• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE ACCELERATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PECAHAN DI KELAS VII SMP SWASTA YAPIM MEDAN T.A. 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE ACCELERATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PECAHAN DI KELAS VII SMP SWASTA YAPIM MEDAN T.A. 2012/2013."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE ACCELERATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PECAHAN DI KELAS VII SMP

SWASTA YAPIM MEDAN T.A. 2012/2013

Oleh :

Wenni Maretta Silalahi 408111104

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENERAPAN METODE ACCELERATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PECAHAN DI KELAS VII SMP

SWASTA YAPIM MEDAN T.A. 2012/2013

Wenni Maretta Silalahi (408111104)

ABSTRAK

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Belajar 9

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar 10

2.1.3 Pembelajaran Matematika 11

2.1.4 Kesulitan Belajar Matematika 13

2.1.5 Konsep Belajar Tuntas 14

2.1.6 Konsep Accelerated Learning 16

2.1.6.1 Pengertian Accelerated Learning 16

2.1.6.2 Prinsip Pokok Accelerated Learning 18

2.1.6.3 Belajar Accelerated Learning Melalui MASTER 19

2.1.7 Materi Pembelajaran 21

2.1.7.1 Pengertian Bilangan Pecahan 21

(5)

vii

2.1.8 Pembelajaran Pecahan dengan Accelerated Learning 24

2.2 Kerangka Konseptual 26

BAB III METODE PENELITIAN 28

3.1 Lokasi Waktu Penelitian 28

3.2 Subjek dan Objek Penelitian 28

3.2.1 Subjek Penelitian 28

3.2.2 Objek Penelitian 28

3.3 Jenis Penelitian 28

3.4 Prosedur Penelitian 29

3.4.1 Pelaksanaan Siklus I 30

3.4.1.1 Permasalahan 30

3.4.1.2 Rencana Tindakan I 30

3.4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 31

3.4.1.4 Observasi (Pengamatan) I 31

3.4.1.5 Analisis data I 31

3.4.1.6 Tahap Refleksi I 32

3.4.2 Pelaksanaan Siklus II 32

3.4.2.1 Permasalahan 32

3.5 Alat Pengumpulan Data 33

3.5.1 Tes Hasil Belajar 33

3.5.2 Lembar Observasi 34

3.6 Teknik Analisis Data 34

3.6.1 Reduksi Data 34

3.6.2 Paparan Data 37

3.6.3 Penarikan Kesimpulan 37

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN 38

4.1 Hasil Penelitian 38

4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 38

(6)

viii

4.1.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah I (Perencanaan Tindakan I) 42

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 43

4.1.1.4 Observasi I 46

4.1.1.5 Analisis Data I 48

4.1.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi 48

4.1.1.5.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar 50

4.1.1.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I 53

4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 55

4.1.2.1 Permasalahan II 55

4.1.2.2 Alternatif Pemecahan Masalah II (Perencanaan Tindakan II) 56

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 57

4.1.2.4 Observasi II 61

4.1.2.5 Analisis Data II 62

4.1.2.5.1 Analisis Data Hasil Observasi 62

4.1.2.5.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar 64

4.1.2.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II 65

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 72

5.1 Kesimpulan 72

5.2 Saran 74

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan Siswa 35

Tabel 3.2 Kriteria Rata-rata Penilaian Observasi 37

Tabel 4.1 Data Kesulitan Siswa Pada Tes Awal 38

Tabel 4.2 Data Kesulitan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 51

[image:7.595.86.520.118.626.2]
(8)

x

DAFTAR GAMBAR

[image:8.595.86.520.120.620.2]

Halaman

(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus I 77

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus I 83

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus II 89

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus II 96

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) I Siklus I 102

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) II Siklus I 104

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa (LKS) III Siklus II 105

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) IV Siklus II 107

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LKS I 108

Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LKS II 109

Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LKS III 111

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LKS IV 112

Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Awal 113

Lampiran 14. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I 114

Lampiran 15. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 115

Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Awal 116

Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 119

Lampiran 18. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 122

Lampiran 19. Tes Awal 125

Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 126

Lampiran 21. Tes Hasil Belajar I 128

Lampiran 22. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 130

Lampiran 23. Tes Hasil Belajar II 134

Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 136

Lampiran 25. Pedoman Penskoran Tes Awal 139

Lampiran 26. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 141

Lampiran 27. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 143

(10)

xii

untuk Guru Siklus I 145

Lampiran 29. Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran

Untuk Guru Siklus I 151

Lampiran 30. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

untuk Guru Siklus II 153

Lampiran 31. Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran

untuk Guru Siklus II 159

Lampiran 32. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

untuk Siswa Siklus I 161

Lampiran 33. Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran

untuk Siswa Siklus I 165

Lampiran 34. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

untuk Siswa Siklus II 166

Lampiran 35. Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran

untuk Siswa Siklus II 170

Lampiran 36. Daftar Nama Siswa Kelas VII SMP Swasta YAPIM Medan 171

Lampiran 37. Paparan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Awal 172

Lampiran 38. Paparan Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 174

Lampiran 39. Paparan Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB I 176

Lampiran 40. Paparan Tingkat Penguasaan Siswa Pada THB I 178

Lampiran 41. Paparan Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB II 180

Lampiran 42. Paparan Tingkat Penguasaan Siswa Pada THB II 182

Lampiran 43. Jadwal Kegiatan Penelitian 184

Lampiran 44. Dokumentasi Penelitian 185

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut UU Sisdiknas Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

(http://www.maswins.com/2011/03/pengertian-pendidikan-menurut-uu-dan.html).

Perkembangan yang melanda dunia khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan sehingga menuntut

adanya peningkatan mutu pendidikan di setiap jenjang pendidikan, termasuk

pendidikan matematika. Slameto (2003:72) menyatakan bahwa: “Matematika

adalah suatu jalan untuk menuju pemikiran yang jelas, tepat, teliti, yang melandasi

semua ilmu pengetahuan dan filsafat bahkan keberhasilan suatu Negara

tergantung dari kemajuan matematikanya”. Matematika merupakan matapelajaran

yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM dengan

jalan mengembangkan kemampuan berpikir logis, rasional dan sistematis, serta

mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Cornelius (dalam

Abdurrahman, 2009:253) menyatakan bahwa :

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Syaban (dalam

http://educare.e-fkipunla.net) bahwa “Matematika merupakan ilmu dasar dan melayani hampir semua ilmu sehingga matematika itu adalah ratu dan pelayan ilmu”. Karena matematika merupakan matapelajaran yang penting, perlu diadakan inovasi dalam

pembelajaran matematika agar pembelajaran menjadi lebih variatif guna

(12)

2

Selama ini guru dipandang sebagai sumber informasi utama namun

karena semakin majunya teknologi maka siswa dapat dengan mudah mendapatkan

informasi yang dibutuhkannya, maka guru seharusnya tanggap dan mampu

menyesuaikan diri terhadap perkembangan tersebut. Gunawan (2006:165) menyatakan bahwa: “Agar guru dapat mengikuti perkembangan zaman, guru harus dapat menjadi fasilitator dan katalisator dalam proses belajar mengajar”.

Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi proses pembelajaran

yang berlangsung di kelas. Guru memilih atau merancang rencana pembelajaran

yang sesuai dengan kondisi kelas dan berusaha mengarahkan siswa untuk

berperan aktif dan bertanggungjawab terhadap proses serta hasil pembelajaran.

Sedangkan peran guru sebagai katalisator adalah guru membantu siswa dalam

menemukan kekuatan, talenta, dan kelebihan mereka. Guru bertindak sebagai

pembimbing yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta siswa

akan proses pembelajaran serta membantu siswa untuk mengerti cara belajar yang

optimal. Hal ini dikemukakan oleh Ahmad (dalam

http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/28/peranan-guru-dalam-pengembangan-pendidikan-karakter-di-sekolah/) bahwa:

“Dalam pengembangan karakter peserta didik, guru berkedudukan

sebagai fasilitator, dan katalisator atau teladan. Sebagai fasilitator, guru berperan sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya. Sedangkan sebagai katalisator, guru membantu mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter, dan intelektual siswa sehingga siswa mengerti bahwa proses belajar adalah proses yang berkesinambungan.”

Dalam proses pembelajaran apabila guru dapat menerapkan kedua peran

tersebut maka segala kegiatan dalam pembelajaran akan terasa lebih

menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Hal ini juga seharusnya berlaku

bagi mata pelajaran matematika. Namun pada kenyataannya, banyak siswa yang

mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit untuk

(13)

3

para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal ini dikarenakan matematika disajikan dalam bentuk yang terkesan sulit untuk dipelajari, hanya merupakan konsep-konsep, teori lalu

contoh soal dan tidak ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa

sering merasa bosan, dan kurang berminat belajar matematika sehingga

mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan The Third Internasional

Mathematic and Science Study Repeat (TIMSSR), hasil nilai matematika pada

Ujian Nasional di Indonesia pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu

terpaku pada angka rendah dan Indonesia berada di urutan ke – 34 dari 38 negara

untuk prestasi siswa SMP di bidang matematika

(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.). Hasil observasi awal yang

dilakukan peneliti di SMP Swasta YAPIM Medan pada tanggal 30 Januari 2012

dengan narasumber Finy F. Simbolon selaku guru matematika kelas VII diketahui

bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Swasta YAPIM Medan

masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari nilai Matematika siswa yang tampak

pada Daftar Kumpulan Nilai.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika,

antara lain yaitu kurangnya minat siswa menerima pelajaran yang diberikan guru

karena dianggap paling sulit, rendahnya penguasaan siswa terhadap konsep.

Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa sering merasa jenuh dan bosan

karena proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak efektif dan efisien seperti

metode mengajar guru yang kurang bervariasi, bersifat konvensional dan lebih

banyak didominasi oleh guru, akibatnya pencapaian hasil belajar tidak optimal.

(14)

4

Pembelajaran matematika kurang bermakna, siswa masih belum aktif

terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Herman (dalam

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIKA) menyatakan

bahwa “Guru umumnya cenderung memulai pelajaran dari apa yang dia ketahui,

bukannya dari apa yang anak didik ketahui. Padahal jika anak memahami

berdasarkan apa yang telah mereka ketahui, berdasarkan pengalamannya, tentu akan lebih bermakna bagi anak.”

Pembelajaran matematika di sekolah selama ini masih didominasi oleh

pembelajaran konvensional dimana biasanya guru memulai sajian dengan

mengajar teori/ definisi/ teorema, diberikan contoh, dan terakhir diberikan latihan

soal-soal. Akibatnya siswa hanya menghapal konsep dan kurang mampu

menggunakan konsep tersebut jika menemukan masalah yang berhubungan

dengan konsep yang telah dimilikinya. Sarman, S

(dalam

http://www.samsunisarman.com/2011/11/matematika-dan-pendekatan-realistik.html) menyatakan bahwa:

“Proses pembelajaran matematika di Indonesia hingga saat ini masih dilakukan dengan cara konvensional, dimana penyampaian guru bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif dan aktivitas siswa yang sering dilakukan mencatat dan menyalin. Akibatnya pembelajaran matematika kurang bermakna sehingga pemahaman siswa terhadap konsep matematika sangat lemah.”

Berkenaan dengan apa yang dikemukakan di atas, maka perlu adanya

suatu pembaharuan dalam metode mengajar guru. Guru harus mampu memilih

metode pembelajaran yang tepat agar siswa memperoleh pengetahuan secara utuh

sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa dan hasil belajar siswa pun

meningkat. Jika siswa dilibatkan lebih aktif maka siswa akan lebih berpotensi

mengeluarkan kemampuannya. Hudojo (1988:5) mengatakan:

(15)

5

Pokok bahasan pecahan walau telah diajarkan di kelas VII SMP, namun

masih banyak siswa SMA yang tidak paham tentang konsep pecahan saat konsep

itu dipakai pada materi lain. Siswa mengalami kesulitan dikarenakan kurangnya

pemahaman siswa tentang konsep pecahan tersebut. Walle (dalam

http://maesuri.blogspot.com/2009/05/catatan-penelitian-bagi-guru-topik.html)

menyatakan bahwa:

“Memfokuskan perhatian pada aturan-aturan pecahan dan menemukan jawaban, sesungguhnya berbahaya. Penguasaan siswa yang demikian dapat dengan mudah atau cepat hilang sebab aturan tersebut tidak membantu siswa berfikir tentang arti konsep pecahan tersebut”.

Siswa hanya menerima konsep seperti mengkonsumsi tanpa ada umpan

balik yang dapat membuat siswa terus mengingat konsep tersebut. Akibatnya

siswa hanya menghapal tanpa memahami konsep pecahan tersebut.

SMP Swasta YAPIM Medan adalah salah satu sekolah yang berlokasi di

Jl. Air Bersih Kec. Medan Kota. Sekolah ini masih memiliki masalah tentang

proses dan produk pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Matematika. Hal

ini berdasarkan hasil observasi awal peneliti. Dari hasil wawancara peneliti

dengan Finy F. Simbolon selaku guru matematika kelas VII SMP Swasta YAPIM

Medan, mengatakan bahwa :

“Siswa sulit menyelesaikan soal operasi penjumlahan, pengurangan, dan pembagian khususnya yang berkenaan dengan bilangan-bilangan pecahan tidak senama, karena siswa tidak memahami konsep pecahan dengan baik, siswa juga belum mempunyai pemahaman yang baik tentang KPK dari dua buah bilangan asli, serta tidak adanya contoh yang dapat dilihat langsung oleh siswa pada saat melakukan operasi pecahan.”

Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan

pecahan, sesuai penuturan Finy F. Simbolon bahwa: “Nilai harian siswa pada

pokok bahasan pecahan di kelas VII sangat rendah, dari 40 siswa hanya sekitar

47% yang mendapatkan nilai di atas 65.” Hal ini terjadi karena siswa menganggap

(16)

6

Menyadari hal tersebut di atas, perlu adanya suatu pembaharuan dalam

pembelajaran matematika untuk memungkinkan siswa aktif dalam belajar baik

secara mental fisik maupun sosial sehingga memberikan pengalaman bagi siswa,

dapat mempelajari matematika lebih mudah, lebih cepat, lebih bermakna, efektif

dan menyenangkan, salah satunya adalah dengan menerapkan metode Accelerated

Learning melalui enam langkah dasar yang sering disingkat dengan

M-A-S-T-E-R. Rose dan Nicholl (2003:36) menyatakan bahwa:

“Metode accelerated learning mengakui masing-masing individu

memiliki cara belajar pribadi pilihannya yang cocok dengan karakter dirinya. Ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik yang cocok dengan gaya belajar pribadinya, maka ia telah belajar dengan cara yang paling alamiah bagi diri sendiri. Sebab yang alamiah menjadi lebih mudah dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat.”

Dengan pembelajaran Accelerated Learning siswa diajak untuk

memanfaatkan seluruh pikiran dan diri mereka atas kesadaran sendiri, benar-benar

memperhatikan minat dan kegembiraan siswa saat mau belajar dan selama belajar,

lingkungan belajar ditata nyaman, siswa dibuat aktif selama pembelajaran

berlangsung, menggunakan sarana pengingat yang mempermudah siswa

memahami dan mengingat materi pelajaran, serta memperhatikan gaya belajar

siswa. Dengan demikian, siswa diharapkan bisa mengoptimalkan daya serap, daya

ingat dan daya pikirannya pada saat proses belajar matematika berlangsung

sehingga siswa dapat mengalami situasi belajar yang bermakna dan

menyenangkan sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

(17)

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Matematika merupakan matapelajaran yang membosankan dan dianggap sulit

oleh siswa

2. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum efektif, kurang variatif,

serta masih bersifat konvensional

3. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa untuk aktif dalam

mengungkapkan ide-ide/ gagasannya sendiri

4. Rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan pecahan

5. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep operasi pecahan

khususnya operasi pecahan tidak senama

1.3 Batasan Masalah

Karena luasnya ruang lingkup permasalahan dan agar penelitian menjadi

lebih efektif, jelas dan terarah, masalah dibatasi pada penerapan metode

Accelerated Learning melalui enam langkah dasar yang disingkat dengan

M-A-S-T-E-R dalam pembelajaran operasi hitung bilangan pecahan di kelas VII SMP

Swasta YAPIM Medan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana strategi penerapan Accelerated Learning dalam pembelajaran

operasi hitung bilangan pecahan di kelas VII SMP Swasta YAPIM Medan?

2. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa kelas VII SMP Swasta YAPIM

Medan dalam pembelajaran Accelerated Learning pada materi operasi

hitung bilangan pecahan?

3. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan

(18)

8

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi penerapan metode Accelerated Learning dalam

pembelajaran operasi hitung bilangan pecahan di kelas VII SMP Swasta

YAPIM Medan

2. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa kelas VII

SMP Swasta YAPIM Medan dalam pembelajaran Accelerated Learning

pada materi operasi hitung bilangan pecahan

3. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung

bilangan pecahan di kelas VII SMP Swasta YAPIM Medan T.A. 2012/2013

melalui penerapan metode Accelerated Learning.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok

bahasan Pecahan.

2. Bagi guru, sebagai pertimbangan untuk menentukan metode pembelajaran

dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi sekolah, menjadi sumber informasi atau sumbangan pemikiran sebagai

salah satu alternatif pengajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa melalui metode Accelerated Learning khususnya

di sekolah tempat dilaksanakannya penelitian ini dan di sekolah lain pada

umumnya.

4. Bagi peneliti, sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

pada masa yang akan datang serta sebagai upaya dalam meningkatkan hasil

belajar siswa dengan menggunakan metode Accelerated Learning.

(19)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi penerapan metode Accelerated Learning langkah MASTER dalam

pembelajaran operasi hitung bilangan pecahan yaitu:

a. Memberikan motivasi kepada siswa dengan cara menyampaikan

keterkaitan (manfaat) materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata

sehari-hari

b. Memusatkan konsentrasi siswa dengan cara:

 Melakukan senam otak sesuai dengan instrukasi guru dan sebelumnya guru telah memperagakan gerakannya di depan kelas

 Mengulang sekilas tentang pelajaran sebelumnya dan memberikan pertanyaan pancingan terkait materi yang akan dipelajari

c. Menyampaikan materi operasi hitung bilangan pecahan melalui contoh

nyata dalam kehidupan dengan menampilkan contoh-contoh tersebut

melalui power point dan video yang telah dibuat sebelumnya. Memberikan

analogi dan penjelasan yang realistis terhadap materi yang disajikan pada

power point tersebut

d. Pada tahap menyelidiki makna, mengorganisasikan siswa diskusi

kelompok dan mengawasi jalannya diskusi dengan cara:

 Memotivasi siswa agar memecahkan masalah secara bersama dengan kelompoknya (ada dialog antar teman) dan agar berani mengajukan

pertanyaan ketika mengalami kesulitan dan berani mengajukan

tanggapannya

 Membimbing dan memberikan stimulus/bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan

(20)

73

 Meminta setiap kelompok menyajikan hasil diskusinya dengan cara mengundi kelompok mana yang menyajikan hasilnya di depan kelas

dan kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan

tanggapan/komentar

 Mengoreksi hasil pekerjaan kelompok penyaji dan memperbaiki kesalahan pengerjaan sehingga siswa memperoleh pemahaman atas

jawaban LKS yang paling tepat

 Memberikan pertanyaan manarik dengan memberikan reward penambahan nilai bagi siswa yang menjawab

f. Pemberian kuis mandiri berbentuk soal essay pada tahap memamerkan apa

yang diketahui

2. Kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Accelerated

Learning langkah MASTER dan dalam memahami materi operasi hitung

bilangan pecahan antara lain:

a. Ketika melakukan percobaan sederhana secara berpasangan untuk

menemukan konsep penjumlahan pecahan, siswa kesulitan mengikuti

instruksi/langkah-langkah percobaan karena kurang paham maksud dari

instruksi tersebut

b. Sebagian siswa kesulitan menyesuaikan diri pada saat diskusi dan sulit

menerima pendapat teman sekelompoknya sehinga timbul perdebatan

akibatnya hasil diskusi tidak maksimal

c. Siswa kesulitan membuat peta konsep karena sebelumnya mereka belum

pernah membuat peta konsep

d. Sebagian siswa tidak mengerti manfaat refleksi sehingga sulit

mengeluarkan pendapatnya mengenai pembelajaran yang telah

berlangsung

e. Siswa kurang memahami materi prasyarat yaitu pecahan senilai,

mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa, KPK dari dua bilangan

untuk menyamakan penyebut pecahan tak senama

f. Siswa kesulitan menjumlahkan atau mengurang pecahan-pecahan tak

(21)

74

g. Siswa kesulitan menjumlahkan pecahan campuran jika bertanda negatif

h. Siswa kesulitan mengalikan pecahan campuran dengan pecahan campuran

i. Siswa tidak dapat menentukan invers dari suatu pecahan sehingga siswa

kesulitan dalam menyelesaikan soal pembagian pecahan

j. Siswa kesulitan membuat kalimat matematika dari soal cerita ke model

pecahannya

3. Sebelum pemberian tindakan diperoleh nilai rata-rata tes awal siswa 48,66

dengan ketuntasan klasikal 26,83%. Setelah pemberian tindakan pengajaran

dengan metode Accelerated Learning langkah MASTER, nilai rata-rata kelas

pada tes hasil belajar I mencapai 70,02 dengan tingkat ketuntasan belajar

klasikal 63,4%. Karena hasil yang diperoleh untuk pembelajaran secara

klasikal belum memenuhi target (belum mencapai 85% ), maka dilanjutkan

di siklus II dengan upaya-upaya yang telah disebutkan di atas. Nilai tes hasil

belajar II mencapai nilai rata-rata kelas 85,58 dengan tingkat ketuntasan

belajar klasikal 87,8%, ini berarti metode Accelerated Learning langkah

MASTER dapat menciptakan ketercapaian ketuntasan hasil belajar siswa

pada pokok bahasan operasi hitung bilangan pecahan

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Disarankan kepada guru agar slide yang ditampilkan pada layar LCD

hendaknya dibuat semenarik mungkin sehingga menambah ketertarikan siswa

untuk memperhatikan materi pelajaran

2. Guru hendaknya selalu membuat LKS yang bertujuan melatih siswa dalam

memecahkan masalah

3. Sebagai alternatif bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat

memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah MASTER dan

benar-benar dapat menyesuaikan alokasi waktu yang ada dengan rencana

(22)

75

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, (2008), Pendidikan di Indonesia, http://depdiknas.go.id (diakses 8 Februari 2012)

Abdurahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ahmad, (2011), Peranan Guru dalam Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah, http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/28/peranan-guru-dalam-pengembangan-pendidikan-karakter-di-sekolah/ (diakses 29 April 2012)

Arikunto, S, dkk, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto, S., (2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Asep, (2008), Makna Ketuntasan dalam Belajar,

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2408141155.pdf (diakses 13 Desember 2012)

Azmi, S., (2008), Accelerated Learning dan Implementasinya di Indonesia, http://fkip.wisnuwardhana.ac.id/index. (diakses 01 Maret 2012)

Djamarah, S.B. dan Zani, A., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

FMIPA Universitas Negeri Medan, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Gunawan, (2006), Genius Learning Strategi, Erlangga, Jakarta.

Hanita, Firsa, (2010), Nilai Matematika Siswa Tingkat Menengah di Indonesia, http://www.wikimu.com/News/DisplayNews. (diakses 20 Februari 2012)

Herman, (2011), Matematika dan Pembelajaran Matematika, http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19 6210111991011-TATANG_HERMAN/Artikel/Artikel23.pdf (diakses 18 Mei 2012)

Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.

(23)

76

Maesuri, (2009), Catatan Penelitian Bagi Guru: Topik Pecahan,

http://maesuri.blogspot.com/2009/05/catatan-penelitian-bagi-guru-topik.html (diakses 18 Mei 2012)

Masbied, (2012), Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah, http://www.masbied.com/2012/02/29/tujuan-pembelajaran-matematika-di-sekolah/ (diakses 24 Maret 2012)

Maswins, (2011), Pengertian Pendidikan Menurut UU dan Para Ahli, http://www.maswins.com/2011/03/pengertian-pendidikan-menurut-uu-dan.html (diakses 18 Mei 2012)

Nuharini, D., (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.

Prioananto, (2007), Kesulitan Belajar Siswa, http://www.sma3blitar (diakses 20 Februari 2012)

Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Rose, C., dan Nicholl, MJ., (2003), Accelerated Learning for 21st Century, Alih Bahasa: Dedy Ahimsa, Nuansa Cendekia, Bandung.

Sarman, S, (2011), Matematika dan Pendekatan Realistik, http://www.samsunisarman.com/2011/11/matematika-dan-pendekatan-realistik.html (diakses 29 April 2012)

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Yudhistira, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta.

Tim Pelatihan Proyek PGSM, (1999), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

(24)

ii

RIWAYAT HIDUP

Wenni Maretta Silalahi dilahirkan di Pematang Bandar, Kecamatan

Pematang Bandar, pada tanggal 31 Maret 1990. Ayah bernama J. Silalahi dan Ibu

bernama R. Simanungkalit. Pada tahun 1996, penulis masuk SD Negeri No.

091656 Talun Madear, Kecamatan Pematang Bandar, dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Pematang

Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun

2005, penulis melanjutkan sekolah di SMA Swasta Abdi Sejati Perdagangan,

Kecamatan Bandar, dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima

di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus

Gambar

Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan Siswa
Gambar 3.1  Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana RTRWN dan RTR Pulau Jawa-Bali, maka arahan yang terkandung dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2014tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa

B Menangkap Peluang Fanatisme Film Kartun Pembudidaya Lele Belum Tersentuh

Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa yang

Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata (Studi Kasus Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata).. Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka

[r]

selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan

“Pengaturan Rumah S akit pendidikan bertujuan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi pasien/klien, pemberi pelayanan, mahasiswa, dosen, subyek penelitian bidang

Sebagai Anak kost yang jauh dari kelurga, momen lebaran adalah momen yg indah tiada duanya.. Anaka kos, sebagai anak yang hebat akan move on, kenapa anak