2010). Teori belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Darsono, Max, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses belajar mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hanafiah, N dan Suhana, C. (2009). Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama

Mulyasa. E. (2007). Menjadi guru profesional (menciptakan pembelajara kreatif dan menyenangkan). Bandung : PT Rosdakarya.

Munandar, U. (2009). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta

Munandar, U. (2002). Kreativitas dan keberbakatan strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Rachmawati, Y dan Kurniati, E. (2010). Strategi pengembangan kreativitas pada anak usia taman kanak-kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rusman. (2010). Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(38)

77

Sekolah Alam Bandung. 2015. Profil Sekolah Alam Bandung. Tidak diterbitkan. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, Dedi. (2001). Kreativitas, kebudayaan, dan perkembangan iptek. Bandung. Alfabeta

Triyanto. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Warsita. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sumber Penelitian

Afriyanti, Irma. (2015). Pengaruh Penggunaan Model Experiential Learning Terhadapa Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Experimen Terhadap Siswa Kelas IV di Sekolah Dasar Percobaan Negeri Setiabudi Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Komara, Moh. Edi. (2015). Penerapan metode outbound fun game dalam pembelajaran bahasa arab (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X MAN LAB UIN Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015). (Skripsi). Universitas Negeri Sunan Kali Jaga, Yogyakarta.

Prasetianto dan Subekti. (++). Penerpan Model Pembelajaran Outbound dalam Pembelajaran IPA kelas V SDN Jatiroto 02 Pati. (Hasil Penelitian).

Tusadiah, Nurul Halimah. (2009). Efektivitas permainan konstruktif dalam meningkatkan kreativitas anak di Taman Pendidikan Quran (TPQ) Al-Hikmah Joyosuko Malang. (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Tusadiah, Nurul. (2009). Efektivitas permainan konstruktif dalam meningkatkan kreativitas anak di Taman Pendidikan Quran (TPQ) Al-Hikmah Joyosuko Malang. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Warsiyah. (2011). Pendidikan akidah melalui kegiatan outbound (Studi pada Kelas V SD Alam Ar Ridho Semarang). (Skripsi). Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang.

(39)

78

Sumber Online

Abeng. (2013). Kegiatan Outbound di Sekolah. [online]. Tersedia: https://abengblog.wordpress.com/2013/10/23/kegiatan-outbound-di-sekolah/. Diakses pada 6 Agustus 2015.

Djojosoediro. (++). Modul Kurikulum IPA. [Online]. Tersedia: http://pjjpgsd.unesa.ac.id/dok/1.ModulHakikat%20IPA%20dan%20Pembelajaran %20IPA.pdf. Diakses 5 Agustus 2015.

Harahap, R. F. (2013). Astaga, RI Peringkat ke 64 untuk Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://news.okezone.com/read/2013/06/01/373/816065/astaga-ri-peringkat-ke-64-untuk-pendidikan. Diakses pada Desember 2014.

Hernawan, A. H dan Susilana, Rudi. (++). Konsep Dasar Kurikulum. [Online]. Tersedia: http: //file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_ BIASA /196209061986011 -AHMAD_MULYADIPRANA /PDF/Konsep_Dasar_ Kurikulum. pdf Diakses Oktober 2015.

Purnami dan Rohayati. (2013). Implementasi Metode Experiential Learning dalam Pengembangan Softskills Mahasiswa yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen dan Bisnis. [online]. Tersedia http://jurnal.upi.edu/file/rahayu.pdf. Diakses pada Agustus 2015.

Ramli. (2010). Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak. [online]. Tersedia http://ramlimpd.blogspot.com/2010/10/faktor-pendukung-dan-penghambat.html. Diakses pada 5 Agustus 2015.

Sastradi, Trisna. (2014). Model pembelajaran Experiential (Experiential Learning). [Online]. Tersedia: http://mediafunia.blogspot.com/2013/02/model-pembelajaran-experiential.html. Diakses pada Januari 2015.

Sirozhi. (2013). Peran Perguruan Tinggi Dalam Membangun Sumber Daya Manusia (Sdm) Indonesia Yang Terampil Dan Mandiri. [Online]. Tersedia:

http://www.radenfatah.ac.id/artikel-144-peran-perguruan-tinggi-dalam- membangun-sumber-daya-manusia-sdm-indonesia-yang-terampil-dan-mandiri.html. Diakses pada Desember 2014.

Gambar

Gambar tetap,
Tabel 1.1 Tingkat Orisinalitas Berdasarkan Usia
Tabel 3. 1
Tabel 3. 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL7. NOMOR 4 TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL6. NOMOR 4 TAHUN 2017

terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis. Memerhatikan fakta empiris yang ditemukan pada Rumah Sakit Bhayangkara. Tingkat II Medan saat ini serta didukung

Keterkaitan antara Mutu Layanan program, Kompetensi Pedagogik dan Mutu Proses Pembelajaran dalam Kerangka Program TSE ………..... Pendekatan

Untuk mempertahan presepsi guru tentang pembelajaran matematika sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual, perlu diyakinkan secara terus menerus bahwa

[r]

APLIKASI MULTIMEDIA METODE PECS ( PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM ) UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN KOMUNIKASI ANAK.. ASD ( AUTISME SPECTRUM

dapat berkomunikasi dengan baik, ramah dan sopan, adalah kemampuan soft skills. yang harus diberikan kepada pemustaka agar tercipta kepuasan yang