PENERAPAN METODE ACCELERATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PECAHAN DI KELAS VII SMP
SWASTA YAPIM MEDAN T.A. 2012/2013
Oleh :
Wenni Maretta Silalahi 408111104
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PENERAPAN METODE ACCELERATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PECAHAN DI KELAS VII SMP
SWASTA YAPIM MEDAN T.A. 2012/2013
Wenni Maretta Silalahi (408111104)
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Batasan Masalah 7
1.4 Rumusan Masalah 7
1.5 Tujuan Penelitian 8
1.6 Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Kerangka Teoritis 9
2.1.1 Pengertian Belajar 9
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar 10
2.1.3 Pembelajaran Matematika 11
2.1.4 Kesulitan Belajar Matematika 13
2.1.5 Konsep Belajar Tuntas 14
2.1.6 Konsep Accelerated Learning 16
2.1.6.1 Pengertian Accelerated Learning 16
2.1.6.2 Prinsip Pokok Accelerated Learning 18
2.1.6.3 Belajar Accelerated Learning Melalui MASTER 19
2.1.7 Materi Pembelajaran 21
2.1.7.1 Pengertian Bilangan Pecahan 21
vii
2.1.8 Pembelajaran Pecahan dengan Accelerated Learning 24
2.2 Kerangka Konseptual 26
BAB III METODE PENELITIAN 28
3.1 Lokasi Waktu Penelitian 28
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 28
3.2.1 Subjek Penelitian 28
3.2.2 Objek Penelitian 28
3.3 Jenis Penelitian 28
3.4 Prosedur Penelitian 29
3.4.1 Pelaksanaan Siklus I 30
3.4.1.1 Permasalahan 30
3.4.1.2 Rencana Tindakan I 30
3.4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 31
3.4.1.4 Observasi (Pengamatan) I 31
3.4.1.5 Analisis data I 31
3.4.1.6 Tahap Refleksi I 32
3.4.2 Pelaksanaan Siklus II 32
3.4.2.1 Permasalahan 32
3.5 Alat Pengumpulan Data 33
3.5.1 Tes Hasil Belajar 33
3.5.2 Lembar Observasi 34
3.6 Teknik Analisis Data 34
3.6.1 Reduksi Data 34
3.6.2 Paparan Data 37
3.6.3 Penarikan Kesimpulan 37
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN 38
4.1 Hasil Penelitian 38
4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 38
viii
4.1.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah I (Perencanaan Tindakan I) 42
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 43
4.1.1.4 Observasi I 46
4.1.1.5 Analisis Data I 48
4.1.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi 48
4.1.1.5.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar 50
4.1.1.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I 53
4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 55
4.1.2.1 Permasalahan II 55
4.1.2.2 Alternatif Pemecahan Masalah II (Perencanaan Tindakan II) 56
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 57
4.1.2.4 Observasi II 61
4.1.2.5 Analisis Data II 62
4.1.2.5.1 Analisis Data Hasil Observasi 62
4.1.2.5.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar 64
4.1.2.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II 65
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 72
5.1 Kesimpulan 72
5.2 Saran 74
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan Siswa 35
Tabel 3.2 Kriteria Rata-rata Penilaian Observasi 37
Tabel 4.1 Data Kesulitan Siswa Pada Tes Awal 38
Tabel 4.2 Data Kesulitan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 51
[image:7.595.86.520.118.626.2]x
DAFTAR GAMBAR
[image:8.595.86.520.120.620.2]Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus I 77
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus I 83
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus II 89
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus II 96
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) I Siklus I 102
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) II Siklus I 104
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa (LKS) III Siklus II 105
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) IV Siklus II 107
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LKS I 108
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LKS II 109
Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LKS III 111
Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LKS IV 112
Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Awal 113
Lampiran 14. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I 114
Lampiran 15. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 115
Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Awal 116
Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 119
Lampiran 18. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 122
Lampiran 19. Tes Awal 125
Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 126
Lampiran 21. Tes Hasil Belajar I 128
Lampiran 22. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 130
Lampiran 23. Tes Hasil Belajar II 134
Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 136
Lampiran 25. Pedoman Penskoran Tes Awal 139
Lampiran 26. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 141
Lampiran 27. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 143
xii
untuk Guru Siklus I 145
Lampiran 29. Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Untuk Guru Siklus I 151
Lampiran 30. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
untuk Guru Siklus II 153
Lampiran 31. Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
untuk Guru Siklus II 159
Lampiran 32. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
untuk Siswa Siklus I 161
Lampiran 33. Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran
untuk Siswa Siklus I 165
Lampiran 34. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
untuk Siswa Siklus II 166
Lampiran 35. Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran
untuk Siswa Siklus II 170
Lampiran 36. Daftar Nama Siswa Kelas VII SMP Swasta YAPIM Medan 171
Lampiran 37. Paparan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Awal 172
Lampiran 38. Paparan Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 174
Lampiran 39. Paparan Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB I 176
Lampiran 40. Paparan Tingkat Penguasaan Siswa Pada THB I 178
Lampiran 41. Paparan Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB II 180
Lampiran 42. Paparan Tingkat Penguasaan Siswa Pada THB II 182
Lampiran 43. Jadwal Kegiatan Penelitian 184
Lampiran 44. Dokumentasi Penelitian 185
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut UU Sisdiknas Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
(http://www.maswins.com/2011/03/pengertian-pendidikan-menurut-uu-dan.html).
Perkembangan yang melanda dunia khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan sehingga menuntut
adanya peningkatan mutu pendidikan di setiap jenjang pendidikan, termasuk
pendidikan matematika. Slameto (2003:72) menyatakan bahwa: “Matematika
adalah suatu jalan untuk menuju pemikiran yang jelas, tepat, teliti, yang melandasi
semua ilmu pengetahuan dan filsafat bahkan keberhasilan suatu Negara
tergantung dari kemajuan matematikanya”. Matematika merupakan matapelajaran
yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM dengan
jalan mengembangkan kemampuan berpikir logis, rasional dan sistematis, serta
mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Cornelius (dalam
Abdurrahman, 2009:253) menyatakan bahwa :
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Syaban (dalam
http://educare.e-fkipunla.net) bahwa “Matematika merupakan ilmu dasar dan melayani hampir semua ilmu sehingga matematika itu adalah ratu dan pelayan ilmu”. Karena matematika merupakan matapelajaran yang penting, perlu diadakan inovasi dalam
pembelajaran matematika agar pembelajaran menjadi lebih variatif guna
2
Selama ini guru dipandang sebagai sumber informasi utama namun
karena semakin majunya teknologi maka siswa dapat dengan mudah mendapatkan
informasi yang dibutuhkannya, maka guru seharusnya tanggap dan mampu
menyesuaikan diri terhadap perkembangan tersebut. Gunawan (2006:165) menyatakan bahwa: “Agar guru dapat mengikuti perkembangan zaman, guru harus dapat menjadi fasilitator dan katalisator dalam proses belajar mengajar”.
Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi proses pembelajaran
yang berlangsung di kelas. Guru memilih atau merancang rencana pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi kelas dan berusaha mengarahkan siswa untuk
berperan aktif dan bertanggungjawab terhadap proses serta hasil pembelajaran.
Sedangkan peran guru sebagai katalisator adalah guru membantu siswa dalam
menemukan kekuatan, talenta, dan kelebihan mereka. Guru bertindak sebagai
pembimbing yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta siswa
akan proses pembelajaran serta membantu siswa untuk mengerti cara belajar yang
optimal. Hal ini dikemukakan oleh Ahmad (dalam
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/28/peranan-guru-dalam-pengembangan-pendidikan-karakter-di-sekolah/) bahwa:
“Dalam pengembangan karakter peserta didik, guru berkedudukan
sebagai fasilitator, dan katalisator atau teladan. Sebagai fasilitator, guru berperan sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya. Sedangkan sebagai katalisator, guru membantu mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter, dan intelektual siswa sehingga siswa mengerti bahwa proses belajar adalah proses yang berkesinambungan.”
Dalam proses pembelajaran apabila guru dapat menerapkan kedua peran
tersebut maka segala kegiatan dalam pembelajaran akan terasa lebih
menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Hal ini juga seharusnya berlaku
bagi mata pelajaran matematika. Namun pada kenyataannya, banyak siswa yang
mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit untuk
3
para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal ini dikarenakan matematika disajikan dalam bentuk yang terkesan sulit untuk dipelajari, hanya merupakan konsep-konsep, teori lalu
contoh soal dan tidak ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa
sering merasa bosan, dan kurang berminat belajar matematika sehingga
mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan The Third Internasional
Mathematic and Science Study Repeat (TIMSSR), hasil nilai matematika pada
Ujian Nasional di Indonesia pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu
terpaku pada angka rendah dan Indonesia berada di urutan ke – 34 dari 38 negara
untuk prestasi siswa SMP di bidang matematika
(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.). Hasil observasi awal yang
dilakukan peneliti di SMP Swasta YAPIM Medan pada tanggal 30 Januari 2012
dengan narasumber Finy F. Simbolon selaku guru matematika kelas VII diketahui
bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Swasta YAPIM Medan
masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari nilai Matematika siswa yang tampak
pada Daftar Kumpulan Nilai.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika,
antara lain yaitu kurangnya minat siswa menerima pelajaran yang diberikan guru
karena dianggap paling sulit, rendahnya penguasaan siswa terhadap konsep.
Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa sering merasa jenuh dan bosan
karena proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak efektif dan efisien seperti
metode mengajar guru yang kurang bervariasi, bersifat konvensional dan lebih
banyak didominasi oleh guru, akibatnya pencapaian hasil belajar tidak optimal.
4
Pembelajaran matematika kurang bermakna, siswa masih belum aktif
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Herman (dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIKA) menyatakan
bahwa “Guru umumnya cenderung memulai pelajaran dari apa yang dia ketahui,
bukannya dari apa yang anak didik ketahui. Padahal jika anak memahami
berdasarkan apa yang telah mereka ketahui, berdasarkan pengalamannya, tentu akan lebih bermakna bagi anak.”
Pembelajaran matematika di sekolah selama ini masih didominasi oleh
pembelajaran konvensional dimana biasanya guru memulai sajian dengan
mengajar teori/ definisi/ teorema, diberikan contoh, dan terakhir diberikan latihan
soal-soal. Akibatnya siswa hanya menghapal konsep dan kurang mampu
menggunakan konsep tersebut jika menemukan masalah yang berhubungan
dengan konsep yang telah dimilikinya. Sarman, S
(dalam
http://www.samsunisarman.com/2011/11/matematika-dan-pendekatan-realistik.html) menyatakan bahwa:
“Proses pembelajaran matematika di Indonesia hingga saat ini masih dilakukan dengan cara konvensional, dimana penyampaian guru bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif dan aktivitas siswa yang sering dilakukan mencatat dan menyalin. Akibatnya pembelajaran matematika kurang bermakna sehingga pemahaman siswa terhadap konsep matematika sangat lemah.”
Berkenaan dengan apa yang dikemukakan di atas, maka perlu adanya
suatu pembaharuan dalam metode mengajar guru. Guru harus mampu memilih
metode pembelajaran yang tepat agar siswa memperoleh pengetahuan secara utuh
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa dan hasil belajar siswa pun
meningkat. Jika siswa dilibatkan lebih aktif maka siswa akan lebih berpotensi
mengeluarkan kemampuannya. Hudojo (1988:5) mengatakan:
5
Pokok bahasan pecahan walau telah diajarkan di kelas VII SMP, namun
masih banyak siswa SMA yang tidak paham tentang konsep pecahan saat konsep
itu dipakai pada materi lain. Siswa mengalami kesulitan dikarenakan kurangnya
pemahaman siswa tentang konsep pecahan tersebut. Walle (dalam
http://maesuri.blogspot.com/2009/05/catatan-penelitian-bagi-guru-topik.html)
menyatakan bahwa:
“Memfokuskan perhatian pada aturan-aturan pecahan dan menemukan jawaban, sesungguhnya berbahaya. Penguasaan siswa yang demikian dapat dengan mudah atau cepat hilang sebab aturan tersebut tidak membantu siswa berfikir tentang arti konsep pecahan tersebut”.
Siswa hanya menerima konsep seperti mengkonsumsi tanpa ada umpan
balik yang dapat membuat siswa terus mengingat konsep tersebut. Akibatnya
siswa hanya menghapal tanpa memahami konsep pecahan tersebut.
SMP Swasta YAPIM Medan adalah salah satu sekolah yang berlokasi di
Jl. Air Bersih Kec. Medan Kota. Sekolah ini masih memiliki masalah tentang
proses dan produk pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Matematika. Hal
ini berdasarkan hasil observasi awal peneliti. Dari hasil wawancara peneliti
dengan Finy F. Simbolon selaku guru matematika kelas VII SMP Swasta YAPIM
Medan, mengatakan bahwa :
“Siswa sulit menyelesaikan soal operasi penjumlahan, pengurangan, dan pembagian khususnya yang berkenaan dengan bilangan-bilangan pecahan tidak senama, karena siswa tidak memahami konsep pecahan dengan baik, siswa juga belum mempunyai pemahaman yang baik tentang KPK dari dua buah bilangan asli, serta tidak adanya contoh yang dapat dilihat langsung oleh siswa pada saat melakukan operasi pecahan.”
Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan
pecahan, sesuai penuturan Finy F. Simbolon bahwa: “Nilai harian siswa pada
pokok bahasan pecahan di kelas VII sangat rendah, dari 40 siswa hanya sekitar
47% yang mendapatkan nilai di atas 65.” Hal ini terjadi karena siswa menganggap
6
Menyadari hal tersebut di atas, perlu adanya suatu pembaharuan dalam
pembelajaran matematika untuk memungkinkan siswa aktif dalam belajar baik
secara mental fisik maupun sosial sehingga memberikan pengalaman bagi siswa,
dapat mempelajari matematika lebih mudah, lebih cepat, lebih bermakna, efektif
dan menyenangkan, salah satunya adalah dengan menerapkan metode Accelerated
Learning melalui enam langkah dasar yang sering disingkat dengan
M-A-S-T-E-R. Rose dan Nicholl (2003:36) menyatakan bahwa:
“Metode accelerated learning mengakui masing-masing individu
memiliki cara belajar pribadi pilihannya yang cocok dengan karakter dirinya. Ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik yang cocok dengan gaya belajar pribadinya, maka ia telah belajar dengan cara yang paling alamiah bagi diri sendiri. Sebab yang alamiah menjadi lebih mudah dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat.”
Dengan pembelajaran Accelerated Learning siswa diajak untuk
memanfaatkan seluruh pikiran dan diri mereka atas kesadaran sendiri, benar-benar
memperhatikan minat dan kegembiraan siswa saat mau belajar dan selama belajar,
lingkungan belajar ditata nyaman, siswa dibuat aktif selama pembelajaran
berlangsung, menggunakan sarana pengingat yang mempermudah siswa
memahami dan mengingat materi pelajaran, serta memperhatikan gaya belajar
siswa. Dengan demikian, siswa diharapkan bisa mengoptimalkan daya serap, daya
ingat dan daya pikirannya pada saat proses belajar matematika berlangsung
sehingga siswa dapat mengalami situasi belajar yang bermakna dan
menyenangkan sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Matematika merupakan matapelajaran yang membosankan dan dianggap sulit
oleh siswa
2. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum efektif, kurang variatif,
serta masih bersifat konvensional
3. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa untuk aktif dalam
mengungkapkan ide-ide/ gagasannya sendiri
4. Rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan pecahan
5. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep operasi pecahan
khususnya operasi pecahan tidak senama
1.3 Batasan Masalah
Karena luasnya ruang lingkup permasalahan dan agar penelitian menjadi
lebih efektif, jelas dan terarah, masalah dibatasi pada penerapan metode
Accelerated Learning melalui enam langkah dasar yang disingkat dengan
M-A-S-T-E-R dalam pembelajaran operasi hitung bilangan pecahan di kelas VII SMP
Swasta YAPIM Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi penerapan Accelerated Learning dalam pembelajaran
operasi hitung bilangan pecahan di kelas VII SMP Swasta YAPIM Medan?
2. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa kelas VII SMP Swasta YAPIM
Medan dalam pembelajaran Accelerated Learning pada materi operasi
hitung bilangan pecahan?
3. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan
8
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi penerapan metode Accelerated Learning dalam
pembelajaran operasi hitung bilangan pecahan di kelas VII SMP Swasta
YAPIM Medan
2. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa kelas VII
SMP Swasta YAPIM Medan dalam pembelajaran Accelerated Learning
pada materi operasi hitung bilangan pecahan
3. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung
bilangan pecahan di kelas VII SMP Swasta YAPIM Medan T.A. 2012/2013
melalui penerapan metode Accelerated Learning.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok
bahasan Pecahan.
2. Bagi guru, sebagai pertimbangan untuk menentukan metode pembelajaran
dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi sekolah, menjadi sumber informasi atau sumbangan pemikiran sebagai
salah satu alternatif pengajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa melalui metode Accelerated Learning khususnya
di sekolah tempat dilaksanakannya penelitian ini dan di sekolah lain pada
umumnya.
4. Bagi peneliti, sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
pada masa yang akan datang serta sebagai upaya dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menggunakan metode Accelerated Learning.
72 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi penerapan metode Accelerated Learning langkah MASTER dalam
pembelajaran operasi hitung bilangan pecahan yaitu:
a. Memberikan motivasi kepada siswa dengan cara menyampaikan
keterkaitan (manfaat) materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata
sehari-hari
b. Memusatkan konsentrasi siswa dengan cara:
Melakukan senam otak sesuai dengan instrukasi guru dan sebelumnya guru telah memperagakan gerakannya di depan kelas
Mengulang sekilas tentang pelajaran sebelumnya dan memberikan pertanyaan pancingan terkait materi yang akan dipelajari
c. Menyampaikan materi operasi hitung bilangan pecahan melalui contoh
nyata dalam kehidupan dengan menampilkan contoh-contoh tersebut
melalui power point dan video yang telah dibuat sebelumnya. Memberikan
analogi dan penjelasan yang realistis terhadap materi yang disajikan pada
power point tersebut
d. Pada tahap menyelidiki makna, mengorganisasikan siswa diskusi
kelompok dan mengawasi jalannya diskusi dengan cara:
Memotivasi siswa agar memecahkan masalah secara bersama dengan kelompoknya (ada dialog antar teman) dan agar berani mengajukan
pertanyaan ketika mengalami kesulitan dan berani mengajukan
tanggapannya
Membimbing dan memberikan stimulus/bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
73
Meminta setiap kelompok menyajikan hasil diskusinya dengan cara mengundi kelompok mana yang menyajikan hasilnya di depan kelas
dan kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan/komentar
Mengoreksi hasil pekerjaan kelompok penyaji dan memperbaiki kesalahan pengerjaan sehingga siswa memperoleh pemahaman atas
jawaban LKS yang paling tepat
Memberikan pertanyaan manarik dengan memberikan reward penambahan nilai bagi siswa yang menjawab
f. Pemberian kuis mandiri berbentuk soal essay pada tahap memamerkan apa
yang diketahui
2. Kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Accelerated
Learning langkah MASTER dan dalam memahami materi operasi hitung
bilangan pecahan antara lain:
a. Ketika melakukan percobaan sederhana secara berpasangan untuk
menemukan konsep penjumlahan pecahan, siswa kesulitan mengikuti
instruksi/langkah-langkah percobaan karena kurang paham maksud dari
instruksi tersebut
b. Sebagian siswa kesulitan menyesuaikan diri pada saat diskusi dan sulit
menerima pendapat teman sekelompoknya sehinga timbul perdebatan
akibatnya hasil diskusi tidak maksimal
c. Siswa kesulitan membuat peta konsep karena sebelumnya mereka belum
pernah membuat peta konsep
d. Sebagian siswa tidak mengerti manfaat refleksi sehingga sulit
mengeluarkan pendapatnya mengenai pembelajaran yang telah
berlangsung
e. Siswa kurang memahami materi prasyarat yaitu pecahan senilai,
mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa, KPK dari dua bilangan
untuk menyamakan penyebut pecahan tak senama
f. Siswa kesulitan menjumlahkan atau mengurang pecahan-pecahan tak
74
g. Siswa kesulitan menjumlahkan pecahan campuran jika bertanda negatif
h. Siswa kesulitan mengalikan pecahan campuran dengan pecahan campuran
i. Siswa tidak dapat menentukan invers dari suatu pecahan sehingga siswa
kesulitan dalam menyelesaikan soal pembagian pecahan
j. Siswa kesulitan membuat kalimat matematika dari soal cerita ke model
pecahannya
3. Sebelum pemberian tindakan diperoleh nilai rata-rata tes awal siswa 48,66
dengan ketuntasan klasikal 26,83%. Setelah pemberian tindakan pengajaran
dengan metode Accelerated Learning langkah MASTER, nilai rata-rata kelas
pada tes hasil belajar I mencapai 70,02 dengan tingkat ketuntasan belajar
klasikal 63,4%. Karena hasil yang diperoleh untuk pembelajaran secara
klasikal belum memenuhi target (belum mencapai 85% ), maka dilanjutkan
di siklus II dengan upaya-upaya yang telah disebutkan di atas. Nilai tes hasil
belajar II mencapai nilai rata-rata kelas 85,58 dengan tingkat ketuntasan
belajar klasikal 87,8%, ini berarti metode Accelerated Learning langkah
MASTER dapat menciptakan ketercapaian ketuntasan hasil belajar siswa
pada pokok bahasan operasi hitung bilangan pecahan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Disarankan kepada guru agar slide yang ditampilkan pada layar LCD
hendaknya dibuat semenarik mungkin sehingga menambah ketertarikan siswa
untuk memperhatikan materi pelajaran
2. Guru hendaknya selalu membuat LKS yang bertujuan melatih siswa dalam
memecahkan masalah
3. Sebagai alternatif bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat
memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah MASTER dan
benar-benar dapat menyesuaikan alokasi waktu yang ada dengan rencana
75
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, (2008), Pendidikan di Indonesia, http://depdiknas.go.id (diakses 8 Februari 2012)
Abdurahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Ahmad, (2011), Peranan Guru dalam Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah, http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/28/peranan-guru-dalam-pengembangan-pendidikan-karakter-di-sekolah/ (diakses 29 April 2012)
Arikunto, S, dkk, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, S., (2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Asep, (2008), Makna Ketuntasan dalam Belajar,
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2408141155.pdf (diakses 13 Desember 2012)
Azmi, S., (2008), Accelerated Learning dan Implementasinya di Indonesia, http://fkip.wisnuwardhana.ac.id/index. (diakses 01 Maret 2012)
Djamarah, S.B. dan Zani, A., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
FMIPA Universitas Negeri Medan, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.
Gunawan, (2006), Genius Learning Strategi, Erlangga, Jakarta.
Hanita, Firsa, (2010), Nilai Matematika Siswa Tingkat Menengah di Indonesia, http://www.wikimu.com/News/DisplayNews. (diakses 20 Februari 2012)
Herman, (2011), Matematika dan Pembelajaran Matematika, http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19 6210111991011-TATANG_HERMAN/Artikel/Artikel23.pdf (diakses 18 Mei 2012)
Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.
76
Maesuri, (2009), Catatan Penelitian Bagi Guru: Topik Pecahan,
http://maesuri.blogspot.com/2009/05/catatan-penelitian-bagi-guru-topik.html (diakses 18 Mei 2012)
Masbied, (2012), Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah, http://www.masbied.com/2012/02/29/tujuan-pembelajaran-matematika-di-sekolah/ (diakses 24 Maret 2012)
Maswins, (2011), Pengertian Pendidikan Menurut UU dan Para Ahli, http://www.maswins.com/2011/03/pengertian-pendidikan-menurut-uu-dan.html (diakses 18 Mei 2012)
Nuharini, D., (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.
Prioananto, (2007), Kesulitan Belajar Siswa, http://www.sma3blitar (diakses 20 Februari 2012)
Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rose, C., dan Nicholl, MJ., (2003), Accelerated Learning for 21st Century, Alih Bahasa: Dedy Ahimsa, Nuansa Cendekia, Bandung.
Sarman, S, (2011), Matematika dan Pendekatan Realistik, http://www.samsunisarman.com/2011/11/matematika-dan-pendekatan-realistik.html (diakses 29 April 2012)
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Yudhistira, Jakarta.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta.
Tim Pelatihan Proyek PGSM, (1999), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Wenni Maretta Silalahi dilahirkan di Pematang Bandar, Kecamatan
Pematang Bandar, pada tanggal 31 Maret 1990. Ayah bernama J. Silalahi dan Ibu
bernama R. Simanungkalit. Pada tahun 1996, penulis masuk SD Negeri No.
091656 Talun Madear, Kecamatan Pematang Bandar, dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Pematang
Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun
2005, penulis melanjutkan sekolah di SMA Swasta Abdi Sejati Perdagangan,
Kecamatan Bandar, dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima
di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus